The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

latihan bikin e-book

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by salitpitu3, 2021-04-29 23:01:31

tugas uts

latihan bikin e-book

Keywords: e-book

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

MATA KULIAH
PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARANBAHASA

DOSEN PENGUJI
Dr. DWI SETIYADI, M.M.

SALIT TIMOR PUSPITANINGRUM
NPM 2001201038
KELAS C

PROGRAM MAGISTER PENDIDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2021

METODE BLENDED LEARNING

A. Konsep Dasar Metode Blended Learning
Munculnya teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi telah

membawa manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia, teramasuk
dunia pendidikan sangat diuntungkan dengan adanya kemajuan dalam
bidang teknologi karena manfaatnya yang luar biasa. Salah satu yang
mendapat perhatian penting seiring dengan perkembangan IT (Information
Technology) adalah sistem pembelajaran yang mengembangkan
pembelajaran berbasis multimedia baik secara online maupun secara offline.
Melalui multimedia pembelajaran tidak lagi monoton berpusat pada guru,
tetapi lebih bervariasi melalui penggunaan sumber belajar yang bervariasi
dan lebih menarik perhatian peserta didik.

Secara riil, bentuk dari perkembangan teknoligi informasi dan
komunikasi yang telah terimplementasi dalam dunia pendidikan adalah
electronic learning, biasa disingkat e-learning. E-learning merupakan suatu
inovasi yang memiliki peran besar dalam proses pembelajaran, dimana
proses belajar tidak hanya membantu dalam memahami mamahami materi
Usman [Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning dalam
Membentuk Kemandirian Belajar] Jurnalisa Vol 04 Nomor 1/ Mei 2018 138
secara komprehensip dalam pembelajaran, tetapi menjadikan pembelajaran
lebih mudah dan menyenangkan yakni hanya memilih menu dalam bentuk
icon, materi ajar dapat secara cepat ditampilkan. Materi bahan ajar dapat

divisualisikan delam berbagai format dan bentuk dinamis dan interaktif.
Peserta didik akan termotivasi dalam melakukan proses pembelajaran mulai
dari awal pembelajaran, pemberian materi secara interaktif sampai pada
tahap evaluasi melibatkan peran teknologi di dalamnya.

Menurut Sagala (2006: 161) pembelajaran dengan cara
memanfaatkan berbagai variasi media (multimedia) dengan materi yang
menarik dapat meningkatkan antusiasme peserta didik dalam proses
pembelajarnnya. E-learning merupakan model pembelajran online
(pembelajaran jarak jauh) yang diharapkan mampu menggeser model
pembelajaran konvensional yang dianggap selama ini memiliki berbagai
kekurangan. Namun demikian, dalam implementasinya model
pembelajaran elearning memiliki serangkain keterbatasan dibandingkan
dengan pembelajaran secara tatap muka di kelas (face-to-face learning).
Keterbatasan tersebut meliputi; lemahnya kontrol disebabkan oleh
kurangnya penguasaan konsep metode penggunaan aplikasi e learnig baik
oleh para pendidikan maupun para perserta didiknya, keterbatasan akses
jaringan internet, ketersediaan modul pembelajaran serta masih kurannya
infrastruktur lainnya oleh para perserta didik. Oleh karenanya, berbagai
kompromi ditawarkan sebagai solusi alternatif yakni dengan memadukan
antara model pembelajaran yang bersifat tatap muka di kelas (face-to-face)
dengan model pembelajaran berbasis e-learning.

Blended Learning adalah suatu pembelajaran yang manggabungkan
penerapan pembelajaran tradisional di dalam kelas dengan pembelajaran

online yang memanfaatkan teknologi informasi. Menurut Garrison &
Vaughan (2008) dengan mengoptimalkan pengintegrasian komunikasi lisan
yang ada pada pembelajaran tatap muka dengan komunikasi tertulis pada
pembelajaran online adalah konsep dasar model pembelajaran Blended
Learning.

Pengertian lain dari Blended Learning adalah merupakan
pembelajaran yang bersifat fleksibel selain itu penggunaan e-learning atau
pembelajaran online merupakan saah satu bentuk contoh pembelajaran yang
fleksibel dalam metode Blended Learning (Syarif, 2012). Hingga penerapan
model ini mampu meningkatkan mutualitas serta kualitas pembelajaran.
Pembelajaran ini dapat menunjukan perbedaan yang lebih baik dalam segi
motivasi, minat, maupun hasil belajar peserta didik dibanding metode-
metode lain terutama metode dalam pembelajaran langsung (Syarif, 2012;
Sjukur, 2012; Hermawanto, Kusairi, & Wartono, 2013), sehingga metode
Blended Learning berhasil menjadi trend dan banyak digunakan di
perguruan tinggi terkemuka di dunia.

