E-BOOK
Program Studi Pendidikan Biologi
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan e-book yang berisikan materi
mata kuliah Fisiologi Hewan. E-book ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Fisiologi Hewan”.
Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
"Fisiologi Hewan" Bapak Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si, Ibu Elga Araina, S.Si, M.Pd dan Ibu
Ririn Fahrina, S.Pd, M.Pd sehingga e-book ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa e-book ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik
materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga e-book ini bisa mencapai kesempurnaan sebagaimana mestinya.
Semoga e-book ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca khususnya terhadap
penulis. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.
Palangka Raya, 26 Februari 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii
BAB 1 Osmoregulasi ............................................................................................1
A. Pengertian Osmoregulasi ..................................................................................1
B. Peranan Osmoregulasi .......................................................................................1
C. Prinsip Dasar Osmoregulasi...............................................................................2
D. Organ Osmoregulasi ..........................................................................................3
E. Respons Osmotic Hewan ...................................................................................5
F. Mekanisme Osmoregulasi Pada Mamalia...........................................................8
Kesimpulan ...........................................................................................................10
Bab 2 Sistem Integumen ......................................................................................11
A. Pengertian Sistem Integumen.............................................................................11
B. Fungsi Sistem Integumen...................................................................................11
C. Sistem Integumen Pisces ...................................................................................12
D. Sistem Integumen Amfibi ..................................................................................15
E. Sistem Integumen Reptil....................................................................................16
F. Sistem Integumen Aves .....................................................................................17
G. Sistem Integumen Mamalia ...............................................................................18
H. Kelenjar Kulit Vertebrata...................................................................................21
Kesimpulan ...........................................................................................................23
Bab 3 Nutrisi Dan Sistem Pencernaan ................................................................24
A. Pengertian Nutrisi..............................................................................................24
B. Jenis Nutrisi Yang Diperlukan Oleh Hewan.......................................................24
C. Mekanisme Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata .....................26
D. Sistem Pencernaan Pada Vertebrata ...................................................................27
Kesimpulan ...........................................................................................................32
Bab 4 Sistem Peredaran Darah ...........................................................................33
A. Pengertian Sistem Peredaran Darah ...................................................................33
B. Sistem Peredaran Darah Pisces ..........................................................................33
C. Sistem Peredaran Darah Amfibi.........................................................................34
D. Sistem Peredaran Darah Reptil ..........................................................................35
E. Sistem Peredaran Darah Aves ............................................................................36
F. Sistem Peredaran Darah Mamalia ......................................................................37
Kesimpulan …………………………………………………………………………39
ii
Bab 5 Sistem Respirasi.........................................................................................40
A. Pengertian Sistem Respirasi ............................................................................40
B. Proses Transpor Oksigen Saat Respirasi ..........................................................41
C. Proses Transpor Karbon Dioksida Saat Respirasi.............................................41
D. Sistem Respirasi Hewan Vertebrata.................................................................42
Kesimpulan ...........................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................49
iii
BAB
1 OSMOREGULASI
A.Pengertian Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah suatu proses pengaturan konsentrasi air dan substansi terlarut
lainnya oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya
perbedaan konsentrasi cairan sel atau tubuh dengan lingkungan di sekitarnya. Osmoregulasi
sangat terkait erat dengan sistem ekskresi, karena sistem tersebut terlibat langsung dalam
pengaturan kadar air dan substansi terlarut di dalam tubuh, sehingga keseimbangan tetap
terpelihara demi kelangsungan fungsi-fungsi normal fisiologis. Volume dan komposisi larutan
di dalam cairan tubuh dikontrol secara tepat oleh organ ekskresi dengan membuang atau
mempertahankan kadarnya sesuai kebutuhan tubuh. Pada hewan akuatis, kulit dan saluran
pencernaan menjadi organ yang penting bagi pengaturan garam-garam dan air.
B.Peranan Osmoregulasi
Osmoregulasi memiliki peranan sangat vital bagi hewan. Peranan tersebut adalah:
1. Mengatur jumlah air yang terkandung di dalam cairan tubuh sehingga tekanan osmotik
tetap stabil.
2. Menjaga dan mengatur kestabilan kadar zat-zat terlarut dalam cairan tubuh seperti ion
Na, K, Mg, Ca, Fe, H, Cl, I dan PO4. Ion-ion ini sangat vital dalam metabolisme seperti
kerja enzim, sintesis protein, pigmen respirasi, permiabilitas otot, aktivitas listrik saraf
dan kontraksi otot.
3. Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh.
1
C. Prinsip Dasar Osmoregulasi
Ada beberapa hal yang mendasari osmoregulasi, Gambar 1.1 Prinsip Osmoregulasi
yaitu potensial kimia air, tekanan osmosis, partisi ion Sumber:
ekstra seluler dan intraseluler, dan transpor zat https://images.app.goo.gl/h4PSu1gajrnPMzCq8
melintasi membran. Potensial kimia atau energi bebas
molar parsial merupakan perubahan suatu sistem jika
satu mol zat ditambahkan ke dalamnya. Potensial kimia
dapat juga diartikan sebagai suatu ukuran dari
kecenderungan terlepas dari suatu komponen. Jika
potensial kimia dari suatu komponen di dalam setiap
fase tidak sama, maka komponen tersebut cenderung
berpindah fase, di mana komponen yang memiliki
potensial kimia yang tinggi berpindah ke komponen
yang memiliki potensial kimia yang lebih rendah.
Jika potensial kimianya sama di dalam kedua fase, maka kecenderungan terjadinya
perpindahan dari satu fase ke fase lainnya tidak ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
potensial kimia air dalam cairan sel atau tubuh menjadi penentu dalam osmoregulasi. Jika
potensial kimia air lebih tinggi pada suatu kompartemen, maka air akan berpindah ke
kompartemen yang memiliki potensial kimia air lebih rendah. Potensial kimia air ini sangat
tergantung kepada suhu, tekanan dan komposisi atau komponen zat terlarut. Tekanan osmosis
atau tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan partikel zat pelarut agar tidak berpindah
ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut yang tinggi. Proses osmosis terjadi apabila
kedua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel memiliki tekanan osmotik yang
berbeda. Pelarut (air) akan berpindah ke dalam larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut
yang tinggi. Dengan kata lain, air akan berpindah dari larutan yang mengandung air banyak
(konsentrasi zat terlarut rendah) ke larutan yang mengandung sedikit air (konsentrasi zat terlarut
tinggi). Partisi ion pada kompartemen ekstraseluler dan intraseluler berkaitan kelarutan ion-ion
dalam cairan sel.
2
Gambar 1.2 Prinsip osmoregulasi ikan
Sumber: https://images.app.goo.gl/QJ9zh1pNKT4f2noBA
D. Organ Osmoregulasi
Organ osmoregulator adalah organ khusus yang terlibat dalam mempertahankan ionik
dan homeostasis osmotik. Organ spesifik yang memediasi proses ini dapat bervariasi di antara
berbagai kelompok hewan.
1. Insang
Insang ikan adalah organ utama untuk regulasi osmotik dan ionik, regulasi asambasa, dan
pembuangan limbah nitrogen, serta praga utama untuk pertukaran gas. Insang pada ikan
lamprey air tawar, elasmobranchiata, dan teleostseii adalah organ utama untuk menyerap ion
dari lingkungan encer, sedangkan insang pada lamprey laut dan ikan teleostei laut adalah organ
utama utama sekresi garam.
