The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Berisikan tentang jurnal yang diterbitkan oleh LPMP Provinsi Lampung Volume XVIII edisi 3 tahun 2020

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by jebukgenyeh, 2021-09-21 20:23:51

JURNAL NUANSA PENDIDIKAN VOL. XVIII, EDISI 3 TAHUN 2020

Berisikan tentang jurnal yang diterbitkan oleh LPMP Provinsi Lampung Volume XVIII edisi 3 tahun 2020

Keywords: jurnalilmiah,nuansapendidian,lpmplampung

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) menggunakan nilai

ulangan sebelumnya.

2. Menentukan nilai rata-rata tes siklus I, nilai tes siklus II dan nilai tes siklus III yang telah
dilaksanakan siswa bekerja dalam kelompok, yang kita sebut nilai kuis terkini.

C. HASIL PENELITIAN

Siklus I
Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 45 menit dan
pertemuan kedua 2 x 45 menit. peristiwa induksi magnetik dan gaya magnetik pada kawat berarus
listrik dan induksi magnetik dan gaya magnetik pada kawat berarus listrik) Pada saat pembelajaran
siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Pada pertemuan pertama dan kedua, guru menggunakan media kit listrik magnet, membagikan
LKS dan kartu benomor kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dalam kelompok
tersebut memiliki nomor yang berbeda. Siswa melakukan pengamatan dan mencoba dengan
menggunakan peralatan kit listrik magnet lalu diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS dengan
bimbingan guru. Guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari masing-
masing kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya kemudian menyampaikan
jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru. Dimulai dari No. 1, No.
2 dan seterusnya, sehingga masing-masing nomor mendapat giliran untuk memberikan
jawabannya. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I diketahui kekurangan-kekurangan pada siklus I yang
diperbaiki pada pelaksanaan siklus II yaitu :
1. Aktivitas siswa yang tidak relevan (off task) selama proses pembelajaran masih tinggi terutama

aktivitas siswa yang tidak saling membantu atau tidak saling memberitahu dan siswa yang
tidak bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan dalam kelompok sehingga dalam
kelompok siswa saling mengandalkan satu siswa dengan siswa yang lain dan hanya siswa
tertentu saja yang mengerjakan LKS. Maka untuk perbaikan siklus selanjutnya, guru akan
menegur siswa agar lebih bertanggung jawab lagi dalam bekerja kelompok serta guru akan
memperbaiki kinerjanya dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar.

2. Nilai rata-rata penguasaan konsep fisika siswa masih rendah dan belum mencapai standar
ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah, maka untuk perbaikan pada siklus
berikutnya guru akan lebih optimal dalam mengkaitkan pembelajaran dengan pengetahuan
awal siswa, memotivasi serta membimbing siswa menemukan konsep materi untuk
menyelesaikan LKS dalam kelompok.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 50
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

3. Hasil observasi guru menunjukkan kurangnya pengelolaan alokasi waktu pada saat
pembelajaran atau alokasi waktu guru peneliti tidak sesuai dengan alokasi waktu yang telah
ditetapkan sekolah dan bekumm optimalnya membimbing siswa dalam menyimpulkan konsep
materi pembelajaran, sehingga untuk perbaikan siklus selanjutnya guru peneliti akan berlatih
agar bisa membagi waktu pada saat pembelajaran dan mengoptimalkan membimbing siswa.

Siklus II
Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Sub
materi pokok yang diberikan adalah medan magnet disekitar kawat berarus listrik. Pada
pertemuan ini setelah guru membagikan LKS dan kartu bemomor kepada masing-masing
kelompok, guru membimbing dan mengarahkan siswa melakukan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan 4 struktur langkah utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama
dan pemberian jawaban serta membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari.

Berdasarkan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II diketahui kekurangan-kekurangan yang akan
diperbaiki pada siklus III yaitu:
1. Aktivitas siswa yang tidak relevan selama proses pembelajaran masih ada, terutama aktivitas

siswa yang tidak saling membantu atau tidak saling memberitahu dan siswa yang tidak
bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan dalam kelompok sehingga dalam kelompok
masih ada siswa saling mengandalkan satu siswa dengan siswa yang lain dan hanya siswa
tertentu saja yang mengerjakan LKS . Maka untuk perbaikan siklus selanjutnya, guru akan
memberi peringatan yaitu mengurangi poin kelompok, sehingga siswa akan lebih
bertanggungjawab lagi dalam bekerja kelompok

2. Nilai rata-rata penguasaan konsep fisika siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar
minimal yang ditetapkan sekolah yaitu sudah ≥ 78, jumlah siswa yang memperoleh nilai >.78
hanya 75,00%, maka untuk perbaikan pada siklus berikutnya guru akan lebih memotivasi dan
membimbing siswa menemukan konsep materi untuk menyelesaikan LKS, dan guru akan lebih
banyak memberikan latihan soal atau pekerjaan rumah (PR) sehingga siswa terlatih untuk
mengerjakan soal.

3. Hasil observasi guru menunjukkan bahwa penilaian pengelolaan alokasi waktu pada saat
pembelajaran adalah cukup, sehingga untuk perbaikan siklus selanjutnya guru peneliti akan
berlatih lagi dalam membagi waktu pada saat pembelajaran, agar alokasi waktu guru sesuai
dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Siklus III
Siklus III terdiri dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Sub
materi pokok yang diberikan adalah gaya magnet pada kawat lurus dan muatan yang bergerak

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 51
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

memotong medan magnet. Pada pertemuan ini guru membagi kegiatan pembelajaran menjadi
tiga bagian, pendahuluan diisi dengan Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran,
Informasi tentang teknis kegiatan pembelajaran Mengkaitkan pembelajaran dengan pengetahuan
awal siswa dan Memotivasi siswa membimbing dan mengarahkan siswa melakukan pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Setelah guru membagikan LKS dan kartu bernomor kepada masing-masing
kelompok, guru membimbing dan mengarahkan siswa melakukan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan 4 struktur langkah utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan dengan guru
mengajukan pertanyaan kepada pesertta didik dengan menyebutkan nomor secara acak, berfikir
bersama dan pemberian jawaban serta membimbing siswa menyimpulkan materi yang dipelajari,
memberikan informasi tambahan dan pendalaman konsep dan Memberikan umpan balik atas
kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa.

Aktivitas Belajar
Data tentang aktivitas belajar diperoleh melalui observasi langsung menggunakan lembar
observasi aktivitas off task siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari tidak
saling membantu dalam diskusi (tidak saling memberitahu), tidak bertanggung jawab atas tugas
yang dibebankan kelompok, tidak berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, dan tidak bertatap
muka atau tidak bersungguh-sungguh dalam diskusi. (Data lengkap tentang lembar observasi
aktivitas off task dan on task siswa terlampir). Sementara rangkuman data aktivitas off task dan on
task siswa dari siklus I, II, dan III dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel 1 dan 2 berikut:

Tabel Persentase Aktivitas Tak Relevan (Off Task) Siswa Pada Siklus I, II dan III

Siklus I Siklus II Siklus III

No. Jenis Aktivitas Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

Siswa Siswa Siswa

1 Tidak menggali infor- masi dari 13 36,11 7 19,44 5 13,89
beberapa buku sumber belajar

2. Tidak saling membantu dalam diskusi 15 41,67 7 19,44 4 11,11
(tidak saling memberitahu)

3. Tidak bertanggung jawab atas tugas 41,67 9 25,00 3 8,33 41,67
yang dibebankan kelompok

4. Tidak berkomunikasi baik lisan 12 33,33 4 11,11 2 5,56
maupun tulisan

Tidak bertatap muka atau tidak
5. bersungguh-sungguh dalam diskusi 3 8,33 2 5,56 1 2,78

Tabel Persentase Aktivitas Relevan (On Task) Siswa Pada Siklus I, II dan III

No Jenis Aktivitas Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah Jumlah Jumlah
Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)

1 Menggali infor masi dari beberapa 23 62,5 29 75 31 85
buku sumber belajar
32 90
2. Saling membantu dalam 21 62,5 29 82,5
diskusi (saling memberitahu)

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 52
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

No Jenis Aktivitas Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah Jumlah Jumlah
Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%)
27 77,5 33 92,5
3. Bertanggungjawab atas tugas yang 21 62,5 32 90 34 97,5
dibebankan kelompok
34 97,5 35 100
4. Berkomunikasi baik lisan maupun24 70
tulisan

5. Bertatap muka atau bersungguh- 33 92,5

sungguh dalam diskusi

Hasil Belajar
Data hasil belajar dalam penelitian ini berupa data penguasaan konsep siswa terhadap KD
Menerapkan induksi magnetik dan gaya magnetik pada beberapa produk teknologi pada materi
gejala kemagnetan, Induksi magnetik dan gaya magnet yang diperoleh dari hasil tes yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Data tersebut didapat dari hasil penjumlahan 80 nilai tes
formatif dan 20 nilai kelompok. Data nilai rata-rata hasil belajar penguasaan konsep siswa dapat
dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel Data Hasil Belajar Penguasaan Konsep Fisika Siswa

