The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Handika anggit, 2023-06-28 08:27:42

analisi sejarah ideologi dunia

analisi sejarah ideologi dunia

Nama : Diana Purnamasari Kelas : 2A Mata Kuliah : Historiografi UAS Analisis Gambar Buku Pendahuluan ● Alasan Memilih Buku Alasan saya menganalisi buku ini yaitu belajar sekaligus memahami sejarah dalam pemikiran tentang ideologi dunia. Karena dalam buku ini saya dapat mengetahu kehasnnya dengan ideologi dunia yang berkembang di berbagai negara satu dengan negara lain ideologinya tidak sama. Karena adanya Perbedaan ini setiap negara memiliki perbedaan pandangan dalam menilai suatu kebenaran serta latar belakang sejarah yang tidak sama. Pancasila yang oleh bangsa Indonesia dipandang sebagai sesuatu yang baik dan benar belum tentu dinilai sama oleh bangsa lain. Demikian juga ideologi bangsa lain tidak mungkin sesuai bila diterapkan di Indonesia. Pembahasan ● Resensi Judul Buku : Sejarah Ideologi Dunia Penulis : Nur Sayyid Santoso Kristeva,M.A Penerbit : Lentera Kreasindo Tahun terbit : Maret 2015 Jumlah halaman : 213 halaman ISBN : 978-602-1090-11-4


● Metode Historis Metode historis pada buku sejarah ideologi dunia ini penulis menggunakan metode sejarah yaitu Peneliti menggunakan metode historis yang terdiri dari Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi ● Profil Penulis Lahir di Cilacap, 27 Juli 1980, adalah anak terakhir dari empat bersaudara pasangan H. Nursayidi Bin H. Ahmad Syarif Ismail dan Hj. Khamidah Binti Bpk. Sanurji. Pendidikan formal yang pernah ditempuh antara lain: SD Negeri Mertasinga III (1987-1993), SMP Negeri 5 Cilacap (1993-1996), Madrasah Aliyah Ponpes Miftahussalam Banyumas (1996-1999) dipercaya oleh pengasuh ponpes K.H. Zaeni Muhajjat, B.A., untuk menjadi lurah pondok, kemudian penulis menempuh Studi S1 di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta (1999-2005). Pendidikan Non-Formal di beberapa Pesantren untuk mengkaji ilmu-ilmu Islam klasik seperti ilmu tafsir hadits, nahwu-sharaf, fiqih, tauhid, & kajian Islam kontemporer, antara lain di: Pondok Pesantren Miftahussalam Al-Islamiyyah Al-Haditsah Banyumas, Pondok Pesantren Al-Munawwir As- Salafiyyah Krapyak Jogjakarta, Pondok Pesantren Fatkhul 'Ulum Kewagean Kediri Jawa Timur, dan Pondok Pesantren Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Cilumpang Cilacap. Organisasi kemahasiswaan yang pernah diikuti antara lain: Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Daerah Istimewa Jogjakarta, Bidang Kader isasi Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Paradigma UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Kelompok Studi Ilmu Pendidikan (KSIP) UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Presidium Mahasiswa (Presma) Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Himpunan Mahasiswa Sunan Kalijaga Cilacap (HIMMAH SUCI) Jogjakarta, Himpunan Mahasiswa Cilacap (HIMACITA) Di Jogjakarta, Voulentir Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Jogjakarta, Direktur Institute for Philo sophycal and Social Studies (INPHISOS) Jogjakarta. Penulis memiliki hobby: Membaca, Menulis, Diskusi. Organisasi, dan Travelling. Buku Favorit yang menjadi inspirasi untuk selalu menulis antara lain: Ihya Ulumaddin- Imam Ghazali, Tetralogi Buru-Pramoedya Ananta Toer, Madilog-Tan Malaka, Das Kapital-Karl Marx. Motto hidup yang selalu menjadi inspirasi penulis untuk terus membentuk jati diri dan melahirkan karya: "Bunuhlah waktumu dengan aktivitas produktif dan progressif, jangan engkau terbunuh waktu aktivitas yang mengasingkan rasionalitas" Aktifitas sekarang selain terus menjadi aktivis, santri dan menulis berbagai karya bidang sosial, filsafat, pendidikan, dan pemikiran ke- Islam-an, juga menjadi Dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali (UNUGHA) Cilacap, serta menjadi Direktur Institute for Philosophycal and Social Studies (INPHISOS) Jogjakarta-Cilacap, dan ikut mengasuh santri Pondok Pesantren Al-Madaniyyah As-Salafiyyah Cilumpang Cilacap.