2. Ginjal dan Kantung Kemih
Ginjal lamprey dan elasmobranchiata semuanya memiliki glomerulus nefron, yang juga
berlaku pada ikan air tawar dan spesies teleostei eurihalin. Pada teleostei laut, glomerulus ginjal
jumlahnya sedikit atau pada banyak kasus, kekurangan glomeruli. Pada ikan air tawar, filtrasi
glomerulus dan laju aliran urin tinggi, karena jumlahnya berlebihan membuat urin encer
sehingga perlu menge luarkan air berlebih yang diperoleh melalui osmosis insang dan
meminimalkan hilangnya ion dalam urin. Pada beberapa ikan air tawar, kandung kemih
berperan meningkatkan reabsorpsi ion urin. Epitelnya memiliki permeabilitas osmotik yang
rendah, sehingga memastikan urin yang sangat hipotonik.
3
Gambar 1.3 Organ Osmoregulasi Pada Ikan
Sumber: https://images.app.goo.gl/61DVjQBQ7HHxNHLA9
3. Saluran pencernaan
Anatomi saluran pencernaan sangat bervariasi tergantung spesies hewan dan berkaitan
dengan makanan dan cara memperolehnya. Meskipun demikian, pada ikan ataupun hewan
lainnya, saluran pencernaan memiliki peran penting dalam osmoregulasi karena pencernaan
bergantung pada sekresi dan penyerapan elektrolit. Ikan laut juga minum air dan menggunakan
saluran pencernaan sebagai organ osmoregulasi utama untuk menyerap air untuk mengimbangi
kerugian osmotik. Proses ini dimulai dengan desalinisasi esofagus dan regulasi sfingter
jantung. Sfingter jantung biasanya mengatur perjalanan makanan ke dalam lambung dari
kerongkongan dan mengatur sfingter pilorik bagian chyme ke dalam usus. Proses penyerapan
dan sekresi usus berlangsung dan menghasilkan keluaran berupa cairan dubur. Secara khusus,
posterior usus mengeluarkan HCO3, yang mengendapkan karbonat Mg2 + dan Ca2+ di lumen
usus dan dengan demikian mengurangi osmolalitas chyme.
4. Kelenjar Rektum pada Elasmobranchiata
Kelenjar rektum elasmobranch laut mengeluarkan cairan atau urin yang sangat
terkonsentrasi (NaCl hingga 1,0 M). Sekresi ini mengalir melalui sebuah saluran yang
mengarah ke dalam usus, distal ke katup spiral. Tubulus sekretoris terdiri dari banyak ionosit
yang memiliki membran basolateral yang sangat diperluas dan memiliki penampilan yang
mirip dengan sel-sel yang terkait dengan organ saltsecreting vertebrata lainnya di reptil laut
dan burung.
4
5. Kulit, Membran Operkular, dan Kantung Yolk
Beberapa ikan memiliki kulit yang sangat vaskularisasi yang mengandung banyak
ionosit dengan kemampuan transportasi ion. Pada ikan gobi, diperkirakan 10-20% dari total
transpor ion dilakukan melintasi permukaan kulit. Membran opercular killifish (Fundulus
heteroclitus) dan nila (Oreochromis mossambicus) banyak digunakan sebagai model untuk
mempelajari transportasi dan regulasi ion
E. Respon Osmotik Hewan
Respons osmotik merupakan bentuk respons atau tanggapan hewan dalam manjaga
kestabilan osmotik cairan tubuhnya ketika terjadi gangguan atau perubahan lingkungan.
Respons osmotik hewan terkait erat dengan lingkungan tempat hewan tersebut hidup. Respons
osmotik hewan menggambarkan bagaimana hewan meregulasi osmotik cairan tubuhnya agar
fisiologi berjalan normal. Oleh karena itu, respons osmotik berbeda pada hewan yang hidup di
air laut, air tawar, air payau, dan hewan terestrial.
1. Regulasi Osmotik Hewan Air Laut
Vertebrata laut memiliki pola osmoregulasi tersendiri. Vertebrata air laut dibagi menjadi
dua kelompok utama, yaitu osmotik dan ionik konformer dan osmotik dan ionik regulator.
Contoh kelompok osmotik dan ionik konformer yaitu hagfish (Myxine). Contoh vertebrata
laut yang termasuk kelompok osmotik dan ionik regulator adalah elasmobranchiata (ikan
bertulang rawan).
Gambar 1.4 Osmoregulasi ikan air laut
Sumber: https://images.app.goo.gl/a5i7iK27Qmr7s4dD7
5
Pada hewan kelompok ini, konsentrasi plasmanya sepertiga dari konsentrasi air laut. Hal
ini tentu menimbulkan permasalahan serius berupa:
(1) kehilangan air dari dalam tubuhnya
(2) terjadinya peningkatan kadar ion
Untuk meminimalisir kehilangan air tubuh, hewan ini memasukkan larutan urea dan
trimetilamin aksida (TMAO) ke dalam plasma selnya agar keseimbangan osmotik terjadi.
Kehilangan air diminimalisir dengan cara mengupayakan tercapainya keseimbangan osmotik
melalui penambahan larutan ke dalam plasma. Larutan yang ditambahkan tersebut adalah urea
dan trimetilamin aksida (TMAO). Penambahan urea dan TMAO ke dalam plasma dalam
rangka mencapai kesetimbangan osmotik tersebut pada akhirnya menjadikan tubuh hewan
bersifat hiperosmotik terhadap air laut. Akibatnya, hewan ini akan mengalami peningkatan
kadar air, khususnya melalui permukaan tubuh dan insang, yang memiliki struktur yang sangat
ideal untuk tempat terjadinya pertukaran air dan ion secara efektif.
2. Regulasi Osmotik Hewan Air Tawar Gambar 1.5 Osmoregulasi ikan air tawar
Hewan-hewan air tawar memiliki cairan tubuh Sumber:
https://images.app.goo.gl/a5i7iK27Qmr7s4
bersifat hiperosmotik terhadap medium eksternalnya. dD7
Kelompok ini memiliki permasalahan osmotik sama
dengan yang dihadapai oleh hewan air payau, akan tetapi
pada skala yang lebih ekstrem. Hewan air tawar
mengembangkan mekanisme-mekanisme osmoregulasi
baik terhadap osmotik maupun ionik dengan efektivitas
yang lebih baik dari pada hewan air payau. Permeabilitas
permukaan tubuh hewan air tawar lebih rendah dari pada
hewan air payau. Namun, moluska air tawar memiliki
permeabilitas permukaan tubuh yang lebih tinggi
sehingga air dapat masuk lebih mudah ke dalam
tubuhnya.
6
3. Regulasi Osmotik Hewan Terestrial
Keuntungan dari aspek fisiologis pada hewan yang hidup di lingkungan terestrial adalah
tersedianya akses oksigen yang mudah, namun ancaman terbesarnya adalah terjadinya
dehidrasi (kelihangan air tubuh). Secara evolusi hanya dua filum hewan yang berhasil
menginvasi lingkungan terestrial yaitu artropoda dan vertebrata. Selain itu, juga ada beberapa
moluska. Dengan kata lain, faktor pembatas kehidupan hewan di darat adalah adanya dehidrasi,
kecuali pada beberapa hewan yang memang hidup pada lingkungan terestrial yang lembab.
Contoh regulasi osmotik hewan terrestrial yaitu sebagai berikut:
Katak
Gambar 1.6 Osmoregulasi pada katak
Sumber: https://images.app.goo.gl/Y7FturA28KXv9Nqq5
Katak memiliki kulit yang lembab dan dingin. Tingkat penguapan dari kulit katak mirip
dengan cacing tanah dan perbedaan dua kali lipat antara katak dan salamander. Kulit amfibi
tampaknya tidak menghadirkan penghalang yang signifikan terhadap terjadinya penguapan.
arenanya, amfibi dewasa yang hidup di lingkungan terestrial biasanya hidup di dekat air dan di
habitat lembab di mana penguapan rendah. Ketika katak berada dalam air, mereka berperilaku
osmotik seperti hewan air tawar biasa. Beberapa spesies katak dapat menyimpan air sebanyak
30% dari berat badan kotor mereka. Urinnya sangat encer dan memiliki konsentrasi osmotik
yang sesuai dengan kurang dari 0,1% NaCl. Urin ini adalah cadangan air utama dan secara
bertahap habis selama estivasi.
