Kisah Kakek dan Leo
Karya : Zanuar Prastiwi
Terik matahari yang begitu panas membuat seorang kakek meneduh di
bawah pohon pisang. Namanya Kakek Susanto. Setiap hari Kakek Susanto
mencari kayu bakar dan dijual di pasar ke esok harinya. Kakek Susano
hidup sebatang kara, istrinya meninggal dua tahun yang lalu. Sedangkan
ankanya sudah menikah dan tidak pernah mengunjunginya lagi.
Kakek Susanto tinggal di gubug reyot yang setiap hujan atap rumah selalu
bocor. Maklum saja, atap rumahnya hanya terbuat dari daun kelapa yang
dianyam. Seperti biasa kakek pergi ke hutan untuk mencari kayu pada siang
hari. Setelah beberapa lama mencari kayu, tiba-tiba kakek mendengar suara
jeritan hewan. Kemudian ia mencari kesana-kemari tetapi tidak ketemu.
Setengah jam mencari, akhirnya kakek menemukan seekor anjing yang
kakinya terjepit diantara tumpukan kayu. Kakek bergegas untuk
menolongnya. Dengan susah payah kakek membongkar tumpukan kayu dan
mengeluarkan kaki anjing. Anjing tersebut sudah lemah tidak berdaya.
Kemudian kakek menggendong dan membawanya pulang ke rumah.
Setelah sampai rumah kakek memberi obat agar kaki anjing bisa cepat
sembuh. Setelah beberapa minggu di rawat oleh kakek, anjing tersebut bisa
sembuh dan sudah bisa berjalan. Kemudian kakek memberi nama untuk
anjing dengan nama Leo. Hari-hari kakek menyenangkan setelah kehadiran
Leo. Setiap sore, Leo menunggu kakek di teras depan sambil berlari kesana-
kemari. Terkadang jika kakek pulang terlambat, Leo menunggu sampai
ketiduran.
Seperti biasa setelah dari pasar untuk berjualan kayu bakar, kakek
melanjutkan pekerjaannya dengan pergi ke hutan pada siang hari. Tak lupa
kakek membawa gerobak dan sabit untuk mencari kayu. Siang ini lumayan
panas, dan kebetulan kayu-kayu kering di hutan begitu banyak hingga
membuat kakek kewalahan. Kayu-kayu yang sudah dikumpulkan
dimasukkan ke dalam gerobak untuk dibawa pulang. Kakek pulang dengan
wajah bahagia karena kayu yang dikumpulkan hari ini begitu banyak.
Kakek menarik gerobaknyya pelan-pelan, tiba-tiba di jalan tanjakan
gerobak tidak bisa berjalan, kakek menjadi panik. Ia berteriak meminta
tolong kepada warga sekitar tetapi tidak ada satupun warga yang lewat.
Disisi lain, Leo menunggu kakek seperti biasa. Tetapi kali ini belum ada
tanda-tanda kakek datang padahal hari sudah menjelang magrib. Karena
Leo khawatir dengan kakek, Leo langsung bergegas menuju hutan.
Sayup-sayup Leo mendengar sebuah teriakan, ia berlari semakin kencang,
dan ternyata benar itu adalah kakek. Kakek dalam kesulitan, ban gerobak
kakek kempes membuat beberapa kayu yang tertumpuk rapi menjadi
berantakan di jalan. Dengan keadaan letih, kakek memungut satu-persatu
kayu dan dimasukkan ke dalam gerobak. Tiba-tiba kakek terkaget melihat
kedatangan Leo.
Kakek kaget bercampur terharu, ada seseorang yang bisa membantunya
walaupun seekor hewan. Dengan semangat, Leo mendorong gerobak kakek
dari belakang hingga sampai depan rumah. Sampai rumah Leo di beri
daging yang besar sebagai imbalan.
Si Kecil Luxy dan Si Besar Nono
Karya : Data Trisa Ajinimas
Luxy adalah kunang-kunang kecil yang hidup di tengah hutan, ia hidup
bersama dengan orang tua serta kelompok kunang-kunang lainnya. Nono
adalah anak gajah yang hidup tanpa adanya orang tua, karena ibunya
meninggal ketika melahirkan Nono sedangkan ayah Nono juga meninggal
dikarenakan bertengkar denga segerombolan singa. Nono hidup bersama
kelompok gajah lainnya namun kelompoknya selalu berpindah tempat
untuk mencari makan.
Suatu hari Nono dan kelompok gajahnya melakukan perjalanan menuju ke
Padang rumput, Nono cukuplah usil dan tidak bisa diam, namun dia adalah
gajah yang baik. Suatu saat ketika Nono dan kelompoknya menyusur jalan
pegunungan Dimana kanan kirinya adalah jurang, namun ketika Nono
sedang berjalan santai terdapat teman Nono yang begitu usil, Nono tidak
pernah bermain dengan anak seumurannya karena mereka tidak menyukai
Nono. Tiba tiba teman-teman seumuran dengan Nono menjahili Nono
hingga Nono lari terbirit-birit, hal yang tidak terduga Nono malah terpeleset
ke jurang dan terguling jatuh hingga ke dasar jurang, tidak ada gajah
dewasa yang mengetahuinya. Teman Nono yang jahil sempat ingin
membantu Nono namun keadaan tidak memungkinkan karena Nono sudah
terguling ke bawah, mereka fikir Nono akan meninggal karena kurangnya
amat dalam sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan menyesali
perbuatannya.
Suatu malam ketika luxy sedang berjalan menikmati suasana malam
dihutan yang begitu indah karena bulan yang begitu bersinar dan bintang
yang memenuhi langit. Ketika Lucy sedang berjalan sendirian tiba-tiba luxy
mendengar rintihan kesakitan, luxy terus mencari sumber suara tersebut,
ternyata Luxy menemukan seekor gajah yang terbaring kesakitan. Lucu
mencoba membangunkannya dengan memanggilnya, namun hal tersebut
tidak dapat membangunkan gajah tersebut. Luxy bergegas pulang untuk
memberitahu orang tua dan kelompok kunang-kunangnya, karena tidak
mungkin jika Luxy membawa gajah kerumahnya. Luxy dan kelompoknya
pun bergegas ke tempat gajah tersebut terbaring kesakitan. Melihat gajah
yang terbaring tak berdaya sekelompok kunang-kunang tersebut bergotong
royong untuk mengobati gajah tersebut. Setelah mengobati gajah kelompok
kunang-kunang kembali kerumahnya, namun Luxy tidak tega meninggalkan
gajah sendirian, sehingga Luxy menemani gajah sepanjang malam.
Keesokan harinya gajah tersebut pun terbangun dan luxy pun ikut
terbangun. Luxy bergegas menanyakan keadaan si gajah “apakah kamu
baik-baik saja?” Ucap Luxy, sang gajah pun menjawab “aaaa badanku
terasa begitu sakit”. “Aku menemukanmu tadi malam dengan luka
ditubuhmu, lalu aku memanggilkan kelompokku untuk membantu
mengobatimu” jucao Luxy. Mereka sedikit mengobrol dan berkenalan, “aku
adalah Luxy si kunang, siapa kah namamu si gajah?” Ucap Luxy, “aku
adalah Nono anak gajah” jawab gajah.
Nono ternyata sudah kelaparan dan Luxy mengantarkan Nono untuk
mencari makan dan minum, Luxy selalu berada disamping Nono karena
lucu tau bahwa Nono terpisah dari kelompoknya dan tentunya Nono tidak
mempunyai teman disini. Luxy jua mengajak Nono untuk tinggal
bersamanya, dan Nono dan luxy selalu bantu membantu, mereka begitu
dekat seperti saudara.
Suatu ketika Nono dan kelompok Luxy sedang melakukan perjalanan, dan
tiba-tiba Nono melihat sekelompok gajah yang sedang beristirahat, Nono
menghampiri sekelompok gajah tersebut dan benar, kelompok tersebut
adalah kelompok Nono. Tiba tiba teman2 gajah Nono menghampiri Nono,
mereka terkejut melihat Nono yang masih hidup. Teman Nono merasa
bersalah dengan perlakuannya kepada Nono dan memohon Nono untuk
bersama dengan kelompoknya lagi. Ketika itu Nono berbicara kepada Luxy,
“mereka adalah kelompokku, sepertinya aku harus kembali kepada mereka
karena mereka adalah sekawananku” lucu sedikit berat hati melepas Nono,
namun Luxy tidak boleh egois. Akhirnya luxy melepas Nono, mereka
berpelukan dan saling mengucapkan terimakasih karena telah saling tolong
menolong. Dan akhirnya Nono kembali ke sekawanan gajah dan teman
Nono muali menyayangi Nono.
Jingga dan Telur Emas
Karya : Tansa Giri Asmaniah
Pada dahulu kala, ada seorang perempuan yang hidup sebatang kara, setiap
harinya ia mencari kayu bakar di hutan. Perempuan tersebut bernama
Jingga. Ia tingga di daerah tepi hutan Pangkreng.
Pada suatu pagi, Jingga pergi ke dalam hutan Pangkreng untuk mencari
kayu bakar. Seperti biasa ia selalu mendapatkan kayu bakar untuk di jual ke
pedesaan yang terdapat pabrik arang. Saat ia beristirahat di bawah pohon ia
melihat seekor ayam hutan berkokok sangat keras. Lalu ia mencari sumber
suara kokokan ayam tersebut.
Di tengah perjalanan ia melihat cahaya yang bersinar di antara pohon jati
dan pohon mahoni. sehingga ia kembali dibuat penasaran oleh berkilaunya
cahaya tersebut. Akhirnya dengan rasa penasaran tersebut ia
menghampirinya. Setelah itu, sesampainya di tempat cahaya tersebut
berasal ia pun terkejut dan terheran-heran. Karena, ternyata cahaya yang
bersinar tersebut adalah telur yang berwarna emas. Jingga pun memutuskan
untuk membawa telur tersebut ke rumahnya, dan diletakkan di mangkok di
atas meja.
Sesampainya di rumah ia menceritakan kejadian tersebut kepada Tini , Tini
adalah sahabat karib yang selalu menjadi teman setia Jingga. “eh tin, tadi
ketika aku mencari kayu bakar aku menemukan sebuah telur yang berwarna
emas, sepertinya itu bukan telur biasa” kata Jingga, Tini kaget dan
menjawab “wah… telur emas ya? Pasti kalau dijual pasti sangat mahal”.
