The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by salitpitu3, 2021-04-30 01:48:55

Problematika Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Tugas UTS

Keywords: Pandemi

UJIAN TENGAH SEMESTER
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU
Dr. ARIS WURYANTORO, M.Hum.

SALIT TIMOR PUSPITANINGRUM
NPM: 2001201038
KELAS C

PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA
UNIVERSITAS PGRI MADIUN

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DI
SDN PITU 3 DI MASA PANDEMI
COVID-19

A. Profil Sekolah

1. Nama Sekolah : SDN PITU 3

2. NSS : 101050916005

3. Status : Negeri

4. Tahun Berdiri : 1976

5. Alamat : Jl. Raya Pitu, Km

6. Desa : Pitu

7. Kecamatan : P i t u

8. Kab/Kota : Ngawi

9. Provinsi : Jawa Timur

10. Nilai Akreditasi :A

11. Jumlah Rombel/Kelas : 6

12. Luas tanah seluruhnya: 3.000m2

13. Luas bangunan : 476 m2

14. Luas kebun/halaman : m2

15. Status tanah : Hak Pakai

Foto Sekolah SDN Pitu 3

SDN Pitu 3 terletak di dusun Pitu Kecamatan
Pitu Kabupaten Ngawi. Secara geografis letak SD
ini sangat mendukung perkembangan pendidikan
antara lain: terletak di pinggir jalan raya, berada di
sebelah puskesmas pembantu desa Pitu, dekat
dengan Kantor desa Pitu dan berada di depan pasar
desa Pitu. Sekolah ini terletak kir-kira 10 km dari
pusat kota Ngawi. SDN Pitu 3 berdiri pada tahun
1976 dengan menggunakan fasilitas gedung hak

pakai dengan nama SDN Pitu 3 di atas lahan seluas
3.000 m2. . Sekolah ini merupakan sekolah yang
menampung peserta didik dari dusun Pitu, dusun
Pelemsili dan dusun Watugudel.

Tahun pelajaran 2020/2021 ini SDN Pitu 3
membina sebanyak 93 peserta didik yang terbagi
ke dalam 6 rombongan belajar, dengan rincian
kelas 1 sebanyak 11 siswa, kelas 2 sebanyak 17
siswa, kelas 3 sebanyak 13 siswa, kelas 4
sebanyak 20 siswa, kelas 5 sebanyak 18 siswa,
dan kelas 6 sebanyak 14 siswa.

SDN Pitu 3 kini memiliki guru dan tenaga
kependidikan yang cukup memadai. Jumlah guru
dan tenaga kependidikan sebanyak 13 orang
dengan rincian 7 guru PNS,1 orang Kepala Sekolah
( PNS ) dan 4 orang non PNS dan 1 PNS penjaga
sekolah. Sekolah ini memiliki sarana dan
prasana yaitu memiliki 6 ruang belajar, 1
ruang guru, 2 WC anak, 2 WC guru, 1 perumahan
guru digunakan ruang kantin, 1 gedung
perpustakaan, dan mushola. Sekolah juga memiliki
halaman yang cukup luas dan rindang.

Visi SDN Pitu 3 adalah “MEWUJUDKAN
SEKOLAH YANG UNGGUL dalam PRESTASI
mengedepankan KEIMANAN dan KETAQWAAN,
BERBUDAYA DAERAH, BERWAWASAN menuju
KETRAMPILAN MANDIRI” .

Misi SDN Pitu 3 adalah :
1. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan

pengalaman nilai-nilai Luhur agama
2. Melaksanakan PBM yang berkualitas dengan

model Pembelajaran Aktif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM)
3. Menumbuhkan semangat untuk berprestasi
4. Membiasakan budaya sopan dan santun
5. Membiasakan berkesenian daerah
6. Menciptakan lingkungan yang Bersih, Indah,
Tertib, Teduh dan Nyaman yang menghasilkan
suasana belajar yang kondusif
7. Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)
8. Menguasai ketrampilan mandiri yang digali dari

lingkungan sekitar
Sedangkan tujuan dari SDN Pitu 3 adalah :
1. Tujuan Umum

a. Mempermudah Kepala Sekolah dalam
melaksanakan pengelolaan keuangan
sekolah

b. Sebagai alat kontrol terhadap pelaksanaan
anggaran yang telah disediakan untuk
kegiatan yang telah ditentukan

c. Meningkatkan mutu menejemen sekolah
d. Mempermudah pengawasan melekat oleh

atasan langsung
2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Meningkatkan prosionalisme Tenaga
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

c. Meningkatkan prestasi akademik dan non
akademik.

