DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Penggunaan inovasi teknologi sangat diperlukan sebagai upaya
menuju transformasi digital konstruksi untuk mewujudkan
peningkatan mutu metode pelaksanaan, percepatan pembangunan,
pelaksanaan yang efisien, dan kualitas bangunan gedung yang baik
sehingga dapat meningkatkan kualitas bangunan gedung di era
industri 4.0. Salah satu hasil riset dan teknologi yang dapat
dimanfaatkan dalam bidang konstruksi adalah teknologi Building
Information Modelling (BIM) yang saat ini sudah diwajibkan
penggunaannya untuk konstruksi bangunan gedung dengan metode
padat teknologi dan padat modal sesuai dengan PP No. 16 Tahun
2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung.
Beragamnya persepsi pada penerapan BIM dari sisi pengguna jasa
dan penyedia jasa menyebabkan penerapan metode BIM pada skala
proyek dan skala industri konstruksi menjadi tidak optimal.
Minimnya pengetahuan serta belum tersedianya pedoman yang
mengatur kebutuhan informasi dalam BIM Model menimbulkan
perbedaan persepsi pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
mendukung percepatan penerapan teknologi BIM di lingkungan
Direktorat Bina Penataan Bangunan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu adanya penyusunan Buku
Panduan Penerapan Building Information Modelling (BIM) Pada
Tahap Perencanaan & Tahap Pelaksanaan di Lingkungan Direktorat
Penataan Bangunan yang dapat diterapkan sebagai upaya
optimalisasi penerapan BIM di lingkungan Direktorat Bina Penataan
Bangunan.
B.GAMBARAN UMUM
B.1. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Arsitek;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018 Tentang
Bangunan Gedung Negara;
6. Peraturan Menteri PUPR Nomor 9 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan.
B.2. Definisi
1. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
Sebagian atau menyeluruh berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus;
2. BIM (Building Information Modelling) adalah representasi
digital dari karakter fisik dan karakter fungsional pada suatu
bangunan, dimana di dalamnya terkandung semua
informasi mengenai elemen-elemen bangunan tersebut
yang digunakan sebagai basis pengambilan keputusan
dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan
masa operasi bangunan serta masa pembongkaran dan
pembangunan kembali yang membentuk aset digital yang
merupakan suatu kembaran dari kondisi fisik sesungguhnya
(digital twin);
3. Informasi digital adalah satu atau sekumpulan data
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
intetrchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, kode akses, simbol, atau preforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu memahaminya;
4. Aset adalah sesuatu yang mempunyai nilai baik secara
potensi maupun secara aktual bagi sebuah organisasi;
5. Aset digital adalah informasi digital yang mempunyai nilai
baik secara potensi maupun secara aktual bagi sebuah
organisasi yang dapat dikelola oleh sistem pemrosesan data
untuk menunjang kebutuhan informasi secara cepat;
6. Rencana implementasi BIM (BIM Execution Plan/BEP) yang
selanjutnya disebut dengan BEP adalah dokumen rencana
implementasi BIM yang terdiri dari dua bagian, BEP Kontrak
yang dibuat penyedia jasa pada proses tender, dan BEP
Proyek yang dibuat oleh penyedia jasa terpilih untuk
mendetailkan rencana implementasi BIM yang menjadi
panduan dan disepakati oleh seluruh pemangku
kepentingan proyek untuk mencapai tujuan dan sasaran,
termasuk deliverable BIM dalam rentang waktu pelaksanaan
proyek;
7. Platform Kolaborasi (Common Data Environment/CDE)
adalah platform digital yang menjadi pusat sumber
