The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan pusat peradaban serta penyebaran islam di Maluku

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ardiramadhan678, 2023-02-06 00:34:08

KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan pusat peradaban serta penyebaran islam di Maluku

Keywords: Islam,sejarah,sejarah islam,sejarah kerajaan islam,kerajaan ternate,kerajaan tidore,pusat peradaban islam di maluku

TERNATE DAN TIDORE KERAJAAN PUSAT PERADABAN ISLAM DI MALUKU


DAFTAR ISI I Kedatangan Islam Maluku.......................... 01 Sejarah Kerajaan Ternate........................... 06 sejarah Kerajaan Tidore.............................. 08 Peninggalan Kerajaan Ternate dan Tidore............................................................. 10 Peta Konsep.................................................. 11 Refleksi.......................................................... 12 Daftar Pustaka............................................. 13 Biografi Penulis............................................ 14 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.


KEDATANGAN ISLAM DI MALUKU BAB 1


KEDATANGAN ISLAM DI MALUKU Terlepas dari perbedaan pendapat dengan segala konsekuensinya ternyata semua pakar sejarah sepakat, bahwa kedatangan Islam di Maluku (termasuk Maluku Utara) melalui jalur perdagangan laut dan dilakukan dengan cara-cara damai. Maluku menjadi begitu penting dalam jaringan perdagangan laut (dunia) karena menghasilkan buah pala dan cengkih yang merupakan dua komuditi dagangan yang sangat dibutukan ketika itu. Sedangkan proses pengislaman menurut Putuhena ( 1970) dilakukan melalui dua jalur yakni jalur “atas” dan jalur “bawah” . Jalur atas yang dimaksudkan adalah proses pengislaman melalui usaha dari para penguasa ketika itu. Sedangkan yang dimaksudkan dengan jalur bawah adalah proses pengislaman melalui usaha perorangan atau melalui masyarakat pada umumnya. Sehubungan dengan masuknya agama Islam di Maluku dan Maluku Utara melalui jalur perdagangan laut, maka menurut hemat penulis hal itu harus dicari pada wilayah-wilayah yang menjadi Bandar perniagaan pala dan cengkih ketika itu. Bandarbandar itu adalah Ternate dengan cengkihnya dan Banda dengan buah palanya. Selain itu perlu dicari pula di daerah jazirah Leihitu pulau Ambon yang merupakan pelabuhan transit baik ke utara (Ternate) maupun ke Selatan (Banda). Sebelum kedatangan bangsa Portugis (1512) dan Belanda (1602) para pedagang dari Cina, India dan Arab telah berdagang di Maluku. Orang-orang Maluku terutama di pusat-pusat perdagangan seperti; Banda, Hitu dan Ternate telah menggunakan huruf arab (arab-melayu) dalam beberapa naskah tua, seperti hikayat Tanah Hitu, Kronik Bacan, Hikayat Ternate dan Hikayat Tanah Lonthor (Banda) yang telah hilang. Ini semua mengindikasikan, bahwa orang Maluku sebelum mengenal huruf latin yang dibawah oleh Portugis dan Belanda, mereka telah mengenal dan menggunakan huruf Arab dalam berbagai surat menyurat. Bahkan mereka telah menggunakan angka-angka Arab dalam berbagai transaksi dagang. 1


