The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Tugas ini disusun guna memenuhi nilai mata kuliah Konseling Gizi yang diampu oleh Ibu Zana Fitriana Octavia, S.Gz., M.Gz

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nisaindriani16, 2022-03-26 00:52:44

Booklet Konseling Gizi_Diet Anemia Besi

Tugas ini disusun guna memenuhi nilai mata kuliah Konseling Gizi yang diampu oleh Ibu Zana Fitriana Octavia, S.Gz., M.Gz

Keywords: #anemiabesi #bookletgizi

Diet Anemia
Besi

DISUSUN OLEH :

Topik Pembahasan

DEFINISI ASSASEMENT
DIAGNOSIS
ETIOLOGI TUJUAN
FAKTOR RESIKO PRINSIP DAN SYARAT DIET
DAMPAK MONITORING DAN EVALUASI
KELUHAN/GEJALA
MAKANAN YANG REKOMENDASI DIET DAN
DIANJURKAN/DIHINDARI PERUBAHAN POLA HIDUP

Definisi

Anemia adalah keadaan dimana
kadar hemoglobin, hematocrit dan
jumlah sel darah merah berada
dibawah nilai normal yang dipatok
untuk setiap individu (Arisman,
2014). Anemia sendiri merupakan
kondisi patologis karena level
hemoglobin rendah. Defisiensi Fe
atau Zat Besi merupakan salah satu
penyebab anemia, namun hal
tersebut bukanlah penyebab satu-
satunya.

Definisi

Menurut Soekirman (2012), anemia gizi besi adalah suatu keadaan
penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga mengakibatkan jumlah
hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi
besi, tubuh akan mengalami keadaan defisiensi besi terlebih dahulu atau
yang biasa disebut dengan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi
dalam hati menurun tetapi belum parah dan jumlah hemoglobin masih
dalam status normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi
besi saja. Selanjutnya jika keadaan kurang gizi terus berlanjut maka akan
berakibat pada anemia besi sehingga tubuh tidak akan lagi mempunyai
cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-
sel darah yang baru (Arisman, 2014)

Etiologi

Remaja putri yang lebih Remaja putri yang sedang
banyak mengkonsumsi
makanan nabati daripada menjalankan diet namun
dengan cara yang salah
makanan hewani yang mana sehingga membatasi asupan
mempunyai kadungan zat
besi sedikit sehingga makan.

kebutuhan tubuh terhadap
zat besi tidak terpenuhi.

Setiap hari manusia Remaja putri mengalami haid
setiap bulan, sehingga
kehilangan zat besi 0,6 mg
yang diereksi, khususnya kehilangan zat besi + 1,3 mg
per hari, sehingga kebutuhan
melalui feses (tinja).
zat besi lebih banyak

daripada pria.

Etiologi

Anoreksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan.

Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Faktor Risiko Anemia

• Status • Riwayat
Gizi Penyakit

• Perilaku • aktivitas
hidup bersih Fisik

dan sehat

Dampak Anemia

Penurunan Penurunan
Imunitas Prestasi

Penurunan Penurunan
Konsentrasi Produktivitas

Dampak Anemia

Bayi Lahir Berat bayi
Prematur Lahir Rendah

Memperbesar resiko kematian ibu
hamil

Dianjurkan Dihindari

• Pangan Hewani kaya zat besi • Teh dan kopi karena
Seperti: hati, ikan, daging, unggas mengandung senyawa fitat
dan tannin yang dapat
• Sumber nabati menghambat penyerapan
• Seperti: sayuran hijau (bayam, zat besi.

brokoli) dan kacang- kacangan
• Sumber asam folat
• Seperti: hati ayam, hati sapi,

kacang kedelai, rumput laut,
asparagus, kacang merah
• Buah-buahan sumber vitamin C
untuk penyerapan zat besi
• Seperti: jeruk, jambu

Gejala Anemia

• 5L : Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lalai
• Sakit Kepala
• Mata berkunang-kunang
• Mudah Mengantuk
• Sulit Konsenterasi
• Pucat

Clinical Chemistry

Asuhan Gizi

pada Penderita Anemia Defisiensi Besi

Assesment Diagnosis

Mengidentifikasi problem Mengidentifikasi dan
gizi dan faktor penyebabnya memberi nama masalah gizi

melalui pengumpulan, yang aktual dan berisiko
verifikasi dan interpretasi menyebabkan masalah gizi.

data secara sistematis.

Intervensi MonEivtaolruinagsidan

Tindakan terencana untuk Mengetahui tingkat
mengatasi anemia defisiensi kemajuan klien, apakah
tujuan diet telah sesuai
besi melalui perencanaan dengan yang diharapkan.
dan penerapan terkait

perilaku dan kebutuhan gizi .

Assesment

BioDkaitma ia

Data Fisik Klinis

Diagnosis

Tahapan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

• Tahap pertama: menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar
hemoglobin atau hematokrit, bisa menggunakan metode
Cyanmethemoglobin. kemudian klasifikasikan hasil kadar Hb dengan
kriteria WHO berikut ini:

Tahapan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

• Tahap kedua: membedakan

berdasarkan ukuran sel darah merah

menjadi: (1) anemia mikrositik (ukuran

sel darah merah lebih kecil) MCV<80fl

, (2) anemia normositik (ukuran sel

darah normal) MCV 80-108fl, dan (3)

anemia makrositik (ukuran sel darah

merah lebih besar) MCV>108fl.

• Tahap ketiga: menentukan penyebab
dari defisiensi besi yang terjadi. Salah
satu penyebab yang paling sering
adalah perdarahan.