Variabel yang diamati Siklus 1 Siklus II Siklus III

Jumlah siswa yang tuntas 19 siswa 27 siswa 31 siswa
Prosentase siswa yang tuntas 53% 75% 86%
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Jumlah Nilai Maksimal Ideal 17 siswa 9 siswa 5 siswa
Rata-rata nilai (penguasaan konsep ) 80,4 86,4 93,2
71,85 76,97 82,19

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pada kelas XII IPA-1 berhasil

meningkatkan aktivitas siwa on task dan menurunakan aktivitas Off task. Persentase jenis
aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task) siswa dari siklus ke siklus mengalami
peningkatan. Peningkatan prosentase Pada sikus I 70,13 % meningkata pada siklus II 84,84%
dan meningkatapada siklus III menjadi 92,71%. Aktivitas yang tidak relevan (off
task).mengalami penurunan persentase setiap siklusnya. Rerata pada siklus I 32,22 % menurun
pada siklus II menjadi 16,11 % dan paa sikus III menurun menjadi 8,33 %

2. Persentase nilai rata-rata penguasaan konsep fisika siswa mengalami peningkatan dari siklus
ke siklus. Dari siklus I rerata 71,85 meningkat pada siklus II rerata menjadi 76,97 dan

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 53
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

meningkat padas siklus III rerata menjadi 82,19 dan prosentase ketuntasan siswa siklus I 53%,
siklus II 75% dan siklus III manjadi 86% Seperti table berikut:

Jumlah siswa yang tuntas Siklus I Siklus II Siklus III
Prosentase siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas 19 siswa 27 siswa 31 siswa
Jumlah Nilai Maksimal Ideal 53% 75% 86%
Rata-rata nilai (penguasaan konsep)
17 siswa 9 siswa 5 siswa
80,4 86,4 93,2
71,85 76,97 82,19

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran bahwa:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu

altematif pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep fisika siswa.

2. Guru harus menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
berpusat pada siswa, dan salah satunya adalah metode diskusi;

3. Bagi guru atau peneliti model pembelajaran kooperatif tipe NHT menjadi salah satu alternatif
pembelajaran di kelas, sebaiknya dalam membuat LKS pertanyaan yang dibuat sesuai dengan
jumlah nomor siswa dalam satu kelompok.

4. Guru betul-betul harus memperhatikan pengetahuan prasyarat siswa, membimbing siswa
dalam melakukan pengamatan dan diskusi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik, dan tidak frustasi;

5. Guru harus membuat kelompok-kelompok diskusi yang heterogen (pada setiap kelompok
harus ada siswa yang pintar, sedang, dan kurang) agar diskusi bisa berjalan lancar.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 54
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R.W. 2007. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, 0. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung.
___________ 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hopkins, D. 2009. A Teacher's Guide To Classroom Research. Open University
Press. Buckingham-Philadelpia.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning metode, tipe, struktur, dan model
penerapan. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Ibrahim, dkk. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Johnson, David W. (2010).Colaborative learning strategi pembelajaran untuk sukses
bersama. Bandung; Nusa media
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
Memes, Wayan. 2011. Perbaikan Pembelajaran Topik Kalor di SLTP. Jumal.
Pendidikan dan Pengajaran FKIP Negeri Singaraja. Departemen Pendidikan
Nasional RI.
Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-
University Press.
Nurhadi, dkk. 2009. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
UM. Press. Malang.
Rohani, A. 1995. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alphabeta
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafinda Persada.
Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta. Jakarta.
Slavin. 1994. Educational Psychologi, Theory ang Ptactice. Allyn and Bacan
Publisher. Needham Heights.
Soemanto, W. 2008. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sriyono. 1991. Tipe Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, N. 2009. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-lks-lembar-kegiatan-siswa.html

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 55
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

PENGGUNAAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BENTUK DAN WUJUD
BENDA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 59 GEDONG
TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN

2017/2018

Puji Astuti

SD Negeri 59 Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas II SDN 59
Gedong Tataan masih rendah. Penelitian dilakukan bertujuan untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar dengan menggunakan media realia. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan yang dilakukan secara reflektif dan kolaboratif selama tiga siklus. Subjek penelitian ini
adalah 14 siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2017/2018.

Hasil analisis data aktivitas siswa meningkat. Pada siklus pertama sebesar 62,5% dan 65,63%,
siklus kedua sebesar 75% dan 82,81% menjadi 87,5% dan 93,75% pada siklus ketiga. Begitu pula
hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari rata-rata sebesar 62,85 dan 64,42 pada siklus
pertama, menjadi sebesar 68,07 dan 72,42 pada siklus kedua dan menjadi 77,5 dan 82,75 pada
siklus ketiga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
realia dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kata kunci : media realia, aktivitas dan hasil belajar.

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran IPA pada pelaksanaannya haruslah diupayakan dalam kondisi pembelajaran yang
kondusif, dalam arti pembelajaran harus bersifat aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan.
Maka dari itu peranan dan fungsi guru dalam pembelajaran haruslah dapat memberi warna dan
bentuk terhadap proses pembelajaran dan dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.

Kondisi pembelajaran IPA di kelas II SDN 59 Gedong Tataan khususnya dalam mengidentifikasi
ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar, ada menunjukkan kurangnya minat
dan rendahnya hasil belajar siswa, diantaranya siswa kurang memiliki kemampuan untuk

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 56
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

merumuskan gagasan sendiri, siswa kesulitan untuk memahami sesuatu yang abstrak, kurangnya
media yang mendukung tercapainya kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 30 Juli 2017 pembelajaran IPA khususnya tentang
mendeskripsikan ciri-ciri benda padat dan benda cair yang ada di sekitar pada kelas II SDN 59
Gedong Tataan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan yang
diharapkan, karena pada saat kegiatan pembelajaran seringkali hanya beberapa siswa yang aktif.
Begitu pula dengan hasil belajar, kurang dari 50% siswa siswa yang tuntas atau menguasai materi
pembelajaran. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata hasil ulangan IPA di semester ganjil pada tahun
pelajaran 2017/2018 yaitu 55,71 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan adalah 65,00. Dalam pembelajaran IPA terlihat kekurangmampuan siswa pada
kompetensi dasar “Mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar”.
Secara klasikal, hanya 3 siswa yang telah tuntas belajar dari 14 siswa di kelas tersebut, atau baru
mencapai 21,42% dari keseluruhan siswa. Hal ini dikarenakan belum digunakannya media yang
dapat menunjang proses pembelajaran, kurang dikemasnya pembelajaran IPA dengan metode
yang menarik dan menyenangkan, guru dalam menyampaikan materi IPA tidak memperhatikan
kebutuhan siswa dan kurangnya variasi dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi kondisi tersebut guru harus melakukan tindakan yang dapat mengubah suasana
pembelajaran dan melibatkan siswa agar aktif dalam proses pembelajaran. Meningkatkan aktivitas
siswa dan hasil belajar dalam mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan
sekitar penulis mencoba menggunakan media realia. Ketika siswa mempelajari sesuatu yang baru
siswa perlu menggunakan berbagai cara untuk mencapainya. Penggunaan media realia merupakan
alternatif yang tepat untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran, khususnya tentang
sifat dan perubahan wujud benda sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya.

Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas
fisik dalam kegiatan pembelajaran untuk me-nunjang keberhasilan proses pembelajaran dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Rohani, 2010: 8). Sedangkan menurut Surya (2004:
8-9) aktivitas belajar adalah kegiatan dalam pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan
perilaku yang bersifat aktif dan terarah.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah keterlibatan siswa baik pikiran maupun tenaga untuk
memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun data kualitatif (Arifin, 2009: 73). Sedangkan hasil
belajar menurut Surya (2004: 16) adalah perubahan perilaku individu. Individu akan memperoleh
perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, disadari dsb. Lebih lanjut Surya mengungkapkan

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 57
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan motorik.

Menurut Suprijono (2009: 5-6), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Bloom (Suprijono, 2002:
6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Sementara menurut
Lindgren dalam Suprijono (2009: 7), hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan
sikap. Menurut Benyamin S. Bloom dalam Surya (2004: 17) hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah nilai tes formatif yang
diperoleh siswa dalam setiap siklus pada mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar
mengidentifikasi wujud benda padat,cair dan gas memiliki sifat tertentu.

Media Realia
Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Briggs dalam Sadiman dkk. (1984: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai
adalah contoh-contohnya.

