STUDI KASUS
Albrecht et al. (2010) juga menggunakan teori fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan
namunhasilnya mengidentifikasi situasi yang berbeda yaitu adanya hubungan keluarga yang kuat di
dalam perusahaan. Hal ini disebabkan adanya faktor peran yang besar terkait dengan tekanan dan
kesempatan. Kesemua ini dilakukan pada perusahaan Chaebol di Korea. Kecurangan laporan keuangan
seringkali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap
tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan
tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Dengan demikian, penulis akan melakukan
penelitian sejenis berdasarkan penelitian sebelumnya dengan menggunakan proksi manajemen laba
(earning management) yang dapat mengukur kecurangan laporan keuangan. Hal ini didukung dari
penelitian Rezaee (2002) yang berpendapat bahwa kecurangan laporan keuangan berkaitan erat dengan
tindakan manipulasi laba yang dilakukan manajemen.Untuk mengembangkan sejauh mana faktor resiko
kecurangan dalam laporan keuangan dan untuk mengukur seberapa besar tindakan yang dilakukan
perusahaan dalam melakukan kecurangan, telah dilakukan penelitian melalui skripsi ini dengan tujuan –
apakah melalui tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi kecurangan dapat mendeteksi adanya
kecurangan yang tersaji di dalam laporan keuangan. Melalui perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, telah dilakukan penelitian ini dengan menggunakan beberapa proksi dalam fraud
triangle seperti Financial Stability, External Pressure, Personal Financial Need, Financial Target, Nature
Industri, Ineffective Monitoring, dan Auditor Switch. dirumuskan dalam beberapa hal yang tentunya
berpedoman pada hipotesis yang akan digunakan dalam langkah penelitian. Untuk mempersempit
pembahasan, penelitian ini digunakan beberapa rumusan masalah yang didasarkan pada Standar Audit
(SA) No. 240 dengan rincian sebagai berikut:
1) Stabilitas atau profitabilitas keuangan terancam oleh kondisi ekonomi
(Financial Stability),
2) Tekanan yang eksesif dari pihak ketiga (External Pressure),
3) Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi keuangan personal
manajemen atas tata kelola terancam oleh kinerja keuangan entitas (Personal
Financial Need),
4) Tekanan yang eksesif untuk memenuhi target keuangan (Financial Target),
5) Sifat industri yang menyediakan peluang untuk terlibat dalam penyusunan
pelaporan keuangan,
6) Pemantauan manajemen tidak efektif (Ineffective Monitoring), dan
7) Pergantian auditor untuk mengurangi kemungkinana terdeteksinya kecurangan
laporan keuangan (Auditor Switch).
Halaman 47
STUDI KASUS
Kesempatan (opportunity) diproksikan dengan nature of industri, dan ineffective monitoring.
Rasionalisasi (rationalization) yang diproksikan dengan auditor switch. Untuk mengukur
tingkat kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan, penelitian ini membatasinya
dengan menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
tahun terbit 2012 sampai dengan 2016.
A. Teori Pustaka
Teori agensi (agency theory) merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk memahami konsep
corporate goverence. Jensen dan Meckling (dikutip oleh Rachmawati, 2014) mendefinisikan teori agensi
sebagai sebuah kontrak di mana satu atau lebih pemegang saham (principal) melibatkan manajemen
(agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka. Manajemen adalah pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham dan agen akan selalu bertindak
yang terbaik bagi kepentingan pemegang saham. Teori Agensi menunjukkan pentingnya pemisahan
fungsi antara manajemen dengan pemilik yang bertujuan untuk menciptakan kondisi ekonomi yang
efisiensi dan efektivitas. Namun manajemen dan pemegang saham memiliki tujuan yang saling
berlawanan. Agen atau manajemen menghendaki kinerja dalam bentuk laba yang tinggi. Sedangkan
principle (pemilik perusahaan) menghendaki laba yang besar supaya saham yang ditanamkan cepat
kembali sebaliknya agen menginginkan bonus yang tidak kalah besarnya dengan keinginan principle.
Setiap individu baik itu manajeman maupun pemegang saham merupakan manusia yang memiliki sifat
dasar yang sama namun memiliki tujuan yang berbeda. Eisenhardt dikutip oleh Hutomo, (2012) membagi
tiga jenis asumsi sifat dasar manusia menjelaskan tentang teori agensi sebagai berikut.