Risiko perdarahan meningkat pada:
• riwayat ulkus gasterik atau duodenal
• varises esofagus
• sprue seliaka
• infeksi Helicobacter pylori
• kelainan perdarahan herediter (von Willebrand, telangiectasia, dll)
• donor darah lebih dari 3x dalam 1 tahun
• hemoglobinuria
• pelari marathon
• keganasan gastrointestinal atau urinarius
• kehilangan darah melalui pelvikovaginam

Diagnosa Gizi

• Domain Intake
NI 5.10.1 Asupan zat besi tidak ade kuat terkait Anemia
Defisiensi Besi (ADB) ditandai dengan pucat, lemah,
letih, lesu, lelah, lunglai, pusing serta kadar Hb rendah.

• Domain Klinis
NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium Hb terkait Anemia
Defisiensi Besi (ADB) ditandai kadar Hb rendah.

• Domain Behavior
NB 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
makanan terkait kurangnya paparan informasi gizi
ditandai dengan kadar Hb rendah dan asupan zat besi
tidak adekuat.

Intervensi

Tujuan Diet

Meningkatkan nilai laboratorium mencapai
angka normal

Meningkatkan kekebalan / daya tahan tubuh Memperbaiki metabolisme energi

Mengurangi gejala Meningkatkan konsentrasi

Prinsip dan Syarat Diet

1 Energi cukup, sesuai dengan kebutuhan 4 Karbohidrat cukup, merupakan
sisa dari protein dan lemak

Protein cukup, diberikan 10-15% dari

2 5kebutuhan energi harian. Sumber Serat sesuai kebutuhan
protein diutamakan berbentuk protein (AKG)
heme (protein hewani) agar lebih mudah

diserap tubuh

3 Lemak cukup, diberikan 20-25% dari 6 Cairan diberikan 1 ml/kkal/hari
kebutuhan energi harian

7 Anjuran asupan zat besi adalah

Mikronutrien sesuai dengan sebagai berikut:
kebutuhan. Mikronutrien
penting untuk penderita Bayi : 3–5 mg

anemia yaitu vitamin A, C, E, Balita : 3–5 mg
B1, B2, B12, asam folat, seng,
Anak sekolah : 10 mg
dan zat besi.
Remaja (L) : 14–17 mg

Remaja (P) : 14–25 mg

Dewasa (L) : 13 mg

Dewasa (P) : 14–26 mg

Ibu hamil : +20 mg

Ibu menyusui : +2 mg

Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan intervensi yang telah ditentukan

Peningkatan berat badan Perubahan keluhan fisik dan
klinis, seperti keluhan umum
Perubahan nilai membaik, suhu, RR, tekanan nadi,
laboratorium (Hb, Ht, dan
leukosit) ke arah normal dan tekanan darah normal

Peningkatan asupan energi,
protein, lemak, karbohidrat dan
zat gizi mikro (asupan mencapai

80 – 100%)

Rekomendasi Diet
Jenis diet : diet tinggi Fe

Diet sebaiknya diberikan makanan bergizi tinggi dengan kaya zat besi
dan tinggi protein terutama berasal dari protein hewani (besi heme).

Mengonsumsi buah dan sayur kaya vitamin C,

vitamin E, dan vitamin A.

Minum tablet tambah darah secara .

teratur, satu tablet setiap minggu

. Vitamin C diberikan 3 x 100 mg/hari untuk
meningkatkan absorpsi besi

Contoh Menu

Pagi Nasi, telur rebus, bola bola tahu,
sup kacang merah, susu

Selingan Bubur kacang hijau

Selingan Pisang, susu kedelai

Malam Nasi, semur daging, tahu goreng,

tumis kangkung, jus jambu

Siang Nasi, ikan goreng, orak arik tempe,
sayur bening bayam, jus jeruk

Perubahan Pola Hidup

Mengonsumsi makanan dengan Minum tablet tambah
kandungan zat besi tinggi darah

Mengonsumsi sayuran dan buah Tetap melakukan aktivitas fisik, seperti
jalan kaki, joggong, naik turun tangga,
Mengurangi / menghindari
minuman berkafein mencuci, dan sebagainya

Memenuhi kecukupan tidur 7-8
jam sehari

DAFTAR PUSTAKA

• American Dietetic Association. 2008. International Dietetics & Nutrition Terminology
(IDNT) Reference Manual: Standarized Language for the Nutrition Care Process Fourth
Edition Edition. Chicago: American Dietetic Association.

• Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
• Arisman, 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
• Almatsier,S.,Soetarjo,S., Soekarti,M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT.

Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
• Dian Handayani et al. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Yogyakarta: Graha Ilmu.
• Ermita, Arumsari. 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Beserta Pencegahan

dan Penaggulangan Anemia Gizi Besi (PPAG) di Kota Bekasi. Bogor: Program Studi
Giizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Institut Teknologi Bogor (IPB).
• Fajar, Suratman Abdillah. Handbook Buku Saku Gizi Edisi 2.
• Festi W, Pipit. 2018. Buku Ajar Gizi dan Diet. Surabaya: UMSurabaya Publishing.

DAFTAR PUSTAKA

• Firmansyah, F. (2020, April 21). Kementrian Kesehatan RI. Retrieved from
kesmas.kemkes.go.id: https://kesmas.kemkes.go.id/konten/105/0/042109-media-kie-
gizi-cegah-covid-19.

• Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.

• Kemenkes RI. 2018. Pedoman “Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur”.

• Nuraini et al. 2017. Bahan Ajar Gizi ‘Dietetika Penyakit Infeksi’. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

• Nursalam, 2010, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba, Medika.
• Rena, Renny A. 2017. Anemia Defisiensi Besi. Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.
• Soekirman, 2012, Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.


Click to View FlipBook Version