SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA Nama Kelompok: 1.Gobi Ariawan 2.Wahyu Bagus p 3.Nugroho Saputro 4.Khairul Anwar 5.Riski Leo
A SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA DILAKUKAN OLEH PARA PEDAGANG ISLAM DARI BERBAGAI NEGERI, SEPERTI ARAB, PERSIA, IRAK, GUJARAT DAN BENGGALA, SRI LANKA, DAN NEGERI LAINNYA. FAKTOR MUSIM YANG MENENTUKAN WAKTU PELAYARAN MENYEBABKAN MEREKA TERPAKSA TINGGAL UNTUK SEMENTARA WAKTU DI BANDAR-BANDAR YANG MEREKA DATANGI. PENGUASA SEKITAR MEMBERIKAN MEREKA TEMPAT SINGGAH SEHINGGA MEMBENTUK KOMUNITAS YANG DISEBUT DENGAN PERKAMPUNGAN PAKOJAN, YAITU KAMPUNG YANG DIKHUSUSKAN UNTUK PARA PEDAGANG MUSLIM. KAMPUNG TERSEBUT MASIH BISA KITA SAKSIKAN DI BEBERAPA KOTA LAMA, MISALNYA DI KOTA JAKARTA. BANTEN, SEMARANG, DAN KOTAKOTA LAMA LAINNYA. YAT. PEDAGANG MUSLIM YANG DATANG DI BEBERAPA TEMPAT TERSEBUT TIDAK HANYA MELAKUKAN PERDAGANGAN, TETAPI JUGA MENYAMPAIKAN AJARAN ISLAM KEPADA PENDUDUK SETEMPAT. TERLEBIH JIKA ADA DI ANTARA MEREKA MELAKUKAN PERNIKAHAN DENGAN PEREMPUAN PRIBUMI YANG PERLU LEBIH DULU DIISLAMKAN. MENGINGAT ISLAM ADALAH AGAMA DAKWAH, SETIAP MUSLIM BERKEWAJIBAN MELAKUKAN DAKWAH, TENTU SESUAI KADAR DAN KAPASITASNYA. TUGAS DAN KEWAJIBAN BERDAKWAH DALAM SEJARAH ISLAM BUKANLAH HAL YANG DAPAT DIABAIKAN BAGI PARA PENGIKUTNYA, SEPERTI DINYATAKAN DALAM Q.S. ANNAHL/16: 125 BERIKUT. ِتي ِهَي َّل ُهْم ِبا ْل َحَسَنِة َوَجا ِد ْل َمْوِعَظِة ا ْل ِحْكَمِة َو ا ْل ِّبَك ِبا ا دع إىل َس ِبيِل َر ْع َلُم ْع َلُم ِبَمْن َضَّل َعْن َس ِبْيِلِه َوُهَو َأ َّبَك ُهَو َأ أْحَسُن ِإَّن َر ُمْهَتِديَن ْل النحل : ١٢٥ِ با
.Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang kehilangan jalan- Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An- Nahl/ 16:125) Penyebaran agama Islam merupakan proses yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang yang melakukannya. Untuk lebih jelasnya, dipaparkan sebagai berikut. 1. Masuknya Islam di Indonesia Adanya Islam di Indonesia tentu tidak terlepas dari sejarah. Sejarah memiliki makna pemikiran antara seseorang dengan fakta hasil rekaman masa lalu. Fakta tersebut harus disusun sejujur mungkin sehingga kebenaran semu atau pemutarbalikan makna sebuah peristiwa tidak terjadi. Pada penulisan sejarah Islam di Indonesia ditemukan adanya beberapa pendapat. Misalnya, pada buku sejarah sering ditemukan penulisan awal mula masuknya Islam di Indonesia terjadi pada abad ke-13, sedangkan berdasarkan keputusan yang sudah diambil menyatakan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 Masehi) langsung dari Arab. Keputusan tersebut diambil melalui seminar yang dilakukan berkali-kali dimulai tahun 1963 di Medan, dilanjutkan pada tahun 1978 di Banda Aceh, dan terakhir pada tahun 1980. Mengapa terjadi perbedaan rentang waktu yang sangat panjang? Satu pihak berpendapat datangnya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7, sementara pihak lain berpendapat pada abad ke-13, Hal ini disebabkan karena pendapat yang terakhir disampaikan oleh ahli sejarah asing, salah satunya Prof. Dr. Snouck Hurgronje. Harus kita sadari, ketika berbicara mengenai Islam, banyak ahli sejarah asing menghasilkan pendapat yang subjektif dan tidak jujur. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: a. metodologi penulisan sejarah sangat subjektif, b. berusaha mendangkalkan atau menyelewengkan sisi sejarah Islam, c. pemahaman mengenai Islam yang mereka miliki hanya tidak utuh. Sebagai upaya menghindari ketidakjujuran mengenai fakta sejarah, ahli sejarah bangsa sendiri termasuk juga umat Islam diperlukan untuk mempelopori penulisan sejarah Indonesia melalui metodologi dan penelitian yang objektif.
AHLI SEJARAH BERBEDA PANDANGAN TENTANG MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA. TERDAPAT LIMA TEORI BESAR YANG TERKAIT DENGAN ASAL DATANGNYA, PARA PEMBAWANYA, DAN WAKTU KEDATANGANNYA. ADAPUN TEORI-TEORINYA ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT. A. TEORI GUJARAT DINAMAKAN TEORI GUJARAT KARENA ASAL PEMBAWA ISLAM KE INDONESIA ADALAH DARI GUJARAT (INDIA). PENDUKUNG TEORI INI UMUMNYA DARI SEJARAWANBARAT. MEREKA BERPENDAPAT BAHWA ISLAM DATANG DARI WILAYAH GUJARATINDIA MELALUI PERAN PARA PEDAGANG MUSLIM INDIA, SEKITAR ABAD KE-13 M. ADAPUN ARGUMEN YANG DIGUNAKAN ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT 1) KURANGNYA FAKTA DAN PENJELASAN MENGENAI PERAN BANGSA ARAB DALAM MENYEBARKAN ISLAM DI INDONESIA. SEMENTARA ITU, HUBUNGAN DAGANG INDONESIA-INDIA SUDAH LAMA TERJALIN. 2) ADANYA BUKTI BATU NISAN SULTAN MALIK AS-SALEH YANG MERUPAKAN SULTAN PERTAMA DARI KERAJAAN SAMUDERA PASAI DENGAN BERTULISKAN WAFAT PADA TAHUN 1279 M. 3) KETERANGAN MARCO POLO YANG MENGATAKAN BAHWA DIRINYA PERNAHTINGGAL BEBERAPA WAKTU DI SUMATERA PADA TAHUN 1292 M UNTUKMENUNGGU ANGIN DEMI PELAYARAN SELANJUTNYA. B. TEORI ARAB TEORI INI DIKEMUKAKAN OLEH PROF. DR. HAMKA. MENURUT TEORI ARAB, ISLAM MASUK KE INDONESIA LANGSUNG DARI TIMUR TENGAH MELALUI JASA PARA PEDAGANG ARAB MUSLIM SEKITAR ABAD KE-7 M. PROF. DR. HAMKA MENGGUGAT DAN MENGOREKSI TEORI GUJARAT SEJAK TAHUN 1958 YANG MENDASARKAN PANDANGANNYA DENGAN BEBERAPA BUKTI DAN ALASAN SEBAGAI BERIKUT. 1) PERANAN BANGSA ARAB TIDAK BISA DIABAIKAN SEBAGAI PEMBAWA ISLAM DI INDONESIA. HAL TERSEBUT DIKARENAKAN GUJARAT HANYA MENJADI TEMPAT SINGGAH DAN TRANSIT SEMATA, SEDANGKAN KOTA MEKAH MENJADI TEMPAT PENGAMBILAN AJARAN ISLAM. 2) KEKUASAAN POLITIK ISLAM TELAH BERDIRI DI INDONESIA PADA ABADKE-13. BERDASARKAN PENDAPAT TERSEBUT, SANGAT KELIRU APABILAMASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DISAMAKAN DENGAN SAAT BERDIRINYA KEKUASAAN POLITIK ISLAM. JADI, MENURUT TEORI INI ISLAM MASUK KE INDONESIA JAUH SEBELUMNYA, YAITU PADA ABAD KE-7. 3) TELAH DITEMUKAN MAKAM SYEKH MUKAIDIN PADA TAHUN 674 M YANG MENUNJUKKAN ADANYA PERKAMPUNGAN ARAB DI BARUS, SEBUAHPANTAI SEBELAH BARAT SUMATERA. 4) TERDAPAT BERITA TIONGKOK YANG MENYEBUTKAN RAJA TA CHEH MENGIRIM UTUSAN KE RATU SHIMA (RAJA KALINGGA JAWA TENGAH) UNTUK MENGUJI AMANAH DAN KEJUJURAN WARGA NEGERI ITU DENGAN MENEBARKAN PUNDI-PUNDI BERISI EMAS DI TENGAH JALAN. MENURUT BUYA HAMKA, RAJA TERSEBUT ADALAH RAJA ARAB ISLAM.