1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
3) Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia bahwa manajer yang juga sebagai manusia kemungkinan besar
akan bertindak menggunakan sifat opportunistic. Maksud dari sifat opportunistic adalah manajer akan
lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain (investor). Manajer
yang juga bagian dari Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri untuk mendapatkan bonus
dari perusahaan dengan berbagai cara antara lain memanipulasi angka-angka dalam laporan keuangan.
Perbedaan kepentingan antara manajeman perusahaan dan pemegang saham dapat memicu adanya
konflik. Konflik kepentingan yang terjadi dapat memunculkan asimetri informasi diantara kedua belah
pihak. Manajemen ditugaskan oleh pemegang saham untuk menjalankan bisnis perusahaan. Sehingga
manajemen yang merupakan pihak internal ini memiliki informasi lebih banyak mengenai perusahaan
dan memiliki tanggung jawab dalam menentukan masa depan perusahaan. Hal ini dapat dimanfaatkan
manajemen karena dengan mendapatkan informasi bisnis yang lebih banyak dapat menjadi peluang
bagi pihak manajemen. Informasi yang dianggap manaejer tidak perlu diketahui oleh pemegang saham
dapat disembunyikan dan tidak disampaikan. Selain itu, tingginya kompensasi yang diharapakan
manajemen menimbulkan hal untuk melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kompensasi tersebut.
Sehingga manajemen dapat melakukan manajemen laba maupun rekayasa laporan keungan. Hal inilah
menjadi celah bagi manajemen untuk melakukan tindakan kecurangan.
Halaman 48
STUDI KASUS
B. Fraud
Fraud secara sederhana diartikan sebagai kecurangan. Secara umum fraud diartikan sebagai tindak
kecurangan atau penipuan secara sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok dan
berdampak menyesatkan orang lain. Standar Audit (SA) No. 240 mendefinisikan fraud sebagai suatu
tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk
memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Faktor risiko kecurangan
menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang
untuk melakukan kecurangan. Earnest and young (dikutip oleh Nabila, 2013) menerangkan bahwa
menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan (fraud) adalah tindakan penipuan
atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut
dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain.
Razaee dalam Rahmanti (2013) mendefinisikan fraud sebagai tindakan melawan hukum, penipuan
berencana, dan bermakna ketidakjujuran. Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak
pidana kerah putih (white collar crime) meliputi pencurian, penggelapan asset, penggelapan informasi,
penggelapan kewajiban, penghilangan atau penyembunyian fakta, rekayasa fakta termasuk korupsi.
Sementara Albrecht dalam Rachmanti (2013) mendefinisikan fraud sebagai representasi tentang fakta
material yang palsu dan sengaja atau ceroboh sehingga diyakini dan ditindaklanjuti oleh korban. Dalam
bahasa aslinya fraud meliputi berbagai tindakan melawan hukum. Bersumber dari beberapa definisi atau
pengertian kecurangan (fraud) di atas, maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan
dapat dilihat dari beberapa kategori kecurangan. The ACFE membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga)
jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan yaitu:
1) Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation); Asset misappropriation meliputi
penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Hal ini merupakan bentuk fraud
yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).
2) Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement); Fraudulent statement meliputi
tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk
menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya melalui tindakan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangan. Tindakan ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan
yang dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
3) Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan
pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-
negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola
yang baik sehingga factor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat
dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungannya (simbiosis mutualisma).
Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest),
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara
ekonomi (economic extortion).
Halaman 49
STUDI KASUS
C. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Report)
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan
Bersertifikat, kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor.
Kecurangan ini dapat bersifat finansial maupun non finansial. Standar Audit (SA) No. 240 memaparkan
bahwa pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup kesalahan penyajian yang
disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk
mempengaruhi persepsi para pengguna laporan keuangan. Hal ini dapat disebabkan usaha manajemen
untuk mengelola laba dengan tujuan mengelabui para pengguna laporan keuangan dengan
mempengaruhi persepsi mereka terhadap kinerja dan profitabilitas entitas. Pengelolaan laba seperti itu
dapat dimulai dari tindakan-tindakan kecil atau penyesuaian asumsi yang tidak tepat dan perubahan
pertimbangan oleh manajemen. Tekanan dan insentif dapat menyebabkan tindakan-tindakan ini
meningkat sampai pada tahap terjadinya pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.
Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi
pendukung yang menjadi dasar penyusunan laporan keuangan.
2) Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan
lainnya dalam laporan keuangan.
3) Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi,
penyajian, atau pengungkapan.
Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan sering kali mengabaikan pengendalian oleh
manajemen walaupun pengendalian tersebut tampak beroperasi dengan efektif. Kecurangan dapat
dilakukan melalui pengabaian pengendalian oleh manajemen dengan beberapa teknik sebagai berikut:
1) Mencatat jurnal fiktif, terutama menjelang akhir periode akuntansi, untuk memanipulasi hasil operasi
atau untuk mencapai tujuan lainnya.
2) Menyesuaikan asumsi secara tidak tepat dan mengubah pertimbangan yang telah digunakan untuk
mengestimasi saldo akun.
3) Menghilangkan, mengakui lebih dahulu atau menunda pengakuan di dalam laporan keuangan atas
peristiwa dan transaksi yang telah terjadi selama periode pelaporan.
4) Menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan, fakta yang dapat mempengaruhi suatu jumlah yang
tercatat dalam laporan keuangan.
5) Menggunakan transaksi yang kompleks yang disusun untuk menyajikan posisi atau kinerja keuangan
entitas yang salah.
6) Mengubah catatan dan ketentuan yang terkait dengan transaksi signifikan dan tidak biasa
Halaman 50
STUDI KASUS
D. Fraud Triangle
Dasawarsa terakhir telah terjadi sejumlah praktik kecurangan atas laporan keuangan Cressey (dalam
Skousen et al., 2009) menyatakan bahwa ada tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Ketiga kondisi itu disebut dengan fraud triangle yang terdiri dari tekanan (pressure),
kesempatan (opportun ity), dan rasionalisasi (rationalization).
Di bawah ini merupakan faktor-faktor risiko yang terkait dengan kesalahan penyajian yang diakibatkan
oleh pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.
Insentif/Tekanan (Pressure)
Tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan. Tekanan dapat terjadi
saat manajemen sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Manajemen akan
mencari cara agar mendapatkan bonus akhir tahun yang besar, sehingga tidak jarang manajemen
memanipulasi laba untuk mendapatkan pendapatan. Menurut Standar Audit (SA) No.240, terdapat empat
kondisi yang umum terjadi pada tekanan yang mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah
financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.
1) Financial Stability Stabilitas atau profitabilitas keuangan terancam oleh kondisi ekonomi, industri, atau
operasi entitas, seperti (atau seperti diindikasikan oleh):
a. Ketatnya kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan penurunan margin.
b. Tingginya kerentanan terhadap perubahan yang pesat, seperti perubahan dalam teknologi, keusangan
produk, atau tingkat bunga.
c. Penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan peningkatan kegagalan bisnis, baik dalam
industri maupun ekonomi secara keseluruhan.
d. Kerugian operasi menjadi ancaman terjadinya kebangkrutan, penyitaan, atau pengambilalihan dengan
menggunakan tekanan dalam waktu dekat.
e. Arus kas negatif dari operasi yang berulang atau ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari
operasi sementara entitas masih melaporkan laba dan pertumbuhan laba.
f. Pertumbuhan profitabilitas yang pesat atau tidak biasa, terutama bila dibandingkan dengan entitas lain
dalam industri yang sama.
g. Ketentuan akuntansi atau peraturan perundang-undangan yang baru.
2) External Pressure Tekanan yang eksesif terhadap manajemen untuk memenuhi ketentuan atau
ekspektasi pihak ketiga yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
a. Ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analis investasi, investor institusional, kreditur signifikan,
atau pihak eksternal lainnya (terutama ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak realistis), termasuk
ekspektasi yang diciptakan oleh manajemen dalam, sebagai contoh, pesan yang disampaikan dalam
siaran pers atau laporan tahunan yang terlalu optimis. 14
b. Kebutuhan untuk memperoleh pembiayaan hutang atau ekuitas tambahan agar tetap kompetitif,
termasuk pembiayaan untuk riset dan pengembangan atau pengeluaran modal yang besar;
Halaman 51
STUDI KASUS
c. Kemampuan marginal untuk memenuhi ketentuan di pasar modal atau ketentuan pembayaran
kembali hutang atau persyaratan perjanjian hutang;
d. Efek yang terlihat atau nyata dari melaporkan kinerja keuangan yang buruk atas transaksi yang belum
terselesaikan yang signifikan, seperti penggabungan bisnis atau penandatanganan kontrak.
