The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Cerpen Elektrik SD Angkasa Surabaya

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dewidama37, 2021-11-08 03:04:56

Rindu Tak Kunjung Datang

Cerpen Elektrik SD Angkasa Surabaya

RINDU SUASANA SEKOLAH

SD ANGKASA SURABAYA
JL. KOLONEL SUKARDI III Komplek TNI – AU

TELP. ( 031 ) 3814007
SURABAYA

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan E-book ini. Dalam penyusunan E-Book
ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis.
Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari
segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.

Cerpen ini dibuat sedemikian rupa semata-mata untuk membangkitkan kembali
minat baca Bapak/Ibu dan sebagai motivasi dalam berkarya khususnya karya tulis. Untuk
itu penulis hanya bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat, sehingga kami bisa menyelesaikan cerpen ini.

Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.

Surabaya, 8 November 2021
Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………………………….
Judul Cerpen ……………………………………………………………………….
a. Obrolan Di warung Kopi
b. Salam Rindu Dari Guru Untuk Murid
c. Rindu Jumpa Muridku
d. Ku Menantimu di Depan Pintu
e. Merindukan Suasana Sekolah
f. Aku Kangen Dengan SiswaKu
g. Rindu Sekolahku
h. Rinduku
i. Kenangan Yang Tak Mudah Terhapus
j. Rindu Seperti Teman
k. Merindukan Masuk Sekolah
l. Ku Rindu Gaduhnya Ruang Kelas
m. Sudut Sekolah
n. Video Penyemangat Kembali Ke Sekolah
o. Sebatas Mimpi
p. Hari – Hariku di Sekolah Akibat Tidak Disiplin
q. Rindu Tak Kunjung Datang
r. Tentang Rindu Wahai Muridku
s. Rinduku Padamu Terbayar Semangatku
t. Rindu Suasana Sekolah

OBROLAN DI WARUNG KOPI

DI hari Minggu Pagi itu Agung minta di buatkan secangkir kopi istrinya yang
bernama fatimah, derngan nada manja, yaang bikinkan aku kopi doong dengan penuh
harap segera di buatkan kopi kesukaannya. tapi jawab fatimah agak mengecewakan
Agung karena kopinya habis, waduh maaf Mas kopinya habis saya kemarin sudah beli tapi
belum sempat menggoreng karena kemarin masih mendapingi Yusuf daring, beli saja di
warung kopinya Pak Santoso dulu Mas maaf ya , jawab Fatimah. Karena Istrinya sudah
minta maaf, Agung juga tidak marah walaupun agak sedikikit kecewa karena
kerinduannya terhadap kopi buatan istrinya tidak terpenuhi.

Agung setelah mendengar jawaban istrinya langsung pamit istrinya pergi kewarung
kopi Pak Santoso, ya yaang ndak apa apa aku pergi dulu ke warung Pak Santoso
Assalammualaikum, Fatimah menjawab Waalaikummussalam. Dengan berjalan kaki
Agung pergi kewarung kopi Pak Santoso, dengan waktu beberapa menit saja Agung
sudah sampai di warung kopi Pak Santoso.

Assalammualaikum Pak Santoso sapa Agung, Waalaikummussalam kok tuben
Pak Agung sampean ke warung kopi, sapa Pak Santoso kembali, ya Pak Santoso istri
saya kehabisan kopi, karena sekarang setiap hari sibuk mendampingi anak saya itu yusuf
mengerjakan tugas tugas sekolahnya, sekarang semua pembelajaran menggunakan
jaringan internet, daring.semenjak ada korona ini, tugas merangkum, mengerjakan soal
soal difoto, tugas membaca, baca puisi , olah raga menyanyi semua di video, dikirmkan
kegurunya kalau anak saya yusuf baru kelas dua tanpa didampingi orang tuanya tidak
bisa mengerjakan tugas sekolahnya sendirian, Alhamdulillah istri saya luar biasa sangat
ulet dan telaten mendampingi anaknya belajar setiap mendapat tugas dari gurunya,
sehingga anak saya sedikit demi sedikit bisa memahami pembelajaran daringnya dan bisa
mengoperasikan hpnya ketika video col, atau zoom dengan gurunya, ya mudah mudahan
korona segera berakhir anak saya sudah sangat merindukan teman-temannya, guru-
gurunya dan sekolahannya hampir dua tahun anak saya sekolah belum pernah tatap
muka sama sekali lo Pak Santoso. Tandas Pak Agung.

Lalu Pak Santoso menjawab ya itu benar Pak Agung tapi saya juga salut dengan
Istrinya Pak Agung yang gigih membimbing putranya di rumah, menggantikan peran
Bapak dan Ibu guru dimasa kovid seperti ini, Alhamdulilah kalau anak saya Andik sudah
SMA jadi untuk masalah sekolah sudah bisa mandiri tapi jatah paket datanya semakin
banyak, saya sendiri yang berjualan seperti ini saja juga bingung jam untuk berjualan di

batasi jumlah pembeli juga berkurang kalau seperti ini otomatis pendapatan juga
menurun sedangkan kebutuhan tetap harus di penuhi, mau bagaimana lagi memang
kondisi seperti ini semaua orang saat ini merindukan kondisi normal kembali walaupun
sampai saat ini belum kunjung datang tapi kita harus tetap obtimis korona akan berlalu.

Kondisi seperti ini mungkin juga merupakan ujian dari Allah, supaya kita semua
bisa mengambil hikmahnya dari musibah korona ini. Yang mana kita semua belajar
meningkatkan kebersihan dengan sering mencuci tangan dengan sabun pada air yang
mengalir, jika kita keluar membiasakan memakai masker, menjaga jarak tidak
berkerumun itu dari segi kebersian, dari segi ekonomi kita harus belajar hemat belajar
mengencangkan ikat pinggang untuk menyiasati penghasilan kita yang berkurang
apalagi kalau seperti saya ini pekerjaan buka warung kopi yang penghasilannya tidak
tetap.

Begitulah hidup yang penting kita nikmati, kita syukuri apapun profesi kita supaya
kedepannya bisa lebih baik bukan seperti itu Pak Agung, Pak Agung manggut manggut
sambil menyeruput kopinya dan meletakkan kembali cangkirnya di meja sambil menjawab
ya ... ya ...benar Pak Santoso ternyata tidak hanya anak anak kita yang sekolah yang ikut
ujian namun kita semua juga mengikuti ujian dalam kehidupan kelakar pak Agung sambil
tertawa paqmit pulang.

Karya : Sulkani, S.Pd

Salam rindu dari guru untuk murid.

Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Rasa rindu ini semakin
lama semakin bertambah akan senyum murid – murid di sekolah. Kapan rasa rindu ini
bisa berkurang dan membuat kenangan yang indah di tengah pandemi yang tanpa
kepastian kapan berakhir.

Di pagi yang sangat cerah ini matahari memancarkan sinarnya menembus sela –
sela awan seakan memberi senyuman, dan burungpun ikut berkicau seolah menyapa
kedatangan bu siti di SD Angkasa.

Ibu siti adalah salah satu guru mudah yang mengajar di SD Angkasa. Yaitu salah
satu sekolah yang berada di Surabaya timur. Disitula awal kisah seorang guru mudah
yang melawan sebuah kerinduan terhadap anak didiknya.

Ibu purwati “ baru datang bu siti”.
Suara bu purwati membuat bu siti sedikit kaget saat membuka pintu ruang guru, bu
purwati adalah teman sekaligus patner bu siti di sd.
Bu siti “iya bu pur”
Ujar bu siti sambil melihat ke arah bu pur, yang sambil memberi senyum ke pada
bu siti.
Bu siti “sepi rasanya sekolah tanpa kedatangan murid – murid ya bu pur”
Ujar bu siti merasa galau karena kepikiran sama anak didiknya.
Bu pur “ iya”, bu siti . Semoga anak – anak bisa bersekolah seperti dulu lagi.

Di sela – sela percakapan ibu siti dan bu purwati, datanglah kepala sekolah dan
bertanya ke pada kedunya.

Kepala sekolah “ pada ngobrolin apa bu siti dan bu pur’’?
Ujar kepala sekolah sambil melihat kearah bu siti dan bu pur.
Bu siti “iya”, pak kami sedang ngobrolin murid – murid. Sudah sangat kangen untuk
bertemu mereka dan kangen juga lihat senyum mereka.

Tidak terasa waktu sudah siang waktu menunjukkan pukul 11.00 wib. mata sudah
sangat perih karena harus melihat leptop, tapi tetap bertahan untuk terus melakukan
daring supaya anak – anak bisa menerima pelajaran.

Meskipun wajah mereka Nampak di leptop tetap saja tidak mengurangi rasa rindu
pada mereka, mungkin rasa rindu ini akan hilang ketika kita pembelajaran tatap muka.

Saya berharap semoga saja pandemi ini segera berakhir dan para siswa bisa aktif
belajar di sekolah kembali, tanpa harus memakai masker dan tidak terhalang dengan
jarak.

Karya : Siti Hasanah, S.Pd.

RINDU JUMPA MURID KU

Kejadian ini bermula pada tanggal 2 maret 2020 ,sekilas seperti tiada apa2 pada
hari itu. Matahari bersinar dengan sangat cerah anak – anak pergi ke sekolah dan banyak
orang pergi bekerja. Namun tiba – tiba semua di kejutkan dengan berita adanya varian
virus corona.awal nya virus ini di temukan di negara china namun karna virus ini sangat
mudah menular akhirnya virus ini melanda seluruh dunia.

Beberapa tindakan pun di lakukan demi mencegah penyebaran virus corona
aktivitas dibatasi dan banyak pedagang yang harus gulung tikar karna virus ini begitu pun
dunia pendidikan un di hapus dan sekolah dilakukan secara daring hal ini membuat guru
dan murid tidak dapat bertemu sehingga menimbul kan rasa rindu hal ini lah yang di
rasakan bu purwati dan guru-guru lain, mereka hanya bisa bertemu via online dengan
murid-murid nya hal ini pun tidak dapat di lakukan setiap hari karna mengingat ada
beberapa murid yang kurang mampu.

Namun ada salah satu murid yang sering absen tidak mengikuti kelas dia
bernama nando suatu hari bu purwati bertemu dengan nando ketika bu purwati pulang
dari kantor .

Bu purwati : “ nando kamu dari mana ?”

Nando : “ bu pur ( sambil berjalan ke arah bu pur)”

Bu purwati : “ kamu apa kabar kok jarang masuk sekolah?

