LK 3.1 BEST PRACTICE
LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode
Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Peserta Didik Dalam
Pembelajaran
Lokasi SMP Negeri 35 Samarinda
Lingkup Pendidikan
Tujuan yang ingin dicapai SMP
Penulis Peningkatan keterampilan berbicara peserta didik
Tanggal dalam tujuan pembelajaran 7.3.3 bertukar
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar gagasan dengan teman dalam mendiskusikan
belakang masalah, mengapa
praktik ini penting untuk ciri kebahasaan dalam teks prosedur (kalimat
dibagikan, apa yang menjadi
peran dan tanggung jawab ajakan, perintah, saran, dan larangan) dengan
anda dalam praktik ini.
santun.
Lisa Novitasari, S.Pd.
Alfian Rokhmansyah, SS., M.Hum.
Heri Sucipto, M.Pd.
23 November 2022
Berbicara adalah salah satu keterampilan
berbahasa. Ke empat keterampilan berbahasa saling
berhubungan atau berkaitan, apabila salah satunya
ada yang masih kurang baik pasti akan berdampak
dengan keterampilan lainnya. Pada Kurikulum
Merdeka keterampilan berbahasa ini menjadi elemen
capaian pembelajaran, salah satu CP adalah elemen
berbicara. CP Elemen berbicara yang diharapkan
dimiliki peserta didik secara sederhana adalah
mampu menyampaikan gagasan yang logis, kreatif,
dan kritis, baik secara monolog atau dialog dengan
tetap santun dalam berkomunikasi.
Diskusi, presentasi dan memaparkan hal
yang telah dianalisis, ditelaah, atau diidentifikasi
merupakan bagian kegiatan proses pembelajaran
yang dilakukan peserta didik di dalam kelas.
Berdasarkan refleksi dari proses pembelajaran
sebelumnya, terlebih dalam keterampilan
berbicara, peserta didik memiliki kendala dalam
proses belajar dan ini berpengaruh dengan hasil
belajar mereka. Kendala tersebut didasari dari
beberapa faktor, yaitu dari segi peserta didik dan
pendidik. Dari segi peserta didik yang membuat
terjadinya kendala adalah kurang percaya diri,
tidak menguasai konsep, dan tidak memiliki contoh
berbicara yang baik dan dapat ditiru. Sedangkan
1
LK 3.1 BEST PRACTICE
dari segi pendidik adalah belum matangnya
persiapan dalam menyampaikan materi tentang
berbicara, tidak dapat memberikan contoh tentang
konsep berbicara khususnya berdiskusi atau
presentasi, dan belum menemukan model atau
metode yang tepat untuk mengeksplorasi
kreativitas dari peserta didik untuk mencapai
pembelajaran yang diharapkan.
Pada fase D di kelas VII, yaitu TP 7.3.3
bertukar gagasan dengan teman dalam
mendiskusikan ciri kebahasaan dalam teks
prosedur (kalimat ajakan, perintah, saran, dan
larangan) dengan santun merupakan salah satu TP
dari CP elemen berbicara. Pada tujuan
pembelajaran ini peserta didik diminta untuk
berdiskusi dan memaparkan atau
mempresentasikan hal yang telah dianalisis yaitu
berupa teks prosedur. Hal yang dianalisis adalah
ragam kalimatnya seperti kalimat saran, perintah,
ajakan, dan larangan.
Kondisi pembelajaran di dalam kelas masih
belum mencapai pemahaman bermakna yang
diharapkan. Ada tiga hal yang menggambarkan
kondisi peserta didik dalam proses pembelajaran ini.
Pertama, peserta didik masih belum menemukan
dinamika berdiskusi dalam kelompok, sehingga
dalam proses diskusi masih terkesan hanya fokus
pada sebagian anggota kelompok saja. Sebenarnya
kurangnya hasil analisis tidak hanya dikarenakan
diskusi yang tidak optimal, tetapi juga karena peserta
didik belum menguasai apa yang mereka diskusikan.