Mendengar jawaban dari Tini Jingga pun enggan menerima masukan dari
Tini. Pada saat Jingga bercereita kepada Tini ada seorang tetangga Jingga
yang bernama Sri, tanpa sengaja Sri mendengar pembicaraan antara Jingga
dan Tini. “hmmmmm… boleh juga tuh telur yang ditemukan si Jingga” ujar
Tini yang berniatan ingin mencuri telur emas tersebut.
Lalu keesokan harinya, saat Jingga kembali melakukan rutinitasnya seperti
biasa yaitu mencari kayu bakar, Sri melaksanakan rencananya untuk
mencuri telur emas milik Jingga. Tetapi apa yang terjadi saat telur tersebut
dipegang oleh Sri, telur tersebut menjadi sangat panas bagaikan besi yang
terbakar oleh api. Sri kaget “aduh…” ujarnya kaget saat memegang telur.
Sri pun heran dan mulai berpikir mengapa telur itu menjadi panas dan Sri
pun memutuskan untuk pulang dan memikir rencana selanjutnya.
Saat Sri mulai melangkah keluar dari halaman rumah Jingga, Jingga pun
juga baru pulang dari hutan. Sri melihat Jingga masuk ke dalam rumah dan
menuju dapur untuk mengecek telur emas. Sri pun mengendap-endap
membututi Jingga. Sesampainya di dapur Sri melihat Jingga memegang
telur tersebut dengan biasa saja tidak sepertinya yang kepanasan saat
memegang telur tadi.
Kemalaman harinya saat Jingga tidur Jingga mendengar suara gemuruh di
belakang tepatnya di dapur. Dan suara tersebut membuat Jingga bangun dan
mencoba mengecek suara yang tadinya didengar. Ternyata kejadian aneh
terjadi di dapur Jingga, kejadian tersebut adalah telur tersebut bergetar
dengan keras dan sinyarnya sangat berkilau seperti akan menetas. Jingga
pun merasa ketakutan dan akhirnya telur tersebut benar-benar menetas dan
itu adalah telur angsa berbulu hitam.
Ternyata angsa tersebut adalah angsa yang dapat berbicara manusia. Jingga
semakin ketakutan tetapi angsa tersebut meyakinkan Jingga jika ia tidak
menjahati oleh orang yang baik kepadanya, dan angsa tersebut juga berjanji
akan membantu Jingga. Dengan apa yang diucapkan angsa tersebut
Jinggapun percaya dan berjanji akan merawat angsa tersebut dengan baik.
Pendidikan yang dapat dipetik dari cerita diatas adalah sekecil apapun
kebaikan yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia, kebaikan tersebut
akan mendapatkan balasan yang baik juga.
Mamin yang Bijak
Karya : Cintya Ade Feberiana
Alkisah disebuah desa, hiduplah seorang anak remaja. Ia lahir dari keluarga
yang sederhana. Remaja tersebut bernama Mamin. Setiap harinya Mamin
selalu pergi ke ladang untuk membantu kedua orang tuanya. Meskipun
Mamin di ladang, dia tak pernah lupa untuk selalu membawa buku mata
pelajaran. Setiap ada waktu di sela-sela kegiatan membantu orang tua di
lanang ia selalu sempatkan untuk membaca dan membaca. Maka dari itu,
walaupun ia anak orang sederhana tapi ia mempunyai wawasan yang luas.
Di sisi lain, nampak di sebrang jalan ada seorang anak muda dengan motor
ninjanya, dengan gaya gagah dan sombongnya bernama. Anak tersebut
bernama Boim. Boim adalah anak kepala desa di daerah tersebut. Setiap
hari dia bersama teman-temannya selalu membully Mamin yang tidak
mempunyai motor. Karena Boim selalu memamerkan motor dan kekayaan
orang tuanya, ia sampai-sampai lupa akan kewajibannya sebagai pelajar.
Sehingga dia sering tidak naik kelas.
Suatu hari Mamin telah lulus dari Perguruan Tinggi Negeri dan dia
langsung mendapatkan pekerjaan. Lain halnya dengan Boim yang belum
lulus. Saat Boim mengetahui bahwa Mamin sudah lulus dan mendapatkan
pekerjaan Boim sangat marah dan sangat iri. Sehingga ia memfitnah Mamin
bahwa dia bisa sekolah karena dia maling di ladang tetangga. Mamin
dituduh maling buah-buahan, rempah-rempah dan sebagainya. Sampai-
sampai, satu desa tersebut mengucilkan keluarga Mamin.
Tepapi Mamin yang orangnya jujur ,dengan gagah berani ia bersumpah
kepada warga desa bahwa jika Mamin benar-benar melakukan hal tersebut
Mamin siap diberi hukuman apapun. Tetapi jika Mamin tidak melakukan
hal tersebut maka Mamin akan menuntut orang yang memfitnah ia.
Seketika orang di desa takut akan hal tersebut dikarenakan Mamin
merupakan lulusan pengacara dan tau akan semua hal-hal tentang hukum
serta wawasannya sangat luas.
Saat itu juga warga hanya bertanya dari siapa berita ini?
Kemudian ada salah satu warga yang mengetahui bahwa Boim lah yang
melakukan itu. Maka Mamin menuntut Boim bahwasanya dia telah
melakukan pencemaran nama baik serta mengintimidasi dan mendapatkan
pasal berlapis. Boim yang mengetahui hal tersebut langsung memohon dan
merangkul kaki Mamin bersumpah sujud untuk meminta maaf serta
mengakui kesalahannya. Karena Mamin orangnya penyabar, ia akhirnya
mencabut tuntutan tersebut. Akan tetapi Mamin meminta agar Boim dapat
membuat nama baik Mamin menjadi seperti kemarin dan Boim
menyanggupi persyaratan tersebut. Sehingga Mamin kini nama baiknya
tidak jadi tercemar akan kelakuan Boim.
Pesan yg dapat diambil yaitu : jika memang Kalian benar dan berada pada
jalan yang benar maka beranilah utk mengambil tindakan. Serta jangan
menjadi manusia yang mempunyai sifat iri dan dengki apalagi pendendam.
Loly dan Kue Pukis
Karya : Faridatun Nashiroh
Di sebuah rumah sederhana tinggallah keluarga terdiri dari ibu dan seorang
anak yang bernama Loly. Loly adalah anak yang baik, sopan, dan periang.
Pada suatu hari, Loly disuruh oleh ibunya mengantarkan pesanan kue pukis
ke rumah Bu Emi. Ibu berpesan kepada Loly agar berhati-hati membawa
kue pukis tersebut karena untuk hidangan rekannya nanti malam. Dengan
wajah gembira, Loly berkata bahwa akan melaksanakan perintah ibunya
dengan baik.
Loly : “Tenang saja Ibu, perintah ibu akan Loly laksanakan dengan baik.”
Ibu : “ Hati-hati di jalan ya, Nak”.
Loly : “Baik, Ibu.”
Lolypun bergegas pergi ke rumah Bu Emi untuk mengantar kue pukis. Bu
Emi merupakan tetangga mereka. Dalam perjalanannya ke rumah Bu Emi,
Loly bertemu dengan Susi yang merupakan teman sekelasnya di sekolah
sekaligus sahabat dekatnya. Saat itu, susi sedang bermain masak-masakan
di taman. Lolypun bergegas menghampiri susi yang sedang bermain
sendirian.
Loly : “Hai susi, sedang apa kamu di sini?”
Susi : “Wah, kamu ya loly. Aku sedang bermain masak-masakan.”
Loly : “Kelihatannya seru, bolehkah aku ikut bermain denganmu?”
Susi : “Boleh sekali Loly”. Jawab Loly dengan nada gembira.
Loly kemudian ikut bermain masak-masakan bersama Susi. Kue yang
dibawa Loly, diletakkan di bawah pohon Nangka. Mereka berencana untuk
memasak makanan tradisonal. Susi memotong daun-daunan untuk
digunakan memasak sayur. Loly mencari air dan selanjutnya memasak
sayuran dari daun jambu. Mereka berdua asyik bermain, dan tidak sadar
bahwa kue yang dibawa Loly tersebut dimakan dan bahkan dibuat
berantakan oleh ayam yang berkeliaran. Loly dan Susi bermain bersama
dengan sangat senang sampai lupa waktu bahwa Loly memiliki kewajiban
untuk mengantarkan kue pukis pesanan Bu Emi. Kemudian, Susi berkata
kepada Loly bahwa ia ingin memasak kue yang bahan dasarnya dari tanah
liat dan air.
Susi : “Loly, aku ingin sekali membuat kue”. Kata susi dengan ekpresi
senyum.
Mendengar perkataan Susi, Loly merasa kaget dan teringat bahwa ia belum
mengantar kue pukis pesanan Bu Emi. Lolypun kemudian pamit kepada
Susi bahwa dia akan pergi mengantarkan kue pukis ke rumah Bu Emi.
Loly: “Susi aku pergi dulu ya, ke rumah Bu Emi mengantarkan kue pukis.
Aku lupa malah main dulu sama kamu.”
Namun, ketika Loly hendak menghampiri kue pukis, kue pukis tersebut
sudah berserakan dan berjatuhan di tanah. Bahkan sebagian kue pukisnya
dimakan ayam. Lolypun kaget dan menghampiri kue pukis tersebut. Ayam-
ayam yang berkeliaranpun diusir Loly dan Susi. Loly merasa sangat sedih
dan bersalah, karena kue pukis pesanan Bu Emi hancur berserakan. Sebagai
sahabat, Susi menenangkan Loly dan memberi nasehat pada Loly.
Susi : “Loly, sebaiknya kamu tadi mengantarkan kue pukis ke rumah Bu
Emi terlebih dahulu baru bermain bersamaku. Aku juga tidak tahu, kalau
kamu membawa kue pukis.”
Loly : “Iya Susi, ini semua salah aku. Aku takut, kalau ibu marah
kepadaku.” Kata Loly dengan wajah sedihnya.
Susi : “Yasudah, kamu pulang dulu saja. Bicara sama Ibumu apa adanya
ya, jangan berbohong yang penting.”
Loly : “Iya Susi. Aku pulang dulu ya. (Loly, berjalan pulang dengan
muka sedih).
