KERAJAAN MAJAPAHIT Disusun Oleh : Dina Putri Astuti (09) X MPLB 1 SMKN 02 SEMARANG
KERAJAAN MAJAPAHIT A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Majapahit Majapahit yang dibangun oleh Raden Wijaya sekitar abad ke 12 merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara, Wilayahnya yang luas ini menjadikan Majapahit dijuluki sebagai kerajaan nasional kedua, kehadiran Majapahit di Nusantara bertahan hingga abad ke 14. Menjelang surutnya eksistensi Majapahit pada masa Raja Brawijaya V yang memiliki putra bernama Djin Bun karena ibunya berasal dari negeri Campa, babak baru sejarah akan lahir Peradaban kerajaan Majapahit yang berlatar belakang Hindu-Buda memasuki masa senjakala dan akan digantikan peradaban Islam. Kelak Djin Bun dikenal sebagai Raden Patah yang menjadi jalan masuknya peradaban baru melalui penyebaran Islam di Jawa dengan mendirikan Kerajaan Demak yang mendapatkan dukungan dari Sunan Ampel. Dalam masa hampir 200 tahun kehadiran Kerajaan Majapahit tidak sedikit meninggalkan warisan budaya seperti bangunan, adat istiadat, kesenian, makanan, dan lainnya. Berdirinya kerajaan Majapahit adalah usaha dan perjuangan Raden Wijaya dibantu pengikutnya. ia mampu memanfaatkan kedatangan tentara Cina Mongol (Kubilai Khan) yang datang ke Pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara. Kedatangan pasukan Kubilai Khan, dimanfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kadiri, sehingga kekalahan Kertanegara dapat terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh. Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat diusir dari pulau Jawa tahun 1293. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubilai Khan, maka tahun 1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
B. Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit Sumber-sumber sejarah yang menjelaskan tentang kerajaan Majapahit sebagian besar berupa kitab sastra yaitu seperti : a. Kitab Pararaton, selain menceritakan tentang raja-raja Singosari juga menjelaskan tentang raja-raja Majapahit. b. Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada tahun 1365 menjelaskan tentang keadaan kota Majapahit, daerah Jajahannya dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya. c. Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang Bubat. d. Kitab Usaha Jawa menjelaskan tentang penaklukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar. Di samping sumber sejarah di atas, sumber sejarah peninggalan Majapahit juga berupa seni bangunan seperti candi, pintu gerbang atau gapura, pemandian atau pertirtaan. Sedangkan sumber dari luar negeri diperoleh dari berita-berita Cina yaitu seperti berita yang ditulis pada masa dinasti Ming (1368-1643) dan berita dari Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518. Dari sumber-sumber tersebut di atas, dapat diketahui pemerintahan raja-raja Majapahit, kehidupan sosial, ekonomi, serta peninggalan budaya-budaya Majapahit.
C. Raja - Raja Yang Pernah Memerintah Kerajaan Majapahit 1. Raden Wijaya (1293-1309 M) Secara singkat kerajaan majapahit didirikan oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya memerintah dengan bijaksana. Orang - orang yang dahulu membantunya diberi kedudukan Arya Wiraraja diangkat sebagai rakryan menteri dan diberi kekuasaan di Lumajang, Nambi dijadikan sebagai mahapatih, Lembu Sora diangkat sebagai patih di Daha, dan Kebo Anabrang yang berperan dalam Ekspedisi Pamelayu diangkat sebagai panglima perang. Raden Wijaya adalah pendiri dari kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Raden Wijaya adalah nama yang biasa digunakan oleh para sejarawan untuk menyebut pendiri Kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Pararaton, nama Raden Wijaya ditulis secara lengkap menjadi Raden Harsawijaya. Menurut Nagarakretagama yang ditulis pada pertengahan abad ke14 menyebut pendiri Kerajaan Majapahit bernama Dyah Wijaya, karena gelar "dyah" merupakan gelar kebangsawanan yang populer saat itu. Nama asli pendiri Majapahit yang paling tepat adalah Nararya Sanggramawijaya, karena nama ini terdapat dalam prasasti Kudadu yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya sendiri pada tahun 1294. Gelar "nararya" merupakan gelar kebangsawanan, meskipun gelar Dyah lebih sering digunakan. Saat diperintahkan Arya Wiraraja untuk membantu Raden Wijaya di Hutan Tarik di sebelah timur Kadiri, salah satu orang Sumenep menemukan sebuah buah. Menurut Kidung Panji Wijayakrama, salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Maja adalah nama sejenis buah dari suku jeruk-jerukan dengan pohon yang dikenal