2 Masuknya agama Islam di Maluku Utara menurut M.S.Putuhena dalam artikelnya berjudul “Sejarah Agama Islam Di Ternate”(1970 : 264) mengemukakan berdasarkan tradisi lisan setempat bahwa pada akhir abad ke-2 Hijriah (abad ke-8M) telah tiba di Maluku Utara empat orang syeh dari Irak (Persia). Kedatangan mereka dikaitkan dengan pergolakan politik di Irak yang mengakibatkan golongan Syiah dikejar-kejar oleh penguasa, baik bani Umaiyah maupun bani Abasiyah. Keempat orang yang membawa faham syiah itu lalu pergi menyelamatkan diri menuju ke dunia Timur dan akhirnya tiba di Maluku Utara. Mereka itu adalah Syeh Mansur yang mengajarkan agama Islam Di Ternate dan Halmahera Muka. Selanjutnya disebutkan bahwa setelah meninggal Ia dikuburkan di puncak Gamala Ternate. Kemudian Syeh Yakub mengajarkan agama Islam di Tidore dan Makian, dan setelah meninggal dikuburkan di puncak Kie Besi (gunung besi) di pulau Tidore. Sedangkan syeh Amin dan syeh Umar mengajarkan agama Islam di Halmahera Belakang, Maba, Patani dan sekitarnya. Kedua tokoh ini selanjutnya kembali ke Irak. Tradisi lisan yang hampir sama ditemukan juga di Provinsi Maluku, khususnya di Banda Neira dan Jazirah Laihitu Pulau Ambon. Tradisi lisan di Banda Neira menyatakan bahwa Islam masuk ke Banda Neira melalui orang asing yang bernama syeh Abubakar Al Pasya yang berasal dari Persia (Irak dan Iran). Kehadirannya dikaitkan juga dengan pergolakan politik yang terjadi di Irak yakni peristiwa peralihan kekuasaan dari Bani Umayyah ke tangan Bani Abasiyah yang terjadi pada tahun 132H atau 750M. Ketertarikan masyarakat Banda terhadap syeh Abubakar Al Pasya karena yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk menurunkan hujan pada musim kemarau berkepanjangan di Banda Neira. Ia kemudian menikah dengan seorang putri bangsawan lokal yang bernama Cilu Bintan. Sementara versi lain menyatakan bahwa orang-orang Banda menerima Islam bukan di negeri sendiri, tetapi di Malaka. Menurut Tome Pires (dalam Lapian, 1990), bahwa armada dagang orangorang Banda mampu berlayar sampai ke Malaka. Walaupun menurutnya, teknologi perkapalan orang-orang Banda masih buruk jika dibandingkan dengan teknologi perkapalan orangorang Jawa.


3 Di Kota Malaka itulah orang-orang Banda menerima Islam untuk kemudian menyiarkan sendiri kepada keluarga-keluarganya di Banda Neira. Di Jazirah Leihitu pulau Ambon yang merupakan daerah transit para pelaut dan pedagang yang akan menuju ke Utara (Ternate) dan Selatan (Banda Neira), ditemukan pula tradisi lisan yang sama. Menurut tradisi lisan setempat bahwa pembawa agama Islam di Laihitu konon bernama Ali Zainal Abidin yang dihubungkan nazabnya dengan Nabi Muhammad SAW. Selain itu Imam Rijali (penulis Hikayat Tanah Hitu) dan juga tradisi lisan menyebutkan nama Syeh Maulana Abubakar Nasidik yang berasal dari Tuban, menjadi imam dan penguasa pertama di Hitu (Leirissa, 1999). Sedangkan Naidah dengan karyanya Hikayat Ternate yang ditulis jauh sesudah kronik kerajaan Bacan menyatakan bahwa pengislaman disana terjadi pada tahun 643 Hijriah (1250M). Menurutnya tokoh Jafar Shadik yang disebut juga Jafar Nuh tiba di Ternate dari Jawa pada hari senin tanggal 6 Muharam 643 Hijriah atau 1250 Masehi (Leirissa, 1999). Selain itu sumbersumber Portugis yang tiba di Maluku pada tahun 1512 mencatat agama Islam telah ada di Ternate sejak tahun 1460. Hal yang sama dikatakan oleh Tome Pires bahwa Banda, Hitu, Makian dan Bacan sudah terdapat masyarakat Islam sejak kira-kira 50 tahun sebelum Portugis tiba. Diperkirakan pada tahun 1460 atau 1465. Pernyataan dari sumbersumber Portugis ini memberi kesan kuat bahwa Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakat lokal di beberapa tempat tersebut diatas, dan bukan bermakna kehadiran Islam untuk pertama kalinya di tempat-tempat itu. Selain sumber-sumber tesebut diatas, Prof Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Indonesia menyatakan bahwa sejak tahun 650M yakni 7 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para pedagang Arab telah membawa rempah-rempah cengkih dan pala ke pelabuhan-pelabuhan di teluk Persia untuk kemudian diperjual-belikan ke daratan Eropa. Pada masa itu telah ramai pedagang-pedagang Arab dan Persia (Iran dan Irak) yang berlayar menuju Maluku dan Maluku Utara untuk mencari rempah-rempah yang sangat mahal di Eropa itu.


