RUANG KOLABORASI
Modul 1.1.A.5- Pemikiran KHD yang
dapat diimplementasikan pada
konteks lokal sosial budaya daerah
Oleh Kelompok A1 CGP Angkatan 6 Kota
Pekalongan
FASILITATOR : IBU WIWI PARLUKI
PENGAJAR PRAKTIK: BAPAK SUKARDI
Anggota Kelompok
Agnesti Ana
Durotul
Inggit Uswatun
Pramuktiasih Mufidah Azizah Prasetyo Khasanah
Nugroho Utami
PERTANYAAN DISKUSI
Pertama Kedua Ketiga
Apa kekuatan Bagaimana pemikiran KHD
Sepakati satu kekuatan
konteks sosio-
kultural (nilai-nilai dapat dikontekstualkan sesuai
pemikiran KHD yang
luhur budaya) di
daerah Anda yang dengan nilai-nilai luhur
menebalkan laku murid di
sejalan dengan
pemikiran KHD? kearifan budaya daerah asal
kelas atau sekolah Anda
yang relevan menjadi
sesuai dengan konteks
penguatan karakter murid
lokal sosial budaya di
sebagai individu sekaligus
daerah Anda yang dapat
sebagai anggota masyarakat
diterapkan
pada konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda?
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
1. REligius
1. Pembelajaran BTQ di jam ke 0
2.Pembiasaan doa pagi sebelum
pembelajaran.
3. Pembiasaan Pembacaan Asmaul
Husna
4.Pembiasaan Tadarus Alqur'an
sebelum pembelajaran
5.Pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur
berjamaah
6.Istighosah sebelum ujian sekolah
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pembiasaan doa pagi sebelum pembelajaran
SMP N 7 PEKALONGAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pembiasaan sholat dhuha dan dhuhur
berjama'ah
SMP N 11 PEKALONGAN
Menurut Ki Hajar Dewantara "Pengajaran adalah Pendidikan
dengan cara memberi Ilmu atau pengetahuan, serta juga
memberikan keterampilan kecakapan kepada anak-anak yang
keduanya dapat memberikan manfaat bagi anak-anak baik secara
lahir maupun batin."
Melalui pembiasaan - pembiasaan yang baik tadi, diharapkan
mampu memunculkan karakter positif siswa. Batin yang terisi hal
positif maka akan melahirkan Tindakan nyata yang positif juga
dengan berpedoman pada keimananan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
2. Kearifan Lokal
A. TRADISI SYAWALAN-LOPIS RAKSASA
Syawalan merupakan tradisi masyarakat Kota Pekalongan khususnya
masyarakat daerah Krapyak di bagian utara kota Pekalongan yang
dilaksanakan pada hari ke tujuh sesudah Hari Raya Idul Fitri (pada
tanggal 8 syawal). Hal yang paling menarik dari tradisi syawalan kota
Pekalongan dan berbeda dengan tradisi syawalan di daerah lain adalah
dibuatnya lopis raksasa yang ukurannya mencapai tinggi 2 meter,
diameter 1,5 meter atau bahkan bisa lebih dan beratnya juga bisa
mencapai 1000 kg (1 ton) bahkan pernah juga mencapai 1500 kg atau
1,5 ton.
DOKUMENTASI
Pembuatan lopis raksasa yang terbuat dari bahan dasar ketan ini
mengandung filosofi untuk mempererat tali silaturahmi antar
masyarakat daerah krapyak, yaitu sesuai dengan sifat dasar ketan
dimana setelah direbus sampai matang memiliki daya rekat luar biasa.
Lopis memang mengandung suatu falsafah tentang persatuan dan
kesatuan yang merupakan perwujudan sila ketiga Pancasila. Selain
mengandung falsafat tentang persatuan dan kesatuan ternyata lopis
raksasa yang pembuatannya dibungkus dengan daun pisang juga
mengandung filosofi bahwa hidup manusia harus seperti pohon pisang
yaitu tidak mau mati sebelum berbuah dan beranak. Jadi kita sebagai
manusia dalam hidup ini harus bermanfaat terhadap orang lain.
