The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by alyaamtz26, 2021-03-31 04:40:12

Pemerintahan SBY

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

NAMA : ALYA FADHILAH MUMTAZ
ABSEN : 03
KELAS :XII IPS 3

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. Dr. (HC). H. Susilo Bambang Yudhoyono,
M.A., GCB., AC.(lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 71
tahun) adalah Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014.Ia
adalah Presiden pertama di Indonesia yang dipilih melalui jalur pemilu. Ia, bersama Wakil
Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004.[1][2] Ia berhasil melanjutkan
pemerintahannya untuk periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini
bersama Wakil Presiden Boediono. Sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan
Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih
kembali untuk periode kedua.

Yudhoyono yang dipanggil "Sus" oleh orangtuanya dan populer dengan panggilan "SBY",[3] melewatkan
sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer
ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier militernya terhenti ketika ia diangkat
Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999, dan tampil
sebagai salah seorang pendiri Partai Demokrat.[4] Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah
Jenderal TNI sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan
suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih
melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amendemen UUD
1945.

LATAR BELAKANG DAN KELUARGA

Ia lahir di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari pasangan Raden Soekotjo
dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan
trah Hamengkubuwana II.[5] Ketika masih berusia remaja, ia pernah tercatat sebagai salah satu anggota
GSNI (Gerakan Siswa Nasional Indonesia), salah satu organisasi underbow PNI yang setara
dengan PII (Pelajar Islam Indonesia) Masyumi.[6]

Seperti ayahnya, ia pun berkecimpung di dunia kemiliteran. Selain tinggal di
kediaman keluarga di Bogor (Jawa Barat), SBY juga tinggal di Istana Merdeka, Jakarta. Susilo Bambang
Yudhoyono menikah dengan Kristiani Herawati yang merupakan putri
ketiga Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhi Wibowo (alm). Komandan militer Jenderal Sarwo Edhi
Wibowo turut membantu menumpas PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965.
Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai dua anak lelaki, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (lahir 1978)
dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lahir 1980).

Agus adalah lulusan dari SMA Taruna Nusantara tahun 1997, dan Akademi Militer Indonesia tahun 2000.
Seperti ayahnya, ia juga mendapatkan penghargaan Adhi Mekayasa dan seorang prajurit dengan pangkat
Letnan Satu TNI Angkatan Darat yang bertugas di sebuah batalion infantri di Bandung, Jawa Barat. Agus
menikah dengan Anissa Larasati Pohan, seorang aktris yang juga anak dari mantan Deputi Gubernur Bank
Indonesia, Aulia Pohan. Sejak pertengahan 2005, Agus menjalani pendidikan untuk
gelar magister di Institute of Defense and Strategic Studies, Singapura. Anak yang bungsu, Edhie Baskoro
lulus dengan gelar ganda dalam Financial Commerce dan Electrical Commerce tahun 2005 dari Curtin
University of Technology di Perth, Australia Barat.

KEBIJAKAN

1. Meningkatkan Komoditi Ekspor
2. Menyelesaikan Masalah GAM di Aceh
3. Pelunasan Utang Terhadap IMF
4. Menaikkan Harga BBM
5. Alokasi Dana

KELEBIHAN

 Pemberantasan Korupsi Begitu Digalakkan
 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Yang Bagus
 Stabilitas Politik Benar-Benar Terjaga

KEKURANGAN

 Ketimpangan melebar gini rasio naik 0,5
 Deindustrilisasi dengan rendahnya kontribusi sektor industri terhadap PDB
 Neraca perdagangan dari surplus US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar


Click to View FlipBook Version