Saat di perjalanan, dengan wajah sedih Loly merasa ketakutan, bagaimana
ia akan menjelaskan kepada ibu nantinya. Loly tidak berani berkata jujur
kepada ibu, ia sangat yakin ibu akan marah kepadanya. Kue Pukis itu
merupakan pesanan Bu Emi, tetangga desanya. Ibu dan Bu Emi biasanya
bertemu setiap satu minggu sekali di acara arisan, mereka juga merupakan
teman dekat. Namun, Loly tidak mengantarkan kue pukis sampai ke rumah
Bu Emi. Akhirnya, Loly memutuskan untuk berbohong kepada ibu agar
tidak kena marah.
Begitu Loly masuk ke dalam rumah, ibu langsung memanggilnya. Ibu
menanyakan tentang kue pukis yang diantar ke rumah Bu Emi. Lolypun
menjawab bahwa kue pukisnya sudah diantar ke rumah Bu Emi. Mendengar
perkataan dari Loly, Ibu tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada
Loly. Saat itu, hati Loly sangat sedih dan tidak tenang, karena ia telah
berbohong kepada ibu. Lolypun langsung menuju ke kamar untuk
menenangkan dirinya. Tak lama kemudian, Loly ketiduran di kamar.
Hari mulai sore, Loly kemudian terbangun dari tidurnya. Kejadian tentang
kue pukis tersebut sedikit terlupakan oleh Loly. Namun, ketika loly hendak
mandi, ibu terlihat sedang bertelfonan dengan seseorang. Lolypun
mendengarkan secara diam-diam obrolan ibu dengan seseorang yang
sedang menelfon ibu. Tak disangka, ternyata ibu sedang telfonan dengan Bu
Emi. Di dalam perbincangannya, Bu Emi berkata kepada ibu bahwa kue
pukisnya belum diantar ke rumahnya. Mendengar perkataan Bu Emi, ibu
kaget dan kemudian mencairkan suasana agar nanti segera untuk diantar.
Ibu dan Bu Emipun mengakhiri obrolannya.
Loly, dengan wajah takut dan perasaan tidak karuan memilih untuk kembali
ke kamar agar tidak dimarahi Ibu. Ibu kemudian menuju ke kamar Loly dan
memanggilnya.
Ibu : “Loly, sini nak. Ibu nggak akan marah….”
Loly : “Ibu, maafkan Loly bu”. Kata Loly sambil membuka pintu kamar
dan menangis di pelukan Ibu.
Ibupun mengajak Loly duduk di ruang keluarga dan menasehatinya.
Ibu : “Mengapa Loly tidak jujur sama Ibu? “ Kata ibu dengan wajah
kecewa.
Loly : “Maafkan aku ibu, Loly takut kalau jujur, nanti ibu marah
kepadaku.” Kata Loly dengan ucapan lirih dan isakan tangisannya.
Loly kemudian menceritakan kepada Ibu mengenai kue pukisnya yang tidak
sampai ke rumah Bu Emi. Mendengar pengakuan Loly, ibu segera memeluk
Loly. Ibu berkata, bahwa “setakut apapun, Loly harus berbuat dan berkata
jujur. Karena akan mengeluarkan kita dari rasa takut. Jangan biarkan rasa
takut menghancurkan sikap jujur kita. Karakter jujur itu penting dan harus
dimulai sejak kecil. Jadi, jangan diulangi lagi ya sayang. Ya sudah, sekarang
kita bersama-sama mengantarkan kue pukis ke rumah Bu Emi ya.
Kebetulan Ibu membuat kue pukis lebih banyak hari ini.”
Loly
Karya : Faustin Fiona
Sinar mentari menyelinap masuk di antara celah-celah jendela kamar Fio,
menandakan harinya sudah harus dimulai. Fio bangun dan tersenyum. Dia
siap memulai hari.
“Selamat pagi, Bunda”, sapa Fio yang kini sudah duduk manis di meja
makan dengan seragam sekolahnya.
Bunda menghampiri Fio ke meja makan sembari menyerahkan segelas susu,
“Selamat pagi sayangnya Bunda.”
Dari arah lain, Ayah Fio datang menuju meja makan dan mereka bertiga
sarapan bersama.
Fiona Nafisya, teman-teman lebih akrab memanggilnya sebagai Fio. Fio
seorang gadis cantik dan periang. Saat ini dia duduk di kelas III sekolah
dasar dan merupakan murid berprestasi di sekolah.
Di sekolah, Fio berteman dengan teman-teman sekelasnya tanpa mau
membeda-bedakan. Dea dan Isa adalah sahabat Fio sejak mereka berumur 3
tahun, karena kebetulan mereka juga tinggal di satu komplek yang sama.
Suatu hari, Fio sedang bermain bersama Dea dan Isa di taman komplek.
Tiba-tiba, “miaww...miaww...”, Fio mendengar suara kucing. Kemudian Fio
langsung bergegas mencari sumber suara itu, dan betapa terkejutnya Fio
saat menemukan seekor kucing kecil yang tercebur ke selokan. Tanpa
berpikir panjang Fio langsung mengambil kucing itu dari selokan dan
membawanya menghampiri Dea dan Isa yang sedang asik bermain.
“Fio, apa itu?” tanya Isa yang penasaran karena Fio membawa sesuatu di
tangannya.
“Iya, apa yang kamu bawa itu Fio?” tanya Dea yang juga penasaran.
Mereka langsung menghampiri Fio.
“Ini aku tadi nemuin kucing kecil ini di selokan sana.” Kata Fio sambil
mengelus-elus kucing yang ada di tangannya itu agar kotoran yang
menempel di kucing itu hilang.
“Iihh ngapain kamu ambil, kucingnya itu kan kotor,” protes Dea yang
merasa jijik dengan kucing yang sekarang dalam keadaan sangat kotor itu.
“Dea, jangan gitu, kucing kan juga ciptaan Allah, jadi kita juga harus
menolongnya,” jelas Isa pada Dea. “Fio, ayo kita bersihkan dengan air
keran itu,” Isa dan Fio langsung membawanya ke keran yang ada di ujung
taman. Dea yang kini menjadi kasihan dengan kucing tadi langsung
mengikuti Isa dan Fio.
Mereka bertiga pun membersihkan kucing itu dengan air keran. Setelah
selesai, betapa terkejutnya mereka karena kucing yang Fio temukan tadi
sangat cantik dan imut dengan bulu berwarna putih dan cukup tebal. Dea
pun yang semula merasa jijik kini menjadi gemas dengan kucing itu.
Akhirnya, Fio pulang bersama Lolly setelah mereka puas bermain bersama
Dea dan Isa di taman. Ya, kucing kecil yang Fio temukan tadi telah mereka
beri nama Lolly.
Sesampainya di rumah, Fio langsung menelfon dan meminta Ayahnya yang
masih di kantor untuk membelikan rumah dan makanan untuk Lolly. Fio
menceritakan kepada Bunda bagaimana dia menemukan Lolly. Bunda tidak
marah, justru Bunda sangat bangga karena Fio mau menolong kucing kecil
yang terjatuh ke selokan. Kemudian Bunda membantu Fio untuk
membersihkan Lolly lagi agar Lolly menjadi lebih cantik dan bersih.
Ayah Fio akhirnya pulang dengan membawa rumah dan makanan untuk
kucing sesuai pesanan Fio.
“Terima kasih Ayah, Fio sayang Ayah,” Fio memeluk sang Ayah dan
mengambil rumah kucing itu dari tangan Ayah. Kemudian Fio langsung
membawanya ke taman belakang yang sudah Ia dan Bunda siapkan untuk
Lolly.
Dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya, Fio menata tempat
tinggal Lolly sedemikian rupa dan Lolly juga tampak sangat menyukainya.
.
Pagi-pagi sekali, setelah bangun dari tidur, Fio langsung menuju ke taman
belakang untuk melihat Lolly, namun kucing kecil itu masih tertidur di
tempatnya. Fio tersenyum dan kembali masuk ke rumah untuk mandi dan
sarapan.
.
“Ting tong.. ting tong..” bel rumah Fio berbunyi.
“Dea, Isa,” panggil Fio bergantian, mereka pun berpelukan. Ternyata Dea
dan Isa yang datang, dan mereka mau bermain dengan Loly.
“Ayok kita ke belakang, Lolly aku buatkan tempat tinggal di taman
belakang.” jelas Fio pada Dea dan Isa.
Sesampainya di taman belakang, mereka langsung bermain bersama Lolly,
memberi makan Loly, mendandani Lolly, dan menghias rumah Lolly
menjadi lebih cantik. Mereka bertiga menghabiskan waktu seharian di
rumah Fio, karena hari ini adalah hari Ahad, jadi mereka libur sekolah.
“Lucu banget sih Lolly,” ucap Dea gemas sambil menggendongi Lolly.
“Maafin Dea ya, waktu itu Dea nggak suka sama Lolly karena Lolly kotor
banget” sambung Dea. Isa dan Fio pun tersenyum melihat Dea yang serius
meminta maaf dan Lolly yang seolah-olah mengerti dengan ucapan Dea.
“Tuh kan De, Isa bilang juga apa. Bunda Isa juga ngajarin Isa kalo kita
harus menolong dan membantu siapapun yang membutuhkan bantuan kita,
sekalipun itu adalah hewan maupun tumbuhan, karena hewan dan tumbuhan
juga kan ciptaan Allah yang harus kita jaga dan sayangi juga, hehe” ujar Isa
sambil mengusap-usap bulu Lolly yang sangat lembut.
Kemudian Fio, Isa, dan Dea pun berpelukan dengan Lolly yang masih
dalam gendongan Dea.
Fio sangat senang karena telah menemukan Lolly dan membawanya pulang
ke rumah, jadi dia tidak merasa kesepian lagi saat di rumah. Dea dan Isa
pun jadi lebih sering bermain dan mengerjakan tugas sekolah di rumah Fio
karena mereka juga menyukai Lolly.
- selesai-
Kura-kura dan Kelinci
Karya : Lestari Nur
- Di tepi Sungai di suatu hutan, hiduplah sekumpulan binatang.
Binatang-binatang itu tinggal di Desa Animal. Desa tersebut di huni
oleh kura-kura,kelinci,gajah, tupai dan hewan-hewan lainnya. Suatu
saat, kura-kura bersama gajah sedang berjalan menyusuri hutan
sembari mencari makan. Tepat nya mereka berdua akan pergi ke
kebun makanan milik gajah. Gajah dan kura berjalan bersama sambil
bercanda ria, namun setengah perjalanan kura-kura merasa lelah
karena perjalanan yang jauh dan kura yang jalannya sangat lambat. “
ayo lah kura lama sekali kamu” ucap gajah yang tidak menghiraukan
kura yang sedang kelelahan. “ aku lelah sekali gajah apakah kebun
mu masih jauh?” sahut kura sambil bernafas terengah-engah. “ masih
sedikit lagi..ayolah kura sebentar lagi!!” jawab gajah dengan nada
keras,sambil menunggu kura yang tengah berhenti karena lelah.