Menurut Asyhar (2011: 55) manfaat dari media realia atau benda nyata adalah dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa sehingga pembelajaran bersifat lebih konkrit dan waktu retensi
lebih panjang. Benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh pesrta
didik sehingga memberikan pengalaman langsung (Asyhar, 2011: 54). Selanjutnya Asyhar
menyatakan bahwa media realia dapat mengambil perhatian (attention catcher) peserta didik
terhadap materi yang akan dibahas. Dengan kata lain media realia dapat membangkitkan motivasi
belajar peserta didik, sebab penggunaannya akan lebih menarik, nyata dan memusatkan perhatian
peserta didik.

B.METODE PENELITIAN

Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 selama 3 bulan, yaitu
pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2017. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus,
masing-masing siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan dan pada tiap akhir siklus diadakan refleksi
dan replaning untuk melanjutkan pada siklus berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 59 Gedong Tataan Gedong Tataan Pesawaran
pada mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair
yang ada di lingkungan sekitar.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 58
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Observer dalam penelitian ini adalah ibu Safaria Yunida yang merupakan kepala sekolah di sekolah
tempat peneliti bertugas. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 59 Gedong
Tataan Gedong Tataan yang berjumlah 14 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa
perempuan.

Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari
observasi aktivitas belajar siswa dan observasi kinerja guru. Sedangkan data kuantitatif diperoleh
dari test formatif yang dilaksanakan setiap akhir siklus dievaluasi dengan skor (angka).

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa lembar observasi, tes tertulis dan
dokumentasi.
a. Observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan aktivitas kinerja guru pada

saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh observer.
b. Tes, yang digunakan adalah tes objektif tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam pelajaran IPA.
c. Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar siswa dan juga aktivitas

kinerja guru selama proses pembelajaran, dengan menggunakan kamera digital.

Teknik Analisis Data
Data dikumpulkan sejak awal penelitian dengan memperhatikan semua proses yang terlihat,
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan
yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran. Data dalam penelitian ini dianalisis secara analisis
kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa, dan juga untuk
menganalisis kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan analisis data
kuanitatif digunakan untuk menghitung nilai rata-rata tes formatif yang diperoleh siswa pada
setiap siklus.

Prosedur Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang ingin dicapai sesuai dengan yang telah dirancang dalam faktor yang ingin diteliti dengan
prosedur : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 59
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

C. HASIL PENELITIAN

Siklus I
Pertemuan ke 1

Aktivitas Belajar
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama menunjukkan kondisi
belum optimal, karena dari 4 kriteria yang diamati, yang memperoleh skor 3 dengan kategori baik
adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap perubahan pada benda. Sedangkan untuk
kriteria yang lain masih memperoleh skor 2 dengan kategori cukup. Hal ini disebabkan:
1) Siswa belum terbiasa bekerja secara kelompok.

2) Sebagian siswa belum mampu melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.

3) Siswa belum dapat menyimpulkan hasil kerja kelompoknya.

Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 1 ini terlihat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran masih tergolong kurang, karena belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu
65,00. Pada pertemuan ini baru 5 siswa yang tuntas dengan nilai perolehan rata-rata 62,85. Hal ini
disebabkan siswa belum memiliki gagasan sendiri bagaimana cara menyelesaikan masalah dalam
kerja kelompok agar tugas yang diberikan guru dapat terselesaikan dengan benar. Untuk
ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel berikut :

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 1

Kelas Tuntas Belum Tuntas Jumlah Pertemuan
f% 1
II F% f % 14 100
5 35,71 9 64,28

Kinerja Guru
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung kinerja guru dalam penelitian ini juga dikaji, untuk
mengukur kinerja guru agar lebih terukur. Pengamatan dilakukan oleh observer dengan
mengamati proses pembelajaran melalui lembar pengamatan untuk guru yang memuat aspek-
aspek yang diamati. Pada siklus ini kinerja guru belum maksimal, baru mencapai 70,37%.

Pertemuan ke 2
Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa pada siklus pertama pertemuan 2 jika dilihat pada tabel di atas, pembelajaran
masih belum optimal, dari 4 kriteria yang diamati yang memperoleh skor 3 dengan kategori sangat
baik adalah memiliki rasa ingin tahu terhadap sifat benda dan mengamati media. Sedangkan untuk
kriteria yang lain masih memperoleh skor 2 dengan kategori cukup. Hal ini disebabkan:
a. Siswa tidak melengkapi bahan-bahan yang menjadi tugas dalam kelompoknya.

b. Siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan sifat-benda padat.
Hasil Belajar

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 60
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Hasil belajar siswa pada siklus 1 pertemuan 2 ini terlihat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran masih tergolong sedang. Pada pertemuan ini baru 6 siswa yang tuntas dengan nilai
perolehan rata-rata 64,42, Hal ini berarti baru 42,82% siswa yang tuntas dalam belajar. Hal ini
disebabkan siswa belum maksimal dalam menyelidiki ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di
lingkungan sekitar. Untuk itu perlu ada perbaikan pada siklus berikutnya. Ketuntasan belajar siswa
dapat dilihat pada tabel berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 2

Kelas Tuntas Belum Tuntas Jumlah Pertemuan
II f% f% f% 2
6 42,85 8 57,14 14 100

Kinerja Guru
Kinerja guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung dalam penelitian ini juga dikaji, untuk
mengukur kinerja guru agar lebih terukur. Pengamatan dilakukan oleh observer dengan
mengamati proses pembelajaran melalui lembar pengamatan untuk guru yang memuat aspek-
aspek yang diamati. Pada siklus ini kinerja guru belum maksimal, baru mencapai 74,07%.

Siklus II
Pertemuan ke 1

Aktivitas Belajar Siswa.
Aktivitas belajar siswa pada siklus kedua pertemuan 1 ini mengalami, dari ideal 16 rata-rata siswa
menperoleh skor 12 atau 75%. Dari 4 aspek yang diamati semua aspek sudah memperoleh skor
rata-rata dengan kriteria baik. Hal ini disebabkan guru senantiasa membimbing siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

Hasil Belajar Siswa
Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus kedua ini juga
mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan, yakni dari nilai ideal 100 nilai yang diperoleh
siswa adalah 68,07 dengan siswa yang tuntas sejumlah 8 orang atau 57,14%.

Pada siklus kedua ini walaupun aktivitas siswa dan hasil belajar mengalami peningkatan, namun
ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% dari keseluruhan siswa. Hal ini disebabkan masih
ada siswa yang belum dapat menyimpulkan ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan
sekitar. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1

Kelas Tuntas Belum Tuntas Jumlah Pertemuan
f% 3
II f %f% 14 100
8 57,14 6 42,85

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 61
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Kinerja Guru
Kinerja guru selama pembelajaran berlangsung pada pertemuan ini juga dikaji, untuk mengukur
kinerja guru agar lebih terukur. Pengamatan dilakukan oleh observer dengan mengamati proses
pembelajaran melalui lembar observasi kinerja guru yang memuat aspek-aspek yang diamati. Pada
siklus ini kinerja guru ternyata belum maksimal, baru mencapai 80,76%.

Pertemuan ke 2
Aktivitas Belajar Siswa.
Aktivitas belajar siswa pada siklus kedua pertemuan 2 ini mengalami peningkatan dari pertemuan
sebelumnya, dari skor ideal 16 rata-rata siswa menperoleh skor 13,25 atau 82,81%. Dari 4 aspek
yang diamati sudah memperoleh skor rata-rata dengan kriteria baik dan sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa guru telah memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus
sebelumnya, sehingga siswa terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil Belajar
Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus kedua pertemuan 2 ini
juga mengalami peningkatan, yakni dari nilai ideal 100 rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah
72,42. Pada pertemuan ini walaupun aktivitas siswa dan hasil belajar mengalami peningkatan,
namun ketuntasan belajar siswa belum mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini disebabkan ada
beberapa siswa yang pada siklus pertama telah tuntas, namun pada siklus kedua ini tidak tuntas.
ada beberapa siswa yang pada siklus pertama tidak tuntas, namun pada siklus kedua ini telah
tuntas jauh di atas KKM. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2

Kelas Tuntas Belum Tuntas Jumlah Pertemuan
II f% f% f% 4
9 64,28 5 35,71 14 100

Kinerja Guru
Guru sudah semakin lancar dalam membimbing siswa dalam menjalani tahapan demi tahapan
pembelajaran dengan menggunakan media realia dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan dalam mempelajari sifat benda gas.

Siklus III
Pertemuan ke 1

Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa pada siklus ketiga ini suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada
pembelajaran aktif melalui penggunaan media realia. Hal ini terlihat dari skor perolehan rata-rata
kelompok sebesar 14 dari skor ideal 16 atau 87,25%.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 62
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Hasil Belajar
Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus ketiga pertemuan 1 ini
juga mengalami peningkatan, yakni dari nilai ideal 100 rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah
77,5 dengan siswa yang tuntas sejumlah 10 siswa atau 71,42%. Namun demikian ketuntasan siswa
pada siklus ini belum seperti yang diharapkan walaupun perolehan hasil belajar siswa sudah
melampaui KKM yaitu 65,00.

