The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by maymunahikasari371, 2022-08-02 00:52:47

Gelora Asa dalam Jiwa

Gelora Asa dalam Jiwa

Kumpulan Puisi

Gelora Asa
Dalam Jiwa

Oleh:
Dra. Estu Kusumowati
Guru SMP Negeri 2 Mojotengah

Wonosobo

2

Kumpulan Puisi
Gelora Asa dalam Jiwa

Copyright © Pustaka Ilmu, 2021
Hak Cipta Ada Pada Penulis
55 hlm.; 14,5 x 20,5 cm
ISBN :

Penulis : Dra. Estu Kusumowati
Editor : Dra. Estu Kusumowati
Desain Cover : Linkmed
Layout : Linkmed

Kumpulan Puisi
Gelora Asa dalam Jiwa

Diterbitkan (Cetakan 1) Februari 2022 oleh:
Pustaka Ilmu
Griya Larasati No.079 Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta
E-mail: [email protected]
Website: https:// www.pustakailmu.co.id

Anggota IKAPI

Pencetak:
Lingkar Media
Perum. Gunung Sempu RT. 06 Jl. Menur No. 187 Bantul, Yk
Telp. /WA: 0857 1285 3858

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku tanpa seizin tertulis dari penulis/penerbit Pustaka Ilmu Yogyakarta

3

KATA PENGANTAR

Pertama saya berterima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah menuntun saya. kedua kepada orang
tua,suami dan anak anak saya, ketiga semua teman teman
yang selalu mendukung dalam setiap kegiatan positif saya.

Puisi adalah ekspresi jiwa, curahan hati yang
terdalam, puisi bisa menjadi teman dikala rasa sepi
menghantui. Puisi”Gelora Asa dalam Jiwa” ini datang dari
dalam hati dengan pengalaman yang saya alami sendiri,
sebuah puisi yang sederhana ini menggambarkan setiap
perasaan yang saya alami yang tercurah mengiringi pena
yang menari menuliskan bait demi bait didalamnya.

Saya sangat gembira bisa mempersembahkan sebuah
karya, walaupun masih belum sempurna bagi anda
pembaca yang budiman. Dengan berharap bisa mewakili
sebuah perasaan yang sama. lika-liku dan pahit-getir
kehidupan Dalam pencarian kebahagiaan hidup mewarnai
lembar demi lembar buku ini di mulai dari perasaan yang
bergelombang kadang senang kadang sedih, kadang ceria,
dan kadang berduka mereka datang mengikuti perjalanan
hidup ini.

dalam perjalanan hidupku cuma tersenyum,
menangis, gembira, dan kadang merana juga. dalam buku
ini menggambarkan perjalanan hidup Saya dari putus asa,

4

kesal, marah-marah,dengan terus berharap menemukan
kebahagiaan yg hakiki, dan bahkan tentang mimpi mimpi
yang terus bergelayut dalam kalbu. semua tercantum dalam
buku ini "Gelora Asa Dalam Jiwa " . puisi dalam buku ini
adalah semua tulisan saya, yang saya kumpulkan di buku
harian.

Akhir kata, permintaan maaf saya sampaikan, karena
karya saya masih banyak kekurangan, kejenuhan, dan
kurang sempurna. dengan lapang dada saya mengharap
saran, kritik, dan Masukan yang membangun agar saya bisa
terus memperbaiki karya-karya saya yang berikutnya

Salam Sehat penuh semangat !

Penulis

5

DAFTAR ISI

* Kata Pengantar __________ 4
* Daftar Isi __________ 6

1. Gelora Asa dalam Jiwa __________ 10
2. S E S A L K U _________ 11
3. Maafkan Aku Sayang __________ 12
4. Gundah Gulana __________ 13
5. Alam bawah Sadarku __________ 14
6. Rasa Yang Telah Punah __________15
7. Tak Seindah Mimpi __________16
8. Harapan Baru __________ 18
9. Seruan Jiwaku __________ 19
10. Kata Katamu __________ 20
11. Salah __________ 22
12. Jiwa Nan Sunyi __________ 23
13. Berjanji Pada Ranting __________ 25
14. Mimpi Buruk __________ 26
15. Sepintas Senja __________ 27
16. Teja __________ 28
17. Jelang Senja __________ 29
18. Senjaku __________ 30
19. Satu Hari Bersama Sang Baskara __________ 32
20. Petani Dan Senja __________ 33