4 Selanjutnya disinyalir bahwa mungkin saja para pedagang Arab itu telah menikah dengan perempuan pribumi, berdiam disana sekian lama atau meninggal disana (Hamka, 1976). Sepeninggal mereka dan tidak ada proses peribadatan secara Islam, maka keturunan mereka kembali lagi kesuasana agama sukunya. Sinyalemen Hamka itu sejalan dengan cerita rakyat di Ternate, Hitu dan Banda tentang kehadiran orang asing yang beragama Islam di ketiga termapt tersebut. Uraian ini dapat dikonfirmasi dengan adanya jalur perdagangan yang dilalui pedagangpedagang Arab, Persia, Gujarat maupun Cina yang dikenal dalam sejarah sebagai jalur sutera (silk road) dan jalur rempah (spice route). Kendati terdapat berbagai versi mengenai cerita masuknya Agama Islam di Maluku dan Maluku Utara, ada dua hal yang dapat disimpulkan tentang hal itu, yakni; 1. Pengaruh Islam telah hadir di kepulauan Maluku sejak kurun pertama tahun hijriah. Namun kemungkinan besar bahwa pada masa awal itu, Islam hanyalah merupakan agama yang dianut oleh para musafir muslim yang singgah di perairan dan Bandarbandar penting, seperti Ternate, Banda dan Hitu. Dalam konteks itu perlu dipertimbangkan pula eksistensi pedagangpedagang muslim yang sambil berdagang, menyiarkan agama sekaligus menikah dengan puteri-puteri lokal untuk kemudian membentuk suatu kesatuan masyarakat muslim di tempattempat yang dikunjungi terutama di Ternate sebagai pusat perdagangan cengkih dan Banda sebagai pusat perdagangan pala dan fulinya. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa kedua komuditi inilah yang menarik para pedagang asing menjelajah nusantara. Ini berarti masuknya Islam ke Maluku tidak hanya melalui Aceh dan Jawa, tetapi justeru Maluku menjadi pintu masuk Islam melalui jalur Utara.


5 2. Masuknya Islam di Maluku dan Maluku Utara berlangsung dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun proses pelembagaan Islam dalam kehidupan pemerintahan, baru terwujud puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun berikutnya. Perubahan bentuk Kolano menjadi Kesultanan dan pembentukan pemerintahan konfederasi di Hitu dan Banda yang bercorak Islam dapat terwujud bilamana Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakatnya. Proses pelembagaan itu sudah tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam konteks ini dapat dibenarkan sumbersumber Portugis yang menyatakan bahwa masyarakat di daerah-daerah yang dikunjungi sudah beragama Islam. Artinya Islam telah melembaga dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahannya, bukan sekedar agama yang dianut oleh para musyafir dan pedagang asing.


SEJARAH KERAJAAN TERNATE BAB 2


SEJARAH KERAJAAN TERNATE Sejarah berdirinya Kerajaan Ternate bermula dari keberadaan empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala marga atau disebut Momole. Empat kampung tersebut kemudian sepakat membentuk kerajaan, tetapi kala itu raja dan rakyatnya belum diketahui agamanya. Sejak zaman dahulu, Ternate dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga penduduknya telah berhubungan dengan para pedagang dari Arab, Melayu, ataupun China. Seiring ramainya aktivitas perdagangan, ancaman dari para perompak pun semakin meresahkan. Setelah dilakukan musyawarah, para Momole sepakat menunjuk Momole Ciko sebagai kolano atau raja mereka. Sejak 1257 M, Momole Ciko resmi menjadi raja pertama Kerajaan Ternate dengan gelar Baab Mashur Malamo. Kerajaan ini terletak di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. Agama Islam mulai disebarkan di Ternate pada abad ke-14. Sedangkan keluarga kerajaan baru secara resmi memeluk Islam pada masa pemerintahan Kolano Marhum (1432–1486 M). Hikayat Ternate menyebutkan bahwa ketika Kolano Marhum berkuasa, datang seorang alim dari Jawa bernama Maulana Husein yang mengajarkan membaca Al-Qur'an dan menulis huruf Arab. Hal itulah yang membuat raja, keluarga kerajaan, dan masyarakat Ternate semakin tertarik untuk memeluk Islam. Kolano Marhum menjadi Raja Ternate pertama yang memeluk Islam, sedangkan putranya, Zainal Abidin, yang berkuasa antara 1486–1500 M mulai memberlakukan hukum-hukum Islam. Setelah bertransformasi menjadi kesultanan Islam, gelar kolano atau raja kemudian diganti dengan sultan. 6


