Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan Cerpen ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan Cerpen ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan
Cerpen sebagai tugas dari mata pelajaran dengan
judul ”Seribu Sakura’’.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan
cerpen ini sebaik mungkin, saya menyadari bahwa
ini semua masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata, saya berharap semoga cerpen ini
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain
ii
yang berkepentingan.Kami tentu menyadari bahwa
cerpen ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya.
iii
MOTTO
"Orang baik itu baik karena mereka
menjadi bijaksana melalui kegagalan."
- William Saroyan
iv
DAFTAR ISI
BAB 1
Ageha ................................................................................... 1
BAB 2
Nyawa ageha........................................................................ 2
BAB 3
Disekolah.............................................................................. 6
BAB 4
RYUGA YANG DIKERUBUNGI SISWI PEREMPUAN ............11
BAB 5
AGEHA DAN PAK NAKAO ...................................................12
v
BAB 1 : AGEHA
Musim ini sakura bermekran dengan indah,
Seorang perempuan terlihat sedang duduk di kursi
taman bunga central park. Parasnya yang lembut
menambah kecantikan sang gadis. Perempuan itu
duduk tepat di hadapan pohon sakura yang sedang
bermekaran.
Tapi, walaupun perempuan itu disuguhi
pemandangan bunga sakura yang indah, raut
wajahnya terlihat sedih ketika memandang kelopak
sakura yang mulai berjatuhan itu. Ekspresinya
menggambarkan kesedihan, kepedihan, dan rasa
putus asa akan sesuatu yang mungkin tak akan ada
satu orang pun yang mengerti.
Nama gadis itu adalah Ageha. Sebulan yang
lalu, dokter memvonis bahwa Ageha positif terkena
kanker hati akut dan sudah masuk stadium akhir.
Dan dia hanya menunggu sisa-sisa hidupnya
sebelum ajal menjemput. Ageha putus asa dan ingin
mengakhiri hidupnya. Tapi, berapa kali pun ia
melakukan percobaan bunuh diri. Usaha yang ia
lakukan selalu gagal oleh beberapa hal yang selalu
menghalanginya.
1
BAB 2 : NYAWA AGEHA
Suatu hari dokter menyarankan untuk
menjalani operasi, tapi kemungkinan untuk berhasil
sangatlah sedikit dan taruhannya adalah nyawa
Ageha sendiri. Ageha sangat sedih dan merasa ia
takkan bisa sembuh juga tidak akan bisa bersekolah
seperti dahulu. Dia marah kepada tuhan, Kenapa
engkau memberikanku cobaan yang sangat berat?
Aku tak ingin meninggalkan ibuku sendirian.
Kenapa engkau begitu tega memberikanku penyakit
yang sangat mengerikan ini, tuhan. Jika engkau
mencabut nyawaku, lalu ibuku bagaimana? Aku tak
mau melihat ibuku terus menangis karena
kepergianku. Batinnya. Sekarang Ageha duduk di
kursi taman central park, sembari merenungkan
nasibnya kelak dan berusaha untuk menentukan
pilihan, dioperasi atau tidak.
Dari kejauhan, terlihat seorang pemuda
berdiri memperhatikan seorang perempuan sedang
duduk dengan raut wajah sedih melalui kelopak
sakura yang berjatuhan. Ia memandang perempuan
itu dengan penuh tanya. Sedang apa gadis itu?
Batinnya. Ia mendekati perempuan tersebut,
semakin mendekat raut wajah pria itu berubah
menjadi terpesona. Ia tidak terpesona dengan paras
2
perempuan tersebut, melainkan pandangan sedih
akan gadis tersebut. Ia merasa ditarik oleh mata
sayu itu. Mata yang berwarna hitam kehijauan tajam
tersebut. Perlahan ia berjalan mendekati perempuan
itu, ketika ia mulai berada di dekatnya…
Tess… tess…Ia terkejut melihat air mata
yang mengalir dari pipi gadis itu. Ia terpana akan
tangisan yang ditahan gadis itu walaupun air
matanya tak tertahankan lagi. Ia pikir, gadis ini
mengalami hal pahit yang membuatnya sedih. Saat
itu dia seakan ingin rasa pahit gadis itu cepat sirna
dan dia ingin melihat seulas senyuman terlukis di
bibirnya.