informasi dan pertukaran informasi yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi
digital untuk seluruh tim proyek (yaitu semua informasi
proyek baik yang dibuat di lingkungan BIM maupun di
format data konvensional) serta dapat memfasilitasi
kolaborasi antara anggota tim proyek dan membantu
menghindari duplikasi dan kesalahan;
8. Platform Kolaborasi Proyek (CDE Proyek) adalah platform
kolaborasi (CDE) yang dipakai di tiap paket proyek
pekerjaan;
9. Tingkatan kedalaman pengembangan informasi (Level of
Development/LOD) adalah merupakan gambaran
karakteristik elemen dalam model bangunan, yang
menggambarkan tingkat kedalaman detail informasi grafis
yang dibangun secara bertahap pada tiap tahap pekerjaan
dari tahap persiapan sampai dengan konstruksi;
10. Tahap Perencanaan adalah masa waktu yang digunakan
perencana dalam mendesain bangunan sesuai kontrak;
11. Tahap Konstruksi adalah masa waktu yang digunakan selama
pembangunan fisik yang dikerjakan oleh kontraktor sesuai
kontrak;
12. Sumber Daya Proyek adalah komponen biaya langsung
dalam sebuah aktivitas pekerjaan yang meliputi biaya
material, alat dan upah;
13. Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang
menggunakan layanan Jasa Konstruksi yang dapat berupa
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat
Pembuat Komitmen;
14. Penyedia Jasa adalah Penyedia Jasa Konstruksi yang
selanjutnya disebut Penyedia adalah pelaku usaha yang
menyediakan Jasa Konstruksi berdasarkan Kontrak;
15. Konsultan Manajemen Konstruksi adalah pelaku usaha yang
menyediakan layanan usaha manajemen konstruksi
berdasarkan kontrak;
16. BIM Level 1 adalah penggunaan teknologi BIM yang tidak
menerapkan fungsi kolaborasi melalui platform kolaborasi
(CDE);
17. BIM Level 2 adalah penggunaan teknologi BIM yang sudah
menerapkan fungsi kolaborasi melalui platform kolaborasi
(CDE);
C. KETENTUAN PENERAPAN BIM
C.1. Prinsip-Prinsip Penerapan BIM
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 9 Tahun 2021 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan, prinsip penerapan
BIM adalah sebagai berikut:
1. Informatif
Informasi yang dihasilkan harus dapat disajikan secara
cepat, akurat dan menjawab kebutuhan informasi dari
Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa;
2. Interoperabilitas
Sistem yang digunakan dalam kolaborasi menggunakan
aplikasi dan format file keluaran yang umum yang dapat
terhubung dengan mudah dengan aplikasi lain antara sistem
yang satu dengan yang lain tanpa batasan software atau
aplikasi tertentu, namun harus tetap mendukung
pembentukan informasi yang dibutuhkan oleh Pengguna
Jasa dan/atau Penyedia Jasa;
3. Kolaboratif
Penerapan teknologi BIM yang mewujudkan peningkatan
proses kerja sama antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
sehingga dapat meminimalkan tingkat kesalahan,
kesalahpahaman dan pekerjaan ulang (reworks);
4. Keberlanjutan
Model informasi yang dihasilkan digunakan secara
berkelanjutan sejak tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap operasi dan pemeliharaan termasuk renovasi,
pembongkaran dan pekerjaan konstruksi bangunan baru di
kemudian hari.
C.2. Metode Pekerjaan Konstruksi Bangunan
yang menerapkan BIM
Berdasarkan PP No. 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung,
Metode Pelaksanaan konstruksi bangunan Gedung yang wajib
menerapkan BIM yaitu:
1. Padat Teknologi, dengan kriteria:
a. Bangunan bertingkat menengah dan tinggi;
b. Teknologi tidak sederhana dan risiko tinggi;
c. Bahan bangunan non standar;
d. Memerlukan peralatan mekanik dan elektrik;
e. Wajib menggunakan BIM paling sedikit sampai dimensi
kelima; dan
f. Dilakukan oleh penyedia jasa paling sedikit klasifikasi
menengah dan manajemen konstruksi.