● Informasi Singkat Buku Sejarah ideologi dunia dan kekhasan ideologi-ideologi dunia yang berkembang di berbagai negara satu dengan negara lain ideologinya tidak sama. Perbedaan ini karena setiap negara memiliki perbedaan pandangan dalam menilai suatu kebenaran serta latar belakang sejarah yang tidak sama. Pancasila yang oleh bangsa Indonesia dipandang sebagai sesuatu yang baik dan benar belum tentu dinilai sama oleh bangsa lain. Demikian juga ideologi bangsa lain tidak mungkin sesuai bila diterapkan di Indonesia. Istilah ideologi dipergunakan dalam arti yang bermacam-macam. Istilah ideologi adalah sebuah kata yang terdiri “ideo” dan “logi”. Kata “ideo” berasal dari bahasa Yunani eidos, dalam bahasa Latin idea, yang berarti“pengertian”, “ide” atau “gagasan”. Kata kerja dalam bahasa Yunani oida yang berarti mengetahui, melihat dengan budi. Dalam bahasa Jawa kita jumpai kata idep dengan arti tahu, melihat. Kata “logi” berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti “gagasan”, “pengertian”, “kata”, dan “ilmu”. Jadi secara etimologis dapat diterangkan bahwa ideologi berarti “pengetahuan tentang ide-ide”, science of ideas. Menurut Destrut de Tracy (1796) ideologi adalah sebuah “Ilmu ide” yang diharapkan mampu membawa perubahan institusional, mulai dari pembaharuan menyeluruh atas sekolah-sekolah di prancis. Tracy memberikan definisi ideologi adalah suatu sistem ide, yang mencoba melepaskan diri dari hal-hal metafisis. Para ideolog untuk kurun waktu tertentu menikmati posisi pembuat kebijakan dalam kelas II (ilmu-ilmu moral dan politik) di Institut nasional. Tetapi pertentangan dengan napoleon, menyebabkan Napoleon Banaparte (penuh mistik) berusaha untuk menghapus usaha pembaharuan dalam institut (1802-1803). Ia memecat anggota-anggotanya sebagai tukang khayal tak berguna dan membuat mereka sebagai bahan cemoohan. Ideologi juga bisa diartikan sebagai seperangkat sistem dan tata nilai dari berbagai kesepakatan-kesepakatan, yang harus ditaati dalam sebuah kelompok sosial. Ideologi adalah motivasi bagi praksis sosial yang memberikan pembenaran dan mendorong suatu tindakan. Ideologi mendorong untuk menunjukkan bahwa kelompok sosial yang diyakininya mempunyai alasan untuk ada. Dalam sejarah pertarungan sosial dan politik dunia, ideologi juga tidak jarang banyak mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa demi sebuah perjuangan membela ideologi. Apalagi kalau ideologi sudah masuk pada ranah politik dan kekuasaan. Demi sebuah ideologi, 600.000 orang tewas karena terlibat (atau tertuduh) sebagai PKI dalam aksi “balas dendam” yang legal sehabis tragedi 30 September 1965 di Indonesia. A. KAPITALISME Kapitalisme yakni berasal dari bahasa Latin yang akar katanya “caput” yang berarti kepala. Berawal dari kapitalisme liberal akhirnya berkembang menjadi ideologi liberal. Ideologi ini banyak dianut oleh negara-negara Eropa dan Amerika, seperti Inggris, Spanyol, Italia, Belanda, Amerika Serikat dan Kanada. Adapun ciri-ciri negara penganut ideologi kapitalisme adalah sebagai berikut. Kebebasan warga negara dijunjung tinggi. Warga negara bebas melakukan apa saja asalkan