- Setelah lama mereka beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan
nya ke tempat kebun buah milik gajah. Pohon pisang sudah terlihat di
mata gajah yang sebenarnya masih jauh sekali dilihat oleh kura yang
badannya kecil dari gajah. “ wah sudah hampir sampai kura, ayo
cepat!!” seru gajah kepada kura yang jalannya masih dibelakang
gajah. Gajah tidak bisa menunggu kura yang sangat lambat jalannya.
Lalu, gajah berjalan lebih dulu untuk sampai ke kebunnya. Gajah
terkejut saat sampai di kebun pisang miliknya itu, tkarena seluruh
pisang telah habis dimakan oleh tupai dan kelinci yang sangat rakus. “
ayo tupai habiskan semua pisang ini,sebelum gajah datang!” ucap
kelinci kepada tupai sambil mengendap-endap. Gajah sangat marah
ketika seluruh pisang nya habis “ ha apa ini mengapa pisang ku habis
semua” ucap gajah yang sangat sedih. Kura-kura akhirnya sampai
dikebun pisang milik gajah itu. “ada apa gajah mengapa kau
menangis,bukan kah ini kebun mu ayo kita makan ”ajak kura yang
tidak tahu bahwa seluruh pisang telah habis. ”apa kau tidak lihat
seluruh pisang ku habis” sahut gajah dengan nada sedih dan
menangis. “ maafkan aku gajah,ini karena kau menungguku berjalan
sangat lambat dan akhirnya kebun mu sudah hancur” ucap kura
dengan sedih.
- Akhirnya setelah kenyang merampas seluruh pisang milik gajah,
kelinci dan tupai pun keluar dari kebun itu dan melihat gajah yang
sedang menangis. “ hahaha, terimakasih ya gajah, aku sudah
kenyang” ucap kelinci yang rakus sambil membawa pisang yang
belum dimakannya itu. “ wah iya aku juga kenyang terimakasih ya
gajah, kebun pisang mu ini sangat luas buah nya juga manis”, tambah
tupai dengan licik. Gajah tidak menyangka bahwa buah pisang
miliknya dirampas oleh kelinci dan tupai. “jahat sekali kau
tupai,kelinci, ini kebun milikku”, seru gajah dengan nada tinggi. “
jahat sekali kalian merampas kebun gajah” tambah kura dengan nada
kecewa. “ ini semua karena kalian lambat, apalagi kamu kura lambat
sekali jalannya” seru kelinci yang mengejek kura. Gajah tidak tega
melihat kura yang dihina oleh kelinci, “ hey jangan seperti itu, dia
tidak licik sepertimu kelinci!!” sahut gajah yang membela kura.
“kalau aku jalannya lambat memang kenapa?” jawab kura dengan
penuh percaya diri. Kelinci dan Tupai yang sangat licik itu mengajak
kura-kura untuk bertanding lari, karena kelinci tahu bahwa kelinci
yang akan menang. “Bagaimana kalau kita lomba lari saja kura,Pasti
kau takut kan? Ahaha” ajak Kelinci penuh dengan kesombongan.
“siapa takut, aku terima tantanganmu”, jawab kura dengan penuh
percaya diri. “ kalau aku menang kebun gajah jadi milikku, dan jika
kau yang menang maka aku tak akan merampas kebun mu”, ujar
tegas kelinci. Gajah dengan lantang menjawab “baiklah jika itu
maumu, jangan kau hina sahabatku lagi” tegas gajah yang sangat
dendam kepada kelinci.
- Tiba saatnya perlombaan dimulai, kura,kelinci,tupai, gajah dan
penghuni desa animal lainnya sudah ditempat garis start lari. Kelinci
dengan sombong mengatakan “sudahlah kura menyerah saja”, “tidak
akan!” tegas kura. “ayo kelinci kau pasti bisa” seru tupai yang licik
itu. Gajah yang menghitung perlombaan itu “1..2..3...”. Kura dan
Kelinci mulai berlari dan ditengah lomba,kelinci yang sombong itu
berhenti sejenak karena kura-kura yang tidak kunjung menyusul
kelinci. “ lama sekali kura-kura itu,lebih baik aku istirahat dan tidak
mungkin dia bisa menang” ucap sombong Kelinci. “ aku pasti
menang, aku pasti menang” ucap kura sambil kelelahan. Kura-kura
melihat kelinci yang sedang tidur dibawah pohon, “ sombong sekali
kau kelinci,lihat saja aku pasti menang” akhirnya kura-kura selangkah
lagi sampai garis finish, dan kelinci terbangun mendengar gajah dan
hewan lainnya teriak histeris melihat kura. Kelinci yang sombong itu
berlari sangat kencang mengejar kura, tetapi kura berhasil menginjak
garis finish. Kura-kura menang dan kelinci dan juga tupai mereka
saling menepati janjinya yang tidak akan merampas kebun pisang
milik gajah. Akhirnya Gajah, Kura, Kelinci dan Tupai menjadi akur
dan bersahabat.
HADIAH UNTUK LULU
Karya: Galuh Kancanadana
Lulu mengamati tas sekolahnya yang robek. Ia melihat kesana kemari
mencari barangnya yang hilang. Kemudian dia mengambil kerta di meja
dengan sedikit cemas. Aduh, waktu tinggal 10 menit, ucapnya dalam hati.
Lulu mencari lagi barangnya di dalam tasnya berkali-kali. Titi yang duduk
di sampingnya mengamati sahabatnya yang sedang kebingungan.
“Aduh, aku harus bagaimana ya ini Titi ?.” ucap Lulu dengan nada cemas
Titi hanya bisa menghela nafas.
“ Mending gak usah nulis Lu, waktunya sebentar lagi habis.” Ucap rina
dengan nada meledek.
“ Bolpoinku belum ketemu, hilang dimana ya.” Lulu hampir menangis.
“ Ini kamu pakai punyaku saja. Aku sudah selesai kok.” Titi menawarkan
bolpoin miliknya.
Akhirnya Lulu meneruskan tulisannya dengan bolpoin Titi. Ia tenggelam
lagi dengan tulisannya.
Lulu lega karena dia yakin tugas cerpennya selesai hari itu. Lulu
berterimakasih kepada Titi. Lulu melihat hasil cerpennya dan membaca
ulang. Ia berharap cerpennya menarik. Lulu sedikit cemas.
Sepulang dari sekolah Lulu mengajak Titi membeli bolpoin di koperasi
sekolah.
“ Jangan kamu hilangkan lagi ya.” Nasihat Titi
“ Haha.. iya iya aku akan lebih hati-hati lagi.” Jawab Lulu
Seminggu kemudian….
“ Titiiii… bolpoinku hilang kemana lagi.” Lulu berlari ke arah Titi yang
sedang makan di kantin kelas.
“ Gimana bisa hilang lagi sih lu?.” Titi heran.
Lulu kebingungan, padahal tas yang robek sudah ia jahit. Lulu memeriksa
tasnya berulang kali tetapi tidak didapati apa yang diinginkannya.
“ Sini, coba aku cari.” Titi mengambil tas Lulu
Titi hanya menggelengkan kepalanya setelah melihat tas Lulu.
“ Kenapa Ti ?.” Tanya lulu
“ Lihat Lu, tasmu ada yang robek lagi. Pasti bolpoinmu jatuh lewat lubang
ini.”
“Pantas saja ada lubang baru. Nanti aku akan menjahitnya lagi di rumah.
Tapi bolpoinku terlanjur hilang dan aku harus beri baru lagi, huh” Lulu
berkata sambil berjalan keluar kelas.
Teng…teng..teng..
Bel masuk berbunyi sangat keras.
Lulu dan Titi berjalan menuju kelas.
“ Lulu, lihat ! cerpenmu dipasang.” Titi menarik Lulu yang sudah jalan
didepan.
“ Ee.. dipasang ya.” Lulu malu
“ Bagus Lulu.” Puji Titi
Sesampainya dirumah, Lulu menjahit lagi tasnya yang sudah banyak
lubang. Ia tidak berani meminta tas baru kepada orang tuanya.
Sore harinya, Titi menelfon Lulu. Ia mengajak Lulu kerumahnya. Lulu
menolak karena besok banyak tugas sekolah.
“ Ini penting.” Bujuk Titi.
Lulu bingung. Namun, akhirnya Lulu menuruti Titi dan berangkat ke
rumahnya pada sore hari.
Sesampainya di rumah Titi. Titi sudah menunggu Lulu didepan rumahnya,
sambil membawa sebuah majalah.
“ Lu, cepat kesini dan lihat.”
“ Sebentar.” Lulu berjalan cepat dari gerbang menuju teras.
“ Hah, cerpenku masuk majalah?.” Lulu tidak percaya.
“ Iya Lu, kan Ibu Guru sudah berjanji bahwa akan memuat cerpen siswanya
yang paling bagus.” Terang Titi.
Lulu yang semula berdiri, lalu duduk di kursi teras, sambil memandangi
cerpennya di dalam majalah. Ia masih tidak percaya bahwa cerpennya
dimasukkan kedalam majalah sekolah. Titi meninggalkan Lulu di depan
teras. Ia masuk kedalam rumahnya untuk mengambil sesuatu.
“ Lulu, ini ada hadiah untukmu.” Sambil mengulurkan sekotak kado kepada
Lulu.
“ Hah, apa ini Titi?.” Lulu yang semula focus kepada majalah kini kaget
melihat sekotak kado yang diberikan Titi.
“ Buka saja dulu. Ada hadiah yang seru. ” Ucap Titi.
Lulu membuka kado itu dan terkejut. Lulu sampai menangis haru karena isi
didalam kotak kado itu adalah sebuah tas. Lulu memandangi tas itu dan
melihat Titi sambil tersenyum.
“ Terima kasih Titi, ini sangat bermanfaat sekali untukku.” Lulu memeluk
Titi. Mereka berdua berpelukan di teras rumah. Senyum Lulu tak bisa
berhenti. Titi adalah sahabat Lulu yang perhatian dan penuh kasih sayang.
Yena dan Sahabatnya
Karya : Reni Kurniasih
Di suatu desa tinggalah seorang gadis cantik nan pintar yang bernama Yena.
