Doa Sembuhkan Penyakit Ain
© Dream.co.id
Imsahil ba'sa rabban nasi biyadikasy syifau la kasyifa lahu illa anta.
Artinya,
" Ya Allah, hilangkanlah penyaki ini, ya Tuhan manusia, hanya di tangan-Mu kesembuhan,
tiada yang dapat menghilangkan penyakit kecuali Engkau."
Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan
membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia
berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit,
Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:
َو َﺷ ِّﺮ،َ َو ِﻣ ْﻦ َﺷ ِّﺮ َﺣﺎ ِﺳ ٍﺪ إذَا َﺣ َﺴﺪ، َو ِﻣ ْﻦ ُﻛ ِّﻞ دَا ٍء ﯾَ ْﺸ ِﻔﯿ َﻚ،ﺑﺎ ْﺳ ِﻢ ﷲِ ﯾُ ْﺒ ِﺮﯾ َﻚ
ُﻛ ِّﻞ ِذي َﻋ ْﯿ ٍﻦ
/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza
hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/
(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari
segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang
yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185).
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/51176-mengenal-
penyakit-ain-pencegahannya-dan-pengobatannya.html
Penyakit ‘ain itu nyata adanya. Pandangan mata bisa menyebabkan orang
lain sakit, atau bahkan meninggal. Tentunya penyakit ‘ain ini begitu
berbahaya dan menakutkan. Lalu bagaimana sebenarnya hakekat ‘ain,
bagaimana cara mencegahnya serta bagaimana menghindarinya? Simak
pemaparan singkat ini.
Apakah penyakit ‘ain itu?
‘Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata.
Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:
إﺻﺎﺑﺔ اﻟﻌﺎﺋﻦ ﻏﯿ َﺮه ﺑﻌﯿﻨﮫ
“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang
dipandangnya” (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 69).
Dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah:
ﻣﻦ إﻋﺠﺎب اﻟﻌﺎﺋﻦ: وأﺻﻠﮭﺎ، ﻣﺄﺧﻮذة ﻣﻦ ﻋﺎن ﯾَﻌﯿﻦ إذا أﺻﺎﺑﮫ ﺑﻌﯿﻨﮫ
ﺛﻢ ﺗﺴﺘﻌﯿﻦ ﻋﻠﻰ ﺗﻨﻔﯿﺬ ﺳﻤﮭﺎ، ﺛﻢ ﺗَﺘﺒﻌﮫ ﻛﯿﻔﯿﺔ ﻧ ْﻔﺴﮫ اﻟﺨﺒﯿﺜﺔ، ﺑﺎﻟﺸﻲء
ﺑﻨﻈﺮھﺎ إﻟﻰ اﻟ َﻤ ِﻌﯿﻦ
“‘Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata.
Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon
jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata
untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut” (Fatawa Al
Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Gangguan dari ‘ain bisa berupa penyakit, kerusakan atau bahkan kematian.
Baca Juga: Ruqyah dengan Madu, Habbatus Sauda dan Minyak Zaitun
Penyakit ‘ain benar adanya!
Setelah mengetahui definisi dari ‘ain, mungkin sebagian orang akan
bertanya-tanya: “Ah, mana mungkin sekedar memandang akan
menimbulkan penyakit?!”, “bagaimana bisa sekedar pandangan membuat
seseorang mati?”. Atau bahkan sebagian orang mengingkari adanya ‘ain
karena tidak masuk akal. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
وﻟﻮ ﻛﺎن ﺷﻲء ﺳﺎﺑﻖ اﻟﻘﺪر ﺳﺒﻘﺘﮫ اﻟﻌﯿﻦ،اﻟﻌﯿﻦ ﺣﻖ
“Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului
takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
ﻛﺎ َن َرﺳﻮ ُل ﷲِ َﺻﻠﱠﻰ ﱠ�ُ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﱠ َﻢ ﯾَﺄْ ُﻣ ُﺮﻧِﻲ أَ ْن أَ ْﺳﺘَ ْﺮﻗِ َﻲ ِﻣ َﻦ اﻟﻌَ ْﯿ ِﻦ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memintaku agar aku
diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim no.2195).