Nando : “ iya bu maaf saya jarang masuk sekolah karna saya hanya punya

satu hp dan itu juga di gunakan orang tua saya bu di tamba lagi saya juga tidak mampu
beli kuota untuk zoom bu”

Bu purwati : “ kalau memang alasan kamu seperti itu seharus nya kamu bilang ke
ibu jadi ibu bisa berikan solusi jangan langsung tidak masuk”

Nando : “ iya bu sekali lagi mohon maaf lalu bagaimana dengan absen saya

apa saya dapat roleransi?”

Bu purwati : “ Iya saya kasi toleransi tapi saya mau bicara dulu sama orang tua
kamu. Nanti bu pur ingin orang tua kamu telfon ibu ya! Apa bisa?”

Nando : “ Iya bu nanti saya bilangkan ke ibu saya”

Bu purwati : “ iya tolong samapai kan ya!”

Nando : “ Iya bu kalau gitu saya mau pulang dulu ya bu ?”

Bu purwati : “ iya hati-hati di jalan ya nak!”

Nando : “ baik bu.”

Waktu berganti malam, saat Bu Purwati sedang beristirahat tiba tiba ia dikejutkan
dengan telepon yang berasal dari handphone bu purwati dengan sigap segera
mengangkat telfon tersebt

Bu purwati : “ hallo assalmualaikum wr.wb dengan siapa ya ?

Ibu nando : “ saya ibu nya nado bu mohon maaf mengangu waktu nya .”

Bu Purwati : “ iya bu tidak apa- apa ada apa ya bu ?

Ibu nando : “ saya ingin meminta toleransi bu karna nado jarang mengikuti kelas “

Bu Purwati : “ Oh masalah itu ,iya bu saya juga baru tau kalo nando terkendala
handphone dan kuota , saya akan menoleransi ketidak hadiran nado untuk mingu –
mingu kemarin bu namun saya mau untuk kedepan nya nando harus mengerjakan tugas
ya ! Kalau zoom saya tidak mewajibkan karna nando tidak punya handphone namun kalau
tugas wajib ya bu pengumpulan paling lambat jam 7 malam ya bu.”

Ibu nando : “ baik bu terimakasi atas kebaikan nya, jujur saya sendiri tidak mampu
jika harus membelikan nando handphone karna saya hanya buru cuci dan ayah nando
seorang gojek jadi handphone nya kalau pagi sampai sore di gunakan untuk cari uang.”

Bu purwati : “ Iya bu mohon maaf ya bu karna memang keadaan nya seperti ini jadi
tidak ada cara lain selain daring semoga saja pandemi ini cepat berlalu sehingga kita bisa
bertatap muka kembali jujur bu untuk situasi sekarang tidak hanya murid yang susah guru
juga susah bu karena banyak murid yang tidak paham dengan pelajarannya .

Ibu nando : “Iya bu saya juga menegerti bu sekali lagi saya mohon maaf dan untuk
kedepan nya saya akan mengusahakan agar nando selalu mengerjakan tugas nya bu.”

Bu purwati : “Iya bu tidak apa-apa kok saya mengerti bu, kalau memang sudah
jelas saya akhiri ya ?”

Ibu nando : “ iya bu terimakasih assalamualaikum”

Bu purwati : “ iya walaikum salam warohmatulohi wb.wr”

Masalah sekolah online tidak hanya mengenai kerinduan namun juga mengenai
keterbatasan ekonomi dan alat untuk sekolah, bagi sebagian murid karna kurang nya
ekonomi keluarga mereka belum lagi ditamba dengan murid yang tidak paham akan
pemblajaran , sehingga menjadi menyepele kan pelajaran oleh karna itu harapan guru-
guru dan seluruh murid di Indonesia adalah ingin sekolah secara normal kembali, karena
mereka ingin sekali merasakan kehangatan sekolah kembali.

Karya : Dra. Purwati

KU MENANTIMU DI DEPAN PINTU

Pagi ini suasana sangatlah damai angin berhembus pelan melewati ujung pori- pori
kulit, pancaran sinar matahari yang sangat lembut tak kalah cuaca yang sangat cerah
menemaniku di pagi ini. Ku persiapkan perbekalanku sambil tersenyum membayangkan
apa yang akan menantiku di pagi ini. Berpamitanku dengan keluargaku sambil tersenyum
ramah hendak mencari sesuap nasi, kunyalakan motor ku yang selalu menemaniku
hingga berkilo- kilo jarak yang ku tempuh.

“ Aku siap” dalam hatiku berbicara sambil mengendarai sepedaku menuju tempat
yang membuatku bisa selalu penuh harapan dan tersenyum sepanjang hari. “Namaku Abi
aku seorang guru Sekolah Dasar, tepatnya di salah satu kecamatan yang ada di
Surabaya”. Sebagai seorang guru aku harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak
didikku yang akan menjadi harapan bangsa dalam pembangunan negeri ini. Ku selalu
berdo’a kelak anak didikku menjadi manusia yang berbakti bagi keluarga, bangsa, dan
negara.

Negeri ini sedang dilanda sebuah pandemi yang membuat semua manusia
merasakan kesedihan yang mendalam. Keluarga, tetangga, teman harus saling
membentengi dan menjaga diri dari pandemi ini agar tetap sehat dan dapat beraktifitas
seperti sedia kala. Tak lama sampailahku di sekolah kuparkirkan sepeda ku, kanan- kiri ku
perhatiakan tapi tiada yang menyambutku, terlihat tukang kebun sedang membersihkan
halaman sekolah kusapalah dia “selamat pagi pak Mastur” dan beliau pun menanggapi
sapaanku “selamat pagi pak Abi”, setelah berbincang ringan dengan tukang kebun
kuteruskan langkahku menuju ruang kelasku pandanganku tertuju pada bangku kelas
yang kosong. Sejenakku berkata dalam hati “ah hari ini kusendiri lagi” dikarenakan masih
pandemi diliburkanlah semua siswa dari sekolah dan sebagai gantinya belajar
dilaksanakan secara daring/ online dengan paduan orang tua di rumah yang bertindak
sebagai pengawas kepada siswa dalam mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh
bapak/ ibu guru.

Tuk mengobati rasa kangenku terhadap para anak didikku ku melangkah menuju
pintu kelas dan kemudian berdiri di depanya berharap untuk menyambut para siswa
masuk kedalam kelas seperti kebiasaanku di waktu pagi. Kemudian teringatlah diriku dan
berbisik di dalam hati “ah bukanya hari ini pun siswa masih belajar daring di rumah ya”,
kemudian aku sadar bahwa yang kulakukan ini hanya untuk mengobati rasa rinduku yang
lama tak berjumpa dengan anak didikku secara tatap muka.

Dengan wajah yang agak murung kembalilah diriku masuk kedalam ruang kelas
dan duduk di kursi sambil membuka laptop yang ada di atas meja, kemudian ku teringat
dan berbicara dalam hati “meskipun aku tidak bisa berjumpa secara tatap muka tapi aku
masih bisa berbincang- bincang membahas pelajaran atau memberikan nasihat- nasihat
kepada anak didikku secara virtual/ online kan?” ya langsung kunyalakan layar laptop ku
dan membuka sebuah aplikasi tatap muka secara virtual yaitu zoom.

Setelah beberapa saat kemudian mulai terlihatlah wajah anak didikku di depan
layar laptopku dan mereka menyapaku “selamat pagi pak Abi”... seketika hatiku langsung
tersentuh, kugerakkan bibirku untuk membalas sapaan mereka dengan nada yang lirih
dan lembut “selamat pagi juga anak- anak”... kemudian akupun secara sepontan
tersenyum dan mulai berbincang- bincang secara virtul dengan anak didikku hingga
beberapa jam waktu yang sudah terhabiskan.

Meskipun pembelajaran masih diselenggarakan secara daring, seorang guru tidak
akan lupa dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pembelajaran bagi
anak didiknya agar bisa berbakti kepada keluarga, bangsa, dan negara kelak nanti. Ini
adalah sedikit cerita tenta rasa rinduku terhadap anak didikku, semoga kedepanya
pandemi ini segera cepat berakhir agar kita semua para guru di Indonesia bisa berjumpa
dengan anak didik mereka secara tatap muka. Terima kasih.... semoga kisahku bisa
menjadi inspirasi bagi para guru yang merindukan segera bertemu dengan anak didik
mereka.

Penulis: Harun Arrosyid, S.Pd.

MERINDUKAN SUASANA SEKOLAH

Kala itu, sebuah ruangan sengaja ditutup rapat. Tujuannya, agar orang-orang yang
berada di luar ruangan tidak bisa mendengarkan percakapan. Aku adalah seorang guru
sekolah dasar swasta. Hari ini, aku beserta dewan guru lain sedang membahas
pembelajaran di tahun ajaran baru. Tanpa panjang lebar memberikan pengantar, kepala
sekolah langsung meminta pendapat dari semua guru yang hadir.

"Sudah hampir setahun lebih anak-anak tidak masuk sekolah. Tentu banyak
mendapatkan aduan dari wali murid karena mereka kewalahan mendidik anak-anak di
rumah. Pagi sampai sore mereka bekerja mencari nafkah, sedang di waktu malam
mereka mengajari anak-anak di rumah. Di sisi lain, mereka tetap wajib membayar SPP
tiap bulannya. Pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan ke depan agar aduan
semacam ini tidak lagi terulang?"

"Menurut kesepakatan diskusi bersama, sebaiknya kita harus menjalankan tatap
muka. Sebab, beberapa wali murid sudah mengundurkan diri ke sekolah lain yang berani
menjalankan tatap muka meski surat edaran dari Bupati dan Gubernur melarang
pembelajaran tatap muka. Apabila kita tidak segera melaksanakan tatap muka, saya
khawatir akan ada lebih banyak murid yang mengundurkan diri. Hal ini akan berpengaruh
terhdap pendapatan sekolah, khususnya pemberian gaji bulanan guru-guru di sini yang
notabene bukan Pegawai Negeri.

"Satgas COVID 19 masing-masing kecamatan tidak akan bertanggungjawab jika
ada korban yang positif corona. Apabila sekolah ini benar-benar melakukan pembelajaran
tatap muka, lalu ada yang terjangkit, maka citra sekolah kita akan menjadi buruk. Saya
pastikan tahun ajaran depan banyak wali murid yang enggan menitipkan anak-anak
mereka di sini karena kelalaian kita dalam menjalankan instruksi pemerintah. Kita
dianggap tidak taat dan menghormati keputusan yang telah ditetapkan oleh provinsi, serta
daerah."

