The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

My Little Monster mengisahkan tentang seorang siswi cuek dan tak peduli pada lingkungan sekitar bernama Shizuku Mizutani. Shizuku menjalani hidupnya yang membosankan dan hanya fokus pada nilainya di sekolah. Sampai suatu hari, Shizuku bertemu dengan siswa laki-laki pembuat onar bernama Yoshida Haru.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by anandayuan366, 2022-10-13 03:57:10

My Little Monster

My Little Monster mengisahkan tentang seorang siswi cuek dan tak peduli pada lingkungan sekitar bernama Shizuku Mizutani. Shizuku menjalani hidupnya yang membosankan dan hanya fokus pada nilainya di sekolah. Sampai suatu hari, Shizuku bertemu dengan siswa laki-laki pembuat onar bernama Yoshida Haru.

Keywords: #MyLittleMonster #Manga,#Manga,#MyLittleMonster,#TonariNoKaibutsukun

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan
buku My Little Monster. Nama tokoh dan
tempat kejadian untuk buku ini, saya
terinspirasi dari salah satu Manga yang saya
sukai, tetapi saya tetap menggunakan
bahasa saya dan pemahaman saya sendiri.
Bila ada kesalahan mohon dimaafkan,
karena mau bagaimanapun saya hanyalah
manusia biasa.

Saya menyadari, tanpa arahan dari guru
pembimbing serta inspirasi dari Manga
tersebut, tidak mungkin saya bisa
menyelesaikan buku My Little Monster ini.
My Little Monster ini dibuat sebagai hiburan
dikala waktu senggang. Untuk itu, saya
hanya bisa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Robico selaku pengarang dan
tim kreatif lainnya.

ii

ii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ....………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………... iii
MOTTO …………………………………………... iv
CHAPTER I ……………………………………… 5

My Pals is Yoshida ……………………….. 6
CHAPTER II ……………………………………... 12

A Little Troublesome ……………………... 13
CHAPTER III …………………………………….. 22

Changes and Additions ….………………. 23
PENUTUP ……………………………………….. 35
PROFIL PENULIS ……………………………… 36

iii

iii

iv

iv

CHAPTER I
MY FIRST PALS IS A

STRANGE
CLASSMATE

5

My Pals is Yoshida

Sejak “pertarungan berdarah” di hari pertama sekolah,
teman sebelahku, Yoshida Haru tak pernah sekalipun
menampakkan diri di sekolah sejak penerimaan siswa baru.
Keesokan harinya, aku diberi tugas oleh wali kelasku,
Saeko-sensei untuk mengantarkan beberapa dokumen
siswa milik Haru ke rumahnya. Setelah tiba di sebuah batting
center yang terdaftar sebagai alamat Haru, aku tidak
mendapati Haru disana dan akhirnya aku menitipkan
dokumen-dokumen yang aku bawa pada sepupu Haru,
Mitsuyoshi Misawa. Di tengah perjalanan pulang, aku
dikagetkan oleh seseorang yang melompat ke arahku dan
memelukku dan lebih parahnya lagi, dia menatapku dengan
tatapan yang mengerikan.

“Kau.. apakah kau mata-mata dari sekolah?”

“Eh? Aku hanya mengantarkan catatan padamu!”

“…Catatan? Apakah kamu berbohong padaku? Hmph.
Begitu ya… kau sama seperti guru wanita itu, mencoba
membuatku masuk sekolah! Tunggu. Siapa namamu?”

“Shi-Shizuku Mizutani.” Jawabku sambil gemetar.

“Oh! Kau Shizuku, ya?”

“Be-betul juga! Ketika murid tidak masuk karena sakit,
temannya akan membawakan catatan pelajaran untuknya.
Seperti itu… oke, sampai jumpa, Shizuku!!”

“Tak terduga, menakutkan!” gumamku dalam hati.

Itulah kesan pertamaku padanya.

6

Tentu saja aku tidak akan mau melakukan hal itu jika
tanpa imbalan. Keesokan harinya aku meminta kesepakatan
pada Saeko-sensei, yaitu…

“Kau harus membelikanku buku referensi jika aku
mengantarkannya. Ini kwitansinya.”

“Whoa, terimakasih Shizuku!! Haru tak mau menemuiku
ketika aku kesana dan itu sangat merepotkan. Tapi aku
terkejut betapa baiknya kau saat di depan lelaki! Menurut
rumor dia orang yang mengerikan lho!! Apakah terjadi
sesuatu setelah itu?”

“Dia berpikir kami adalah teman.” Jawabku dengan muka
lesu

“Whoa, luar biasa! Kalau begitu, dapatkah kamu
membujuknya untuk kembali pergi sekolah?”

“Membujuknya?!”

“Hukuman skors Haru sudah selesai. Walaupun apa yang
dia lakukan melampaui batas, sebenarnya senior lah yang
bersalah… tetapi sekolah tidak pandang bulu dan
menskorsnya, dan dia mulai menjadi tak percaya pada
sekolah! Sekarang aku tak perlu khawatir lagi dia tak
berangkat sekolah. Kau mau kan, Shizuku?” Bujuk Saeko-
sensei.

“Tidak” Aku menjawab sambil tersenyum.

“Ke-kenapa kau tak mau? Tak taukah kau ini membuatku
sakit kepala luar biasa?”

