The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aburizalalfikri, 2022-05-15 14:33:48

2108204157 AHMAD ABU RIZAL ALFIKRI (1)

2108204157 AHMAD ABU RIZAL ALFIKRI (1)

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

STUDI
HADIS

DOSEN PENGAMPU: Dr. H. Wasman M.Ag

PENULIS:
AHMAD ABU RIZAL
ALFIKRI

NIM: 2018204157

BISMILLAHIRAHMANIRAHIM



Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-
NYA,penulis dapat menyelesaikan buku ajar berjudul
'STUDI HADIS' dengan lancar. Buku ini ditulis untuk
membantu pengajar atau dosrn dan mahasiswa yang
membutuhkan berbagai materi tentang Studi Hadis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang sudah membantu sehingga buku
ini selesai dengan sangat baik,yaitu:

1.Orang tua yang ada di rumah
2. bapa Dr. H. Wasman M.Ag selaku dosen pengampu

mata kuliah studi hadis
3.Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan buku, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik membangun untuk
perbaikan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

Majalengka,15 MEI 2022

DAFTAR ISI

1.pengertian hadis
2. Ilmu Hadis
3.Kedudukan Hadits dalam sumber Hukum Islam

dan Fungsi Hadits terhadap AlQur‟an
4.Sejarah Hadis
5.Pengertian hadis dan sunnah
6. Syarat seorang perawi
7.Pengertian takhrij al-hadis dan macam-macam

nya
8.Hadis shohih
9.hadis dhaif
10.Pembagian hadis dilihat dari segi kuantitas dan

kualitas perawinya
11. Ingkar sunah
12.Ilmu al-jarh wa al-ta'dil
13. Biografi perawi hadis

1.PENGERTIAN HADIS

adalah segala yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi tumpuan umat Islam
hingga saat ini. Ajaran agama Islam memiliki kitab
suci AlQuran sebagai petunjuk hidup. Hadis sebagai
sumber hukum kedua setelah AlQuran.

Keberadaan hadis, menjadi pelengkap dan
menyempurnakan supaya umat tidak salah paham
dalam memaknai setiap ayat atau ajaran agama. Saat
umat mempertanyakan hal baru dan belum terdapat
di AlQuran serta hadis, maka diambil dari Ijma'.
Kemudian berlanjut baru dijelaskan dan diperkuat
dengan adanya Qiyas.

Ajaran Islam tidak memaksa, jika dipahami lebih
mendalam dan memaknai pengertian hadis
sebenarnya. Semua kembali pada diri sendiri,
bagaimana menyikapi berbagai masalah. Keberadaan
hadis, ijma' dan qiyas sebagai pedoman dalam
memahami syariat Islam sesuai firman Allah SWT
dalam AlQuran.

2.ilmu hadis

Ilmu hadits (ulum al hadits) terdiri dari dua kata, yaitu
('ulum) dan al hadits. Kata "ulum dalam bahasa arab
adalah bentuk jamak dari 'ilm, yamg berarti "ilmu
ilmu", sedangkan al hadits di kalangan ulama' hadits
berarti "segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW baik dari perbuatan,
perkataan, taqrir. atau sifat." Dengan demikian,
gabungan kata ‘ulum al hadits mengandung
pengertian "ilmu-ilmu yang membahas atau
berkaitan dengan hadits Nabi Muhammad SAW.

ilmu hadits adalah ilmu yang membicarakan tantang
keadaan atau sifat para perawi dan yang
meriwayatkan. Perawi adalah orang-orang yang
membawa, menerima, dan menyampaikan berita
kepada Nabi yaitu mereka yang ada dalam sanad nya.

3.Kedudukan Hadits dalam sumber Hukum Islam
dan Fungsi Hadits terhadap AlQur‟an

Dalam agama Islam, hadits merupakan sumber
hukum kedua setelah Alquran. Menurut Al-Ghouri
dalam Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah, yang
dimaksud hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW dari
perkataan, perbuatan, taqrir (keputusan), dan sifat.