3) Personal Financial Need Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi keuangan personal
manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terancam oleh kinerja keuangan entitas,
yang disebabkan oleh adanya hal-hal sebagai berikut:
a. Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.
b. Bagian yang signifikan dari kompensasi mereka (sebagai contoh, bonus, opsi saham, dan pengaturan
earn-out) tergantung dari pencapaian target yang agresif atas harga saham, hasil operasi, posisi
keuangan, atau arus kas.
c. Jaminan personal atas hutang entitas.
4) Financial Target Terdapat tekanan yang eksesif terhadap manajemen atau personel operasi untuk
memenuhi target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
termasuk target insentif penjualan atau profitabilitas.
Peluang (Opportunity)
Kesempatan adalah peluang yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Kesempatan dapat terjadi
karena lemahnya pengendalian internal suatu organisasi sehingga manajemen bisa melakukan
manipulasi transaksi tertentu. Adanya rangkap jabatan harus dihindari karena seseorang akan memiliki
akses bebas atas beberapa fungsi. Menurut SAS No. 99 terdapat tiga kondisi yang umum terjadi pada
kesempatan yang mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah nature of industry, ineffective
monitoring, dan organizational structure.
1) Nature of Industri Sifat industri atau operasi entitas menyediakan peluang untuk terlibat dalam
penyusunan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
a. Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak dilakukan dalam kondisi dan ketentuan
bisnis normal atau dengan entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit oleh KAP lain.
b. Kondisi atau kemampuan keuangan yang kuat untuk mendominasi suatu sektor industri tertentu yang
memungkinkan entitas untuk mendikte kondisi atau persyaratan kepada pemasok atau pelanggan, yang
dapat mengakibatkan transaksi yang tidak semestinya atau transaksi yang tidak dilakukan dengan pihak
yang tidak berelasi.
c. Aset, liabilitas, pendapatan, atau biaya yang didasarkan pada estimasi signifikan yang melibatkan
pertimbangan subjektif atau ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang disajikan.
d. Transaksi yang signifikan, tidak biasa, atau mengandung kompleksitas yang tinggi, terutama yang
terjadi menjelang akhir periode pelaporan,
e. Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas internasional dalam yurisdiksi yang
memiliki perbedaan lingkungan dan budaya bisnis.
f. Penggunaan perantara bisnis yang tampaknya tidak dilandasi oleh justifikasi bisnis yang jelas.
Halaman 52
STUDI KASUS
g. Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang signifikan di yurisdiksi yang
merupakan tax-haven yang tampaknya tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas.
2) Ineffective Monitoring Pemantauan manajemen tidak efektif yang diakibatkan oleh dari hal-hal berikut:
a. Dominasi manajemen oleh seseorang atau suatu kelompok kecil (dalam bisnis yang tidak dikelola oleh
pemilik) tanpa disertai oleh pengendalian pengganti;
b. Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terhadap proses pelaporan
keuangan dan pengendalian intern tidak efektif.
Sikap/Rasionalisasi (Rasionalization)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan karena pelaku mencari pembenaran
atas tindakannya. Pembenaran ini bisa terjadi saat pelaku ingin membahagiakan keluarga dan orang-
orang yang dicintainya. Pembenaran atas perilaku manajemen laba timbul disertai adanya tekanan ketika
manajemen harus bisa menghasilkan laba perusahaan yang relatif stabil dan tidak berisiko tinggi di masa
yang akan datang. Hubungan yang tegang atau canggung antara manajemen dengan auditor pengganti
atau auditor pendahulu, seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Seringnya terjadi perbedaan pendapat dengan auditor pengganti atau auditor pendahulu atas aspek
akuntansi, audit, atau pelaporan.
2) Permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, seperti pembatasan waktu yang tidak realistis
mengenai penyelesaian audit atau penerbitan laporan auditor.
3) Pembatasan akses auditor secara tidak tepat terhadap pihak atau informasi atau kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
4) Perilaku manajemen yang dominan dalam berhubungan dengan auditor, terutama yang melibatkan
usaha untuk memengaruhi ruang lingkup pekerjaan auditor, atau pemilihan atau keberlanjutan personel
yang ditugaskan atau yang diajak berkonsultasi dalam perikatan audit
E. Manajemen Laba
Manajemen laba muncul karena adanya kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk memilih
metode akuntansi tertentu sehingga dapat memanipulasi laba perusahaan yang akhirnya mendatangkan
keuntungan bagi dirinya. Dalam pelaksanaannya, Standar Akuntansi Keuangan memperbolehkan
manajer untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya dengan
akuntansi berbasis akrual. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi akrual memberikan
keunggulan karena informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya mempunyai indikasi yang
lebih baik dibandingkan informasi yang dihasilkan dari akuntansi berbasis kas.
Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi
laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan. Jumlah akrual yang tercermin
dalam penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary accruals.
Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari
aktivitas perusahaan.
Halaman 53
STUDI KASUS
Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari manajemen laba yang dilakukan
manajer. Manajemen laba dapat diukur melalui discretionary accruals yang dihitung dengan cara
menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Discretionary accruals
(DACC) merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk
melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam menghitung DACC,
digunakan Modified Jones Model. Alasan penggunaan model ini karena Modified Jones Model dapat
mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil
penelitian Dechow et al., (1996).
Manajemen laba muncul karena adanya kesempatan bagi manajemen untuk memilih metode akuntansi
yang digunakan. Metode berbasis akrual dikatakan lebih unggul daripada berbasis kas, tetapi dengan
menggunakan dasar akrual manajemen dapat memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan laba
yang diinginkan. Manajemen laba dapat diukur melalui discretionary accruals yang merupakan tingkat
akrual tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba
yang diinginkan. Model yang digunakan adalah Modified Jones Model karena metode ini dinilai lebih baik
dibandingkan model lainnya. Kecurangan laporan keuangan seringkali diawali dengan salah saji yang
dianggap tidak material tetapi kemudian tumbuh menjadi fraud besar-besaran sehingga menghasilkan
laporan keuangan yang menyesatkan secara material. Kecurangan laporan keuangan berkaitan erat
dengan tindakan manipulasi laba yang dilakukan manajemen. Sehingga dapat disimpulkan kecurangan
laporan keuangan terjadi karena adanya praktik manajemen laba yang berawal dari terdeteksinya
manipulasi laba. Dengan adanya manipulasi laba, maka terjadi praktik manajemen laba, hasilnya adalah
laporan keuangan menjadi salah saji dan menyesatkan kemudian timbulah kecurangan laporan
keuangan.
F. Hubungan Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan Keungan
Stabilitas keuangan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dari
kondisi stabil. Ketika stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri,
dan situasi entitas yang beroperasi, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement
fraud (Skousen et. al., 2009). Salah satu proksi yang digunakan dalam menentukan stabilitas keuangan
adalah tingkat pertumbuhan aset. Aset merupakan cerminan kekayaan perusahaan yang
dapatmenunjukkan outlook dari suatu perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki, maka perusahaan
itu termasuk perusahaan yang besar dan memiliki citra yang baik. Sebaliknya, apabila tingkat
pertumbuhan aset perusahaan semakin kecil atau bahkan negatif, maka hal tersebut menandakan
bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak stabil dan dianggap tidak mampu beroperasi dengan baik.
Manajemen seringkali mendapat tekanan untuk menunjukkan bahwa perusahaan itu telah mampu
mengelola aktiva dengan baik sehingga laba yang dihasilkannya pun juga banyak dan nanti pada
akhirnya akan meningkatkan bonus yang diterimanya dan akan menghasilkan return yang tinggi pula
untuk para investor. Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan Willingham (1991)
(dalam Skousen et. al., 2009) yang menunjukkan bahwa kasus di mana perusahaan mengalami
pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen mungkin untuk melakukan manipulasi laporan
keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al.,
(2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka
probabilitas dilakukannya tindak kecurangan pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin
tinggi. Selain itu penelitian Martyanta (2013) membuktikan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan
perubahan aset berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Halaman 54
STUDI KASUS
F. Hubungan Financial Stability Terhadap Kecurangan Laporan Keungan
Stabilitas keuangan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dari
kondisi stabil. Ketika stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industri,
dan situasi entitas yang beroperasi, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement
fraud (Skousen et. al., 2009). Salah satu proksi yang digunakan dalam menentukan stabilitas keuangan
adalah tingkat pertumbuhan aset. Aset merupakan cerminan kekayaan perusahaan yang
dapatmenunjukkan outlook dari suatu perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki, maka perusahaan
itu termasuk perusahaan yang besar dan memiliki citra yang baik. Sebaliknya, apabila tingkat
pertumbuhan aset perusahaan semakin kecil atau bahkan negatif, maka hal tersebut menandakan
bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak stabil dan dianggap tidak mampu beroperasi dengan baik.