Seperti yang penulis sampaikan di awal keterampilan
berbahasa saling terhubung dan perlunya membaca
dengan saksama mempengaruhi pemahaman apa
yang didiskusikan. Tentu ini mempengaruhi hasil dari
analisis ragam kalimat yang mereka temukan dalam
diskusi. Ke dua, memiliki hubungan dengan dampak
dari kondisi pertama, akibat hasil analisis yang belum
maksimal ini membuat peserta didik memiliki
kekurangan bahan yang akan akan mereka paparkan
dalam presentasi. Kondisi ke tiga pada pembelajaran
di kelas adalah peserta didik berani mengeluarkan
pendapat, memaparkan atau presentasi hanya pada
beberapa rekan saja, sehingga saat diminta untuk
berbicara di depan banyak orang timbul ketidak
percayaan diri dan ini membuat apa yang ingin
disampaikan berupa hasil analisis ragam kalimat
tidak optimal.
Berdasarkan paparan kondisi di dalam kelas,
praktik baik ini perlu dilakukan karena tidak hanya
terjadi pada penulis pribadi. Materi ragam kalimat
teks prosedur juga merupakan hal yang akrab dengan
kegiatan peserta didik atau pendidik sehar- hari.
2
LK 3.1 BEST PRACTICE
Tantangan : Praktik baik ini dapat diadaptasi oleh rekan sejawat
Apa saja yang menjadi lainnya yang memiliki permasalahan yang sama
tantangan untuk mencapai dalam penulis yaitu untuk meningkatkan
tujuan tersebut? Siapa saja keterampilan berbicara peserta didik. Pada proses
yang terlibat, adaptasi dari rekan sejawat, penulis membuka diri
untuk mendapatkan kritik dan saran serta masukan
atas praktik baik ini.
Pada penyusunan praktik baik ini, penulis
adalah pendidik (guru) pengampu mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas VII. Penulis yang
mengalami kondisi yang telah dipaparkan. Penulis
memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan
perangkat pembelajaran, melakukan prosesnya, dan
merefleksi diri sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik.
Kegiatan praktik baik ini memiliki tantangan
yang harus dihadapi dan diselesaikan untuk
mencapai pemahaman bermakna dalam elemen
berbicara. Dari sudut pandang pendidik adalah belum
optimal dalam mengkondisikan kelas untuk
berkelompok yang aktif. Pendidik juga perlu lebih
aktif memberikan arahan dan contoh berbicara yang
baik dalam menyampaikan hasil diskusi. Selain itu,
pendidik kurang memiliki kepekaan terhadap bakat
dan kemampuan peserta didik di dalam kelas dan
menyesuaikannya dalam pembelajaran untuk
menambah motivasi peserta didik di kelas.
Tantangan dari perserta didik terdiri dari tiga
hal. Pertama dinamika berkelompok yang masih
monoton, tidak semuanya aktif, diskusi yang berjalan
belum optimal, serta penguasaan bahan yang
dianalisis masih kurang karena pemahaman
membaca masih terbatas. Kedua, hasil diskusi yang
akan dipersentasikan belum optimal karena dampak
dari tantang yang pertama. Tantangan yang ke tiga
adalah kepercayaan diri peserta didik dalam berbicara
yang masih harus ditingkatkan, karena hanya
memiliki keberanian berbicara dilingkup yang kecil
atau kebeberapa temannya saja.
Selama proses praktik baik dan untuk
penyelesaian tantangan ini melibatkan beberapa
pihak. Subjek praktik baik adalah 32 orang peserta
didik kelas VII A di SMP Negeri 35 Samarinda.