“Itu bukan urusanku.” Jawabku sambil pergi menuju pintu
ruang guru dan meninggalkannya.

7

“Dasar gadis dingin! Tak punya hati!” teriak Saeko-sensei
dari dalam ruang guru.

Setelah itu, bel berbunyi tanda waktu pulang sekolah.
Ada seseorang yang menarik tanganku dan membekap
mulutku. Dia memaksaku untuk diam dan memintaku untuk
mengikutinya ke suatu tempat. Ya… seseorang tersebut
adalah Haru. Ternyata dia menemukan anjing liar dijalan dan
dia meninggalkannya di semak-semak tepi danau. Aku
memiliki cerita yang membuatku memikirkan hal seperti “kau
harus bisa menyayangi binatang dengan sepenuh hati”
adalah hal yang paling kubenci.

Kini Haru pergi mengajakku ke salah satu tempat makan.
Saat sedang asik menikmati makananku, segerombolan laki-
laki menghampiri meja tempat aku dan Haru.

“Haru! Pinjami aku uang!”

“Huh? Kau lagi!” jawab Haru dengan tatapan sinis.

“Ayolah, bukankah kita teman?”

Setelah salah satu dari mereka mengatakan itu, Haru yang
mengira mereka menganggapnya sebagai teman, langsung
memberikan sejumlah uang kepada mereka dengan senang
hati. Setelah itu Haru bertanya padaku

“…Jadi, bagaimana?”

“Huh?” aku bingung akan pertanyaannya.

“Jangan pura-pura tidak tahu! Cepat ceritakan padaku!
Bagaimana rasanya pergi sekolah hari ini?!” ia bertanya
sambil berdiri, memukul meja dan menatapku kesal.

“Sekolahnya… me-menyenangkan.”

8

Akhirnya Haru pun bercerita bahwa ia tidak ingin datang
ke sekolah karena teman-temannya selalu merasa takut
atau menganggapnya aneh dan menjauhinya. Tapi, dia
merasa senang karena aku adalah orang pertama yang
datang ke rumahnya. Dia juga menjelaskan siapa
segerombolan lelaki tadi.
“…Lalu mereka tadi itu… orang pertama yang tak takut
padaku dan juga mau berteman denganku! Jadi, walaupun
aku tidak bisa pergi ke sekolah, aku tak terlalu peduli!”
jawabnya tenang.
“…Aku pikir, hanya kau yang berpikir kalau kalian berteman.
Sebagai contoh, jika mereka memang temanmu, mereka
tidak akan memanfaatkan kakayaanmu. Aku juga tidak
punya teman, jadi aku tidak terlalu pengerti. Tapi, kurasa
sebaiknya kau tak berteman dengan mereka.”

Sayangnya, Haru justru marah dengan ucapanku dan
menyiramku dengan air dan mengatakan kalau aku adalah
tipe gadis yang dibenci orang. Aku merasa sangat kesal dan
melempar segelas susu kocok ke kepalanya.

Saat aku baru sampai di sekolah di kemudian harinya.
Saeko-sensei menghampiriku dan menanyakan Haru.
“Shizuku! Apa kau bertemu Haru setelah hari itu?”
“…Tidak” aku berbohong.
“Begitu ya!? Dia juga tidak menjawab telponku… Jika dia
terus seperti ini, pada akhirnya dia akan dikeluarkan dari
sekolah…”

9

Aku memikirkan hal itu… karena aku merasa iba
padanya, aku pergi mengunjungi tempat tinggalnya lagi.
Sama seperti waktu itu, Haru tetap tidak ada di sana,
sehingga aku menyampaikan pesan yang sama kepada
sepupunya seperti yang Saeko-sensei katakan tadi. Setelah
menyampaikan pesan tersebut, aku ditawarkan untuk
bermain baseball. Di tempat itu aku melampiaskan semua
kemarahanku sambil memukuli bola baseball. Tanpa sadar,
Haru dengan wajah murung sedang duduk di belakangku.

”Ada apa ini? Orang sepertinya punya perasaan juga
rupanya… terserah, itu tidak ada hubungannya denganku.”
Pikirku ketika melihat Haru murung.

Tapi, apa yang aku pikirkan dan apa yang aku lakukan
tidak sejalan, kerena ketika aku melihat ekspresinya, aku
tidak bisa mengabaikannya. Akhirnya aku menghampiri
kumpulan “teman” Haru yang sedang bersantai.

“Apa ini? Oh! Kau gadis yang bersama Haru beberapa hari
lalu kan?!” Kata salah satu “teman” Haru dan ia
menghampiriku.

“Ha… Haru??”

“Hei, bisakah kau pergi dari sini sekarang?” Kata Haru tegas
dan menatap tajam orang tersebut.

Setelah kejadian itu, Haru mengantarkanku pulang
walau sebelumnya aku telah menolak ajakannya. Ia berjalan
persis di belakangku dan saat aku menoleh…

“Apa yang sedang kau tangisi…?”

“Bukan seperti itu. Aku hanya merasa… sangat bahagia”

10

Kenapa seperti ini, aku tak menangis sama sekali saat
kejadian itu terjadi, tapi… saat ini, hanya melihat wajahnya
saja aku tak bisa menjelaskan perasaan ini, rasanya aku
ingin menangis.

