D. Rangkuman
Hidangan dibagi menjadi tiga jenis diantaranya hidangan pembuka (Appetizer),
hidangan utama (main course), dan hidangan penutup (dessert). Sedangkan konsep dimaknai
sebagai entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu
entitas, kejadian atau hubungan. Hal tersebut berkaitan dengan penjelasan mengenai konsep
“meminum”
Hidangan “meminum” masyarakat Palembang yang diartikan sebagai jenis makanan
yang disantap ketika sedang bersama-sama orang terdekat seperti keluarga, kerabat dan
sahabat dekat. Selain itu juga jenis makanan yang disebut sebagai hidangan “meminum” juga
dipergunakan untuk sebagai buah tangan ketika berkunjung ke rumah seseorang terdapat pula
sebutan bahwa hidangan ini dimakan diwaktu sore hari sebelum menyantap makan malam.
Adapun jenis-jenis makanannya sebagai berikut; Tekwan, Model, Lenggang, Mie celor, Rujak
mie, Maksubah, Lempok Durian, dan Kumbu kacang.
41
E. Glosarium
Frekuensi : Sebutan untuk jumlah terjadinya sebuah peristiwa dalam satuan
waktu
Berkisar : Sebuah kata untuk sebutan kisaran, rentang, dan tingkatan
Selingan : Sebutan untuk sesuatu hal penyanggah atau diantara
Entitas : Sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda, walaupun
tidak harus dalam bentuk fisik
Dikukus : Sebutan untuk metode mengolah makanan sebelum disantap, antara
lain digoreng, dibakar, direbus, dikukus, hingga dipanggang.
42
F. Latihan
Berikut ini terdapat beberapa butir soal latihan yang perlu mahasiswa kerjakan,
dengan tujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami dan menguasai materi mengenai
Kebiasaan Makan Masyarakat Palembang sesuai dengan materi yang telah diberikan dan
diuraikan secara ringkas dalam Bab ini. Adapun soal essay dikerjakan pada document yang di
pdf kan dengan maksimal jawaban per soal sebanyak 400 kata.
Selamat mengerjakan.
1. Apa yang dimaksud dengan hidangan “meminum” ? Jelaskan !
2. Mengapa makanan Tekwan masuk ke dalam hidangan “meminum” ? Jelaskan !
3. Jelaskan asal pemberian nama makanan pada hidangan lenggang ?
4. Apakah yang membedakan mie celor Palembang dengan mie soba dari Jepang ?
5. Mengapa maksubah pada saat dulu hanya bisa dimakan oleh golongan orang-
orang kesultanan ?
43
DAFTAR PUSTAKA
Febrina, R. D. (2021). Menu. Scribd.Com. https://www.scribd.com/doc/96485351/Menu
Nasugy, S. (2021). Pengertian Konsep Secara Umum. Scribd.Com.
https://www.scribd.com/document/435514586/Pengertian-Konsep-Secara-Umum
Panji, K. A. ., & Leni, M. (2021). MAKAN IDANGAN (I. Syafrida (ed.); Cetakan 1). CV.
AMANAH.
Purwanti, S., Si, M., & Pd, K. K. M. (2017). Menu Kontinental.
Widyastuti, N. (2016). Manajemen Pelayanan Makanan. Manajemen Pelayanan Makanan,
53(9).
Wawancara dengan Ibu Nayla Madinah Pemilik warung Sarapan Pagi Madina, 07 September
2021 di Palembang.
Wawancara dengan Bapak Syech Ainul Yakin Pemilik warung Pempek dan Makanan Khas
Palembang Sera-sera, 13 September 2021 di Palembang.
44
BAB V
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM KEBIASAAN MAKAN
MASYARAKAT PALEMBANG
45
Kearifan lokal disuatu daerah memiliki kandungan nilai-nilai yang baik bersumber
dari norma-norma seperti nilai agama, adat istiadat, budaya setempat, dan petuah atau
nasihat nenek moyang yang terbentuk secara alamiah dalam suatu komunitas (Sholeh, 2021).
Membahas mengenai kearifan lokal terdapat suatu yang cukup penting menunjang dan
mendukung suatu kearifan lokal atau budaya setempat yakni kuliner atau makanan khas
daerah.
Kuliner menjadi salah satu faktor penting karena memiliki ciri khas tersendiri mulai
dari rasa, bentuk, olahan, bahan dan cara membuatnya. Begitupun juga dengan Terdapat
nilai-nilai penting yang terkandung didalam pola kebiaasaan makan masyarakat yang
memiliki pembagian waktu tertentu ketika menyantap makanan dan sebuah hidangan yang
tersaji, hal tersebut dikarenakan menyantap makanan di waktu yang telah ditetapkan
merupakan suatu kebiasaan yang sudah diterapkan dari dulu mulai dari awal hingga turun
menurun sampai saat ini tanpa menghilangkan norma-norma yang berlaku di setiap suatu
hidangan makanan, maka dari itu pada hidangan-hidangan yang disajikan memiliki beberapa
nilai yakni, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai kekeluargaan dan nilai historis.