tahan terhadap lingkungan keras atau liar. Oleh karena itu, di Hutan Tarik di sebelah timur Kadiri yang akan dibangun desa pemukiman oleh Raden Wijaya tersebut pun diberi nama Majapahit. 2. Sri Jayanagara (1309-1328 M) Sri Jayanagara merupakan raja Majapahit ke-2 yang menggunakan nama Abhiseka Anantawikramottunggadewa Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Ewa Adiswara. Jayanagara yang memerintah dari tahun 1309 hingga 1328. "Raja yang dibenci " Julukan ini disematkan karena sang raja memiliki kepribadian yang kurang baik dan dianggap lemah sebagai penguasa, sehingga banyak yang memberontak. Salah satu tindakan buruk yang dilakukannya adalah mengurung adik tirinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi, agar tidak dinikahi orang lain. Selama berkuasa, Jayanegara dihadapkan pada sejumlah pemberontakan. Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayanegaraterpaksa melarikan diri ke daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. 3. Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M) Nama asli Tribhuwana Wijayatunggadewi (atau disingkat Tribhuwana) adalah Dyah Gitarja. Ia merupakan putri dari Raden
Wijaya dan Gayatri. Memiliki adik kandung bernama Dyah Wiyat dan kakak tiri bernama Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara (1309–1328) ia diangkat sebagai penguasa bawahan di Jiwana bergelar Bhre Kahuripan. Tribhuwana memerintah didampingi suaminya, Kertawardhana. Pada tahun 1331, Tribhuwana menumpas pemberontakan daerah Sadeng dan Keta. Menurut Pararaton terjadi persaingan antara Gajah Mada dan Ra Kembar dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng-Keta. Peristiwa penting berikutnya, pada tahun 1334, dalam Pararaton adalah Sumpah Palapa yang diucapkan 'Gajah Mada' saat dilantik sebagai rakryan patih Majapahit menggantikan patih amangkubhumi, 'Arya Tadah'. Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati makanan enak (rempah-rempah) sebelum berhasil menaklukkan wilayah kepulauan Nusantara di bawah Majapahit. Pada tahun ini juga Hayam Wuruk lahir.Pemerintahan Tribhuwana terkenal sebagai masa perluasan wilayah/ekspansi Majapahit ke segala arah yang dipimpin oleh Gajah Mada sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa.Tribhuwana Wijayatunggadewi diperkirakan turun takhta tahun 1350 bersamaan dengan meninggal dunianya Gayatri. Tidak diketahui dengan pasti kapan tahun kematian Tribhuwana. Pararaton hanya memberitakan Bhre Kahuripan tersebut meninggal dunia setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih pada tahun 1371 4. Hayam Wuruk (1350-1389 M) Hayam Wuruk adalah raja keempat dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Bergelar Sri Rajasanegara, ia memimpin Majapahit sejak tahun 1350
hingga 1389 Masehi. Bersama Mahapatih Gajah Mada, Prabu Hayam Wuruk membawa Majapahit mencapai masa kejayaan, termasuk menyatukan sebagian besar wilayah Nusantara. Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Khertawardhana. Nama Hayam Wuruk bermakna “ayam terpelajar”. Saat ia dilahirkan, alam menyambutnya dengan terjadinya gempa bumi, hujan lebat, dan meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur. Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi saat Hayam Wuruk baru saja dilahirkan. Hayam Wuruk merupakan sosok yang pemberani dan tegas. Ia juga memiliki keahlian dalam bidang pemerintahan. Inilah yang kemudian membawanya sukses membawa Imperium Majapahit mencapai masa kejayaan. Hayam Wuruk dinobatkan menjadi Raja Majapahit bergelar Sri Rajasanagara pada 1350 M. Hayam Wuruk dinobatkan setelah Ratu Tribhuwana Tunggadewi menyerahkan takhta Majapahit kepadanya. Ketika menjadi Raja Majapahit, Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun. Peran Mahapatih Gajah Mada sebagai sosok yang telah berpengalaman sangat penting dalam pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh Hayam Wuruk. Gajah Mada sudah mengasuh Hayam Wuruk sejak kecil. Bersama Gajah Mada, Hayam Wuruk membangun Majapahit ke puncak kejayaan berdasarkan falsafah kenegaraan : Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa yang bermakna "Meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu dan tidak ada kerancuan dalam kebenaran”. Falsafah Majapahit dengan bahasa Sanskerta inilah yang kemudian diadaptasi sebagai semboyan bangsa Indonesia yang majemuk namun tetap menjadi satu-kesatuan. Selain itu, Hayam Wuruk juga memperhatikan bidang kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya candi yang dibangun, seperti
Candi Tikus dan Candi Jabung. Kemajuan juga terwujud di bidang sastra, dengan ditulisnya karya-karya besar seperti Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Tahun 1389, setelah mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaan, Hayam Wuruk meninggal dunia pada usia 55 tahun. 5. Wikramawardhana (1389-1429 M) Wikramawardhana dalam Pararaton bergelar Bhra Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana. Nama aslinya adalah Gagak Sali. Ibunya bernama Dyah Nertaja, adik Hayam Wuruk, yang menjabat sebagai Bhre Pajang. Sedangkan ayahnya bernama Raden Sumana yang menjabat sebagai Bhre Paguhan, bergelar Singhawardhana. Permaisurinya, yaitu Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk yang lahir dari Sri Sudewi disebut juga Paduka sori. Dalam Nagarakretagama (ditulis 1365), Kusumawardhani dan Wikramawardhana diberitakan sudah menikah. Padahal waktu itu Hayam Wuruk baru berusia 31 tahun. Maka, dapat dipastikan kalau kedua sepupu tersebut telah dijodohkan sejak kecil. Dari perkawinan itu, lahir putra mahkota bernama Rajasakusuma bergelar Hyang Wekasing Sukha, yang meninggal sebelum sempat menjadi raja. Pararaton juga menyebutkan, Wikramawardhana memiliki tiga orang anak dari selir, yaitu Bhre Tumapel, Suhita, dan Kertawijaya. Bhre Tumapel lahir dari Bhre Mataram putri Bhre Pandansalas. Ia menggantikan Rajasakusuma sebagai putra mahkota, tetapi juga