d. Memiliki 1 kelompok siswa binaan yang
mampu menjadi finalis tingkat Kecamatan
dan Kabupaten dalam Lomba Siswa
Berprestasi, Olympiade MIPA, Cerdas
Cermat, Hari Anak Nasional, Hari Pendidikan
Nasional ,Pekan Olah Raga dan Seni , Bina
Kreatifitas Siswa dan Olympiade Olah Raga.

e. Membudayakan hidup bersih dan sehat

dalam kehidupan sehari-hari.

f. Membudayakan berperilaku sesuai dengan

karakter dan budaya bangsa dalam

kehidupan sehari-hari.

g. Meningkatkan Penguasaan Kemajuan

Pengetahuan dan Teknologi.

Kinerja SD Negeri Pitu 3 dilihat dari

pencapaian delapan standar pendidikan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Standar Isi

SD Negeri Pitu 3 telah memiliki kurikulum

sendiri yang dikembangkan dengan

menggunakan panduan yang disusun BSNP

dengan mempertimbangkan karakter daerah,

kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya,

usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran.

Mata pelajaran bahasa jawa adalah mata

pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan

kebutuhan sosial masyarakat Desa Pitu yang

mayoritas menggunakan Bahasa Jawa.

Kurikulum sekolah memuat 10 mata

pelajaran muatan nasional dan dua mata

pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran yang
diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, IPA
dan Matematika Satu jam pelajaran setara 35
menit. Beban belajar per minggu untuk kelas 1,
II, dan III masing-masing 30,32,34 jam setiap
minggu, sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI
masing-masing 36 jam setiap minggu.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu
ekuivalen dengan 2 jam pelajaran.

Program pembelajaran remedial dan
pengayaan bagi siswa belum berjalan secara
sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa
yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan
minimal dalam pencapaian kompetensi hanya
diberikan kesempatan belajar sendiri indikator-
indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan
perbaikan.

Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan
mengacu kepada kebutuhan pengembangan
pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler
yang disediakan diantaranya pembinaan
kepramukaan, Baca Tulis Qur’an (BTQ), dan

karawitan. Pemenuhan akan kebutuhan
pengembangan pribadi siswa belum dilaksanakan
secara maksimal.
2. Standar Proses

Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan
pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran
baik mata pelajaran muatan nasional ataupun
mata pelajaran muatan lokal. Sebagian guru
menyusun RPP secara bersama dalam kegiatan
KKG di kecamatan

Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru
berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP.
Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
silabus dilakukan secara mandiri atau
berkelompok oleh guru-guru di sekolah sendiri.
Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh
guru-guru belum sepenuhnya berasal dari hasil
pemikiran sendiri namun sebahagian masih
mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain
dengan beberapa perbaikan-perbaikan.

Sebagian besar guru masih menggunakan

pembelajaran konvensional dan belum

menggunakan pendekatan ilmiah. Kompetensi

guru dalam menggunakan pendekatan ilmiah

masih rendah, terutama pada langkah

mengasosiasi. Sebagian besar guru masih

menggunakan metode ceramah dalam

pembelajaran, sehingga peserta didik cenderung

pasif , hanya duduk mendengarkan materi yang

disampaikan oleh guru. Dampaknya adalah

prestasi belajar siswa eendah, tingkat keaktifan

siswa menjadi rendah, rasa ingin tahu siswa

rendah, motivasi belajar siswa rendah,

pembelajaran kurang menyenangkan, dan siswa

tidak mampu berfikir kritis.

Keterbatasan jumlah buku referensi yang

dimiliki sekolah mengakibatkan terbatasnya

sumber belajar dari buku. Buku-buku yang

disediakan sekolah paling lama bertahan satu

atau dua tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur

penggunaan buku-buku paket yang singkat

sangat terkait dengan kepribadian siswa yang

senang merusak atau menghilangkan buku-buku

yang dipinjamkan.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Perolehan nilai ujian sekolah tertinggi dan

terendah untuk tahun 2019 dan 2020 yang

diperoleh oleh SDN Pitu 3 adalah sebagai berikut

:

Tabel 1. NILai Ujian Sekolah SDN Pitu 3

N Mata 2019 2020

o Pelajar Terting Terend Tertinn Terend

an gi ah gi ah

1. PAI 84.8 76,4 81,5 78,0

2. PKN 87.2 77,2 82,0 78,0

3. BIN 86,2 77,2 81,5 78,0

4. Mat. 85,0 76,8 81,0 75,0

5. IPA 86,2 77,4 82,0 76,5

6. IPS 87,2 77,2 79,0 76,0

7. SBdP 86,0 77,0 82,5 76,5

8. PJOK 82,0 78,6 82,5 81,0

9. B. Jawa 84,2 76,9 82,0 78,0

Rata- 85,42 77,16 81,61 77,4

rata

Tabel diatas menunjukkan bahwa adanya

penurunan pencapaian kompetensi siswa artinya

siswa belum memperlihatkan kemajuan yang

lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan

SKL.