tidak melanggar tertib hukum. Negara hanya bertindak sebagai pengawas jalannya tertib hukum. Ideologi Kapitalis merupakan ideologi yang muncul dan berkembang pertama kalinya di Eropa. Asas ideologi Kapitalis adalah Sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan dunia). Sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan dunia) sebagai asas, Kapitalisme mengakui keberadaan Tuhan secara tidak langsung. Sekularisme ini berpandangan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Hanya saja dalam kehidupan di dunia, akidah ini tidak mengakui Tuhan, sebab mereka berpandangan kehidupan manusia atau urusan publik merupakan wewenang manusia itu sendiri, karena Sekularisme menjadikan manusia sebagai sumber dan pembuat hukum, sedangkan peranan agama hanya berada dalam wilayah privat (menjadi urusan individu). Para pengemban Sekularisme tersebut menempatkan rasio manusia dan empirisme di atas segala-galanya. Mereka berpendapat rasionalisme dan emperisme dapat memecahkan segala permasalahan yang ada di dunia ini secara komprehensif dan tuntas, sehingga manusia sendirilah yang memiliki solusi permasalahan hidupnya dan membuat peraturan-peraturan solusinya. Dengan demikian pemikiran sekuler itulah yang menjadi solusi fundamental Kapitalisme dalam problematika pokok kehidupan dan dari sini terpancar pemikiran-pemikiran ideologi Kapitalis. Kapitalisme dalam problematika pokok kehidupan dan dari sini terpancar pemikiran-pemikiran ideologi Kapitalis. Disebut ideologi Kapitalis karena sistem ekonomi Kapitalis dengan “kebebasan dalam kepemilikan” merupakan aspek yang paling menonjol dari ideologi ini. Karl Marx membagi perkembangan umat manusia dalam analisis prediktifnya dari mulai masyarakat Primitif/Tradisional ke Feodal ke Kapitalis ke Sosialis/Komunis. Akan tetapi dalam gerak laju sejarahnya, ternyata analisisnya Karl Marx meleset. Hingga hari ini ternyata kemenangan dari semua ideologi dunia adalah Kapitalisme Liberal (Baca: Francis Fukuyama). Awal munculnya kapitalisme, yang fenomena historisnya ditemukan oleh Karl Marx kemudian menjadi sebuah sistem dunia, dapat dilacak dari terjadinya transisi historis zaman feodalisme. tepatnya pada akhir abad XIV awal abad XV ketika orang-orang Eropa berhasil mengatasi persoalan hambatan geografis. Solusi dari hambatan geografis diatas berawal dari ditemukannya kompas sebagai penunjuk arah dan berkembangnya pengetahuan kelautan. kolaborasi dari dua penemuan baru tersebut membuat watak ekspansionis bangsa Eropa menemukan momentum dan ruang geraknya. Sejak saat itulah penaklukan dunia yang fenomena historisnya berbentuk imperialisme-kolonialisme di berbagai belahan dunia oleh bangsa Eropa dimulai. Bangsa Eropa datang kebeberapa benua dunia diantaranya benua Amerika, Afrika, Asia sebagai penakluk untuk mengeruk kekayaan alamnya, memperbudak penduduk asalnya sekaligus mengumumkan pengukuhan dirinya sebagai ras yang paling unggul dari ras dan bangsa-bangsa lain. Ajarannya adalah manusia berbudaya adalah orang-orang kulit putih dari Eropa, sedangkan diluar orang-orang berkulit putih Eropa adalah manusia-manusia barbar yang biadab.