meninggal sebelum sempat menjadi raja. Kedudukan sebagai pewaris takhta Majapahit kemudian dijabat oleh Suhita yang lahir dari Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi. Hayam Wuruk hanya mempunyai seorang putri, yaitu Kusumawardhani, yang kemudian memerintah bersama suaminya Wikramawardhana, yang masih sepupunya. Pada 1401, timbul perang saudara antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabumi, yang merasa lebih berhak atas takhta Majapahit. Dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Paregreg tersebut Bhre Wirabumi gugur. Sementara Wikramawardhana wafat pada 1429, dan sejak saat itu Majapahit menjadi kerajaan kecil karena daerahnya banyak yang melepaskan diri. 6. Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447 M) Ratu Suhita atau Dyah Suhita merupakan putri dari Bhre Wirabhumi. Dyah Suhita ditunjuk sebagai pemimpin Majapahit karena lebih tua dari Bhre Kertawijaya. Dyah Suhita dilantik menjadi Ratu Majapahit pada 1429. Dyah Suhita memerintah Majapahit dari 1429 hingga 1447. Selama memimpin Kerajaan Majapahit, Dyah Suhita kembali menghidupkan kearifan lokal yang terabaikan karena polemik politik. Dyah Suhita juga mendirikan bangunan pemujaan di berbagai lereng gunung sebagai punden berundak, seperti di Gunung Penanggungan, Gunung Lawu, dan lain sebagainya. Meninggalnya Dyah Suhita Dyah Suhita menjadi Ratu Majapahit selama 18 tahun, hingga meninggal pada 1447. Sementara suaminya, Aji Ratnapangkaja, meninggal 10 tahun sebelumnya, yakni pada 1437.
7. Prabu Brawijaya V (1447-1478 M) Nama Brawijaya berasal dari kata Bhra Wijaya. Gelar bhra adalah singkatan dari bhatara, yang bermakna "baginda". Brawijaya dapat juga disebut Bhatara Wijaya. Pada masa kepemimpinan Prabu Brawijaya V alias Prabu Kertabhumi, Kerajaan Majapahit memang tak sedahsyat dengan kepemimpinan leluhurnya Prabu Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada (tahun 1350-1389 M) yang mengalami masa keemasan hingga Kerajaan Majapahit mampu mempersatukan Nusantara dan kawasan Asia Tenggara hingga terdapat pujangga besar, yaitu Empu Prapanca dan Empu Tantular yang melahirkan karya besar kitab Negarakertagama dan kitab Arjunawijaya Sutasoma. kekuasaan Prabu Brawijaya V saat itu cukup luas karena meliputi se-Nusantara yang dapat dipetakan Jawa dan luar Jawa. Kerajaan di tanah Jawa yang tunduk kepada Majapahit, antara lain Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Pajang, Kerajaan Singasari, Kerajaan Mataram, Kerajaan Wirabumi dan lain sebagainya. Sebelum menentukan keyakinan nya, Prabu Brawijaya V berkecamuk dalam pikiran antara tetap menganut agama lama Budha dengan memeluk agama Islam sehingga ia akan mendapatkan istri cantik jelita, Dewi Sari, yang akan dijadikan sebagai permaisurinya. Prabu Brawijaya V hanya setengah hati menerima kehadiran agama Islam. Meskipun Raja Majapahit menanggapi penjelasan mengenai kedudukan agama Islam, tetapi rupanya masih tersimpan suatu dilematis besar dalam diri Prabu Brawijaya V. Dalam benak Prabu Brawijaya V, betapa bertele-telenya menjadi seorang muslim yang
harus menjalankan ibadah sholat lima waktu dalam seharisemalam, dituntut untuk menjalani puasa di Bulan Ramadhan yakni menahan tidak makan-minum dan berhubungan intim dengan istrinya pada siang hari, dan mengeluarkan zakat tentu tidak keberatan bagi Sang Prabu, karna Sang Prabu memang suka bersedekah kepada rakyat jelata. Tapi yang susah lagi yaitu menunaikan ibadah haji sampai ke Makkah-Arab Saudi, betapa jauhnya dan betapa merepotkannya. Lama-kelamaan, luntur pulalah tekad Prabu Brawijaya V hendak mempertahankan agama Budha sebagai simbol kebesaran dan kejayaan Kerajaan Majapahit dan memilih menjadi mualaf serta menjalankan syariat Islam. D. KEHIDUPAN EKONOMI, POLITIK, DAN BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT a. EKONOMI : Faktor ekonomi adalah faktor yang berperan penting, faktor ekonomi dapat dianggap penting bagi kerajaan Majapahit karena keberadaan ekonomi yang maju akan berdampak pada aspek kehidupan lain, seperti kehidupan sosial, politik, dan budaya. Aspek ekonomi kerajaan Majapahit yang maju tidak lepas dari kondisi geografis kerajaan dengan adanya pegunungan dan aliran sungai. Keadaan geografis yang menguntungkan ini telah dimanfaatkan dengan baik. Kondisi geografis yang menguntungkan dimanfaatkan untuk menunjang pertanian dan perdagangan di Majapahit. PERTANIAN