Ketuntasan belajar siswa seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III Pertemuan 1

Kelas Tuntas Belum Tuntas Jumlah Pertemuan
II f% f% f% 5
10 71,42 4 28,57 14 100

Kinerja Guru
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus ketiga dalam proses pembelajaran memperoleh skor 92
dari skor ideal 108 atau 85,18%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan dari siklus-siklus
sebelumnya. Guru sudah semakin lancar dalam membimbing siswa dalam menjalani tahapan demi
tahapan kegiatan pembelajaran melalui penggunaan media realia dalam meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan dalam pembelajaran IPA

Pertemuan ke 2

Aktivitas Belajar
Kondisi aktivitas belajar siswa pada siklus ketiga ini suasana pembelajaran sudah lebih mengarah
kepada pembelajaran aktif melalui penggunaan media realia. Hal ini terlihat dari skor perolehan
rata-rata kelompok sebesar 15 dari skor ideal 16 atau 93,75%. Pembelajaran dengan
menggunakan media realia sudah lebih terarah. Siswa terlihat lebih antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran. Tugas yang diberikan guru mampu dilaksanakan dengan baik dan siswa
masing-masing kelompok saling membantu untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hampir
semua siswa termotivasi untuk mengamati benda yang menjadi sumber belajar dan mengerjakan
lembar kerja dengan baik. Pada siklus ketiga ini siswa terlihat lebih aktif dalam melaksanakan
skenario pembelajaran. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah semakin
tercipta.

Hasil Belajar
Hasil evaluasi siswa pada siklus ketiga pertemuan 2 seperti terlihat pada tabel berikut:

Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus ketiga ini memperoleh
nilai 82,57. Siklus ketiga ini selain aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan,
ketuntasan belajar siswapun mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa siklus ketiga
seperti terlihat pada tabel berikut :
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III Pertemuan 2

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 63
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Kelas Tuntas Belum Tuntas Jumlah Pertemuan
II f% f% f% 6
12 85,71 2 14,28 14 100

Kinerja Guru
Hasil observasi kinerja guru pada siklus ketiga dalam proses pembelajaran memperoleh skor 95
dari skor ideal 108 atau 87,96%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan dari siklus-siklus
sebelumnya. Guru sudah semakin lancar dalam membimbing siswa dalam menjalani tahapan-
tahapan demi tahapan pembelajaran dengan menggunakan media realia dalam meningkatkan
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan dalam mengidentifikasi ciri-
ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar.

Perbandingan Antar Siklus
Kekurangan dan kelebihan pada siklus 1 dan 2 setelah mengadakan refleksi, semua aspek dapat
diperbaiki pada siklus ketiga ini, seperti terlihat pada tabel berikut :

Kinerja Guru Selama Pembelajaran

No Pertemuan Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
80,76% 85,18%
11 70.37% 83,33% 87,96%

22 74,07%

Keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sudah mengarah pada pembelajaran aktif,

menggunakan media realia.
b. Siswa mampu menciptakan suasana kerjasama dalam kelompok untuk melaksanakan tugas-

tugas yang diberikan guru.
c. Siswa mulai mampu mengerjakan lembar kerjanya, hal ini dapat dilihat dari data hasil

observasi aktivitas siswa yang meningkat. Siklus pertama sebesar 62,5% dan 65,63%, siklus
kedua 75% dan 82,81% menjadi 87,5% dan 93,75% pada siklus ketiga.
d. Guru intensif membimbing siswa terutama yang kurang aktif dan kurang memahami dalam
mengamati sumber belajar yang digunakan pada kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
dari observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran yang meningkat dari 70,37% dan
74,07% pada siklus pertama, 80,76% dan 83,33% pada siklus kedua, menjadi 85,18% dan
7,96% pada siklus ketiga.
e. Meningkatnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil
evaluasi pada siklus pertama sebesar 62,85 dan 64,42 pada siklus kedua sebesar 68,07 dan
72,42 dan menjadi 77,5 dan 82,75 pada siklus ketiga.

Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh pada siklus 1, 2 dan 3, secara umum aktivitas
siswa dan hasil belajar dalam mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan
sekitar pada pelajaran IPA telah meningkat. Siswa telah mampu menyimpulkan ciri-ciri benda

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 64
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

padat dan benda cair, serta siswa telah mampu mendeskripsikan perubahan pada benda, dan
mengidentifikasi benda-benda di sekitar dan kegunaannya. Sedangkan untuk kinerja gurupun
sudah menunjukkan peningkatan, dimana dari aspek-aspek yang ada pada lembar observasi dapat
dilakukan dengan baik.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas II SDN 59 Gedong Tataan
selama 3 siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar
mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan dalam proses pembelajaran.

Hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa, yang pada siklus
pertama hanya rata-rata 62,5% dan 65,63%, siklus kedua 75% dan 82,81% menjadi 87,5% dan
93,75% pada siklus ketiga.

Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaranpun menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan rata-rata hasil tes formatif tanpa menggunakan media pembelajaran adalah
55,71 menjadi 62,85 dan 64,42 pada siklus pertama, pada siklus kedua sebesar 68,07 dan 72,42
dan menjadi 77,5 dan 82,75 pada siklus ketiga setelah melalui penggunaan media realia.

Pembelajaran dengan menggunakan media dan strategi pembelajaran adalah suatu cara untuk
membuat peserta didik aktif dari awal, yaitu dengan menggunakan strategi yang dirancang antara
lain untuk melibatkan peserta didik secara langsung ke dalam mata pelajaran, membangun
perhatian dan minat peserta didik, memunculkan keingintahuan peserta didik dan merangsang
peserta didik untuk berfikir dan menemukan gagasan.

Saran
Pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang
ada di lingkungan sekitar pada siswa kelas II SDN 59 Gedong Tataan selama 3 siklus telah terbukti
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya. Dalam hal ini peneliti sarankan kepada rekan-
rekan guru, hendaknya dalam menyampaikan materi kepada siswa selalu menggunakan metode
atau media yang sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang akan disampaikan dan yang dapat
menyenangkan siswa, agar dapat mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan siswa pada saat
pembelajaran. Guru diharapkan dalam kegiatan pembelajaran selalu dapat melakukan kegiatan
yang bermanfaat ini secara berkesinambungan, baik dalam mata pelajaran IPA maupun dalam
mata pelajaran lain.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 65
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Asra, dkk. 2008, Metode Pembelajaran, Seri Pembelajaran Aktif, Wacana Prima, Bandung.
Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006. Standar Isi kelas IV. Depdiknas. Jakarta.
Carin, A.A. 1985. Teacing Modern Science. Bell & Howell Company. London.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Dusseldrop, 1981, Education Psychology a Realistic Approach, Skylight Publishing, Inc
Hungerford, H.R & Volk, T.L. 1990. Sciense Technology Society. Stipes

Publishing Company. Texas
Mudjito,1998. Manajemen Sekolah Dasar. Remaja Rosda Karya.Bandung
Purwanto, Drs. M. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Pt.

Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Silberman Mel. 2002. Active Learning. Yappendis.Yogyakarta.
Sumantri, N. 2008. Menggagas Pembaharuan Pendidikan. Remadja Rosdakarya. Bandung.
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Bani Quraisy.
Bandung.
Suprijono, Agus, 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar. Jogjakarta.
Thobroni Muhammad & Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media.
Jogjakarta.
Uzer, Usman. 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Rosda

Karya. Bandung.
Wardani. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar, dalam materi Pokok Psikologi

Pendidikan. Program D II SD/MI. UT. Jakarta.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 66
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGEMBANGKAN
BAHAN AJAR MELALUI KEGIATAN KKG DI SD NEGERI
35 GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN
PELAJARAN 2018/2019

Riana

SD Negeri 35 Gedongtataan, Kab. Pesawaran

Abstrak: PenelitianTindakan Sekolah ini dilaksanakan di SDN 35 Gedong Tataan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru SDN 35 Gedong Tataan dalam mengembangkan bahan ajar yang
akan dipergunakan dalam proses pembelajaran di kelas melalui kegiatan KKG. Penelitian ini
menggunakan desian penelitian tindakan yang bersifat reflektif dilaksanakan sebanyak 3 siklus.
Subjek penelitian adalah guru SDN 35 Gedong Tataan yang berjumlah 9 orang. Hasil analisis data
tiap siklus menunjukkan bahwa kegiatan KKG dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan
bahan ajar guru SDN 35 Gedong Tataan Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kata kunci : bahan ajar, KKG

A. PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pendidikan
dasar membawa dampak perubahan paradigma dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dampak
perubahan tersebut harus terjadi pada aspek regulasi maupun pada pelaksana proses pendidikan.
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, pada proses pembelajaran sangat membutuhkan
media pembelajaran. Melalui media pembelajaran yang baik akan mampu membantu peserta
didik untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Selain media pembelajaran diperlukan
juga bahan ajar yang akan menunjang proses pembelajaran agar siswa sebagai pembelajar dapat
berkembang secara optimal.