7
Insecta
Gambar 1.7 Osmoregulasi pada insecta
Sumber: https://images.app.goo.gl/Er8ssjKrutLKzz6Y8
Serangga air tawar dapat menelan air dalam jumlah besar bersama makanannya dan juga
terkena aliran air osmotik. Air yang berlebih harus dihilangkan. Sebaliknya, serangga terestrial
yang hidup di habitat kering memiliki asupan air yang sangat terbatas, dan semua kehilangan
harus dikurangi sedemikian rupa sehingga jumlah air dalam jangka panjang tidak melebihi total
perolehan. Setiap organisme dapat mentoleransi variasi tertentu dalam kadar airnya, dan
beberapa lebih toleran dari pada lainnya. Jika kadar air tubuh serangga itu 75%, maka jika
serangga kehilangan setengah dari seluruh air di tubuhnya itu, membuat tubuhnya itu akan
mengandung 60% air.
F. Mekanisme Osmoregulasi Hewan
Mamalia
Meskipun mamalia berusaha untuk mempertahankan osmolalitas cairan ekstraseluler
(ECF) yang konstan, nilai-nilai yang diukur pada individu dapat berfluktuasi di sekitar set poin
karena perubahan intermiten dalam tingkat asupan air dan kehilangan air (melalui penguapan
atau diuresis) dan untuk variasi dalam tingkat asupan dan ekskresi Na+ (natriuresis). Meskipun
gangguan osmotik yang lebih besar dari ini dapat merusak kesehatan, perubahan dalam kisaran
1-3% memainkan bagian integral dalam kontrol homeostasis cairan tubuh. Pada tikus dan
8
manusia, jika cairan tubuh dalam kondisi hipo-osmolaritas, maka akan terjadi pennghambatan
sekresi vasopresin (VP) basal. Karena reabsorpsi air di ginjal sebagian distimulasi oleh level
VP saat istirahat, penghambatan VP ini menyebabkan perangsangan diuresis. Infus larutan
hipo-osmotik intravena mengurangi rasa haus pada manusia yang mengalami dehidrasi.
Gambar 1.8 Osmoregulasi ikan air laut
Sumber: https://images.app.goo.gl/rqRAvK5yGkiFKccd8
9
KESIMPULAN
Osmoregulasi adalah suatu proses pengaturan konsentrasi air dan substansi terlarut
lainnya oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya
perbedaan konsentrasi cairan sel atau tubuh dengan lingkungan di sekitarnya.
Osmoregulasi berperan sangat vital dalam menjaga homeostasis tubuh guna menjamin
keberlangsungan hidup hewan.
Ada beberapa hal yang mendasari berlangsungnya osmoregulasi, yaitu potensial kimia
air, tekanan osmosis, partisi ion ekstra seluler dan intraseluler, dan transpor zat
melintasi membran. Secara umum, hewan dibagi menjadi dua kategori besar dalam hal
respons mereka terhadap stres osmotik yaitu osmo 63 OSMO regulas Bab II regulator,
hewan yang mampu mempertahankan osmolaritas internalnya ketika berbeda dari
lingkungan eksternal, dan osmokonformer yaitu hewan yang mengubah konsentrasi
osmotik cairan tubuhnya untuk berkonformasi dengan medium eksternalnya.
Organ osmoregulator adalah organ khusus yang terlibat dalam mempertahankan ionik
dan homeostasis osmotik. Organ spesifik yang memediasi proses ini dapat bervariasi di
antara berbagai kelompok hewan. Namun, dasar molekuler dan mekanisme spesifik zat
terlarut dan transportasi air menunjukkan pola yang sangat konvergen/homolog di
berbagai jenis sel epitel hewan. Organ tersebut adalah insang, ginjal, dan kantung
kemih, saluran pencernaan dan kelenjar rektum pada elasmobranchiata serta kulit,
membran operkular, dan kantung yolk.
10
BAB SISTEM INTEGUMEN
2
A. Pengertian Sistem Integumen
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi,dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini sering
kali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu,
sisik,kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari
bahasaLatin " integumentum", yang berarti "penutup". Sistem integumen merupakan suatu
sistem yang sangat bervariasi, sehingga strukturnya tersusun oleh organ atau struktur tertentu
dengan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari
kulit yang sebenarnya dan derivat-derivat dari kulit. Kulit adalah suatu organ tubuh yang
terletak paling luar, struktur nya cukup kompleks dan memiliki beberapa fungsi vital.
B. Fungsi Sistem Integumen
Adapun fungsi sistem integumen antara lain sebagai berikut:
Sebagai pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan
mekanik, kimia, atau suhu.
Sebagai penerima sensasi berupa sentuhan, tekanan, nyeri dan suhu.
Sebagai pengatur suhu yaitu untuk menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan
meningkatkan kehilangan panas saat suhu panas.
Sebagai fungsi metabolik yaitu menyimpan energi melalui cadangan lemak; sintesis
vitamin
Sebagai fungsi Ekskresi yaitu mengeluarkan keringat, minyak dan garam.
11
Sebagai alat ekskresi. kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit yang lain,
antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman, penyinaran, panas. dan zat
kimia; mengatur suhu tubuh; menerima rangsang dari luar: serta mengurangi
kehilangan air. Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan
darah di pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan
kulit akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada keadaan
normal. keringat akan keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap jam. Beberapa
faktor yang dapat memacu pengeluaran keringat. antara lain peningkatan aktivitas
tubuh. peningkatan suhu lingkungan, dan goncangan emosi. Emosi akan merangsang
saraf simpatis untuk memperkecil.
C. Sistem Integumen Pisces
Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya,
seperti sisik dan kelenjar beracun. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup
merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat
makhluk hidup tersebut hidup atau berada. Yang termasuk dalam sistem integumen pada
ikan adalah kulit beserta drivat, contohnya adalah sisik dan kelenjar beracun.
1. Kulit
Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut Epidermis dan lapisan
dalam yang disebut Dermis atau Corium.
Gambar 2.1 Struktur Kulit Ikan
Sumber: https://images.app.goo.gl/Li6E5osNFoPGHKDH7
12
a. Epidermis
Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu basah yang
disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian dalam epidermis.
Lendir, pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala yang dapat
menghasilkan suatu zat (semacam glycopretein) yang dinamakan mucin. Jika zat tersebut
bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan menyebabkan kulit pada
bagian epidermis ini selalu basah. Pada ikan yang tidak memiliki sisik lendir yang
dihasilkan lebih banyak daripada ikan yang memiliki sisik. Fungsi lendir pada ikan itu
sendiri adalah untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air yng membuat ikan dapat
berenang lebih cepat, pada ikan belut sendiri digunakan untuk mempertahankan diri dari
mangsa khususnya manusia yang membuat tubuhnya licin dan sulit digenggam. Selain itu
lendir juga berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipermiabel yang
mencegah keluar masuknya air melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.
b. Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan kulit luar. Dermis
mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Lapisan ini juga berperan
dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. Terdapat beberapa macam sisik
ikan yaitu sebagai berikut:
1) Sisik Pelacoid
Sisik Placoid atau dermal denticle, yaitu sisik yang biasa dimiliki oleh
kelompok Elasmobranchii dan Chondrichthyes disebut dermal denticle. Sisik ini
terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya memiliki
lapisan email yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut
dentine yang berisi pembuluh dentinal.