2. Padat Modal, dengan kriteria:
a. Bangunan pencakar langit dan super tinggi;
b. Teknologi dan risiko tinggi;
c. Bahan bangunan khusus;
d. Memerlukan peralatan khusus dan canggih;
e. Wajib menggunakan BIM sampai dimensi kedelapan; dan
f. Dilakukan oleh penyedia jasa klasifikasi besar dengan
melibatkan quantity surveyor, manajemen proyek dan
manajemen konstruksi
Berdasarkan PERMEN PUPR No. 22 Tahun 2018 Tentang
Bangunan Gedung Negara, Penggunaan BIM wajib diterapkan
pada Bangunan Gedung Negara tidak sederhana dengan kriteria
luas di atas 2000 m2 (dua ribu meter persegi) dan di atas 2 (dua)
lantai.
C.3. Ketentuan Penerapan Metode BIM
Penerapan Metode BIM diatur dengan ketentuan:
1. Setiap kegiatan Konstruksi Bangunan Gedung menggunakan
metode Padat Teknologi dan atau Padat Modal wajib
menerapkan BIM;
2. Pembangunan Bangunan Gedung Negara dengan
persyaratan luas diatas 2000 m2 dan di atas 2 lantai wajib
menerapkan BIM;
3. Pengembangan model BIM dan informasi pada setiap
tahapan mengikuti konsep Level of Development (LOD)
sebagaimana diatur dalam Lampiran I;
4. Aktivitas dalam setiap tahapan dalam Metode BIM
dijelaskan pada Lampiran II;
5. Penyedia jasa adalah yang membuat rencana implementasi
BIM (BEP);
6. Rencana Implementasi BIM Proyek (BEP Proyek) dibuat oleh
penyedia jasa terpilih untuk mendetailkan seluruh
pelaksanaan implementasi BIM dalam masa perencanaan
dan atau masa konstruksi yang disepakati bersama dengan
seluruh pemangku kepentingan seperti konsultan,
kontraktor, sub-kontraktor, vendor dan pengguna jasa.
Rencana Implementasi BIM proyek (BEP Proyek) memuat
tentang informasi proyek, informasi yang akan
dipertukarkan selama implementasi, manajemen
implementasi BIM, cara dokumentasi, standar dan prosedur
kolaborasi, dan teknologi yang dipakai;
7. Perhitungan volume atau quantity yang dipakai pada
perkiraan biaya (RAB) adalah quantity take off keluaran dari
objek BIM;
8. Penamaan 3D BIM model sesuai dengan tahapannya, pada
tahap perencanaan teknis disebut 3D Model Desain dan
pada tahap pelaksanaan konstruksi disebut 3D Model
Konstruksi;
9. Informasi yang terkandung di dalam 3D Model paling sedikit
memiliki informasi geometri, spasial, dan informasi material
elemen model tersebut dengan keperluan untuk deteksi
bentrok (clash detection), koordinasi, fabrikasi, dan
visualisasi;
10. Simulasi Pengembangan 3D Model yang dihubungkan
dengan dimensi waktu (4D) digunakan untuk menganalisa
tahapan pembangunan pada what if scenario terhadap zona
atau area, fase, dan digunakan untuk pengendalian proyek
(progress tracking);
11. Simulasi waktu (4D) pada masa perencanaan dapat
dilakukan berdasarkan mingguan (weekly basis) sedangkan
pada masa pelaksanaan konstruksi berdasarkan harian
(daily basis);
12. Simulasi biaya (5D) merupakan penggabungan informasi
dalam 3D model seperti dimensi dengan biaya sumber daya
proyek sehingga dapat digunakan untuk estimasi biaya
secara cepat pada perencanaan sumber daya proyek baik
pada what if scenario, rencana progres proyek, dan
pengendalian proyek;
13. Penggunaan BIM 3D, 4D, dan 5D adalah bersifat mandatory;
14. Semua kegiatan baik pada tahap perencanaan teknis
maupun pada tahap pelaksanaan konstruksi termasuk
koordinasi dan kolaborasi dikelola secara digital
menggunakan platform CDE.