Bahan ajar memiliki kedudukan penting yakni sebagai pusat pembelajaran dan berfungsi sebagai
alat pembelajaran yang strategis bagi guru dan siswa. Pengembangan bahan ajar diperlukan untuk
mempersiapkan kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasi. Pengembangan bahan ajar juga
diperlukan untuk menciptakan kelangsungan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan
yang inovatif dan penuh daya tarik.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 67
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Kenyataan dilapangan menunjukkan sebagian besar satuan pendididkan dasar sampai saat ini
belum mampu mempersiapkan dan memiliki sumberdaya yang memadai. Penerapan kurikulum
2013 oleh pemerintah sebagai pengganti kurikulum sebelumnya, belum sepenuhnya mampu
menyediakan sarana, prasarana, sumber belajar dan sumberdaya yang memadai.

Berdasarkan hasil supervisi kelas di SDN 35 Gedong Tataan menunjukkan bahwa siswa kelas I
sampai dengan kelas V hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah. Kondisi ini terjadi
antara lain disebabkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar belum
disampaikan secara tepat kepada peserta didik.

Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa SDN 35
Gedong Tataan adalah belum digunakannya metode pembelajaran yang dapat menunjang proses
pembelajaran, kurang dikemasnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan metode
yang menarik dan menyenangkan, kurangnya pemahaman guru tentang metode-metode
pembelajaran, kurangnya buku sumber belajar, siswa lebih banyak bermain dan ngobrol bersama
teman sebangku pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini menimbulkan siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar.

Dengan alasan itulah maka kepala sekolah SDN 35 Gedong Tataan sebagai peneliti berinisiatif
untuk membina guru melalui kegiatan KKG di sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan
guru dalam mengembangkan bahan ajar dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan
tujuan Untuk meningkatkan kemampuan guru SDN 35 Gedong Tataan dalam mengembangkan
bahan ajar dan Untuk meningkatkan aktivitas guru SDN 35 Gedong Tataan.

Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah sebagai kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktik. Kemampuan juga merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan dan sebuah penilaian atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Kemampuan bisa juga disebut potensi yang ada pada manusia dan dapat diasah. Kemampuan
berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan
kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1997: 552-553).

Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar dapat didifinisikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Menurut Suryantoro (2011: 1), bahan ajar merupakan
informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai seperangkat materi yang
disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau
suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 68
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Bahan ajar merupakan bagian dari kelangsungan pembelajaran. Dengan bahan ajar maka
pelaksanaan pembelajaran dapat lebih lancar. Bahan ajar disebut juga dengan bahan pengajaran.
Menurut Suyono dan Basuki (1995: 9) bahan pengajaran adalah seperangkat fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang dapat merangsang timbulnya peristiwa belajar. Perincian isi bahan ajar,
antara lain (1) bahan ajar disebut fakta apabila berisi sesuatu yang biasanya diminta untuk diingat,
(2) bahan ajar berisi konsep apabila berisi suatu definisi, ciri khas, suatu hal, dan klasifikasi suatu
hal, (3) bahan ajar disebut prosedur apabila berisi penjelasan tentang lagkah-langkah kegiatan,
prosedur pembuatan sesuatu, cara-cara memecahkan masalah, dan urut-urutannya suatu
peristiwa, dan (4) bahan ajar disebut prinsip apabila berisi penjelasan tentang hubungan antara
beberapa konsep, hasil hubungan antar berbagai konsep, dan tentang keadaan suatu hal.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah
seperangkat materi yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang disusun secara
sistematis dan bertujuan untuk memperlancar kelangsungan pembelajaran. Bahan ajar memiliki
peranan yang penting dalam pembelajaran. Bahan ajar memiliki kedudukan penting yakni sebagai
pusat pembelajaran dan berfungsi sebagai alat pembelajaran yang strategis bagi guru dan siswa.

Jenis Bahan Ajar
Menurut Rowntree (1994) dalam kutipan yang sama, memiliki sudut pandang yang sedikit
berbeda dengan kedua ahli di atas dalam mengelompokkan jenis bahan ajar ini. Menurut
Rowntree, jenis bahan ajar dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan
sifatnya, yaitu:
1) Bahan ajar berbasiskan cetak, termasuk di dalamnya buku, pamflet, panduan belajar siswa,

bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah dan koran, dan lain-
lain;
2) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, seperti audiocassette, siaran radio, slide, filmstrips,
film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, Computer Based Tutorial (CBT) dan
multimedia;
3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, seperti kit sains, lembar observasi,
lembar wawancara, dan lain-lain;
4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama dalam pendidikan
jarak jauh), misalnya telepon dan video conferencing.

Berdasarkan uraian tentang jenis bahan ajar tersebut di atas, dalam penelitian ini yang akan
digunakan adalah bahan ajar cetak dalam bentuk buku kerja siswa atau lembar kegiatan siswa
(LKS).

Kelompok Kerja Guru (KKG)
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 20 pada ayat (b)
menyatakan bahwa “dalam rangka melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 69
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”. Sehubungan dengan berjalannya undang-
undang tersebut, seorang guru profesional diberikan kesempatan untuk dapat meningkatkan dan
mengembangkan keprofesionalannya melalui beberapa aspek, yaitu melalui pelatihan, penulisan
karya ilmiah, dan pertemuan di Kelompok Kerja Guru (KKG).

Kelompok Kerja Guru yang selanjutnya disebut KKG adalah wadah untuk pertemuan guru-guru
atau para guru yang tergabung dalam kategori guru kelas dan guru mata pelajaran di sekolah
dasar. Pertemuan yang dimaksud adalah kegiatan untuk membahas permasalahan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk mencari solusi dari permasalahan
tersebut dan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam berbagai hal tentang pendidikan agar
menjadi guru profesional.

Berdasarkan pengertian KKG tersebut di atas disimpulkan bahwa KKG adalah sebuah
forum/organisasi atau perkumpulan guru-guru kelas dan guru mata pelajaran di sekolah dasar
yang mempunyai kegiatan khusus memberikan informasi-informasi pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pribadi guru dalam proses belajar mengajar.

Tujuan dan Fungsi KKG
KKG merupakan Organisasi profesi kependidikan bertujuan sebagai pemersatu seluruh anggota
profesi yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian,
dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan
profesional sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan,
kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga pendidik.

B. METODE PENELITIAN

Setting Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan oleh kepala sekolah kepada guru dalam suatu
kegiatan di KKG yang dilaksanakan di SDN 35 Gedong Tataan dan bertindak sebagai
trainer/fasilitator adalah kepala sekolah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2017/2018 selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2018
dengan menggunakan 3 siklus untuk melihat peningkatan guru dalam mengembangkan bahan
ajar. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru SDN 35 Gedong Tataan
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 9 (sembilan) orang.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes tertulis. Untuk observasi
dilakukan mengamati kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar, engan menggunakan
skala likert. Sedangkan test tertulis dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar. Penyusunan alat ukur bertolak pada
indikator masing-masing kompetensi yang ingin dicapai.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 70
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Teknik Analisis Data
Data dikumpulkan sejak awal penelitian dengan memperhatikan semua proses yang terlihat,
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan
yang terjadi pada saat kegiatan. Berikut ini data yang akan diperoleh untuk analisis penafsiran
data:
1) Hasil kegiatan diperoleh dari nilai tes hasil kemampuan intelektual guru (tes formatif).

2) Aktivitas guru dalam proses kegiatan KKG diperoleh dengan menganalisis tingkat aktivitas

guru dalam proses kegiatan melalui lembar pengamatan kemudian dikategorikan dalam

klasifikasi sangat baik, baik, cukup, dan kurang.

Prosedur Penelitian.
Penelitian tindakan sekolah ini terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai dan sesuai dengan yang telah dirancang dalam faktor yang ingin
diteliti dengan prosedur: perencanaan, pelaksanaan, observasi (Pengamatan) dan refleksi.

