The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

TUGAS PERTEMUAN 14 PBAK_DITYA KASIM-dikonversi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by desvitatriretnowatymakuta, 2021-05-04 05:41:56

TUGAS PERTEMUAN 14 DITYA KASIM

TUGAS PERTEMUAN 14 PBAK_DITYA KASIM-dikonversi

TUGAS
“PERANAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI”

DISUSUN OLEH :

NAMA : DITYA KASIM

NIM : 751540120039

KELAS : IB DIII KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPUH : SITI CHOIRUL DWI ASTUTI, M. TR. KEB

MATA KULIAH : PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN 2020

TUGAS

1. Berikan gerakan anti korupsi yang bisa dilakukan mahasiswa di lingkungan masyarakat
2. Berikan gerakan anti korupsi yang pernah dilakukan mahasiswa di tingkat nasional yang

berdampak positif
3. Berikan gerakan anti korupsi yang pernah dilakukan mahasiswa di tingkat nasional yang

berdampak negative

JAWABAN

1. Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
Apakah kantor-kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakatnya
dengan sewajarnya; pembuatan KTP, SIM, KK, laporan kehilangan, dan pelayanan pajak.
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap korupsi
dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan
berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan tidak
berpihak pada masyarakat.

2. Bentuk mental anti korupsi sejak dini, kemahasiswaan adakan webinar bersama KPK
Pemerintahan daerah, pusat dan melibatkan banyak pihak, seperti contohnya pengusaha
yang bermain proyek dengan instansi- instansi dan pejabat pemerintah.Kasus korupsi
yang tiap hari selalu kita dengar itu menunjukkan bahwa betapa lemahnya mental para
pejabat serta penguasa untuk menahan diri agar tidak tergoda untuk melakukan tindak
korupsi.
Menyadari betul akan pentingnya membina mental para mahasiswa yang notabene adalah
generasi penerus bangsa agar memiliki mental anti korupsi dan mempunyai jiwa
integritas yang tinggi, Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Negeri
Yogyakarta menyelenggarkan webinar bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dengan tema “Membentuk Generasi Penerus Bangsa Berintegrasi Bersih dari Korupsi”
pada Rabu, 16 Desember, dengan menghadirkan narasumber Dr. Albertina Ho Rusmana,
S.H, M.H., selaku Dewan pengawas KPK.
Acara yang digelar secara daring ini diikuti kurang lebih 225 mahasiswa dan hadir secara
luring para ketua Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan ketua Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) bertempat di digital library UNY.
Albertina Ho mengingatkan akan pentingnya untuk memberikan pendidikan korupsi
sejak dini serta mengatakan kepada para mahasiswa untuk tidak perlu takut melaporkan
jika mengetahui adanya tindakan korupsi dari lingkungan sekitar asal disertai bukti yang
kuat.“Siapapun dari elemen masyarakat yang melaporkan tindakan korupsi akan
dilindungi secara hukum, dan identitasnya pasti dirahasiakan.” jelas Albertina.
Ditambahkan Albertina “Dengan Pendidikan sedini mungkin tentang anti korupsi,
diharapkan kedepanya para generasi muda mempunyai mental yang kau serta selalu

merasa cukup dan mensyukuri apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak ‘kagetan’ ketika
menjadi pejabat karena sudah memilik modal utama, yaitu mental yang kuat.
3. Mahasiswa Korupsi Dana Bansos untuk Foya-foya
Semarang mengungkap kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah. Tersangka masih berstatus mahasiswa semester VI Fakultas
Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Semarang bernama Mario (21).
Warga Semarang Tengah ini diketahui melakukan korupsi dengan proposal dan kegiatan
fiktif. Proposal diajukan melalui pos dana hibah bansos pada badan, lembaga, organisasi
dan swasta di seluruh Jawa Tengah dengan total dana Rp 133 miliar dari APBD Provinsi
Jateng 2012. Setidaknya terdapat 10 proposal yang diajukan dan dicairkan dengan total
dana senilai Rp100 juta.
"Setiap proposal cair Rp10 juta, tapi ternyata proposalnya fiktif, kegiatannya juga fiktif,"
ungkap Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Elan Subilan, Kamis (21/3/2013).Modus
yang dilakukan yakni dengan cara membuat proposal kegiatan yang mengatasnamakan
kelompok masyarakat. Tanda tangan sejumlah pihak dan stempel dalam proposal
diketahui palsu.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Harryo Sugihhartono mengatakan terdapat
161 proposal yang masuk ke Dinas Sosial. Sebanyak 55 proposal telah menerima
pencairan dana. "Dari 55 proposal itu, 10 diantaranya milik tersangka Mario," ujarnya.
Bukan hanya memalsukan tanda tangan, pelaku juga membuat susunan kepanitiaan palsu
hingga laporan pertanggungjawaban fiktif. LPJ fiktif dilakukan dengan cara melampirkan
dokumentasi kegiatan di tempat lain, serta membuat nota toko dan stempel palsu. "Pelaku
juga menyuruh orang lain membuka rekening, dengan alasan akan menerima transferan
dari temannya," katanya.
Pencairan dana tersebut diketahui melewati rekening Bank Jateng cabang pembantu Pasar
Gayamsari dan Cabang Pembantu Plaza Simpang Lima, Semarang. Sejumlah kegiatan
yang dipalsukan antara lain kejuaraan tenis meja, pelatihan kecantikan remaja 'Kirana',
penataran wasit atau juri pencak silat Gajah Putih, kejuaraan bulutangkis usia dini. Selain
itu juga kejuaraan catur Garuda Open I, peningkatan SDM pelatihan panahan, seminar
pergaulan bebas di kalangan remaja, kejuaraan sepak bola mini antar SD, SMP, SMA
serta proposal kejuaraan layar se-Kota Semarang.
Harryo menegaskan, pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait dugaan
adanya keterlibatan pihak Biro Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Ia mengatakan tim
pengkaji proposal juga harus bertanggungjawab. "Kami terus kembangkan kasus ini,
dimungkinkan ada tersangka lain," ujarnya.
Berdasarkan data kepolisian, dari 55 proposal tersebut total dana yang telah dicairkan
yakni Rp 1,231 miliar. Pihak kepolisian baru berhasil mengungkap Rp 100 juta yang
merupakan proposal fiktif milik Mario.Sementara itu, Mario mengaku dana itu digunakan
untuk foya-foya. "Buat seneng-seneng dan jalan-jalan," katanya.

Tersangka diringkus polisi usai pulang dari jalan-jalan ke rumah temannya di Solo.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Mario dijerat Pasal 2 Undang-Undang
RI Nomor 31Tahun 1999 sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak
Pidana Korupsi juncto Pasal 64 KUHP.


Click to View FlipBook Version