A. Nilai Agama
Masyarakat di era saat ini memegang teknologi informasi dengan cepat dan mudah
hal tersebut dijadikan piranti pada hampir semua aktifitas sosial sehari-hari. Meski
demikian, tradisi sosial keagamaan berbasis kebudayaan tetap dijalankan sebagaimana di
masa lalu. Hal ini membuktikan, tradisi keberagamaan di masa kini banyak yang tidak
bertentangan dengan agama. Sejarah membuktikan, para ulama Islam di zaman dahulu
telah melakukan pribumisasi Islam, yang artinya, mereka memastikan bahwa ada model-
model budaya yang bisa tetap dijalankan dengan tetap memegang teguh prinsip nilai-
nilai keagamaan (Jailani & Rachman, 2020).
Adapun nilai keagamaan pada hidangan Bubur Asyuro yang dapat di santap ketika 10
muharam atau hari Asyura diperingati sebagai hari kebaikan bagi langit, bumi, matahari,
bulan, dan alam semesta tercipta. Memiliki nilai tersendiri, hal yang dapat dipetik ialah
sebagai umat muslim kita dapat mengingat perjuangan Rasulluloh yakni Nabi Muhammad
SAW dan mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT atas berkat kebaikan hidup di alam
semesta ini.
46
Santapan kedua yakni, Ragit yang di santap pada upacara beratib saman ialah upacara
menutup seluruh rangkaian acara perkawinan Palembang dan acara syukuran cukur bayi yang
baru lahir. Makna yang terkandung didalamnya ialah bersyukur, atas sebuah kelancaran,
kehadiran, ketenangan dalam memulai kehidupan didunia dan menjalaninya.
Selanjutnya hidangan ketiga adalah Srikayo yang merupakan hidangan manis yang
beraneka ragam makanan lezat dari Palembang yang muncul karena adanya pengaruh budaya
masyarakat setempat yang memuliakan tamu. Pada masa silam, Kota Palembang tempat
keberadaan Kesultanan Palembang, menjalankan kehidupan sosial masyarakat berdasarkan
nilai-nilai Islami. Dalam Islam, tamu merupakan sosok yang harus dihormati dan dimuliakan.
Selain mematuhi ajaran agama, kehadiran tamu juga dinyakini bakal mendatangkan rejeki
dan membangun silaturahmi antar-umat.
B. Nilai Sosial
Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Selain itu, nilai sosial juga
berfungsi sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai
sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok masyarakat.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (control) perilaku manusia dengan daya
tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya
(Wirawan, 2012).
Makanan tekwan memiliki nilai sosial yang cukup tinggi, dikarenanakan nama
makanan ini ialah sebuah singkatan “bekotek samo kawan” yang artinya berbincang bersama
teman. Selain itu, makanan ini juga sering ditemui di beberapa warung pinggiran yang mudah
untuk ditemui didaerah Palembang sehingga ketika sedang berkumpul dan ingin mencari
makanan masyarakat membeli bahkan membuat sendiri makanan ini.
C. Nilai Budaya
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya
mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Jadi,
47
kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara berlaku,
kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas
untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu (Siregar, 2002).
Hidangan yang memiliki nilai budaya yaitu Nasi minyak karena memiliki aturan
dalam menyantap nasi minyak ialah harus memakan nanas setelahnya, hal ini dipercayai
untuk mencegah berbagai penyakit.
Pada hidangan kedua yakni Apem Banyu sebagai makanan pengiring doa dan sedekah
bagi arwah yang sudah meninggal biasanya ditemui setelah penutupan tahlilan. Masyarakat
sekitar mempercayai keberadaanya diakui dapat membantu orang meninggal agar terhindar
dari api neraka.
Makanan ketiga ialah Wajik, seperti simbol makanan wajik yang serat akan makna
dimana makanan wajik ini adalah salah satu simbol tradisi disetiap pernikahan yang terjadi di
daerah Palembang dianggap penting dan pada saat dahulu wajib ada disetiap pernikahan yang
mana bahwasannya dari pihak mempelai laki-laki ini menerima pengantin perempuan dengan
rasa hormat dan dihargai dengan diadakannya makanan wajik tersebut.
D. Nilai Kekeluargaan
Nilai kekeluargaan adalah sebuah sistem sikap serta kepercayaan yang secara sadar
ataupun tidak dapat mempersatukan anggota keluarga pada suatu budaya. Adapun nilai
keluarga yang harus diterapkan ialah makna sikap baik, hormat dan patuh saat menjalani
kehidupan sehari-hari, karena cerminan perilaku baik hadir dari sikap yang baik dari kelurga
(Sumardi, 2021).