Untuk mengembangkan nilai-nilai agama

khususnya Islam dan budaya masyarakat SD

Negeri Pitu 3 melaksanakan kegiatan pesantren

kilat setiap bulan ramadhan. Selain itu, sekolah

membudayakan saling memberi salam setiap

bertemu, baik guru ataupun siswa bahkan

sebelum proses pembelajaran setiap pagi

menghafal surat – surat pendek dalam juz ‘amma,

dan sholat dhuha

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 2 Data Pendidik dan Tenaga

kependidikan SDN Pitu 3

No Nama / NIP Jabatan Ket

1 Parjono, S.Pd, M.Pd KS

19660120 199003 2 007

2 Kamto Guru PAI

3 Sri Sugiari, S.Pd/ Guru
19621017 198504 2 002 PJOK
Guru
4 Wiwik Sri Suharjani, S.Pd Kelas 2
19651005 199003 2 009 Guru
Kelas 6
5 Salit Timor P., S.Pd
19760316 200312 2 003 Guru
Kelas 1
6 Siti Munawaroh, S.Pd
19700416 200701 2 016 Guru
Kelas 3
7 Wakidah, S.Pd.SD
19680316 200701 2 021 Guru
Kelas 5
8 Suci Nurjanah, S.Pd Guru
19860519 201406 2 003 Kelas 4
Penjaga
9. Endah Sri Wiyanti Sekolah
19860922 201903 2 007 Latker

10. Winarto
19680901 200010 1 001

11. Lucia Hariyanto

12. Lina Puspitasari Latker

13. Catur Rita Prasetyawati Latker

Jumlah tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan di SDN Pitu 3 ada 13 orang yang

terdiri dari 1 kepala sekolah , 6 guru kelas, 1 guru

Penjasorkes, 1 guru PAI, 1 penjaga sekolah, dan

3 orang tenaga administrasi.

Semua guru di Sdn Pitu 3 sudah bersertifikat

pendidik dan berkualifikasi pendidikan S1. Akan

tetapi SDN Pitu 3 tidak mempunyai guru PAI yang

berstatus PNS, oleh karena itu mata pelajaran PAI

diampu oleh guru honorer.

5. Standar Sarana dan Prasarana

SD Negeri Pitu 3 memiliki luas lahan 3,000

m2. . dengan jenis sarana yang dimiliki adalah

sebagai berikut :

Tabel 3 Sarana dan Prasarana SDN Pitu 3

Keberadaan Luas Fungsi
(m2) Ya Tidak
No. Jenis Ada Tidak
Ada
1 Ruang Kepala
Sekolah √

2 Ruang Wakil √
Kepala Sekolah

Keberadaan Luas Fungsi
(m2) Ya Tidak
No. Jenis Ada Tidak
3 Ruang Guru Ada

√√

4 Ruang Layanan √
Bimbingan dan
Konseling

5 Ruang Tamu √

6 Ruang UKS √

7 Ruang √ √
Perpustakaan

8 Ruang Media √
dan Alat Bantu
PBM

9 Ruang Penjaga √
Sekolah

10 Ruang / Pos √
Keamanan

11 Aula / Gedung √
serba guna

12 Gudang √

13 Kantin Sekolah √

14 Halaman √ √
Sekolah

15. Ruang Kelas √ √

16. WC dan kamar √ √
mandi Kepala
sekolah
/Guru/karyawan

Keberadaan Luas Fungsi
(m2) Ya Tidak
No. Jenis Ada Tidak
Ada
17. WC dan kamar
mandi siswa √√
laki-laki

18. WC dan kamar √ √
mandi siswa
perempuan

19. Instalasi Air √ √

20. Instalasi √ √
Jaringan listrik

21. Instalasi √
Jaringan
Telepon

22. Internet √

23. Mushola √ √

SDN Pitu 3 tidak mempunyai ruang kepala

sekolah, sehingga ruang kepala sekolah dijadikan

satu dengan ruang guru. SDN Pitu 3 juga tidak

mempunyai ruang UKS, gudang, kantin,sehingga

SDN Pitu 3 memanfaatkan rumah dinas penjaga

sekolah untuk ruang UKS, gudang dan kantin.