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
أﻛﺜ ُﺮ َﻣﻦ ﯾﻤﻮت ﺑﻌﺪَ ﻗﻀﺎ ِء ﷲِ وﻗَﺪَ ِر ِه ﺑﺎﻟﻌﯿ ِﻦ
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah
takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404],
dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).
Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan
pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat
adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak
disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-
orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
Baca Juga: Bentuk-Bentuk Ruqyah dengan Menggunakan Air
Sebab terjadinya penyakit ‘ain
‘Ain terjadi karena adanya hasad (iri; dengki) terhadap nikmat yang ada pada
orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang
orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan
penyakit ‘ain. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan:
، وﻗﺪ أﻣﺮ ﷲ ﻧﺒﯿﱠﮫ ﻣﺤ ﱠﻤﺪاً ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﺑﺎﻻﺳﺘﻌﺎذة ﻣﻦ اﻟﺤﺎﺳﺪ
ﻓﻜﻞ ﻋﺎﺋﻦ ﺣﺎﺳﺪ وﻟﯿﺲ ﻛﻞ، وﻣﻦ ﺷﺮ ﺣﺎﺳﺪ إذا ﺣﺴﺪ: ﻓﻘﺎل ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﺣﺎﺳﺪ ﻋﺎﺋﻨﺎ
“Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam
untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” …
dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang
yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun
tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad
Daimah, 1/271).
Pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain. Dalam hadits dari Abu
Umamah bin Sahl, ia berkata:
ﻦ،ُ ُﺎ َﻣِﻣﻓَ َﻜﻘَُﺮﺎﺎﻧَ َْﺑلﮫ:ِﮫ َﺳﻗَ َْﮭﺎو ٌَﻞلَﻋ،ﺎ َﻧَﻦﻓَ ُْاﻮﺖْﻟ ِﻋِﺠ َﻋْﻠَﻠَﻚِﺪْﯿ،ﺒﱠَرﺔًاَﺣ َء َﻛَﺴ،ﻻﻼًﻓَأَِﻨَﺟْﺑ ْﻠَﯿَﺰﺪَ َع َ َﻋﺾ ُْﺬﺟ،ََورُﺣأََﻛﻨَْﯾﺎْﯿ َُنﺖ ٍﻒ َﻛَﺳﺑِﺎﺎْْﻟﮭْﻟﯿَ ٌْﻞَﺨﻮ ِ ﱠمَﺮرا َِوُﺟر اﻏﺘﺴﻞ أَﺑِﻲ َﺳ ْﮭ ُﻞ ْﺑ ُﻦ
: ﻗَﺎ َل،َرﺑِﯿﻌَﺔَ ﯾَ ْﻨ ُﻈ ُﺮ
َﻣﺎ:ََﻋﺎ ِﻣ ُﺮ ْﺑ ُﻦ َرﺑﯿﻌَﺔ
َ َِﻓَﻣﻮوﺎَ“ْﺗَﻦﺳﺎﻠَﻋَﺿهُﺄﻢَ َﺷﻼََﺄﻟَرَم–ِﮫُن ُﺳﯾَﻓَ ْﻘﻮﺄَُﻋﺘَﻋُﺎُْﺎلﺧُِﻞِﻣﺒِﻣ ُِأًَﺮﺮﺮﷲَﺣْﺑأَْﺑﺪُ ُﱠِﻦن–ﻦﻛ ْﻢ:ﮫﺘ،َنﻓ-َ ﯿﷲ.ﷲْﮭﯾَﺗَﺎﺻﻞَﻠﻋﻮﻠﺑرﯿﻰﺎﻟﱠﮫﱠﺿﺳ ِﺄﺬْﻮوﻟَﷲيلﮫُﺳﻠﻋَ”ﻛﻢﻠﺎ،ﻲﻠَﻏإﯿِﻢ َ ُرﱠﺮﷲن– ُﺳا َْﻟر–ﻓَﻮاﺄﻌََﺋُِْﯿل ْﺧﺢٍَﺻﺒَﻦﻠ َ َﺮﻣﷲ َهﻰُﺣﻌَ ﱞ–ﻖَﻚَﺳ،ْوﻛﮫأَ ُﺳﻓَﻧﱠ َﺄﺖُﻮوﮫُﺗِ؟ ُلﺳ،ُأﻓَََووﻘَﷲﺎِﻻﻋْﻋ َلﺑََﻜُﻚﻋ ﱠﻠﮫﺮَُﯿَر ﻓَﺎ ْﺷﺘَﺪﱠ
ًَﺳ ْﮭﻼ
ﺻﻠﻰ
،ََرﺑِﯿﻌَﺔ
أَ َﺧﺎهُ؟
ﻟَ ْﯿ َﺲ ﻓَ َﺮا َح ،ََرﺑِﯿﻌَﺔ
ﺑِ ِﮫ – وﺳﻠﻢ ﻋﻠﯿﮫ ﷲ ﺻﻠﻰ –ﷲ َرﺳُﻮ ِل َﻣ َﻊ َﺳ ْﮭﻞ
ﺑَﺄْ ٌس
“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah
yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah
seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun
berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari
ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di
tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan
kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak
bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl
bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah.
Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa
seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan
keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka
berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan
air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Malik dalam Al-
Muwatha’ [2/938] dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah [6/149]).
Baca Juga: Meruqyah Perempuan yang Sedang Haidh
Dalam hadits ini ‘Amir bin Rabi’ah memandang Sahl bin Hunaif dengan
penuh kekaguman, sehingga menyebabkan Sahl terkena ‘ain. Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan:
ﻓﻠﯿﺪﻓﻊ ﺷﺮھﺎ،وإذا ﻛﺎن اﻟﻌﺎﺋﻦ ﯾﺨﺸﻰ ﺿﺮر ﻋﯿﻨﮫ وإﺻﺎﺑﺘﮭﺎ ﻟﻠﻤﻌﯿﻦ
اﻟﻠﮭﻢ ﺑﺎرك ﻋﻠﯿﮫ:ﺑﻘﻮﻟﮫ
“Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa
menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan
tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun
Nabawi, 118).
Ain bisa terjadi pada benda mati
Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda
mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-
tiba. Wa’iyyadzu billah. Dalam hadits, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam berdoa:
اﻟﻠﮭﻢ إﻧﻲ أﺳﺄﻟﻚ اﻟﻌﻔﻮ واﻟﻌﺎﻓﯿﺔ ﻓﻲ دﯾﻨﻲ ودﻧﯿﺎي وأھﻠﻲ وﻣﺎﻟﻲ
“Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku,
keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud no.5074, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abu Daud).
Allah Ta’ala berfirman:
َوﻟَ ْﻮ َﻻ إِ ْذ دَ َﺧ ْﻠ َﺖ َﺟﻨﱠﺘَ َﻚ ﻗُ ْﻠ َﺖ َﻣﺎ َﺷﺎ َء ﱠ�ُ َﻻ ﻗُ ﱠﻮةَ ِإ ﱠﻻ ﺑِﺎ ﱠ�ِ إِ ْن ﺗَ َﺮ ِن أَﻧَﺎ أَﻗَ ﱠﻞ
ِﻣ ْﻨ َﻚ َﻣﺎ ًﻻ َو َوﻟَﺪًا
“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu
“masyaAllah, laa quwwata illaa billah”. Sekiranya kamu anggap aku lebih
sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan” (QS. Al Kahfi: 39).
Para ulama menjadikan ayat ini dalil bahwa harta bisa terkena ain dan boleh
diruqyah ketika terkena ‘ain. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:
: أو وﻟﺪه ﻓﻠﯿﻘﻞ، أو ﻣﺎﻟﮫ، ﻣﻦ أﻋﺠﺒﮫ ﺷﻲء ﻣﻦ ﺣﺎﻟﮫ:ﻗﺎل ﺑﻌﺾ اﻟﺴﻠﻒ
ﻣﺎ ﺷﺎء ﻻ ﻗﻮة إﻻ ﺑﺎ� ـ وھﺬا ﻣﺄﺧﻮذ ﻣﻦ ھﺬه اﻵﯾﺔ اﻟﻜﺮﯾﻤﺔ
“Sebagian salaf mengatakan: orang yang kagum pada keadaannya atau
hartanya atau pada anaknya, hendaknya ucapkan maasyaallaah, laa
quwwata illaa billaah. Ini diambil dari ayat yang mulia ini” (Tafsir Ibnu Katsir).
Baca Juga: Meruqyah dengan Menggunakan Api, Bolehkah?