Sejak saat itu pula hierarkhis-dikotomis kebudayaan mulai ditancapkan dalam benak manusia dunia. bahwa hanya orang kulit putihlah yang paling unggul dan harus ditiru, yang dikemudian waktu klaim ini membuat motivasi tersendiri bagi mereka untuk melakukan praktek imperialisme-kolonialisme tidak hanya terbatas dalam ruang ekonomi-politik, akan tetapi lebih jauh dari itu adalah penjajahan cultur dan kebudayaan masyarakat terjajah untuk diseragamkan dengan budaya orang kulit putih. Atas dasar itulah, tidak salah kalau dikatakan bahwa munculnya kapitalisme sebagai suatu sistem dunia pararel atau beriringan dengan dimulainya praktek imperialisme-kolonialisme jagad raya. Dan dari imperialisme-kolonialisme inilah akumulasi modal mulai terkonsentrasi di berbagai belahan wilayah Eropa, terutama diInggris. Dudly Dillard, secara kronologis membagi sejarah muncul dan Sejarah perkembangan kapitalisme dibagi menjadi 3 fase yaitu sebagai berikut: - Kapitalisme awal (1500-1750) - Kapitalisme klasik ( 1750-1914) - Kapitalisme lanjut (1914-sekarang) Memang harus diakui bahwa tidak ada kesepakatan oleh para ahli mengenai definisi kapitalisme, akan tetapi mereka umumnya sepakat bahwa kapitalisme adalah satu sistem ekonomi yang berlandaskan pada filsafat individualisme-liberalisme yang memiliki implikasi kebebasan manusia untuk mengekploitasi apapun yang dapat menguntungkan individu tersebut. Pertama, Kapitalisme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750), yaitu kapitalisme yang bertumpu pada industri sandang di Inggris. Kapitalisme pada masa ini masih sangat sederhana. yaitu ditandai dengan praktek permintalan benang yang masih mengunakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industri sandang dibeberapa pedesaan di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat pesat. Pemasukan keuangan negara yang pada awalnya hanya berasal dari pajak rakyat mulai bertambah dengan pendayagunaan surplus sosial (semacam tabungan sosial dari beberapa pabrik sandang). Dari pemakaian sistem inilah, kapitalisme semakin menempati posisi yang aman dari kontestasinya dengan sistem ekonomi sebelumnya. Kalau pada sistem ekonomi yang diterapkan sebelum sistem kapitalisme, dana surplus sosial selalu digunakan untuk membuat tanda-tanda kejayaan suatu masa dengan membangun piramida-piramida atau katedral-katedral sebagai lambang kemegahan dan kejayaannya, maka ketika sistem kapitalis ini dipakai, dana yang awalnya dipakai untuk hal-hal diatas dialihkan untuk membuat infrastruktur dan supra struktur baru dalam bidang ekonomi seperti membangun usaha perkapalan, pergudangan, persiapan dan penyediaanbahan-bahan mentah, dan berbagai bentuk penanaman modal lainnya. dengan demikian, surplus sosial yang pada awalnya selalu habis bahkan defisit, berubah menjadi perluasan kapasitas produksi. Ada sekian banyak momentum penting yang membuka peluang perkembangan kapitalisme menjadi semakin tak terbendung. mulusnya perkembangan kapitalisme di atas tidak bisa dilepaskan dari beberapa