Keabsahan hadits sebagai sumber hukum Islam ini
dijelaskan dalam beberapa ayat Alquran. Dalam surat
Al Hasyr ayat 7, Allah berfirman:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah
dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah…” (QS. Al Hasyr: 7)".
Ayat ini menekankan bahwa umat Islam harus
mengikuti hal-hal yang disampaikan Rasulullah SAW
dan menjadikannya tauladan dalam kehidupan
sehari-hari.

4.SEJARAH HADIS

A. Masa Pra Kodifikasi Hadist
Masa pra kodifikasi hadis berarti masa sebelum
hadis dibukukan, dimulai dari sejak munculnya Hadis
pertama yang pertama yang diriwayatkan dari
Rasulullah Saw dengan rentang waktu yang dilalui
masa pra kodifikasi ini mencakup dua periode
penting dalam sejarah transmisi hadis, yaitu periode
Rasulullah Saw dan periode sahabat.
B. Perkembangan Hadist dimasa Rasul
Nabi Muhammad menyampaikan hadis-hadisnya
dengan cara yang beragam. Cara-cara ini
ditempuhnya sesuai keadaan di mana Rasul berada
dan berhadapan dengan cara sahabatnya.Terkadang
Rasulullah menyampaikan sabdasabdanya didepan
banyak orang, tetapi kadang pula kepada orang
perorangan. Ada yang didahului dengan pertanyaan
dan ada pula yang tanpa didahului pertanyaan
sahabat.
C. Hadist Pada Masa Khulafa’ Rasyidin
Periode kedua sejarah perkembangan hadits adalah
masa Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn al-
Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib)
yang berlangsung sekitar tahun 11 H s/d 40 H. Masa
ini juga disebut dengan masa sahabat besar.

D. Hadist pada Masa Tabi’in
Pada era tabi‟in, keadaan sunnah tidak jauh berbeda
dari era sahabat. Namun pada masa ini, Al-Qur‟an
telah dikodifikasi dan disebarluaskan ke seluruh
negeri Islam, maka tabi‟in dapat memfokuskan diri
dan mempelajari sunnah dari para sahabat.
Kemudahan lain, yang diperoleh tabi‟in karena
sahabat Nabi Muhammad SAW telah menyebar ke
seluruh penjuru dunia Islam. Sehingga, mereka
mudah mendapatkan informasi tentang sunnah.
E. Masa Kodifikasi Hadist
Kata kodifikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan al-
tadwin yang berarti codification, yaitu mengumpulkan
dan menyusun. Secara istilah, kodifikasi adalah
penulisan dan pembukuan hadis Nabi Muhammad
SAW secara resmi berdasar perintah khalifah dengan
melibatkan beberapa personel yang ahli dalam
masalah ini, bukan yang dilakukan secara
perseorangan atau untuk kepentingan pribadi.
Dengan kata lain, kodifikasi hadis (tadwin hadis)
adalah penghimpunan, penulisan, dan pembukuan
hadis Nabi atas perintah resmi dari penguasa negara
(khalifah), bukan dilakukan atas inisiatif sendiri.
Tujuannya untuk menjaga hadis Nabi Muhammad
SAW dari kepunahan dan kehilangan baik karena
banyaknya periwayat penghafal hadis yang
meninggal maupun karena adanya hadis palsu yang
dapat mengacaubalaukan keberadaan hadis-hadis
Nabi Muhammad SAW