Harus kuakui bahwa beberapa sekolah swasta lain berani mengadakan
pembelajaran tatap muka karena oknum-oknum di sekolah itu bermain mata dengan
pejabat daerah, sehingga pembelajaran tatap muka menjadi legal. Aku tak tahu secara
pasti apakah di dalamnya terdapat suap-menyuap atau sogok-menyogok, yang jelas
sekolah-sekolah itu secara bebas mendatangkan murid dari berbagai kecamatan.

Tanganku meraih HP, mencoba menghubungi dinas pendidikan. Dalam sebuah
percakapan singkat, aku mencoba menjelaskan beragam usulan dari dewan guru di sini
untuk mengadakan pembelajaran tatap muka seperti sekolah swasta lain. Sayang seribu
sayang, dinas pendidikan kecamatan tidak berani memberi izin kepadaku untuk
mengadakan pembelajaran tatap muka, kecuali sekolahku mau membayar sejumlah uang
kepada sebagian dari oknum di sana agar izin tatap muka terkabul secara administratif
dan seperti yang dilakukan sekolah-sekolah swasta lain di sini.

Aku menolak tawaran itu secara halus, bagiku pandemi ini bukanlah ajang bisnis
untuk mencari keuntungan sesaat di saat intansi pendidikan yang kukelola tengah dilanda
krisis pemasukkan. Bagiku, ini adalah penghinaan untuk sekolah dimana ia menjadi
tonggak dan pilar utama membentuk moral bangsa, namun terjebak dalam lingkaran setan
suap-menyuap.

Seorang guru muda berperawakan sedang mengacungkan jarinya, lalu dengan
teratur dia berkata:

"Pak kepala, menurut hemat saya pembelajaran tatap muka selama pandemi harus
ditiadakan dengan mengoptimalkan media sosial sebagai alat belajar jarak jauh. Mengapa
ini perlu dilakukan? Sebab, banyaknya aduan dari wali murid menandakan bahwa
pembelajaran yang kita lakukan sifatnya monoton. Siswa hanya beranjak dari tugas ke
tugas, tidak ada hal-hal menarik yang kreatif dan inovatif. Cobalah sesekali kita menjadi
youtuber, merekam pembelajaran melalui video lalu siswa menyimak dengan seksama
melalui gawai. Atau mungkin kita melakukan pembelajaran melalui berbagai aplikasi
meeting, dengan begitu meski terkendala jarak, tatap muka bisa dilakukan melalui gawai.

Selain itu pak, Menurut saya akan sangat beresiko memaksakan tatap muka di saat
korban masih saja berjatuhan. Secara tidak langsung kita mempertaruhkan nyawa anak-
anak, padahal jelas-jelas fokus pemerintah dan masyarakat ialah kesehatan, bukan lain-
lain. Sekarang kondisinya sangat darurat pak, semisal kita memaksakan para siswa tatap
muka lalu mereka meninggal secara massal karena terjangkit COVID 19 di sekolah.
Sejatinya mereka meninggal karena kita bunuh dengan menciptakan sistem yang tidak
ramah terhadap mereka.

Konsep New Normal yang saya tahu itu untuk membangkitkan ekonomi negara,
bukan nekat memberangkatkan anak-anak dari rumah ke sekolah tanpa ada
pertanggungjawaban pasti dari kita semua. Perlu diingat, keputusan rapat kita hari ini

berdampak terhadap segala kemungkinan di waktu mendatang, termasuk kemungkinan
terburuk."

Meski begitu, Kepala Sekolah harus segera memutuskan kebijakan pembelajaran
anak-anak di sekolah atau memperpanjang pembelajaran di rumah. Setelah menimbang
cukup matang. Meski jauh dari lubuk hati, aku rindu suasana yang dulu, dimana anak-
anak belajar dan bermain di sekolah, namun hal itu jangan sampai membuatku gelap mata
dengan menghadirkan mereka di saat situasi belum aman.

Entah sampai kapan akan seperti ini, aku hanya bisa menunggu kebijakan dari
pemerintah. Mudah-mudahan, semuanya akan cepat berakhir dan semua akan kembali
normal seperti sedia kala.

Karya : Ismawati, S.Pd

AKU KANGEN DENGAN SISWAKU

Seorang wanita pekerja keras dan mandiri yang selalu ceria serta tersenyum yang
manis membuat siapapun melihatnya ikut bahagia. Ya dia adalah Suhartini seorang guru
pegawai negeri sipil di salah satu kabupaten pacitan, yang letak sekolahnya di desa
lumayan jauh dari perkotaan. Meskipun begitu dia selalu menunjukkan raut senyum yang
manis, tidak pernah menunjukkan terlihat mengeluh karena kelelahan. Semua itu
dilakukan demi mengabdi kepada negara dan menjadi wanita yang pekerja keras serta
mandiri.

Ya sudah hampir empat tahun suhartini ditugaskan di salah satu sekolah negeri
yang terletak di pinggiran desa kabupaten pacitan. Setiap hari dia tiba di sekolah pukul
06.30 pagi dan menyapa petugas kebersihan yang sedang membersihkan halaman
sekolah dengan nada yang sopan. Suhartini memiliki 4 orang anggota keluarga ayah,ibu
serta kedua adik laki-lakinya, Suhartini tidaklah tinggal bersama keluarganya yang tinggal
di trenggalek. Karena pemerinta menyediakan rumah dinas maka suhartini tidaklah
khawatir tentang tempat tinggal meskipun dia ditugaskan jauh di daerah pedesaan.

Setelah tiba di sekolah dan memasuki ruanganya Suhartini terlihat sedikit raut
muka yang sedih, tiba-tiba datanglah teman kerjanya dan menghampirinya “bu. Suhartini
mengapa ibu terlihat sedikit murung pagi ini?... padahal ibu selalu terlihat ceria setiap
harinya” dia pun menjawab “oh,, maaf bu.Risma bukanya saya sedang murung tapi saya
hanya merasa kengen denga siswa saya setiap melihat bangku kelas yang kosong karena
sudah dua tahun lebih kita tidak berjumpa secara bertatap muka”. Risma pun menjawab
“berarti apa yang kita rasakan sama ya bu, karena saya pun juga sangat merindukan
siswa untuk kesekolah lagi.

Ya karena Indonesia sekarang sedang dilanda pandemi virus makanya semua
siswa diwajibkan untuk belajar di rumah masing-masing tentunya dengan bantuan orang
tua wali murid yang mengawasi siswa ketika mengerjakan tugas yang diberikan bapak/ ibu
guru dari sekolah. Selama masa pademi sekolah terlihat sepi, makanya tidak heran jika
bapak/ ibu guru terlihat sedikit murung karena mereka sudah rindu belajar secara tatap
muka dengan siswa.

Meskipun begitu kita selaku bapak/ ibu guru beserta para siswa harus tetap
semangat dalam menjalankan tugas masing-masing. Meskipun siswa belajar dari rumah
Suhartini masih bisa bertatap muka dengan siswanya yaitu secara online dengan
menggunakan bantuan aplikasi yaitu zoom, yang mana aplikasi ini sangat membantu baik

bapak/ ibu guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Terlihatraut muka yang
bahagia dan senyuman tipis yang manis dari wajah Suhartini, akhirnya dia sudah sedikit
meringankan rasa kangenya terhadap siswanya karena bisa bertatapmuka meskipun
secara online.

Setelah proses kegiatan belajar selesai Suhartini menuju ruang kantor untuk
meletakkan buku dan sedikit berbincang- bincang dengan guru lainya. Dan tibalah waktu
pulang kerja maka segeralah dia merapikan barang- barangnya hendak pulang. Tiba-tiba
datanglah Risma menyapanya “bu.Suhartini bagaimana kegiatan belajar hari ini?...” dia
pun menjawab “Alhamdulillah lancar bu, saya merasa senang karena tadi banyak siswa
yang bisa mengikuti kegiatan belajar secara online”. Akhirnya merekapun pulang menuju
rumah/ rumah dinas masing-masing.

Ini adalah sedikit cerita tentang rasa rindu Suhartini untuk bertemu dengan
siswanya secara tatap muka. Semoga kisah ini bisa menjadi semangat bagi kita semua
khususnya sebagai seorang guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswanya
harus tetap semangat walaupun pada masa pendemi ini.

Penulis : Suhartini, S.Pd.

Rindu Sekolahku

Hari-hari telah berlalu.Sejak pandemi covid 19 melanda negeri ini,tanpa terasa
hampir 2 tahun lebih aku tidak pernah ke sekolah, untuk melakukan kegiatan belajar
secara langsung ketemu bapak,ibu guru dan tidak bisa bercanda,bermain bersama teman-
teman lagi. Selama ini saya hanya bisa belajar daring dari rumah , menyelesaikan tugas
demi tugas dari bapak, ibu guruku, tanpa saling bertemu tatap muka.

Setiap hari saya hanya belajar sendiri di rumah tanpa ada yang bisa saya ajak
diskusi maupun bertanya tentang soal-soal yang sulit. Sesekali waktu saja saya dibantu
dan didampingi ibu saya untuk menyelesaikan tugas-tugas saya. Tak jarang ibu saya juga
merasa kesulitan untuk membantu saya menyelesaikan tugas daring saya.

Karena orang tua saya juga harus kerja mencari nafkah untuk keperluan sehari-
hari, seperti makan ,bayar sekolah,bayar listrik juga kebutuhan beli paket internet untuk
bisa mengikuti informasi dari guru dan kirim tugas daring setiap hari.

Saya dan orang tua sudah sangat rindu ingin sekolah bisa tatap muka lagi
seperti dulu sebelum pandemi.

Sehingga saya bisa bertemu dengan bapak,ibu guru juga teman-teman di sekolah.
Karena dengan tatap muka saya bisa belajar kelompok dengan teman-teman untuk
menyelesaikan tugas-tugas dari guru.

Dan sesekali juga bisa bertanya langsung kepada guru ,saat kami menemui
kesulitan dalam belajar.

Suatu hari ibu saya bertanya kepada saya

Ibu : " Nak kapan sekolah mulai tatap muka lagi?"

Anak : "Maaf saya juga belum tahu Bu kapan sekolah mulai masuk "

Aku sebenarnya juga sudah Sangat pingin kembali Ke sekolah ,masuk seperti
biasanya bu. Saya pingin bisa belajar dan dibimbing bapak,ibu guru lagi seperti dulu ,bisa
bermain dan belajar kelompok dengan teman-temanku lagi bu. Aku sudah rindu
sekolahku. Tapi ...... Sampai sekarang belum ada informasi dari sekolah Untuk mulai
masuk sekolah.