“Kamu tak apa-apa?” Ageha menoleh, ia mendapati
sosok laki-laki rupawan yang menyodorkan sapu
tangan kepadanya sambil tersenyum lembut. Ageha
meraih sapu tangan itu dengan senyum kecil di
bibirnya.
“Aku… tidak apa-apa,” jawabnya, sembari menyeka
air matanya.
“Sedang apa kamu sendirian di sini? Dan… kenapa
kamu menangis?”
Ageha diam. Laki-laki itu menyadari
katakatanya yang sangat tidak sopan untuk
3
seseorang yang baru saja bertemu. Ia pun mulai
mencari kalimat yang dapat menghibur Ageha.
“Maaf, jika aku asal tanya. Oh iya, namaku Ryuga.
Salam kenal.” Sahut laki-laki itu dengan senyuman
lebar di bibirnya.
“Aku Ageha. Salam kenal juga.”
“Wah… nama yang indah. Hm… kupu-kupu ya…
indah sekali. Menurutku… kupu-kupu itu adalah
hewan yang cantik,”
Kening Ageha mengerut. Apa dia baru saja
menggodaku?. Batinnya.
“Oh, maaf. Jika aku berkata yang tidak-tidak. Tapi
kenapa kamu menangis sendirian di sini. Apa tidak
bahaya, di sini banyak orang mabuk, lho.”
“Tidak. Aku hanya ingin berfikir jernih saja. Lagi pula
rumahku ada di dekat sini.”
“Benarkah? Rumahku juga ada di dekat sini. Aku
baru pindah, makanya rumahku agak berantakan.
Jadi aku malas di rumah. BE-RAN-TAK-AN sekali.”
Ageha merasa geli dengan perilaku laki-laki
yang ada di hadapannya ini. Tapi ia pikir, lelaki ini
4
bukanlah orang jahat. Senyuman tersinggung dari
bibir Ageha.
“Kenapa tersenyum. Emang ada yang lucu dari
aku?”
“Tidak. Tidak ada, kok. Aku hanya heran, dari semua
orang yang melewati taman ini dari tadi.
Tidak ada satu pun yang berani menyapaku. Tapi…
aku salut dengan keberanian kamu untuk
menyapaku.”
“Yah… tidak usah sungkan-sungkan. Aku orangnya
memang seperti ini. Tidak bisa melihat seorang
perempuan menangis begitu saja.”
Ageha tersenyum.
“Makasih karena kamu sudah menghiburku. Aku
mau pulang dulu, sampai nanti,”
“Eh, kapan-kapan ketemuan lagi ya.”
Ageha meninggalkan Ryuga dengan
senyumannya. Ryuga menatap sosok Ageha yang
perlahan hilang ditelan kegelapan malam dihiasi
bulan yang indah.
5
BAB 3 : DISEKOLAH
Keesokan harinya, Ageha pergi ke sekolah
untuk menimba ilmu. Tapi, karena panyakit yang
diidapnya. Dia tak ingin turun sekolah. Tapi ibunya
memaksanya untuk tetap bersekolah dan mencari
hal yang dapat menenangkan hati dan pikirannya.
Karena tak ingin menyakiti hati ibu untuk kedua
kalinya. Akhirnya Ageha pergi ke sekolah dengan
perasaan tak enak mengganjal di hatinya.
Sesampainya di sekolah, Ageha langsung disambut
oleh kerabat baiknya dengan raut wajah simpati atas
apa yang menimpanya. Dan hal itu membuat Ageha
kesal, sangat kesal. Ia tak ingin temantemannya
menganggap bahwa ia sebentar lagi akan
meninggalkan mereka.
“Ageha, aku turut prihatin dengan keadaan
kamu.”
“Iya, aku juga. Bagaimana kalau kita pergi ke suatu
tempat di mana kita bisa menikmati masa-masa
terakhir kami denganmu.”