5.Pengertian hadis dan sunnah

Hadits adalah teladan yang wajib diikuti (dalam
risalah Islam). Sebagian besar hadits diriwayatkan
secara lisan oleh sahabat kepada generasi penerus
mereka (tabi’in) atau kepada sesama sahabat.
Kata hadits berasal dari bahasa Arab yakni al-ḥadīts
jamaknya al-ḥadīts, alḥadītsan dan al-ḥudtsan.
Pengertian Hadits Kata "Hadits" atau al-hadits
menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru),
lawan kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata
hadits juga berarti alkhabar (berita), yaitu sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya, ialah al-
ahadis.1 Secara istilah, hadis adalah segala ucapan
nabi, perbuatan dan keadaannya, Jadi Hadis
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, sifat-sifat maupun himmahnya.2 Secara
terminologi, para ahli memberikan definisi yang
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang ilmu dan
tujuan masing-masing. Pengertian ulama ushul
berbeda dengan yang dimaksud oleh ulama hadits
dan fiqih. Hal itu akan tampak apabila ditelusuri
kajian-kajian yang mereka lakukan berkenaan engan
hadits Nabi.

Secara bahasa (etimologi) kata sunnah berarti “Jalan
atau tuntunan baik yang terpuji maupun tercela”.
Muhammad Mustafa Azami mengatakan sunnah
dalam pengertian etimologi adalah tata cara, tradisi,
dan prilaku hidup, baik yang terpuji maupun tercela.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa istilah ini diartikan
secara khusus untuk tata cara hidup Nabi
Muhammad Saw.7 Pengertian sunnah secara bahasa
ini terdapat dalam hadits Rasulullah Saw yang
diriwayatkan oleh Muslim dari al-Mundhir Ibn Jarir,
berbunyi: "Barang siapa mengadakan sesuatu
sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala
Sunnah itu dan pahala orang lain yang mengerjakan
hingga hari kiamat. Dan barang siapa mengerjakan
sesuatu sunnah yang buruk, maka atasnya dosa
membuat sunnah buruk itu dan dosa orang yang
mengerjakannya hingga hari kiamat" (H.R.al-Bukhary
dan Muslim)

6.Syarat seorang perawi

Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang
meriwayatkan atau memberikan hadis, Sedangkan
menurut istilah yaitu orang yang menukil,
memindahkan atau menuliskan hadis dengan
sanadnya baik itu laki-laki maupun
perempuan.Karena hadis Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sampai kepada kita melalui jalur para
perawi, maka mereka menjadi fokus utama
untuk mengetahui ke-shahih-an atau tidaknya suatu
hadis. Karena itu pula, para ulama hadis amat
memperhatikan para perawi. Mereka telah membuat
berbagai persyaratan yang rinci dan pasti untuk
menerima riwayat para perawi. Ini menunjukkan
jauhnya pandangan para ulama hadis, lurusnya
pemikiran mereka, dan kualitas metode yang mereka
miliki

Syarat-syarat yang harus dimiliki seorang perawi
hadis, diantaranya
yaitu:
1. Muslim.
2. Berakal
3. Adil

7. Pengertian takhrij al-hadis dan macam-
macam nya

Secara istilah dalam ilmu hadis, takhrij bermakna
upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu
hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para
periwayat hadis tersebut, menjelaskan tingkatannya
serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut
dapat dijadikan suatu dalil. Takhrij hadis ini sangat
diperlukan.

Adapun macam-macam Takhrij al-hadist ada 3 :
1. Takhrij muwassa’
“Takhrij yang dibentuk oleh mukhorrij (orang yang
mengeluarkan hadits) dengan cara mendatangkan
hadits berserta sanad-sanadnya, mengomentari
rowi, menjeaskan derajatnya dan hal yang samar
pada matannya lalu serta menyebutkan syahid dan
ilat – ilatnya dalam hadits”
2. Takhrij wasath atau mutawassith
Takhrij wasath atau mutawassith adalah takhrij
diantara takhrij yang panjang dan ringkas, maksudnya
si mukhorrij (orang yang mengeluarkan
hadits) menyebutkan perowi hadits yang masyhur).