Cara mencegah agar pandangan kita tidak
menimbulkan penyakit ‘ain
Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk mencegah ‘ain ketika melihat
suatu hal yang menakjubkan pada orang lain, mengucapkan:
�ﻣﺎ ﺷﺎء ﷲ ﻻ ﻗﻮة إﻻ ﺑﺎ
/laa haula walaa quwwata illa billah/
Namun pendapat ini tidak memiliki dasar yang kuat.
Dari sisi orang yang memandang, hadits-hadits menunjukkan bahwa untuk
mencegah ‘ain adalah dengan tabriik (mendoakan keberkahan), misalnya
mengucapkan: “baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu)
atau “baarakallahu laka” (semoga Allah memberkahimu).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا رأى أﺣﺪﻛﻢ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﮫ و أﺧﯿﮫ ﻣﺎ ﯾﻌﺠﺒﮫ ﻓﻠﯿﺪع ﺑﺎﻟﺒﺮﻛﺔ ﻓﺈن اﻟﻌﯿﻦ ﺣﻖ
“jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya suatu hal yang
menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar
adanya” (QS. An Nasa-i no. 10872, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An
Nasa-i).
Dan yang paling penting agar tidak menimbulkan penyakit ‘ain pada diri
orang lain adalah menghilangkan rasa hasad kepada orang lain. Karena
hasad itu tercela. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
و ﻛﻮﻧﻮا، و ﻻ ﺗَﺤﺎ َﺳﺪُوا، و ﻻ ﺗَﺪاﺑَﺮوا، و ﻻ ﺗَﻘﺎطﻌﻮا، ﻻ ﺗَﺒﺎﻏﻀﻮا
ﻋﺒﺎدَ ﷲِ إﺧﻮاﻧًﺎ
“Janganlah kalian saling membenci, saling memutus hubungan, saling
menjauh, saling hasad. Jadilah kalian sebagai hamba Allah yang
bersaudara” (HR. Bukhari no. 6076, Muslim no.2559).
Dan hasad kepada nikmat yang didapatkan orang lain, berarti tidak ridha
kepada keputusan Allah dan pembagian rezeki oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
ِﻟﻠ ِّﺮ َﺟﺎ ِل ﻧَ ِﺼﯿ ٌﺐ ِﻣ ﱠﻤﺎ َﻋﻠَﻰ ﺑَ ْﻌ ٍﺾ ﺑَ ْﻌ َﻀﻜُ ْﻢ َو َﻻ ﺗَﺘَ َﻤﻨﱠ ْﻮا َﻣﺎ ﻓَ ﱠﻀ َﻞ ﱠ�ُ ﺑِ ِﮫ
ِﻣ ْﻦ ﻓَ ْﻀ ِﻠ ِﮫ إِ ﱠن ﱠ�َ َﻛﺎ َن َ�َوا ْﺳﺄَﻟُﻮا ﱠ ا ْﻛﺘَ َﺴ ْﺒ َﻦ ا ْﻛﺘَ َﺴﺒُﻮا َو ِﻟﻠﻨِّ َﺴﺎ ِء ﻧَ ِﺼﯿ ٌﺐ ِﻣ ﱠﻤﺎ
ﺑِ ُﻜ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻋ ِﻠﯿ ًﻤﺎ
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An Nisa’: 32).
Baca Juga: Tiga Kesalahpahaman tentang Ruqyah
Cara agar kita tidak terkena ‘ain
Hal pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit ‘ain adalah
menghindari sikap suka pamer, dan berhias diri dengan sifat tawadhu‘.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َِوإِ ﱠن ﱠ�َ أَ ْو َﺣﻰ ِإﻟَ ﱠﻲ أَ ْن ﺗَ َﻮا أََﺿ َﻌُﺣﺪﻮٌا َﻋ َﻠﺣَﺘﱠﻰﻰأَ َ َﺣﻻ ٍﺪﯾَ ْﻔ َﺨ َﺮ أَ َﺣﺪٌ َﻋﻠَﻰ أَ َﺣ ٍﺪ َو َﻻ ﯾَ ْﺒﻎ
“Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri
agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar
tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain” (HR. Muslim no. 2865).
Sebisa mungkin hindari menyebut-nyebut kekayaan, kesuksesan usaha,
kebahagiaan keluarga, juga memamerkan foto diri, foto istri/suami, foto
anak, dan hal-hal lain yang bisa menimbulkan iri-dengki dari orang yang
melihatnya. Atau juga yang bisa menyebabkan kekaguman berlebihan dari
orang yang melihatnya. Karena pandangan kagum juga bisa menyebabkan
‘ain, sebagaimana sudah disebutkan.