6

21. Senja Berpamit __________ 34
22. Senja Terburu-buru __________ 35
23. Angin __________ 36
24. Rinduku Pada Angin __________ 38
25. Kalit Berbalut Rindu __________ 39
26. Gugur Daun __________ 40
27. Gemuruh Hati __________ 41
28. Bintang Malamku __________ 42
29. Hujan __________ 44
30. Hujan Reda __________ 46
31. Pertemuan __________ 47
32. Tatapanmu __________ 48
33. Aku Memilih __________ 49
34. Rindu __________ 50
35. Ibuku __________ 52
36. Keluarga __________ 53
* Tentang Penulis __________ 54

7

8

9

GELORA ASA DALAM JIWA

Ini bukanlah akhir dari segalanya
Penantianku tak berujung
Kerinduanku tak terbatas
Sendu ku tak mendengung
Namun kesepian tak kunjung reda

Sang Pencipta
Lihat daku dan makna hidupku
Sesal tiada ujung merelung
Pakai hati batu tak tersayat

Penantian hanya akal kosong belaka
Meski sedih di relung hati
Mengajak senja bersorak ria
Menumpuk asa yang kian terlupa

Aku sadar masih ada rasa
Walau Pahit Lidah mengecap
Tapi harapan tetap ada
Meski Kenyataan tak sama
Penantian panjang kan ucap
Gelora asa kan terus ada dalam jiwa

10

SESALKU

Semua sudah kulakukan hanya untukmu,
Aku bekerja untuk belajar membantumu,
Aku menabung untuk masa depan bersamamu,
Aku meluangkan waktuku hanya untuk bersamamu,
Namun apa yang ku pertangguhkan kepadamu,
Hanya kau lihat sebelah mata,
Seakan aku tak berguna,
Dan aku sadar aku hanya pemeran pengganti,
Pengobat luka sementara,
Sekian lama rasa sakit yang ku alami,
Setelah kau pulih aku hanya sebatas pasien bagi rasamu
saja,
Dan aku kembali sepi sendiri tanpa sebab yang pasti.

11

MAAFKAN AKU SAYANG

Sunyi
Setelah Kau Pergi,
Aku terkurung dalam ruang hampa dalam hati,
Bayangmu terus dan terus menghantuiku
Mungkin kamu marah
Atas sikap dan ulahku,
Setidaknya kau tahu maksud hatiku,

Apakah kau tahu hatiku?
Hati yang tak rela kau tinggal pergi,
Hati yang selalu kau dambakan

Andai bintang bisa berbincang
Dan menuntun arah hati,
Pada kejujuran yang akan dituju,
Yang tak ingin langit menghitam bagi hatimu

Aku menunggu kembali tawamu
Aku kembali menunggu sapamu
Meskipun Hanya Sekejap saja
Aku pasti bahagia

Maafkan aku sayang

12

GUNDAH GULANA

Pakai Indah membentang alam
Bagai buruk merusak dalam
Pakai Elok menawan tak buram
Bagai per disuruh tak muram jam
Bagai lembu menari dayuh
Bagai merpati terbang lumpuh
Bagai kelinci berlari meneduh
Bagai angsa berenang keruh
Bagai papan tak beroda
Bagai bulir tak bertunas
Bagai raga tak berjiwa
Pakai hati tak berharga

13

ALAM BAWAH SADARKU

Angin yang membawa daun-daun kering tak tentu arah
Aku terjebak diperdaya debu-debu hingga sesak
Kemana arah tujuan hidup kekal
Angin yang mulai apatis
Gugur sudah pakai hempaskan mimpi
Aku ingin dengar bisikanku di telingaku angin
Mendekapku pada Kedamaian
Haruskah Ku sembunyi?
Lantas Bagaimana jika aku bersembunyi?
Haruskah aku hilang ingatan?
Bisakah aku hilang ingatan? walaupun aku tetap dalam
sadar

14

RASA YANG TELAH PUNAH

Kau Tahu? aku hati yang kau kejar kejar waktu itu.
Kau bilang, rasa akan selalu nyaman.
Bahkan debu dan tanah akan menyatukan kita nanti.
Sadarkah kau itu? Lihatlah apa sekarang kau masih ada
hati di sana?
Aku rasa sekarang sudah kosong dengan semua omong
kosong.
Sadarkah kau, rasa ini kembali sakit,
Saat peluru yang kau luncurkan kembali Kau cabut.
Apa hanya akan sebatas seperti ini?
Semua buatmu yang membuatku muak dan semakin muak.