ZAINAL ABIDIN ABBAS MEMPERKUAT TEORI INI DENGAN MENYATAKAN BAHWA ISLAM TELAH MASUK KE SUMATERA UTARA PADA ABAD KE-7 (TAHUN 684 M) DITANDAI DENGAN DATANGNYA SEORANG PEMIMPIN ARAB ISLAM YANG MEMPUNYAI JUMLAH PENGIKUT ISLAM DI DAERAH TERSEBUT, DAN MASIH BANYAK LAGI ARGUMEN UNTUK MENGUATKAN TEORI ARAB INI YANG DAPAT DILACAK DI BERBAGAI SUMBER. C TEORI PERSIA MENURUT TEORI PERSIA, ISLAM BARU MASUK KE INDONESIA SEKITAR ABAD KE-13 M, MELALUI PERAN PARA PEDAGANG ASAL PERSIA YANG DALAM PERJALANANNYA SEBELUM KE INDONESIA LEBIH DULU SINGGAH KE GUJARAT. PENDAPAT INI DIDASARI BEBERAPA ALASAN, YAITU SEBAGAI BERIKUT. 1) KOSA KATA PERSIA YANG DIGUNAKAN DALAM BAHASA INDONESIA, CONTOH: KATA ANGGUR, OSTANA, BANDAR, BIUS, KENDURI, KISMIS, LASYKAR, NAKHODA, TAMASYA DAN LAIN SEBAGAINYA. 2) PENGGUNAAN ISTILAH BERBAHASA PERSIA DALAM SISTEM PENGAJARAN MEMBACA AL- QUR'AN UNTUK MENYEBUT HARAKAT DALAM BAHASA ARAB, CONTOH: FATHAH = JABAR, DHAMMAH = PES, DAN KASRAH = JER. 3) MUNCULNYA PENGARUH SASTRA PERSIA DAN INDIA DALAM SASTRA ISLAM NUSANTARA TERLIHAT PADA MUNCULNYA KARYAKARYA TERJEMAHAN DENGAN BAHASA PERSIA, SEPERTI QISRAH EMIR HAMZA DAN LAIN SEBAGAINYA. D. TEORI TIONGKOK MENURUT TEORI INI, ISLAM DATANG KE INDONESIA DIBAWA OLEH PEDAGANG-PEDAGANG MUSLIM TIONGKOK, MELALUI JALUR PERDAGANGAN PADA ABAD KE 7-8 MASEHI. ADAPUN TEMPAT YANG PERTAMA DIDATANGI ADALAH DAERAH SUMATERA. PERLU DIPAHAMI BAHWA TEORI INI TIDAK BERBICARA TENTANG AWAL DATANGNYA ISLAM KE INDONESIA, MELAINKAN TENTANG PERAN MUSLIM TIONGKOK DALAM MENYUMBANGKAN DATA INFORMASI TENTANG ADANYA KOMUNITAS MUSLIM DI INDONESIA SERTA PERANNYA DALAM PERKEMBANGAN PADA ABAD KE 15/16 MASEHI. KONDISI INI DAPAT DIPAHAMI KARENA ISLAM DI TIONGKOK DATANG LEBIH AWAL DIBANDING DENGAN ISLAM DI INDONESIA. INI DIBUKTIKAN DENGAN DATA SEJARAH YANG MENYEBUTKAN ABAD KE-7 DI GUANGZHOU SUDAH ADA MASJID WHA-ZHIN-ZI, SEMENTARA DI INDONESIA BARU DITEMUKAN MAKAM- MAKAM INDIVIDU ATAU INTERAKSI UTUSAN DAGANG. TEORI INI MENJADI LEMAH KARENA TIDAK DITEMUKAN SATU PUN TANDA TENTANG KEHADIRAN MASYARAKAT TIONGKOK DI ZAMAN LOBU TUA, TEPATNYA DI DAERAH BARUS, MESKI BANYAK DITEMUKAN KERAMIK TIONGKOK. MENURUT GUILLOT, BERDASARKAN OBSERVASI LAPANGAN DAN KAJIAN TERHADAP SUMBER-SUMBER TERTULIS BAHWA KERAMIK MENCAPAI BARUS MELALUI PERANTARA NON-TIONGKOK. E. TEORI TURKI MENURUTNYA, ORANG INDONESIA MENERIMA AJARAN ISLAM DARI ORANG-ORANG TEORI PERKEMBANGAN INI DIKEMUKAKAN OLEH MARTIN VAN BRUINESSAN.