Ibu :" Ya sudah nak,kamu belajar yang rajin ya, meskipun masih harus

daring "
Anak : " Iya bu "
Kami hanya bisa berdoa, semoga pandemi covid 19 ini segera berakhir dan situasi
bisa kembali seperti dulu.
Sehingga tempat-tempat umum bisa dibuka lagi, termasuk sekolah bisa kembali
dibuka dan keadaan ekonomi juga mulai normal lagi.Sudah tidak ada pembatasan-
pembatasan lagi .Namun kita tetap selalu hidup dengan menjaga protokol kesehatan,agar
kita akan tetap sehat bebas dari wabah covid 19 .

Penulis : Maret Anis Astutik,S.Pd

Rinduku

Rasa rindu ini dari hari, bulan dan tahun semakin berat tanpa adanya sebuah
kepastian kapan masa indah senyum dan tawa yang menghiasi dinding-dinding sekolah.
Kehilangan sebuah rasa semangat belajar ini seakan akan meyiksa diri dan dapat
menjadikan hidup begitu berat untuk dijalani.

Buku-buku yang dulu penuh dengan coretan pensil dan tinta, kini hanya sebagai
pajangan di atas meja. Baju yang dulu selalu kotor kala bermain dengan teman sejawat,
kini tersimpan rapi di lemari. Teriakan, tawa dan tangisan Anak-anak yang biasa didengar
didalam kelas, kini sudah tidak lagi didengar.

Sunyi....Rasa sunyi menyelimuti relung hati ini....

Kapan rasa sunyi itu berakhir??

Kapan sunyi itu berganti tawa bahagia anak-anak..

“ sasa kenapa berdiri di luar nak ? apa yang sedang kamu pikirkan ? “ kata ibu yang
menyadarkan ku

“ iya ibu, aku sedang memikirkan kapan ya masuk sekolah lagi. Aku sudah rindu
bersekolah dengan teman – teman, bermain bersama saat jam istirahat “ kataku sambil
membayangkan masa – masa indah dulu sebelum corona datang.

“ sabar ya nak, ibu juga berharap sasa bisa sekolah lagi. Ibu tau sasa sudah lelah
belajar di rumah, sasa juga ingin berjumpa lagi dengan teman – teman tetapi karena
kondisi yang belum memungkinkan jadi sasa bersabar dulu ya. Mari kita doakan saja
semoga corona cepat berlalu agar bisa masuk sekolah lagi ya “ kata ibu yang
menasehatiku.

“ iya ibu, aamin. Semoga cepat berlalu ya aku sudah tidak sabar “

Ibu pun masuk ke dalam rumah menyisakan aku yang masih berdiri di luar
menyaksikan hujan yang masih turun, corona.. cepatlah pergi aku sudah tidak sabar lagi

Karya : Nourmi Dawati, S.Pd

Kenangan Yang Tak Mudah Terhapus …

(Ngiung …ngiung…ngiung…) suara bising mobil ambulance saling sahut
bersahutan di tengah jalanan kota Surabaya. Sudah kesekian kali mobil tersebut berlalu
lalang, dan bahkan hampir setiap jam ku dengar suaranya menghiasi jalanan. Entah
berapa lama keadaan ini berlangsung.

Entah sampai kapan semua ini akan ku lalui. Sudah hampir 2 tahun ini dia masih
saja setia. Menghantui setia orang-orang yang berlalu lalang. Karena dia banyak tempat-
tempat ibadah yang ditutup, karena dia banyak mal- mal dan pabrik yang gulung tikar,
karena dialah anak-anak menjadi kehilangan waktu untuk bersekolah dan bermain seperti
biasanya.

Dialah yang biasa kami sebut dengan CORONA. Makhluk ciptaan Tuhan yang
berukuran kecil bahkan begitu kecilnya sampai tidak bisa dilihat dengan menggunakan
mata normal namun memiliki kemampuan luar biasa dalam membunuh ribuan bahkan
jutaan nyawa orang di seluruh penjuru dunia. Subhanallah…

Pagi itu seperti biasa aku menuju ke tempat kerjaku. Aku adalah seorang
guru di salah satu instansi swasta di kota Pahlawan Surabaya. Jalanan menuju ketempat
kerjaku kini harus melewati pos penjagaan yang ketat.

Orang –orang biasa menyebutnya dengan istilah “PROKES” yang merupakan
kepanjangan dari Protokol Kesehatan. Sebuah istilah baru yang muncul semenjak wabah
Corona melanda negeriku.

Salah satu Prokes yang harus aku lakukan adalah dengan memakai masker, dan
mengunakan sarung tangan dengan benar. Tak lupa penyemprotan disinfektan dan
pengukuran suhu tubuh adalah kegiatan rutin yang aku lalui selama 2 tahun terakhir ini.
“ Selamat pagi pak, mohon ijin hendak ke SD Angkasa “, ujarku kepada bapak penjaga
portal
“ Selamat pagi, bu. Saya cek suhu tubuh dulu ya”, sahut bapak penjaga portal
“Baik , bapak”, ucapku
Jika keadaanku baik dan sehat maka bapak penjaga akan mempersilahkan aku untuk
memasuki area sekolah yang kebetulan memang berada di area perkomplekan TNI-AU.
Namun jika kondisiku dinyatakan tidak sehat, maka tak segan-segan bapak penjaga akan
mempersilahkan aku untuk pulang saja.
“ Selamat pagi Nit”, sapa salah satu temanku
“Selamat pagi “, sahutku

“Eh, kamu sudah tahu belum ada kabar gembira nih” , ucap temanku
“Kabar apa sich. Kamu ya pagi-pagi kok udah gossip aja. “ ujarku padanya sambil berlalu
meninggalkannya.
“Aku dengar pemerintah akan memberikan kebijakan tentang Tatap Muka nih”, ucapnya
tegas padaku
“Oh ya, terus …terus… kapan itu pelaksanaannya?. Aku udah gak sabar banget nih “,
ucapku dengan rasa bertanya-tanya
“ Jadi gini, pemerintah kota Surabaya memberikan akses bagi kita agar sekolah bisa
melaksanakan pembelajaran secara Tatap Muka namun harus memenuhi beberapa
syarat yang sudah mereka tentukan”, ucapnya memperjelas kepadaku
“Kalau begitu sebaiknya kita harus segera merapatkan dengan dewan guru dan komite.
Agar kita bisa memenuhi syarat tersebut. Aku sudah tidak sabar melihat siswa siswiku
untuk bisa kembali bersekolah dengan normal seperti dulu” , ujarku dengan penuh
semangat
“Aku jadi ingat dengan canda tawa para siswa, rindu dengan kegaduhan mereka yang
terkadang membuat kita sebagai gurunya merasa kesal. Memang sich sekarang sistem
pembelajaran yang kita gunakan sudah memakai via zoom atau sejenisnya namun itu
semua tidak dapat menggantikan canda tawa mereka ketika pembelajaran secara tatap
muka. Ya aku berharapnya semoga saja semua segera pulih dan kita dapat menjalani
semuanya secara normal seperti dulu lagi”, ujar temanku

Pagi itu setelah kami selesai berbincang-bincang , kami melakukan rutinitas seperti
biasanya. Menyapa siswa kami dengan menggunakan metode pembelajaran jarak jauh.
Memberikan materi dan soal kepada mereka dengan menggunakan pembelajaran daring.
Ingin rasanya bertemu dengan mereka, memberi bimbingan secara langsung kepadanya.
Namun apa daya wabah ini lebih cepat memisahkan kita. Kini sekolah terasa sepi, sunyi
dan hampa.
“Anak-anak tetap semangat belajar dari rumah ya”, ujarku memberikan semangat kepada
mereka
“Ibu guru dan bapak guru akan berusaha untuk memberikan pelayanan pembelajaran
yang terbaik kepada kalian semua. Karena kalian berhak untuk memperoleh pendidikan
yang layak.”gumamku dalam hati.
Terimakasih

Ditulis oleh : Istiqoma Prihatiningsih, S.Pd

RINDU SEPERTI TEMAN

Rendra adalah seorang mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di
salah satu perguruan tinggi swasta di Solo. Setiap hari aku bertemu dengan dia di
kampus. Suatu hari dia bercerita atau istilah gaulnya curhat dengan aku, tentang masalah
hidupnya. Rendra ini anak seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Orang tua Rendra menguliahkan Rendra dengan hasil panennya. Dalam cruhatnya,
Rendra berpikir bahwa orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas dari masalah
yang di alami dalam hidupnya. Rendra melihat teman - temannya kelihatan selalu happy,
bayar uang semester lancar, uang jajan juga lancar karena teman - temannya selalu
mendapat transferan dari orang tuanya.

Sedangkan Rendra bayar uang semester selalu menunggu orang tuanya
mendapatkan hasil panennya dulu. Apalagi uang jajan kadang ada kadanh tidak punya.
Jadi rendra selalu melihat teman - temannya seperti orang yang tidak memiliki beban
hidup dipundaknya. Dan anehnya, Rendra tidak terlalu suka saat melihat teman -
temannya tersenyum bahagia.

Suatu saat Rendra bertanya kepada aku. Hay Tom, kok aku aneh ya, selalu
merasa bahwa kehidupan orang lain selalu baik dan enak - enak aja, bahkan kelihatan
seperti tidak punya masalah.

Kemudian Tomy mengatakan kepada Rendra, bahwa setiap orang bahkan semua
orang itu semua punya permasalahan dan beban hidup yang ditanggung dupundaknya.
Masing - masing orang tentunya mempunyai beban hidup yang berbeda Rendra,…..
Tetapi janganlah beban hidupmu itu selalu kamu bandingkan dengan orang lain…… justru
semua itu akan membuat semakin berat. Selain itu Rendra pun terdiam sejenak, dia
merenungkan semua perkataanku itu.

Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak semudah menasehati diri sendiri.
Kadang - kadang aku pun suka membadingkan diri dengan orang lain. Kemudian Tomy
mengatakanke Rendra, Tuhan itu selalu memberikan beban masalah sesuai dengan
kemampuannya Rendra…….. Tuhan pun juga tahu seberapa kuat kita untuk bisa
menghadapi masalah yang diberikan oleh-Nya. Maka dari itu ayo kita semangat, kita yang
rajin kuliah supaya kita cepat lulus dan cari pekerjaan. Mulai saat itu Rendra mulai
berintropeksi diri. Akhirnya Rendra bangkit dan berjanji tidak akan membandingkan dirinya

dengan orang lain lagi, Rendra mambadingkan dirinya yang dulu dan dirinya yang
sekarang

Pengarang : Sri Wahyuni, S.Pd.