2) Sisik Ctenoid
Sisik Ctenoid terdapat pada ikan bertulang sejati (Teleostei) yang
mempunyai jari-jari sirip keras (Acanthopterygii). Berbentuk pipih, tipis dan
transparan, tidak mengandung dentine atau enamel, serta pada bagian posterior
terdapat semaam duri-duri kecil atau Ctenii. Pada bagian luar sisik terdapat
tonjolan-tonjolan melingkar (circuli) dan garis memusat (Radius).
3) Sisik Cycloid
Sisik Cycloid terdapat pada ikan Teleostei yang memiliki jari-jari lunak
pada siripnya (Malacopterygii). Betuk sisik ini lebih bulat dan tidak mengandung
13
dentine atau enamel. Pada bagian luar sisik terdapat tonjolan-tonjolan melingkar
(circuli) dan garis memusat (Radius). Pada ikan dari daerah subtropis, circuli
dapat digunakan untuk menentukan umur ikan.
4) Sisik Cosmoid dan Ganoid
a. Sisik Cosmoid
Sisik Cosmoid terdapat pada ikan yang sudah menjadi fosil atau terdapat
pada ikan primitif seperti ikan Latimeria dan sisik ini permukaan luar berlapis
denticulate.
b. Sisik Ganoid
Sisik Ganoid terdapat pada ikan-ikan Acanthopterygii contohnya
ikan Acipencer serta pada lapisan luar sisik dibentuk dari substansi garam
anorganik yang keras (ganoine).
Gambar 2.2 Tipe sisik ikan
Sumber: https://images.app.goo.gl/Y5mRaSXu2Tk3B1rD7
2. Kelenjar Beracun
Kelenjar Beracun juga terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini
merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir.
Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau
melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun
antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea), dan
golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae). Beberapa jenis ikan
buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari sistem
integumennya, melainkan dari kelenjar empedu.
14
D. Sistem Integumen Amfibi
Amphibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa
Sisik. Kulit tersusun atas
Epidermis
Pada epidermis sebelah bawah
merupakan lapisan sel germ yang selalu
menghasilkan lapisan jangat yang setiap
waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama
musim hujan di bawah lapisan jagat
dibentuk lapisan jangat baru, sewaktu
lapisan jangat yang lama terkelupas telah
ada penggantinya. Biasanya kulit jangat
yang terlepas ditelan kembali.
Gambar 2.3 Lapisan epidermis amfibi
Sumber:https://images.app.goo.gl/McaopK3Udqd
3yAub6
Dermis
Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat
jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian
sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat
selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.
selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.
Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir
yang banyak, mencegah kulit dari kekeringan.Kulit juga memfasilitasi pertukaran gas
yang memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka menjalani hibernasi.Kulit
dicegah dari kerusakan oleh predator, banyak amfibi telah berevolusi, kelenjar racun
di kulit dan toksisitas dari kelenjar bervariasi sesuai dengan spesies.Racun yang
dikeluarkan oleh beberapa amfibi yang fatal bagi manusia juga tapi sisanya memiliki
efek yang sangat sedikit atau ringan.Kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi
toksin adalah kelenjar paratoid yang melepaskan bufotoxin dan terletak di belakang
15
telinga katak dan kodok tertentu sementara di salamander mereka hadir tepat di
belakang mata.
Kulit Amfibi/Amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit
amphibi terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:
a) Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening
untuk memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
b) Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
E. Sistem Integumen Reptil
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali
anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus,
seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang
dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar
(epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang
di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm. Beberapa bentuk sisik yang umum pada
reptil adalah: sikloid (cenderung datar membundar), granular (berbingkul-bingkul),
dan berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan
bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk
mengidentifikasi spesies hewan tersebut.
Gambar 2.4 Sistem inregumen reptil
Sumber: https://images.app.goo.gl/kFEPttVLue8jEiDm6
16
Integumen pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan
terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah.
Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal
mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes
(bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya
granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang
bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah
kontrol sistem nervosum outonomicum.
F. Sistem Integumen Aves
Tubuhdibungkus olehkulit yang seolah-olah tak melekat padaotot. Darikulit akan muncul bulu, yang
merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh
sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang
selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam pada tepinya sehingga
terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk
bulu. Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah
sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Gambar 2.5 Struktur bulu pada aves
Sumber: https://images.app.goo.gl/cmqPLqYrV6tfMiic7
17
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni :
Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather);
Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers);
Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).
Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
Tectrices, yang menutupi badan.
Reetrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai kemudian.
Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas:
Remiges primariae yang melekatnya secara digitalpada digitidan secara metacarpalpada metacapalia.
Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.
Parapterum, yang menutupi daerah bahu.
Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).
G. Sistem Integumen Mamalia
Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar
adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Tersusun atas
epitelium berlapis dan terdiri dari atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapis
yang jelas tampak, yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis, epidermis
tidak berisi pembuluh darah, saluran kelenjar keringat menembus epidermis dan
mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi folikel rambut, dan di atas epidermis
terdapat garis lekukan yang berjalan sesuai dengan papil dermis di bawahnya.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1) Stratum Komeum, terdiri dari sel
keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
Gambar 2.5 Struktur bulu pada aves
Sumber:
https://images.app.goo.gl/DDWWsysQqagpt7f47
18
2) Stratum Lusidum, lapisan ini berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan, tidak tampak pada kulit tipis.
3) Stratum Granulosum lapisan ini ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
4) Stratum Spinosum, pada lapisan ini terdapat berkas-berkas filamen yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang
peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi
5) Stratum Germinativum, pada lapisan ini terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Lapisan
stratum germinativum ini merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
2. Dermis
Pada lapisan dermis terdapat
pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel
rambut, kelenjar keringat, syaraf dan sel
fibroblast. Fibroblast ini berfungsi
menghasilkan kollagen, yang sangat
penting peranannya terhadap kekenyalan
dan elastisitas kulit. Selain itu pada
lapisan ini juga terdapat reseptor yang
berfungsi untuk merasakan sensasi raba
dan nyeri. Gambar 2.6 Lapisan epidermis, lapisan dermis dan
3. Hipodermis lapisan hipodermis
Sumber:https://images.app.goo.gl/cK3CaXPvv1KHSTh
K8
Merupakan bagian terdalam dari kulit, yang terdiri dari banyak sel lemak
sehingga berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera dan membantu dalam
mempertahankan panas tubuh.
19
Derivat Kulit Pada Mamalia
:
1. Rambut
Terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari
tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Terdapat 2 jenis rambut :
a. rambut terminal ( dapat panjang dan pendek.)
b. Rambut velus( pendek, halus dan lembut).
Fungsi rambut:
1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk:Alis mata melindungi mata dari keringat
agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
2. Menyaring udara.
3. Serta bersinergi dengan keseluruhan derivat kulit berfungsi sebagai pengatur
suhu.
4. Pendorong penguapan keringat dan indera peraba yang sensitive.
2. Tanduk
Tanduk adalah nama umum yang diberikan kepada penonjolan yang panjang dan runcing,
bercabang atau tidak bercabang pada kepala bagian frontal.
Macam-macam tanduk:
Tanduk rambut: disebut pula dengan
cula, seperti pada badak yaitu
kumpulan rambut-rambut yang telah
mengalami fusi. Cula atau tanduk
rambut tidak dapat lepas dan tidak
pula bercabang.
Gambar 2.7 cula pada badak
Sumber:https://images.app.goo.gl/m5u6dB29c8p
wj3uPA
20
Tanduk kosong: seludang zat, tanduk yang melapisi sumbu tulang, tak bercabang dan
tak pernah tinggal, pada beberapa hewan yang baik pertumbuhannya pada hewan
jantan. Rangga (Antler), tanduk tajam dan bercabang-cabang, seperti tanduk Rusa,
dapat dilepaskan.