Kurdi dan Turki, selain dari orang Arab dan Tiongkok. Alasannya antara lain sebagai berikut. 1) Ulama Kurdi banyak yang berperan n aktif dalam dakwah Islam di Indonesia. 2) Beberapa kitab karangan ulama Kurdi menjadi referensi yang berpengaruh luas, di antaranya: a) pengaruh Ulama Ibrahim al- Kurani, seorang Ulama Turki di Indonesia melalui Tarekat Syattariyah b) Tradisi Barzanji sangat populer di Indonesia Pada dasarnya, teori-teori masuknya Islam ke Indonesia memiliki keunggulan dan keterbatasan, serta tidak ada teori yang baku dan pasti. Pendapat ini berdasarkan pada pendapat sejarawan yang mengatakan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas, yaitu tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang sama. Argumen tersebut menjadi landasan untuk menerima semua teori-teori masuknya Islam ke Indonesia, tetapi bukan tanpa " sikap ". Kehadiran teori-teori tersebut tidak membuat berhentinya diskusi dan penelitian tentang masuknya agama Islam. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya ruang yang sangat luas untuk menguatkan atau mengoreksi teori-teori yang sudah ada. Menurut Hasan Asari dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam, meyakini bahwa Islam yang datang ke Indonesia berasal dari Arab itu tidaklah sulit. Lebih spesifiknya, agama Islam yang datang ke Indonesia berasal dari Hijaz, sebagai centra land. Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah Nabi Muhammad Saw. yang lahir, besar, menerima wahyu, dan menunaikan tugas kerasulannya di Hijaz. Hasan Asari tidak menyangkal teori Islam dari Persia dan India yang berperan dalam kedatangan, proses, serta perkembangan Islam di Indonesia. Menurutnya, letak geografis Indonesia yang berjarak sangat jauh dengan arah timur Arabia dan proses sejarah yang membawa Islam ke Indonesia, tentu melibatkan dimensi ruang yang menghubungkan antara Indonesia dan Arab. Berdasarkan konteks tersebut, daerah Persia dan India memiliki keterkaitan dan signifikansi dengan kedatangan Islam ke Indonesia dikarenakan kedua negara tersebut berada di tengah rentang geografis antara Arab dan Indonesia. Oleh karena itu, rute kedatangan Islam ke Indonesia adalah Arabia-Persia-India-Indonesia. Pada masa awal kedatangan Islam. perkembangan teknologi transportasi yang terkenal menunjukka bahwa transportasi yang telah membantu proses sampainya Islam Indonesia adalah transportasi jalur laut. Menurut Hasan Asari, penentuan waktu masuknya Islam ke Indonesia berkaitan dengan bagaimana kita memaknainya. Teori yang menyatakan Islam masuk pada abad ke-7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah dapat diterima apabila makna masuknya Islam adalah sampainya individu-individu pemeluk agama Islam dari Arab, Persia atau India ke Indonesia. Sebaliknya, jika dipahami makna masuknya Islam ke Indonesia adalah terdapatnya orang pribumi yang memeluk Islam dalam komunitas yang besar, maka teori yang menyebutkan Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 lebih dapat diterima.
B .PERAN TOKOH ULAMA DALAM PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA KELOMPOK : M FARID R THUFAIL F M SYAIFUL AR RIDHA RAKA N. M . Ulama adalah aktor sentral pada masa awal penyebaran ajaran Islam, karena dalam diri Ulama melekat kuat pada dua sosok yaitu pertama; saudagar yang menyebarkan Islam melalui perdagangan sekaligus pemompa detak jantung perekonomian rakyat, dan kedua: pada sosok sultan yang menyebarkan Islam melalui kekuasaannya. Pada abad ke15 sampai 17 kedua sosok ini mengkristal, ini dapat dipahami dari pemaknaan bahwa ulama Sufi adalah kelompok elit, saudagar, pemimpin gerakan sosial keagaaman dan juga kaum bangsawan. Penguasa, kaum bangsawan, dan raja-raja Islam adalah saudagar yang menguasai jalur perdagangan. 1. SYEKH JUMADIL QUBRO Man tap broo SYEKH JUMADIL QUBRO Syekh Jumadil Qubro lahir di Samarkhand, Uzbekistan pada tahun 1349 M (pertengahan abad ke-14) dengan nama Syekh Jamaluddin Al-Husain Al-Akbar. Gelar Syekh biasanya diperuntukkan untuk seorang yang ahli dalam agama Islam. di Indonesia, Syekh digunakan untuk menyebut mubalig keturunan Arab yang ahli dalam agama Islam, baik yang menyebarkan Islam berdasarkan faham ahlus Sunnah wal Jamaah maupun yang bersifat tasawuf. Sejak kecil, beliau telah mendapatkan pendidikan Islam dari ayahnya, Sayyid Zainul Khusen. Ketika sudah beranjak dewasa, ia memutuskan untuk belajar Tasawuf dan ilmu agama lainnya di India. Tidak cukup di India saja, beliau melanjutkan belajarnya menuju Mekah. Begitupun dengan saudagar adalah ulama penyebar Islam. Karakteristik yang mengkristal pada diri da'i penyebar Islam inilah yang membuat penyebaran Islam berlangsung secara efektif. Pada masa ini dakwah Islam disebarkan melalui tiga jalur sekaligus; kultural (tasawuf, pendidikan, seni budaya, dan perkawinan), struktural (politik dan kekuasaan), dan ekonomi (jalur perdagangan).
Syekh Jumadil Qubro merupakan nenek moyang dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di Jawa. Meskipun tidak semua, namun sebagian besar anggota Wali Songo adalah keturunan Syekh Jumadil Qubro. Syekh Jumadil Qubro disebutkan memiliki garis keturunan langsung dari Rasulullah Saw. Menurut Agus Sunyoto dalam buku Atlas Wali Songo, Syekh Jumadil Qubro dikenal sebagai guru para Wali Songo di tanah Jawa. Syekh Jumadil Qubro merupakan ayah dari Sunan Gresik, kakek dari Sunan Ampel dan kakek buyut dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Periode kedua; Setelah terbentuknya anggota dakwah, Sultan Muhammad I, Syekh Jumadil Qubro ditugaskan untuk kembali menyebarkan Islam di lingkungan kerajaan Majapahit. Cara beliau dalam menyebarkan Islam dengan mendekati para bangsawan dan penguasa untuk mengenalkan agama Islam. Syekh Jumadil Qubro mendapat keuntungan dari melemahnya kekuasaan yang diakibatkan perang saudara maupun masalah lainnya. Dari kekacauan tersebut, Syekh Jumadil Qubro diminta oleh Dewi Dwarawati untuk menenangkan hati Prabu Brawijaya dan keluarganya. Beliau mengusulkan untuk mendatangkan Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid All Murtadho untu mengatasi masalah tersebut. Pada periode dakwah kedua inilah Islam mulal berkembang pesat di wilayah kerajaan Majapahit. Dalam buku Sejarah Islam Indonesia, Syekh Jumadil Qubro menikah dengan seorang putri dari Uzbekistan dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Ibrahim Asmarakandi dan Maulana Ishaq. Selain dikenal sebagai ulama dan mubalig, ia juga seorang saudagar terkenal. Ketika sedang berada di Champa, beliau berhasil mengislamkan penguasa di wilayah yang sangat kuat dengan ajaran agama Hindu-Budha di Champa. Di sana beliau juga menikahkan putranya, Ibrahim Asmarakandi dengan Putri Champa, yaitu Dewi Candrawulan. Periode pertama; Syekh Jumadil Qubro menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi dengan berdagang di lingkungan kerajaan Majapahit. Namun, usaha beliau tidak membuahkan hasil. Perjalan Syekh Jumadil Qubro berlanjut menuju Samudra Pasai di Aceh. Beliau didampingi oleh putra-putranya saat berdakwah dan berdagang di Indonesia. Pada tahun 1399 Masehi, beliau tiba di pulau Jawa bersama putra-putranya dan langsung menghadapii Situasi politik kerajaan Majapahit.