3. Takhrih mukhtashar
Takhrij Mukhtashar adalah Takhrij yang diringkas oleh
pengarang kitab atas periwayatan hadits dengan
sanad-sanad Muallif (pengarang kitab) yang
lebih akurat atau dengan sanad- sanad muallif yang
paling atas dan yang paling mashhur (terkenal

8.Hadis shohih

Secara umum para ulama sepakat bahwasanya
hadist shahih merupakan jenis hadist yang
diriwayatkan oleh perawi (periwayat) yang adil,
sempurna ingatannya, bersambung sanadnya
(sandaran sumbernya) dan tidak janggal. Atau jika
disederhanakan maka hadist shahih adalah hadist
yang sanadnya bersambung serta perawihnya
terpercaya dan tidak terdapat kejanggalan di
dalamnya.

Dengan pengertian tersebut, maka hadist shahih
dianggap sebagai hadist yang kuat karena memiliki
aspek-aspek sanad serta rawinya jelas dan
terpercaya. Disamping itu, hadist shahih merupakan
hadist yang memiliki kedudukan paling tinggi.
Menurut keterangan dalam (Pendidikan Agama Islam
Al Qur’an Hadist) karya (Moh Matsna) (2008: 144),
hadist shahih umumnya diriwayatkan oleh mam
Bukhari dan Imam Muslim.

9. hadist dho'if

Mengutip keterangan dari buku (Pendidikan
Agama Islam Al Qur’an Hadist) karya (Moh Matsna)
(2008: 145), hadist dhaif ialah hadist yang tidak
memenuhi kriteria penerimaan hadist ataupun
sifat-sifatnya tidak memenuhi kriteria hadist shahih
ataupun hadist hasan.

Adapun penyebab dari hadist dhaif tersebut ialah
sanad (sandarannya) tidak bersambung. Secara
umum , hadist dhaif dinilai sebagai sumber yang
paling lemah. Oleh sebab itu ulama berpendapat
bahwa hadist dhaif sebaiknya tidak dijadikan
sebagai dasar pengamalan hukum islam karena
sifatnya lemah. Namun ada pula ulama yang
menyebut bahwa hadist dhaif masih bisa
digunakan sebagai dasar pengamalan ibadah
tertentu untuk mendorong umat muslim
melakukan hal shalih.

10. Pembagian hadis dilihat dari segi
kuantitas dan kualitas perawinya

Para ulama hadits berbedapendapat tentang
pembagian hadits di tinjau dari aspek kuantitas atau
jumlah perawi yang menjadi sumber berita.Diantara
mereka ada yang mengelompokkan menjadi tiga
bagian,yakni hadits mutawatir,masyhur,dan
ahad.Ada juga yang membaginya menjadi dua,yakni
hadits mutawatir dan hadits ahad.
1.Ulama golongan pertama, menjadikan hadits
masyhur sebagai berdiri sendiri,tidak termasuk
kedalam hadits ahad, ini disponsori oleh sebagian
ulama ushul seperti diantaranya,Abu BakarAl-
Jashshash(305-370H).
2.Sedangkan ulama golongan kedua di ikuti oleh
sebagian besar ulama ushul (ushuliyyun) dan ulama
kalam (mutakallimun).
Menurut mereka, hadits masyhur bukan merupakan
hadits yang berdiri sendiri,akan
tetapi hanya merupakan bagian hadits ahad. Mereka
membagi hadits kedalam dua
bagian, yaitu hadits mutawatir dan ahad.

11.Ingkar sunah

Berikut ini akan dikemukakan pengertian Ingkar
Sunnah menurut para ahli, sebagai
berikut :
a. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang
menolak hadits atau sunnah
sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-
Qur‟an.
b. Suatu paham yang timbul pada sebagian
minoritas umat Islam yang menolak dasar
hukum Islam dari sunnah shahih, baik sunnah
praktis atau yang secara formal

Dari kedua definisi di atas, dapat dipahami bahwa
ingkar sunnah adalah paham atau pendapat
perorangan atau kelompok yang menolak sunnah
nabi saw sebagai landasan hukum Islam. Sunnah
yang dimaksud mulai dari sunnah yang sahih, baik
secar substansial; yakni sunnah praktis pengamalan
(sunnah „amaliah), atau sunnah formal yang
dikodifikasikan para ulama yang meliputi perbuatan
(qaulan), perbuatan (fi‟lan), dan persetujuan Nabi
saw (taqriran).