Masyarakat Majapahit telah mampumengembangkan system pertanian dengan teknik yang tinggi. Dasar keberadaan pertanian di Majapahit pada waktu itu dilandasi oleh kondisi geografis Jawa Timur yang merupakan daerah dataran rendah yang cukup luas, ditunjang dengan aliran-aliran sungai dan gunung berapi. Selain itu tentu saja karena factor campur tangan penguasa. Ini terkait dengan berbagai kehidupan ritual dan system pajak yang diberlakukan di kerajaan. Mengingat keberlangsungan hidup kerajaan tidak terlepas dari sector pertanian. PERDAGANGAN Jawa dan Nusantara pada umumnya terletak di jalur pelayaran dan perdagangan yang strategis. Nusantara menjadi bagian tak terpisahkan dari jalur perdagangan yang dikenal dengan jalur sutera. Sehingga tidak dapat dipungkiri wilayah-wilayah Nusantara sudah memiliki hubungan dengan daerah luar Nusantara terutama India dan Cina. Berdasarkan data temuan arkeologis,hubungan dagang antara Nusantara dengan Cina baru berlangsung sekitar abad IX-X Masehi. Data tersbut berupa temuan keramik Cina yang berasal dari dinasti Tang (618-906) yang tersebar di daerah Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Komoditi dari Negara asing yang dibawa ke Majapahit diantaranya adalah sutera dan keramik dari Cina, kain dari India, dan dupa dari Arab. Barang-barang tersebut ditukar dengan rempah-rempah dan hasil pertanian lainnya. Selain keramik yang diimpor dari Cina, juga keramik dari Vietnam , Khmer, dan Thailand berupa piring, mangkuk, cepuk,dan gelas besar. Dalam perdagangan internasioal telah dipergunakan mata uang Cina
berupa logam. Hal ini ditunjukan dengan penemuan uang logam Cina di Trowulan yang digunakan pada masa dinasti Song (960- 1279M). Hal ini disebabkan Cina banyak mengimpor,merica dari Majapahit. Akibatnya banyak uang logam Cina mengalir ke Majapahit. Factor penting perdagangan dan pelayaran karena pada factor sungai Brantas dan Bengawan Solo yang telah berperan sejak sebelum munculnya Majapahit INDUSTRI Selain dari sektor pertanian, industry juga merupakan aspek penting lain dalam menggerakan ekonomi masyarakat setempat. berbagai kebutuhan baik untuk konsumsi keseharian maupun kebutuhan untuk upacara dihasilkan dari produksi masyarakat setempat. di samping masyarakat penggarap sawah (tanah), juga terdapat Golongan Masyarakat Penggarap Industry. Kesimpulan Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit Secara geografis, Kerajaan Majapahit berada di jalur strategis pelayaran dan perniagaan internasional. Letak yang strategis inilah menjadikan. Majapahit meskipun basis ekonominya merupakan agraris akan tetapi dapat memanfaatkan peluang untuk menguasai kemaritiman. Faktor penting tampilnya Majapahit dalam perdagangan antar pulau dan internasional dipengaruhi oleh kondisi bahwa Majapahit sebagai b. POLITIK : Tokoh pendiri kerajaan Majapahit bernama Raden Wijaya, ia mendirikan kerajaan ini pada tahun 1293 masehi. Raden Wijaya kemudian menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Kertajasa Jayawardhana. Namun masa pemerintahannya hanya berlangsung
sebentar, sebab setelah 16 tahun memimpin ia kemudian wafat. Penggantinya bernama Kalagemet dengan gelar Sri Jayanegara. Ia merupakan putera Raden Wijaya. Berkuasa dari tahun 1309 hingga 1328 masehi. Berakhirnya kekuasaaan Sri Jayanegara disebabkan karena dibunuh oleh seorang tabib yang memiliki dendam. Kalagemet kemudian digantikan oleh Tribuwanatunggadewi yang merupakan saudara perempuannya. Raja ketiga ini memerintah dari tahun 1328 hingga 1350. Pada masa pemerintahannya, muncul tokoh pemberani dan kuat bernama Gajah Mada yang kemudian diangkat menjadi Mahapatih Amangkubumi, sebab berhasil meredam pemberontakan yang terjadi. Tribuwanatunggadewi memiliki seorang putera bernama Hayang Wuruk yang kemudian menggantikannya sebagai raja pada tahun 1350. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk bersama patih Gajah Mada, kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaan dengan berhasil menaklukkan berbagai kerajaan di Nusantara. Kehidupan politik kerajaan Majapahit sudah teratur dengan baik. Majapahit menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di luar Nusantara, seperti dengan kerajaan China, Champa, Siam dan Kamboja. Hal ini dibuktikan dari beberapa sumber yang menyebutkan bahwa pada tahun 1370 hingga 1381, kerajaan Majapahit telah mengirimkan beberapa kali utusan persahabatan ke kerajaan di China (Tiongkok). Kekuasaan di kerajaan Majapahit bersifat teritorial dan desentralisasi, didukung dengan birokrasi yang rinci. Raja Majapahit dianggap sebagai penjelmaan dewa tertinggi, maka memiliki otoritas politik tertinggi sebagai penguasa. Seorang raja dibantu oleh pejabat-pejabat birokrasi.