Gambar 2.8 Tanduk pada rusa
Sumber: https://images.app.goo.gl/jKXX71aWgN6WBn8f9
3. Kuku
Permukaan dorsal ujung distal jari tangan atau kaki tertdapat lempeng keatin yang
keras dan transparan.tumbuh dari akar yang disebut kutikula.Berfungsi mengangkat benda
– benda kecil. Pertumbuhan rata- rata 0,1 mm / hari.pembaruan total kuku jari tangan : 170
hari dan kuku kaki: 12- 18 bulan.
H. Kelenjar Kulit Vertebrata
Kelenjar lendir (mukus), Kelenjar lendir dapat dijumpai pada pisces dan amphibi.
Kebanyakan kelenjar lendir pada ikan bersel tunggal.
21
Kelenjar bau, Kelenjar ini terdapat misalnya pada kaki kambing, rodentia, karnivora.
Pada sigung (skunk) terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular terdapat
di dekat kloaka.
Kelenjar minyak, Kelenjar ini terbatas terdapat pada mammalia dan biasanya
berhubungan dengan rambut. Fungsi kelenjar minyak adalah menggetahkan sebum
yang berguna untuk melumasi rambut dan lapisan tanduk kulit.
Kelenjar Keringat, Kelenjar ini hanya terdapat pada mamalia.
Kelenjar susu, kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mamalia. Kelenjar
ini merupakan modifikasi kelenjar keringat
22
KESIMPULAN
1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi,dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya
2. Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya, seperti
sisik dan kelenjar beracun
3. Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir, mencegah
kulit dari kekeringan
4. Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, sisik-sisik itu
dapat berukuran amat halus
5. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh.
6. Kelenjar kulit pada vertebrata terdiri dari kelenjar lender, kelenjar bau, kelenjar minyak,
kelenjar keringat, dan kelenjar susu.
23
BAB NUTRISI DAN SISTEM
3 PENCERNAAN
A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik yang organik yang dibutuhkan organisme untuk
dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Nutrisi didapatkan didapatkan dari makanan makanan dan cairan yang selanjutnya
selanjutnya diasimilasi diasimilasi oleh tubuh. Makan dan minum adalah sangat penting bagi
setiap mahluk hidup demi kelangsungan hidupnya. Hewan memiliki kebutuhan energi basal
yang harus dipenuhi untuk memelihara fungsi metabolisme sebagai penopang kehidupan.
ketika sejumlah hewan mengambil banyak jumla kalori dibandingkan dengan kalori yang
dibutuhkan, maka tubuhnya akan cenderung menimbuk kalori itu. Glukosa merupakan bahan
bakar utama bagi sel, metabolismenya diatur oleh homeostasin. Apabila simpanan glikogen
sudah penuh dan pemasukkan kalori lebih banyak dari yang dibutukan maka sisanya akan
disimpan sebagai lemak.
B. Jenis Nutrisi Yang Diperlukan Oleh Hewan
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh. Tubuh mengubah gula sederhana
dan apti kompleks menjadi glukosa untuk sijadikan sumber energi sel tubuh. Karbohidrat
digolongkan menjadi monosakarida atau gula sederhana (satu unit aldehida atau keton).
Karbohidrat bermanfaat untuk memberikan energi pada tubuh terutama pada sistem saraf dan
otak. Selain sebagai sumber energi, nutrisi ini juga membantu tubuh melawan berbagai macam
penyakit. Makanan yang menganduk karbohidrat adalah padi dan gandum.
24
Gambar 3.1 Struktur molekul karbohidrat
Sumber: https://images.app.goo.gl/rdXBLXXyLLErgFd59
2. Protein Gambar 3.2 Rumus senyawa protein
Protein yang terdiri dari unsur-unsur pembentuk Sumberhttps://images.app.goo.gl/zPW
ukhXnYU36vBXS6
protein protein yang disebut disebut asam amino yaitu
sebuah gugus karboksil karboksil serta sebuah atom
hidrogen dan terbagi menjadi dua asam amino essensial dan
non essensial. Nutrisi ini memiliki berbagai fungsi penting
di antaranya:
Tumbuh kembang terutama otot, tulang, rambut,
dan kulit.
Membentuk antibody, hormone, dan zat-zat penting
lainnya
Menyediakan sumber tenaga untuk sel dan jaringan
Ada banyak makanan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Protein hewani bisa
terdapat pada daging merah, daging ayam, dan telur.
3. Lemak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,
yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik non- polar. Lemak membantu memberikan energi pada tubuh. Selain
memberikan energi, makronutrien ini juga berfungsi sebagai berikut: Pertumbuhan sel,
membentuk sel-sel baru, membantu menyerap vitamin dan mineral, menjaga fungsi hormon.
24
Gambar 3.3 Struktur molekul lemak
Sumber: https://images.app.goo.gl/W5d71uJ8i75Lcfer7
4. Vitamin
Vitamin, merupakan merupakan molekul-molekul organik-organik yang diperlukan
diperlukan makanan makanan dalam jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan jumlah
asam amino esensial dan asam lemak yang diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang yang
sangat besar. Vitamin terbagi menjadi dua jenis yaitu vitamin yang larut dalam air, dan larut
dengan lemak. Vitamin yang larut dengan lemak diantaranya adalah vitamin A, vitamin D,
vitamin E, dan vitamin K. Sedangkan vitamin yang larut dalam air diantaranya adalah vitamin
C dan vitamin B kompleks.
a) b) c)
d) e) f)
Gambar 3.4 a) struktur molekul vitamin A, b) struktur vitamin B, c) struktur vitamin C, d)
struktur vitamin D, e) Struktur vitamin E, f) Struktur vitamin K
Sumber: https://images.app.goo.gl/PuYfp6cVu5yjcqt7A
25
5. MINERAL a)
Mineral merupakan nutrien anorganik, yang
umumnya diperlukan dalam jumlah yang sangat
kecil. Nutrisi ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu
mineral utama dan mineral penyerta. Contoh dari
mineral utama adalah kalsium, fosfor, sodium, dan
magnesium. Fungsi dari mineral ini adalah menjaga
keseimbangan cairan, menjaga kesehatan kulit, kuku,
dan rambut, serta menjaga kesehatan tulang. Zat besi,
mangan, dan zinc adalah contoh mineral penyerta.
Fungsi dari mineral penyerta adalah memperkuat
tulang, mencegah kerusakan gigi, hingga membantu
pembekuan darah.
b)
Gambar 3.5 a) Contoh mineral, b)
Struktur molekul mineral di dalam
tubuh.
Sumber:
https://images.app.goo.gl/bNLdHs
KcfFsuheE59
C. Mekanisme Sistem Pencernaan Makanan
Pada Hewan Vertebrata
Empat tahapan utama dalam pengolahan makanan adalah penelanan, pencernaan, penyerapan,
dan pembuangan. pembuangan.
Penelanan (ingestion), tindakan memakan, adalah tahapan pertama pengolahan makanan.
Pencernaan, (digestion), tahapan kedua, adalah proses perombakan makanan menjadi
molekul – molekul yang cukup kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh. Dua tahapan
terakhir pengolahan makanan terjadi setelah makanan itu ditelan.
26
Pada tahapan ketiga penyerapan (absorption), sel – sel hewan akan mengambil (menyerap)
molekul kecil seperti asam amisno dan gula sederhana dari kompartemen pencernaan.
Tahap keempat yaitu pembuangan (eliminasi) terjadi, ketika bahan yang tidak tercerna
keluar dari saluran pencernaan.
D. Sistem Pencernaan Vertebrata
1. Sistem Pencernaan Pada Pisces
Gambar 3.6 sistem pencernaan ikan
Sumber: https://images.app.goo.gl/vic3E6kqfYJzvGuv5
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah yang
pendek terdapat pada dasar mulut, lidah itu tidak dapat digunakan seperti lidah pada hewan
lainnya karena tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui faring
yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di
belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan
makanan di dorong masuk ke lambung. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan
pankreas. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk
membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu berbentuk berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah
kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk empedu
dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran
27
mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim
pencernaan dan hormon insulin.