6. Standar Pengelolaan

Visi dan misi serta tujuan pendidikan SD

Negeri Pitu 3 sudah disosialisasikan kepada warga

sekolah, masyarakat ataupun pemangku

kepentingan melalui beberapa cara diantaranya
memajang di papan pungumuman sekolah,
rapat wali murid dan Komite sekolah.

Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja
tahunan (RKT) ataupun rencana kerja jangka
menengah (RKJM) sudah disosialisasikan kepada
warga sekolah. Demikian pula dengan rencana
kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah.

Pengumpulan dan penggunaan data sudah
menggunakan sistem informasi berbasis IT ,
sehingga data dan informasi sekolah sudah dapat
diakses melalui telepon dan internet .

Kegiatan supervisi belum dilaksanakan
secara berkala dan berkelanjutan sehingga masih
sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk
melakukan perbaikan-perbaikan terutama dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
7. Standar Pembiayaan

SD Pitu 3 mempunyai RKAS yang disusun
oleh kepala sekolah, komite sekolah, guru dan
wali murid. Penyusunan RKAS melibatkan

langsung pihak komite sekolah ataupun
pemangku kepentingan yang relevan.

Sumber keuangan sekolah masih
tergantung pada bantuan pemerintah berupa
dana BOS. Sekolah belum mampu untuk mencari
sumber keuangan lain misalnya dengan
membangun kerja sama yang saling
menguntungkan dengan dunia usaha dan industri.
8. Standar Penilaian Pendidikan

Sebagian guru mata pelajaran sudah
menyusun perencanaan penilaian berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. KKM
yang telah ditetapkan oleh masing-masing guru
mata pelajaran diinformasikan oleh sebagian guru
kepada siswa diawal pertemuan tatap muka dan
sebagiannya menginformasikan KKM sebelum
pelaksanaan setiap ulangan harian.

Akan tetapi sebagian besar guru belum
melaksanakan penilaian dengan teknik-teknik
yang bervariasai. Dan sebagian besar guru belum
menyelenggarakan penilaian secara obyektif.

B. Problematika Pembelajaran di SDN Pitu 3 di
Masa Pandemi Cocid-19
Sejak dibelakukannya pembelajaran
dalam jaringan (daring) sebagian besar lembaga
pendidikan mengubah strategi pembelajarannya
secara masif. Sesuatu yang tidak pernah diduga
sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan
(daring) di Sekolah Dasar membutuhkan tinjauan
kurikulum dan penyamaan persepsi antara
sekolah dan orang tua. Tenaga pengajar di SD
perlu adanya edukasi secara serentak terkait
pembelajaran daring. Sebab pembelajaran untuk
siswa SD sangat berbeda dengan jenjang di
atasnya. Sehingga pembelajaran di tengah
pandemi sangat kompleks permasalahannya.
Pembelajaran secara daring merupakan
cara baru dalam proses belajar mengajar yang
memanfaatkan perangkat elektronik, khususnya
internet. Pembelajaran daring merupakan bentuk
penyampaian pembelajaran konvensional yang
dituangkan pada format digital melalui internet.
Pembelajaran daring, dianggap menjadi stu-

satunya media penyampai materi antara guru dan

siswa, dalam masa pandemi ini.

Pembelajaran daring merupakan proses

pembelajaran yang dilakukan dengan

memanfaatkan berbagai fitur teknologi digital

seperti smartphone, laptop, aplikasi atau web

berbasis jaringan internet. Melihat kondisi

Indonesia yang telah dilanda pandemi, maka

pembelajaran daring ini merupakan sebuah

inovasi dan metode yang sangat tepat dalam

menggantikan sementara pelaksanaan

pembelajaran tatap muka. Sehingga guru dan

siswa dapat melakukan interaksi dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan berbagai

fitur dalam teknologi digital seperti whatsapp,

google meet, zoom, google classroom, video

converence, live chat, dan berbagai fitur teknologi

digital berbasis internet lainnya.

Bagi guru Sd yang terbiasa melakukan

pembelajaran secara tatap muka, kondisi ini

memunculkan ketidaksiapan persiapan

pembelajaran. Perubahan yang terjadi secara

cepat dan mendadak sebagai akibat penyebaran

Covid-19 membut semua orang dipaksa untuk
melek teknologi.