Namun pembelajaran bukan semata bertumpu pada teknologi sebab
pembelajaran pada hakikatnya lebih pada proses interaksi antara guru,
peserta didik dan sumber belajar. Meskipun e-learning bisa digunakan
secara mandiri oleh peserta didik, namun eksistensi guru menjadi sangat
berarti sebagai orang dewasa yang berfungsi memberi dukungan dan
mendampingi peserta didik dalam proses pembelajaran (Plummer dalam
Sudarwan Danim 2012: 1). Dengan kata lain bahwa proses tatap muka

menjadi hal yang penting dan tidak boleh ditinggalkan dalam pembelajaran.
Oleh karena itu model pembelajaran yang menggabungkan (blending)
metode face to face learning dengan e-learning secara integratif dan
sistematis akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna
1. Karakteristik Blended Learning

Adapun karakteristik Blended Learning menurut Jhon Watson, (2008).
yaitu :
a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,

model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis
teknologi yang beragam
b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face),
belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.
c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara
penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
d. Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting,
guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung
2. Tujuan Blended Learning
a. Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam
proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam
belajar.
b. Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan peserta
didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus
berkembang. Usman [Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended

Learning dalam Membentuk Kemandirian Belajar] Jurnalisa Vol 04
Nomor 1/ Mei 2018 140 2.3 Peningkatan fleksibilitas bagi peserta
didik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan
instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk
melibatkan para peserta didik dalam pengalaman interaktif.
Sedangkan porsi online memberikan peserta didik dengan konten
multimedia pada setiap saat, dan di mana saja selama masih
memiliki akses Internet.
3. Manfaat Blended Learning
a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada
penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media
online.
b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan
peserta didik (mitra belajar).
c. Membantu memotivasi keaktifan peserta didik untuk ikut terlibat
dalam proses pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap
kemandirian belajar pada peserta didik.
d. Meningkatkan kemudahan belajar sehingga peserta didik menjadi
puas dalam belajar
4. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
Kelebihan Blended Learning :
a. Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan
dimana saja.

b. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang
keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

c. Pembelajaran lebih efektif dan efisien
d. Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya Blended Learning maka

pembelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
e. Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.

Kekurangan Blended Learning :
a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan

apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pebelajar, seperti komputer

dan akses Internet. Padahal dalam Blended Learning diperlukan
akses Internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan
menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via
online.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
d. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan
akses Internet
e. Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat
memaksimalkan potensi dari Blended Learning.
B. Distribusi Peran Masing-masing Elemen (Siswa, Guru, Materi, dsb)

Menurut Herman Sujono (2012: 15) banyak aktivitas guru
dalam mengoptimalkan aktivitas pengajarannya yang bisa difasilitasi
oleh ICT mulai dari administrasi, komunikasi, pengembangan sumber

belajar, perancangan skenario pembelajaran, penyampaian bahan ajar,
evaluasi, aktivitas dalam dan luar kelas, belajar mandiri, hingga
pengembangan profesi guru.

Guru dan siswa dapat memanfaatkan TIK secara optimal untuk
mendukung pembelajaran, maka tiga kondisi harus dipenuhi, yakni:
1. Guru dan siswa harus mempunyai akses yang mudah ke perangkat

teknologi termasuk koneksi internet
2. Tersedianya konten digital (bahan ajar) yang mudah dipahami guru dan

siswa
3. Guru harus punya pengetahuan dan ketrampilan menggunakan

teknologi dan sumber daya guna membantu siswa mencapai standar
akademik.

Puncak perkembangan teknologi informasi komunikasi
(information and communication technology/ICT) dalam dunia
pendidikan adalah pemanfaatan internet untuk pembelajaran. Rosenberg
dalam Suyanto (2012: 202) menyatakan bahwa dengan berkembangnya
penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Dari pelatihan ke penampilan
2. Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja
3. Dari kertas ke “on line” atau saluran
4. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. Dari waktu siklus ke waktu nyata.

Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan : telepon,
komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa
tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan
dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan
layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Guru dapat
melakukan pembelajaran menggunakan internet/e-learning.