Yena adalah putri dari keluarga kaya raya di desanya. Namun, Yena
menjalani hidup dengan sederhana ia juga tidak mau diatar oleh supir
Ayahnya saat berangkat sekolah.
Pagi ini Yena berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda mungilnya.
Di sepanjang jalan ia terlihat sangat bahagia, bagaimana tidak senyum
sumringahnya nampak disetiap jalan yang ia lewati. Sesampainya di
sekolah Yena langsung menaruh tasnya di bangku yang ia tempati. Karena
hari masih pagi, Yena pun duduk di depan kelas seraya menunggu bel
masuk berbunyi. Tetapi hari itu nampak sedikit berbeda, ia melihat sosok
gadis dari kejauhan sedang menghampirinya.
“Hallo, nama aku Lea”, gadis itupun memperkenalkan diri pada Yena
dibarengi dengan uluran tangan.
Yena sontak kaget dengan kedatangan gadis tersebut di sekolahnya. Dan
ternyata Lea adalah seorang siswi baru di sekolahnya. Awal pertemuan
mereka saat itu membuat keduanya kini menjadi bersahabat dan sangat
akrab.
Namun suatu ketika nampak Lea yang berjalan dari depan pintu kelas
menuju tempat duduknya dengan memasang raut wajah yang murung. Di
dalam kelas Lea tetap diam saja dan masih terlihat murung.
“Ada apa denganmu Lea? Biasanyakan kamu sangat ceria dan aktif?”,
tanyaku memecah keheningan seraya mencari jawaban dari sikap Lea
tersebut.
“Tidak ada, aku tidak kenapa-kenapa”, jawabnya yang menyisakan tanya.
“Jika ada masalah katakan saja pasti aku akan membantumu”, tegasku
memaksa Lea untuk jujur.
Dengan suara yang sesenggukan Lea mulai bercerita bahwa selama ini ia
selalu mendapat nilai yang buruk. Lea juga merasa sangat sedih dengan
omelan dari Ayahnya yang selalu membanding-bandingkan Lea dengan
saudara-saudaranya yang lain. Ayahnya juga mengancam Lea, jika nilai
ujiannya kali ini tidak juga bagus maka ia akan mengirim Lea ke asrama.
Mendengar hal tersebut membuat Yena merasa sangat kaget.
“Kalau begitu, mari kita belajar bersama aku akan membantumu dalam
belajar”, ujar Yena sambil mengelus kepala Lea.
Bel pun berbunyi yang menandakan waktu pulang sekolah telah tiba. Yena
kemudian bergegas menghampiri Lea untuk mengajaknya belajar bersama
seperti ajakannya tadi pagi. Mulai hari itu, mereka berdua selalu
menyempatkan waktu untuk belajar bersama sepulang sekolah. Lea terlihat
sangat senang dengan bantuan Yena. Terlebih sebentar lagi sudah memasuki
hari ujian. Mereka menjadi sangat giat dalam belajar seraya Lea yang ingin
menunjukkan pada sang Ayah bahwa ia mampu mendapatkan nilai yang
bagus.
“Tettt…tett..tettt…” bunyi bel masuk sekolah yang bertepatan pada hari ini
diadakannya ujian.
Yena pun memberi dukungan pada Lea. “Lea kitakan sudah belajar dan
kamu pasti bisa menyelesaikannya dengan baik”, ucap Yena seraya
memperlihatkan senyum tipisnya.
“Heem” jawabnya dengan nada lirih.
Satu minggu kemudian keluarlah hasil ujian mereka.
“Geser-geser”, kata Yena yang sedang berdesak-desakan melihat ke papan
pengumuman nilai ujian. Yena dengan teliti mencari namanya dan nama
Lea di sana.
“Lea Leaaa”, teriak Yena.
Betapa kagetnya mereka melihat Lea mendapat nilai yang bagus diujiannya
kali ini dan bahkan ia juga mendapat peringkat 10 besar. Sedangkan Yena
sudah tidak perlu diragukan lagi, seperti pada ujian-ujian sebelumnya Yena
selalu mendapat peringkat pertama.
“Terima kasih Yena, berkatmu aku tidak akan dikirim ke asrama”, ucapnya
sembari menggenggam tangan sahabatnya tersebut.
“Tidak Lea, ini semua juga karena usaha dan kerja kerasmu sendiri”, jawab
Yena sambil mengusap air mata Lea yang hendak menetes.
~ SELESAI ~
Dari cerita tersebut pendidikan karakter yang dapat diambil yaitu hiduplah
dengan sederhana dan tidak ada ruginya dalam berbuat baik menolong
orang lain. Selain itu, jika kalian menginginkan sesuatu maka harus dengan
niat dan mau berusaha karena tidak ada usaha yang menghianati hasil.
Cerita Fiksi
Karya : Diah Wida
Diceritakan pada suatu desa dengan keadaan ekonomi yang berkecukupan,
tinggalah sebuah keluarga bangsawan disana. Ketika itu mereka sering
melakukan piknik keluarga dengan mengunjungi danau yang terletak
dibelakang halaman rumahnya. Mereka memiliki seorang putri yang cantik
dengan warna rambut menyerupai bunga lavender yang sangat indah dan
panjang. Putri tersebut sangat ramah dan baik kepada siapapun yang ia
temui.
“Selamat pagi Bibi” tegur Laven.
Semua pegawai yang berpapasan dengan Putri Laven sangat senang dan
langsung menjawab sapaan putri. Karena Laven adalah putri tunggal dari
keluarga Honui, semua keluarga termasuk pegawai di keluarga tersebut
sangat menyayanginya. Dia begitu cantik dan baik hati walaupun di
umurnya yang masih kecil. Salah satu kebiaasan Laven adalah senang
sekali berkebun. Hingga kebun dihalaman belakang rumahnya penuh
berbagai jenis bunga. Ia rutin dan sangat senang sekali jika berurusan
dengan tanaman khususnya bunga.
Hingga pada suatu hari kemalangan yang tak disangka menimpa keluarga
Honiu. Ayah dan ibu Laven mengalami kecelakaan kuda saat mendatangi
istana untuk mengadakan jamuan kerajaan. Hal itu membuat Laven sangat
terpukul karena mendengar kabar bahwa orang tua Laven telah tiada akibat
kereta kuda yang dinaiki mereka jatuh ke jurang. Semua pegawai juga
sangat terkejut dan khawatir atas kondisi yang menimpa Laven diusia yang
masih kecil. Akan tetapi Laven tidak berkecil hati dan berusaha menghibur
diri.
Setelah beberapa tahun kemudian, disaat usianya menjelang 18 tahun dia
tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dengan segala kebaikan
yang telah dia dapatkan selama mendapatkan pengasuhan dan kasih sayang
para pegawai di rumahnya dulu. Kini Laven bukan lagi keluarga
bangsawan, dia tinggal di desa sebelah jauh dari rumahnya dulu.
“Bibi, adakah yang bisa saya bantu?” ucap Laven.
Dia sekarang tinggal bersama bibi Miria yang mengasuh dan menemani
Laven sejak kecil. Bibi Miria sekarang bekerja sebagai pembuat roti yang
dijual di depan rumahnya. Karena beberapa alasan, Laven harus pergi ke
desa sebelah untuk membeli pasokan gandum yang hampir menipis. Ia
berangkat dan melewati hutan belantara sendirian dengan berjalan kaki.
Ditengah perjalanan tersebut Laven mendengar “Tolong – Tolong, siapapun
Tolong aku!”. Suara itu tidak berhenti memanggil untuk meminta
pertolongan. Laven yang kebingungan mencari asal suara tersebut mulai
menelusuri hutan. Hingga Laven menemukan sebuah pohon besar disertai
dahan yang patah membuatnya penasaran dan mendekatinya. Ia melihat ke
sekeliling dan menemukan sebuah bola dengan cahaya kebiruan meminta
pertolongan. Tanpa rasa takut, Laven segera mengambil bola tersebut yang
tertimpa dahan besar tadi. Karena senang telah dibantu oleh Laven,
akhirnya bola tersebut berubah menjadi peri dan berbincang dengan
menanyakan nama dan asal Laven. Kemudian Laven diminta untuk
menjulurkan tangannya dan peri tersebut seperti menempelkan sesuatu di
jarinya.
“Gunakanlah kekuatan ini untuk menolong dirimu atau siapapun disaat
kesulitan nanti” kata terakhir yang disampaikan peri sebelum pergi. Tiba
tiba Laven tersadar bahwa dia tertidur dibawah pohon besar tersebut dan
tidak menyadari bahwa sekitarnya telah petang. Kemudian ia langsung
melanjutkan perjalanan menuju desa sebelah.
Selama perjalanan, Laven melihat pemandangan yang indah. Hingga
hampir tiba di desa sebelah tersebut langkah kaki Laven terhenti. Ada dua
bandit yang menunggu untuk meminta uang dengan membawa senjata.
Laven yang ketakutan pun lari dan dikejar oleh bandit tersebut. Dan dia pun
bersembunyi disebuah gua dengan tergesa gesa hingga tidak menyadari
bahwa jari telunjuknya menyentuh permukaan tanah.
“Brassssh”
Seketika tanaman merambat muncul dihadapan Laven menutupi pintu
masuk gua tersebut. Para bandit yang mengejar Laven pun akhirnya pergi
karena tidak menemukannya di sekitar hutan tersebut. Dengan berhati hati,
Laven keluar dari gua dan menuju ke danau dekat gua tersebut.
“Apa yang terjadi padaku, dan apa sihir yang keluar dari telunjukku ini?”
gumam Laven.
Karena beberapa keadaan tersebut akhinya Laven kembali ke rumah dengan
tangan kosong. Bibi Miria yang kebingungan dan mengkhawatirkan Laven
mondar mandir menunggu di ujung hutan desa menuju rumah. Sesampainya
di rumah Laven menyembunyikan kekuatannya tersebut dan membantu
Bibi seperti setiap harinya. Kemudian di suatu pagi Laven pergi kebelakang
rumah dan menanam sebuah pohon. Pohon tersebut tiba tiba tumbuh sangat
cepat dengan sentuhan jari Laven. Pohon tersebut berbuah banyak dengan
daun yang lebat membuat Laven dan Bibi yang tiba tiba datang ke halaman
belakang pun ikut terkejut. Atas kebaikan Laven dengan membantu
siapapun yang sedang kesulitan, ia mendapatkan sebuah hadiah atas balasan
telah menolong peri yang dijumpainnya selama di hutan. Dengan kekuatan
tersebut, Laven dapat memanfaatkan kekuatannya untuk menolong
siapapun yang sedang kesulitan tanpa pamrih dan dengan senang hati.