momentum-momentum penting yang menjadikan perkembanagn kapitalisme berjalan mulus antara lain, Pertama, munculnya gerakan perlawanan (protestanisme) dari kaum calvinis yang dipimpin oleh Marlin Luther King terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai kehidupan didunia. Kedua, penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni) untuk kemudian dipakai sebagai alat transaksi yang distandarisasi. dan terakhir adalah kuatnya back up dari kekuasaan saat itu. dari sinilah kemudian, perkembangan kapitalisme seakan tidak mengalami hambatan yang berarti. Kedua adalah Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914). Fase ini ditandai dengan bergesernya sistem pembangunan kapitalisme dari sistem perdagangan (merkantilisme) ke sistem industri, tepatnya ketika terjadi revolusi industri di Inggris yang kemudian menjadikan masa ini sebagai masa transisi dari dominasi modal perdagangan ke dominasi modal industri. Perubahan sistem ini dilatarbelakangi oleh perkembangan baru dalam keilmuan manajemen-organisasi dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. dengan latarbelakang diatas itulah, laju kapitalisme semakin tidak terbendung karena sistem produksi yang pada masa kapitalisme awal hanya ditopang oleh infra struktur dan supra struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai sistem modern dengan didukung oleh industri yang berbasis tekhnologi maju. Dalam bidang pemikiran, pada saat yang sama muncul seorang ekonom Inggris, Adam Smith dengan karyanya Inquiry into the nature and causes of the wealth nations (1776). Dalam buku tersebut, Adam Smith menawarkan satu sistem ekonomi yang akan membawa kesejahteraan masyarakat eropa saat itu yakni sistem ekonomi liberal. Doktrin utama dari sistem ini adalah menyerahkan semua keputusan-keputusan ekonomi kepada pasar dengan membongkar atau bahkan menghilangkan peran negara sedikitpun. Kebijakan ini mulai dilajankan setelah revolusi Prancis dan perang napoleon sebagai masa hancur-totalnya sisa-sisa sistem feodal. Turunan dari doktrin diatas termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan, perdagangan bebas, standarisasi keuangan yang kuat (dengan emas), pembuatan anggaran belanja yang seimbang, penghapusan subsidi sosial dll. Singkatnya, sistem ini memulangkan segala persoalan kepada masing-masing individu dan interaksi yang tidak diatur akan menghasilkan akibat-akibat sosial yang dicita-citakan. Begitulah kapitalisme liberal terus berjalan sampai mengalami berbagai pertentangan internal (anomali) antar negara kapitalis itu sendiri yang kemudian mengakibatkan meletusnya perang dunia I pada tahun 1914-1918 antara kekuatan negara kapitalis baru (Jerman, Jepang dan perancis) dengan negara bos kapitalis Inggris. Akibat dari Perang Dunia I tersebut adalah perubahan besar mengenai pembagian koloni-koloni tanah jajahan yang menguntungkan negara yang menang perang. Ketiga, Fase Kapitalisme Lanjut (1914-1945). Fase ini ditandai dengan peristiwa bergesernya dominasi modal dari belahan dunia Eropa ke negara adi daya baru Amerika Serikat yang dilatarbelakangi oleh hancurnya sistem ekonomi Eropa


akibat perang yang berkepanjangan yang mengakibatkan terjadinya krisis besar-besaran dihampir negara kapitalis Eropa, terutama Inggris yang pada awalnya sebagai negara kapitalis Eropa terkaya. selain itu ada tiga momentum besar di dunia internasional saat itu, yakni terjadinya perang dunia pertama, munculnya perlawanan dari dunia terjajah (Asia-Afrika) terhadap praktik imperialisme kolonialisme yang telah berjalan cukup lama, dan suksesnya revolusi Bolsevik 1917 di Rusia yang menghancurkan sistem feodalisme kaesar Tsar saat itu. Dari ketiga momentum inilah beberapa negara kapitalis Eropa dan Amerika mengalami greet depression atau depresi ekonomi dunia besar-besaran. Dari kejadian itulah dunia mengalami resesi ekonomi, harga-harga saham wall street jatuh pada harga yang terendah dalam sejarah dan meningkatnya jumlah penganguran secara drastis. Dari peristiwa diatas, negara-negara kapitalis saat itu mulai merubah kebijakan ekonominya dari sistem liberalis yang tidak memberikan ruang jaminan sosial sedikitpun kepada masyarakat pada sistem ekonomi negara kesejahteraan (walfare state). B. SOSIALISME-KOMUNISME Sebagai sebuah faham atau ideologi, kata Sosialisme muncul di Inggris sekitar tahun 1830. Secara bahasa, Sosialisme berasal dari bahasa Latin yakni “socius” yang berarti teman, sahabat, atau saudara. Sedang ”isme” yang di belakangnya berarti faham atau ajaran. Dari sisi etimologis ini, kita bisa pahami pengertian sederhana sosialisme adalah paham yang mementingkan masyarakat daripada individu. Secara umum term sosialisme digunakan untuk mengacu pada sebuah ideologi, Paham yang bertujuan perubahan bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi miliki bersama dan pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara menyeluruh. Dapat pula kita definisikan Sosialisme adalah sistem hidup yang menjamin hak asasi manusia, hak sama rata (equality), demokrasi, kebebasan dan sekularisme. Jaminan ini akan mewujudkan keadilan secara keseluruhan. Term “sosialis” pertama kali dipakai pada tahun 1827 dalam cooperative magazine sebagai gambaran umum doktrin kooperatif Robert Owen, dan kemudian sebagai “sosialisme” pada tahun 1832 dalam la globe, jurnal milik pengikut tokoh siosialis Claude Henri de Rouvroy dan Comte de Saint Simon (1760-1825). Pada awalnya, sosialisme dan komunisme mempunyai arti yang sama, tetapi akhirnya komunisme lebih dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam sosialisme, diantaranya dengan mewujudkan protes dan penolakan terhadap ketimpangan sosial. Dalam jaman renaissance dan Reformasi muncul protes terhadap ketimpangan dalam kemakmuran, dalam revolusi kaum puritan di abad 17 di Inggris, berbarengan dengan gerakan utama yang berasal dari kaum menengah, tampil sebuah kelompok radikal yang disebut “para penggali” atau para “pemerata sejati” (true leveres). Mereka berjuang untuk mempraktekkan prinsip pemilikan tanah secara komunal dan bukan menyangkut penggunaanya.