Berikut Ini Susunan Pemerintahan Dari Pusat Ke Daerah di Kerajaan Majapahit : 1. Bhumi (pusat kerajaan), dipimpin oleh Maharaja. 2. Negara (provinsi), dipimpin oleh bhre (pangeran), rajya (gubernur), natha (tuan), adipati atau bhatara. 3. Watek (Kabupaten), diperintah oleh Tumenggung 4. Kuwu (lebih tinggi dari Kecamatan), diperintah oleh demang. 5. Wanua (desa), dipimpin oleh thani. 6. Kabuyutan (dusun kecil) atau padukuhan, dipimpin oleh kepala dukuh atau seorang buyut. c. BUDAYA Di dalam kehidupan sosial masyarakat kerajaan Majapahit mengenal sistem kasta seperti di India, karena kerajaan ini bercorak Hindu. Namun sistem kasta di kerajaan Majapahit hanya bersifat teoritis saja dalam kehidupan Istana. Seperti yang kita ketahui, terdapat empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisaya dan Sudra. Namun terdapat golongan lain di luar lapisan tersebut, yaitu Candala, Melccha, dan Tuccha. Golongan tersebut merupakan orang-orang terbawah dari lapisan sosial masyarakat di kerajaan Majapahit. Brahmana adalah kaum pendeta, kesatria merupakan keturunan raja atau pewaris raja, waisya terdiri dari pedagang dan orang-orang yang menggeluti bidang pertanian dan peternakan, sedangkan kaum Sudra adalah budak. Berdasarkan aspek kedudukan sosial dalam masyarakat di Kerajaan Majapahit, status wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Hal ini terlihat dari kewajiban wanita hanya melayani suami, tidak boleh ikut campur dalam urusan apapun. Peraturan ini tertera dalam perundang-undangan di kerajaan Majapahit dengan tujuan pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat dihindari. Kehidupan
budaya kerajaan Majapahit berkembang pesat, terutama di bidang seni sastra. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sastra yang dihasilkan, seperti kitab Negarakretagama, Kitab Sutasoma, Kitab Kunjarakarna dan lain sebagainya. Kerajaan Majapahit juga meninggalkan banyak jejak sejarah kebudayaan berupa prasasti dan candi. Kerajaan majapahit mampu melahirkan seni budaya yang bernilai seni maupun historis yang tinggi. Seni budaya masa majapahit tersebut beragam jumlahnya sebut saja tarian, wayang beber, jatilan dan beberapa kesenian khas majapahit hingga kini masih bertahan, bahkan seni budaya majapahit tidak hanya mampu melahirkan kesenian semata melainkan juga seni sastra, puisi hingga seni terakota, seni pahat serta seni patung. Seni budaya dimasa majapahit muncul ke permukaan yang jumlahnya beragam mencapai puluhan seperti: tarian bedhana surya, tarian bentengan, tarian golek sedayung dan puluhan lainnya. Budaya Majapahit : 1. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digeser tiap hari pertam bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah tahlukkan Majapahit datang ke Istana untuk membayar upeti. 2. Ibukota di Trowulan (Kota besar dan dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakn). 3. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokero.