2. Sistem Pencernaan Amfibi
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir Gambar 3.7 sistem pencernaan amfibi
sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan Sumber:
kelenjar pencernaan. Salah satu binatang amphibi adalah https://images.app.goo.gl/2v2zZUGLd4
katak. Makanan katak berupa hewan- hewan kecil 5jRKm38
(serangga). Kelenjar pencernaan pada amfibi terdiri atas
hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri
atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati
berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam
kantung empedu yang berwarna kehijauan, pankreas
berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus
dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi
menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
3. Sistem Pencernaan
Reptil
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati,
kantung empedu, dan pankreas. Hati pada reptilia
memiliki dua lobus (gelambir) dan berwarna
kemerahan. Kantung empedu terletak pada tepi sebelah
kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum, erbentuk pipih kekuning-kuningan.
Gambar 3.8 sistem pencernaan reptil
Sumber:https://images.app.goo.gl/Qj8q
VM76n2g8jfcB8
28
4. Sistem Pencernaan Aves
Sistem pencernaan burung sangat
sederhana agar cepat memproleh energi dan
melakukan sebuah adaptasi pada organ- organ
tertentu dalam menurunkan massa tubuh. Saluran
pencernaan burung, meliputi rongga mulut,
kerongkongan, tembolok, lambung, ampela, usus
halus, usus besar dan klaoka.
Gambar 3.9 sistem pencernaan aves
Sumber:
https://images.app.goo.gl/Sbt7bm2ofy
qaBHBBA
Sistem pencernaan burung dibedakan menjadi 3 yaitu:
Sistem Pencernaan Secara Mekanik
Sistem pencernaan secara mekanik pada burung terjadi di rongga mulut dengan bantuan
lidah, yang akan mendorong makanan menuju kerongkongan. Kemudian dari
kerongkongan ke tembolok dan menuju ke empedal.
Sistem Pencernaan Secara Enzimatis
Sistem pencernaan secara enzimatis terjadi di mulut dengan bantuan enzim ptialin, di
lambung dengan bantuan asam kloroda, di dalam usus halus dengan bantuan enzim
yang di hasilkan ole prankreas.
Sistem Pencernaan Secara Biologis
Sistem pencernaan secara biologis di bantu dengan bakteri, atau disebut mikrobiologi,
biasanya terjadi di dalam usus besar.
5. Sistem Pencernaan Mamalia
Pada mamalia contohnya hewan ruminansia merupakan hewan pemamah biak pemakan
tumbuhan (herbivora). Sistem pencernaan pada hewan ruminansia lebih unik dibandingkan
dengan manusia. Hewan ruminansia dapat mengunyah atau memamah makanannya melalui
29
dua fase. Fase pertama terjadi pada saat awal makanan masuk, makanan hanya dikunyah
sebentar dan masih dalam tekstur yang kasar. Selanjutnya makanan akan disimpan di dalam
rumen lambung. Fase kedua yaitu ketika rumen sudah penuh, hewan ruminansia akan
mengeluarkan makanan yang dikunyahnya tadi untuk dikunyah kembali hingga teksturnya
lebih halus. Kemudian makanan akan masuk ke dalam lambung lagi.
Gambar 3.10 Sistem pencernaan mamalia
Sumber: https://images.app.goo.gl/ECanzV78gBo3FXKs8
Organ-organ pada hewan ruminansia beserta fungsinya sebagai berikut:
Rongga mulut (Cavum Oris)
Rongga mulut berfungsi sebagai tempat masuknya makanan dan dimulainya proses
pencernaan. Rahang hewan ruminansia dapat bergerak menyamping untuk menggiling
makanan.
Esofagus (kerongkongan)
Esofagus berfungsi sebagai jalur penghubung antara rongga mulut dengan lambung.
Makanan hanya melewati esofagus tanpa melalui proses apapun, hal ini karena
kerongkongan ruminansia umumnya sangat pendek sekitar 5 cm, tetapi mampu melebar
untuk menyesuaikan ukuran dan tekstur makanan.
Lambung
Makanan yang telah melewati esofagus kemudian akan menuju lambung. Proses
pencernaan pada lambung yang pertama untuk menampung makanan sementara
sebelum dikeluarkan kembali. Selain itu lambung berfungsi dalam proses pembusukan
makanan dan menghasilkan enzim selulase yang dapat mengurai selulosa.
Usus Halus
30
Usus halus berfungsi menyerap sari-sari makanan yang telah diproses di dalam
lambung. Sari-sari makanan yang diserap kemudian diedarkan ke seluruh tubuh dan
diubah menjadi energi.
Anus
Setelah sari-sari makanan diserap oleh usus halus, sisa proses penyerapan akan dibawa
menuju anus. Sisa ampas makanan tersebut akan dikeluarkan melalui anus.
31
KESIMPULAN
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme sebagai fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan untuk pemeliharaan kesehatan.
Jenis nutrisi yang diperlukan oleh hewan adalah karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral.
Empat tahapan utama dalam pengolahan makanan adalah penelanan, pencernaan,
penyerapan, dan pembuangan. pembuangan.
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah
dan lidah yang pendek terdapat pada dasar mulut.
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan pada amfibi
terdiri atas hati dan pankreas. Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung
empedu, dan pankreas.
Sistem pencernaan burung sangat sederhana agar cepat memproleh energi dan
melakukan sebuah adaptasi pada organ- organ tertentu dalam menurunkan massa
tubuh.
Organ sistem pencernaan pada hewan mamalia contohnya hewan ruminansia yaitu
rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan anus
32
BAB SISTEM PEREDARAN DARAH
4
A. Pengertian Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah merupakan suatu sistem organ yang berfungsi untuk
memindahkan zat dan nutrisi ke dan dari sel. Pada hewan, sistem peredaran darah terbagi
menjadi sistem peredaran darah terbuka dan tertutup. Hal yang membedakan dari kedua jenis
tersebut adalah dari tempat mengalirnya cairan tubuh. Sistem peredaran darah terbuka,
peredaran cairan pada tubuh hewan tidak akan melalui pembuluh-pembuluh khusus. Sementara
pada sistem peredaran darah tertutup, cairan tubuh hewan akan melalui organ khusus, seperti
pembuluh-pembuluh.
B. Sistem Peredaran Darah Pada Pisces
Gambar 4.1 Sistem peredaran darah pisces
Sumber: https://images.app.goo.gl/MN4TpNE5FVgzY8vBA
Sistem kardiovaskular ikan terdiri dari jantung, pembuluh darah, arteri, darah, dan kapiler.
Kapiler adalah pembuluh mikroskopis yang membentuk jaringan disebut kapiler bed, dimana
darah arteri dan vena saling terkait. Kapiler memiliki dinding tipis yang memfasilitasi difusi,
suatu proses dimana oksigen dan nutrisi lain dari darah arteri yang ditransfer ke dalam sel.
33
Jenis aliran sirkulasi pada ikan bertipe sirkulasi Gambar 4.2 Sistem peredaran darah
tunggal. Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi pisces
(mengandung karbon dioksida) yang mengalir ke vena Sumber:
kecil yang disebut venula, yang pada gilirannya https://images.app.goo.gl/uJm3gxMkBbP
mengalir ke vena yang lebih besar. Vena membawa CkpfGA
darah terdeoksigenasi ke sinus venosus, yang seperti
ruang koleksi kecil. Sinus venosus memiliki sel-sel alat
pacu jantung yang bertanggung jawab untuk memulai
kontraksi, sehingga darah tersebut akan dipindahkan ke
dalam atrium berdinding tipis, yang memiliki sangat
sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi lemah
sehingga mendorong darah ke ventrikel. Ventrikel
adalah struktur berdinding tebal dengan banyak otot
jantung. Ini menghasilkan tekanan yang cukup untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
C. Sistem Peredaran Darah Pada Amfibi
Amphibi memiliki sistem peredaran darah
tertutup dan ganda. Sistem peredaran darah tertutup
adalah adanya peredaran darah ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah. Sedangkan sistem peredaran
darah ganda adalah darah melewati jantung sebanyak
dua kali dalam sekali perputarannya. Jantung yang
dimiliki Katak terdiri atas 3 ruang yaitu satu atrium
kanan, satu atrium kiri dan satu ventrikel. Selain itu,
katak memiliki satu organ bernama sinus venosus.