C.4. Platform Kolaborasi
1. Buku panduan ini disusun dalam penerapan BIM Level 2
dengan maksud untuk meningkatkan kolaborasi antara
pengguna jasa dan penyedia jasa melalui platform
kolaborasi (common data environment/CDE);
2. Platform kolaborasi proyek (CDE Proyek) dapat disediakan
oleh pengguna jasa (Direktorat Bina Penataan Bangunan)
atau oleh penyedia jasa (CDE Penyedia Jasa)
3. Apabila platform kolaborasi proyek (CDE Proyek) disediakan
oleh penyedia jasa (CDE Penyedia Jasa), maka segala bentuk
informasi yang tersimpan di dalam Folder Diterbitkan
(Published) harus disimpan juga di dalam platform
kolaborasi unit kerja serta penyedia jasa harus memberikan
hak akses kepada pengguna jasa selama masa pelaksanaan
kontrak pekerjaan sampai dengan jangka waktu tertentu
setelah proyek berakhir sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK);
4. Platform kolaborasi proyek harus memiliki kemampuan
untuk membuka file grafis tiga dimensi (3D) dalam
bermacam format file untuk mempermudah visualisasi
desain dan proses kolaborasi progres pekerjaan antara
penyedia jasa dan pengguna jasa;
5. Untuk menjamin kolaborasi dan koordinasi pada CDE Proyek
maka terdapat ruang penyimpanan file dan folder dengan
nama :
a. Folder “Dalam Proses” (Work In Progress);
b. Folder “Dibagikan” (Shared);
c. Folder “Diterbitkan” (Published); dan
d. Folder “Diarsipkan” (Archived)
6. Folder “Dalam Proses” (Work In Progress) adalah tempat
informasi yang sedang dibangun oleh penyedia jasa untuk
pemenuhan persyaratan yang tertuang dalam KAK dan
Rencana Implementasi BIM (BEP Proyek), dimana informasi
yang ada di dalam folder ini tidak dapat dijadikan acuan
untuk pengambilan keputusan;
7. Folder “Dibagikan” (shared) yaitu tempat informasi yang
sudah selesai yang siap untuk dibagikan ke stakeholder lain
untuk diadakan clash detection, review dan evaluasi serta
persetujuan. Apabila sudah memenuhi persyaratan maka
informasi dalam Folder “Dibagikan” (shared) bisa
dimasukkan ke dalam Folder “Diterbitkan” (Published)
8. Folder “Diterbitkan” (Published), adalah tempat informasi
akhir yang sudah disetujui konsultan pengawas ataupun
pemilik dan dapat digunakan untuk keperluan pembangunan
fisik. Pendetailan informasi untuk pada tahap pelaksanaan
konstruksi nantinya bersumber dari informasi di dalam
Folder “Diterbitkan” (Published) pada tahap perencanaan;
9. Folder “Diarsipkan” (Archived) adalah tempat tersimpannya
informasi akhir sebagai representatif informasi digital aset
fisik yang terbangun, seperti As Built Model, informasi
pemeliharaan, dan informasi digital lainnya;
10. Platform kolaborasi (CDE) harus mempunyai kemampuan
atau fitur untuk melakukan proses Check/Review/Approve,
yakni suatu proses untuk mengevaluasi, verifikasi, dan
validasi informasi terhadap kesesuaian dengan persyaratan
atau terhadap potensi bentrok (clash) sebelum informasi
tersebut dimasukkan ke dalam Folder “Dibagikan” (shared).
Seperti yang dicontohkan pada Lampiran IV.
C.5. Kebutuhan dan Tingkat Kedalaman
Informasi
1. Pengembangan model BIM dan informasi pada setiap
tahapan mengikuti konsep Level of Development (LOD)
sebagaimana diatur dalam Lampiran I.