7 Pada abad ke-15, Kerajaan Ternate mengalami perkembangan pesat, terutama di bidang perdagangan dan pelayaran, berkat kekayaan rempah-rempahnya. Akan tetapi, kestabilan kerajaan sempat terancam ketika bangsa Portugis mulai menginjak tanah Ternate. Sejak awal abad ke-16, sultan Ternate mulai melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang dirasa akan memonopoli perdagangan di wilayahnya. Terlebih lagi, Portugis telah mendirikan benteng yang diberi nama Benteng Sao Paulo di Ternate. Setelah peperangan selama beberapa tahun, bangsa Portugis baru dapat dikalahkan dan diusir pada 1577 M, ketika Sultan Baabullah berkuasa. Kemenangan Ternate atas Portugis ini tercatat sebagai kemenangan pertama putra nusantara melawan kekuatan barat. Selain itu, Sultan Baabullah (1570–1583 M) juga mengantarkan Kerajaan Ternate menuju puncak kejayaan. Di bawah pemerintahan Sultan Baabullah, wilayah kekuasaan Kerajaan Ternate membentang dari Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur, Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina, dan Kepulauan Marshall di Pasifik. Pencapaian tersebut membuat Sultan Baabullah dijuluki sebagai Penguasa 72 Pulau yang semuanya berpenghuni. Kerajaan Ternate mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Baabullah wafat pada 1583 M. Tidak lama kemudian, Spanyol berani melakukan serangan dan berhasil merebut Benteng Gamulamu pada 1606 M. Kehidupan politik Kerajaan Ternate pun semakin kacau saat VOC datang dan memenangkan persaingan melawan bangsa barat lainnya. Sejak saat itu, VOC memegang hak atas monopoli perdagangan dan mulai mendirikan benteng di Ternate. Menjelang akhir abad ke-17, Kerajaan Ternate sepenuhnya berada di bawah kendali VOC. Hal inilah yang disebut-sebut sebagai penyebab runtuhnya Kerajaan Ternate, meskipun kerajaan ini tidak benar-benar hancur.


SEJARAH KERAJAAN TIDORE BAB 3


SEJARAH KERAJAAN TIDORE Sejak awal didirikan pada 1081 hingga masa pemerintahan raja keempat, agama dan letak pusat kekuasaan Kerajaan Tidore belum dapat dipastikan. Barulah pada periode pemerintahan Kolano Balibunga, sumber sejarah Kerajaan Tidore mulai sedikit menguak lokasinya. Pada 1495, diketahui bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dengan Sultan Ciriliati atau Sultan Djamaluddin sebagai rajanya. Sultan Ciriliati, yang masuk Islam berkat dakwah seorang ulama dari Arab, diketahui sebagai raja atau kolano pertama yang memakai gelar sultan. Dengan masuknya Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budayanya pun ikut terpengaruh. Sepeninggal Sultan Ciriliati, singgasana diwariskan ke Sultan Al Mansur (1512-1526 M), yang kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Tidore Utara, lebih dekat dengan Kerajaan Ternate. Dalam sejarahnya, Kerajaan Tidore memang mengalami beberapa kali pemindahan pusat pemerintahan karena berbagai sebab. Letak ibu kotanya yang terakhir adalah di Limau Timore, yang kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini. Ketika kekuasaan jatuh ke tangan Sultan Al Mansur, pengaruh asing mulai masuk ke Maluku Utara. Pada 1521, Sultan Mansur menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate, yang lebih dulu bersekutu dengan Portugis. Namun, Spanyol akhirnya mundur karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas. Konflik tersebut berakhir pada 1529, setelah dilakukan Perjanjian Saragosa. Akan tetapi, absennya Spanyol membuat Tidore menjadi incaran VOC. Salah satu Raja Tidore yang terkenal dan berhasil membawa kerajaan menuju puncak kejayaan adalah Sultan Nuku (1797-1805 M). 8


9 Pada periode ini, wilayah kekuasaannya telah berkembang ke sebagian besar Pulau Halmahera, Pulau Buru, Pulau Seram, dan kawasan Papua bagian barat. Kehidupan politik Kerajaan Tidore dapat dianggap mapan dengan struktur pemerintahan yang telah teratur. Selain itu, Sultan Nuku dikenal paling gigih dan sukses melawan Belanda. Selama bertahun-tahun, ia berusaha mengusir para penjajah dari seluruh Kepulauan Maluku. Bahkan Sultan Nuku bahkan dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda. Serangkaian perjuangan rakyat Maluku pun membuahkan hasil, ditandai dengan menyerahnya Belanda pada 21 Juni 1801 M. Dengan begitu, wilayah Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo kembali merdeka dari kekuasaan asing. Di bawah kekuasaan Sultan Nuku, Kerajaan Tidore menjadi sangat besar dan disegani di seluruh kawasan itu, termasuk oleh bangsa Eropa Setelah Sultan Nuku wafat pada 1805, Belanda kembali mengincar Tidore karena kekayaannya. Keadaan tersebut didukung dengan kondisi di Kerajaan Tidore yang terus mengalami konflik internal. Pada akhirnya, Kerajaan Tidore jatuh ke tangan Belanda dan kemudian bergabung dengan NKRI ketika Indonesia merdeka.