“…Tidak apa-apa. Mulai sekarang, kau akan dikelilingi
banyak orang.” Kataku sambil memeluk dan berusaha
menenangkan Haru.

Sungguh air mata yang indah.

Saat di perjalanan, aku melihat seorang siswa yang
mungkin sepantaran denganku sedang di rundungi. Setelah
melihat kejadian itu, aku buru-buru meninggalkan mereka.
Tak lama setelah aku pergi, aku melihat seorang laki-laki
dengan postur badan tinggi besar menghampiri mereka… ya
benar, laki-laki itu adalah Haru. Ia membalas perbuatan para
pelaku perundungan dengan setara dengan apa yang telah
mereka lakukan. Setelah selesai memberi pelajaran kepada
para pelaku perundungan, Haru menghampiriku dan berkata

“Bagiku… Selama aku bersama Shizuku, aku akan mencoba
pergi sekolah”

“Ha ha! Syukurlah kalau begitu” jawabku senang

Setelah itu, Haru mulai bertingkah aneh

“Aku pikir, aku menyukaimu”

“Eh? Maksudmu sebagai teman, kan?” aku mulai panik

“Tidak, maksudku sebagai lawan jenis.”

Di suatu sore yang indah di musim semi… untuk pertama
kalinya aku mendapat pengakuan cinta dari seorang laki-
laki.

11

CHAPTER II

CW // HARSHWORDS

I DON’T HATE YOU

12

A Little Troublesome

Hari ini, Haru benar-benar pergi sekolah. Tampaknya dia
benar-benar takut dengan sekolah. Ia terlihat seperti anak
bebek yang mengikuti ibunya, karena dia selalu mengikutiku.
Selain itu, tempat duduk disebelahku akhirnya ditempati.
“Aku masih terkejut kau akhirnya masuk”
“…Yah aku melakukannya.”

Tunggu sebentar! Aku mencoba konsentrasi pada buku
referensi, mencoba untuk melupakan apa yang dikatakannya
kemarin.
“Aku pikir itu karena kau tak pernah punya teman… kau salah
paham tentang perasaanmu”
“Huh! Jadi maksudmu karena keadaanku yang putus asa
karena tak punya teman?!”
“Oh, jadi dia tahu apa yang ku maksud.”
“Aku mengerti. Tapi meskipun situasinya berbeda, aku pasti…
tetap mencintaimu.”

Di akhir bulan, karena kesalahpahaman ketika dia
pertama kali masuk sekolah, Yoshida Haru bertingkah sangat
aneh. Bisa dibilang kalau dia tak paham batasan. Karena itulah,
semua orang disekolah menjuluki Haru sebagai “anak
berbahaya” karena berbagai faktor. Dia tiba-tiba menjadi
terkenal, tatapi, tidak ada hubungannya denganku. Tapi… yang
jadi masalah adalah

13

“Ayo makan monjayaki bersama!”
“Tidak.”
“Kenapa tidak? Ini monjayaki lho! Monjayaki! Monjayaki!
Monjayaki!”
“Aku sudah bilang berkali-kali aku mau konsentrasi belajar
sepulang sekolah”
Beginilah yang terjadi, sejak dia mulai pergi sekolah, dia terus
menempel padaku dan tak mau pergi… membuatku terganggu
dalam belajar. Memperhatikan hidupku yang penuh kerja keras
dan tak pernah malas, hal ini sangat penuh dengan…
ketegangan.

“Oh! Mizutani!”
“Saeko-sensei!”
“Ah! Yoshida!”
“Hah? Apa-apaan kau lihat-lihat?” jawab Haru sinis
“Hey! Jangan terlalu mengancam!” aku berusaha memperingati
Haru
Apa yang sebenarnya terjadi ketika mereka berdua bertemu…
“Aku benci wanita sepertimu! Pergi kau!”
“Sama denganmu!” aku menyambar perkataan Haru
Lalu Haru menoleh dan menarik kerah bajuku
“Tunggu… Stop! Stop! Haru kau seharusnya memperlakukan
wanita dengan baik! Hey, aku akan meminjamimu buku

14

favoritku” Saeko-sensei berusaha melerai kami dengan cara
membujuk

Saat pulang sekolah
“Shizuku…”
“Aku sibuk sekarang! Dan juga UTS sudah dekat!”
“…Aku cuma mau makan monjayaki! Bukankah teman itu
harusnya pergi ke bermacam tempat sepulang sekolah? Kalau
boleh jujur, aku hanya… mau pergi denganmu! Selain Shizuku,
tak ada yang mau melihatku”
“Siapa suruh kau melihat orang dengan sengit, mengancamnya
lalu kabur?!”
“hmph…” Haru terdiam.

Saat penerimaan murid baru, biasanya disekolah
dilaksanakan sebuah acara penyambutan dan diakhiri dengan
pidato oleh peserta didik yang memiliki nilai tertinggi saat
pendaftaran. Tetapi, dihari itu, perwakilan murid baru tersebut
tidak pernah datang. Karena, perwakilan murid baru tersebut
adalah Yoshida Haru.
“Hey! Shizuku!! Kenapa kau tiba-tiba pergi kemarin?”
“…Maaf! Sampai UTS selesai, kau adalah musuhku! Tolong
berhenti mengganggu belajarku!”
“Belajar tak berguna! Selama kau menemukan jawaban,
harusnya sangat mudah, kan? Kau tidak membenciku hanya
karena ini, kan?”