Rencana Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan dilakukan dalam 3 siklus yaitu:
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I.
5) Peneliti merencanakan tindakan pada siklus 1 (Berdasarkan refleksi pada tahap pra penelitian,

siklus pertama ini penelitian diterapkan dengan kegiatan di KKG.
6) Peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan kegiatan dengan materi konsep pengembangan

bahan ajar melalui beberapa tahap, antara lain: tahap orientasi, apersepsi, dan motivasi.
7) Peneliti melakukan pengamatan terhadap kemampuan psikomotor guru sebagai pembelajar

melalui kegiatan di KKG ini. Pelaksanaan proses kegiatan dari kegiatan awal sampai kegiatan
akhi.
8) Peneliti melakukan Refleksi dengan melihat data observasi tersebut, apakah kegiatan yang
dilakukan telah meningkatkan kemampuan dan aktivitas guru dalam mengembangkan bahan
ajar dengan kegiatan di KKG. Data dan jurnal dapat juga digunakan sebagai sebagai acuan bagi
peneliti untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap
ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Langkah-langkah yang dilakukan pada Siklus II.
1) Peneliti membuat rencana kegiatan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama (Membuat

rencana kegiatan melalui kegiatan di KKG, Membuat instrument, Membuat lembar kerja dan
Menyusun alat evaluasi pembelajaran).
2) Peneliti melaksanakan kegiatan melalui kegiatan sesama guru dengan model kegiatan di KKG
kepada guru yang telah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013,
berdasarkan rencana kegiatan dan replaning siklus pertama.
3) Peneliti melakukan pengamatan terhadap kemampuan guru sebagai pembelajar melalui
kegiatan di KKG ini. Pelaksanaan proses kegiatan dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 71
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

4) Peneliti melakukan refleksi yaitu Hasil yang didapat dalam tahap observasi dianalisis dan
mengadakan refleksi dengan melihat data observasi tersebut, apakah kegiatan yang dilakukan
telah meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar dengan kegiatan di
KKG. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan
untuk merencanakan siklus berikutnya.

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus III.
Siklus ketiga merupakan kegiatan yang terakhir dari kegiatan di KKG dengan tahapan yang sama
dengan siklus-siklus sebelumnya.
1) Peneliti membuat rencana kegiatan berdasarkan hasil refleksi siklus kedua (Membuat rencana

kegiatan melalui kegiatan di KKG, Membuat instrument, Membuat lembar kerja dan
Menyusun alat evaluasi kegiatan).
2) Peneliti melaksanakan kegiatan melalui kegiatan bersama guru dalam kegiatan di KKG yang
telah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013, berdasarkan
rencana kegiatan dan replaning siklus kedua. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini
adalah melaksanakan rencana pelaksanaan kegiatan dengan pokok bahasan “Lembar Kegiatan
Siswa”
3) Peneliti dan fasilitator melakukan pengamatan terhadap kemampuan guru sebagai
pembelajar melalui kegiatan di KKG ini. Pelaksanaan proses kegiatan dari kegiatan awal
sampai kegiatan akhir.
4) Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis hasil
kegiatan serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan kegiatan di KKG untuk meningkatkan
kemampuan mengembangkan bahan ajar dalam bentuk LKS guru SDN 35 Gedong Tataan
Tahun Pelajaran 2017/2018.

Kriteria Keberhasilan Penelitian.
Penelitian tindakan sekolah ini berhasil apabila :
a. Kemampuan kognitif guru memperoleh nilai rerata 70 dengan sebutan tuntas sesuai dengan

KKM yang ditetapkan dengan guru yang tuntas sebesar 90%.
b. Aktivitas guru dalam membuat bahan ajar (LKS) menperoleh skor rerata 18 dengan sebutan

amat baik.

C. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjut penelitian tindakan ini
diperoleh berbagai data, baik data kemampuan intelektual guru yang berupa data dari
kemampuan intelektual, maupun data kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 72
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan pengamatan penelitian pada siklus 1, 2 dan 3, yang
dilaksanakan masing-masing sebanyak 2 kali pertemuan, secara umum kemampuan intelektual
dan aktivitas guru melalui kegiatan di KKG telah meningkat. Guru SDN 35 Gedong Tataan telah
mampu mengikuti kegiatan peningkatan kemampuan mengembangkan bahan ajar pada
pelaksanaan kurikulum 2013 dan dapat menjelaskan konsep dan implementasi pelaksanaannya,
memahami jenis bahan ajar, memahami fungsi dan manfaat bahan ajar, serta mampu membuat
bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Berikut ini rekapitulasi data hasil penelitian tindakan sekolah dalam upaya peningkatan
kemampuan mengembangkan bahan ajar guru SDN 35 Gedong Tataan.

Grafik Rekapitulasi Data Aktivitas Guru

Berdasarkan pengumpulan data tersebut di atas maka dapat dibaca bahwa:
1) Siklus 1 pertemuan 1 dari data aktivitas guruadalah sebagai dasar untuk menentukan langkah-

langkah pada pertemuan berikutnya.
2) Siklus 1 pertemuan 2 diperoleh data hasil aktivitas guru di KKG meningkat sebesar 8,34%

dengan kriteria baik.
3) Siklus 2 pertemuan 1 diperoleh data hasil aktivitas guru di KKG meningkat sebesar 0,55%

dengan kriteria baik.
4) Siklus 2 pertemuan 2 diperoleh data hasil aktivitas guru di KKG meningkat sebesar 4,45%

dengan kriteria baik.
5) Siklus 3 pertemuan 1 diperoleh data hasil aktivitas guru di KKG meningkat sebesar 3,33%

dengan kriteria baik.
6) Siklus 3 pertemuan 2 diperoleh data hasil aktivitas guru di KKG meningkat sebesar 5% dengan

kriteria sangat baik.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 73
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Grafik Rekapitulasi Data Kemampuan Intelektual Guru

Berdasarkan uraian data tersebut di atas maka dapat dibaca bahwa:
1) Siklus 1 pertemuan 1 dari data kemapuan intelektualadalah sebagai dasar untuk menentukan

langkah-langkah pada pertemuan berikutnya.
2) Siklus 1 pertemuan 2 diperoleh data hasil kemampuan intelektual meningkat sebesar 1,66

poin dan belum ada yang tuntas.
3) Siklus 2 pertemuan 1 diperoleh data hasil kemampuan intelektual meningkat sebesar 10,56

poin dengan guru tuntas 4 orang.
4) Siklus 2 pertemuan 2 diperoleh data hasil kemampuan intelektual meningkat sebesar 6,11

poin dengan guru tuntas 5 orang.
5) Siklus 3 pertemuan 1 diperoleh data hasil kemampuan intelektual meningkat sebesar 2,78poin

dengan guru tuntas 6 orang.
6) Siklus 3 pertemuan 2 diperoleh data hasil kemampuan intelektual meningkat sebesar 7,87poin

dengan guru tuntas 8 orang.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan di SDN 35 Gedong
Tataan selama 3 siklus berpotensi untuk melaksanakan kegiatan melalui kegiatan di KKG yang
ditandai dengan proses pembelajaran belum menggunakan bahan ajar yang sesuai dan menarik
dan belum terlaksana dengan sempurna, karena walaupun para guru telah menggunakan bahan
ajar namun belum sesuai dengan yang diharapkan pada implementasi kurikulum 2013. Dengan
kata lain bahan ajar yang digunakan hanya dari buku paket. Kegiatan pengembangan bahan ajar

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 74
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

melalui kegiatan di KKG ini dilaksanakan untuk membimbing dan menuntun guru dalam
membangun konsep pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa.
1. Melalui kegiatan di KKGdapat meningkatan kemampuan intelektual tentang pembuatan

bahan ajar guru SDN 35 Gedong Tataan.
2. Melalui kegiatan di KKG dapat meningkatan aktivitas guru SDN 35 Gedong Tataan.
3. Kegiatan di KKG ini adalah suatu cara untuk membuat guru aktif dari awal, yaitu dengan

menggunakan strategi yang dirancang antara lain untuk melibatkan guru secara langsung ke
dalam materi kegiatan,membangun perhatian dan minat guru, memunculkan keingintahuan
guru dan merangsang guru untuk berfikir dan menemukan gagasan atau ide-ide.

Saran
Kegiatan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan selama 3 siklus pada guru SDN 35 Gedong
Tataan telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas kemampuan intelektual guru dalam upaya
peningkatan kemampuan mengembangkan bahan ajar. Dalam hal ini peneliti menyarankan
kepada rekan-rekan kepala sekolah, hendaknya dalam membina guru di sekolah yang menjadi
tanggung jawabnya hendaknya selalu menggunakan metode atau cara yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan dan yang dapat menyenangkan guru, agar dapat mengoptimalkan
kemampuan dan keterampilan para guru pada saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Kepala sekolah diharapkan dalam melaksanakan tugas sebagai manajer dan supervisor di sekolah
selalu dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat ini secara berkesinambungan, baik dalam
masalah bahan ajar maupun dalam masalah lainnya.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 75
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. Tersedia pada:
http://haritsah. ifastnet.com/home/38/50-lks.html. 19 Novemver 2015,
pukul 17.00 WIB.

Ida Malati Sadjati, M. Ed. Jenis Bahan Ajar. Tersedia pada:
http://repository.ut.ac.id/4157/1/IDIK4009-M1.pdf
diunggah pada 24 Juni 2018.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997. Badan Pengembangan Dan Pembinaan
Bahasa Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Milman Yusdi. 2011. Pengertian Kemampuan.Tersedia pada:
http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html. 16 Februari
2018 Pk. 10.07

Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013. Standar Nasional Pendidikan. BNSP.
Indonesia.