Manajemen seringkali mendapat tekanan untuk menunjukkan bahwa perusahaan itu telah mampu
mengelola aktiva dengan baik sehingga laba yang dihasilkannya pun juga banyak dan nanti pada
akhirnya akan meningkatkan bonus yang diterimanya dan akan menghasilkan return yang tinggi pula
untuk para investor. Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan Willingham (1991)
(dalam Skousen et. al., 2009) yang menunjukkan bahwa kasus di mana perusahaan mengalami
pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen mungkin untuk melakukan manipulasi laporan
keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al.,
(2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka
probabilitas dilakukannya tindak kecurangan pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin
tinggi. Selain itu penelitian Martyanta (2013) membuktikan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan
perubahan aset berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
G, Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori, hasil penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis maka ada
beberapa variabel yang diidentifikasi memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan yaitu
variabel financial stability, external pressure, personal financial need, financial targets, nature of industri,
ineffective monitoring, dan auditor switch. Dalam kerangka pemikiran di bawah menjelaskan bahwa
variabel independen meliputi financial stability yang diproksikan dengan TA, external pressure yang
diproksikan dengan LEV, personal financial need yang diproksikan dengan OSHIP, financial targets yang
diproksikan dengan ROA, nature of industri yang diproksikan dengan RPT, ineffective monitoring yang
diproksikan dengan IND, dan auditor switch yang diproksikan dengan AUD berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan manajemen laba.Sehingga dapat digambarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Halaman 55
STUDI KASUS
Halaman 56
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Akuntansi adalah proses pencatatan, pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan transaksi
ekonomi dari suatu organisasi atau perusahaan yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang memerlukan informasi tersebut. Akuntansi
bertujuan untuk menyediakan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh
para manajer,pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang
saham,kreditur atau pemilik.
Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan operasi perusahaan.
Akuntansi berfungsi untuk menyediakan informasi yang bermanfaat sebagai dasar pengambilan
keputusan didalam maupun diluar perusahaan. Informasi keuangan akuntansi digunakan dalam
menggunakan analisa terhadap laporan keuangan agar diperoleh gambaran posisi keuangan dan
perkembangan usaha dari suatu perusahaan.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Informasi akuntansi biasanya digunakan oleh investor, kreditor, pemerintah, karyawan, juga manajer
atau pemimpin perusahaan. Informasi tersebut berguna bagi mereka sebagai dasar pengambilan
keputusan serta sebagai bukti pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik, di samping bukti
untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun. Dengan demikian, manfaat
akuntansi adalah untuk mendapatkan informasi keuangan perusahaan, untuk bukti
pertanggungjawaban manajemen kepada pemili dan untuk mengetahui perkembangan suatu
perusahaan.
Halaman 57
DAFTAR PUSTAKA
3https://akuntansi.sari-mutiara.ac.id/2018/10/sejarah-akuntansi/
https://www.mas-software.com/blog/pengertian-akuntansi-lengkap-menurut-ahli
https://akuntansi.uma.ac.id/2022/07/22/pengertian-dan-definisi-akuntansi-menurut-para-
ahli/
https://www.merdeka.com/jatim/tujuan-akuntansi-serta-manfaat-dan-fungsinya-menambah-
wawasan-kln.html
https://www.merdeka.com/jatim/tujuan-akuntansi-serta-manfaat-dan-fungsinya-menambah-
wawasan-kln.html
http://pengertianahlidaninfo.blogspot.com/2016/09/pengertian-kegunaan-pemakai-dan-
bidang.html
https://www.jurnal.id/id/blog/mempelajari-klasifikasi-sistem-kode-akuntansi-chart-of-
account/
https://www.gramedia.com/literasi/persamaan-dasar-akuntansi/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/14/100000969/proses-akuntansi-dan-
tujuannya
https://pendidikanakuntansi.feb.ugm.ac.id/2019/08/23/analisis-transaksi/
https://mekari.com/blog/jurnal-umum/
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-buku-besar-adalah/
https://accurate.id/akuntansi/neraca-saldo/
https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/05/090000069/jurnal-penyesuaian-
pengertian-tujuan-dan-fungsinya?page=all
https://www.gramedia.com/literasi/contoh-jurnal-penyesuaian/
https://klikpajak.id/blog/kertas-kerja-audit/
https://haloedukasi.com/kertas-kerja
https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/jurnal-penutup-pengertian-tujuan-metode-dan-
cara-
membuatnya/#:~:text=Apa%20itu%20Jurnal%20Penutup%3F,guna%20menyiapkan%20neraca%2
0akhir%20periode.
https://majoo.id/solusi/detail/jurnal-penutup
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-laporan-keuangan-contoh-dan-fungsinya/
Halaman 58