Sinus venosus adalah saluran penampungan darah dari
pembuluh yang akan masuk ke atrium.
Gambar 4.3 Sistem peredaran darah pisces
Sumber: https://images.app.goo.gl/MbaHxWvZ3UR9tTac8
34
Jantung pada katak akan selalu dialiri darah yang mengandung oksigen dan karbon dioksida.
Aliran darah diawali dari seluruh tubuh yang kaya CO2 masuk ke jantung melalui vena kava.
Darah ini mula-mula berkumpul di sinus venosus dan akan masuk ke atrium kanan, dan
menuju ventrikel, lalu dipompa menuju paru-paru. Selanjutnya, darah dari paru-paru yang kaya
O2 masuk ke atrium kiri dan menuju ventrikel. Selain dari paru-paru, O2 juga dapat diperoleh
melalui kapiler-kapiler di bawah kulit. O2 ini masuk ke dalam kulit secara difusi. Di dalam
ventrikel akan terjadi pencampuran antara darah dengan kandungan oksigen tinggi dengan
darah yang kandungan okseigennya rendah. Setelah berada di ventrikel, darah dengan kualitas
oksigen tinggi akan diedarkan ke seluruh tubuh sedangkan darah yang masih rendah oksigen
akan kembali menuju paru-paru sampai mendapatkan oksigen.Aorta yang ada dalam
mekanisme peredaran darah pada katak akan membantu penyebaran oksigen ini ke seluruh
bagian tubuh katak.
D. Sistem Peredaran Darah Pada Reptil
Sistem peredaran darah pada reptilia lebih Gambar 4.4 Sistem peredaran darah pada
berkembang jika dibandingkan dengan sistem reptile
peredaran amfibi karena adanya pemisahan darah Sumber:
yang beroksigen dan tidak beroksigen dalam jantung. https://images.app.goo.gl/MbaHxWvZ3UR9
Jantung reptilia terletak di rongga dada di bagian tTac8
depan ventral. Sistem peredaran darah pada reptil
berjenis peredaran darah tertutup ganda. Reptilia
mempunyai sirkulasi ganda yaitu sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmoner yang mengalirkan darah dari
jantung ke jaringan pertukaran- gas dalam paru-paru
dan kembali ke jantung. Pada satu ordo reptilia,
crocodilia, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi
bilik kiri dan bilik kanan. Proses sirkulasi pada
reptilia. Darah dari vena masuk ke jantung melalui
sinus venosus menuju ke serambi kanan, kemudian
bilik kanan.
35
Darah yang berasal dari paru-paru, melalui arteria pulmonalis, masuk ke serambi kiri
kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri, darah dipompa keluar melalui sepasang arkus aortikus,
Dua arkus aortikus ini lalu menghubungkan diri menjadi satu membentuk aorta dorsalis yang
menyuplai darah ke alatalat dalam, ekor, dan alat gerak belakang. Dari seluruh jaringan tubuh,
darah menuju ke Vena, kemudian menuju sinus venosus dan kembali ke jantung.
E. Sistem Peredaran Darah Pada Aves
Pada dasarnya sistem peredaran darah pada kelas Aves hampir mirip dengan sistem
peredaran darah pada kerja jantung kelas Mamalia. Sistem peredaran darah pada kelas Aves
juga menggunakan peredaran darah ganda dan sistem peredaran darah tertutup. Darah yang
kaya akan karbon dioksida (CO2) yang berasal dari seluruh tubuh mengalir ke jantung, pada
atrium kanan lalu ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan darah dipompa menuju paru-paru
melalui arteri pulmonalis. Dari paru – paru darah yang kaya oksigen (O2) mengalir menuju ke
atrium kiri melalui ventrium kiri untuk dipompa melalui Aorta. Dari Aorta darah kaya oksigen
(O2) akan diedarkan ke seluruh tubuh. Darah mengandung karbon dioksida (CO2)dari kapiler
jaringan tubuh akan dialirkan kembali ke atrium kanan jantung.
Gambar 4.5 Sistem peredaran darah pada aves
Sumber: https://images.app.goo.gl/MbaHxWvZ3UR9tTac8
Peredaran darah kecil pada aves yaitu berawal dari darah mengalir yang berasal dari
seluruh tubuh ke ventrikel kanan. Kadungan karbon dioksida pada jantung dipompa
menuju paru – paru melalui arteri pulmonalis untuk melepaskan kandungan karbon
36
vdioksida (CO2) pada darah dan mengikat oksigen (O2). Darah tersebut akan mengalir
dan masuk ke atrium kiri,dan akhirnya darah ke ventrikel kiri.
Peredaran darah besar pada kelas Aves sama dengan peredaran darah kecil hanya saja
ditambah dengan proses selanjutnya yaitu darah kaya oksigen (O2 ) yang berasal dari
ventrikel kiri diedarkan menuju ke seluruh tubuh tepatnya sel – sel tubuh. Pada sel- sel
tubuh ini kandungan oksigen (O2) dalam darah akan dilepaskan dan karbondioksida
(CO2) diikat sebagai sisa metabolism sel tubuh. Kelmudian darah yang banyak
mengandung karbon dioksida (CO) akan dialirkan kembali menuju jantung tepatnya
pada atrium kiri.
F. Sistem Peredaran Darah Pada Mamalia
Sistem sirkulasi pada mamalia adalah sistem yang paling komples dan berkembang.
Jantung mamalia memiliki 4 ruang antara lain 2 atrium dan 2 ventrikel yang lengkap dengan
katup jantungnya yang terbentuk sempurna. Atrium kanan menerima darah miskin akan
oksigen (darah deoksi) dari badan, dan ventrikel kanan memompa darah dengan kuat ke paru
– paru untuk melepaskan karbon dioksida dan mengambil persediaan oksigen yang segar.
Darah oksigen kemudian kembali ke atrium kiri, dan dipompa keluar dengan kuat kesemua
organ – organ dan jaringan tubuh.
Gambar 4.6 Sistem peredaran darah pada mamalia
Sumber: https://images.app.goo.gl/pgTDzJAQgh242YAu5
37
Peredaran darah pada mamalia dibedakan menjadi dua yakni peredaran darah kecil dan
peredaran darah besar.
Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah yang dimulai dari jantung menuju kapiler
paru-paru, lalu kemudia kembali lagi masuk ke jantung. Darah yang berasal dari
paruparu diangkut melewati arteri pulmonari dan kembali menuju jantung melewati
vena pulmonari.
Peredaran darah besar ialah peredaran darah yang dimulai dari jantung sebagai
pemompa darah menuju ke semua penjuru jaringan tubuh mamalia, lalu kembali lagi
masuk ke jantung. Pengangkutan darah yang keluar dari jantung melewati pembuluh
aorta yaitu pembuluh nadi yang berukuran besar. Pembuluh ini memiliki percabangan
pendek sebanyak dua yaitu satu cabang mengangkut darah yang mengandung oksigen
menuju bagian kepala dan lengan. Sedangkan cabang satunya lagi mengangkut darah
ke berbagai penjuru tubuh hewan mamalia.