(Cerita Pendek; Pendidikan Karakter)
Karya : Elok Puspita
Di tengah siang hari yang panas, tidurlah seorang gadis kecil berambut
hitam di kamar. Delisa namanya. Ia sedang mengisi siangnya dengan tidur
karena tugas sekolahnya sudah diselesaikan tadi. Sehingga ia bisa
beristirahat dan bersantai seperti sekarang ini.
‘Duk duk duk’
Suara dari kursi yang ditabrakkan ke ranjang Delisa, ia terbangun.
Mendapati adik kecilnya yang berusaha menaiki ranjang untuk ikut tidur
diatas. Delisa pun tertawa dan membantu adiknya untuk naik. Si adik pun
tidur disamping dan menepuk-nepu pipinya. Delisa mengedarkan
pandangannya menuju jam dinding, ahh… sudah jam 6 sore ternyata. Tak
heran sang adik yang biasanya bersama ibu kini malah mengganggunya,
ternyata waktu sudah senja. Sudah menunjukkan waktunya sholat Maghrib.
Ia beranjak ke dapur dan mendapati ibunya sedang menggoreng tempe.
“Sudah sholat kak?”, Tanya Ibu.
Delisa mendudukkan adiknya di kursi makan dan menjawab, “Ini Delisa
mau sholat bu, tadi ketiduran. Lupa sholat ashar,hehe”, Ucapnya dengan
senyum yang jenaka. Delisa pun menuju kamar mandi untuk mandi
sekaligus berwudhu.
Selepas sholat, ia kembali ke ruang makan untuk bergabung bersama ibu
dan adik. Delisa memegangi kepalanya, ia merasa sedikit pusing. Entah
karena air kamar mandi yang dingin atau karena apa ia tidak tahu. Hal ini
menyita aktivitas ibu yang tengah menyuapi adiknya makan.
“Makanya kalau tidur itu di perhatikan jam nya. Sampai lupa sholat Ashar
kan jadinya. Kalo kata orang jawa, pamali tidur sore itu”, ucap ibu.
“Kan delisa juga tidak tahu kalau tiba-tiba sudah magrib ibuuu”, sanggah
Delisa dengan wajah cemberut.
Ibu kembali berucap, “Jangan di ulangi yaa. Kan kemarin sudah di nasehati
Pak Sholeh di kelas”.
“Siapp ibu Negara, hehe. Delisa akan tepat waktu sholatnya”, Delisa
menjawab sembari tangannya menjahili pipi sang adik.
Teringat kalau minggu kemarin, Pak Sholeh, guru mata pelajaran agama di
kelasnya. Beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim itu wajib
melakukan ibadah sholat terkecuali orang-orang yang sedang berhalangan.
Pak Sholeh juga bercerita jika kita sholat tidak tepat waktu, maka pahala
yang kita dapat akan berkurang. Oleh karena itu, Delisa berusaha untuk
menepati waktu sholatnya.
HADIAH UNTUK KAKEK
Karya : Ayu Kusumawardhani
Hari ini adalah hari jumat, Dila teringat hari sabtu ia akan mengunjungi
kakeknya. Saat berjalan kearah kamar untuk menyiapkan barang yang akan
dibawa kerumah kakeknya, Dila mempunyai ide untuk membawakan kue
kering untuk sang kakek. Dila begegas keluar untuk membeli bahan untuk
membuat kue kering tersebut, saat sampai di supermarket, Dila langsung
mencari bahan apa saja yang ia butuhkan nanti, saat melihat buah – buah ia
teringat bahwa sang kakek sangat menyukai buah melon, ia pun langsung
membeli buah melon agar sang kakek senang. Bahan – bahan yang
dibutuhkan untuk membuat kue pun sudah lengkap, Dila bergegas untuk
membayar ke kasir. Saat perjalanan pulang kerumah ia memikirkan
bagaimana reaksi kakeknya jika tahu dibawakan kue buatannya ia sendiri.
Sesampainya dirumah Dila langsung memulai membuat kue kering
tersebut, “Mmmmm, lebih baik aku membuka resepnya diinternet juga,
untuk memastikan sudah bener apa belom ya, kue nastar pasti kakek suka”.
Saat membuat kue Dila sangat senang, tak lupa ia juga mendengarkan lagu
agar terasa lebih menyenangkan dan tidak sepi. Beberapa jam Dila
membuat kue naster untuk kakeknya, akhirnya selesai juga. “Akhirnya
selesai juga, semoga kakek suka dengan kue buatan ku, lebih baik aku
mandi lalu istirahat agar besok tidak kesiangan berangkat kerumah kakek”.
Keesokan harinya jam 07.00 pagi, Dila terbangun “Untuk ga kesiangan aku
bangunnya”, dila pun bangun dari tidurnya kemudian membereskan tempat
tidur dan dilanjutkan mandi. Selesai mandi, dila kemudian menyiapkan baju
untuk dibawa kerumah kakeknya, “Oh ya, kue dan buah jangan sampai
tertinggal, sia – sia nanti aku buatnya”. Kemudian Dila pun memotong
melonnya dan menyiapkan tempat untuk kue keringnya. Jam 09.00, Dila
pun berangkat kerumah kakeknya naik motor. Saat diperjalanan, Dila
melihat toko baju, ia pun berfikiran untuk membelikan kakek nya. Saat
masuk toko tersebut, mata Dila langsung tertuju dengan baju koko panjang
warna putih, tak lama berfikir, ia langsung membayar baju tersebut.
Satu jam perjalanan, akhirnya sampai juga dirumah kakeknya.
“Assalamualaikum kakek, dila dating”, beberapa kali Dila memanggil
namun tidak ada jawaban dari kakeknya. Saat membuka pintu kamar
kakeknya, ternyata kakek sedang tertidur, namun tiba – tiba kakek
terbangun saat mendengar pintu kamar dibuka oleh Dila, “Dila kesini
kenapa ga bilang kakek dulu” kata kakek, “Dila mau ngasih kejutan buat
kakek, liat Dila bawain apa aja buat kakek” kata dila, “Banyak banget, ini
buat kakek semua” tanya kakek, jawab dia sambil mengangguk dan
tersenyum. “Terimakasih Dila cucu kakek, kakek sangat senang sekali, pasti
kue yang dila bawain enak” puji kakek, “hehe semoga kakek suka ya, ini
kue buatan Dila”.
Dila dan kakek pun keruang makan untuk makan kue dan buahnya, “Kakek
bangga sama Dila, Dila sudah dewasa menjadi anak yang pintar, rajin, baik
hati, pintar memasak juga”, Dila pun malu saat sang kakek memujinya.
Mereka pun akhirnya melanjutkan mengobrol degn asik.
KEJUJURAN MENYELAMATKAN PERSAHABATAN
Karya: Avie Aulia
Di dalam gua tinggallah monyet, beruang, dan rusa. Monyet bernama
Mong, beruang bernama Bear, dan rusa bernama Sasa. Mereka bertiga
tinggal disatu rumah yang sama sejak mereka kecil, sehingga perbedaan
sudah tidak terasa lagi bagi mereka. Mereka bisa berada di dalam satu
rumah yang sama karena hutan tempat tinggal Mong dan Sasa kebakaran.
Keluarga Sasa semua tidak selamat, Mong terpisah dari keluarganya dan
tidak tau dimana sedangkan Bear memang sudah lama tinggal di situ. Saat
kebakaran terjadi Mong dan Sasa berlindung di dalam gua. Lalu mereka
saling berkenalan.
Bear : Hay aku Bear, kalian siapa dan dari mana?
Mong : Emmm, hay kenalkan nama aku mong. Tempat tinggalku kebakaran
dan aku terpisah dari keluargaku.
Bear : Kalau kamu siapa? (Tanya Bear kepada Sasa).
Sasa : Hay Mong hay Bear, aku Sasa. Tempat tinggalku juga kebakaran dan
keluargaku semua tidak selamat.
Bear : Aku turut berduka cita ya Sasa dan Mong, bersabarlah dan tetap kuat.
Oh iya kalian boleh kok tinggal di sini bersamaku.
Mong dan Sasa terkejut dan gembira sembari mengangguk dan menerima
tawaran Bear.
Waktu terus berlalu hingga mereka sudah seperti saudara sendiri. Selalu
bermain bersama-sama, bercanda tawa bersama, susah senang bersama.
Hingga pada suatu hari mereka bertiga sedang bersama di depan rumah.
Mong berinisiatif untuk mengajak bermain.
Mong : Hey ayo kita main petak umpet bersama.
Sasa : Ayooo aku suka bermain petak umpet, Bear ayo main petak umpet.
Bear : Tidak Sasa, hari ini angin cukup kencang aku mau bermain layang-
layang saja.
Mong : Ya sudah kalau kamu mau bermain layang-layang. Ayo Sasa kita
mulai petak umpet, aku dulu ya yang jaga.
Sasa : Oke deh aku yang sembunyi, kamu hitung sampai 10 ya.
Mong : Oke.
Mereka asik bermain, Mong dan Sasa bermain petak umpet lalu Bear
bermain layang-layang. Bear sangat menyayangi dan merawat dengan baik
layang-layangnya karena ia mendapatkan layang-layang itu dari sahabatnya.
Tak disangka saat layang-layangnya sudah terbang tinggi Bear ingin buang
air besar. Kemudian Bear menyangkutkan senar layang-layangnya di sela-
sela batu, namun sesuatu hal terjadi akibat ulah Sasa dan Mong.
Sasa : Mong udahan yuk petak umpetnya aku lelah kita istirahat dulu.
Mong : Iya Sasa aku juga lelah nih.
Setelah beristirahat sebentar Sasa melihat layang-layang Bear yang masih
terbang tinggi, hingga dia penasaran ingin memainkannya. Sasa baru saja
memegang senar layang-layang sebentar lalu Mong malah merebutnya dan
mereka berdua saling berebut.
Sasa : Mong yang meminjam aku dulu kenapa kamu merebut?
Mong : Aduh Sasa pinjam sebentar saja.
Sasa : Tapi aku kan yang duluan, sini kembalikan padaku.
Mong : Ihhh apaan sih Sasa ngak mau.