Maksubah merupakan makananyang memiliki nilai kekeluargaan dan erat kaitannya
dengan silahturahmi, hal tersebut dikarenakan makanan ini dibuat untuk acara-acara seperti
sebagai makanan hantaran dari anak ke orang tua atau mertua ketika berkunjung, makanan
yang disajikan kepada tamu kehormatan, dan pada pesta dan kegiatan resmi lainnya.
48
E. Nilai Historis
Kearifan lokal merupakan wujud dalam kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
memiliki pemahaman yang sama mengenai sesuatu, baik dalam bentuk material maupun
nilai/gagasan. Bagaimanapun nilai historis dari makanan tradisional merupakan bagian dari
kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari tradisi masyarakat itu sendiri. Makanan
merupakan salah satu simbol dari adat budaya masyarakat setempat, dan menempatkan ia
sebagai bagian dari bentuk tradisi yang dapat menyeimbangkan harmonisasi kehidupan masa
lalu dan masa kini (Hatibie & Priyambodo, 2019).
Kota Palembang dikenal sebagai kota Pempek hal tersebut memiliki latar belakang
sejarah yang cukup panjang, mulai dari asal nama pempek, siapa yang membuatnya dan
menjual pempek pada saat itu, serta pempek itu sendiri memiliki simbol dan makna sebagai
tradisi dan adat kebiasaan, pempek salah satu kuliner lokal yang dapat dijadikan tanda dan
ikon masyarakat Palembang serta dapat menjadi media komunikasi pengenalan identitas dan
budaya daerah.
49
F. Rangkuman
Kuliner menjadi salah satu faktor penting karena memiliki ciri khas tersendiri mulai
dari rasa, bentuk, olahan, bahan dan cara membuatnya. Terdapat nilai yang terkandung dalam
setiap makanan khas Palembang antara lain; Pertama, nilai agama pada hidangan Bubur
Asyuro yang dapat di santap ketika 10 muharam atau hari Asyura dan Ragit yang di santap
pada upacara beratib saman. Kedua nilai sosial pada makanan tekwan memiliki nilai sosial
yang cukup tinggi, dikarenanakan nama makanan ini ialah sebuah singkatan “bekotek samo
kawan” yang artinya berbincang bersama teman.
Ketiga nilai budaya Nasi minyak karena memiliki aturan dalam menyantap nasi
minyak dan Apem Banyu sebagai makanan pengiring doa dan sedekah bagi arwah yang
sudah meninggal biasanya ditemui setelah penutupan tahlilan serta makanan wajik salah satu
simbol tradisi disetiap pernikahan. Keempat nilai kekeluargaan pada makanan Maksubah
yang erat kaitannya dengan silahturahmi dan yang terakhir nilai historis makanan pempek hal
tersebut karena pempek memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang, mulai dari asal
nama pempek, siapa yang membuatnya dan menjual pempek pada saat itu.
50
G. Glosarium
Pribumisasi Islam : Mengacu pada proses terjadinya nilai-nilai Islam pada suatu
komunitas warga atau bangsa, tepatnya bangsa non-Arab
Dipetik : Bentuk pasif dari memetik
Solidaritas : Berhubungan dengan sifat satu rasa, senasib, dan perasaan
setia kawan.
Pengawas : Sebutan untuk jabatan yang bertugas menjadi seorang
pengarah atau mengarahkan
Mempelai : Sebutan untuk orang yang sedang melangsungkan pernikahan
51
H. Latihan
Berikut ini terdapat beberapa butir soal latihan yang perlu mahasiswa kerjakan,
dengan tujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami dan menguasai materi mengenai
Kebiasaan Makan Masyarakat Palembang sesuai dengan materi yang telah diberikan dan
diuraikan secara ringkas dalam Bab ini. Adapun soal essay dikerjakan pada document yang di
pdf kan dengan maksimal jawaban per soal sebanyak 400 kata.
Selamat mengerjakan.
1. Hidangan apa saja yang termasuk didalam nilai keagamaan ?
2. Mengapa makanan Tekwan termasuk didalam nilai sosial ? Jelaskan !
3. Apem banyu menjadi makanan yang memiliki nilai budaya. Mengapa demikian,
apakah makna kebudayaan yang terdapat di dalam makanan Apem banyu ?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan nilai kekeluargaan ?
5. Jelaskan nilai historis pada makanan pempek !
52
DAFTAR PUSTAKA
Hatibie, I. K., & Priyambodo, T. K. (2019). Nilai Historis Pada Makanan Tradisional Tiliaya
Dalam Konteks Kebudayaan Gorontalo. TULIP (Tulisan Ilmiah Pariwisata), 2(1), 29–
42.