Apabila dikaitkan dengan filosofi pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara maka tradisi pembuatan lopis di kota
Pekalongan ini adalah bahwa kita harus menjalin hubungan
baik dengan sesama manusia dan hidup kita harus
bermanfaat untuk orang lain dan lingkungan sekitar kita.
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
2. Kearifan Lokal
B. MEGONO
Sejarah nasi megono berawal dari budaya kraton jogya masa
kerajaan kuno yang seringkali mengadakan sesaji untuk
ritual. Namun seiring berjalan waktu hingga akhirnya kota
pekalongan menjadi kota dengan ciri khas nasi megono.
Ketika kita menyebut kota pekalongan yang terlintas adalah
khas kota Pekalongan yaitu nasi megono. Nasi megono
sudah sangat familiar di sekitar masyarakat dan bahkan
sudah sampai internasional. Kuliner ini di sebut kuliner
rakyat. Karena sudah menyatu dengan detak kehidupan
masyarakat. Nasi megono termasuk kategori makanan yang
dapat di nikmati , di pagi hari siang dan bahkan malam hari.
Alasan mengangkat nasi megono sebagai kearifan lokal, dan
potensi yang ada, karena nasi megono sudah menjadi ciri khas
kota pekalongan, yang mana ini harus di lestarikan. Dalam hal
ini mengenalkan ciri khas kota Pekalongan yaitu nasi megono,
terhadap anak didik sangat perlu, agar lestari. Anak dapat
mengikuti kegiatan cooking class membuat nasi megono,
mulai dari beras dan nangka muda yang di cincang dan bumbu
bumbu di padukan. Akan menjadi menarik sekali ketika hal
tersebut di kaitkan dengan pembelajaran anak didik. Hal ini
terkait dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dapat di
kontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya
daerah kita yaitu kota Pekalongan.
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
2. Kearifan Lokal
C. BATIK
bdBmp2Keipasadm0ierewnelbtenaair0asdrkaaguauuru9saPptargtldbyeia.iiwaakaisfoiakMtt.ardikrtoeyhaBUaanapeeantaakaNnnaPnonbJnatjpeggdamE,iusaktrakaPSdardiadPiaCePlnandaiji2enkekibgyOanhnkaakaOuasanaanlsbeasnomaklnelmbaotbontotKabaontougaonnionagbgklgtat
jetyoi
geaeaaaknahrnarn
i
n
,
i.
i
s
Hal tersebut membuat
tiPnegkgaallodnigwanilamyaayhoprietasiss
ir
bspiasaesmbbelePknsibpsaanlaaleregaaaetegshkhiallysdtkauwapuiiimarnkistlupemsabiiogreervhpkaeen.egintbaetkkkeSgrmiaaualaurkeeroautsbbadlbtmjnonadupaplausgoneraeemadhapaganntkn-ardaegihanuiagmmtyatnabnabbaacbopfnaaraajanaatueuhwiuyktrlntgfbrikuanatakdaaboaa,dtn
tjaul
ra
ntiangn
kin
tkyr
ii
ak
utara pulau Jawa.
MOTIF BATIK PEKALONGAN
MOTIF BATIK PEKALONGAN KLASIK
adalah motif semen. Motif ini hampir sama
dengan motif klasik semen dari daerah
Jawa Tengah yang lain, seperti Solo dan
Yogyakarta
MOTIF ASLI PEKALONGAN
adalah motif Jlamprang, yaitu suatu motif
semacam nitik yang tergolong motif batik
geometris. Motif ini menggambarkan
tentang hubungan manusia dengan alama
dan Tuhannya.
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
2. Kearifan Lokal
C. Bahasa Dialek Pekalongan
Melestarikan Bahasa daerah Kota Pekalongan sebagai wujud dari
filosofis Ki Hajar Dewantara. Pendidikan harus menghargai keragaman
dalam hal ini adalah penggunaan bahasa daerah dengan kebiasaan ini
menjadikan kontribusi yang baik khususnya pelestarian bahasa daerah,
agar tidak hilang karena perubahan zaman.