Kemudian di antara upaya pencegahan penyakit ‘ain adalah dengan
menjaga dan memelihara semua kewajiban dan menjauhi segala larangan,
taubat dari segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri
dengan beberapa dzikir doa, dan ta’awudz (doa perlindungan) yang
disyariatkan. Allah Ta’ala berfirman:
َو َﻣﺎ أَ َﺻﺎﺑَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ُﻣ ِﺼﯿﺒَ ٍﺔ ﻓَﺒِ َﻤﺎ َﻛ َﺴﺒَ ْﺖ أَ ْﯾ ِﺪﯾ ُﻜ ْﻢ َوﯾَ ْﻌﻔُﻮ َﻋ ْﻦ َﻛ ِﺜﯿ ٍﺮ
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh
perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30).
Allah Ta’ala juga berfirman:
أَ َﻻ ﺑِ ِﺬ ْﻛ ِﺮ ﱠ�ِ ﺗَ ْﻄ َﻤﺌِ ﱡﻦ ا ْﻟﻘُﻠُﻮ ُب
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar
Ra’du: 28)
Rutinkan dzikir-dzikir pagi dan sore, serta dzikir-dzikir harian seperti dzikir
keluar/masuk rumah, rumah, dzikir keluar/masuk kamar mandi, dzikir hendak
tidur atau bangun tidur, dzikir keluar rumah, dzikir naik kendaraan, dzikir
ketika akan makan, dzikir setelah shalat, dan lainnya.
Diantara dzikir pencegah ‘ain yang bisa dibaca kepada anak-anak agar tidak
terkena ‘ain adalah sebagaimana yang ada dalam hadits Ibnu
Abbas radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam mendoakan Hasan dan Husain dengan doa:
و ِﻣﻦ ﻛ ِّﻞ ﻋﯿ ٍﻦ ﻻ ﱠﻣ ٍﺔ، ِﻣﻦ ﻛ ِّﻞ ﺷﯿﻄﺎ ٍن وھﺎ ﱠﻣ ٍﺔ،أُ ِﻋﯿﺬُﻛﻤﺎ ﺑﻜ ِﻠﻤﺎ ِت ﷲِ اﻟﺘﱠﺎ ﱠﻣ ِﺔ
/u’iidzukuma bikalimaatillahit taammah, min kulli syaithaanin wa haamah wa
min kulli ‘ainin laamah/
“Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang
sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan ‘ain yang buruk”.
Lalu Nabi bersabda: “Dahulu ayah kalian (Nabi Ibrahim) meruqyah Ismail
dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud no. 4737, Ibnu Hibban no.1012,
dishahihkan Syu’ain Al Arnauth dalam Takhrij Ibnu Hibban).
Baca Juga: Bolehkah Orang Normal Sengaja Disurupi Jin Sebagai
Media Ruqyah?
Cara mengobati penyakit ‘ain
Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus
dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu
terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:
َُﻣﺎ أَ َﺻﺎ َب ِﻣ ْﻦ ُﻣ ِﺼﯿﺒَ ٍﺔ إِ ﱠﻻ ﺑِﺈِ ْذ ِن اﻟﻠﱠـ ِﮫ ۗ َو َﻣ ْﻦ ﯾُ ْﺆ ِﻣ ْﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠـ ِﮫ ﯾَ ْﮭ ِﺪ ﻗَ ْﻠﺒَﮫُ ۚ َواﻟﻠﱠـﮫ
ﺑِﻜُ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻋ ِﻠﯿ ٌﻢ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).
Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa satu-
satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
َوإِن ﯾَ ْﻤ َﺴ ْﺴ َﻚ اﻟﻠﱠـﮫُ ﺑِ ُﻀ ٍّﺮ ﻓَ َﻼ َﻛﺎ ِﺷ َﻒ ﻟَﮫُ إِ ﱠﻻ ُھ َﻮ
“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang
dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).
Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka
pasti Allah akan sembuhkan. Allah Ta’ala berfirman:
َُو َﻣ ْﻦ ﯾَﺘَ َﻮ ﱠﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ ﱠ�ِ ﻓَ ُﮭ َﻮ َﺣ ْﺴﺒُﮫ
“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan penuhi
kebutuhannya” (QS. Ath Thalaq: 3).
Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan sebab-sebab yang
bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya:
1. Mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ‘ain
Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhum,
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
وإذا اﺳﺘﻐﺴﻠﺘﻢ، اﻟﻌﯿﻦ ﺣﻖ وﻟﻮ ﻛﺎن ﺷﻲء ﺳﺎﺑﻖ اﻟﻘﺪر ﻟﺴﺒﻘﺘﮫ اﻟﻌﯿﻦ
ﻓﺎﻏﺴﻠﻮا
“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir,
maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu (untuk
memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim no. 2188).
Baca Juga: Pernah Diruqyah Atau Melakukan Kay, Bisakah Masuk
Surga Tanpa Hisab Tanpa Azab?
2. Mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ‘ain
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl di atas.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir bin Rabi’ah untuk
berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang terkena ‘ain.
Dalam riwayat yang lain:
َو ُر ْﻛﺒَﺘَ ْﯿ ِﮫ ،أَ َوْنﯾَﺪَﯾَ ْﯾ ِﮫ ُﺼإِﻟَ ﱠﺐﻰ اَﻋْﻟﻠَ ِْﯿﻤ ِْﮫﺮﻓَﻘَ ْﯿ ِﻦ َُوَوأَ َْﻣﺟ َ َﮭﺮهُﮫ ﻓَﻐَ َﺴ َﻞ،َأَ ْن ﯾَﺘَ َﻮ ﱠﺿﺄ َﻋﺎ ِﻣ ًﺮا ﻓَﺄَ َﻣ َﺮ
،َودَا ِﺧﻠَﺔَ إِ َزا ِر ِه
“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu.
Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan
membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Lalu Nabi
memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i no.
7617, Ibnu Majah no. 3509, Ahmad no. 15980, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah).
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata :
ﺛﻢ ﯾَ ْﻐﺘَ ِﺴ ُﻞ ﻣﻨﮫ اﻟ َﻤ ِﻌﯿ ُﻦ،ُ ﻓﯿﺘﻮ ّﺿﺄ،ﻛﺎ َن ﯾُﺆ َﻣﺮ اﻟﻌﺎﺋِ ُﻦ
“Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain diperintahkan untuk berwudhu,
lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air wudhu tersebut” (HR Abu
Daud no 3885, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.2522).
3. Ruqyah syar’iyyah
Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:
: ﻗﺎل، أﻓﻨﺴﺘﺮﻗﻲ ﻟﮭﻢ ؟، إن ﺑﻨﻲ ﺟﻌﻔﺮ ﺗﺼﯿﺒﮭﻢ اﻟﻌﯿﻦ، ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ
ﻓﻠﻮ ﻛﺎن ﺷﻲء ﺳﺎﺑﻖ اﻟﻘﺪر ﻟﺴﺒﻘﺘﮫ اﻟﻌﯿﻦ، ﻧﻌﻢ
“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta
mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa
mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan
membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia
berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit,
Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:
َو َﺷ ِّﺮ،َ َو ِﻣ ْﻦ َﺷ ِّﺮ َﺣﺎ ِﺳ ٍﺪ إذَا َﺣ َﺴﺪ، َو ِﻣ ْﻦ ﻛُ ِّﻞ دَا ٍء ﯾَ ْﺸ ِﻔﯿ َﻚ،ﺑﺎ ْﺳ ِﻢ ﷲِ ﯾُ ْﺒ ِﺮﯾ َﻚ
ُﻛ ِّﻞ ِذي َﻋ ْﯿ ٍﻦ
/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza
hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/
(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari
segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang
yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185).
Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits shahih yang lainnya, serta
ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an bisa untuk meruqyah.
Baca Juga:
• Hukum Menjual Air Yang Dibacakan Ruqyah
• Kesalahan Dalam Meruqyah
Demikian pemaparan singkat mengenai penyakit ‘ain. Semoga Allah Ta’ala
menjaga kita dari keburukan penyakit ‘ain. Wallahu waliyyu dzalika wal
qaadiru ‘alaihi.
Penulis: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/51176-mengenal-
penyakit-ain-pencegahannya-dan-pengobatannya.html