Mereka pun terus saling berebut, hingga senar layang-layangnya putus.
Mong dan Sasa pun mengejar dengan saling menyalahkan, namun layang-
layang tidak tergapai karena terlalu tinggi. Mereka kembali ke rumah
dengan masih saling menyalahkan.
Sasa : Aduh gimana ini Mong nanti pasti Bear marah, ini semua gara-gara
kamu Mong.
Mong : Kok aku sih, kan kamu juga yang membuat senarnya putus.
Sasa : Coba saja kamu tidak merebutnya pasti kejadian ini tidak akan
terjadi.
Mong : Kan aku hanya meminjam.
Sasa : Kamu merebutnya dari aku.
Tiba-tiba Bear keluar
Bear : Ini ada apa kok ribut-ribut, oh iya di mana layang-layang aku ya?.
Sasa : Eeee Eeee Eeee, Bear aku minta maaf ya layang-layang kamu putus.
Tapi ini semua gara-gara Mong.
Mong : Lho kok aku sih, ini kan juga gara-gara kamu.
Sasa : Apa, tidak ya ini gara-gara kamu.
Bear : Sudahhh sudah cukup.
Bear pun sedih lalu masuk kedalam rumah. Sasa dan Mong menyusul
masuk ke dalam rumah, mereka meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
Mong : Bear sungguh aku benar-benar minta maaf, aku tidak tahu kalau
akan terjadi seperti ini. Tadi aku merebut layang-layangnya dari Sasa saat
dia mau meminjamnya.
Sasa : Bear aku juga minta maaf ya aku sudah mengambil layang-layang
kamu tanpa izin dahulu.
Mong dan Sasa : Bear maafkan kita ya Bear.
Bear : Iya aku memaafkan kalian, tapi lain kali jangan diulangi lagi ya.
Sasa : Iya Bear aku tidak akan mengulangi lagi dan tidak akan ceroboh lagi.
Mong : Benar aku juga tidak akan mengulanginya lagi.
Merekapun kembali seperti semula seperti tidak ada apa-apa yang selalu
bersama dan bercanda gurau bersama. Pelajaran yang dapat diambil dari
cerita di atas yaitu jangan pernah mengambil atau meminjam barang-barang
milik orang lain tanpa seizin pemiliknya. Karena itu hal yang tidak baik dan
juga termasuk mencuri. Selain itu jangan ceroboh dalam bertindak, jika
meminjam barang milik orang lain sepatutnya pelan-pelan, dijaga, dan
dirawat.
PUTRI JAHAT YANG KESEPIAN
“Don’t let people pull you into their storms. Pull them into your
peace.”
Karya : Frida Wahyu Rahmawati
Dahulu kala di sebuah jaman kerajaan hiduplah seorang raja yang berkuasa.
Raja tersebut memiliki dua orang putri yang sangat cantik. Putri pertama
bernama Celeste, dia cantik, baik, dan sangat pintar seperti ibunya. Putri
kedua juga tak kalah cantik, namanya Cayenna dengan mata biru, rambut
pirang berkilau dan kulit putih yang merona. Meskipun demikian keduanya
memiliki sifat yang berbeda. Celesste punya citra yang baik dan lembut,
namun Cayenna tidak. Dia kasar, suka memukul pelayan, dan suka
membuat keributan di acara pesta. Namun siapa sangka, gadis jahat itu
ternyata kesepian. Kedua orangtuanya yang pilih kasih membuat Cayenna
bersikap demikian. Cayena akhirnya selalu membuat keributan untuk
menarik perhatian orangtuanya. Dia seorang putri, orangtuanya seharusnya
menegurnya. Tapi tidak, raja dan ratu malah acuh tak acuh karena males
meladeni sikap kasar Cayenna. Cayenna frustasi, ia semakin kesepian.
Meskipun ia punya saudara yaitu Celeste, mereka tidak cukup akrab untuk
saling menghibur. Semua sifat jahat Cayena ini berawal dari sikap
orangtuanya yang sejak kecil selalu membandingkan-bandingkannya
dengan Celeste. Orangtuanya selalu bilang bahwa Cayena bodoh tidak
seperti Celeste yang jenius.
Suatu hari ayahnya berkata,
“Kamu pikir cantik saja akan berguna? Seharusnya kamu juga berbakat
seperti Celeste!”
Perkataan yang amat menyakitkan untuk Cayenna.
Dia juga tidak ingin terlahir seperti ini, menjadi tidak berbakat dan tidak
berguna. Cayena akhirnya mulai membenci kedua orangtuanya sejak saat
itu. Lambat laun Cayenna lelah, suatu hari ia memutuskan untuk menjauh
dari keluarganya dan mengasingkan diri. Awalnya orangtua Cayenna kaget,
namun kemudian bersikap tak acuh. Cayena akhirnya pergi ke istana di
pinggir kerajaan untuk mengasingkan diri. Ia hanya pergi bersama
pelayanan setianya saja yaitu Erin.
Hari dan tahun berganti, kehidupan Cayenna di istana tempat ia
mengasingkan diri tidak terlalu buruk. Ia hidup cukup baik sekarang,
sikapnya berubah. Setelah kepergiannya dari istana utama dia merenungi
semuanya. Seharusnya meskipun orangtuanya memperlakukannya tidak
adil, ia tidak boleh berlaku jahat hanya untuk mencari perhatian. Dia merasa
bersalah pada semua orang yang dirugikannya dahulu.
Cayenna yang sekarang memiliki citra yang baik, ramah, dermawan, cantik,
dan lembut. Tidak ada Cayenna yang kasar dan semena-mena sekarang.
Semua orang dan warga yang tinggal di sekitar istana tempat Cayenna
mengasingkan diri sangat menyanjung gadis itu. Di istana yang dulunya
usang ini dirubah Cayenna menjadi istana yang cantik dikelilingi taman
bunga berwarna-warni.
Berbanding terbalik dengan kehidupan Cayenna, keadaan di istana utama
kacau karena Celeste sakit.
“Putri ada surat yang datang dari istana utama” seru Erin sang pelayan
ketika Cayena sedang minum teh di taman.
“Berikan surat itu” ujar Cayenma sembari tersenyum.
Erin dengan cekatan membawa surat itu ke hadapan Cayenna. Setelahnya
Cayena membuka surat itu dan membacanya. Raut wajah Cayenna yang
semula tersenyum kini berubah, terganti dengan raut muram.
“Apa benar Celeste sakit selama ini Erin?” Tanyanya heran
“Benar putri, kabar ini akhir-akhir ini menjadi topik hangat di kerajaan
karena penyakit itu sulit disembuhkan” ujar Erin.
“Erin, kenapa aku baru tahu sekarang? Kasian sekali Celeste.” Ujar Cayena
“Penyakit Euvelle, sepertinya aku pernah mendengarnya sebelumnya.” Ujar
Cayena sambil mengamati tulisan di surat yang ibunya kirimkan.
“Tunggu, bukankah penyakit itu bisa disembuhkan dengan bunga
Ophelia?!” Jerit Cayena
“Benar putri, tapi susah sekali menemukan bunga ophelia saat ini. Saya
dengar, Raja juga belum menemukannya.” Ujar Erin
Cayena tersentak, ia kemudian berlari ke kamarnya, dengan cepat ia
mengambil sebuah biji yang telah ia simpan sejak lama. Ia ingat, ia
memiliki biji bunga Ophelia. Biji ini memang langka, Cayena hanya sangat
beruntung memilikinya. Ia mendapatkan biji ini dari seorang peri air yang
tidak sengaja ia tolong 2 tahun lalu. Tidak terpikirkan olehnya bahwa biji
ini akan berharga sekarang.
Ia segera mengampil pot baru dan mulai menanam biji itu. Cayena mulai
menyiram biji ophelia itu dan perlahan-lahan tumbuhlah biji ajaib itu.
Cayena tersenyum senang. Ia kemudian memetik salah satu tangkai bunga
ophelia dan memasukkannya ke kantong. Setelahnya Cayena berlari dengan
cepat hingga membuat para pelayan terkejut dan menegurnya agar tidak
berlarian. Cayena mengabaikannya, ia terus berlari ke kandang kuda dan
tanpa aba-aba menaiki kuda dengan kecepatan tinggi menuju istana utama.
Setibanya di istana utama, orang-orang terkejut sekaligus takut. Tuan putri
yang jahat kembali muncul, mereka mulai khawatir. Cayenna
mengabaikannya, setelah ia turun dari kuda ia berlari menuju kamar
Celeste. Setibanya disana, ia melihat wajah orangtuanya yang khawatir dan
cemas di samping Celeste. Ibunya yang pertama bereaksi, ia terkejut lalu
berlari memeluk putrinya yang telah lama pergi. Cayena tersenyum, ada
perasaan hangat yang hinggap. Namun senyum itu tidak bertahan lama
ketika ayahnya berbicara dengan pedas,
“Untuk apa kamu kembali?.” Ujar ayahnya
“Ayah, bukankah seharusnya kamu menanyakan kabar putrimu dahulu.
Tidak senangkah kamu aku kembali?.” Balas Cayenna
“Tidak usah khawatir, aku akan pergi setelah urusan ku selesai.” Lanjut
Cayenna lagi.
“Ibu, aku kesini ingin membantu Celeste. Aku membawa bunga Ophelia”
ujar Cayenna membuat ayah dan ibunya terkejut lagi.
Cayena mulai mengeluarkan bunga tersebut dari kantung yang dibawanya,
lalu menyerahkan ke ibunya.
“Berikanlah pada dokter kerajaan, agar cepat diolah dan diberikan ke
Celeste.” Ujar Cayena lembut
Sang ibu kemudian berderai air mata, ia gemetaran mengambil bunga yang
ada di tangan Cayenna.
“Astagaa, terimakasih sayang.” Ujar ibunya sembari menangis
“Iya ibu, karena urusanku sudah selesai, aku akan pergi.” Ujar Cayenna
Ibunya menggeleng dan kembali memeluk putrinya,
“Tidakk, kenapa kamu melakukan ini? Kami sudah bersikap tidak adil
padamu sayang, maafkan kami.” Ujar ibunya berderai air mata
“Aku tahu dan aku sudah memaafkan kalian. Bu, adakalanya aku hanya
ingin hidup tenang dan bahagia. Karena aku tahu dengan berbuat jahatpun
tidak akan membuat kalian memberikan kasih sayang padaku yang tidak
berbakat ini.” Ujar Cayena
“Tidakk, kami yang minta maaf. Maaf sudah membuatmu jahat selama ini.