2. Tingkat kedalaman pengembangan informasi grafis (LOD)
setiap tahap pekerjaan mengacu pada standar BIMForum
Level of Development (LOD) Specification Edisi Desember
2020, dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. LOD 100 (desain konseptual): adalah mengembangkan
model bangunan 3D untuk merepresentasikan informasi
secara basic. Dengan demikian, hanya pembuatan model
konseptual yang dimungkinkan dalam tahap ini dan
parameter yang dihasilkan seperti area, tinggi, volume,
lokasi dan orientasi. Produk LOD 100 dapat digunakan
sebagai lampiran basic desain pada proyek design and
build;
b. LOD 200 (desain skematik) : adalah kegiatan pembuatan
3D model dengan perkiraan jumlah, ukuran, bentuk,
lokasi dan orientasi, dan terdapat tambahan informasi
non-geometris ke dalam elemen model. Produk LOD 200
dapat digunakan sebagai lampiran pada kegiatan desain;
c. LOD 300 (desain detail): Pemodelan yang akurat dan
menjadi shopdrawing di mana elemen 3D Model
ditentukan dengan rakitan tertentu, jumlah, ukuran,
bentuk, lokasi, dan orientasi yang tepat. Selain itu dapat
disertakan informasi non-geometris ke elemen model.
Kegiatan ini dilakukan pada tahap Detail Engineering
Design (DED)
d. LOD 400 (fabrikasi dan perakitan): kegiatan pemodelan
3D elemen sebagai rakitan spesifik, dengan fabrikasi
lengkap, perakitan, dan informasi detail selain kuantitas,
ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi yang tepat. Selain
itu, informasi non-geometris ke elemen model juga
dapat dilampirkan. Kegiatan ini dilakukan pada tahap
pelaksanaan konstruksi.
e. LOD 500 (As Built): pembuatan elemen 3D Model
sebagai rakitan yang dibangun untuk pemeliharaan dan
pengoperasian. Terlebih lagi aktual dan akurat dalam
ukuran, bentuk lokasi, kuantitas, dan orientasi, informasi
non geometris.
D. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
D.1. Tahap Perencanaan Teknis
1. Kebutuhan Informasi Penerapan BIM pada Tahap
Perencanaan Teknis (Dapat dilihat pada Lampiran I).
a. Level of Development (LOD) yang dihasilkan adalah LOD
300 untuk DED.
b. Perhitungan volume atau quantity take off keluaran dari
objek BIM.
c. Dimensi BIM yang diterapkan pada tahapan
perencanaan adalah dimensi BIM mencapai 4D dan 5D
mingguan (weekly basis).
2. Penyedia Jasa Konsultan Perencana bertugas untuk :
a. Membuat BEP Proyek.
b. Mengembangkan permodelan 3D Model Desain sesuai
dengan kriteria yang tertuang dalam KAK dan BEP
Proyek.
c. Menyiapkan 3D Model Desain dalam format native file
dan IFC file;
d. Membangun informasi digital di dalam CDE Proyek
termasuk pertukaran informasi digital seperti proses
review, persetujuan, transmittal, dan issue dalam CDE
Proyek.
3. Balai Prasarana Permukiman Wilayah, Seksi Perencanaan
bertugas untuk:
a. Memberikan review dan persetujuan di dalam CDE
Proyek; dan
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek.
4. Subdit Perencanaan Teknis bertugas untuk :
a. Memberikan review di CDE Proyek; dan
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek.
5. Subdit Wilayah I bertugas untuk :
a. Memberikan review di dalam CDE Proyek untuk
pembangunan di wilayah Pulau Sumatera, Pulau
Kalimantan, Pulau Jawa dan Pulau Bali; dan
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek
6. Subdit Wilayah II bertugas untuk :
a. Memberikan review di dalam CDE Proyek untuk
pembangunan di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara,
Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Pulau Papua; dan
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek.
D.2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi
1. Kebutuhan Informasi Penerapan BIM pada Tahap
Pelaksanaan Konstruksi yaitu (dapat dilihat di Lampiran I):
a. Level of Development (LOD) yang dihasilkan adalah LOD
400 untuk 3D Model Konstruksi dan LOD 500 untuk 3D
Model As Built.
b. Model yang dihasilkan dipergunakan untuk keperluan
pembangunan dengan membuat beberapa zona sesuai
dengan metode kerja.
c. Perhitungan volume atau quantity take off keluaran dari
objek BIM.
d. Dimensi BIM yang diterapkan pada tahap pelaksanaan
konstruksi adalah dimensi BIM mencapai 4D dan 5D
harian (daily basis).