“Iya. Kami tidak ingin kamu pergi, Ageha” “Sudah
cukup!!!!! Aku tak ingin medengarkan omongan
kalian tentang aku akan pergi atau tidak. Kalian
seperti mengharapkan aku lekas mati! Seharusnya
6
kalian memberikanku semangat untuk hidup!
Bukan sebaliknya!” Bentaknya.
Semua murid yang ada di kelas menatap
Ageha dengan pandangan yang menusuk. Tanpa
peduli, ia berjalan melewati teman-temannya, dan
duduk di kursinya. Setelah inisiden itu, guru yang
mengajar fisika pun masuk ke dalam kelas. Ketua
kelas langsung memberikan aba-aba kepada semua
murid untuk memberi hormat.
“Berdiri,”
“Beri hormat,”
“Selamat pagi, pak.” Ucap semua murid yang ada di
dalam kelas.
“Selamat pagi. Ya, anak-anak. Hari ini kalian
mendapatkan teman baru.”
Seluruh murid mulai bergemuruh.
“Tenang… tenang! Dia adalah murid pindahan dari
Tokyo, jadi kalian semua harus membantunya
beradaptasi di lingkungan sekolah.”
“Baik pak…”
7
“Ya, bagus. Kalo begitu silahkan masuk, Suzuki.”
Lelaki muda berbadan tegap dan berbahu
bidang yang tampan masuk ke dalam kelas. Dia
adalah murid baru yang diungkit guru tadi. Ketika
laki-laki itu masuk, semua perempuan yang ada di
dalam kelas tercengang. Melihat betapa gagahnya
murid baru itu. Dan mulai bergemuruh.
“Tenang semuanya! Jangan ribut! Ya, silahkan
suzuki. Perkenalkan dirimu.” “Baik.
Perkenalkan nama saya Suzuki Ryuga. Kalian
bisa panggil saya Ryuga, mohon bantuannya.”
Ageha yang sedang memasukan buku
pelajarannya ke dalam laci. Merasa mendengar
nama yang tak asing di telinganya. Ia kemudian
menoleh ke anak baru yang berdiri di depan kelas
itu. Dan ia langsung tahu bahwa murid baru itu
adalah lelaki yang ia temui malam tadi. Tapi reaksi
Ryuga ketika melihat Ageha sangatlah dingin. Dia
hanya melihat Ageha dengan pandangan dingin dan
kembali berkonsentrasi dengan seisi kelas.
“Terima kasih. Kamu bisa duduk sekarang.”
Ryuga berjalan melalui bangku-bangku murid
lain dengan tatapan berbinar dari para gadis. Ia
8
menemukan bangku kosong di belakang Ageha, dan
ia berjalan menuju bangku kosong itu. Saat mereka
berpapasan, Ageha hanya tertunduk diam dan
mebiarkan laki-laki itu melewatinya serta duduk di
belakangnya.
Ternyata semua laki-laki sama saja. Batinnya.
Guru fisika yang sering dipanggil Nakao sensei itu
mengabsen semua murid yang ada di dalam kelas.
“Abbechi?”
“Hadir.”
“Ageha? Apa Ageha hadir?”
“Saya hadir, sensei.” Jawab Ageha.
Guru tersebut memandang Ageha yang
tertunduk diam. Sewaktu dokter memvonis bahwa ia
kena kanker hati. Ageha tidak pernah masuk
sekolah. Dan walaupun masuk sekolah, ia tidak ada
di dalam kelas. Melainkan di atas atap.
“Ageha, nanti bisa ikut saya ke kantor guru?”
“Iya, sensei.”
9
Ageha beranjak dari tempat duduknya, diikuti
pak Nakao. Tapi sebelum keluar, pak Nakao
berpesan kepada muridnya.
“Anak-anak, kalian saya tinggal sebentar. Kalian
self–study saja. Kalau begitu bapak permisi.”
“Baik, sensei.”