Perangkat TIK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Peran guru menjadi sangat penting sebagai
sutradara dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar
kelas ketika menggunakan TIK. Selain terampil dalam penggunaan TIK
itu sendiri guru juga dituntut mampu mendisain metode pengajaran yang
inovatif yang berpusat pada siswa. Pemanfaatan internet dalam
pembelajaran sains diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, karena pemanfaatan media TIK ini mampu meningkatkan rasa ingin
tahu dan pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Siswa dapat
menambah materi pelajaran yang lengkap dengan cara melakukan
browsing di internet. Siswa dapat berkomunikasi dengan teman atau guru
dalam berbagi pengetahuan. Guru dapat memberikan tugas atau PR dan
siswa dapat mengumpulkan tugasnya melalui e-mail, tanpa harus bertemu
langsung.

Blended learning merupakan merupakan inovasi pemanfaatan
teknologi komputer dan informatika dalam dunia pendidikan. Blended
learning merupakan istilah umum bagi kombinasi pemanfaatan teknologi

komputer dan informasi dalam pembelajaran tatap muka (face to face
teaching learning). Bentuknya dapat beragam mulai dari penggunaan
komputer dalam menunjang pembelajaran sampai dengan komplemen
pembelajaran tatap muka dengan E-learning. Pemanfaatan blended
learning dalam pembelajaran tentu saja perlu memperhatikan sumber daya
alat dan sumber daya manusia yang tersedia.

Beberapa keuntungan pemanfaatan blended learning dalam
pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Siswa leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri

memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara on-line,
2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan guru atau siswa lain diluar jam

tatap muka,
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di luar jam tatap muka

dapat diadministrasikan dan dikontrol dengan baik oleh guru,
4. Guru dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet,
5. Guru dapat meminta siswa membaca materi atau mengerjakan tes yang

dilakukan sebelum pembelajaran,
6. Guru dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan

memanfaatkan hasil tes dengan efektif,
7. Siswa dapat saling berbagi file dengan siswa lain, dan masih banyak

keuntungan lain dengan memanfaatkan kelebihan pembelajaran
berbasis internet.

Wasis menyatakan bahwa tidak ada metode pembelajaran tunggal
yang ideal untuk semua jenis pembelajaran/pelatihan, karena setiap
teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki
keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke
mana-mana tanpa menggunakan listrik. Sedangkan komputer mempunyai
keunggulan pembelajaran yang lebih interaktif dapat berupa teks, gambar,
film, animasi dan dapat dikonversi dalam berbagai bentuk digital, tetapi
mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada catu daya listrik. Pada
kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan
dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan
untuk tujuan belajar tertentu dan untuk karakteristik bidang tertentu.

Demikian juga metode pembelajaran untuk siswa di Sekolah Dasar
dapat efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang berbeda
untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua
kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka
pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat. Dengan
blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional
untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif,
efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Keuntungan yang diperoleh
dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan
diantaranya memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan, kemudahan

implementasi, efisiensi biaya, hasil yang optimal, menyesuaikan berbagai
kebutuhan pebelajar, dan meningkatkan daya tarik pembelajaran.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat
penting dalam mengelola pembelajaran. Di samping memiliki
keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap
muka, guru juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengembangkan sumber belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan
Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk mengakses internet.
Selanjutnya dapat menggabungkan dua atau lebih metode pembelajaran
tersebut.

Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka
terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis komputer
offline dan pembelajaran secara online. Kombinasi pembelajaran juga
dapat diterapkan pada integrasi e-learning (online), menggunakan
komputer di kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan
belajar perlu diberikan kepada siswa sejak awal, agar para siswa memiliki
keterampilan belajar kombinasi sejak awal. Oleh karena itu perlu
dilakukan pembelajaran yang efisien dalam pemanfaatan sumber daya
yang ada untuk terlaksananya pembelajaran berbasis TIK.