Beberapa pihak yang memiliki peranan penting
dalam proses kegiatan praktik baik ini yaitu dosen
pembimbing (pamong) Bapak Alfian Rokhmansyah,
SS., M.Hum.; guru pamong Bapak Heri Sucipto,
M.Pd.; Kepala SMP Negeri 35 Samarinda Ibu Hj. Dini
Indriani, M.Pd.; rekan guru di sekolah rumpun
Bahasa Indonesia (Ibu Ida Andriyati, S.Pd., Ibu
Abiyun, S.Pd., M.Pd., dan Bapak Hario Adhy Nugroho,
S.Pd.); rekan sejawat PPG daljab kategori II Kelas
3
LK 3.1 BEST PRACTICE
Bahasa Indonesia LPTK Unmul; serta penulis yang
melakukan kegiatan pembelajaran.
Aksi : Situasi dan kondisi yang terjadi
Langkah-langkah apa yang menimbulkan tantangan yang harus diselesaikan dan
dilakukan untuk
menghadapi tantangan perlunya aksi untuk mencapai tujuan dan
tersebut/ strategi apa yang pemahaman bermakna dari TP 7.3.3 bertukar
digunakan/ bagaimana gagasan dengan teman dalam mendiskusikan ciri
prosesnya, siapa saja yang
terlibat / Apa saja sumber kebahasaan dalam teks prosedur (kalimat ajakan,
daya atau materi yang perintah, saran, dan larangan).
diperlukan untuk
melaksanakan strategi ini Permasalahan yang dihadapi adalah
kurang optimalnya proses diskusi dalam dinamika
kelompok, hasil diskusi yang sedikit sehingga
presentasi dari peserta didik juga terbatas, tingkat
kepercayaan diri peserta didik belum tereksplor
lebih luas, belum optimalnya pengondisiaan kelas
oleh pendidik, keaktifan pendidik dalam
memberikan contoh kepada peserta didik untuk
berbicara dan kurang pekanya pendidik dalam
memahami bakat dan minat peserta didik. Ada
beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk
permasalahan yang dihadapi sehingga menjadi
prakti baik yaitu pemilihan model, metode, bahan
ajar, dan media pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran yang digunakan
adalah problem based learning (pembelajaran
berbasis masalah). Model ini dipilih karena dapat
berhubungan dengan masalah sehari-hari perserta
didik. Pada model ini peserta ddik diarahkan untuk
memecahkan masalah kemudian
mendiskusikannya bersama kelompok. Semua
peserta didik dalam kelompok memiliki perannya
masing-masing, sehingga semuanya memiliki
kesempatan untuk mengutarakan pendapat,
memberikan informasi, dan bebas berkreativitas.
Peran pendidik pada model ini berpengaruh karena
peserta didik dapat bertanya dan diberikan
bimbingan selama diskusi. Hasil diskusi yang
didapat juga akan lebih banyak dan beragam dan
memudahkan saat pemaparan presentasi.
Window Shoping (kunjungan galeri adalah
metode yang dipilih penulis dalam penyusunan
praktik baik ini. Berdasarkan permasalah yang
dialami peserta didik yaitu kepercayaan diri yang
masih belum tereksplore dengan metode ini dapat
dipecahkan, karena pada window shoping
kemampuan berbicara peserta didik lebih luas
tidak hanya pada satu dua orang rekan saja namun
dengan rekannya di kelas berbeda kelompok.
Metode ini juga membuat peserta didik dapat
membandingkan hasil diskusi kelompok mereka
dengan kelompok lainnya. Walaupun presentasi
4
LK 3.1 BEST PRACTICE
hanya sebatas memparkan kepada rekan kelompok
lain yang berkunjung pada metode ini peserta didik
lebih leluasa untuk mengutarakan apa yang ada
dalam pikiran mereka, karena tidak hanya satu
arah melainkan dua arah (dialog dan bertukar
pendapat).