15

Setelah itu, aku terdiam dan pergi meninggalkan Haru
sendirian.

Tetapi, saat di perjalanan…
“…Ayolah! Aku tak pernah berkata ‘benci’! Ah! Sangat
menjengkelkan. Kenapa aku sangat emosi karena itu?!”
Setelah selesai melampiaskan emosiku dengan menendang
pagar, aku berusaha mendinginkan pikiranku dan memutuskan
untuk mencari tempat yang cocok untuk belajar.
“Benar! Aku tak peduli dengan orang lain! Dari dulu sampai
sekarang, hidupku selalu seperti ini.”

Setelah aku tinggalkan Haru sendirian, dia kembali ke
kelas dan berharap aku ada disana. Tetapi, setelah dia
mengecek kelas dan tidak ada aku disana, ia bertanya kepada
teman-teman kelasku yang lain.
“Hey!”
“Ah! Ya!” jawab salah satu gadis dengan gemetar.
“Kemana Shizuku pergi?”
“I-itu…”
“Oh! Aku tadi melihatnya! Dia pergi dengan beberapa anak
kelas dua yang tampak sangat mengerikan” jawab seorang laki-
laki yang mendengar pertanyaan Haru tadi.

16

Sementara itu, beginilah suasana di dalam kelas dua
“Kenapa kau bawa dia kesini?” Kata salah satu orang yang
pernah dihajar Haru habis-habisan dulu.
“Kau tak senang? Jelas-jelas kau sudah dipermainkan anak
kelas satu!”

“Imutnya! Kau kelas satu?”
“Kau mau cemilan?”
Lagi! Aku terjebak masalah karena Haru lagi…

“Permisi, bolehkah aku belajar disini?”
“Hah?”
“Oh! Silahkan!”
Setelah dipersilahkan, situasi berubah sangat cepat! Kali ini
mereka berbisik-bisik sambil membicarakan aku.
“Hey! Apa kau berpikir apa yang sudah kau perbuat pada gadis
ini?”
“Apa yang dia lakukan?”
Betul! Sejak aku bersamanya, semua hal jadi memburuk! Aku
hanya ingin… tenang dan belajar dengan benar.

Setelah mengetahui bahwa aku pergi ke kelas dua
bersama dua orang yang terlihat sangat mengerikan, Haru
langsung bergegas menyusul.

17

“Apa Shizuku disini?!” Haru berteriak sambil membuka pintu
kelas dengan kasar.
Semua orang yang ada di ruangan itu kaget dan reflek menoleh
kearah Haru.
“Apa yang kau lakukan pada Shizuku, brengsek?!”
“Sudah cukup! Ayo kembali!”
“Masih mau jelasin?”
“Tenang, tenanglah!”
“Aku mau membantai para bajingan itu!”
“Tak terjadi apapun padaku! Ayolah…”
“MENYEBALKAN!!!” teriak Haru sambil mengepal dan menarik
tangannya yang sudah bersiap meninju dua orang tadi
Tanpa disengaja, Haru justru meninju wajahku, aku terpental
kebelakang dan bersender di dinding dekat pintu dengan darah
yang keluar dari hidungku.
“Hey, hey… kau tidak apa-apa?” kata salah satu kakak kelas
perempuan di dekatku.
“Aku sangat… muak dengan semua ini! Aku tak mau berteman
denganmu lagi! Aku muak bermain teman-temanan denganmu!
Aku tak tahan lagi! Aku tak mau melihatmu lagi!”
Setelah aku mengatakan itu, Haru menoleh kearahku dengan
muka melas.
“Baiklah aku mengerti.”

18

Setelah sampai dirumah, Haru melampiaskan
kemarahannya dengan menendang tong sampah. Mitsuyoshi
yang melihat langsung menegurnya dan berpesan untuk tidak
merusak benda-benda yang ada disini.
“Oh iya! Bagaimana Shizuku?” tanya Mitsuyoshi
“…Cukup! Aku tak tau lagi! Dia berharap tak pernah melihatku
lagi!” jawab Haru tegas.
“Kenapa aku selalu berakhir seperti ini?” kata Haru.

Keesokan harinya, ada seorang perempuan yang
kebetulan teman sekelasku dan Haru. Dia memberi tauku
bahwa Haru hari ini berkelahi lagi dan murid yang lain menjadi
makin takut padanya dan tidak mau mendekatinya. Aku yang
masih kesal dengan kejadian kemarin berusaha untuk tidak
peduli dengan hal itu.

Lelaki yang ditakuti semua orang disekolah, kenapa takut
padaku? Aku tak pernah menyesalinya, karena inilah yang
sebenarnya kurasakan! Sejak kecil, belajar adalah satu-
satunya yang menarik hatiku. Tak peduli siapapun atau
apapun… aku sangat tak tertarik.
“Haru! Mungkin kau berpikir aku bisa memberimu hubungan
yang selalu kau inginkan. Maaf, tapi aku tidak bisa. Aku rasa…
ini hanya buang-buang waktu” aku menegaskan kata-kataku
saat bertemu dengan Haru.