12. Ilmu al-jarh wa al-ta'dil

Pengertian Al-Jarh Wa Al-Ta’dil
Al-Jarh secara bahasa merupakan isim mashdar yang berarti
luka yang mengalirkan darah atau sesuatu yang dapat
menggugurkan keadalahan seseorang.
- Al-Jarh menurut istilah yaitu terlihatnya sifat pada seorang
perawi yang dapat menjatuhkan keadalahannya, dan merusak
hafalan dan ingatannya, sehingga menyebabkan gugur
riwayatnya, atau melemahkannya hingga kemudian ditolak.
- At-Tajrih yaitu memberikan sifat kepada seorang perawi
dengan sifat yang menyebabkan pendla‟ifan riwayatnya, atau
tidak diterima riwayatnya.
- Al-‘Adlu secara bahasa adalah apa yang lurus dalam jiwa;
lawan dari durhaka. Dan seorang yang ‘adil artinya
kesaksiannya diterima; dan At-Ta’dil artinya
mensucikannya dan membersihkannya.
- Al-‘Adlu menurut istilah adalah orang yang tidak nampak
padanya apa yang merusak agamanya dan perangainya, maka
oleh sebab itu diterima beritanya dan kesaksiannya apabila
memenuhi syarat-syarat menyampaikan hadits (yaitu : Islam,
baligh, berakal, dan kekuatan hafalan).
- At-Ta’dil yaitu pensifatan perawi dengan sifat-sifat yang
mensucikannya, sehingga nampak keadalahannya, dan
diterima beritanya. Lebih jelasnya, ilmu pengetahuan yang
membahas tentang kritikan adanya 'aib atau memberikan
pujian adil kepada seorang rawi disebut dengan "Ilmu Jarh wa
alTa;dil".

13. Biografi perawi hadis

A. Imam Ahmad
Beliau adalah Abu Abdullah, Ahmad bin
Muhammad bin Hambal. Beliau lahir pada
bulan Rabiul Awal 164 hijriah. Dan wafat pada tahun
241 Hijriah di kota Bagdad. Beliau telah
mempelajari hadits ini sejak kecil dan untuk
mempelajari hadits, beliau pernah pindah atau
melakukan perjalanan ke Syam (Syuriah), Hijas,
Yaman, dan negara-negara lain, sampai beliau
menjadi seorang sarjana yang takut pada Tuhan,
sholeh dan zuhud. Abu Zur'ah berkata:
Bukunya adalah 12 buah yang telah dia hafal di luar
kepalanya. Beliau berhasil menghafal
sejuta hadits. Asy-Syafi'i berkata tentang Ahmad bin
Hambal sebagai berikut: "Setelah saya
keluar dari Bagdad, tidak ada seorang pun yang saya
tinggalkan di sana yang lebih terpuji,
lebih sholeh dan lebih berpengetahuan daripada
Ahmad bin Hambal. Dia menulis Buku: "Al
Musnadul Kabir" yang mencakup buku besar
"Musnad" dan lebih disukai esainya dan lebih
disukai pengawasan hadits. Dia tidak memasukkan
dalam bukunya selain apa yang diperlukan
sebagai argumen. Musnad berisi lebih dari 750.000
(tujuh ratus lima puluh ribu) hadits.