Maaf, maafkan ibu.” Balas ibu Cayena yang membuat Cayenna ikut
menangis.
Tiba-tiba saja ayahnya berlutut, ia ikut menangis dan berujar
“Maafkan ayahmu juga, maaf karena bersikap tidak adil dan jahat. Maafkan
ayah karena tidak bijaksana. Maafkan ayah yang egois dan tidak pernah
memikirkan perasaan mu. Cayena mungkin kamu berfikir bahwa ayah
berbohong tetapi ayah sangat merindukanmu selama ini. Ayah hanya malu
menyampaikannya.” Ujar Ayahnya
Cayena terkejut lalu ia mulai memeluk ayahnya yang terduduk di lantai.
“Tidak, aku sudah memaafkan ayah. Maafkan aku juga yang memakai cara
salah untuk mencari perhatian ayah.” Balas Cayena sambil menangis
sesenggukan. Mereka bertiga akhirnya berpelukan dan saling menyesal
Sejak hari itu, kondisi Celeste membaik. Ia juga senang melihat Cayena
kembali lagi. Celeste sangat berterimakasih kepada Cayenna.
“Terimakasih Cayenna, aku berhutang budi padamu.” Ujar Celeste
“Jangan katakan itu, kamu tahu kan kita saudara kandung. Sudah
sewajarnya aku menolongmu.” Ujar Cayenna
“Aku tidak peduli, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih yang sangat
banyak untukmu” ujar Celeste sembari tersenyum lebar dan memeluk
Cayenna.
Hubungan antara Cayenna dengan orangtuanya dan Celeste perlahan
membaik. Mereka mulai menjalani hidup seperti keluarga yang harmonis
seperti apa yang diimpikan Cayena selama ini. Orang-orang juga mulai
menyukai Cayenna yang sekarang, mereka perlahan-lahan menghormati
gadis itu. Cayenna tidak lagi kesepian sekarang
Pesan Moral: Janganlah membalas perbuatan jahat/tidak adil yang
dilakukan kepadamu dengan perbuatan jahat juga. Teruslah berbuat baik,
dan jangan menjadi jahat karena tidak akan membuat dirimu bahagia. Dari
cerita di atas, dapat dsimpulkan juga bahwa ketika ada masalah dengan
oranglain selesaikanlah dengan cara yang baik jangan menggunakan cara
yang egois atau jahat untuk menghakimi orang tersebut.
Suksesnya Anak Berkebutuhan Khusus
Karya : Faracha Nur Rahmah
Rania, si gadis kecil berkebutuhan khusus. Terlahir dengan mata yang tidak
dapat melihat membuatnya tak patah semangat. Memiliki kedua orang tua
yang berwawasan maju dan tidak menganggap anaknya berbeda, Rania
selalu mendapatkan perhatian cukup dari kedua orang tuanya. Selain itu ia
juga di tuntun untuk tampil percaya diri tanpa memikirkan apa yang
menjadi kekurangannya.
Rania kecil selalu mendapatkan cemoohan dan dikucilkan dari lingkungan
sekolah dan rumah. Setiap hari ia selalu di pandang remeh karena
keterbatasannya tersebut. Ia di bully karena selalu menyusahkan kedua
orang tua nya. Akan tetapi, dengan pengertian yang diberikan oleh orang
tua dan gurunya ia selalu menganggap cemoohan itu sebagian tantangan
untuk kesuksesannya.
Beranjak dewasa, bakat dan minat Rania semakin terlihat. Bermula dari
sering mendengarkan musik dan mendendangkan lagu yang didengarkan
dari Radio, kedua orang tua Rania yang melihat potensi ini mulai
mengasahnya untuk dikembangkan. Dengan mendatangkan guru privat
piano sekaligus menyanyi untuk Rania bakatnya pun semakin terasah.
Kegigihan Rania untuk terus belajar dan selalu mengikuti berbagai lomba
menyanyi, membuatnya lebih semangat menjalani kehidupan dan meraih
mimpinya. Ia ingin membuktikan pada orang-orang bahwa ia bukan sekedar
gadis berkebutuhan khusus yang menyusahkan. Dengan bakat yang
dimilikinya ini, Rania mampu bangkit dan sukses di bidang olah vokal.
Kesuksesan Rania ini membuat lingkungannya bungkam dan berhenti
mencemoohnya.
Pesan Moral :
Menjadi anak berkebutuhan khusus tidak menghalangi kesuksesan di masa
depan. Asalkan mau berkerja keras, tidak pantang menyerah, dan mau
belajar usaha yang telah dilakukan tidak akan menghianati hasil.
KUKI DENGAN SAHABATNYA GIGI
Karya : Des a Anjelina
Visualisasi
Di hutan saat ini sedang ramai membicarakan tentang lomba menyanyi,
katanya hadiahnya adalah makanan gratis selama sebulan. Berita ini pun tak
luput dari pendengaran si Kelinci yang bernama Kuki dan sahabatnya si
Kucing yang bernama Gigi mereka adalah sepasang sahabat, Kuki dan Gigi
pertama kali bertemu di danau yang pada saat itu Gigi tengah tenggelam
didanau. Kuki yang melihat itu tidak tinggal diam berlari ke tepi danau
dengan mengulurkan tangannya kepada si Kucing namun tidak sampai
karna tangan Kelinci sangat pendek, dan akhirnya Kuki mencari benda yang
ada di sekitarnya dan menemukan ranting kayu yang lumayan panjang
langsung saja Kuki ulur ranting kayu tersebut ke si Kucing. “Hei pegang
ranting ini, aku akan menarikmu.” Katanya. Si Kucing pun menurut dan
langsung meraih ranting kayu untuk berpegangan dan langsung ditarik oleh
Kuki, itulah awal bagaimana mereka bisa bersahabat sampai saat ini.
Bunyi ketukan pintu terdengar dirumah si Kucing, rupanya sahabatnya si
Kelinci saat ini tengah berada didepan rumahnya dengan keadaan
berantakan dan banyak keringat.
“Pasti Kuki habis lari dari tengah hutan sampai kerumah Gigikan?
Kuki terkekeh pelan “Hehe, iya.” Jawab Kuki, “Hmm Gi bolehkan aku
mendapatkan segelas air dari kulkasmu? Hehe aku sangat haus”
Gigipun mempersilahkan Kuki untuk masuk kerumahnya, Kasian kayak
habis dikejar Hantu katanya hihi bercanda. Gigi menyuruh Kuki untuk
duduk dikursi ruang tamu selagi ia mengambil minum dan beberapa
camilan untuk sahabatnya itu.
“Hei, Gi apakah kau sudah mendengar berita itu?”
“Berita Lomba menyanyi yang hadiahnya makanann gratis selama sebulan?
Kalau itu Gigi sudah dengar dari kak Tata.” Jawab Gigi sambil meletakkan
minum dan camilan yang langsung diteguk habis oleh kelinci. Haus
katanya, Huff untung saja Gigi tadi bawa air tambahan.
“Bagaimana apakah kamu ingin mengikutinya?” tanya Kuki setelah selesai
dengan minumnya.
“hnggg, Gigi ga bisa bernyanyi Kukiiii, yang bisa nyanyi itu Kukiiii” ujar
Gigi dengan nada sebal.
Kuki tertawa keras karna berhasil menggoda sahabat kucingnya itu
“Acaranya akan diadakan seminggu lagi, aku sudah mendaftar tadi dan kau
tahu apa yang kulihat?” dengan mata melebar Kuki bertanya ke Gigi.
“hmm, tidak tahu”
“Yang kulihat tadi adalah Cesie si Angsa yang bersuara bagus itu, dia juga
mendaftar lombanyaaa dan aku… aku merasa tidak percaya diri untuk
memenangkan perlombaan itu.” Ujar Kuki dengan wajah sedih.
Gigi menghela nafas, sahabatnya itu selalu saja tidak percaya diri
padahalkan suara Kuki tak kalah bagus dengan si Angsa itu. “Kukii tidak
boleh berbicara seperti itu, kemampuan semua binatang itu berbeda-beda
ada yang bagus juga ada yang kurang bagus, suara Kuki itu termasuk
baguss bagus banget malah dibanding Gigi yang tidak bisa bernyanyi ini,
jadi Kuki harus percaya diri dan semangat, Gigi akan menemani Kuki
latihan bernyanyi. Okay?” ujar Gigi dengan semangat dan hanya diangguki
oleh si Kuki saja.
Seminggu telah berlalu, dan selama seminggu itu Gigi tak hentinnya
memberikan semangat untuk sahabatnya si Kelinci. Sekarang lomba telah
dimulai dan Kuki bersiap untuk naik kepanggung karna sudah gilirannya
untuk maju. Banyak penonton yang datang termasuk Gigi yang saat ini
duduk paling depan bersama dengan kakaknya Tata. Kuki dapat melihat
papan besar yang telah disiapkan Gigi untuknya yang bertuliskan
“SEMANGAT KUKI JIKA MENANG JANGAN LUPA HADIAHNYA
DIBAGI SAMA GIGI”. Kuki terkekeh pelan dan bersiap untuk mulai
bernyanyi.
Setelah beberapa jam berlalu sudah saatnya untuk mengumumkan
pemenangnya, pembawa acara saat ini sudah berada dipanggung. Kuki
sangat gugup dibelakang sampai-sampai habis minum 3 botol ckck. Tak
beda jauh sahabatnya si Kucing saat ini juga terlihat gugup, karna ia tahu
Kuki sangat bekerja keras untuk memenangkan perlombaan ini.
Dugun dugun dugun
“DAN PEMENANGNYA ADALAH…… KUKI….DARI HUTAN
SELATAN, SELAMAT”
Kuki merasa senang dan terharu karna kerja kerasnya selama seminggu ini
membuahkan hasil dengan memenangkan perlombaan ini dan mengalahkan
Cesie si Angsa yang terkenal bersuara bagus itu, tak lupa Kuki juga sangat
berterimakasih kepada sahabatnya si Kucing yang telah menemaninya dan
memberikan semangat terus menerus agar ia percaya diri.
Pendidikan karakter yang dapat diambil adalah kerja keras tidak akan
menghianati hasil, selalu tekun belajar untuk meraih apa yang diingin,
peduli sosial sama seperti halnya Si kucing yang selalu memberikan
semangat untuk si Kelinci. Bersahabat layaknya Si kucing dan Si kelinci.