Kini, UTS sudah selesai. Aku melihat hasilnya di mading
sekolah dan aku mendapatkan peringkat pertama. Tetapi,
entah kenapa aku merasa tidak senang atas pencapaianku dan

19

hasil dari belajarku selama ini. Akhirnya aku memutuskan untuk
pergi ke tempat tinggal Haru, dan saat aku sampai disana, aku
mendengar Mitsuyoshi sedang memberi nasihat kepada Haru.
Setelah aku memasuki tempat tersebut, Haru yang berada di
dekat situ menjadi kaget dan memasang muka panik.
“Oh! Selamat datang!” sambut Mitsuyoshi.
“Peringkat satu!” kataku sambil menunjukkan selembar kertas
yang aku lihat di mading tadi.
“Apa maksudnya? Apa kau sangat membenciku? Sampai-
sampai datang kesini Cuma pamer hal ini?”

“Sebenarnya aku… tak membencimu! Ya!”
Setelah Haru mendengar hal itu, ia menangis… Apa yang perlu
ia tangisi? Waktu itu, aku hanya merasa senang, aku benar-
benar merasa kalau di dalam hatiku bergejolak.
“Bukan begitu! Aku lupa bilang padamu… terimakasih, kau
sudah datang menolongku… aku sangat senang!” kataku
sambil tersenyum menatap Haru.

Setelah semua itu… semua orang setuju sekarang, Haru
menjadi sangat tenang. Tapi, sejak hari itu, dia terlihat mau
mendengar aku berterimakasih, dia berusaha keras mencari
kesempatan untuk membantuku, seperti…
“Kau butuh penghapus?”
“Kau mau aku membelikanmu jus?”
Ini membingungkanku. Selain perubahan sikap Haru…

20

“Kau sangat tenang hari ini!”
“Ah? Sudah jelas, kan! Meskipun aku tak terlalu paham, kau
bilang belajar adalah hal yang sangat penting, kan? Jika kau
pikir itu penting, aku akan menganggapnya penting juga!”
…Jadi apakah ini, yang mungkin dia maksud dengan
“mempertahankan” sesuatu yang belum pasti. Seperti ini… aku
sekarang sedang diperhatikan?
“Apa kau sudah selesai belajar?” kata Haru.
“Apa… kau lapar?” jawabku.
Setelah mengatakan hal itu, kami pergi keluar untuk mencari
makan. Saat diperjalanan, aku teringat sesuatu.

Saat aku masih SD, guruku pernah bilang…
“Mizutani! Selain belajar, tak adakah yang lebih penting?”

Aku rasa, ini tidak terlalu buruk!
“Aku tak pernah mengira kau akan berhenti belajar ditengah
jalan, pasti kau sangat lapar!”
“Oh! Yah… lagipula hari ini aku sedang tidak niat belajar! Kau
tampak sangat senang.”

Akhirnya, aku dan Haru sampai di tempat yang Haru ingin
kunjungi waktu itu. Karena aku sudah sangat lapar, akhirnya
aku memesan menu yang cukup banyak.

21

“Permisi, aku mau pesan baby star monja, mocha keju ikan kod
dan monja seafood!”
“Kau luar biasa… bisakah kau menghabiskannya?”
“Diam! Jauh-jauh kesini, bagaimana mungkin kita tak makan
semua itu?”
“Ini… pertama kalinya aku makan makanan seenak ini! Selama
aku bersama Shizuku, apapun yang kumakan pasti akan
sangat enak!”
“Monjayaki campur lagi! Dobel babi!”
“Bisakah kau menghabiskannya?” tanya Haru dengan muka
kaget.
Tapi, setidaknya pertama kali aku makan monjayaki sangat
enak… jadi, aku akan menganggap ini sebagai hal yang baik!

22

CHAPTER III
SURROUNDED BY

GOOD PEOPLE

23

Changes and Additions

Ini… semua, adalah yang ada di duniaku. Akhir-akhir ini,
seperti ada yang aneh pada diriku. Akhir-akhir ini, aku tak bisa
konsentrasi dengan apapun yang aku lakukan. Walaupun
sebenarnya aku tau alasannya. Bahkan, aku merasa sebuah
perubahan kecil pada diriku. Aku mulai memikirkan apa yang
dia lakukan. Wajar kan? Dari dulu sampai sekarang, aku tak
pernah dekat dengan orang lain. Jika aku mengabaikannya,
sepertinya akan terlihat aneh! Meskipun sepertinya dia sama
sekali tak mengerti. Aku bertingkah seperti… aku sedang jatuh
cinta pada Haru.

Pagi ini, Saeko-sensei mengumumkan nilai-nilai UTS
kami kemarin.

“Remidi?” tanya Haru.

“Semua murid yang gagal di UTS harus ikut remidi!! Karena kau
lupa menulis nama, kau dapat nol di semua mata pelajaran, jadi
kau harus ikut remidi!!!” teriak Saeko-sensei.

Meskipun Saeko-sensei sudah mengatakannya dengan sangat
jelas ditambah berteriak, Haru tetap tidak memperdulikannya.

“Shizuku? Kau juga ikut remidi?”

“Yang benar saja! Aku dapat nilai tertinggi disini!”

“Kalau begitu, aku juga gak ikut remidi!”