4. Raja (Jawa) memiliki bawahan tujuh raja bermahkota memiliki Pulau dengan penduduk yang banyak. 5. E. KEPEMIMPINAN GAJAH MADA Gajah Mada merupakan sosok penting dalam sejarah kerajaan Majapahit. Pasalnya beliau adalah seorang patih dari kerajaan Majapahit yang memiliki peran besar guna mempersatukan bumi nusantara. Sebagai salah satu sosok berjasa dalam menyatukan nusantara, maka banyak nilai-nilai yang dipelajari dari patih Gajah Mada tersebut, khususnya dari segi sifat kepahlawanannya. Gajah Mada disebut lahir pada tahun 1299 di sebuah wilayah dekat sungai Brantas. Saat tumbuh dewasa, Gajah Mada mulai mengabdikan dirinya sebagai prajurit di Kerajaan Majapahit. Berkat kecerdasaan serta ketangkasan yang ia miliki, maka Gajah Mada pun berhasil diangkat sebagai Bekel atau komandan pasukan elit Bhayangkara. Sebagai sosok yang berjasa besar bagi kerajaan Majapahit, maka Majapahit kembali diangkat menjadi Patih setelah menyelamtkan Prabu Jayanegara di tahun 1319. Barulah setelahnya Gajah Mada diangkat sebagai mahapatih oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi pada tahun 1334. Jika membahas tentang sosok Gajah Mada, maka kita tidak akan lepas dari Sumpah Palapa. Pasalnya sumpah palapa ialah sumpah atau janji yang diucapkan oleh Gajah Mada di mana ia tidak akan memakan buah palapa (bisa pula diartikan: menikmati kesenangan). Sumpah Palapa adalah suatu pernyataan/sumpah yang dikemukakan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M). Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi : “Sira Gajah Madapatih
Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”. Arti dari Sumpah Palapa : “Kamu Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Kamu Gajah Mada, "Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa". Sebelum ia berhasil menaklukan dan mempersatukan nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Mengingat besarnya cita-cita Gajah Mada sesuai sumpah palapa tersebut, maka ia tentu perlu berjuang dengan keras guna membawa kerajaan Majapahit ke puncak kejayaannya Namun dengan kegigihan yang besar, maka Gajah Mada pun berhasil menyatukan nusantara dan berhasil menjadikan Mahapahit sebagai kerajaan yang berjaya. Berdasarkan perjuangan Gajah Mada dalam meraih cita-citanya sesuai sumpah palapa, maka ada banyak sekali nilainilai yang dipelajari dari Patih Gajah Mada guna merealisasikan mimpi besarnya dalam menyatukan nusantara dan membawa kejayaan bagi Majapahit. Sifat-sifat positif yang perlu diteladani dari sosok Patih Gajah Mada tersebut ialah sebagai berikut : 1. Berani memiliki mimpi yang besar 2. Percaya terhadap diri sendiri bahwa cita-cita tersebut akan tercapai 3. Teguh pendirian dan bersungguh-sungguh untuk mencapai impiannya 4. Rela berkorban dan berdedikasi besar bagi negara (kerajaan Majapahit)
F. KERAJAAN NUSANTARA Kerajaan Majapahit dikenal sebagai Kerajaan Nusantara. Kerajaan ini dianggap sebagai puncak kejayaan maritim di Nusantara karena dapat menguasai dan menyatukan Nusantara, serta pengaruhnya sampai ke negara-negara asing. Sejak masa pemerintahan Raden Wijaya, Majapahit mulai mengumpulkan modal untuk mengembangkan sektor maritim kerajaan. Kerajaan Majapahit dianggap sebagai puncak kejayaan maritim di Nusantara karena dapat menguasai dan menyatukan Nusantara, serta pengaruhnya sampai ke negara-negara asing. G. PUNCAK KEJAYAAN KERAJAAN MAJAPAHIT Masa Kejayaan Majapahit dibagi menjadi tiga periode: 1. Masa Pendirian Kerajaan (1293-1309) oleh Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana Dyah Sanggramawijaya) setelah mengalahkan Jayakatwang dan tentara Mongol (Tartar). Menurut Kitab Pararaton dan Kakawin Negarakertagama, Raden Wijaya adalah putra dari Dyah Lembu Tal dari Kerajaan Singhasari dan ibunya berasal dari Kerajaan Sunda Galuh. Pembangunan Kerajaan Majapahit diawali dengan dibukanya Hutan Tarik oleh Raden Wijaya bersama para pengikutnya setelah kehancuran Kerajaan Singhasari oleh Jayakatwang. Setelah Jayakatwang dikalahkan oleh Raden Wijaya bersama pasukan Mongol, maka selanjutnya pasukan Mongol dikalahkan oleh tipu muslihat Raden Wijaya yang kemudian menobatkan diri menjadi Raja Majapahit. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan dilakukan pada tanggal 15 bukan Kartika tahun 1215 Saka atau dalam perhitungan Masehi adalah bertepatan dengan 12 November 1293. Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai tanggal pendirian Kerajaan Majapahit. Pemerintahan awal Kerajaan Majapahit dibantu oleh para pengikut Raden Wijaya antara lain Nambi, Lembu Sora, Arya Wiraraja, dan Ranggalawe. Namun terjadi