15

TAK SEINDAH MIMPI

Kenyataan hidup memang berat
Penyesalan tak akan datang diawal
Ia selalu mengekor di belakang
Menunggu kepala sampai pada tujuan

Pernyataan yang terkubur lebih dalam
Emosi tak pernah datang di awal pertempuran
Semua bisa melebur pada jejak pertemuan

Esok akan tiba menjelang
Harapan Tak Selalu sesuai rencana
Namun keajaiban akan menyempurnakan nya

Bagaikan Matahari merindu pada bintang di tengah malam
Makan nasi bisa menjadi bubur
Sampai peribahasa malu bertanya hilang di jalan

Masih menunggu harapan ada di esok hari
Hingga Mentari menyambut kembali

16

17

HARAPAN BARU

Tak ada masa lalu,
Hidup adalah musuh
Kau bangun menemukan hari baru,
Ingin kau hapus dengan menunggu di dekat pintu,
Seperti Sepasang Sepatu yang harus kau kenakan ke tempat
kerja.
Wajah-wajah yang melewati jalanan sibuk itu,
Separuh asing,
Separuh milik seseorang yang tidur di kota,
Menjauh dan terus mengabur digerus kabar buruk.

18

SERUAN JIWAKU

Lihat siang bagai malam
Lihat Malam Tak Berbintang
Ini perjalananku
Meski sendiri tak berbatu
Meliuk ruling senandung rindu
Kesan pagi tak menapi
Sepi menyelimut luka di hati
Hamparan Rawa jadi saksi
Tabu misteri tak terobati
Aku bosan di sini!

Senandung rindu ini tak berarti
Mendulang semangat yang kabur layu
Seakan senang hanya di bibir
Merasuk ke dalam menusuk hatiku
Berbaring terkulai tak berarti

Ini seruanku
Wahai pemuja Senandung
Riuh tak tertuju
Ini seruan hatiku

19

KATA KATAMU

Kau bilang ini manis, nyatanya pahit.
Kau bilang ini Baik, nyatanya buruk.
Kau bilang ini nyaman, Ternyata membosankan.
Kau bilang ini soal hati, nyatanya tentang benci.

Kau bilang ini erat, nyatanya renggang.
Kau bilang ini dekat rumah Ternyata jauh.
Kau bilang ini abadi, ternyata sementara.
Kau bilang ini sejahtera,nyatanya sangsara.

Kau bilang ini damai, nyatanya kacau.
Kau bilang ini ramai, nyatanya sunyi.
Kau bilang ini maju, nyatanya mundur.
Kau bilang ini Berkelana, nyatanya di rumah.
Kau bilang ini yang pertama, nyatanya terakhir.

Kau bilang ini berani, nyatanya gamang.
Kau bilang ini mudah, ternyata susah.
Kau bilang ini sama, nyatanya berbeda.
Kau bilang ini memuji, nyatanya mencela.

Kau bilang ini jujur, ternyata munafik.
Kau bilang ini ceria, nyatanya muram.

20

Kau bilang ini tenang, nyatanya panik.
Kau bilang ini bahagia, nyatanya Pedih.
Kau bilang ini anomali , nyatanya normal.
Kau bilang afirmatif, nyatanya negatif.
Kau bilang ini asketisme, nyatanya hedonisme.
Kau bilang ini dinamis, nyatanya statistis.

21

SALAH

Terkadang kau rindu,
Tapi tak mampu untuk mengungkapkan.
Kau berpura-pura supaya tak ada orang yang tahu.
Hatimu akan selalu lelah untuk terus berbohong.
Kau pikir berbohong adalah cara terbaik untuk menutupi
kebaikan.
Tapi itu salah!

22

JIWA NAN SUNYI

Aku sendirian,
Tubuhku tersekat dengan bangunan.
Jiwaku mencari keramaian dalam dunia maya.
Aku bahkan seperti orang yang terhilang,
Bagai pasir yang diterjang arus ombak ketepian.