Setelah aku melihat semua lembar jawaban Haru, aku
memikirkan suatu hal.

“Kalau dia menulis namanya, apakah nilainya akan lebih tinggi
dariku?”

24

Ketika aku sedang sibuk melihat seluruh jawaban di lembar
jawaban Haru, aku mendengar suara ayam berkokok. Aku
menoleh dan mencari sumber suara tersebut. Setelah aku
menemukan kejanggalan di dalam baju seragam Haru, aku
mengangkat baju seragamnya dan ternyata ia
menyembunyikan seekor ayam di dalam baju seragamnya…

“So-soalnya! Aku melihatnya hujan-hujanan pas berangkat
sekolah, jadi aku- apa kau tak berpikir dia ini imut?”

Setelah menyembunyikan seekor ayam di dalam seragamnya,
kini Haru meletakkan sebuah kardus dibelakang gedung
sekolah, tepatnya di bawah jendela kelas kami sebagai
kandang sementara untuk ayam tersebut. Dibagian depan
kardus tersebut, ia juga menuliskan “temui Yoshida 1-B kalau
mau memeliharanya. Kalau kau menjahilinya, kubunuh kau!”.
Sekarang, semua orang sudah terbiasa dengan perilaku
anehnya Haru. Bahkan, jika ia mendengar ayam tersebut
bersuara, ia langsung lompat kebawah dan mengejar orang
yang telah membuat ayam tersebut bersuara.

Hari ini hujan dan aku pulang bersama Haru.

“Haru! Dulu, kau bilang cinta padaku, kan?”

“Ya! Aku mencintaimu!”

“Apa itu suatu hal yang romantis?” aku mengatakan itu dengan
terus terang sekali.

“Kalau kau mau begitu, aku akan lakukan.” Haru menjawabnya
sambil tersenyum.

“Apa-apaan itu?”

“Selain itu, bisakah kau membawakan ayam ini?”

25

“Asal kau tak keberatan jika aku menggorengnya.”

Di tengah perbincangan tersebut, dari belakang, ada seseorang
yang memanggil namaku.
“Mi-mizutani…”

Aku dan Haru menoleh kebelakang dan melihat seorang
perempuan yang terjatuh di dalam kubangan air hujan.
“Tolong… tolong ajari aku!”

Setelah itu, kita pergi ke salah satu restoran di dekat sekolah.
“Namaku Natsume Asako.”
“Oh!”
“Kau tak ingat aku? Kita sekelas lho… ngomong-ngomong, dari
tadi Yoshida menatapku dengan tajam, ayamnya juga.”
“Abaikan saja, dia hanya berhati-hati padamu.”
“Jadi, seperti yang kukatakan tadi, jika aku gagal dalam remidi
ini, aku harus ikut pelajaran tambahan minggu depan! Tapi, hari
itu aku punya acara penting, jadi aku tidak boleh gagal dalam
remidi ini! Maka dari itu, Mizutani…”
“Aku tak mau!”
“Cepat sekali kau menolaknya… aku sudah berusaha sebisaku!
Tapi, aku ini terlalu bodoh!”
“Padahal semua soal dia jawab, tapi tetap saja gagal…” kataku
sambil melihat lembar jawaban milik Natsume
“Maaf! Itu tak ada hubungannya denganku. Jika kau memang
merasa bodoh, jadilah anak baik dan ikuti pelajaran tambahan!”
“Kalau begitu, aku pergi. Terimakasih traktirannya!”

26

“Tunggu… tunggu sebentar! Aku mohon, aku benar-benar tak
mau ikut pelajaran tambahan… URGH-ACK!!!”

“Kau baik-baik saja?”
“Maaf! Sepertinya aku makan terlalu banyak!”

“Makan terlalu banyak…? Jadi, kau memaksakan diri?”
“So-soalnya! Kalau aku langsing, banyak pria menyukaiku,
kan? Aku yakin kau sadar betapa manisnya aku, kan? Para pria
klepek-klepek denganku, itulah kenapa aku dijauhi para
gadis…”
“Biar kutunjukkan padamu!” kata Natsume sambil membuka
laptopnya
“Acara penting yang ku katakana tadi, adalah pertemuan
langsung semua anggota komunitas pertemanan yang aku
ikuti. Meskipun aku tak pernah bertemu mereka… tapi, mereka
teman pertama yang kupunya.” Natsume mencoba
menjelaskan.
“Jadi karena itu kau tak mau ikut pelajaran tambahan?”

“Hm…”
“Tapi aku tetap menolak!”

“Kau iblis!” kata Natsume sambil menangis.
“Oh- hey! Aku bisa membantumu belajar!” kata Haru.
”BE-BENARKAH?!?!”

“Yeah! Serahkan padaku!”
“Tapi, sebagai gantinya ajak aku bersamamu”

“OKE! OKE! SEMUA ORANG BISA PERGI KESANA!!”

27

“Jika aku ke acara itu, bisakah aku punya banyak teman?”
“TENTU SAJA! TENTU SAJA!”
“Jadi ini tujuannya sejak awal?” pikirku.
“Oh iya! Tapi kau tak boleh jatuh cinta padaku, nanti malah
merepotkan!” kata Natsume.
“Jangan khawatir! Aku takkan jatuh cinta padamu” jawab Haru.
Aku tak tau apa yang terjadi disini.