Media yang digunakan dalam praktik baik
ini adalah video contoh teks prosedur yang berisi
ragam kalimat perintah, ajakan, larangan dan
saran. Peserta didik akan mendapatkan gambaran
masalah yang mereka pecahkan melalui media
yang digunakan. Materi ajar untuk pembelajaran
dipaparkan pendidik dengan salindia. Selain itu
ada beberapa media tambahan untuk kegiatan
dalam window shoping yaitu storofoam dan kertas
catatan berwarna-warni. Pendidikan memberikan
kebebasan pada peserta didik untuk berkreasi
dalam mempersiapkan hal yang akan
dipresentasikan.
Pada tahapan penyusunan perangkat ajar,
pendidik menyesuaikan dengan model, metode,
serta media yang digunakan. Modul ajar
disesuaikan dengan sintak PBL, memiliki lampiran
berupa bahan ajar, salindia, LKPD, serta kisi-kisi,
instrumen, dan rubrik penilaian evaluasi yang akan
digunakan.
Proses pelaksanaan kegiatan praktik baik
ini pada hari Rabu, 23 November 2022 di SMP
Negeri 35 Samarinda. Di awali dengan kegiatan
awal yaitu pendidik mengucapkan salam, tidak
lupa menanyakan kabar peserta didik dan berdoa
yang dipimpin oleh ketua kelas. Selanjutnya,
pendidik kembali mengingatkan tentang materi
pembelajaran sebelumnya dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengutarakan ingatan mereka. Pada kegiatan awal
ini, pendidik memaparkan capain pembelajaran,
tujuan dan manfaat pada pembelajaran ini.
Kegiatan berikutnya adalah kegiatan inti.
Pada kegiatan ini lima sintak dari model PBL
dipadu dengan metode window shoping
dilaksanakan langkah demi langkah. Diawali
dengan orientasi peserta didik terhadap masalah,
yaitu pemberian informasi dari pendidik tentang
apa yang akan dipelajari. Pendidik menyajikan
gambar kalimat perintah dan larangan yang
biasanya ada dilingkungan kita sehari-hari,
tujuannya agar peserta didik merasa dekat dengan
materi ini. Dilanjutkan dengan memberikan video
yang berisi teks prosedur yang didalamnya juga ada
ragam kalimat larangan, perintah, ajakkan, dan
5
LK 3.1 BEST PRACTICE
saran. Setelah itu peserta didik mendapatkan
pemarapan tentang materi ragam kalimat tersebut
tentu saja dihubungkan dengan contoh video
sebelumnya.
Mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar merupakan langkah kedua dalam sintak
PBL. Pada langkah ini peserta didik yang berjumlah
32 orang dibagi menjadi tujuh kelompok yang
heterogen baik jenis kelamin dan kemampuannya.
LKPD dibagikan kepada peserta didik dan pendidik
menjelaskan bagiaman langkah mengisi LKPD
tersebut. Peserta didik dapat memberikan
pertanyaan apabila ada yang masih belum
dipahami. Pada tahap ini, setiap kelompok juga
diberikan sterofoam dan kertas catatan berwarna
sebagai media saat window shoping.
Kegiatan selanjutnya adalah sintak ke tiga
membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok. Peserta didik menyelesaikan tugas yang
diberikan dan saling berkerjasama dengan rekan
sekelompoknya. Pendidik memastikan peserta
didik sudah mengetahui tugas masing-masing.
Peserta didik melakukan penyelidikan berdasarkan
apa saja yang perlu dianalisis (kalimat ajakan,
perintah, larangan, atau saran) untuk menjadi
bahan diskusi di kelompok.
Langkah ke empat pada kegiatan inti
adalah mengembangkan dan menyajikan hasil
karya. Peserta didik dalam kelompok melakukan
diskusi untuk menghasilkan pemecahan masalah.
Mereka mendisukusikan hasil dari analisis ragam
kalimaty teks prosedur. Peserta didik
berkomunikasi kepada pendidik apabila dalam
proses jalannya diskusi timbul pertanyaan atau
kendala dan pendidik merespons hal tersebut.