Pada kegiatan pembelajaran tatap muka,
media pembelajaran dapat berupa orang, benda-
benda sekitar, lingkungan dan segala sesuatu
yang dapat digunakan guru sebagai perantara
dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal
tersebut akan menjadi berbeda ketika
pembelajaran dilakukan secara daring. Semua
media atau alat yang dapat guru hadirkan secara
nyata, berubah menjadi media visual karena
keterbatasan jarak.

Peralihan proses pembelajaran yang
semula dilaksanakan secara tatap muka menjadi
tatp maya dan online merupakan sebuah adaptasi
baru yang mau tidak mau harus dilaksanakan bagi
semua orang yang terlibat dalam proses
pendidikan. Pelaksanaan proses pembelajaran
daring secara mendadak ini mengharuskan semua
guru dan siswa untuk beralih menggunakan
teknologi dan memanfaatkan jaringan internet.
Hal inilah yang menjadi akar dari munculnya
problematika pembelajaran daring. Berbagai

problematika dalam proses pembelajaran daring
ini dialami oleh guru dan siswa.

Adapun kendala dalam pembelajaran
daring adalah :

Pertama, ketiadaan fasilitas yang
menunjang. Tidak semua siswa memiliki fasilitas
yang dapat menunjang proses belajar seperti
komputer, laptop atau smartphone. Jikalau ada
fasilitas seperti smartphone, namun kebanyakan
smartphone tersebut merupakan milik orang tua
sehingga siswa harus bergantian untuk dapat
memakainya. Hal yang menjadi masalah adalah
jika orang tua siswa sedang bekerja di waktu
siswa harus melaksanakan pembelajaran daring
sehingga siswa tidak memiliki fasilitas untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu
masalah lain adalah latar belakang kondisi
perekonomian keluarga siswa yang berbeda.
Siswa yang keluarganya berada pada kondisi
ekonomi menengah ke bawah sebagian besar
tidak memiliki fasilitas penunjang belajar. Siswa
yang tidak memiliki perangkat android, terpaksa
harus mengerjakan tugas secara manual dan

terkadang terlambat dalam mengumpulkan tugas
tersebut.

Kedua, kesulitan dalam mengakses
jaringan internet. Akses internet akan lebih
mudah dijangkau jika posisi siswa saat belajar
berada pada lokasi yang strategis dalam
mengakses jaringan internet. Namun berbeda
pada siswa yang bertempat tinggal di wilayah
yang sulit dalam mengakses jaringan internet.
Sehingga membuat siswa sangat kesulitan dalam
menerima materi ataupun pembahasan yang
dijelaskan oleh guru melalui aplikasi penunjang
belajar. Kemdikbud (dalam Asmuni, 2020)
menjelaskan bahwa terkadang siswa mengalami
jaringan atau koneksi internet yang tidak stabil
karena letak geografis siswa saat belajar jauh dari
jangkauan sinyal seluler.

Ketiga, ketiadaan kuota yang dibutuhkan
dalam mengakses jaringan internet. Kuota
merupakan hal utama yang harus dimiliki siswa
dalam mengakses internet selama pembelajaran
daring. Dalam menggunakan aplikasi penunjang
belajar siswa biasanya menghabiskan kuota lebih

banyak dari biasanya. Sedangkan pada siswa
yang kondisi ekonomi keluarganya menengah ke
bawah menjadi sebuah permasalahan karena
mereka terkadang tidak memiliki cukup biaya
dalam membeli kuota. Mengingat bahwa dampak
pandemi ini tidak hanya pada sektor pendidikan
melainkan juga pada sektor bidang lainnya
terutama ekonomi dimana banyak karyawan
diberhentikan dari pekerjaannya, yang
menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan
penghasilan selama pandemi. Sehingga para
orang tua siswa yang terkena dampak pandemi
pada pekerjaannya menjadi kewalahan dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya terutama
untuk anaknya dalam membeli kuota internet.

Keempat, kondisi lingkungan belajar siswa
yang kurang kondusif. Pelaksanaan pembelajaran
daring mengharuskan siswa untuk belajar di
rumah. Tentunya suasana belajar di rumah
sangat berbeda dengan di sekolah, dimana
biasanya di sekolah guru dapat secara langsung
memantau dan mendampingi siswa selama
proses pembelajaran. Berbeda dengan di rumah,

dimana siswa diharuskan melakukan belajar
secara mandiri dengan tetap menjaga kualitas
belajar seperti biasanya. Meskipun dalam hal ini
orang tua sangat berperan penting dalam
menggantikan posisi guru untuk mendampingi
siswa belajar, namun tidak semua orang tua
siswa dapat mendampingi ketika mereka sedang
melangsungkan proses belajar karena kesibukan
dalam bekerja.