Keesokan harinya...
“Oke, kita mulai dari matematika!”
“Mohon bimbingannya!”
“Baiklah! Lihat baik-baik! Pertama seperti ini… kemudian
seperti ini! Lalu untuk Bahasa Jepang, Bahasa Inggris dan
sejarah, baca bukunya dan hafalkan! Selesai!!”
Beberapa jam kemudian…
“Bodoh! Harusnya dalam X kuadrat itu X”
“Salah! Kenapa hasilnya jadi 5!”
“Bodoh!”
Begitulah cara Haru mengajari Natsume.

Beberapa hari ini, Natsume sering menghindar dari Haru,
sepertinya ia trauma dengan cara mengajar Haru yang super
cepat dan kasar.
“Shizuku! Apa kau melihat gadis itu?”

28

“N-natsume? Tidak!”

“Sial! Kemana dia pergi!!”

“…Apa kalian sebegitunya ingin pergi ke acara itu? Kau dan
Natsume sama saja! kenapa kalian peduli bagaimana orang
melihatmu dan tidak menyukaimu?!”

“…Kau memang hebat, Shizuku!”

“Shizuku, apa kau pernah merasa hampa? Sangat kosong…
tidak ada apapun… gelap gulita. Itu benar-benar membuatku
takut. Tapi, sekarang tidak lagi! Karena ada Shizuku
disampingku!” Haru menjelaskannya sambil tersenyum.

Apa yang dikatakan Haru barusan… terdengar seolah dia tak
bisa melihat apapun, walaupun aku di depan matanya.

Sudah kuduga, ada yang salah denganku! Sebelumnya,
aku tak pernah memikirkan hal seperti ini. Aku tak peduli
bagaimana orang lain berpikir tentangku. Aku harus belajar!
Sebentar lagi ujian akhir! Tetapi, diluar sangat ramai… aku sulit
konsentrasi.

Saat aku sedang galau memikirkan hal tersebut, ada seseorang
yang muncul dari jendela perpustakaan dan memanggilku.

“Mizutani!”

“Siapa kau?”

“Eh? Kau seharusnya mengingat wajah teman sekelasmu! Aku
Sasahara, panggil saja Sasayan!”

“Oh… ada apa?”

“Bukan apa-apa kok! Aku hanya tertarik padamu!”

“Kenapa?”

29

“Karena aku suka padamu!”

“…Pembohong.”

“Haha! Ketahuan ya.”

“Kau selalu bersama Yoshida… aku jadi penasaran seperti apa
dirimu. Jadi, bagaimana kau membuat si pembolos kembali
bersekolah?” tanya Sasahara.

“Entahlah… aku tak tau apa yang dia pikirkan, kurasa dia hanya
menginginkan seorang teman, siapa saja juga bisa!”

“…Aku satu SMP dengan dia! Kau tau? Selama tiga tahun di
SMP, dia tak pernah masuk sekolah!”

“APA?!”

“Jika memang benar yang kau katakan, semua orang bisa…
dia tak mungkin jadi seperti saat ini!” kata Sasahara.

Setelah Sasahara memberiku penjelasan, ia di panggil oleh
kedua temannya untuk kembali bergabung bermain baseball.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kelas.

“Hm… kau sedang apa Natsume?” aku kebingungan melihat
Natsume yang terlihat sangat lemas terbaring tengkurap diatas
meja.

“Oh iya! Dimana Haru?”

“Aku hanya merasa sedikit putus asa… jika kau mencari
Yoshida, dia diluar!”

“Semua percuma… aku sama sekali tak mengerti apa yang
Yoshida ajarkan, dan sudah tak ada waktu lagi… aku tak
mungkin bisa pergi ke acara itu” lanjut Natsume.

“…Yah! Kewajiban pelajar memang seharusnya belajar!”

30

“Hmph! Siapa yang peduli dengan sekolah! Hidupku yang
sebenarnya ada di internet! Di internet, aku… punya banyak
teman, dan dipercayai semua orang. Disana, aku hanya gadis
biasa yang hanya khawatir dengan rambutnya.”
“Bukankah itu seperti hidup dalam kebohongan?”
“Tolong tinggalkan aku! Orang pintar dan tak punya perasaan
sepertimu takkan mengerti!”
“Tidak juga.”
“…Aku tak peduli jika hidup dalam kebohongan. Aku hanya
ingin… dekat dengan orang lain. Rasanya sepi sekali, ketika
semua orang menjauh…”

Aku yang tidak ingin mendengarkan ocehan Natsume,
langsung duduk di bangku yang ada di dekatku dan langsung
membuka buku matematika.
“Yang ini, yang ini dan yang ini. Jika kau fokus di bagian ini,
mungkin kau akan lulus remidi! Ada pola tertentu dalam soal
yang diujikan, jadi selama kau paham poin-poinnya, kau takkan
gagal!”
“E-eh…? Mizutani???”
Meskipun aku tak mengerti jalan pikirannya. Tapi, sepertinya…
aku sedikit mengerti perasaannya.
“…Haru! Apakah kau masih ingin pergi ke acara pertemuan?”
“Ya, aku mau!”
“Ah! Dia juga mau ikut… jadi kau tak boleh gagal remidi” aku
berusaha memberi Natsume semangat.