Peserta didik mempersiapkan hasil pemecahan
masalah yang telah mereka dapatkan untuk siap
dipresentasikan. Hasil pemecahan masalah yang
didapatkan akan ditempel pada sterofoam yang
telah dibagikan karena akan menjadi media pada
kegiatan windows shoping.
Langkah terakhir pada sintak PBL adalah
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Di awali dengan pendidik menyilakan setiap
kelompok untuk melakukan Window Shoping
(Kunjungan Galeri). Setiap kelompok mengirimkan
dua anggotanya untuk mengunjungi galeri kelompok
lain dan mempersiapkan tiga atau dua anggota
kelompok untuk bertahan di tempat sebagai penjual
(penjaga galeri) yaitu yang menerima kelompok lain
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Peserta didik yang bertugas sebagai pengunjung galeri
6
LK 3.1 BEST PRACTICE
Refleksi Hasil dan dampak membawa angket yang telah disiapkan dan diisi
Bagaimana dampak dari aksi dengan apa yang mereka dapatkan dari kelompok
dari Langkah-langkah yang lain. Pada saat kunjungan galeri peserta didik yang
dilakukan? Apakah hasilnya bertugas sebagai penjaga ataupun pengunjung dapat
efektif? Atau tidak efektif? bertanya jawab, memberikan masukan (Saran)
Mengapa? Bagaimana respon ataupun kritik dari apa yang telah disajikan oleh
orang lain terkait dengan kelompok yang dikunjungi. Setiap kelompok yang
strategi yang dilakukan, Apa melaksanakan kegiatan Window Shoping
yang menjadi faktor memaparkan hasil dari kunjungannya kepada
keberhasilan atau pendidik dan teman-teman di kelas. Pendidik
ketidakberhasilan dari bersama peserta didik menyimpulkan materi yang
strategi yang dilakukan? Apa diperoleh dari kegiatan Window Shoping yang telah
dilaksanakan.
Kegiatan penutup pada praktik baik ini
diawali dengan memberikan simpulan tentang materi
yang telah dipelajari. Dilanjutkan dengan pendidik
memberikan evaluasi kepada peserta didik dengan
menyampaikan pertanyaan sederhana yang
berhubungan dengan materi pertemuan ini. Setelah
penyelesaian evaluasi, pendidik mengajak peserta
didik untuk merefleksi kegiatan pembelajaran. Pada
kegiatan refleksi ini, peserta didik diminta
memberikan pendapat tentang pembelajaran yang
dilaksanakan. Selanjutnya, pendidik memberikan
informasi tentang materi pertemuan selanjutnya.
Kelas ditutup dengan doa dan pendidik mengucapkan
salam kepada peserta didik.
Pada kegiatan aksi di praktik baik ini, pihak
yang terlibat terdiri dari para pihak yang membantu
penulis menyelesaikan aksi dan subjek praktik baik.
Pihak yang membantu penulis yaitu dosen
pembimbing (pamong) Bapak Alfian Rokhmansyah,
SS., M.Hum.; guru pamong Bapak Heri Sucipto,
M.Pd.; Kepala SMP Negeri 35 Samarinda Ibu Hj. Dini
Indriani, M.Pd.; rekan guru di sekolah rumpun
Bahasa Indonesia (Ibu Ida Andriyati, S.Pd., Ibu
Abiyun, S.Pd., M.Pd., dan Bapak Hario Adhy Nugroho,
S.Pd.); dan rekan sejawat PPG daljab kategori II Kelas
Bahasa Indonesia LPTK Unmul. Subjek praktik baik
adalah 32 peserta didik dari kelas VII A SMP Negeri 35
Samarinda.