10
BAB 4 :
RYUGA YANG DIKERUBUNGI SISWI
PEREMPUAN
Ketika pak Nakao dan Ageha meninggalkan
ruangan kelas 3-2, seluruh murid yang ada di kelas
langsung ribut dan siswi perempuan mulai
mengerubungi Ryuga. Bertanya-tanya apa dia
punya pacar, rumahnya di mana, alamat E-mailnya
apa, serta tipe perempuan yang ia sukai. Ryuga
menanggapinya dengan santai, ia menjawab semua
pertanyaan yang di berikan oleh semua siswi
perempuan yang nge-fans dengannya. Sementara
siswa laki-laki mulai mendekati Ryuga dan
mengajaknya bergaul dan dia langsung berbaur
dengan mereka. Sebuah kalimat muncul di
pikirannya. Ternyata gadis yang kutemui malam tadi
bersekolah di sini. Aku tak menyangka itu. Tapi
melihat dari ekspresi wajahnya, sepertinya ia
terkejut dengan perlakuanku yang sangat berbeda
dari malam itu. Dasar perempuan bodoh,
perempuan memang mudah dikelabui. Batinnya.
11
BAB 5 : AGEHA DAN PAK NAKAO
Sementara itu di kantor guru. Ageha terduduk
diam dengan wajah tertunduk. Di depan Nakao
sensei terdapat tumpukan absensi dirinya yang
sudah terlalu banyak. Pak Nakao menghela nafas,
ia sangat tidak mengerti dengan muridnya ini.
“Ageha, bapak tahu dengan keadaan yang sedang
yang kau alami saat ini. Tapi hal tersebut jangan
membuatmu berhenti bersekolah.”
Ageha hanya diam, tidak mendengar kalimat yang
dikatakan pak Nakao.
“Hhh… jika kamu terus seperti ini. Bapak tidak jamin
kamu akan lulus. Kamu terlalu banyak absen. Apa
kamu ingin membuat ibumu kecewa?”
Ageha menggelengkan kepalanya. Dan berkata.
“Sensei. Menurut sensei apakah saya akan
sembuh?”
Nakao terkejut mendengar perkataan
muridnya yang tiba-tiba. Ia tahu Ageha terkena
kanker hati stadium akhir yang sukar untuk di
12
sembuhkan. Tapi jika Ageha bertanya seperti itu
membuatnya kehabisan kalimat dan terdiam.
“Apakah saya bisa mengikuti ujian negara? Dengan
keadaan yang saya yang seperti ini. Dan tidak
adanya orang yang memberikan saya semangat
untuk hidup. Apakah saya akan bertahan
menghadapi semuanya…”
“Teman baik yang dulu saya punyai selalu
mengatakan hal yang sangat saya benci. Mereka
merasa saya akan segera meninggalkan dunia ini.
Terlebih lagi, saya tentu tidak ingin mengecewakan
ibu saya dan juga tidak ingin meninggalkannya. Saat
ini saya tidak memiliki tujuan hidup dan tidak
mendapatkan semangat hidup dari orang lain…”
“Mendapatkan semangat hidup dari orang lain…
orang lain…”
Ageha meneteskan air matanya.
“Mendapatkan semangat hidup dari orang lain yang
peduli dengan saya. Dan saat ini tidak ada satu pun
orang yang peduli dengan saya. Dan saya takut,
saya takut jika ajal tersebut mendatangi saya
dengan cepat. Saya takut…”
13
Ageha mengeluarkan isi hatinya sambil
meneteskan air mata. Pak Nakao melihat muridnya
dengan pandangan iba, ia tidak menyangka Ageha
yang selalu berekspresi kuat dan tak takut dengan
penyakitnya. Ternyata sangat rapuh dan rentan.
Nakao menatap mantap muridnya.
“Maka… maka berusahalah untuk selalu hidup!”
Ageha mengangkat wajahnya, terkejut akan kalimat
yang dikatakan pak Nakao.
“Berusahalah hidup untuk ibumu. Berusahalah hidup
untukku. Berusahalah hidup untuk orang yang
menyayangimu. Berusahalah hidup untuk
dirimu sendiri. Berusahalah hidup untuk masa
depanmu…”
Pak Nakao mendekati Ageha dan bediri di
sampingnya serta memegang tangan Ageha.