31

“Mi… mitty!!”
“Tapi, remidinya besok! Kau siap?”
“Sudah terlambat untuk kembali!” kata Natsume sambil menarik
bajuku.
Akhirnya aku yang mengajari Natsume dan melanjutkan
belajarnya di rumah Haru.
Keesokan harinya, Haru dan Natsume melaksanakan remidi.
Natsume sangat senang dengan hasil yang ia peroleh setelah
belajar dengan tekun kemarin, meskipun nilai yang ia dapatkan
sangat kecil. Sedangkan Haru, dia memperoleh nilai yang
sangat tinggi tetapi ia tidak memperlihatkan ekspresi senang,
sangat aneh.

Hari dimana acara pertemuan itu tiba, tepat di hari senin.
“Haru mengacaukan semuanya!” kata Natsume.
“Hmph! Aku tidak akan pergi ke acara begituan lagi!”
“Aku tak punya kesempatan ngobrol dengan para gadis… tak
lama setelah itu, Haru malah mulai berkelahi! Setelah itu, ketika
aku masuk situs komunitasnya, semua orang bersikap dingin
padaku…”
“Kan sudah kubilang.”
“Aku keluar!” kata Natsume sambil menekan tombol untuk
keluar dari komunitas itu.

Setelah banyak hal terjadi, akhirnya semua selesai.

32

“Hahahaha! Mitti, Haru sedang mencarimu, lho!” kata Natsume
dengan nada yang meledek.

“Jangan berisik! Kalau dia menemukanku, dia hanya akan
menggangguku!”
“Kau kelihatan lelah! Oh! Aku akan membelikanmu minum
sebagai tanda terimakasih telah membantuku belajar!”
“Akhirnya tenang juga… sejak aku terlibat dengan orang-orang
seperti mereka, rasanya melelahkan!” kataku dalam keadaan
setengah sadar.

Tak lama setelah itu, Natsume kembali dan membawakan jus
untukku, tetapi…
“Mitti! Aku bawa jus…”
“Shhh” Haru berdesis sambil mengangkat kepalaku perlahan
dan meletakkan kepalaku di pahanya.
“Semangat Haru!!” Natsume mengatakannya dengan pelan
sambil pergi meninggalkan aku dan Haru.

Setelah istirahatnya kurasa sudah cukup, aku terbangun
dan kaget.
“Yo!” sapa Haru.
“Ha-haru! Sejak kapan kau…?” aku kaget lalu terbangun dan
duduk di samping Haru.
“Ah- pelajarannya!”
“Sudahlah! Tidur saja lagi!” Haru meraup wajahku dan
menidurkan kepalaku di pahanya lagi.

33

“Kenapa kau tak membangunkanku?”
“Hmm? Karena kau tidur sangat nyenyak!”

“Kau sangat manis…” kata Haru.
“Dia… apa dia menggodaku?” kataku dengan wajah yang
sudah memerah.

Pertama kalinya aku bolos pelajaran…
Cuacanya cerah! Kurasa dulu… aku tak pernah tau langit di
siang hari dilihat dari atap tampak begitu indah!
Dunia ini, sangat luas!
Suara ini, yang dulu kukira berisik… tak pernah kubayangkan
sekarang semua itu berubah menjadi sangat menyenangkan
seperti ini.
Nyamannya…
“Haru! Aku… sangat senang bisa bertemu denganmu.”
“Dulu, aku hanya peduli tentang belajar, sepertinya sekarang
aku ingin… lebih menikmati hidupku!”
“Haru, aku menyukaimu!”
Duniaku mulai berubah! Karena nilai pandanganku berubah…
Mungkin kau bisa bilang, orang yang merubah duniaku pasti
adalah Yoshida Haru.

34

Sinopsis

My Little Monster mengisahkan tentang
seorang siswi cuek dan tidak peduli pada
lingkungan sekitar dan bernama Shizuku Mizutani.
Shizuku menjalani hidup yang membosankan dan
hanya fokus pada nilainya di sekolah. Sampai
suatu hari, Shizuku bertemu dengan siswa laki-laki
pembuat onar bernama Yoshida Haru.

My Little Monster dimulai saat Shizuku baru
masuk ke sekolah menengah atas. Dirinya yang
merupakan tipikal siswi yang rajin belajar dan juga
dingin terhadap keadaan sekitarnya. Dirinya
menganggap bahwa hubungan apapun tidak
penting, terlebih pertemanan.

Yoshida Haru yang tidak pernah masuk
sekolah sejak penerimaan murid baru yang
menjadi masalah pribadi sekolah, kini menjadi
beban bagi Shizuku juga.

35

Profil Penulis

Hallo semuanya! Perkenalkan
namaku Ananda Yuan Pramesti,
kalian bisa panggil aku Yuan.
Aku lahir di Jakarta, tanggal 30
Juni tahun 2006, dan umurku 16
tahun. Aku sekolah di SMK
Negeri 66 Jakarta, aku memilih
jurusan kuliner.
Aku adalah anak pertama dari
dua bersaudara. Aku punya satu
adik laki-laki. Aku mempunyai
hobi menyanyi, terkadang aku suka masak dan
menggambar, aku juga suka nonton anime dan
baca beberapa manga dan manhwa.

36

37


Click to View FlipBook Version