23

24

BERJANJI PADA RANTING

Tak usah berjanji pada ranting
Ia akan ditinggalkan oleh daun yang mulai kering,
Pada saat rindu-rindunya.

25

MIMPI BURUK

Pagi ini terasa semakin getas,
Kalau kita perlahan saling menyatukan
Catatan mimpi yang tak kunjung usai
Untuk kita jelajahi.
Saat aku kembali terlelap
Aku mencoba kembali mengulang,
Mimpi tak akan kembali sama,
Aku dan kau tak saling menyapa.

26

SEPINTAS SENJA

Katanya senja tak pernah terlambat,
Katanya senja tak pernah sekejap,
Katanya senja selalu mendekap,
Nyatanya senja hanya sepintas,
Meredam rasa,
Menanti kembali terang yang datang.

27

TEJA

Semburat Jingga menyala
Dari semua bunga ilalang
Terayun kian kemari

Gadis mereka duduk termangu
Kesunyian terlihat pada bola matanya
Bisikan nyanyian serangga silih berganti
Bersahutan bersama desir angin senja
Hawa sejuk kian menyerah pada bunga ilalang lunglai,

Gadis senja…
Sedih, pada raut wajahnya
Menatap Ilalang lunglai
Yang semakin terombang ambing
Pada arus angin
Akankah ia terbang?
Dan kemana ia terbang?
Pada bebatuan terjal kah?
Atau pada tanah yang gembur?

Malam yang kembali menyapa
Bersama pintu gerbang yang berderit

28

JELANG SENJA

Senja manja menawarkan keindahannya
Menutup kehidupan siang yang fana
Menyambut remang gelap pada akhirnya
Senja memikat indah pesona

29

SENJAKU

Aku suka Sunset dan keindahannya.
Bagaimana saat senja datang
Begitulah waktu hari akan berganti,
Dari terangnya siang menjadi gelapnya malam,
Senja menutup cerita bagaimana indahnya pagi,
Siang dan sore yang telah dilalui seharian.

30

31

SATU HARI BERSAMA SANG BASKARA

Pertemuan ini, sangat penuh rindu meluap.
Membanjir lndah terlampiaskan.
Waktu singkat jadi penentu.
Pertemuan dua hati menjadi satu.
Menimbang rasa menjadi suka.

Perjalanan paruh waktu.
Mengukur lelah memupuk rindu.
Pengobat hati, penyembuh luka.
Memanis rasa mengubah jiwa.

Satu hari singkat penuh cerita.
Pecahkan tawa benamkan benci.
Hari ini singkat penuh arti.
Meraut manja membuang muram.
Pesonamu Menoreh kisah, hapus nestapa.

Rindu tak sebatas penentu jarak yang menghalang.
Rindu Hanya dua hati yang menguap untuk saling meluap.
Tak perlu mahal tak perlu mewah hanya sederhana saja.

Percaya hanya itu kunci dan intinya.
Tetaplah berdoa, Tuhan yang akan menuntun

32

PETANI DAN SENJA

Senja yang ditunggu sang petani,
Berharap panen kan melimpah,
Demi nafkah sang keluarga,
Menyambung hidup,
Pada dunia.

33

SENJA BERPAMIT

Dari Sela bambu kau pancarkan senja,
Dari tepian awan kau pancarkan Pesona,
Selalu Cakrawala kau sejukkan mata,
Senja, sang surya yang kembali berpamit

34

SENJA TERBURU-BURU

Kenapa senja selalu Terburu?
Aku belum sempat memberi warna pada sang langit,
Dengan warna rindu yang aku miliki,
Aku belum sempat bertanya,
Apakah Ia disana merinduku?
Dengan menatap senja yang sama.

35

ANGIN

Kau bagaikan angin,
aku hanya sehelai daun kering.
kita bersama akan menjelajah pada celah hutan,
Untuk bertemu pada tempat persinggahan.

36

37

RINDUKU PADA ANGIN

Aku titipkan rindu pada angin,
Aku akan terbangkan ribuan lampion
Untuk menangkapnya.
Supaya kau tahu,
Bagaimana aku berkorban,
Menunggumu hingga kau kembali pada pelukku.

38

KALUT BERBALUT RINDU

Rintik hujan menyisakan kalut
Hujaman perih saling menyahut
Setelah sepi ikut menyambut
Apakah malam tetap berkabut?