pemberontakan dari para pengikutnya tersebut, serta pembagian setengah dari Kerajaan Majapahit, yakni sebelah timur dengan ibukota Lumajang diberikan kepada Arya Wiraraja yang pernah berjasa menyelamatkan Raden Wijaya ketika masa pelarian di Sumenep, Madura. Menurut Kakawin Negarakertagama, 2. Masa Pertumbuhan (1309-1350) masa ketika Majapahit diperintah oleh Jayanegara (Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara) dan dilanjutkan oleh Tribhuwana Wijayottunggadewi Dyah Gitarja. Tonggak penting Masa Pertumbuhan ini adalah ketika Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit dan pengucapan Sumpah Palapa. Tokoh kunci kejayaan Majapahit adalah Mahapatih Gajah Mada yang memulai peranannya sebagai pengawal raja pada masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328). Jayanegara adalah putra Raden Wijaya dan Dara Petak yang berasal dari Kerajaan Melayu Dharmasraya. Ia berhasil menumpas pemberontakan sehingga kerajaan mulai bisa bertumbuh. Setelah Jayanegara meninggal pada tahun 1328, pemerintahan Majapahit dipimpin oleh adik tirinya, yakni Tribhuwana Tunggadewi (1328-1351). Tribhuwana adalah putri Raden Wijaya dan Gayatri Rajapatni. Pada masa pemerintahan Tribhuwana, Gajah Mada diangkat sebagai mahapatih. Tonggak penting dalam Masa Pertumbuhan adalah ketika Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa sebagaimana diuraikan dalam Pararaton. 3. Masa Keemasan (1350-1389), Majapahit diperintah olah Hayam Wuruk mencapai puncak kejayaan dengan keberhasilan jejaring luas dalam perdagangan dan politik mempersatukan nusantara. Masa Keemasan mengacu kepada masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389). Ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada berhasil memimpin masa keemasan dengan kemajuan di berbagai bidang. Kondisi masyarakatnya yang sejahtera, tata pemerintahan dengan sistem kerajaan yang memiliki
pengaruh politik dan perdagangan yang luas, serta berkembangnya seni budaya dan karya sastra merupakan hal-hal yang menjadi indikator kejayaan Majapahit dari uraian Kakawin Negarakertagama,. Realisasi dari Sumpah Palapa berupa penaklukan negara-negara lain dan perluasan perdagangan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. H. BUKTI KERAJAAN MAJAPAHIT MENOLERANSI KEHADIRAN AGAMA ISLAM DILINGKUNGAN KERAJAANNYA Bukti kehadiran Islam di Majapahit adalah melalui penemuan pemakaman Islam kuno di Desa Tralaya, Trowulan, Mojokerto. Tempat tersebut tidak jauh dari kompleks kedaton Majapahit berdiri. Apabila dilihat dari nisannya, situs makam Tralaya berasal dari 1533 Saka atau 1611 M. Tahun tersebut masih dalam pemerintahan Hayam Wuruk dan ada beberapa penduduk yang memeluk agama Islam. Bukti lain adalah dari keterangan Ma Huan, seorang penerjemah Laksamana Cheng Ho yang menyebutkan bahwa di Majapahit terdapat tiga golongan agama, salah satunya adalah Islam. Kebanyakan yang menganut muslim adalah saudagar yang datang dari barat. Agama di Majapahit memiliki fungsi yang kompleks, salah satunya adalah menumbuhkan rasa toleransi antar warga. Selain itu, kerajaan juga memberikan pengakuan dan kesempatan yang sama terhadap para tokoh agama untuk duduk dalam pemerintahan. Bangunan suci yang berupa candi juga menjadi salah satu bentuk toleransi agama di Majapahit. Candi tersebut memiliki dua atau lebih dari sifat keagamaan yang menjadi bukti integrasi sosial dan toleransi di bidang agama. Candi itu tidak hanya untuk kalangan Hindu-Buddha, namun juga untuk kalangan muslim. Karena di era Hayam Wuruk sudah ada penduduk yang memeluk Islam. Kerajaan Majapahit sebagai salah satu dari kerajaan maritim Hindu-Buddha di Nusantara memiliki banyak keragaman di antaranya penganut agama yang berbeda. Meskipun
demikian rakyat Majapahit dapat hidup rukun dan berdampingan. Raja selalu berusaha agar ketenteraman masyarakatnya dapat berjalan baik sehingga keragaman dalam keharmonisan dari masyarakat kerajaan Majapahit berpengaruh hingga saat ini dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dampak keragaman tersebut terhadap kehidupan masyarakat Indonesia masa kini adalah munculnya sikap toleransi dan empati dari masyarakat yang berbeda latar belakang status. Bukti kehadiran Islam di Majapahit adalah melalui penemuan pemakaman Islam kuno di Desa Tralaya, Trowulan, Mojokerto. Tempat tersebut tidak jauh dari kompleks kedaton Majapahit berdiri. Apabila dilihat dari nisannya, situs makam Tralaya berasal dari 1533 Saka atau 1611 M. Tahun tersebut masih dalam pemerintahan Hayam Wuruk dan ada beberapa penduduk yang memeluk agama Islam. Bukti lain adalah dari keterangan Ma Huan, seorang penerjemah Laksamana Cheng Ho yang menyebutkan bahwa di Majapahit terdapat tiga golongan agama, salah satunya adalah Islam. Kebanyakan yang menganut muslim adalah saudagar yang datang dari barat. I. RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan Majapahit yang mengalami puncak kejayaan di masa Hayam Wuruk, pada akhirnya mengalami keruntuhan. Mengenai runtuhnya Majapahit ada beberapa pendapat yaitu : 1. Majapahit runtuh tahun 1478, ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggala Kediri. 2. Pendapat lain menjelaskan Majapahit runtuh karena diserang oleh Demak yang dipimpin oleh Adipati Unus tahun 1522. Keruntuhan tersebut disebabkan karena beberapa faktor, Antara lain :