Selanjutnya dalam Suyanto (2012: 212) dinyatakan bahwa
penggunaan TIK dalam pendidikan didiskripsikan sebagaiberikut: 1) TIK
dapat sebagai objek pemebelajaran yang kebanyakan terorganisir dalam
berbagai maple khusus untuk mendapatkan literasi dalam bidang TIK, 2)

TIK sebagai alat bantu pelajaran yang digunakan untuk mengumpulkan
data, membuat tugas dan melaksanakan penelitian, 3) TIK sebagai medium
proses pembelajaran dimana guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar.
Kemajuan TIK saat ini sangat dekat dengan keberadaan siswa dalam
kehidupan sehari-hari, maka seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
kemajuan belajar. Selain memberikan manfaat kemajuan TIK ini juga
dapat menimbulkan dampak negative. Oleh karena itu peran guru sebagai
fasilitator dan motivator harus dapat menunjukkan manfaat TIK yang
dapat mendukung belajar untuk mencapai prestasi yang optimal.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Blended Learning

Blended learning memiliki enam tahapan dalam merancang dan
menyelenggarakan blended learning agar hasilnya optimal. Keenam
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan macam dan materi bahan ajar, kemudian mengubah atau

menyiapkan bahan ajar tersebut menjadi bahan ajar yang memenuhi
syarat. Karena media pembelajarannya adalah blended learning, bahan
ajarnya sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga macam bahan
ajar, yaitu:
a. Bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik.
b. Bahan ajar yang dapat dipelajari dengan cara interaksi tatap muka.
c. Bahan ajar yang dapat dipelajari dengan cara berinteraksi melalui

pembelajaran online atau berbasis web.

2. Menetapkan rancangan blended learning yang digunakan. Kegiatan dalam
tahap ini ini merupakan tahapan yang paling sulit. Disini diperlukan ahli
e-learning untuk membantunya. Dalam tahapan ini intinya adalah
bagaimana membuat rancangan pembelajaran yang berisikan komponen
pembelajaran berbasis komputer, online dan tatap muka. Karena itu dalam
membuat rancangan ini, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan:
a. Bagaimana bahan ajar tersebut disajikan.
b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang sifatnya
anjuran guna memperkaya pengetahuan peserta didik.
c. Bagaimana peserta didik bisa mengakses dua komponen pembelajaran.
d. Faktor pendukung apa yang diperlukan. Misalnya perangkat lunak
(software) apa yang digunakan, apakah kerja kelompok diperlukan,
apakah pusat sumber belajar diperlukan di daerah-daerah tertentu.

3. Tetapkan format pembelajran online- apakah bahan ajar tersedia dalam
format HTML (sehingga mudah di-cut atau di- paste) atau dalam format
PDF (tidak bisa di-cut, atau di- paste). Yang perlu juga diberitahukan
kepada peserta didik dan pengajar adalah apa hosting yang dipakai,
apakah pembelajaran online itu menggunakan jaringan internet dan apa
jaringan itu, apakah yahoo, geoogle, MSN atau lainnya.

4. Lakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat, maksudnya, apakah
rancangan pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah atau
sebaliknya. Cara yang lazim dipakai untuk menguji coba rancangan ini

adalah ‘pilot test’. Dengan cara ini penyelenggara blended learning bisa
meminta masukan atau saran dari pengguna atau peserta pilot tes.
5. Menyelenggaakan blended learning dengan baik sambil menugaskan
instruktur khusus (pengajar) yang tugas utamanya menjawab pertanyaan
peserta didik. Pertanyaan yang mungkin muncul yakni, bagaimana
melakukan pendaftaran sebagai peserta, bagaimana peserta didik atau
instruktur yang lain melakukan akses terhadap bahan ajar, dan lain-lain.
6. Menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended
learning. Beberapa cara membuat evaluasi ini, yaitu sebagai berikut :
a. Mudah dikendalikan (easy to navigate). Seberapa mudah peserta didik

mengakses semua informasi yang disediakan dalam paket
pembelajaran yang disiapkan komputer.
b. Pemakaian konten/isi (content/substance). Bagaimana kualitas isi
pembelajaran yang dipakai, bagaimana petunjuk untuk mempelajari
isi bahan ajar, bagaimana bahan ajar itu disiapkan, apakah bahan ajar
itu disiapkan, apakah bahan ajar yang ada sesuai dengan tujuan
pembelajaran, dan sebagainya.
c. Rancangan/format/penampilan (layout/fomat/appearance). Apakah
paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar atau infomasi
lainnya) disajikan secara pofesional.
d. Ketertarikan (interest). Sebesar apakah paket pembelajaran (bahan
ajar, petunjuk belajar, atau infomasi lainnya) yang disajikan mampu
menimbulkan daya tarik peserta didik untuk belajar.

e. Aplikabilitas (applicability)
. Seberapa jauh paket pembelajaran dipraktekkan secara mudah.

f. Mudah/bermanfaat (cost-effectiveness/value)
D. Target Kompetensi Pembelajaran

Menurut Vernadakis, et al (2012) model pembelajaran Blended
Learning mampu menciptakan proses pembelajaran berpusat pada
peserta didik. Dalam proses pelaksanaannya, dengan keterlibatan dan
partisipasi dalam proses pembelajaran, Blended Learning dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Selain itu, adanya
interaksi dalam model pembelajaran Blended Learning menciptakan
suatu motif kepada peserta didik untuk berkompetisi dalam belajar.