2. SYEKH MAULANA AKBAR Syekh Maulana Akbar merupakan ulama pertama yang menyebarkan Islam di daerah Kuningan dengan mendirikan pondok pesantren di Sidapurna-Kuningan. Ia juga merupakan bagian d para ulama penggerak Islam di Jawa Barat, seperti Syekh Quro Karawang dan Syekh Nurjati di Amparan Jati. Beliau merupakan adik dari Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati) yang juga berkontribus dalam penyebaran Islam di barat Pulau Jawa. SYEKH MAULANA AKBAR Syekh Maulana Akbar, yang merupakan adik kandung Syekh Nurjati, memiliki tempat kelahiran yang sama yakni di Semenanjung Malaka. Tidak diketahui pasti selisih umur di antara keduanya karena keterangan kapan keduanya dilahirkan pun tidak ditemukan. Namun diperkirakan Syekh Nurjati lahir pada tahun 1380- an dan 1390-an Keterangan tersebut diambil dari tahun kedatangan beliau yang sudah berkeluarga ke Amparan Jati pada tahun 1420-an, sehingga bisa diperkirakan pada saat tiba di Amparan Jati berusia 30-an. Berbed dengan Syekh Maulana Akbar, yang tiba di Cirebon dengan seorang diri dan tinggal di Kuningan pada tahun 1450-an. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat Internasional antara negara-negara Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayyah di Asia Barat dan Kerajaan Tiongkok pada masa T'and Asia Timur serta Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara, serta mendorong penyebaran Islam keseluruh wilayah pesisir Indonesia bagian Barat Keadaan inilah yang mendorong Syekh Datuk Isa, kakek Syekh Maulana Akbar migrasi ke Malaka pada awal atau akhir abad ke 14. Dalam kehidupannya, Syekh Maulana Akbar lebih dulu mengenyam pendidikan di Mekah sebelum kakaknya, Syekh Datuk Kahfi, tiba di sana untuk menimba ilmu. Sosoknya berperan penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa, khususnya di daerah Kuningan. Syekh Maulana Akbar mendirikan sebuah pondok di Desa Sidapurna di Kuningan. Sampai pada akhirnya, dia menikah dengan cucu Raja Sunda Prabu Dewa Niskala di Kawali bernama Nyi Wandasari dan memiliki seorang putra. Buah dari perkawinannya inilah yang nanti menggantikan Syekh Maulana Akbar dalam penyebaran Islam di Kuningan, yakni Syekh Maulana Arifin. Syekh Maulana Arifin dikabarkan meneruskan Pondok Pesantren Sidapurna. Bahkan, ia juga memajukan bidang peternakan, terutama ternak "kuda khas Kajene", sampai sekarang "kuda" menjadi lambang kota Kuningan. Peningkatan dalam bidang peternakan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemukiman para santri yang sedang belajar di pesantrennya. Pemukiman tersebut dibuat dan diberi nama Purwawinangun yang artinya "mula-mula dibangun" atau yang pertama dibangun.
Sebelumnya Syekh Nurjati dikenal dengan nama Syekh Datuk Kahfi atau Maulana Idhofi Mahdi. Secara kronologis singkat, Syekh Nurjati lahir di Semenanjung Malaka. Setelah berusia dewasa muda pergi ke Mekah untuk menuntut ilmu dan berhaji. Syekh Nurjati pergi ke Bagdad dan menemukan jodohnya dengan Syarifah Halimah serta mempunyai putra-putri. Dari Bagdad beliau pergi berdakwah sampai di Pesambangan, bagian dari Nagari Singapura (sekarang Desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon). Beliau wafat dan dimakamkan di Giri Amparan Jati. Syekh Nurjati Syekh Nurjati dikenal sebagai tokoh perintis dakwah Islam di Jawa bagian barat, khususnya Cirebon dan sekitarnya. Beliau menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di Giri Amparan Jati, yang lebih terkenal dengan nama Gunung Jati, sebuah bukit kecil dari dua bukit yang berjarak + 5 km sebelah utara Kota Cirebon, tepatnya di Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Diceritakan dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, dalam sejarah Banten, juga dalam naskah Mertasinga, bahwa Syekh Nurjati atau Syekh Idofi Mahdi atau Syekh Datuk Kahfi mendarat di Muara Jati setelah Syekh Quro dan rombongan. Syekh Nurjati bersama rombongan dari Bagdad terdapat sepuluh orang pria dan dua orang perempuan tiba di Muara Jati. Rombongan ini diterima oleh penguasa Pelabuhan Muara Jati, Ki Gedeng Tapa/Ki Mangkubumi Jumajan Jati sekitar tahun 1420 M. Syekh Nurjati mendapatkan izin dari Ki Gedeng Tapa untuk bermukim di daerah Pesambangan, sebuah bukit kecil yang bernama Giri Amparan Jati. 1
Di tempat bernama Giri Amparan Jati, Syekh Nurjati berdakwah sebagai dai dan mengajak masyarakat untuk mengenal dan memeluk agama Islam. Setelah mendengar tentang agama baru itu, orangorang berdatangan dan menyatakan diri masuk Islam dengan tulus ikhlas. Semakin hari semakin banyak orang yang menjadi pengikut Syekh Nurjati. Nama Syekh Nurjati begitu melegenda di Kota Cirebon sehingga diabadikan sebagai nama salah satu perguruan tinggi yang menamainya dengan nama tokoh tersebut, yaitu IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Syekh Nurjati bukan saja memberi bekal kehidupan dan hidup sesudah mati pada Pangeran Walangsungsang, adik, dan istrinya, tetapi ia mampu mengubah kepribadian anak raja tersebut menjadi seorang pahlawan yang tidak suka hidup dalam kemewahan sebagai putra raja, dan menjadi sosok pribadi pejuang yang saleh dan tangguh. Syekh Nurjati merasa Pangeran Walasungsang bersama adiknya Nyi Mas Ratu Rarasantang dan istrinya, Nyi Indang Geulis, setelah berguru di pengguron Islam Gunung Jati memiliki keteguhan iman. Setelah memberi nasihat. Syekh Nurjati memerintahkan Pangeran Walangsungsang, Nyi Mas Ratu Rarasantang, dan Nyi Endang Ayu untuk membuka perkampungan baru di selatan Gunung Jati dengan tujuan penyiaran agama Islam. Sebelum meninggal dunia, Syekh Nurjati berwasiat kepada anak bungsunya, Syekh Khafid, "Ana sira ana ingsun", yang artinya ada kamu ada saya. Maksudnya adalah Syekh Nurjati berpesan bahwa Syekh Khafid adalah pengganti Syekh Nurjati apabila berhalangan. Wasiat inilah yang memperkuat anggapan bahwa seolah-olah Syekh Datuk Khafid adalah orang yang sama dengan Syekh Datuk Kahfi. 2
Syekh Hasanuddin (Syekh Quro) Ulama yang dikenal banyak masyarakat mengenalkan ajaran Islam sebelum Wali Songo dan banyak memberikan pengaruh dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa adalah Syekh Quro yang berasal dari Champa dan beliau juga putra dari seorang ulama besar bernama Syekh Yusuf Siddik. Syekh Quro sebelum melakukan dakwah di Pulau Jawa, beliau juga sempat mengajarkan keislaman di kesultanan Malaka pada permulaan abad ke-15. Dari sanalah, beliau melanjutkan dakwahnya menuju ke Pulau Jawa. Daerah pertama yang disinggahi oleh Syekh Quro adalah pelabuhan Cirebon dan disambut oleh Ki Ageng Tapa. Banyak masyarakat di sekitar pelabuhan yang akhirnya memeluk agama Islam setelah menerima ajaran dari Syekh Quro termasuk Ki Ageng Tapa sendiri. Beliau tidak lama tinggal di Cerebon karena adanya halangan dari penguasa pada saat itu terpaksa membuat beliau pergi dan melanjutkan dakwahnya di daerah Karawang. Di Karawang beliau mendirikan sebuah pondok sebagai tempat dakwah dan penyebaran agama Islam, Beliau memiliki suara yang merdu dalam membaca Al-Qur'an. Hal ini juga yang menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk belajar dan mendalami agama Islam. Selama di Karawang, Syekh Quro memiliki murid yang merupakan putri dari Ki Ageng Tapa yaitu Nyai Subanglarang yang pada akhirnya diperistri oleh Prabu Siliwangi dan dikaruniai anak. Nyai Subang Larang mengajarkan Islam kepada ke dua anaknya, yaitu Raden Walangsungsang dan Nyai Lara Santang yang nantinya akan menjadi murid dari Syekh Datuk Kahfi 3