Merindukan Masuk Sekolah

Hampir 2 tahun sudah tidak masuk sekolah karena adanya cofid19 yang tak
kunjung pergi sehari-hari sekolah tampak sepi, ruang ruang kelas biasanya terdengar
keceriaan siswa- siswi kini sunyi sepi. Melihat bangku-bangku penuh debu serta halaman
yang sudah ditumbuhi rumput liar,kini rindu dengan kerajinan siswa mengusik debu- debu
yang menempel di bangku maupun di kursi.

Pembelajaran masih menggunakan daring, luring dan vidio. Belajar dengan tatap
muka pasti dirindukan siswa dan guru

Meski siswa dipersilahkan belajar di rumah, namun tidak bisa menghasilkan yang
efektif. Tak seru saat mereka belajar di sekolah. Waktu pembelajaran zoom siswa
bertanya

Siswa : Bu Guru kapan kita masuk Sekolah, rasanya sudah jenuh dengan pembelajaran
daring, dan sudah kangen dengan Bapak Ibu Guru dan teman-temannya teman.

Guru : sabar anak - anak ya, sama Bu Guru juga sudah rindu dengan canda tawa
dengan kalian semua. Kita berdoa saja semoga covid 19 segera pergi jauh. Aamiin

Siswa : Bu Guru badan saya gemuk, seragam saya tidak muat. Sehari- hari habis belajar
makan terus tidur, bangun makan lagi.

Guru : waaahh... Anak-anak anak harus diimbangi olah raga, biar gemuknya baik. Olah
raga jalan, atau lari kecil, tapi kalian tetap memakai masker.

Lamanya kita tidak masuk sekolah, semua pasti merasakan kerinduan yang
mendalam bagi siswa dan Guru masuk sekolah. Biar segarang apapun Guru - gurunya
tetap ada sesuatu yang spesial dan tidak ditemukan di rumah. Rindu

Jajan di kantin, bercanda dengan teman, ke perpustakaan meminjam buku bermain
petak umpet dengar nasehat nasehat guru sayangnya semua itu itu tidak bisa didapatkan
siswa dari rumah begitupun guru tak menutup kemungkinan merindukan siswa yang
bermacam-macam tingkahnya, ada yang lucu ada juga yang menjengkelkan, ada yang
nakal dan usil. Mungkin Hal inilah salah satu yang membuat guru rindu siswa. Di lain pihak
siswa juga rindu guru dan teman-temannya. Hal-hal seperti itulah yang membuat
danMendatangkan Kerinduan guru dan siswa. Kerinduan bisa terbalaskan, jika nanti
sudah bertatap muka di sekolah. Jujur kami sangat merindukan kan canda dan tawa
mereka.

Pagi-pagi setelah ada siswa berlari- lari menuju lapangan berdoa bersama-sama,
dilanjutkan saling bersalaman dan mengucapkan selamat pagi terus masuk kelas masing-
masing.

Pada jam istirahat mereka berlarian ke lapangan, ada yang langsung ke kantin, ada
yang bercerita, ada yang ke mushola untuk melakukan sholat dhuha. Pemandangan inilah
yang membuat segera masuk sekolah. Kita juga jenuh seharian bertatap wajah dengan
laptop dan android. Semoga kerinduan bertatap muka segera terobati, dan covid 19
segera pergi dari bumi ini. Aamiin yra

Karya : Dra. Supinah

Ku Rindu Gaduhnya Ruang Kelas

Guru : Bagaimana pengalamanmu belajar dari rumah semenjak pandemi ini
menyerang negara kita, dan apa yang kamu rasakan ?

Siswa 1 : Tidak enak pak, saya jenuh belajar dari rumah. Awalnya saya senang
belajar dari rumah karena waktunya bebas. Tapi semua itu jauh dari
perkiraan saya.

Siswa 2 : Belajar dari rumah kurang efektif pak ?

Guru : Waw .... kenapa begitu ?

Siswa 2 : Iya pak, karena tidak bisa mendengarkan langsung penjelasan dari pak
guru. Mama saya kalau mengejari bawaanya marah – marah terus.

Guru : ohh ... begitu. Pada dasarnya dimanapun kita belajar dan siapapun yang
Siswa 1 mengajari itu tujuannya sama, yaitu untuk membuat kalian menjadi pintar,
menjadi cerdas. Hanya saja beda tempat dan beda pengajar.

: Tapi saya dan teman – teman rindu suasana ruang kelas pak, rindu
bermain bersama teman – teman, rindu beli jajan di kantin. Suasana itu yang
membuat kita menjadi semangat untuk belajar.

Percakapan singkat antara guru dan murid. Ya ,,, guru tersebut adalah saya sendiri.
Percakapan diatas yaitu dialog singkat saya ketika menanyakan pengalaman mereka
(murid saya) ketika melakukan pembelajaran di rumah selama pandemi ini berlangsung
jawaban mereka sangat variatif. Sebagian, ada yang senang karena masa libur yang
sangat panjang ini membuat mereka lebih banyak bermain dengan orang rumah atau
teman kampungnya. Namun ada juga yang karena sudah terlalu lama di rumah, mereka
rindu suasana sekolah dengan sedikit debu yang melekat di bangku atau di kursi dan meja
yang selalu dibersihkan setiap hari.

Memang benar adanya, suasana sekolah selalu memberi kesan dan kenangan
tersendiri dan menggemaskan. Suasana kelas yang gaduh akibat salah satu kawan yang
berbuat ulah atau situasi yang menegangkan ketika mau ujian berlangsung, rindu suasana
kantin yang menyediakan berbagai macam jajanan kesukaan mereka.

Sungguh pasti, bahwa situasi sekolah memiliki kesan tersendiri dari para peserta
didik dan satuan pendidikan terkait lainya. Tapi, pandemi Covid-19 sudah mengubur

segala kenangan yang sudah/sedang terpatri dalam diri mereka semua yang selalu
bersemangat ketika hari Senin tiba, berpakaian rapi, datang lebih pagi, dan menyanyikan
lagu wajib Indonesia Raya dalam upacara bendera. Ironis memang, melihat virus kejam ini
menyerang kreativitas dan riuhnya suasana kelas.

Tidak hanya siswa yang merindukan suasana kelas yang riuh, gurupun juga sangat
sekali rindu menegur langsung murid – muridnya, bergurau, memberikan pembelajaran
secara langsung, bahkan memberikan teguran kepada siswa yang nakal.

Sekarang, kondisi seperti saat ini tidak bisa kita tampik. Mau tidak mau, kita hanya
bisa pasrah dan taat mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap stay at home / tetap
berada di rumah. Tentunya maksud baik ini harus dijalankan dengan penuh kesadaran
demi tercapainya kebaikan bersama.

Siswa 1 : Sampai kapan pak pandemi covid-19 ini berlangsung pak ?

Guru : Kita tidak tau sampai kapan pandemi ini akan berlangsung, yang paling
penting kalian harus tetap menjaga protokol kesehatan yang sudah di
anjurkan oleh pemerintah yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan
sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas.

Siswa 2 : Apakah kita sudah bisa ikut vaksin pak supaya tidak terkena covid-19 dan
bisa segera masuk sekolah, karena saya rindu dengan teman – teman ?

Guru : Jika anak – anak umur 12 tahun kalian sudah bisa ikut vaksin, kalau masih
di bawah 12 tahun anak – anak cukup mematuhi protokol kesehatan. Supaya
virus corona ini segera pergi.

Siswa 2 : oh .... seperti itu ya pak. Ayo teman – teman tetap patuhi protokol jangan
abai !

Begitu rindunya mereka dengan sekolah, sehingga mereka mau melakukan apapun
termasuk ingin mengikuti giat vaksin yang di selenggarakan oleh pemerintah tapi apadaya
mereka belum cukup umur untuk mengikuti giat tersebut. Semoga pandemi covid-19 ini
segera berlalu dan kita semua dapat melaksanakan kegiatan tanpa adanya peraturan –
peraturan lagi dan kerinduan yang selama ini di nantikan akan datang dengan indahnya.

Karya : Jaenal Abidin, S,Pd

SUDUT SEKOLAH

Resah dan gelisah
Menunggu di sini
Di sudut sekolah
Tempat yang kau janjikan
Ingin jumpa denganku
Walau mencuri waktu
Berdusta pada guru

(lirik lagu kisah kasih di sekolah, karya Obbie Messakh)

COVID-19 merupakan penghalang dunia pendidikan. Dengan adanya pandemi ini
Pendidikan selama dua tahun terhentikan secara tatap muka. Pembelajaran dilakukan
dengan cara daring (dalam jaringan). Kegiatan pembelajaran secara tatap muka
dinantikan atau idam-idamkan oleh guru dan siswa pada waktu ini. Penantian yang
panjang selama dua tahun ini, nampaknya juga dirasakan oleh para orang tua yang
memiliki anak yang masih duduk dibangku sekolah. Karena orang tua merasa tidak
mampu untuk memberikan pengajaran materi kepada anaknya.

Penantian yang telah dinantikan akhirnya dapat dirasakan oleh siswa, khususnya
kelas 6. PTMT (Pertemuan Tatap Muka Terbatas) sudah bisa dilaksanakan dan diikuti
oleh siswa khususnya kelas 6. 25% dari jumlah siswa satu kelas yang boleh masuk.
Dengan adanya PTMT ini nampaknya dirasakan senang dan bahagia khususnya bagi
guru dan siswa, umumnya para orang tua. Pemikiran dari kita semua, walaupun PTM
hanya terbatas namun sudah sangat menguntungkan bagi kita semua. Alhamdulilah
sudah sekolah, walaupun tidak setiap hari, “ujar walimurid”. Dengan adanya kegiatan ini
semangat anak-anak bangkit kembali, bahkan gurupun lebih semangat untuk mengajar.
Karena siswa langsung mendapatkan ilmu atau materi secara tatap muka. Dan guru pun
juga merasakan kelegaan sendiri, akhirnya dapat mengetahui kondisi siswa yang
sesungguhnya. Alhamdulilah Yaa Roob, akhirnya bisa ngajar aku! “uangkap guru kelas 6”.

Sendau gurau dan canda tawa luapan isi hati anak-anak. Kegembiraan yang luar
biasa dirasakan oleh anak-anak. Penantian dan kerinduan selama dua tahun akhirnya
terbayarkan juga dengan adanya PTMT. Anak-anak dapat belajar dengan baik, nyaman
dan tuntas. Karena materi apa yang dianggap mereka sulit dapat terjawab secara
langsung, tanpa harus menunggu orang tua, saudara atau bahkan mencari google. Dalam

hitungan detik jawaban itu dapat terjawab dengan tuntas. Bahkan jika siswa belum paham
juga bisa diulang sampai beberapa kali. Tanpa harus menunggu sekian lama. Namun
hiruk pikuk semua itu tak meninggalkan prokes yang sudah ditentukan oleh sekolah.
Anak-anak bercanda tetap didalam kelas, dalam pantaun guru dan tetap duduk di bangku
masing-masing.