PENINGGALAN KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE BAB 4


PENINGGALAN KERAJAAN TERNATE PENINGGALAN KERAJAAN TIDORE ISTANA KESULTANAN TERNATE MASJID KESULTANAN TERNATE MUSEUM KESULTANAN TERNATE 10 ISTANA KESULTANAN TIDORE MASJID KESULTANAN TIDORE BENTENG TAHULA


KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE PUSAT PERADABAN ISLAM DI MALUKU PETA KONSEP


KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE PUSAT PERADABAN ISLAM DI MALUKU PETA KONSEP 11 KERAJAAN TERNATE KERAJAAN TIDORE MELALUI JALUR PERDAGANGAN LAUT KEDATANGAN ISLAM DI MALUKU MASA KEJAYAAN MASA KEJAYAAN RUNTUHNYA KERAJAAN RUNTUHNYA KERAJAAN PENINGGALAN


KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE PUSAT PERADABAN ISLAM DI MALUKU REFLEKSI


REFLEKSI Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan ajaran Islam di bumi nusantara memberikan nuansa baru bagi perkembangan suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkembang dan tatanan kehidupan menjadi baik pula. Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan. Meneladani kesuksesan mereka dalam berkarya dan membuat masyarakat Islam gemar membaca dan mempelajari Al Quran. Memperkaya dalam bentuk (arsitektur) bangunan, seperti masjid sebagai tempat ibadah. Mengajarkan tentang Islam harus dengan keramahan dan bijaksana serta membiasakan masyarakat Islam bersikap konsisten. Mengajarkan sikap tetap bersatu, rukun, dan bersama-sama mempertahankan negara Indonesia dari ancaman luar maupun dalam negeri. Menyadari bahwa perjalanan sejarah perlu dijadikan sebagai pemikiran dan peneladanan orang-orang yang beriman terutama keteladanan dan perjuangan para ulama untuk dipraktekkan oleh generasi mendatang dalam menentukan masa depan umat dan masyarakat. Hikmah yang Dapat Diambil dari Sejarah ternate dan tidore: 12


KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE PUSAT PERADABAN ISLAM DI MALUKU DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR PUSTAKA Thalib, Usman. 2012. Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Ambon: BPSNT Ambon. www.pelajaran.co.id. (2022, 1 Agustus). Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore : Kehidupan, Raja, Peninggalan dan Keruntuhannya. Diakses pada 3 Februari 2023. dari https://www.pelajaran.co.id/kerajaan-ternate-dan-tidore. kompas.com. (2021, 16 Agustus). Kerajaan Ternate: Sejarah, Letak, Masa Kejayaan, dan Peninggalan. Diakses pada 3 Februari 2023. dari https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/16/130000279/kera jaan-ternate-sejarah-letak-masa-kejayaan-dan-peninggalan. kompas.com. (2021, 16 Agustus). Kerajaan Tidore: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan. Diakses pada 3 Februari 2023. dari https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/16/120000579/kera jaan-tidore-sejarah-masa-kejayaan-dan-peninggalan. 13


KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE PUSAT PERADABAN ISLAM DI MALUKU BIOGRAFI PENULIS


Penulis bernama Ardianto Ramadhan. Lahir di Surabaya 26 Oktober 2004. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Ia merupakan seorang siswa di SMAN 1 Waru, Waru, Sidoarjo. Ia seorang pelajar dengan jurusan peminatan MIPA. Mengikuti salah satu ekstrakulikuler badminton. Sebagai seorang pelajar kelas akhir atau kelas 12 SMA, ia menghabiskan waktu dengan belajar di sekolah dan di tempat les sembari menghabiskan masa SMA yang tersisa dengan bersenang-senang dengan teman di sekolah. Ini merupakan karya E-book pertamanya. Penulis berharap, semoga karya ini dapat bermanfaat pada semua kalangan dan dapat menjadi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. BIOGRAFI PENULIS 14


Click to View FlipBook Version