Unsur lain yang terdapat dalam sosialisme yaitu, protes terhadap prinsip Cash nexus bahwa uang merupakan ikatan utama antar manusia tidak terbatas pada tradisi sosial saja. Sejauh sosialisme mengandung dalam dirinya unsur-unsur tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sosialisme sudah setua peradaban barat. Pemikiran Yunani maupun Yahudi-Kristen masing-masing menolak kekayaan sebagai landasan kehidupan yang bahagia. Tetapi kalau kita melihat sesuatu yang lebih konkrit dalam sejarah, akan ditemukan bahwa sosialisme sebagai gerakan yang efektif dan terorganisir merupakan produk dari revolusi industri (1840 di Inggris. Pada tahun 1820-an dan 1830-an di Inggris dan Prancis muncul teori sosialisme modern, teori yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri, perubahan dalam organisasi sosial yang disebabkan oleh industrialisasi inii mengakibatkan munculnya kesenjangan kelas buruh dan pemodal yang dalam bahasa Marx disebut sebagai proletar dan borjuis, dan kondisi-kondisi lainnya sehubungan dengan jam kerja buruh, kesehatan kerusakan lingkungan. Sosialisme sebagai koreksi total terhadap gejala akses negatif yang ditimbulkan oleh pertentangan kelas buruh dengan kelas borjuasi. Dalam scenario yang disusun Marx dan sahabatnya, Engels yang akhirnya menjadi kitab suci bagi penganut sosialis-komunis dunia. Das Capital (1867) banyak menginspirasikan gerakan buruh diseluruh dunia. Dikesempatan itulah kaum buruh akan merebut posisi sebagai pemegang alat produksi. Dalam memindahkan alat-alat produksi ke tangan negara, dilakukan dengan cara kediktatoran. Ideologi komunisme memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut: a. Menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi, dan beralih ke tangan negara. b. Hak milik seperti mobil, rumah dan tanah tidak di akui negara. c. Mendirikan masyarakat tanpa perbedaan kelas apapun. d. Kepentingan warga nomor dua setelah kepentingan negara. e. Bersifat materialistis. f. Menyangkal adanya jiwa, roh dan Tuhan, serta menindas kebebasan pribadi dan agama. g. Menyangkal semua nilai-nilai dan kebutuhan rohani. C. FASISME Pasca perang Dunia I (1910 di Italia, sejarah kekuatan Bento Mussolini mula-mula mengenalkan fasisme dengan gerakan revolusionernya, gerakan bersenjata sebagai jalan untuk menuju tampuk kekuasaan, disusul kemudian oleh “saudaranya”, Adolf Hitler muda yang menjadi roh fasisme jerman. Di tangan keduanya lah fasisme muncul sebagai paham sekaligus gerakan. Fasisme, sebagai ideologi yang dianut sebuah negara, memuat cirri-ciri sebagai gerakan ideologi yang Totaliter, Nasionalis-Rasialis, dan mengidolasi pemimpinnya. Setiap negara yang fasis adalah negara totaliter, yang berkuasa habis-habisan atas semua gerak hidup masayarakat di dalamnya. Sistem totaliter telah mengatur sedemikian rupa bagaimana rakyat harus sekolah, bekerja,