1. Tidak adanya pengganti Hayam Wuruk yang cakap dalam menjalankan pemerintahan Majapahit 2. Terjadinya Perang Paregreg atau peristiwa perebutan kekuasaan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana yang melemahkan kekuasaan Majapahit. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selirnya, yakni Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta raja. Akhirnya, meletuslah perang saudara di kerajaan Majapahit yang sering disebut dengan perang Paregreg yang diperkirakan terjadi antara 1405 hingga 1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. 3. Semakin banyaknya daerah kekuasaan/daerah bawahan (vasal) Majapahit yang melepaskan diri, terutama di daerah pesisir 4. Serangan dari Kerajaan Islam Demak Pada akhirnya, kerajaan Majapahit pun mulai runtuh dengan masuknya Islam ke Indonesia. Hal ini dikarenakan salah satu penyebab runtuhnya Majapahit adalah adanya intervensi kerajaan Islam Demak yang merubah beberapa aspek dalam kerajaan Majapahit. Yang pertama, masyarakat Majapahit yang semula pemeluk agama Hindhu-Budha beralih ke agama Islam. Selanjutnya, adanya percampuran budaya Jawa dengan Islam yang menghilangkan pengaruh kerajaan Majapahit. Terakhir, beralihnya kekuasaan Hindu Budha ke sistem kekuasan corak Islam mulai meruntuhkan Majapahit dengan perlahan. J. KESIMPULAN Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajjan besar di Indonesia yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293. Setelah pemerintahan Raden Wijaya berakhir, tahta Majapahit jatuh ke tangan putranya yakni Jayanagara. Pada masa pemerintahan Jayanagara Gajah Mada muncul pertama kali sebagia anggota pasukan pengawal raja.
Jasanya mulai terlihat saat terjadinya Pemberontakan Ra Kuti. Setelah Jayanagara wafat, Tribhuwana Wijayatunggadewi naik tahta menggantikannya. Saat pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi terjadi pemberontakan Sadeng yang mampu dipadamkan oleh Gajah Mada. Sumpah Palapa juga diikrarkan pada masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi. Setelah Pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi berakhir, Hayam Wuruk putranya menggantikannya. Hayam Wuruk memerintah bersama dengan Gajah Mada sebagi Ptih Amangkubumi. Hayam Wuruk merupakan tipe seorang pemimpin yang demokratis, sedangkan Gajah Mada memimpin pasukannya dengan koersif. Walaupun tipe kepeimpinan mereka berbeda, eduanya mampu membawa Majapahit ke masa kejayaannya. Kejayaan Majapahit yang paling menonjol adalah luasnya daerah kekuasaan Majapahit yang merupakan wujud dari Sumpah Palapa. Hubungan Hayam Wuruk dan Gajah Mada tidak selamanya baik, hubungan mereka merenggang karena peristiwa Perang Bubad. Dalam kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada terdapat banyak nilai karakter yang dapat diteladan generasi masa kini. Beberapa nilai tersebut antara lain nilai nasionalis, nilai religius, nilai bertanggung jawab, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai percaya diri, nilai menghargai keberagaman, dan nilai demokratis. DAFTAR PUSTAKA M.C. Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Munandar. Agus Aris. 2018. Wilwatikta Prana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Burhanuddin, Safri, dkk. (2021). Spirit of Majapahit: Pelayaran Napak Tilas Kerajaan Majapahit. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia. Muljana, Slamet. 2005. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. halaman 63. Poesponegoro, M.D. Notosusanto, N. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 420-451. Srinansy dan Rachadian, Harry. (2010). Ensiklopedia KerajaanKerajaan Nusantara. Bandung: Multi Kreasi Satu Delapan. Muljana Slamet.2023. https://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadew i.Jakarta: Wikipedia. Anis. 2019. https://www.idntimes.com/science/discovery/sitianisah-2/fakta-raden-wijaya-agp-c1c2. Jakarta: idntimes. Asmayani, Nurul. 2021. https://kumparan.com/berita-update/meneladani-nilai-nilaiyang-dipelajari-dari-patih-gajah-mada1wU26E8a9u4 .Jakarta: kumparan.com. Ningsing Widya Sari.2021. https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/05/140000079/j ayanegara-raja-majapahit-yang-dibenci? page=all.Jakarta:Kompas Daniswari Dini. 2022. https://regional:Kompas.com/read/2022/08/15/175813778/al asan-banyak-terjadi-pemberontakan-di-kerajaan-majapahit? page=all.Jakarta:Kompas Zulfikar Fahri.2022. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d5956540/5-raja-majapahit-yang-paling-lama-berkuasa-adayang-nyaris-40-tahun.Jakarta: Detikpedia. Mardiyono, Peri. (2020). Sejarah Kelam Majapahit. Yogyakarta: Penerbit Araska.