2. Penyedia Jasa Kontraktor bertugas untuk :
a. Membuat BEP Proyek.
b. Mengembangkan permodelan model BIM sesuai dengan
kriteria yang tertuang dalam KAK dan BEP Proyek.
c. Membangun informasi digital di dalam CDE Proyek
termasuk pertukaran informasi digital seperti proses
review, persetujuan, transmittal, dan issue dalam CDE
Proyek.
d. Mengembangkan pemodelan BIM LOD 400 untuk
keperluan pembangunan pada tahap pra-konstruksi.
e. Membuat simulasi penahapan pekerjaan.
f. Melakukan pengendalian proyek berbasis pada 4D dan
5D.
g. Membuat validasi visual persetujuan pembayaran.
3. Penyedia Jasa Manajemen Konstruksi bertugas untuk:
a. Memberikan review dan persetujuan di dalam CDE
Proyek; dan
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek.
4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bertugas untuk:
a. Menjadi administrator CDE Proyek yang berhak
mengatur penggunaan hak akses pengguna CDE Proyek
dan membuat workflow sistem approval digital dalam
CDE Proyek.
b. Memberikan review dan persetujuan di dalam CDE
Proyek; dan
c. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek.
5. Subdit Wilayah I bertugas untuk :
a. Memberikan review di dalam CDE Proyek;
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek; dan
c. Melakukan Monitoring dan Evaluasi untuk Pembangunan
di wilayah Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau
Jawa dan Pulau Bali;
6. Subdit Wilayah II bertugas untuk :
a. Memberikan review di dalam CDE Proyek;
b. Merespons proses pertukaran informasi seperti
transmittal dan issue di dalam CDE Proyek; dan
c. Melakukan Monitoring dan Evaluasi untuk pembangunan
di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi,
Kepulauan Maluku dan Pulau Papua;
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan
Standar Protokol Building Information Modelling (BIM) di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun
2020
Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 11 Tahun 2021
Tentang Penerapan Building Information Modelling Pada
Perencanaan Teknis, Konstruksi dan Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan Di Direktorat Jenderal Bina Marga
BIM Forum, Level Of Development (LOD) Specification For
Building Information Models, 2020
LAMPIRAN
Kebutuhan dan Kedalaman Informasi
LOD 100 200 300 400 500
TAHAPAN Program Desain Detail Handover Model Construction As Built Model
Engineering Documentation
TIPE MODEL MODEL KONSEP 3D MODEL DESAIN 3D 3D Model 3D MODEL KONSTRUKSI
Model Handover
DIMENSI - 3D LOD 200 3D LOD 300, Tender 3D LOD 400, Sheet 3D LOD 400 as
(3D, 4D, 5D, 6D, LOD 400 4D, Drawing, 4D, 5D Constructed, 6D,
3D LOD 300, Daily Basis, 7D
7D, 8D) 5D LOD 400 4D, Update 7D update
Daily/W eekly
5D
Basis Daily/W eekly
Basis
PENANGGUNG Pemerintah BPPW BPPW Satker Satker Pelaksanaan Pemilik
JAWAB (Pemerintah Pelaksanaan Prasarana (Pemerintah
Pusat/Daerah) Permukiman Pusat/Daerah)
Prasarana
Permukiman
Penyedia Jasa Penyedia Jasa Penyedia Jasa Penyedia Jasa
Kontraktor dan Kontraktor dan
PELAKSANA Internal PUPR Konsultan Konsultan BP2JK
Konsultan Konsultan
Perencana Perencana Manajemen Manajemen
Konstruksi Konstruksi
ILUSTRASI
GRAFIS
PEKERJAAN
STRUKTUR
BANGUNAN
GEDUNG
ILUSTRASI
GRAFIS
PEKERJAAN
ARSITEKTUR
BANGUNAN
GEDUNG
ILUSTRASI
GRAFIS
PEKERJAAN
MEP
BANGUNAN
GEDUNG
Kebutuhan dan Kedalaman Informasi
LOD 100 200 300 400 500
Model yang Model yan dihasilkan sesuai Model yang
dihasilkan lebih dengan yang akan dibangun, dihasilkan