“Berusahalah hidup untuk satu hal yang dapat
membuatmu kuat. Kuatlah, karena putus asa
bukanlah jalan keluar untuk sembuh dari
penyakitmu. Buanglah rasa takut yang ada di dalam
dirimu. Bapak akan selalu mendukungmu untuk
hidup, dan begitu pula ibumu. Dia tentu tidak ingin
melihat anaknya menjadi seperti ini. Maka untuk itu,
14
berusahalah hidup untuk semua orang yang peduli
dan sayang padamu.”
Ageha terdiam sejenak mendengar semangat
yang diberikan oleh pak Nakao. Tangis Ageha lepas
dalam pelukan pak Nakao yang hangat. Air mata
kesedihan yang selama ini ia tahan terlepaskan.
Yang ada hanyalah air mata kebahagiaan yang telah
diberikan oleh pak Nakao untuk dirinya.
“Sebenarnya semua nilai yang kau peroleh ketika
kau aktif. Semuanya nilai yang baik. Dengan nilai ini,
mungkin kamu akan dengan mudah diterima di SMA
bergengsi.”
Pak Nakao membolak-balik data Ageha yang ia
pegang.
“Asalkan kau aktif belajar dan selalu masuk sekolah.
Bapak yakin kamu akan lulus walaupun absensi
kamu yang banyak akan merepotkan bapak. Karena
harus berdebat dengan guru yang lain.”
“Iya, pak. Saya akan berusaha. Terima kasih atas
bantuan bapak selama ini.”
“Oh, tidak apa-apa. Kamu sudah bapak anggap
seperti anak bapak sendiri. Jadi jangan sungkan.”
15
Ageha tersenyum.
“Kalau begitu. Saya permisi dulu, pak.”
“Ageha…”
Langkah Ageha terhenti dan tidak jadi menutup pintu
ruang pak Nakao.
“Kamu harus selalu mengingat kata-kata bapak tadi.”
“Baik, pak. Saya akan selalu mengingatnya.”
Ageha meninggalkan ruangan pak Nakao. Ageha
berjalan menelusuri koridor SMP Swasta Madoka
High yang sangat panjang. Sebersit perasaan
bersalah muncul. Dari dulu cuma pak Nakao yang
selalu mensuportnya, sedangkan teman baiknya
hanya ingin bersenang-senang bersamanya. Ketika
ia sedang tertimpa masalah, temannya menghilang
tak tau kemana. Saat itu Ageha memutuskan untuk
melawan penyakit yang di deritanya. Ia tidak peduli
kapan ajal itu akan mencabut nyawanya. Dia sadar,
betapa salahnya ia menyalahkan tuhan yang
menciptakannya tanpa ada kekurangan apa pun.
Dan saat itu juga ia berfikir, bahwa penyakit yang
diberikan tuhan untuknya adalah sebuah berkah.
Berkah untuk hidup dan melawan segala rintangan
dengan tegar dan tanpa putus asa.
16
BIOGRAFI
Penulis bernama
Mohammad Fairuz Arva
Ghibran. Penulis lahir pada
tanggal 21 Juli 2006. Penulis
tinggal di Jl. Depan Makam
Pahlawan No.4, Duren Tiga,
Pancoran, Jakarta Selatan. Penulis tinggal bersama
keluarganya. Penulis pertama kali masuk sekolah
pada tahun 2012 di Sekolah Dasar (SD) melanjutkan
sekolah (SMP) negeri 155 Jakarta Selatan
kecamatan Pancoran. Kemudian lulus pada tahun
2022 dan setelah itu penulis melanjutkan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) negeri 66. Penulis
sekarang duduk di semester 1
17
PENUTUP
Sekian dari cerpen ini, bila ada salah kata atau ada
kata yang menyinggung, Kurang lebihnya minta
maaf. cerpen ini dibuat untuk menghibur para
pembaca, Terima kasih.
18