Dinginnya suhu menyumpal rasa
Genangan luka lebar menganga
Lalu kapankah tertutup derita senjata?
Sebelum esok nestapa tiba,
Dapatkah luka terbungkus tawa?
Atau dibiarkan meradang lara

Seikat rindu bujukku pilu
Semburat pilu paksaku sendu
Apa yang pilu? mana yang rindu?

Kalutku berbalut rindu!!!

39

GUGUR DAUN

Biarlah aku gugur tergoyah angin
Aku melayang
Dan terhempas pada rerumputan
Dan kau berhasil memaksa hatiku
Aku untuk tetap tinggal
Menghuni relung jantungmu

40

GEMURUH HATI

Bila langit tak lagi biru
Melainkan lembayung jingga
Tandanya senja tlah menjelang

Bila Mega tak lagi putih
Melainkan hitam bergemuruh
Tandanya hujan kan berkunjung

Bila bayu tak lagi lembut
Melainkan kencang bergelombang
Tandanya Badai kan segera datang

Bila ombak tak lagi tenang
Melainkan menghempas dengan garang
Tandanya air laut akan segera pasang

Bagaimana dengan hati
Yang tak lagi berdendang
Melainkan bergemuruh dengan kencang..?

41

BINTANG MALAMKU

Langit, terlalu banyak bintang yang singgah di sana,
Tetapi bagiku itu menyilaukan dimataku,
Bukan aku tak mau mengaguminya,
Aku takut bila nanti ku jatuh terlalu tinggi saat berharap,
Sedangkan diriku masih berpijak atas bumi tak berdaya,
Karena kenyataan dari kehidupan ini,

Kaulah bintang itu,
Yang memberi cahaya keindahan tanpa menyilaukan mata,
Namun sayang, Kau terlalu indah untukku kugenggam saat
ini,
Hingga rasa ini tak mampu terlalu jauh berharap,
Kau begitu tinggi bertahta diantara awan-awan yang indah,
Yang dirindukan dari banyaknya mata memandang,

Kuingin cahayamu selalu menyinari,
Member dan makna dalam hidupku,
Hingga ku tak jenuh memandangmu,
Karena cahayamu memberikan harapan kehidupan,

Aku bagaikan sayap yang patah,
Yang terjebak oleh lirihnya kenyataan,
Jangankan untuk melangkah,

42

Berdiri untuk bertahan pun, aku terhuyung,
Begitu sering aku terhempas pada kerasnya tanah,
Kau adalah bintang,
Yang memberikan keindahan di setiap malamku,
Berikan cahayamu di atas bumi ini,
Berharap bibirnya kan selalu tersenyum,
Aku tak berharap kau surutkan dalam kenyataan ini,
Karena kau akan tenggelam di balik sang surya,
Yang dipatahkannya lirih dari kehidupan.

43

HUJAN

Lihatlah hujan,rintiknya menari nari
Lihatlah hujan,desirnya menyapu angin
Lihatlah hujan,penuh kenangan dan masa lalu
Lihatlah hujan,dingin rindu menyapamu
Lihatlah hujan,mampu satukan langit dan bumi

44

45

HUJAN REDA

Hujan mereda
Kaupun menjelma bagai pelangi
Membujur diantara rindu dan sunyi
Terbata bata
Lembut rasa rinduku

46

PERTEMUAN

Aku selalu rindu pada pertemuan,
Pada tatapan matamu,
Aku selalu luluh,
Aku bisa melihat pantulan cahaya matamu,
Ada aku pada bola matamu.

47

TATAPANMU

Pertahankan tatapan matamu
Biarkan tatapan kita menyatu
Dalam dekapan kalbu
Kau dan aku mengudara
Syahdu

48

AKU MEMILIH

Aku memilih,
Karena engkau yang aku idamkan,
Engkau lebih dari yang aku harapkan,
Engkau yang mengisi kekosongan kalbuku
Engkau yang melengkapi kekuranganku,
Aku memilihmu,
Menjadi teman hidup hingga ajalku.

49

RINDU

Jarak memupuk rindu
Tubuh merindu pulang ke pelukan
Hati mengurai luluh pada kenangan
Dalam dekapmu yang menjadi rumahku

50


Click to View FlipBook Version