Kelima, kesulitan dalam memahami
konten materi yang diberikan oleh guru. Hal ini
karena sebagian besar guru hanya memberikan
pembahasan materi dalam bentuk file kemudian
dikirimkan melalui aplikasi seperti whatsapp atau
google classroom dan siswa diminta untuk
mempelajari materi yang telah diberikan.
Dikarenakan kemampuan siswa dalam
memahami suatu materi berbedabeda, sehingga
konten materi yang disajikan oleh guru dengan
metode tersebut merupakan hal yang sulit
dipahami bagi sebagian besar siswa. Berbeda
halnya ketika guru memberikan materi secara

tatap muka melalui metode ceramah dan
penjelasan secara langsung, siswa masih dapat
memahami karena siswa mendengarkan dan
menyimak secara langsung konten materi yang
diberikan oleh guru. Asmumi (2020)
mengemukakan bahwa metode penyajian materi
dengan mengirimkannya melalui aplikasi
merupakan metode yang kurang efektif. Metode
ini akan sangat efektif jika untuk pemberian tugas
/ kuis.

Keenam, siswa bosan dan suntuk. Durasi
pembelajaran daring yang terlalu lama dapa
menyebabkan siswa merasa bosan dan tak sedikit
yang mengalami keluhan fisik. Dalam penelitian
Mustakim (2020) selama siswa melaknsakan
pembelajaran daring, mereka mengalami kondisi
fisik dimana kepala pusing, kesulitan isirahat,
mata kelelahan dan keluhan fisik lainnya.

Sedangkan problematika pembelajaran
daring yang dialami oleh guru diantaranya:

Pertama, ketidaksiapan guru dalam
menghadapi pembelajaran daring. Peralihan

metode pembelajaran menjadi daring secara

mendadak ini membuat guru kurang memiliki

kesiapan yang matang terutama dalam

menggunakan dan memanfaatkan teknologi

informasi berbasis jaringan internet untuk

menunjang proses pembelajaran selama pandemi

sehingga guru harus dapat beradaptasi dengan

metode pembelajaran daring ini. Dalam hal ini

kemampuan guru terbatas dalam

mengoperasikan IT yang menunjang proses

pembelajaran daring. Asmuni (2020)

menjelaskan bahwa memang sebagian besar

guru dapat mengoperasikan komputer atau

smartphone, namun dalam mengakses lebih jauh

mengenai jaringan internet dan penggunaan

berbagai aplikasi penunjang belajar lainnya masih

terbatas. Selain itu guru mengalami keterbatasan

dalam mengontrol kondisi belajar saat

berlangsungnya proses pembelajaran karena

guru tidak secara langsung mendampingi siswa

dalam belajar.

Kedua, kendala jaringan internet. Tidak
hanya siswa yang mengalami kendala dalam
jaringan internet, melainkan guru terkadang
mengalami hal yang sama. Jaringan atau koneksi
internet yang tidak stabil membuat guru juga
kesulitan dalam memberikan pengajaran melalui
daring kepada siswa. Agar siswa yang bertempat
tinggal di wilayah terpencil tidak tertinggal dalam
proses pembelajaran maka biasanya beberapa
guru terpaksa mendatangi rumah setiap siswa
yang kesulitan dalam mengakses jaringan
internet dan tidak memiliki fasilitas penunjang
belajar daring. Tempat tinggal siswa yang berada
di wilayah pedesaan yang terpencil dan tertinggal
menjadi problematika guru ketika mengunjungi
siswa ke rumah masing-masing untuk
memberikan pengajaran sehingga siswa tetap
mendapatkan pendidikan yang sama selama
pandemi ini.

Solusi yang dapat dilakukan dalam
mengatasi problematika pembelajaran daring
dalam upaya meningkatkan motivasi belajar

siswa diantaranya meningkatkan kompetensi
spedagogik dan kemampuan guru dalam
menguasai IT, penggunaan metode pembelajaran
yang tepat menyesuaiakan dengan pembelajaran
daring, bantuan kuota dari pemerintah, dan
meningkatkan kolaborasi antara orang tua dan
guru.


Click to View FlipBook Version