Hiruk pikuk kelas sangat meriah sekali dan menyenangkan bagi siswa. “Hai, kamu
ngapain aja selama ini dirumah”, Ujar salah satu anak. Jawab anak, “kalau aku yaa main
game, ngerjakan soal susah sich, tinggal main game aja”. “Waaaaah, pelanggaran ini,
bukannya berusaha mencari jawaban, malah sibuk game” jawab salah satu anak. Tidak
lama kemudian anak itu menjawab, “Ngapain broooo, kita pusing-pusing ngerjakan tugas,
kita loooo pasti lulus”. “Wkwkwkwkwkwkwkwk jawaban satu kelas bersamaan tertawa,
mendengarkan jawaban temannya”. Saut guru yang di dalam kelas, “kalau kamu tidak
rajin belajar dan tidak mengumpulkan tugas, mana bisa lulus. Kelulusan itu yang
menentukan kamu sendiri, bukan ditangan guru. Jadi kalian harus rajin belajar dan tertib
mengumpulkan tugas”. Kegembiraan dan kesenangan itulah yang dinanti oleh anak-anak.
Akhirnya bisa dirasakan oleh semuanya.

Sekolah ramai merupakan idaman kita semua, tidak sepi lagi sudut-sudut yang ada
disekolah. Sudah diramaikan oleh kebisingan anak-anak ketika PTMT. Walaupun tidak
PTM seminggu, namun mereka sangat senang sekali. Harapan dari kita semua pandemi
COVID-19 segera berlalu. Dan kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan seperti dulu
lagi. Ekstrakulikuler dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disekolah juga sangat
diidam-idamkan. Semoga harapan dan impian kita semua segera terealisasi dan terwujud.

Karya: Rahmanto Dwi Saputro, S.Pd.,M.Pd.

VIDEO PENYEMANGAT KEMBALI KE SEKOLAH

Setelah beberapa hari aku menjalani kegiatan belajar di rumah untuk memutus
rantai penularan Covid-19, aku merasa sangat bosan. Tak ada canda tawa dari teman-
teman. Padahal, pada hari biasa pasti ada cerita baru dari teman teman di sekolah.

Hari ini ku awali kegiatanku dengan bangun pukul 03.00 untuk salat malam,
salat subuh dan mengaji. Setelah itu aku mandi, membantu mengerjakan pekerjaan
rumah, dan kulanjutkan dengan mengerjakan tugas sekolah.Saat aku membuka HP
banyak chat dari teman - teman, semua sedang mengutarakan kerinduannya akan
sekolah.

Semua rindu dengan kegiatan yang sering kami lakukan di sekolah. Mulai dari
Kegiatan Belajar Mengajar, Jam kosong (guru tidak hadir), jam istirahat, jajan ke kantin,
hingga pengalaman menyenangkan ketika hujan mengguyur saat mengikuti
ekstrakurikuler pramuka.

Sungguh rasanya aku sangat ingin segera bersekolah. Aku sangat merindukan
sekolahku. Di sanalah muncul pengalaman dan cerita baru penambah wawasan.pada saat
munculnya rasa jenuh saya pun coba menelepon teman saya harun teman dekat
sekaligus sahabat saya

Saya : assalamualaikum

Harun : waalaikumsalam

Saya : gmn kabar nya kawan

Harun : alhamdulillah sehat, kamu gmn?

Saya : alhamdulillah sehat juga

Saya : run saya punya ide nih gmn klo kapan-kapan kita lihat-lihat sekolah kita udah
kangen nih

Harun : memangnya sudah boleh ya ke sekolah

Saya : ya gtw sih tapi kita coba ijin dulu saja ke satpam skolah kita mau bikin vlog tentang
sekolah di masa new normal

Harun : oke deh klo begitu tapi tetap sesuai prokes y

Saya : oke siap ketemu besok ya run

Harun : assyiapp

Dengan obrolan singkat tesebut saya tidak sabra ingin segera berkunjung ke
sekolah dengan harun sahabat saya untuk membuat vlog bagaimana dengan rencana
video vlog saya bisa membangkitkan semangat teman-teman untuk bisa Kembali ke
skolah lagi dengan tetap menjaga Kesehatan dan mematuhi protokol Kesehatan yang
sudah di publikasikan oleh pemerintah

Karya : Suryo Hadi Prabowo Putra S.Pd

SEBATAS MIMPI

Disuatu pagi yang cerah ada seorang Ibu guru yang akan berangkat kesekolah. Ibu
guru itu bernama Bu Khasanah. Dia mengajar di SD Pesona Harapan Bangsa. Bu
Khasanah adalah seorang guru yang cantik, baik hati, dan sabar. Dia sangat perhatian
kepada murid-muridnya. Di samping itu bu Khasanah adalah guru yang sangat disiplin.
Sebelum berangkat Ibu Khasanah menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Tak lupa Bu
Khasanah selalu berpamitan kepada suami dan anaknya. Dia berangkat kesekolah naik
sepeda motot butut.

Tiba di sekolah pukul 06.30 Bu Khasanah melaksanakan penyambutan siswa yang
datang. Dia menyambut dengan teman sejawatnya yaitu bu Rahma dan bu Endah. “Good
morning Gisela” sapa bu Khasanah, dan Gisela menjawab Good morning bu Khasanah .
Sahut bu Rahma How are you? Gisela menjawab oh I am very well, thank you. Sembari
tersenyum menyambut siswa dan siswi datang.

Pemandangan di halaman sekolah dengan berbagai keceriaan khas anak-anak
yang sedang asyiknya bermain sambil menunggu bel masuk kelas.. Anak-anak merasa
senang, ada yang bermain petak umpet, ada yang bermain “ketek menek”, ada yang
bertukar cerita dan ada juga anak yang bermain lompat tali. Canda tawa ala anak Sekolah
Dasar sangat jelas di SD Pesona Harapan bangsa.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Kring...kring...kring. Bel sedang berbunyi.
Sebelum masuk kelas, pembiasaan murid-murid berbaris di halaman untuk berdoa
bersama dan menyanyikan lagu wajib nasional kemudian mengucapkan Yel-Yel Sekolah.
Setelah itu anak-anak masuk kelas masing-masing.

Setiap hari bu Khasanah selalu semangat dan ceria untuk mengajar di kelas 5.
Karena mengajar adalah panggilan jiwa, maka bu Khasanah selalu mendidik anak-anak
dengan hati. Oleh karena itu bu Khasanah menjadi guru favorite siswa-siswi dari kelas 5.
Assalamualaikum good morning everybody sapa bu Khasanah. “Good morning Mom”
jawab murid-murid. How are you today? I am fine thank you, and you? Oh I am fine too.
Are you happy? Celetuk Yusuf yang biasa dipanggil teman-tamannya Ucuy. Dia adalah
ketua kelas 5. Dia murid yang sangat aktif dan pandai.di kelas tapi dia sangat usil. Bu
Khasanah menjawab yes I am happy.

Sambil tersenyum. Teriak bu Khasanah Are you ready? Jawab murid-murid yes I
am happy. Ok students today we are going to learn about Sains. Bu Khasanah
menjelaskan materi IPA tentang Rantai makanan.

Pada hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun bu Khasanah. Tepatnya tanggal
20 November 2020. Anak-anak mempunyai rencana untuk memberikan surprised ulang
tahun. Ucuy memberi ide kepada teman-temannya untuk ada yang ramai di kelas, pada
saat bu Khasanah menjelaskan pelajaran.

Seketika bu Khasanah heran, tidak biasanya ya anak-anak ramai di kelas, apakah
ada yang salah dari diri saya saat menggunakan metode pembelajaran, gumam bu
Khasanah. Apakah anak-anak bosan ya dengan pendekatan ini ataukah media
pembelajaran kurang menarik. Bu Khasanah tetap sabar dan menegur dengan baik siswa
yang bicara sendiri di kelas. Ayo anak-anak siapa yang masih mau ramai di kelas, Bu
Khasanah tunggu sampai semua diam ya, Karena kalau ramai suasana tidak kondusif jadi
materi pelajaran ini tidak akan kalian pahami nak. Baik bu jawab anak-anak. Setelah itu
anak-anak mulai diam memperhatikan Bu Khasanah

Tak lama kemudian Boniran dan Ponidi bertengkar di kelas karena Ponidi
meminjam pensil tidak dikembalikan. Bu Khasanah menasehati Ponidi jika kita meminjam
pensil teman maka kita wajib mengembalikannya.

Jangan mengambil barang yang bukan milik kita. “Selamat ulang tahun kami
ucapkan selamat panjang umur kita kan doakan” semua anak-anak bernyanyi sambil
tepuk tangan. Ucuy memberi kue Ulang tahun kepada bu Khasanah, dan Ponidi dan
teman-teman menyerahkan hadiah ulang tahun. Anak-anak meminta maaf atas
keusilannya. Kita berjanji tidak akan mengulangi lagi bu”. Ya Allah anak-anak, bu
Khasanah menangis terharu, bu Khasanah berkata “jangan lakukan hal nakal ini lagi ya,
bu Khasanah tidak senang kalau anak-anak tidak sopan kepada orang tua”

Melihat bu Khasanah yang tidur sambil menangis terseduh-seduh, Suami bu
Khasanah yang bernama Pak Parnam segera membangunkan bu Khasanah “Ibu-Ibu
bangun bu bangun”, Bu Khasanah membuka mata “iya pak”, “Mengapa Ibu menangis?”
tanya Pak Parnam. Oala ternyata ini hanya mimpi pak. Ibu mimpi mengajar di sekolah
pak. Dan anak-anak ibu memberikan kejutan ulang tahun. Namun anak-anak pura-pura
ramai di kelas dan bertengkar, sehingga menguji kesabaran Ibu pak. Saya merindukan
mengajar pak, Ibu sangat rindu murid-murid. Bagaimana nasib anak bangsa pak kalau
sekolah ini tidak tatap muka, apa yang akan terjadi, mau jadi apa anak-anak kita nanti

pak? Kangen pak kangen banget. “Sabar bu sabar” kata pak Parnam memberi motivasi
istrinya. Pasti Ibu akan mengajar di sekolah. Mari kita berdoa supaya pandemi segera
berlalu dan kita dapat kembali beraktivitas seperti dulu lagi ya bu “Amin. Terimakasih Pak”
jawab ibu Khasanah, “Iya bu sama-sama” Jawab Pak Parnam.