CONTOH BAHASA DIALEK
PEKALONGAN
SAKPORE
MENGUNGKAPKAN RASA KEKAGUMAN
KOTOMONOHO
SEUMPAMA
AJIB
PALING BAGUS
SINGO-SINGOHO
TERSERAH
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
3. TOLERANSI
4. GOTONG ROYONG
Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa menumbuhkan nilai-nilai
moral ke dalam jiwa seorang anak sangatlah penting. Pendidikan harus
diarahkan pada pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan, agama dan budaya bangsa. Sebagai contoh,
siswa terlibat dalam kegiatan bakti sosial yang bertujuan untuk
membantu dalam bentuk moril maupun materi kepada siswa-siswi yang
tempat tinggalnya terkena dampak dari bencana banjir rob yang selalu
datang setiap tahun di beberapa tempat di Kota Pekalongan.
l
Konvergensi artinya pendidikan itu harus
berasaskan memanusiakan manusia dan
memperkuat nilai kemanusiaan
l
Nilai-nilai luhur budaya di daerah kita yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
5. SEJARAH - MONUMEN PERJUANGAN 3 OKTOBER
Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah asas Kontinuitas artinya
kita harus bergerak dan berpikir maju ke depan tanpa melupakan
sejarah dan tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki yang
dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Sebagai seorang pendidik harus
memperkenalkan sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Kita perlu
belajar dari sejarah untuk kemajuan pendidikan Indonesia di masa yang
akan datang.
BAGAN KONTEKS SOSIO KULTURAL YANG SESUAI DENGAN
PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
KOTA BATIK RELIGIUS
Warisan KOTA
Pembiasaan Kegiatan
budaya PEKALONGAN Keagamaan: BTQ, tadarus,
The world city doa pagi berIsnaovmasia,
of Batik pembacaan asmaul husna,
sholat berjama'ah
KODIdRe AT ALAM
Imajinasi
Pemanfaatan
Potensi LautBrainstorming SEJARAH
Laut MonumePenngePtaheuarnjuangan 3
Oktober
KODRAT ALAM - MEMANFAATKAN POTENSI LAUT
Kota pekalongan Provinsi Jawa Tengah terletak di dataran rendah pantai utara Pulau
Jawa. Kota pekalongan terkenal sebagai kota BATIK, dan juga terkenal sebagai kota
perikanan, karena disini terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara yang menjadi salah satu
Pusat Pendaratan Ikan terbesar di Asia Tenggara.
Kawasan pesisir pantai Kota Pekalongan merupakan kawasan pesisir pantai dengan batas
ke arah laut ditetapkan 4 mil laut dari garis pantai yang disesuaikan dengan wilayah
admionistrasi Kota Pekalongan. Kawasan pesisir Kota Pekalongan mempunyai potensi
bidang perikanan yang cukup tinggi, terutama perikanan laut dan dan budidaya tambak,
yaitu tambak bandeng.
Dalam proses budidaya bandeng, pembudidaya akan mengumpulkan bibit bandeng (nener)
dari tempat asalnya atau sungai-sungai dan menternakkannya di tambak-tambak. Di
tambak tersebut, bandeng dapat diberi makan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah
cukup besar bandeng biasanya dijual segar atau beku, serta dikukus atau diasap.
PEMIKIRAN KI HAJAR DEW
ANTARA - BATIK
Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah
sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah yang dapat diterapkan
1.Kodrat alam dan kodrat zaman
Kekuatan sosial budaya Indonesiayang beragam dapat menjadi kekuatan
kodrat alam dan zaman dalam mendidik.
2. Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan)hidup antara cipta,
rasa, karsa dan karya. dalam pembelajaran pembuatan batik, anak telah
sampai pada tahap mencipta yaitu menghasilkan suatu karya secara
berkelompok (Sosial). Hal ini sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
bahwa keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang
baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar memiliki
kesadaran sosial sehingga dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab
BATIK Melalui kearifan lokal Batik
dijadikan sebagai muatan
Lokal di Pelajaran Sekolah
Dasar.
Melalui batik, peserta didik
menjadi kreatif saat
menciptakan motif-motif
baru.
KODRAT ALAM
Pewarnaan batik yang
menggunakan bahan-bahan alam
KODRAT ZAMAN
Pembuatan produk batik sesuai
dengan produk abad 21. Mencintai
produksi dalam negeri
TERIMA KASIH
CGP ANGKATAN 6
AYO JADILAH BAGIAN DARI TRANSFORMASI PENDIDIKAN
DI INDONESIA