Robert.1996. Instrument Development in The Affective Domain. Kluwer-Nijhoff
Publishing. Boston.

Solikhun. 2015. Peran dan Pentingnya Kelompok Kerja Guru. Tersedia pada
http://jatengpos.co.id/peran-penting-kelompok-kerja-guru-
kkg/#:~:text=Sebenarnya%20Kelompok%20Kerja%20Guru%20(KKG,darisejumlah%20guru%
20dari%20sejumlah%20sekolah.&text=Kelompok%20kerja%20guru%20(KKG)%20merupak
an,guru%20untuk%20meningkatkan%20kemampuan%20profesionalnya. Diakses pada
Jumat 24 Juni 2018. Pukul 11.41.

Suryantoro. 2011. Langkah-langkah Mengembangkan Bahan Ajar. Tersedia pada:
www.suryantoro.wordpress.com pada 12 Januari 2013.
Suyono & Basuki. 1995. Dasar-dasar Pendekatan. Komunikatif dan Pemahaman

Kurikulum. IKIP Malang, Malang.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 76
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

PENERAPAN METODE PARTISIPATORI MELALUI
PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X-2 SMA

NEGERI 1 NATAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Amri Zein
SMA Negeri 1 Natar, Lampung Selatan

Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan metode partisipatori melalui pemanfaatan
media gambar. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar tahun pelajaran
2011/2012 yang berjumlah 40 siswa yang terdiri atas 15 laki-laki dan 25 perempuan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Jenis tes yang
digunakan adalah tes tertulis. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dan
siklus II. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian kemampuan menulis puisi, setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I,
nilai rata-rata kemampuan siswa menulis puisi sebesar 64,84 dengan kategori cukup, siswa yang
mencapai KKM 12 siswa dan yang tidak mencapai KKM 20 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata
kemampuan siswa menulis puisi adalah 78,02 dengan kategori baik, siswa yang mencapai KKM
40 siswa dan yang tidak mencapai KKM 0 siswa. Dari dua siklus yang diterapkan, terjadi
peningkatan kemampuan siswa menulis puisi. Peningkatan nilai rata-rata dari pengamatan siklus
I dan siklus II pada masing-masing aspek adalah Aspek diksi naik sebanyak 2,63%. Aspek rima
dengan peningkatan sebesar 11,70% dari hasil tes siklus I sebesar 59,17 menjadi 71,09 pada siklus
II. Aspek tipografi dengan peningkatan sebesar 19.53 % dari hasil tes siklus I sebesar 69,53
menjadi 89,06 pada siklus II. Aspek enjambemen meningkat sebesar 22,65% dari hasil tes siklus I
sebesar 60,93 menjadi 83,59 pada siklus II. Aktivitas guru dalam pembelajaran menglami
peningkatan kemampuan, hasil jurnal guru siklus I dengan prosentase 59,26 % termasuk
kualivikasi cukup, sedangkan pada siklus II hasil jurnal guru dengan prosentase 76,85 % termasuk
kualivikasi baik.

Kata kunci: metode partisipatori, media gambar, menulis puisi.mekemampuan menulis puisi

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif itu diarahkan untuk membentuk
kompetensi komunikatif, yakni kompetensi kemampuan untuk menggunakan bahasa Indonesia

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 77
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

sebagai alat komunikasi, baik pada aspek pemahaman, aspek penggunaan, maupun aspek
apresiasi (Suparno 2001). Hal ini berarti, melalui pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa
memiliki kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang
disampaikan serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan kembali pesan atau
informasi yang diterimanya itu. Siswa juga diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengekpresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dengan menggunakan bahasa
yang baik.

Kompetensi komunikatif itu dapat dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami
dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran sastra direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Pengalaman sastra itu merupakan wujud dari apa diketahui dan dirasakan oleh siswa yang
berupa sensasi, emosi, dan gagasan-gagasan. Saat pembelajaran berlangsung siswa harus
diikutsertakan dalam pemecahan masalah sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif,
sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran sastra dapat
membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu:
membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta
dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Sastra meliputi prosa, puisi, dan drama
(Santosa, 2008: 13). Puisi ialah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat
sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan
tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Salah satu keterampilan yang harus
dikuasai siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis puisi.

Kenyataan yang terjadi di SMA N 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran
2011/2012, khususnya kompetensi menulis materi puisi keindahan alam siswa kelas X-2 yang
terdiri atas 40 siswa masih rendah, yaitu nilai rata-rata 57,30 masih di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu 70,00.

Faktor penyebab kesulitan siswa dalam menulis puisi, dalam pembelajaran menulis puisi ini
diantaranya guru kurang membimbing siswa secara kreatif untuk membuat dan menulis puisi
pada siswa demgan poensi yang ada, guru hanya membacakan salah satu puisi dalam buku paket
dan menyuruh siswa untuk menuliskan puisi tersebut lalu guru menyuruhnya untuk
membacakannya di depan kelas. Selanjutnya siswa tidak diberi kesempatan untuk menulis puisi
dengan bahasa atau kata-katanya sendiri dan kemampuannya sendiri. Pastinya pembelajaran
tersebut sangat kurang tepat, di sini terkesan tidak adanya aktivitas dan kreatifitas siswa dalam
menulis puisi. Ketika penulis memberikan tugas pada siswa untuk menulis puisi dengan kata-
kata atau bahasanya sendiri, siswa terlihat kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan
bahasanya sendiri.

Pembelajaran menulis kreatif puisi cenderung bersifat teoritis informatif, bukan apresiatif
produktif. Belajar yang diciptakan guru dikelas hanya sebatas memberikan informasi
pengetahuan tentang sastra sehingga kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mencipta
kurang mendapat perhatian. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk melakukan konstruksi

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 78
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

pengetahuan dan melakukan pengembangan pengetahuan itu menjadi sebuah produk
pengetahuan baru.

Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu diperbaiki oleh guru
untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah
kurangnya keterampilan menulis puisi, peneliti menggunakan media gambar dalam pembelajaran
menulis puisi. Solusi penggunaan media gambar ini diperkuat oleh pendapat yang menyatakan
“Penggunaan media pembelajaran menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung
antara peserta didik dan sumber belajar” (Daryanto, 2011: 5). Dengan gairah belajar dengan
sendirinya dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan
kelas, yaitu ”Penerapan metode partisipatori melalui pemanfaatan media gambar untuk
meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran
2011/2012”.

Pembelajaran Menulis Puisi
Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara
tersurat (Akhadiah, 1988: 2). Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media
bahasa (Nurgiyantoro, 2001: 273). Pendapat lain mengatakan bahwa menulis sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya (Suparno dan Yunus, 2008:1.3). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya.
Puisi merupakan eskpresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam,
dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-
katanya dalam bentuk teks (Zulfahnur, 1998: 79-80). Puisi adalah buah pikiran, perasaan, dan
pengalaman penyair yang diekspresikan dengan media bahasa yang khas dan unik (Wetty, 2009:
45). Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga
mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan
khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus (Sugono, 2011: 159).

Dalam menulis puisi ada beberapa langkah yang perlu dipelajari agar dihasilkan suatu puisi yang
indah. Menurut Krisnawati (2008: 25) langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Menentukan tema puisi
2. Memilih kata
3. Memilih gaya bahasa
4. Menentukan imaji atau daya bayang
5. Menyusun baris menjadi bait
6. Memeriksa lagi penggunaan kata dan gaya bahasa
7. memberi judul.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 79
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Media Gambar dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Gambar adalah bahasa bentuk atau rupa yang umum (Daryanto, 2011: 18). Gambar
merupakan media visual yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Jenis
media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk membantu menyampaikan isi atau
materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan media yang
tidak dapat diproyeksikan. Menurut Arsyad (2010: 113) media gambar termasuk foto, lukisan
atau gambar dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini
adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Selanjutnya
menurut Sadiman (2011: 29) media gambar termasuk dalam media grafis selain sketsa, diagram,
bagan atau chart, grafik, poster, kartun, dan peta dan globe. Sedangkan menurut Djamarah dan
Zain (2010: 124) jenis media gambar antara lain foto, lukisan, dan cetakan.

Langkah-langkah pelaksanaan menulis puisi melalui media gambar berpedoman pada pendapat
Munaris (2012: 61-63) sebagai berikut.

Langkah 1 adalah menulis apa yang tampak di gambar (mendeskripsikan gambar)

Anak-anak ramai berkumpul di api unggun. Bajunya hijau muda dan orange. Perpaduan
yang cerah.
Mereka bergembira.
Bernyayi bersama dan bersorak-sorak.
Wajahnya polos ceria.
Langkah 2 adalah memisahkan kalimat menjadi baris-baris.
Anak-anak ramai.
Berkumpul di api unggun. Bajunya hijau muda dan oranye.
Perpaduan yang cerah.
Mereka bergembira.
Bernyanyi bersama dan bersorak sorai.
Wajahnya polos ceria.
Dengan menderetkan per kalimat ke bawah, dari segi penampilan sudah terbentuk puisi. Apalagi
bila diberi judul dan tanda titik dibuang.