Karya: Rahayu Aking Suprapti, S.Pd

Hari Hari ku di sekolah akibat tidak disiplin

Pada waktu sekolah, saya merasa senang sekali bisa belajar di ruangan kelas yang
sejuk, pada pagi hari yang indah ini, hati riang seperti pagi merindukan matahari, oh
senangnya saya bisa belajar dengan teman-teman yang kadang-kadang ngesali dan
nyenagi hati, pada saat belajar matematika oh membuat jantung saya meledak dengan
rumus-rumusnya, begitu juga dengan pelajaran kimia, fisika dan bahasa inggris.

Pada waktu istirahat, oh leganya bisa melewatkan pelajaran yang mematahkan
semangat dengan rumus-rumusnya, saya keluar dari kelas untuk menenangkan perut
yang kosong, saat sampai ke kantin, aduh saya lupa bawa uang jajan, lalu saya kesal
seperti api yang menyambar air, ya sudahlah itu memang kesalahan saya bagaimana pun
saya harus menerima resiko ini, datanglah teman baik saya ia mentraktir saya makan, lalu
hati ini bergejola seperti air yang menyambar api, dengan senangnya, saya mengucapkan
terima kasih untuk best friend saya.

Pada waktu masuk ke kelas, saya merasa takut dengan pelajaran rumus-rumus itu,
tiba-tiba di kelas belajar Bahasa Indonesia oh senangnya hati saya seperti malam
merindukan bulan, oh senangnya gak ketemu sama rumus-rumus menjengkelkan itu, saya
sangat bahagia belajar tanpa rumus, hati riang membelah angkasa, tiba-tiba bel berbunyi,
yeee pulang, baca doa, beri hormat pada guru, lalu pulang ke rumah dengan hati yang
membisik langit.

Itulah cerpen saya, hari-hari di sekolah saya buruk kan jangan seperti saya ya…
nanti dimarahi oleh guru matematika loh, apabila ada kesalahan dalam cerpen saya, saya
mohon maaf dan terimakasih, selamat beraktifitas di sekolahmu ya… jangan membenci
rumus ok

Keesokan harinya, sinar matahari membangunkan Aak. Aak harus segera mandi &
mempersiapkan diri untuk menuju sekolah. Setelah itu, ia bergegas pergi ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, sekolahnya masih sepi dan hanya sebagian siswa saja yang
sudah datang ke sekolah. Padahal jam masuknya pukul 07.30. Kemudian ia menuju ke
ruang kelas untuk menaruh tasnya. Setelah menaruh tas, Aak memutuskan untuk di
dalam ruang kelas dan tidak keluar ruang kelas karena ia tahu bahwa setelah ini akan
memasuki jam pelajaran pertama.

“Kring … Kring… Kring…”
Bel masuk kelas telah berbunyi. Seluruh siswa-siswi SD ANGKASA SURABAYA
memasuki ruang kelas masing-masing. Kemudian, ada bel lagi untuk jam pelajaran
pertama. Yang berbunyi, “Kring… Kring… Kring… Saatnya jam pelajaran pertama
dimulai.” Disaat bel berbunyi kedua kalinya, Aak bingung karena tugas yang ia kumpulkan
hari ini belum selesai.

Beberapa menit kemudian, guru yang akan mengajar di kelas Aak masuk ke kelas.
Setelah itu, guru tersebut mengabsen yang hadir di kelasnya Aak sekaligus menanyakan
tugas-tugas yang belum selesai dikerjakan.

“Akhsanul hadir?”, Tanya sang guru kepada Aak.

Disaat nama Aak dipanggil oleh guru tersebut, tangan Aak gemetaran dan berkeringat.
“Hadir Bu.”, Jawab si Aak dengan suara yang tidak begitu keras
“Oh iya, tugas kamu banyak yang belum dikumpulkan. Sekarang waktunya

mengumpulkan ya. Kalau kamu tidak mengumpulkan tugas, maka nilai kamu di rapor akan
kosong. Ingat itu!!”, kata guru itu kepada Aak dengan nada tegas.

Kemudian Aak hanya terdiam saja, dan memikirkan tugas yang belum selesai ia kerjakan.

Setelah ia memikirkan itu, ia langsung berubah pikiran. Ia berjanji pada dirinya
sendiri untuk tidak menunda-nunda tugas dan langsung mengerjakannya tepat waktu,
tanpa disuruh orangtua.

Karya : Arjun Nusontoro, S.Pd

RINDU TAK KUNJUNG DATANG

Kutatap sekolahku, yang kini sepi. Kelas sepi. Bangku bangku kosong tak
berpenghuni. Ada yang kurang dalam pandanganku. Ada yang kurang dalam rasau ku.
Suara celoteh anak anak, yang terdengar saling bersahutan, kerap membuat hati ini
kosong.

Lorong, halaman sekolah tak pernah sepi, dengan polah tingkah mereka, berlarian
kesana kemari. Saat ini tak pernah kujumpai lagi

Keadaan seperti diatas sudah sudah lama tak kujumpai lagi di sekolah ini.
Memang situasi tak memungkinkan untuk anak anak bersekolah lagi.

MASA PANDEMI. Oh pandemi
Awal pandemi sangat mengagetkan kita semua. Segala lapisan masyarakat , dari
tingkat paling rendah sampai atas mengalami kendala dalam segala hal. Terutama juga
dalam bidang pendidikan. Kita para guru dituntut untuk memakai pelajaran jarak jauh.
Memakai daring. Kita dituntut untuk memakai IT. Saat itu kita hanya bisa melihat wajah
mereka hanya beberapa saat. Bebera menit menyapa mereka :
Bagaimana kabar kalian ? Baik bu
Kapan bu bisa latihan lagi di sekolah ?
Ya nak, kita berdoa bersama supaya bisa bertemu

Gejolak pandemi datang dan pergi silih berganti. Sesaat landai, sesaat
turun, akan tetapi tiba tiba naik tak terkendali. Di saat sudah landai, rencana belajar
dengan tatap muka sudah disetujui. Pastinya dengan dibagi dengan beberapa tahap siswa
dan pertemuan.

Harapan, keinginan, kerinduan yang selama ini terpendam, akan terobati.
Harapan, cita cita, rancangan, sudah kami persiapkan untuk menanti peristiwa
tersebut.
Anak anak pun riang gembira menyambut rencana tersebut
Ma, benar ya ma, kalau kita belajarnya di sekolah ?
Ya nak
Asyiik, bisa bertemu teman teman
Rindu akan sekolah, teman teman, dan bapak ibu guru. Rindu akan belajar
bersama dengan bapak, ibu guru. Rindu akan cerita teman teman. Mereka sudah terlalu
bosan dengan belajar di rumah. Kejenuhan yang sudah mereka alami begitu lama.
Kami para guru juga sudah rindu akan tatapan mereka.

Mereka sangat merindukan masa masa sebelum pandemi. Dimana semuanya
sangat antusias ketika berangkat sekolah

Tiba tiba saja pandemi beranjak naik lagi. Rencana yang sudah diidamkan kandas
sudah. Semua terasa seperti mimpi. Bayangan yang sudah diharapkan kini semakin
redup.

“ Ya Tuhan, ampunilah dosa dosa kami. Peringatan sudah Kau berikan pada kami.
Kami memohon ampun kepada Mu.

Apakah keadaan ini seperti ini bisa membuat anak anak semakin baik?
Jawabnya belum tentu. Segala bentuk cara yang di pakai oleh sekolah, pihak
pendidikan, supaya pembelajaran bisa baik.

Mereka belum tentu di rumah bisa belajar dengan fokus. Seringkali situasi rumah
juga membuat anak anak hilang konsentrasi. Peranan orang tua bisa membuat mood
anak anak juga drop.Sehingga pelajaran belum tentu bisa baik

Sampai kapan situasi ini berubah. Masa masa indah pada anak anak di
sekolah terenggut. Hampir dua tahun sudah terlalui. Tak terbayangkan semua bisa kita
lalui dengan segala keterbatasan. Semoga keadaan kembali seperti semula. Kita bisa
melanjutkan kehidupan tanpa ada halangan. Semoga virus atau apapun namanya bisa
kita hadapi dengan tanpa ketakutan. Pengalaman hampir 2 tahun berdampingan dengan
virus yang sangat membuat masyarakat hampir seluruh dunia kelabakan. Membuat kita
bisa membuka mata, bahwa pentingnya kebersihan diri, terutama cuci tangan, adalah
prinsip yang harus selalu kita laksanakan. Pada jaman dahulu cuci tangan, sudah
dilaksanakan oleh masyarakat bangsa kita. Di depan tiap tiap rumah disediakan semacam
gentong, berisi air. Dalam segi agamapun, kebersihan diutamakn atau faktor yang prinsip.
Salah satu ayat yaitu berbunyi : KEBERSIHAN ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN

Semoga negara kita dengan jumlah rakyat yang masuk dalam 10 besar
nagara tarbanyak penduduknya, bisa menikmati kehidupan normal kembali. Para
pemimpin negara semoga selalu diberi kesehatan, sehingga bisa memimpin,mengatur
jajaran para menteri dan bawahannya dengan baik. Semoga masyarakat bisa saling
bergandengan tangan melalui kelompok kelompok atau organisasi, bahu membahu
mengatasi kesulitan, yang bukan hanya dirasakan oleh negara kita saja, akan tetapi

seluruh dunia juga merasakannya. Kegiatan kegiatan sosial sangat membantu kami,
masyarakat yang tertimpa musibah karena virus covid.

Kerinduan akan suasana sekolah yang normal semoga cepat terwujud.
Bertemu dan belajar kembali dengan siswa siswa yang mempunyai keanekaragam sifat
dan ciri ciri tersendiri. Semoga tak terhalang lagi kerinduan ini, semoga Tuhan Yang Maha
mendengar hati kami yang penuh dengan kerinduan ini. Sehingga siswa bisa kembali
mendapatkan pendidikan yang bagus, yang normal, dengan demikian bisa mencetak
siswa siswa yang tangguh, berkepribadian, amanah dan cinta tanah air.

Itulah harapan kami. Semoga segera cepat terwujud. Amiin

Karya : Musyafaa

Tentang Rindu Wahai Muridku

Kriiinnngggg,,... kringggg,,.... suara bunyi sepeda mengingatkanku pada bel pagi di
sekolah. Ketika anak – anak masih merasakan hangatnya kursi kayu disekolah bersama
teman sebangkunya. Kebiasaanku mengajar di sekolah membuatku mengerti bagaimana
perasaan anak – anak saat bersekolah. Aku adalah guru mengajar di sekolah dasar di
kota Surabaya. Sudah hampir dua tahun ini aku merasakan rindu mengajar secara
langsung karena daring hingga saat ini masih dilakukan dibeberapa sekolah. Adanya
pandemi covid-19 ini juga membawa dampak pada pendidikan mengajar.