Syekh Quro merupakan tokoh penting di wilayah Jawa Barat yang dikenal sebagai seorang ulama penyebar Islam di wilayah Jawa Barat. Peran Syekh Quro dalam hal sosial dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, Syekh Quro berhasil mengubah kondisi dan karakter masyarakat di sekitar Jawa Barat, dari awalnya masyarakat berkeyakinan Hindu dan Buddha menjadi masyarakat yang berkeyakinan Islam. Kedua: Syekh Quro selalu berusaha menumbuhkan kesadaran di kalangan masyarakat Jawa Barat akan pentingnya pendidikan, Syekh Quro mendirikan lembaga pendidikan yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan Pesantren Quro. la memperkenalkan agama Islam di kalangan pemerintahan Kerajaan Pajajaran dan berhasil mengislamkan Raja Pajajaran yang bernama Prabu Anggalarang (Prabu Siliwangi) melalui jalan pernikahan. Prabu Siliwangi menikahi murid Syekh Quro yang bernama Nyi Subanglarang dengan pernikahan yang dilakukan sesuai ajaran syariat Islam dan Syekh Quro menjadi penghulunya. Adapun yang diajarkannya adalah ilmu-ilmu tasawuf, pelajaran AlQur'an hingga ilmu fikih. Syekh Quro adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat karena beliau memiliki suara yang merdu dan indah dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Syekh Quro merupakan guru Nyai Subang Larang yang mengislamkan Prabu Siliwangi, yang di kemudian hari antara Nyai Subang Larang dan Prabu Siliwangi menjadi suami istri. Subang Larang mempunyai anak yang berkontribusi besar dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, yaitu Prabu Kian Santang. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah perjalanan hidup beliau. Namun satu hal yang tidak kalah penting adalah jangan pernah melupakan sejarah-sejarah dan peran ulamaulama penyebar Islam di Indonesia. 4
Syekh Ibrahim As-Samarkandi Syekh Ibrahim As-Samarkandi, seorang ulama penyebar Islam sebelum era Wali Songo, ia diperkirakan lahir di Samarkand pada paruh kedua abad ke-14. Nama lain dari Syekh Ibrahim As-Samarkandi adalah Maulana Ibrahim Akbar yang bergelar Syekh Jatiswara. Sebelum berdakwah di Indonesia, Syekh Ibrahim As-Samarkandi menyebarkan Islam di negeri Champa, tepatnya di Gunung Sukasari. Berkat kegigihan dan kesantunannya, Raja Champa pun pada akhirnya memeluk Islam dan Syekh Ibrahim As-Samarkandi dinikahkan dengan putrinya yang bernama Dewi Candrawulan. Dari pernikahan tersebut lahirlah All Murtadho dan Ali Rahmatullah yang kelak dikenal dengan nama Sunan Ampel. Diperkirakan tahun 1362, Syekh Ibrahim As-Samarkandi bersama kedua putranya, seorang kemenakan dan kerabatnya berangkat ke Jawa untuk menyebarkan ajaran Islam dan menemui Raja Majapahit yang menikahi adik istrinya bernama Dewi Darawati. Sebelum sampai ke Majapahit, Syekh Ibrahim As-Samarkandi dan rombongan singgah di Palembang untuk memperkenalkan ajaran Islam pada Adipati Palembang yang bernama Arya Damar, dan pada akhirnya Arya Damar beserta keluarganya memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Ario Abdullah. Setelah itu, rombongan Syekh Ibrahim As-Samarkandi melanjutkan perjalanan dan berlabuh di sebelah Timur Bandar Tuban yang disebut Gisik. Di Gisik, Syekh Ibrahim As-Samarkandi juga melakukan dakwah, mengajak masyarakatnya untuk memeluk Islam, ia berdakwah tidak hanya dengan lisan namun juga tulisan dengan menyusun sebuah kitab yang berjudul Usul Nem Bis. 5
Ternyata keinginan Syekh Ibrahim As-Samarkandi untuk mencapai ibu kota Majapahit tidak terwujud, karena ia wafat sebelum sampai ke sana. Beliau dimakamkan di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang Tuban. Perjuangan menyebarkan Islam yang dilakukan Syekh Ibrahim AsSamarkandi dengan penuh kegigihan dilanjutkan oleh kedua putranya yaitu Ali Murtadho dan Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah perjalanan hidup para ulama penyebar Islam pra Wali Songo. Oleh karena itu, sebagai generasi muda jangan pernah melupakan sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Nilai keteladanan tersebut dapat Anda pindai kode QR di samping. 6 Atha Alem Idrak Azis Yulian Putra M Awan Adyaksa M Rif'an Maulana A Sifa Aulia Salsabilla
CJejak Kerajaan Islam di Indonesia Kelompok 4 Haikal Erlangga dayat Rizal Ilham Syarip
CJejak Kerajaan Islam di Indonesia Terdapat banyak faktor islam dengan cepat menyebar di Indonesia, antara lain sebagai beriku 1. Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia a. Kerajaan Jeumpa Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia seja ke-7 M, maka kerajaan Islam pertama bukan lagi Samudera Pasal, tetapi Kerajaan Jeumpa yan berdiri sejak abad ke-8 M. satu abad setelah Islam masuk Indonesia. Terlepas dari sistem pemerintahannya seperti apa, kerajaan Jeumpa adalah fakta sejarah yang ada di Indonesia sebagai kerajaan Islam tertua. Kerajaan Jeumpa terletak di perbukitan yang memanjang dari tepi sungal Peudada (Barat) sampai Pante Krueng Peusangan (Timur). Kerajaan Islam Jeumpa dipimpin oleh Syahriansyah Salman yang menikah dengan Puteri Mayang Seuludong. Gelar pertama yang digunakan keturunan Nabi Muhammad di Indonesia adalah Syahri sebelum menggunakan gelar-gelar kebesaran lainnya. b. Kerajaan Peureulak (Perlak) Kerajaan Peureulak (Perlak) merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam Jeumpa. Kerajaan Perla berdiri pada pertengahan abad ke-9) dan berakhir pada abad ke-13 setelah bergabung deng Kerajaan Samudera Pasal. Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah merupakan raja pertama kerajaan ini. Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju, terbukti dengan ditemukannya mata uang sendi yaitu mata uang Perlak yang terbuat dari emas (dirham), perak (kupang), dan tembaga atau kuningan. Pada masa kejayaannya (abad ke-13 M), kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesa terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Melalui peran keraja Peureulak ini Islam menyebar hingga ke Riau termasuk gugusan pulau yang kini disebut pulau Natuna. Setelah Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat wafat (1292 M), Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra pasai. c. Kerajaan Samudera Pasai Melihat fakta kerajaan Jeumpa dan Peureulak yang telah ada sebelumnya, maka Kerajaan Samudera Pasai merupakan kelanjutan dari Kerajaan Peureulak, meskipun pada umumnya Samudera Pasai dipandang sebagai kerajaan islam pertama di Indonesia.
