The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Berisi materi Diseminasi Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Feronika Kurnia Septiarini, 2023-07-23 15:04:21

PPT MATERI DISEMINASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Berisi materi Diseminasi Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif.

Keywords: guru penggerak,aksi nyata,merdeka belajar

Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif PENERAPAN DAN DISEMINASI BUDAYA POSITIF Feronika Kurnia Septiarini, S.Pd CGP Angkatan 8 SDN Sambong 02 Batang


A. Perubahan Paradigma Belajar •Seorang guru diibaratkan seorang petani mengandung maksud seorang guru mengusahakan kelas/sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi agar karakter murid tumbuh dengan baik sesuai kodratnya. •Filosofi ajaran KHD bahwa guru itu ibarat seorang petani yang menyemai bibit jagung kemudian hanya menyiapkan lahan, merawat (menyiram dan memupuk) agar jagung tumbuh secara maksimal


B. Disiplin Positif Disiplin muncul dari motivasi internal yang kuat Menggali potensi diri menuju sebuah tujuan/ bermakna Mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan sesuai nilai-nilai kebajikan universal Nilai kebajikan universal kita misalkan penerapan P5


C. Teori Motivasi Manusia Ada tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu (Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline) Menghindari ketidaknyamanan/ hukuman Mendapatkan imbalan/ penghargaan dari orang lain Menjadi orang yang diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercaya


Berdasarkan ketiga alasan tersebut, tindakan pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan bisa disebut motivasi eksternal dan hal tersebut tidak akan bertahan lama. Barangkali dengan hukuman dan imbalan siswa memang menjadi patuh, tapi kepatuhan itu hanya sementara dan kedisiplinan yang diterapkan tidak mengubah karakter siswa menjadi lebih kuat. ...simpulan teori motivasi


Berdasarkan beberapa penelitian, tentang teori kontrol, semua perilaku manusia pasti memiliki tujuan. Bahkan sebuah kesalahan yang dilakukan peserta didik pasti memiliki alasan. (Pemenuhan kebutuhan dasar manusia) D. Kebutuhan Dasar Manusia Ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu: 1) Kebutuhan bertahan hidup (Survival) yaitu kebutuhan berkaitan dengan fisik seperti makan, tidur, tempat tinggal dll. 2) Kebutuhan Cinta dan kasih sayang (Penerimaan). 3) Kebutuhan Penguasaan (pengakuan akan kemampuan), 4) Kebutuhan Kebebasan (Kebutuhan akan pilihan), 5) Kebutuhan akan Kesenangan.


Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, Bagaimana dan mengapa? Berdasarkan teori motivasi tadi, penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan dengan alasan yang ke-3. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi internal. Motivasi internal lebih berjangka lama dan membuat siswa makin kuat secara karakter. E. Posisi Kontrol Restitusi


Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr.William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah: 1. Penghukum, 2. Pembuat Rasa Bersalah, 3. Teman, 4. Pemantau dan 5. Manajer. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


PENGHUKUM Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


PEMBUAT RASA BERSALAH Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tuamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


TEMAN Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan” . Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya” . Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindakuntuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


PEMANTAU Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturanperaturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


PERTANYAAN YANG DIAJUKAN SEORANG PEMANTAU: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggungjawab guru dalam mengontrol murid. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


MANAJER Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. bila kita menginginkan muridmurid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


SEORANG MANAJER AKAN BERKATA: “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) “Apakah kamu meyakininya?” “Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?” “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?” “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?” Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


Posisi kontrol guru yang terbaik adalah posisi seorang manajer. Di dalam posisi ini, sikap guru ketika melihat siswa melakukan kesalahan tidak langsung menghukum atau menasehati, tapi diawali dengan sikap memahami tindakan siswa bahwa ketika siswa bersalah itu biasa karena memang setiap manusia pasti pernah bersalah (Menstabilkan Identias). Selanjutnya guru juga mencoba memahami alasan atau kebutuhan dasar apa yang ingin dipenuhi siswa dengan perilakunya tersebut (Validasi Tindakan yang salah). Selanjutnya, siswa diingatkan tentang keyakinan kelas dan dipancing dengan pertanyaan tentang bagaimana seharusnya sikap mereka menurut keyakinan kelas dan jawabannya datang dari siswa sendiri. Kemudian baru ditanyakan solusi terbaik menurut siswa tersebut yang berdasarkan keyakinan tadi (menanyakan Keyakinan). Saat melakukan restitusi seorang manajer, tentu tidak bersikap emosional, tidak juga merasa bahwa dia yang benar dan siswa harus mengikuti aturan saya. ...(lanjutan) Posisi Kontrol Restitusi


F. Keyakinan Kelas Keyakinan mengandung nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat/tersurat. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.


... (lanjutan) Keyakinan Kelas Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelasuntukbercurahpendapattentangperaturan yang perludisepakati di sekolah/kelas. Mencatat semua masukan-masukan para murid/wargasekolah di papantulisatau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah pendapat. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’ . Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:


... (lanjutan) Keyakinan Kelas Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturanperaturan. Selanjutnya, ajak warga sekolah/murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju dari peraturan tersebut. Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas ataukoridor. Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.


... (lanjutan) Keyakinan Kelas Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid. Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas ditempat yang mudah dilihat semua warga kelas.


Anak Kelas IV Pasti Bisa Disiplin waktu Belajar dengan gembira dan bersemangat Mengerjakan tugas dan melaksanakan piket kelas dengan penuh tanggung jawab angkat tangan saat ingin bertanya dan meminta izin Mengikuti pembelajaran dengan tertib Menjaga kebersihan lingkungan Saling menghargai dan tolong menolong Membudayakan kata tolong, maaf, permisi dan terima kasih 2. 1. 3. 4. 8. 5. 6. 7. Kelas IV SDN Sambong 02


Membuat Keyakinan Kelas


G. Segitiga Restitusi


... (lanjutan) Segitiga Restitusi Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity) Tahap-tahap Segitiga Restitusi 1. Tindakan: Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehaviour) Tindakan: Semua perilaku memiliki alasan 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief) Tindakan: Kita semua memiliki motivasi internal


Penerapan Segitiga Restitusi KASUS 1 MARAH-MARAH DI KELAS Belva


Penerapan Segitiga Restitusi KASUS 2 LUPA MEMBAWA TOPI DAN DASI Nando


Terima Kasih SALAM GURU PENGGERAK #Tergerak #Bergerak #Menggerakkan


Click to View FlipBook Version