B. Imam Bukhari
Nama lengkap adalah Abu Abdullah Muhammad
bin Isma'il Al Bukhari, ia lahir pada bulan Syawal
tahun 194 di negara bagian Bukhara dan meninggal
dalam keadaan Samarkand, waktu Idul Fitri Jumat
malam, bertepatan dengan malam Idul Fitri 256
Hijriyah di usia 62 tahun kurang dari 13 hari. Dia
sudah belajar sejak kecil. Dia sudah menjadi guru
sejak dia berusia 11 tahun. Dan mulai mendengar
hadits ini sejak di tanah kelahirannya Bukhara,
kemudian ia melakukan perjalanan ke beberapa
negara. Dia telah mendengar hadit dan menulis
Kitab Shahih yang berisi 600.000 (enam ratus ribu
hadits). Dia menyusun bukunya di Mekah.
Pernyataannya tentang kitab shahihnya adalah
sebagai berikut: "Tidak ada yang saya sertakan
dalam kitab shahih ini kecuali hadits-hadits
shahih saja". "Saya sudah hafal 100.000
(seratus ribu hadits shahih dan 1000 (ribuan)
hadits yang tidak shahih.

C. Imam Muslim
Nama lengkapnya adalah Muslim bin Al-Hajjaj Al-
Qusyairly. Ia lahir pada tahun 204 Hijrah dan wafat
pada minggu sore rajab bulan 261 hijrah dan
dimakamkan di Naisaburi. Dia juga telah belajar
hadits sejak kecil seperti Al-Bukhari dan telah
mendengar dari guru Al-Bukhary dan ulama lainnya.
Orang yang menerima hadits darinya, termasuk
tokoh-tokoh ulama pada masanya. Dia juga telah
menyusun beberapa esai berkualitas danbermanfaat.
Yang paling bermanfaat adalah: Kitab Shahihnya.
Buku ini mencapai kualitas tinggi karena
maksimalitasnya, lebih asimastik seperti Shahih Al-
Bukhari. Sehingga beberapa ulama menilai
kitab Shahih Muslim lebih berkualitas daripada kitab
Al-Bukhari. Baik shahih Al-Bukhari maupun Muslim
biasa disebut dengan istilah "Ash Shahi-hain" atau
biasa disebut sebagai Shahih Al-Bukhary dan Muslim.
Kedua tokoh ulama hadits ini biasa disebut "Asy
Syaikha-ni atau Asy Syaikhaini" yang berarti dua orang
tua, makna dan sosok ulama hadits.

D. Imam Abu Daud
Nama Lengkapnya, Sulaiman bin Al 'Asy'ats As
Sijistaniy. Ia lahir pada tahun 2020 dan meninggal
pada tahun 275 hijrah di Basrah. Dilihat dari tahun
kelahirannya, Abu Daud lebih tua dari Imam Muslim.
Dia telah belajar hadits dari Imam Ahmad, Al-
Qanabiy, Sulaiman bin Harb dan ulama lainnya
selain mereka. Banyak ulama yang meriwayatkan
hadits dari beliau, diantaranya adalah At-Turmudzy
dan An-Nasa’iy. Abu Daud berkata: "Aku menulis
hadits dari Nabi SAW sebesar 500.000 (lima ratus
ribu) hadit, maka aku memilih dari sekian
banyak hadits yang aku masukkan ke dalam "Kitab
Sunan" dari 4000 (empat ribu hadits). Dia menyusun
bukunya saat berada di Bagdad. Dia pernah
menunjukkan bukunya kepada Imam Ahmad untuk
meminta saran perbaikan untuk Buku Sunan. Al-
Khathabiy mengomentari bukunya dengan
mengatakan: "Sunan Abu Daud" paling
berpengalaman dan isinya lebih fiqh daripada
shahih Al-Bukhari dan Muslim. Ibnu A'rabiy,
mengomentari buku itu dengan mengatakan:
"Barangsiapa yang memerintah Al-Qur'anul Karim
dan Kitab "Sunan Abu Daud" maka ia tidak
membutuhkan buku-buku lain.