Jailani, A. K., & Rachman, R. F. (2020). KAJIAN SEMIOTIK BUDAYA MASYARAKAT:
Nilai Keislaman dalam Tradisi Ter-ater di Lumajang. MUHARRIK: Jurnal Dakwah Dan
Sosial, 3(02), 125–137. https://doi.org/10.37680/muharrik.v3i02.460
Sholeh, A. R. (2021). ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
KEARIFAN LOKAL SADRANAN DI BOYOLALI. Mahaguru: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 1(1), 1–10.
Siregar, L. (2002). ANTROPOLOGI DAN KONSEP KEBUDAYAAN. Jurnal Antropologi
Papua, 1(1), 1–12.
Sumardi, A. ade. (2021). NILAI-NILAI KEKELUARGAAN DALAM TRADISI
LIWETAN. Researchgate.https://www.researchgate.net/publication/349821861_NILAI-
NILAI_KEKELUARGAAN_DALAM_TRADISI_LIWETAN
Wirawan, D. (2012). Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial,
dan perilaku sosial. Kencana.
53
PENUTUP
54
TENTANG PENULIS
Ria Resti Oktaviani
Lahir di Prabumulih, Sumatera Selatan pada 27
Oktober 2000 merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Akrab dipanggil Ria, dengan nama
lengkap Ria Resti Oktaviani.
Riwayat pendidikan diawalai dengan masuk SD
Negeri 67 Prabumulih tahun 2007, kemudian di tahun
2012 masuk SMP 11 Prabumulih, pada tahun 2015
masuk SMA Negeri 1 Prabumulih, selanjutnya
menempuh Perguruan Tinggi Negeri di Universitas
Sriwijaya Program Studi Pendidikan Sejarah yang
masuk pada tahun 2018.
Saat ini penulis sedang menempuh semester akhir di Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Sriwijaya Program Studi Pendidikan Sejarah yang dimana mengangkat Skripsi
Pengembangan Bahan Ajar Digital Berbasis Anyflip Pada Materi Kebiasaan Makan
Masyarakat Palembang Untuk Mendukung Pembelajaran Online Mata Kuliah Kearifan Lokal
Sumatera Selatan.
55
Dr. Syarifuddin M.pd
Kiagus Syarifuddin dilahirkan di Kota Lahat,
Sumatera Selatan, tanggal 30 November 1984,
Menyelesaikan pendidikan SD Santo Yosef tamat tahun
1996; SMP Santo Yosef Lahat tamat tahun 1999; dan SMU
Santo Yosef Lahat tamat tahun 2002. Setelah menyelesaikan
Sekolah Menengah Umum, ia melanjutkan pendidikan S1
pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sriwijaya, diwisuda pada Desember 2006 dengan predikat Cumlaude
dan merupakan wisudawan S1 dengan IPK tertinggi peringkat pertama di FKIP dan di
Universitas Sriwijaya. Kemudian, tahun 2007 melanjutkan Program Magister pada Program
Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, dan tahun 2009
menyelesaikan pendidikan S2. Tahun 2014 terdaftar sebagai mahasiswa S3 pada Program
Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Ia merupakan penerima Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) dari Kementerian Riset dan Pendidikan
Tinggi pada Tahun 2014.
Sejak Tahun tahun 2010 diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pusat di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai dosen tetap pada Program
Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya. Saat ini memiliki jabatan fungsional Lektor dan
Golongan III-c. Selain sebagai dosen tetap, ia pernah mengamalkan ilmunya sebagai guru
honorer di MAN 1 Sakatiga, guru di SMK Negeri 1 Tulang Bawang Tengah, dan tentor di
Bimbingan Belajar Nurul Fikri Palembang dan Jakarta. Saat ini ia merupakan Koordinator
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya dan juga merupakan pembimbing
Skirpsi.
56
BAHAN AJAR DIGITAL
Bahan ajar dimaknai sebagai salah satu unsur yang mampu mempengaruhi proses pembelajaran.
Jika bahan ajar yang digunakan baik maka proses pembelajaran yang dilaksanakan juga akan
berjalan dengan baik Penggunaan bahan ajar sangatlah membantu pendidik dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik dalam aktivitas pembelajaran. Pendidik dan peserta
didik sangat kesulitan apabila tidak adanya bahan ajar, karena bahan ajar mengandung pesan
pembelajaran yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan efektivitas pembelajaran (Perwitasari
et al., 2018).
Sedangkan bahan ajar digital adalah suatu materi yang diintergrasikan dengan perangkat digital
atau teknologi internet, Bahan ajar digital mampu memudahkan peserta didik memahami materi
pembelajaran karena, bahan ajar digital menyajikan beberapa jenis media (teks, gambar, audio,
animasi, dan video), sertamemberikan kebebasan bagi peserta didik untuk berkomunikasi secara
langsung dengan materi pada bahan ajar