Proses pelaksanaan praktik baik (best
practice) pada tujuan pembelajaran 7.3.3 dengan
pokok pembahasan memaparkan ragam kalimat pada
teks prosedur memiliki dampak pada kegiatan
pembelajaran di sekolah. Peserta didik dapat
melakukan diskusi dengan baik dan memahami
bahan didikusikan karena pada tahapan
penyampaian materi oleh pendidik, disajikan hal-hal
yang dekat dengan dikeseharian peserta didik. Model
pembelajaran problem based learning adalah proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang senantiasa
mengajar peserta didik untuk aktif dan kreatif dengan
7
LK 3.1 BEST PRACTICE
pembelajaran dari menggunakan LKPD yang berfungsi sebagai panduan
keseluruhan proses tersebut dalam melaksanakan pemecahan masalah.
Pada saat pelaksaan metode window shoping
peserta didik memiliki peran aktif sebagai pemapar
(yang mempresentasikan) dan juga sebagai
penanggap (yang memberikan tanggapan) dengan ini
proses keterampilan berbicara peserta didik dapat
dilatih sehingga kepercayaan peserta didikpun akan
timbul karena mereka dapat langsung berdialog
dengan teman sebayanya.
Proses pembelajaran berlangsung dengan
efektif sesuai dengan modul ajar yang telah dibuat
oleh pendidik sebelumnnya. Peserta didik antusias
karena ada banyak hal baru yang mereka temukan
saat proses pembelajaran. Tampilan salindia yang
menarik, media untuk presentasi yang unik (karena
mereka diberi kebebasan untuk menyusun media
presentasinya) dan proses presentasi dengan
berkunjung ke kelompok lain. Namun, tidak ada
kesempurnaan dalam sebuah pelaksanan
pembelajaran, karena selalu ada proses untuk
menjadi lebih baik. Seperti pada saat dijalankannya
window shoping masih kurang kondusif dan sedikit
rusuh. Perlu persiapan yang lebih matang lagi seperti
posisi yang tepat dan nyaman agar semua peserta
didik dapat berpindah tanpa harus menimbulkan
kegaduhan. Selain itu, ada beberapa koreksi dari segi
kurang efektifnya capaian elemen berbicara yang
diharapkan karena jumlah anggota kelompok yang
berjumlah empat sampai lima orang. Idealnya agar
semua terlihat berperan aktif dalam pelaksaan
pembelajaran, setidaknya perlu dikurangi menjadi
tiga orang saja.
Respons yang diterima penulis dari kepala
sekolah dan rekan sejawat adalah positif. Sesuai
dengan kurikulum merdeka peserta didik diminta
untuk aktif dan pendidik menjadi fasilitator dengan
membimbing mereka dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Cara pendidik mencoba untuk
meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik
dimulai dari hal sederhana seperti membawa mereka
meningkatkan kepercayaan dirinya dimulai dari
berdiskusi dan presentasi dihadapan teman sekelas.
Kegiatan praktik ini berhasil karena beberapa
faktor yaitu peserta didik yang senantiasa antusias
dengan hal yang baru dan berdampak positif dalam
pelaksanaan pembelajaran. Mengawali materi dengan
permasalahan sehari-hari membuat peserta didik
juga menjadi dekat dengan apa yang akan mereka
pelajari. Pendidik yang peka terhadap kondisi dan
bakat peserta didik membuat proses pemecahan
masalah sesuai dengan kondisi yang dialami di kelas.
Pemanfaat teknologi informasi seperti gawai, layar lcd,
8
LK 3.1 BEST PRACTICE
serta media sosial (YouTube) sebagai bagian dari
pembelajaran juga menjadi faktor yang membuat
praktik baik ini berhasil.
Penulis mendapatkan pengalaman dalam
memadukan model dan metode untuk meningkatkan
keterampilan berbicara peserta didik di kelas. Materi
pembelajaran juga tersampaikan dengan baik karena
dikombinasikan dengan keseharian peserta didik dan
media pembelajaran yang efektif. Namun, masih ada
beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi seperti
mengoptimalkan lagi kemampuan individu peserta
didik dalam berbicara dan mengelola ruang kelas agar
lebih efektif sehingga proses perpindahan saat
window shoping lebih kondusif.
9