Hari ini adalah jadwal piketku ke sekolah. Belajar mengajar dilakukan disekolah
meskipun daring melalui layar laptop. Rasanya memang berbeda, suara keramaian dari
speaker laptop dengan keramaian dari mulut benar – benar merubah suasana. “Selamat
pagi anak – anak, bagaimana kabar kalian”, ucapku untuk pembukaan belajar mengajar.
“baikk bu” “selamat pagi bu”. Begitu ramai, tapi hanyalah sebuah ilusi mata saja
keramaian itu. “Bu bosen bu kalo ga sekolah” ucapan salah satu muridku.

Pergantian semester sudah hampir tiba, namun kabar tatap muka masih saja dirasa
tak kunjung tiba. Adanya rapat hari ini akan membahas bagaimana program mengajar
yang tiba disemester depan.

“baik untuk sistem mengajar di semester yang akan datang insya Allah sudah mulai tatap
muka dengan murid, meski proses mengajar hanya dilakukan dengan murid masuk
sebanyak 3 hari dalam seminggu” ucap pak kepala sekolah yang memimpin jalannya
rapat.

“Apakah sekolahan sudah menyiapkan protokol kesehatan yang sesuai pak ?” bu Desi
mencoba menanyakan. “Jelas tentu, ketika anak – anak nanti masuk kita siap satu kardus
masker setiap harinya di meja depan, kita juga sudah memiliki tempat cuci tangan setiap
kelas” jawab pak kepala sekolah. “Jadi ga sabar memulai awal semester yang baru
dengan proses belajar mengajar lama” ujarku.

Beberapa bulan berlalu, liburan semester pun usai. Saya merasakan hari ini
memiliki perbadaan bahwa hari ini belajar mengajar menjadi tatap muka. Saya sudah
menyiapkan baju yang rapi dan siap untuk berangkat mengajar. Dengan menggunakan
motor yang biasanya aku pakai, akupun berkendara.

Sesampainya disekolahan, aku merasakan hal yang berbeda. Ya meskipun tidak terlalu
ramai seperti biasanya karena mengajar beberapa siswa perhari. Tapi ini semua
setidaknya mengobati rasa rinduku kepada murid – muridku.

Karya : Indrawati, S.Pd

RINDUKU PADAMU TERBAYAR SEMANGATKU

Nama saya Muhammad Salman Al ‘Abid,saya dilahirkan ditengah keluarga yang
disiplin dan taat beribadah.saya dan adik selalu dididik orang tua untuk disiplin dan rajin
dalam segala hal terutama sekolah,mengaji dan beribadah.

Pandemi covid 19 yang melanda membuat perubahan kondisi diseluruh sektor
kehidupan manusia termasuk saya dan keluarga.Sekolah,mengaji dan beribadah tidak
seperti biasa terjadi perubahan pola dan tata cara.Belajar yang seharusnya di sekolah
dilakukan dirumah,mengaji dan beribadah yang seharunya dimasjid atau musholla juga
dilakukan dirumah.

Aku tanya ayah,kapan aku bisa sekolah dan mengaji lagi seperti dulu yah ? Ayah
menjawab; sabar nak,nanti kalau pandeminya sudah hilang.Sampai kapan ya aku sudah
rindu sekolah dan mengaji seperti dulu. Sabar ya sayang ! oh ya tadi ketika sholat
jum’at,adik mendengarkan khutbah apa tidak ? dengarkan yah,apa isinya ? wah lupa yah.
Ayah menyimak khutbah jum’at tadi yang disampaikan oleh Ustadz H.Abdus Salam
Nasyid S.Ag, S.Pd yang baik sekali.Beliau menyampaikan bahwa pemberian Allah yang
diberikan manusia itu ada 2 macam yaitu :

1.Pemberian Allah yang bersifat menyenangkan yang disebut ni’mat

2.Pemberian Allah yang bersifat kurang menyenangkan yang disebut musibah

Kedua-duanya pemberian Allah yang diberikan kepada manusia,lalu bagaimana
manusia dalam mensikapi pemberian Allah ini baik ni’mat maupun musibah ? Pak Ustad
bilang ada 3 corak manusia dalam mensikapi pemberian Allah ini yaitu;

1.Sikap orang beriman

2.Sikap orang munafiq

3.Sikap orang kafir

Sikap orang beriman kata beliau;”IDZA ASHOBAHU KHOIRON SYAKARO
WAIDZA ASHOBAHU FITNAH SHOBARO” artinya Orang beriman apabila mendapat
kebaikan/ni’mat Allah maka mereka bersyukur sekecil apapun keni’matan itu dan apabila
mendapat musibah/fitnah/ujian selalu bersabar karena orang beriman yakin dan percaya
bahwa dengan bersyukur ni’mat akan ditambah,musibah akan dijauhkan dan pahala akan
dilipat gandakan oleh Allah SWT.Sementara dengan bersabar maka dosa dan kekhilafan
akan dihapus Allah,hati akan semakin kuat dan Tangguh serta dirinya akan merasa selalu
beserta dan dilindungi Allah SWT, karena Allah SWT berfirman;“INNALLAHA MA’ASH
SHOOBIRIIN” yang artinya Sesungguhnya Allah selalu beserta orang-orang yang sabar.

Orang beriman hidupnya stabil terutama dalam hal keimanan,peribadatan dan
akhlak tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang diterimanya karena orang beriman bila
menerima ni’mat tidak terlalu senang dan bila menerima musibah juga tidak terlalu
susah,semua diterima dan dihadapi dengan lapang dada dan ihlas.

Orang beriman menerima ni’mat atau musibah keimanannya tidak goyah,
ibadahnya tidak ditinggalkan dan akhlaknya tetap terjaga,hanya saja tata cara dan
teknisnya yang harus mengikuti kondisi yang terjadi demi untuk kemaslahatan diri dan
orang lain.

Orang beriman selalu melakukan kebaiakan,kebaikan dan kebaikan baik menerima
ni’mat maupun menerima musibah, karena mereka yakin atas firman Allah “FAMAY
YA’MAL MITSQOOLA DZARROTIN KHOIROY YAROH WAMAY YA’MAL MITSQOOLA
DZARROTING SYARROY YAROH” Artinya Barang siapa yang melakukan kebaikan
walaupun sebiji dzaroh maka akan mendapat kebaikan pula dari Allah untuk dirinya dan
keluarganya dan barang siapa melakukan keburukan maka keburukan pula yang akan
diterimanya dan keluarganya dari Allah SWT.

Nah anakku Salman kamu harus selalu bersyukur, karena Allah SWT memberi
kamu sehat dan harus bersabar dengan adanya pandemi covid 19 ini dengan tetap rajin
belajar,mengaji,beribadah dan berdo’a walaupun dirumah.Orang beriman tidak boleh
mengeluh atau putus asa tetapi harus tetap tegar,teguh dan semangat.

Rindumu pada bapak ibu guru,teman-teman,bangku sekolah akan terbayar dengan
ketegaran,kegigihan dan semangat untuk maju dan berkembang dengan menerima segala
pemberian Allah SWT dengan lapang dada dan hati yang ihlas.

Dengan tetap kuat iman dan istiqomah melakukan kebaikan maka kita akan
menjadi “KHOIRUL BARIYAH” Artinya manusia terbaik dihadapan Allah dan dihadapan
manusia yang lainnya.

Karya : H.ASSAL NS S.Pd, S.Pd

Rindu Suasana Sekolah

“ Kring… Kring….Kring….Kring “ Suara bel berbunyi, anak – anak berlarian keluar
kelas. Iya! Ini jam istirahat yang aku dan teman ku tunggu – tunggu. Perkenalkan namaku
naya, aku siswa kelas 6 Sekolah Dasar.

“ Nay ayo kita beli bakso, aku sudah laper nih “ ucap temanku, lisa Namanya.

“ Maaf ya lis aku keasikan mengerjakan tugas, ayo nis aku juga sudah laper “
ucapku seraya bangkit dari duduk. Kami pun berjalan menuju kantin, Setelah sampai di
kantin kami pun segera memesan bakso yang sangat menggiurkan. Setelah selesai
makan aku dan lisa berjalan menuju lapangan yang sudah ramai anak – anak kelas lain
bermain.

“ Nay sini deh, main bareng yuk? “ kata lala, teman sekelas naya.

“ Ayoo, Mau main apa la? “

“ Main Lompat Tali? Irma, Rose, Jennie juga mau ikut tuh! “

“ Boleh - boleh yuk “

Naya, Lisa dan teman – teman nya pun bermain di bawah pohon yang sejuk hingga
sebuah bel berbunyi mengusaikan kegiatan bermain mereka. Aku dan lisa kembali ke
kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Tak terasa pelajaran terakhir sudah selesai, Bel pulang pun sudah berbunyi. Aku
beranjak meninggalkan ruang kelas Bersama lisa, rumah ku dan rumah lisa berjarak tidak
jauh sehingga kami selalu pergi kemana pun Bersama – sama.

Sampai nya di rumah aku pun langsung mencuci tangan dan kaki, serta berganti
pakaian. Ibu ternyata sudah menyiapkan makan siang untuk aku dengan lahap aku
memakan makanan yang ibu masak. Setelah itu semua aku pun pergi ke kamar untuk
tidur siang.

“ Nay… Naya bangun nak sudah sore “ kata ibu yang berusaha membangunkan ku

“ iya bu aku sudah bangun ini “ ucap ku sambal menggeliatkan badan

“ Bu tadi akum impi sedang sekolah Bersama teman – teman ku, aku rindu suasana
sekolah yang dulu bu. Aku ingin kembali pergi ke sekolah. Aku rindu bermain dengan
teman – teman ku bu “ kataku.

“ Iya nak ibu mengerti bagaimana perasaan mu, mari kita doakan saja ya semoga
corona segera hilang dari bumi ini “ kata ibu menasehatiku.

“ Aamin bu, aku sudah sangat sangat rindu suasana sekolah yang dulu “

Aku sadar ternyata semua yang aku lakukan hanyalah mimpi semata, mimpi itu
terjadi karena aku sangat rindu bersekolah. Aku rindu bermain dengan teman – teman ku
saat istirahat, aku rindu saat pulang sekolah Bersama. Teman – teman semua mari kita
doakan agar corona segera menghilang dari bumi agar kita semua bias beraktivitas
dengan normal lagi.

Karya : Dewi Damayanti


Click to View FlipBook Version