Pada tahun 1285 (abad 13 M), Sultan Malik Al-Saleh mendirikan sekaligus menjadi raja pertama kerajaan ini. Pada masa kerajaan ini Islam menyebar luas hingga ke Malaka. Setelah Sultan Ahmad Malik Al Tahir II meninggal, ia digantikan putranya Sultan Zainal Abidin. d. Kerajaan Malaka Karena letaknya sangat strategis, sebagai jalur perdagangan internasional, maka Malaka menjadi pelabuhan internasional. Kerajaan ini dibangun oleh Parameswara. Sewaktu terjadi perang bersaudara di Majapahit, Parameswara beserta pengikutnya melarikan diri ke pulau Tumasik (Singapura) dan berhasil mendirikan kekuasaan. Namun, kekuasannya tersebut tidak berlangsung lama karena diserang oleh kerajaan Siam (sekarang negara Thailand) sehingga kekuasaannya dipindahkan ke Malaka. Melalui strategi yang jitu, Parameswara berhasil memajukan wilayah kekuasaannya. Namun, ada hal yang mengganjal hatinya apabila berjumpa dengan pedagang muslim yang hanya berhubungan dengan sesama muslim. Parameswara kemudian mengganti namanya menjadi Iskandar Syah setelah memeluk agama Islam. Secara berurutan raja Malaka setelah wafatnya Iskandar Syah adalah: 1) Sultan Mudzafar Syah. 2) Sultan Mansyur Syah. 3) Sultan Alauddin Syah. 4) Sultan Mahmud Syah. e. Kerajaan Aceh Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang Islam tidak mau lagi berdagang di Malaka dan mereka mencari pangkalan baru di Aceh. Hanya dalam waktu singkat, Aceh berkembang menjadi pelabuhan dan kota perdagangan yang ramai. Para pembesar Aceh kemudian membangun Aceh menjadi kerajaan untuk menyaingi Malaka yang jatuh ke tangan Portugis. Raja pertama Aceh adalah Ali Mughayat Syah yang pemerintahannya berpusat di Kotaraja. Di masanya, Islam berkembang dengan pesat sampai Deli dan Aru. Tahun 1530, beliau wafat, dan diganti oleh putranya, Sultan Sholahudin, tetapi karena kurang cakap dalam memerintah, ia diganti oleh adiknya yang bernama Alauddin Riayat Syah yang diberi julukan "Al-Qahhar" karena ketegasan, keberanian, dan kepandaiannya mengatur pemerintahan. Masa keemasan kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Iskandar Muda (1607-1636). Di masa tersebut pula, Johor, Pahang, dan Kedah masuk dalam kekuasaan Aceh. Setelah wafat, putranya yang bernama Iskandar Tsani menggantikannya. Seiring dengan berjalannya waktu, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Hal itu
disebabkan terjadinya perselisihan di antara keluarga raja. Sultan Aceh yang terakhir adalah Sultan Ali Alaudin Syah (1838-1870). F. Kerajaan Demak Seorang bupati Majapahit bernama Raden Patah memeluk agama Islam, kemudian secara terang-terangan menentang Majapahit yang sudah lemah. Raden Patah mendirikan kerajaan Islam di Demak tahun 1478 dibantu oleh para pembesar Jepara, Tuban, dan Gresik yang telah memeluk Islam. Dengan memaham peran tokoh ulama Raden Patah sebagai santri Sunan Ampel, diberi tugas menyebarkan Islam di daerah Glagah Wangi (Bintoro) dekat Jepara. Usahanya mendirikan pesantren ternyata berhasil, lama-kelamaan berkembang menjadi pusat perdagangan, pusat sikap beriman, agama Islam, dan pusat kekuasaan Islam, kemudian akhirnya tumbuh menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Jawa. Dalam waktu singkat, daerah Lasem, Tuban, Sedayu, dan Gresik masuk mulia. Hal ini terli ke dalam kekuasaan Demak Tahn 1513, Demak melancarkan serangannya untuk membebaskan Malaka dari Portugis yang dipimpin Adipati Unus, walau serangannya gagal, tetapi cukup merepotkan kebangsaan dan Portugis. Tahun 1518, beliau wafat, dan digantikan oleh Adipati Unus, namun pemerintahannya hanya berjalan tiga tahun, lalu diganti oleh adiknya, yakni Pangeran Trenggono. Sementara itu, Portugis berhasil menduduki Samudra Pasai, kemudian berusaha menduduki Pajajaran dan Sunda Kelapa. Menghadapi hal tersebut, Sultan Trenggono memperkuat pertahanannya. Seorang ulama yang berhasil melarikan diri dari Pasai bernama Fatahillah, selanjutnya ia diangkat menjadi panglima armada kerajaan Demak. tanah air itu bag dari iman). Selanjutnya, Fatahillah ditugaskan menggagalkan rencana Portugis menduduki Pajajaran dan Sunda Kelapa. Tahun 1522, Sunda Kelapa dapat direbut dan berganti nama menjadi Jayakarta. Selain itu, Fatahillah juga berhasil merebut Cirebon dan Banten. Dengan jatuhnya kota-kota tersebut, membuat Portugis mengalami kesulitan untuk menguasai karena mendapat perlawanan tentara Demak. Akhirnya, kerajaan Demak mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan di internal keluarga. Sejak itu, tamatlah riwayat kerajaan Demak dan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Demak seperti Banten, Cirebon, Tuban, Gresik, dan Surabaya melepaskan diri dari kekuasaan Demak.