melakukan aktifitas ekonomi, mengeluarkan pendapatbahkan dalam berkeluarga dan punya anak. Semuanya masu dalam bingkai yang telah ditentukan negara. Sebagaimana orasi yang pernah disampaikan Hitler pada rally-rally kaum Nazi, “kamu bukanlah apa-apa, negaramu adalah segalanya”. Suasana pasca Perang dunia I, dimana Jerman dan Italia mengalami kebangkrutan harga diri dan ekonomi. Jerman setelah menerima kekalahan dalam perang, terutama dalam perjanjian Versailles, telah memaksanya membayar perbaikan-perbaikan untuk kerugian pemenag, sementara itu dalam waktu yang sama, sebagai akibat perang Italia harus menanggung hutang sekitar 95 Juta Lira diwilayah ini kemudian Munculnya Hitler dan Mussolini bagaikan air sejuk di siang yang panas, yang melakukan uasaha-usaha untuk meyakinkan rakyat bahwa kejayaan negara kota Troya di Italia ataupun ras Aria di Jerman mampu memompa kelesuan rakyat. Dalam konteks ini Nasionalisme sarat dengan Rasialisme. Implikasi paling nyata dan mengerikan terbunuhnya 6 juta orang Yahudi dari kamp penampungan dalam kampenya anti semitis yang dikobarkan Hitler. Baik Hitler maupun Mussolini adalah diktator “di negaranya” masing-masing. Bukan saja karena mereka punya kharisma dan kualitas kepemimpinan yang luar biasa dimata rakyatnya, tapi juga karena kaum fasis percaya bahwa kediktatoran harus ditempuh jika ingin membentuk negara yang kuat. Fasisme mempunyai konsep dasar bahwa negara memiliki suatu kehidupan, kesatuan dan kewenangan yang tidak selalu sama seperti yang diinginkan individu. Orang dibuat seragam dan menjalani disiplin tertentu dalam rangka meraih tujuan moral. Pemerintah atas nama negara diberi wewenang untuk mengendalikan kegiatan warga negaranya. Buruh dan pemilik modal harus dapat bekerja samadan dalam pengawasanserta tekanan dari negara. Rakyat sebagai kekuatan bagi tentara modern dan industri. Tujuan akhir adalah terwujudnya masyarakat yang bertingkat dengan golongan elite sebagai pemimpin yang memimpin secara bebas dari segala tekanan. Adapun ciri-ciri ideologi fasisme pemerintahan bersifat otoriter dan totaliter. Gaya Penulisan Buku ini berkisah tentang banyak ideologi besar dunia dengan berbagai macam cerita sejarah yang melatarinya dalam setting ruang waktu tertentu. namun akan lebih menarik jika kita juga merefleksikan pengalaman yang dimiliki bangsa ini sebagai lahan untuk melihat bagaimana berbagai corak ideologi itu tumbuh dan berkembang. ideologi juga menopang kekuasaan politik dominan. Hubungan atau komunikasi. Buku ini menempatkan ideologi dalam konteks sejarah yang lebih luas. Ini membantu pembaca untuk memahami faktor-faktor sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang membentuk dan mempengaruhi perkembangan ideologi. Dengan memahami konteks sejarah, pembaca dapat mengapresiasi dan menganalisis ideologi dengan lebih baik.


Kesimpulan Membedah sejarah pemikiran ideologi dunia adalah sebuah usaha yang amat sulit dan berat apalagi dengan menulis dalam sebuah buku karena gagasan dasar dan ideologi yang tersebar dalam banyak literatur hanya dengan mendiskusikan menganalisis dan menakar apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan ideologi dan bagaimana gagasan pemikiran yang dibangun memungkinkan kita untuk dapat memahami melakukan interpretasi terhadap sejarah pemikiran Ideologi merupakan sebuah aktivitas berpikir yang membutuhkan daya tahan dan penalaran yang jernih dan kritis. Daftar Pustaka Nur Sayyid Santoso Kristeva, M. (2015). Sejarah Ideologi Dunia. Yogyakarta : Lentera Kreasindo.


Click to View FlipBook Version