38
KESIMPULAN
Sistem peredaran darah merupakan suatu sistem organ yang berfungsi untuk
memindahkan zat dan nutrisi ke dan dari sel. Pada hewan, sistem peredaran darah
terbagi menjadi sistem peredaran darah terbuka dan tertutup
Pada ikan mempunyai atrium tunggal dan sebuah vartikel yang memompa darah ke
insang untuk oksigenasi (mengangkut oksigen). Peredaran darah pada pisces disebut
peredaran darah tunggal.
Amphibi memiliki jantung beruang tiga yaitu dua atrium dan sebuah vartikel.peredaran
darah pada amphibi memiliki peredaran darah ganda.
Jantung pada reptilia beruang empat dengan sekat yang tidak sempurna. Perbandingan
antara jantung amphibi dan jantung reftilia yaitu dalam jantung reftilia tidak terjadi
percampuran darah miskin-oksigen dan darah kaya-oksigen
Aves dan mamalia merupakan hewan endotermik yang mempunyai jantung dengan
empat ruang yang mempertahankan darah dengan darah yang miskin oksigen aves dan
mamalia memiliki jantung yang beruang empat yaitu dua ventrikel dan dua atrium.
Peredaran darah reptile, mamalia, aves, tergolong peredaran darah ganda.
39
BAB SISTEM RESPIRASI
5
A. Pengertian Sistem Respirasi
Pernapasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang,mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup
disebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada
dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbondioksida. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara
langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-
organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan
pertukaran gas-gas pernapasan bagi keperluan seluruh tubuhnya.
Ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen masuk ke dalam dan pengeluaran
karbondioksida ke luar tubuh melalui organ-organ pernapasan disebut respirasi
eksternal, dan pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ-organ pernapasan ke
jaringam tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem sirkulasi.
Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel
dalam jaringan, disebut respirasi internal.
Fungsi Sistem
Respirasi
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta
membuang CO2 dari dalam tubuh.
40
B. Proses Transpor Oksigen Saat Respirasi
Transpor oksigen dalam darah terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara sederhana
(terlarut dalam plasma darah ) atau dengan cara diikat oleh pigmen respirasi, yaitu
senyawa khusus yang dapat mengikat dan melepas oksigen secara bolak-balik.
Beberapa hewan invertebrata sederhana mentranspor oksigen dengan cara
melarutkannya dalam darah. Sebenarnya, cara semacam itu tidak efektif, namun masih
dapat memenuhi kebutuhan tersebut karena invertebrata sederhana umumnya memiliki
tingkat metabolisme yang rendah.
Hewan yang memiliki tingkat perkembangan labih tinggi biasanya mempunyai aktifitas
metabolisme yang lebih tinggi sehingga memerlukan oksigen dalam jumlah yang lebih
besar pula. Oleh karena itu, hewan tingkat tinggi memerlukan cara pengangkutan
oksigen yang lebih efektif, yakni dengan bantuan pigmen respirasi.
Pigmen respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yangg
memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap oksigen.
C. Proses Transpor Karbon Dioksida Saat Respirasi
Aktivitas metabolism sel akan menghasilkan zat sisa, antara lain CO2 dan air (air
metabolic). keberadaan CO2 dapat menimbulkan gangguan fisiologis yang penting,
sebab itu CO2 yang terbentuk harus segera diangkut dan dikeluarkan dari tubuh.
Darah mengangkut CO2 dalam berbagai bentuk, yaitu sebagai senyawa karbomino
(ikatan antara CO2 dan Hb), CO2 terlarut dalam plasma darah, sebagai asam senyawa
bikarbonat (NaHCO3, KHCO3).
Pengangkutan CO2 dalam bentuk senyawa bikarbonat merupakan cara untuk
mempertahankan keseimbangan pH, mempertahankan keseimbangan pH merupakan
tugas tambahan bagi system respirasi, diluar tugas utamanya untuk mentranspor
oksigen dan karbondioksida.
41
D. Sistem Respirasi Pada Hewan Vertebrata
1. Sistem Respirasi pada Pisces (Ikan)
Ikan bernapas pada insang yang terdapat di
sisi kanan dan kiri kepala. Oksigen dalam air akan
berdifusi ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam
pembuluh darah pada insang mengikat oksigen
dan membawanya beredar ke seluruh jaringan
tubuh, darah akan melepaskan dan mengikat
karbondioksida serta membawanya ke insang, dari
insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke air
secara difusi. Gambar 5.1 Sistem respirasi pisces
Mekanisme pernapasan pada pisces Sumber:
https://images.app.goo.gl/PfP1P1hNTf5YcroVA
Pada ikan bertulang sejati
Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari
insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan
tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan
pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang. Mekanisme
pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.
Fase inspirasi
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh
mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup.
Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah
mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
Fase ekspirasi
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan
semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah
insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air.
42
Gambar 5.2 Sistem Inspirasi dan Ekspirasi Pada Ikan Bertulang Sejati
Sumber: https://images.app.goo.gl/peQo6KhuCoMuDSfa7
Mekanisme pernapasan pada ikan bertulang rawan
Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang (operkulum) misalnya pada
ikan hiu. Masuk dan keluarnya udara dari rongga mulut, disebabkan oleh perubahan
tekanan pada rongga mulut yang ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut
akibat gerakan naik turun rongga mulut. Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volume
rongga mulut bertambah, sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air di sekitarnya.
Akibatnya, air mengalir ke rongga mulut melalui celah mulut yang pada akhirnya
terjadilah proses inspirasi. Bila dasar mulut bergerak ke atas, volume rongga mulut
mengecil, tekanannya naik, celah mulut tertutup, sehingga air mengalir ke luar melalui
celah insang dan terjadilah proses ekspirasi CO2. Pada saat inilah terjadi pertukaran gas
O2 dan CO2.
Mekanisme pernapasan pada ikan paru-paru
Pernapasan ikan paru-paru menyerupai pernapasan pada Amphibia. Selain mempunyai
insang, ikan paru paru mempunyai satu atau sepasang gelembung udara seperti paru-
paru yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan, yaitu pulmosis. Pulmosis
banyak dikelilingi pembuluh darah dan dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus
pneumatikus. Saluran ini merupakan jalan masuk dan keluarnya udara dari mulut ke
gelembung dan sebaliknya, sekaligus memungkinkan terjadinya difusi udara ke kapiler
darah.
43
2. Sistem Respirasi Amfibi
Gambar 5.3 Sistem respirasi amfibi
Sumber: https://images.app.goo.gl/Zy5tYgzKFRBz6NAD8
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga
mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak
kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh.
44
3. Sistem Respirasi Reptil
Pada umumnya hewan kelas Reptilia bernapas dengan paru-paru. Selain dengan paru-
paru, kura-kura dan penyu pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit tipis dengan banyak
kapiler darah yang ada di sekitar kloaka. Pada reptilia pada umumnya udara luar masuk melalui
lubang hidung, lalu trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di
ujung kepala atau moncong. Keluar masuknya udara dari dan ke dalam paru-paru terjadi karena
ada kontraksi otot pada tulang rusuk. Paru-paru tersusun atas gelembung – gelembung berisi
kapiler darah. Pertukaran gas terjadi di kapiler darah. pertukaran gas terjadi di kapiler ini,
oksigen diambil dan karondioksida bersama uap air dikeluarkan.
Gambar 5.4 Sistem respirasi kadal
Sumber: https://images.app.goo.gl/GUDD1y9hz8N5NMkp9
4. Sistem Respirasi Aves
Pernapasan saat burung terbang
Fase inspirasi Tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada membesar –
tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian
oksigen masuk ke paru-paru, dan okseigen berdifusi ke dalam darah kapiler, dan
sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam kantong-kantong udara.
Fase ekspirasi Tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil –
tekanan membesar, pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam pundi-pundi
udara bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus oksigen
45