menyerupai apa pengembangan engineering dipergunakan untuk
analisis menggunakan data - keperluan
Model digunakan yang dibangun pembangunan
data yang akurat sesuai dengan membuat
untuk menjelaskan dan dapat beberapa zona Survey laser scan
PEMANFAATAN lokasi object yang dikembangkan pekerjaan. Pengembangan sesuai dengan untuk
DAN untuk analisis elemen - elemen model motde kerja, QTO,
akan dibangun. lebih lanjut pada simulasi 4d dan 5D, mendapatkan
INFORMASI Indormasi yang bangunan menjadi lebih detail kontrol progres struktus akurat
YANG mempertimbangkan pekerjaan dan terkait monitoring
terkandung berupa proses DED. gambar kerja
TERKANDUNG informasi dasar Sudah dapat nomenklatur yang ada, dan performance
DALAM mempunyai informasi dimensi, struktur unutuk
seperti dimensional, diketahui struktur yang
INFORMASI lokasi, dan perkiraan beberapa jenis spesifikasi, dan lokasi serta
GRAFIS analisis yang perkiraan xona pembangunan. cukup vital
biaya berdasarkan Perkiraan pembiayaan menjadi
referensi dikembangkan lebih akurat dan menjadi
lebih jauh dari Engineering Estimate dan
berbagai disiplin menjadi dasar pembuatan
yang akan terlibat.
Owner Estimate (HPS)
Terdapat record
KEBUTUHAN Kebutuhan Informasi Data yang cukup Desain yang dikembangkan dalam proses Informasi disiapkan
INFORMASI meliputi : definisi untuk terkoordinasi antar disiplin pembanguanan, untuk keperluan
fungsi, operasi, seperti sistem generiknya, terkait issue , review, monitoring
kualitas dan geo memperkirakan RFI, dan transmittal. performance aset:
spasial. biaya yang lebih dapat dilakukan clash - Hasil Laser
detection, dan dapat digunakan Model Scanning untuk
Memiliki dokumen akurat untuk memperkirakan analisa dikembangkan memonitor
pembanding sebagai berdasarkan keterbangunan terkait strategi pertahapan dan
Benchmarking terkait parametrik dapat menyediakan keandalan struktur
dimensional yang pengerahan sumber daya properties informasi - Parametric
: biaya CapEx dan ada, dapat proyek seperti biaya upah dan untuk keperluan Elemen Model
OpEx, biaya mendefinisikan
ruang lingkup alat simulasi untuk keperluan
perawatan, aspek antar disiplin serta pembangunan (4D- analisis
HSE, resiko selama kriteria desain
5D) serta untuk performance 6D
pembangunan mengevaluasi
jalannya proses
pembangunan.
KELUARAN Proposal Pengajuan Dokumen Basic Dokumen DED adalah untuk : Mendapat data Mendapatkan data
Proyek Desain Proyek memberikan kesimpulan teknis sesuai dengan hasil perhitungan
dengan yang akhir yang dapat
terhadap alternatif sistem dibangun baik 3D
proyek sehingga didapatkan Model, maupun dibandingkan
desain rinci yang meliputi: dokumentasi proyek antara rencana
analisa desain, 3D BIM Model dengan realisasi
selama serta mendapatkan
untuk mendapatkan QTO pembangunan
sebagai dasar perkiraan biaya sehingga mudah data untuk
dilakukan Audit keperluan
yang mendekati biaya pemeliharaan aset
konstruksi, bill of material , dan
spesifikasi pekerjaan
Alur Proses Penerapan BIM Tahap Perencanaan Teknis
Alur Proses Penerapan BIM Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Contoh Susunan Folder CDE Tahap Perencanaan Teknis
Contoh Susunan Folder CDE Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Contoh Tampilan CDE
CDE yang digunakan adalah CDE yang memiliki fitur Check,
Review, Approve, memiliki fitur clash detection serta dapat
membuka file 3D dalam berbagai macam format file.