g. Kerajaan Mataram Mataram merupakan peralihan dari Kerajaan Pajang. Raden Sutawijaya, sebagai raja, tidak memakai gelar "Sultan", tetapi lebih senang memakai gelar Panembahan Senopati. Tahun 1601, Panembahan Senopati wafat, kedudukannya diganti putranya yang bernama Raden Mas Jolang. Setelah Raden Mas Jolang wafat, ia digantikan oleh Raden Mas Rangsang (1613- 1645) yang bergelar Sultan Agung. Beliau menjadi raja terbesar dan sejalan dengan itu kerajaan Mataram mengalami zaman keemasan, wilayah kekuasaannya sangat luas mencakup seluruh Pulau Jawa (kecuali Banten) bahkan sampai Kalimantan. Pada masa kepemimpinannya, Belanda sudah memasuki wilayah Indonesia dan menguasai Batavia (Jayakarta). Sultan Agung sangat membenci Belanda sehingga pada tahun 1628 dan 1629, ia mengirim pasukan untuk mengusir Belanda, meski belum berhasil karena kuatnya pertahanan Belanda. Disebabkan berebut kekuasaan dan penerapan politik divide et empera Belanda, akhirnya kerajan ini pecah menjadi tiga, yaitu: Paku Buwono II (Amangkurat IV) berpusat di Surakarta, Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I) berpusat di Yogyakarta dan Raden Mas Said (Mangku Negoro I) di Surakarta. h. Kerajaan Cirebon Cirebon mulanya merupakan wilayah dari kerajaan Pajajaran, Walangsungsang (putra Prabu Siliwangi) diberi tugas menjadi juru labuhan yang bergelar Cakrabumi. Bersama adiknya, Nyai Rara Santang, keduanya mempelajari Islam di pesantren Gunung Jati yang dipimpin Syekh Datu Kahfi (Nurul Jati). Setelah cukup kuat, Walangsungsang memproklamirkan Cirebon menjadi kesultanan dan mengangkat dirinya menjadi Sultan yang bergelar Cakrabhuwana. Setelah Walangsungsang wafat, kedudukan dipimpin oleh Syarif Hidayatullah putra Nyai Rara Santang dengan Syarif Abdullah. Menurut Babad Cirebon, Syarif Hidayatullahlah yang berhasil mengembangkan kesultanan Cirebon, bahkan menurunkan raja-raja Cirebon termasuk juga raja-raja Banten. Sepeninggal Syarif Hidayatullah, kekuasaan diserahkan pada cucunya pangeran Ratu (Panembahan Yusuf), setelah itu diganti Panembahan Girilaya. Keutuhan kesultanan Cirebon hanya sampai Panembahan Girilaya karena setelah itu, Cirebon diperintah oleh kedua putranya Maratawijaya (Panembahan Sepuh) memimpin Kasultanan
i. Kerajaan Banten Tahun 1526 pasukan gabungan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Fatahillah berhasil merebut Banten dari kekuasaan Pajajaran. Pusat kekuasaan dipindahkan dari Banten Girang ke Surosowan. Karena Malaka jatuh ke Portugis, maka para pedagang Muslim mengalihkan jalur perdagangannya ke pelabuhan Banten. Atas persetujuan Demak, Maulana Hasanudin (putra Syarif Hidayatullah) diangkat menjadi Adipati Banten karena ayahnya kembali ke Cirebon. Ketika Demak mengalami kekacauan, Maulana Hasanudin melepaskan diri dari Demak menjadi kesultanan tersendiri. Kemajuan Banten sebagai kerajaan Islam terus berlanjut pada masa raja-raja berikutnya, tetapi pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, kebesaran Banten mengalami kemunduran, akibat ulah putranya yang bernama Sultan Haji yang bekerja sama dengan Belanda.
By kelompok II KELOMPOK II Tugas agama
Gowa Talo merupakan dua kerajaan kembar yang berpusat di Simbaopu (Makassar). Tahun 1605 raja Gowa yang bernama Karaeng Tuninggalo memeluk Islam, setelah mendengar dari seorang ulama yang berasal dari Minangkabau yang bernama Katib Tunggal (Dato ri Bandang) dan mengganti nama menjadi Sultan Alauddin Awwalul Islam. Sultan Alaudin mengajak raja Bone, Soppeng, dan Wajo untuk memeluk Islam, namun pada awalnya mereka menolak, sebelum kemudian, raja-raja itu mau masuk Islam. Sejak itu, agama Islam tersebar luas di Sulawesi Selatan. Ketika Sultan Alauddin wafat, diganti oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Said. Raja Gowa yang paling berani menentang penjajahan Belanda adalah Sultan Hasanuddin, karena keberaniannya, ia dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Terdapat empat kerajaan di Maluku, yaitu Tidore, Ternate, Jailolo, dan Bacan. Namun, hanya kerajaan Ternate dan Tidore yang berkembang menjadi kerajaan besar. Rajanya bergelar Kolano, tetapi setelah masuk Islam, berubah gelarnya menjadi Sultan. Antara Ternate dan Tidore selalu bersaing untuk menguasai perdagangan, mereka membentuk persekutuan dagang, sehingga lahirlah Uli Lima yang dipimpin Ternate dan Uli Siwa yang dipimpin Tidore. Persaingan semakin tajam, ketika Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, di satu sisi Ternate bersekutu dengan Portugis, sementara Tidore dengan Spanyol. Portugis melakukan politik monopoli dagang dan ikut campur dalam masalah Kerajaan Ternate. Tindakan tersebut, ditentang oleh rakyat Ternate dengan dipimpin Sultan Khairun, yang berusaha melepaskan diri dari Portugis. Tahun 1570, Sultan Khairun tersingkir oleh tangan Portugis peristiwa tersebut membangkitkan kemarahan rakyat dengan dipimpin putra Khairun, yaitu Sultan Baabullah. Beliau berusaha mengusir Portugis, melalui upaya ini kerajaan Tidore berbalik memihak Ternate dan bersama-sama menggempur Portugis. Perjuangan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Baabullah akhirnya berhasil mengusir Portugis J. Kerajaan Gua Talo ( Makasar ) K. Kerajaan Ternate dan Tidore
Jalur pendidikan merupakan salah satu cara penyebaran Islam. Lembaga pendidikan Islam yang paling berjasa adalah Pondok Pesantren. Pesantren ini dipimpin seorang Kiai (Jawa) atau Ajengon (Sunda), dan muridnya disebut santri. Pada lembaga ini, para santri dididik ilmu agama, seperti Tafsir AlQur'an, Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak, Bahasa Arab (Balaghah, Nahwu dan Sharaf), ilmu bela diri, dan ilmu pengetahuan umum. Semua pelajaran tersebut digunakan untuk persiapan menjadi pemimpin masyarakat Keberadaan pondok pesantren diakui sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sudah ikut andil mencerdaskan kehidupan masyarakat Indonesia, baik di masa lalu, kini, maupun di masa yang akan datang. terutama ketika bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Pada saat ini, ribuan pesantren tersebar di seluruh tanah air dan tentu sangat membawa pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. khususnya untuk benteng akhlak atau moral generasi muda bangsa. Peninggalan Islam dalam seni bangunan terlihat pada bentuk bangunan berikut: 2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan Kebudayaan Islam di Indonesia pengaruh ajaran Islam yang diajarkan para ulama terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Indonesia antara lain sebagai berikut A. Pondok pesantren B. Seni bangunan