Pembelajaran dengan model blended learning mampu menggeser
prinsip pembelajaran dari teacher center menuju student center secara
dinamis. Pembelajaran model blended learning bersifat saling
melengkapi kekurang pembelajaran model face to face learning dan e-
learning, sebab menurut Munir (2009: 176) kelemahan pembelajaran
elearning diantaranya peserta didik dan guru terpisah secara fisik
sehingga interaksi secara tatap muka menjadi berkurang. Selain itu e-
elearning cenderung pada pelatihan daripada pendidikan yang mengarah
pada kemampuan kognitif dan psikomotirk dan kurang memperhatikan
aspek afektif. Lewat face to face learning Usman [Komunikasi
Pendidikan Berbasis Blended Learning dalam Membentuk Kemandirian
Belajar] Jurnalisa Vol 04 Nomor 1/ Mei 2018 146 guru mampu

memfungsikan dirinya sebagai pendidik dan memberikan dorongan
motivasi secara langsung dan ekspresif pada peserta didik. Model
blended learning membuat aktifitas peserta didik dalam kelas menjadi
lebih variatif. Peserta didik tidak hanya bertumpu pada informasi yang
disampaikan oleh guru, namun berusaha mengupayakan informasi dari
berbagai sumber.

Jika diperhatikan lebih seksama, sikap bertanggung jawab
terhadap tugas dalam pembelajaran merupakan salah satu indikator dari
kemandirian belajar peserta didik. Hal ini dijelaskan oleh Zumbrunn,
Tadlock, & Roberts (2011) yang menyatakan bahwa peserta didik yang
mandiri dalam belajar mempunyai tanggung jawab untuk memonitor
dirinya sendiri dalam segi apapun, baik dalam mencapai sebuah tujuan,
maupun dalam kefokusan terhadap apa yang ditugaskan kepadanya.
Menurut Zimmerman (2002) peserta didik yang mandiri adalah peserta
didik yang aktif dalam mengarahkan proses-proses metakognitif,
motivasi dan tingkah laku pada saat proses pembelajaran. Lebih lanjut,
kemampuan metakognitif diartikan sebagai kesadaran berpikir tentang
apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Kemandirian belajar
peserta didik diindikasikan dengan kemampuan peserta didik dalam
mengetahui bagaimana cara mereka belajar, dan mengetahui strategi
belajar yang digunakan sehingga proses pembelajaran akan lebih menuai
hasil yang optimal.

Beberapa penelitian yang menggunakan model pembelajaran
Blended Learning antara lain adalah Lucy Barnard, et al (2009) yang
berhasil mengidentifikasi bahwa model pembelajaran Blended Learning
berpotensial untuk memfasilitasi kemandirian belajar peserta didik,
disamping itu beberapa penelitian lain juga yang telah membuktikan
bahwa metode ini dapat berpengaruh baik dalam hal kemandirian.

Keberhasilan peserta didik dalam belajar ditentukan oleh
Kemandirian belajar dari masing-masing individu. Menurut Sudjana
(2013) kemampuan-kemampuan peserta didik yang dicapai setelah
pengalaman belajar merupakan hasil belajar. Slameto (2015)
menambahkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
secara terus menerus terhadap tingkah laku dan bersifat tidak statis.

Seperti yang sudah dibahas pada model pembelajaran tatap muka,
dalam masalah pembelajaran berbasis web selama ini, akan tetap ada
pertemuan dengan guru, pada pertemuan tersebut peserta didik dapat
menyampaikan beberapa permasalahan selama proses belajar, baik itu
terkait bahan ajar ataupun permasalah yang terkait dengan koneksi
internet. Setelah peserta didik menyelesaikan masa belajar mandiri pada
minggu terakhir dan diakhiri dengan ujian semester.


Click to View FlipBook Version