E. Imam At-Tirmidzi

Nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad bin 'Isa
bin Surah At-Turmudzy. Dia telah belajar hadits di Al-
Bukhary, dia telah menyusun "Kitab Sunan dan Kitab
Al 'ilal". Dia berkata: "Saya telah menunjukkan Kitab
Sunanku kepada para ulama Hijaz, Irak, dan
Khurasan sehingga mereka semua setuju dengan isi
kitab tersebut. Alhakim berkata: Saya telah
mendengar 'Umar bin 'Alak, mengomentari
kepribadian At-Tuirmidzy sebagai berikut:
Kematian Al-Bukhari tidak meninggalkan murid-
muridnya yang lebih pintar dalam arti
daripada Abu 'Isa At-Turmudzy dalam hal luasnya
pengetahuan dan hafalannya. Sosok yang alim lagi
brilian (cemerlang) ini diakui kekuatan hafalannya.”
Perhatian beliau sangat besar terhadan ilmu hadits
sangat besar beliau menyusun kitab At Turmudzi.
Selain itu hasil-hasil karya beliau sangat banyak.

F. An-Nasa’i

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Syu'aib Al
Rasany, dikenal dengan nama An-Nasaiy karena
berkontsel dengan kota Nasa'i, salah satu kota di
Rasan. Ia lahir pada tahun 215 hijriah. Demikian
menurut Adz Dzahabiy. Dan dia meninggal pada hari
Senin tanggal 13 dari bulan ke-13 syafar dalam 303
hijriah di Palestina, dan dia dimakamkan di Baitul
Maqdis. Beliau menerima hadits dari Sa'id, Ishaq bin
Rahawaih dan ulama lainnya. Selain itu, di antara
ulama hadits yang berada di Khurasan, Hijaz, Mesir,
Syam, dan Jazirah. Dia adalah seorang sarjana di
bidang ini, dan terutama dengan pengetahuannya ini
karena ketinggian ketinggian sanad haditsnya.
Menurut penilaian para ulama, ia lebih kuat dalam
menghafal daripada Muslim dan buku Sunan-nya
adalah salah satu dla'ifnya yang paling hadits, setelah
kedua kitab shahih Al-Bukhari dan Muslim. Dia
pernah menetap di Mesir.

G. Ibnu Majah

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin
Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwainy. Dia lahir
pada tahun 2077, dan meninggal pada hari Selasa 8
hari sebelum akhir 275. Ia belajar di beberapa
negara, hingga mendengar hadits dari para ulama
madhhab Malikiy dan Al laits. Di sisi lain, banyak
ulama juga menerima hadits darinya. Ibnu Majah
menyusun kitab "Sunan" dan kitabnya seolah-olah
tidak memiliki tingkatan, atau tidak termasuk dalam
kelompok "Kutubus Sittah", karena dalam bukunya
terdapat banyak dhaif hadits bahkan banyak hadits
mungkar. Dengan demikian, para ulama sebelumnya
memasukkan buku "Al Muwaththa" oleh Imam Malik
dalam kelompok lima narator (Al Khamzah). Menurut
kompiler (Ibnu Hajar) para ulama yang pertama kali
mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah
dalam kelompok "Al Khamzah" adalah Abul Fadlli
bin Thohir dalam bukunya Al Atharaf" kemudian
diikuti oleh "Abdul Ghany" dalam bukunya "Asmaur
Rijal".

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf
(Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2006, hlm. 467
Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf
(Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2006, hlm. 563
H. Zainal Abidin Ahmad, Imam al-Bukhari Pemuncak
Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, hlm. 100
Husyan Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah
Islam, Bandung: Remaja Rosyda
Karya, 1995, hlm. 92
Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf
(Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2006, hlm. 531
Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf
(Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2006, hlm. 537
Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf
(Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2006, hlm. 539
M. Atiqul Haque, 100 Pahlawan Muslim yang
Mengubah Dunia
Ilmu Saudara, Biografi hidup para perawi. 2018


Click to View FlipBook Version