3. Makam contohnya makam para raja para wali dan makam para Sultan Sebelum Islam masuk, aksara Indonesia dipengaruhi oleh Huruf Pallawa dari India. Setelah Islam masuk, huruf Arab mulai berkembang, sehingga banyak karya sastra yang ditulis memakai huruf Arab Melayu. Menurut Islam, terdapat larangan membuat gambar atau lukisan berbentuk makhluk hidup, sehingga berkembang seni membuat tulisan Arab yang sangat indah disebut dengan kaligrafi. Karya seni ini memiliki nilai sangat tinggi yang dapat dijumpai dalam nisan Sultan Malik As-Saleh dan Kerajaan Samudra Pasai dan bangunan- bangunan masjid serta galeri seni atau di tempat-tempat lainnya. Selain kaligrafi, ada juga seni pahat dengan menggunakan tulisan Arab yang dipahatkan pada kayu yang disebut dengan ukiran. Hal ini dapat dilihat pada bangunan, seperti ukiran Jepara pada dinding Masjid Mantingan di daerah Jepara, keraton-keraton, nisan, makam, atau gapura 1. Masjid seperti masjid agung Demak yang didirikan oleh Raden patah bersama para wali yang salah satu tiangnya terbuat dari pohon-pohon kayu yang disebut tatal masjid menara Kudus yang didirikan sunan Kudus yang memiliki menara menyerupai candi serta bangunan masjid lainnya. 2. Keraton seperti Keraton Surakarta Keraton Cirebon Keraton surosowan Banten serta Keraton Yogyakarta C. Tulisan atau aksara D. Seni ukir
Pengaruh budaya Islam dalam karya sastra ditemukan pada peninggalan berupa suluk, syair, dan hikayat. Suluk merupakan kitab yang menjelaskan masalah tasawuf, contohnya: 1) Suluk Sukarsa, yang berisi tentang cerita Ki Sukarsa mencari ilmu sejati untuk mencari kesempurnaan. 2) Suluk Wijil, yang berisi wejangan Sunan Bonang pada Wijil yang merupakan salah satu abdi dalem raja Majapahit. 3) Suluk Malang Sumirang, yang berisi mengagungkan orang yang sudah mencapai kesempurnaan. Adapun contoh syair antara lain sebagai berikut: 1.Syair Perahu, yang isinya mengibaratkan manusia sebagai perahu. 2.Syair Si Burung Pinggai, yang isinya menggambarkan manusia sebagai seekor burung. Beberapa contoh hikayat adalah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bahtiar, Hikayat si Miskin, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Jahwar Manikah, Hikayat Raja-Raja Pasai, dan Hikayat Hasanudin. Ada juga hasil karya para pemikir berupa cerita yang bernapaskan Islam yang dituangkan dalam bentuk buku, di antaranya: 1) Hamzah Fansuri dari Barus yang menulis Suluk. 2) Bukhari Al-Jauhari dari Aceh penulis buku Tajus Salatin. 3) Nuruddin Ar-Raniri dari Aceh penulis Bustanus Salatin. 4) Maulana Yusuf dari Banten menulis kitab-kitab yang berisikan tentang tasawuf. E. Seni sastra
Dhonan Z Affan Awa Febiyan Febrian Kalender yang digunakan sebelum masuknya Islam ake Indonesia adalah Kalender Saka. Setelah masuknya Islam, mulai dikenal kalender yang menggunakan penanggalan Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Tokoh yang merintisnya adalah Sultan Agung dari Mataram. Saat ini, masyarakat menggunakan sistem kalender yang merupakan gabungan dari penanggalan Hijriah, Saka, dan Masehi Febriyan F. Sistem kalender
Kelompok6 Anggota: 1.Sanana 2.Dimas 3.Arkan 4.Syahrul 5.Kharisma DMeneladaniTokohUlamaPenyebarIslam diIndonesiadenganCaraMembiasakan diriBersikapSederhanadanBersungguh-sungguhdalam MencariIlmu Banyak keteladanan yang dapat dijadikan pelajaran daripara ulama penyebarIslam diIndonesia,antaralain:Pertama,polahidupsederhana.Hidup sederhanamenurutQS.Al-Furqan/25:67adalah: َواَّلِذيَنِإَذاالَفُقواَلْمُيْسِرُفواَوَلْمَيْقُتُرواَوَكاَنَبْيَنَذِلَكَقَواًما Al-Furqan/25:67)Melaluiayattersebut,tersimpulbahwahidupsederhanaadalah hidup yang tidak berlebihan dan tidak pelit.Menjalanihidup sederhana harus melaluiproses,sehinggamenjadikebiasaandalam kesehariansepertihiduptidak berlebihan,janganberbuattabzirdanisrafdanbanyakbersedekahuntukumat, sepertiyangdicontohkanolehparapenyebarIslam diindonesia Kedua,menuntutilmu.Menuntutilmumenjadikewajibansetiapmuslim karenailmu adalahjalanuntukmengetahuiRabb-nya.Tanpailmu,manusiabanyakmengalami kekalahan dibanyak sektor Contohnya sudah banyak,jika Anda jelimelihat keadaandibanyaktempat,bahkanayatpertamayangditurunkanolehAllahSwt. adalahayatyangberkenaandenganperintahmenuntutilmu,sesuaiQ.SAl-Alaq/96: 1,yaitu: قرأِباْسِمَرِّبَكاَّلِذيَخَلَقالعلق:(١ Artinya:"Bacalahdengan(menyebut)namaTuhanmuyangMenciptakan." DiIndonesia,tradisimengembara mencariilmu juga tumbuh subur.Uniknya, mengembaramencariilmudiIndonesiabukansematauntukmencariilmu,namun juga mengharap berkah.Praktik semacam inibiasanya dilakukan dengan cara berguru,tetapidengan tenggat waktu yang tidak terlalu lama.AbdulWahid Hasyim,anaklelakiputra K.H.Hasyim Asyari,adalah satu diantara beberapa contohyangmemilikitradisirihlahilmiahdanngalapberkahtersebut. Setelah tamat dariMadrasah Tebuireng.Wahid Hasyim menghabiskan waktu hanya selama dua puluh lima hari.Wahid Hasyim kemudian melanjutkan ke PesantrenLirboyo,KediriasuhanK.H.AbdulKarim,selamaduatahun.Selepasdari Lirboyo,Wahidberpindahdarisatupesantrenkepesantrenyanglaindisekitar JawaTimur. Meskipundemikian,selainmotivasingalapberkah,PradjartaDirdjosanjotodalam bukunyaMemeliharaUmat:KiaiPesantren-KiDiLanggardiJawamencobamencari alasanrasionalmengapatradisiberpindahdarisatupesantrenkepesantrenlain inimenjaditumbuh subur didunia pesantren? Jawabannya,karena faktor keilmuandanspesialisasikiaipengasuhpesantrenternyatayangmemengaruhinya. Seorang kiaibiasanyadikenalspesialisdibidang keilmuantertentu.Kondisiini membuatsantriyanghausilmuharusmengembaradanberpindahdarisatukiaike kiailaindanjugadaripesantrensatukepesantrenlain.Perpindahannyaituuntuk menambah ilmu.Para ulama terdahulu mewariskan etosbelajaryang demikian
kuatyangterangkum dalam kalimatbijak,yakni:mencariilmuituharusberbekal peluhdanwaktu(johdunnafswaboźlulqarihah).Tanpasemangatyangtangguh danupayayangkuat,niscayailmuakansangatsulitdidapat. Syekh Nawawi(Banten)menjelaskan bahwa seorang yang membiasakan sikap kesungguhanmencariilmu,harusmemilikitigaciri,Pertama,tidakmencariharta duniadengansebabilmuyangdimiliki.Kedua,tujuandarikesibukannyadengan ilmu adalah untuk mendapatkan kebahagiaan ukhrawi,sehingga lebih sibuk terhadap ilmu yang bersifatbatin,dan Ketiga,ilmu yang dimilkiharusselalu bersandarpadaajaranRasulullahSaw. Adapunciriseseorangyangmenyebarkanilmunya,bukanhanyakarenaingin mendapatkannikmatduniasemataantaralainsebagaiberikut. 1.Perkataannya selalu sesuaidengan perbuatannya.Artinya,ia selalu menjadi pelakuawalatasilmuyangdiketahuisebelum menyebarkannyakepadaoranglain. 2 Menyebarkan ilmu sesuaidengan kadar kemampuannya dan haltersebut merupakanwujudketaatankepadaAllahSwt.sertamenjauhiberdebatanyang tidakbermanfaat. 3.Menghindarikemewahandalam makanan,tempattinggal,sandang,dansegala kebutuhandunia. 4.Mengendalikandiriuntuktidakbergauldenganparapenguasa,kecualihanya untuk memberi nasihat atau untuk meredam kezalimannya dan untuk membantunyamendapatkankeridaanAllahSwt. 5.Tidak tergesa-gesa dalam memberikan fatwa atau pendapat,kecualitelah benar-benarmemahamimasalahyangterjadi.