Langkah 3 adalah memadatkan kalimat
Bergembira
Anak-anak ramai Di api unggun
Hijau muda orannye Cerah, Gembira Nyanyi, bersorak-sorak
Polos, ceria

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 80
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Langkah 4 adalah mengisi roh dan mengolah/menambah/mengurangi/mengganti
memindah bagian-bagian puisi.

Bergembira
Ramai,
Api unggun Merah kuning hijau
Cerah gembira Nyayi Sorak-sorai

B. METODE PENELITIAN

Pada Penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Tindakan
penelitian yang bersifat spiral tersebut dapat digambarkan siklus model Hopkins dalam Muslich
(2011: 150).

Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari
solusi berupa perencanaan perbaikan (perenungan). Dilanjutkan dengan tindakan yang telah
direncanakan disertai dengan observasi kemudian refleksi melalui diskusi antara peneliti dan
siswa (jika diperlukan) sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-
siklus berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung secara terus
menerus. Apabila pembelajaran menulis puisi melalui media gambar belum meningkat pada
siklus pertama, penulis akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai
tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan
sampai siklus tertentu.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun
pelajaran 2011/2012 pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan
jadwal pelajaran bahasa Indonesia di kelas X-2 dan berlangsung hingga mencapai indikator yang
telah ditentukan dan tercapainya target.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas X-2
SMA Negeri 1 Natar , Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran
2011/2012 berjumlah 40 siswa, yang terdiri atas 12 laki-laki dan 28 perempuan.

Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah
1. Meningkatnya aktivitas belajar menulis puisi siswa dengan bantuan media gambar sehingga

pada akhir siklus mencapai predikat baik/aktif

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 81
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

2. Meningkatnya kemampuan menulis puisi pada siswa yang ditunjukkan dengan perolehan
nilai tes tertulis disetiap akhir siklus mencapai 80% mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang berlaku di sekolah yaitu 70.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian ini
menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan sifat data yang diambil, seperti:
lembar observasi, tes hasil belajar.

Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 146), observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi
dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan menggunakan pedoman observasi,
catatan lapangan, dan foto.
2. Tes
Menurut Margono (2007: 170) tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka. Tes ini berupa tes pemahaman menulis puisi. Tes ini digunakan untuk
memperoleh data kemampuan pemahaman menulis puisi serta peningkatan prestasi belajar
siswa sesudah diberi tindakan pada setiap siklusnya.

Teknik Analisis Data
Cara yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah :.

1. Observasi Aktivitas Siswa
a. Melakukan penilaian aktivitas pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
instrumen dibantu dengan observer.
b. Menghitung skor aktivitas pembelajaran puisi berdasarkan tolok ukur penilaian
instrumen tabel 3.1
c. Menghitung rata-rata aktivitas siswa menulis puisi melalui media gambar dengan
persamaan.
d. Menentukan rata-rata prosentase tingkat kemampuan siswa berdasarkan kriteria
penilaian observasi aktivitas siswa berikut

2. Kemampuan Kegiatan Menulis Puisi
a. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan
membaca secara keseluruhan teks puisi yang telah ditulis oleh siswa.
b. Menjumlahkan skor peulisan puisi berdasarkan tolok ukur penilaian dalam tabel 3.3.
c. Menghitung rata-rata kemampuan siswa menulis puisi melalui rumus
d. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolok ukur yang digunakan.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 82
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

3. Proses Pembelajaran oleh Guru
a. Melakukan penilaian aktivitas kegiatan guru dalam membimbing siswa
menulis puisi, dengan menggunakan instrumen dibantu dengan observer.
b. Menganalisis dan berdiskusi dengan guru mitra (obserber) hasil aktivitas kegiatan guru
dalam pembelajaran puisi berdasarkan tolok ukur penilaian instrumen tabel 3.3
c. Menghitung rata-rata prosentase kegiatan guru dengan rumus.
d. Menentukan rata-rata prosentase kegiatan guru berdasarkan kriteria penilaian
Nurgiyantoro (1987:211) berikut :
Kriteria A, nilai 85%-100% dengan predikat baik sekali. Kriteria B, nilai 75%-84% dengan
predikat baik. Kriteria C, nilai 60%-74% dengan predikat cukup. Kriteria D, nilai 40%-59%
dengan predikat kurang. Kriteria E, nilai 0-39% dengan predikat gagal.

C. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab ini meliputi hasil tes dan nontes yang diperoleh dari
tindakan siklus I dan siklus II. Hasil tes berupa keterampilan menulis puisi keindahan alam setelah
mengikuti pembelajaran menulis puisi keindahan alam menggunakan metode partisipatori dengan
media gambar. Hasil nontes diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua tahap yaitu siklus I dan siklus II.
Pembahasan hasil penelitian meliputi proses pembelajaran keterampilan menulis puisi keindahan
alam, peningkatan keterampilan menulis puisi, dan perubahan tingkah laku siswa setelah
dilakukan pembelajaran menulis puisi keindahan alam menggunakan metode partisipatori dengan
media gambar. Pembahasan proses pembelajaran mencakup segala tindakan yang guru lakukan
dalam memperbaiki perilaku siswa dan metode yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis puisi keindahan alam siswa. Peningkatan keterampilan menulis puisi keindahan alam
menggunakan metode partisipatori dengan media gambar dapat dilihat dari hasil nontes siklus I
dan siklus II.

Aktivitas Siswa Menulis Puisi Keindahan Alam dengan Memperhatikan Diksi, Rima, Tipologi, dan
Enjambemen Siklus I dan Siklus II
Aktivitas siswa dalam menulis puisi keindahan alam dengan memperhatikan Diksi, Rima, Tipologi,
dan Enjambemen pada siklus I dan siklus II yang juga dideskripsikan melalui dokumentasi foto
sebagai berikut.

Proses ketika siswa sedang mengerjakan tugas menulis puisi keindahan alam menggunakan
metode partisipatori dengan media gambar dengan memperhatikan Diksi, Rima, Tipologi, dan
Enjambemen pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I sudah terlihat siswa sangat serius
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru meskipun masih ada siswa yang mengajak ngobrol di
dalam kelompok. Berbeda dengan siklus II, hampir semua siswa sangat antusias dan serius dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu menulis puisi keindahan alam dengan
memperhatikan Diksi, Rima, Tipologi, dan Enjambemen .

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 83
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Menggunakan Metode Partisipatori
dengan Media Gambar
Hasil tes keterampilan menulis puisi keindahan alam kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar Kabupaten
Lampung Selatan mengalami peningkatan pada tiap tahapan siklusnya, dari mulai tahapan siklus I
ke siklus II. Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel Peningkatan Nilai Rata-Rata Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Siklus I
dan Siklus II

Distribusi Distribusi

No Nilai Rata- Frekuensi Persentase (%)
Rata
SB B C K Jml SB B C K
1. 64,84
2. 78,02 8 8 11 13 40 20,00 16,66 26,67 36,67
Keterangan: 12 26 0 0 40 23,33 76,67 0,00 0,00
SB : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
Jml : Jumlah

Pada tabel di atas diketahui peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II. Hasil pada siklus II
meningkat sebesar 13,18% dari nilai rata-rata siklus I yang nilai rata-ratanya 64,84, begitu juga
dengan peningkatkan distribusi frekuensi menulis puisi keindahan alam pada siswa kelas X-2 SMA
Negeri 1 Natar yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Adapun nilai rata-rata
menulis puisi keindahan alam siklus I yaitu 64,83, dengan distribusi hasil keterampilan menulis
puisi keindahan alam kelas X-2 sesuai tabel 18. Jadi, hasil keterampilan menulis puisi keindahan
alam pada siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan termasuk pada
kategori cukup. Tetapi, masih ada beberapa siswa yang masih mendapat nilai dibawah 70.
Rendahnya nilai siswa ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor yang paling utama yaitu siswa
merasa kesulitan ketika mencari kata kunci yang terdapat di dalam gambar keindahan alam, siswa
juga merasa kesulitan saat menentukan diksi (pilihan kata) yamg tepat untuk mengungkapkan isi
dari keindahan alam tersebut, serta siswa merasa kesulitan ketika merangkai kata-kata yang sudah
ditemukan menjadi sebuah puisi yang utuh. Faktor lainnya adalah kurangnya penguasaan materi
mengenai puisi keindahan alam yang mereka kuasai, sehingga berpengaruh terhadap kurangnya
minat siswa untuk menulis puisi keindahan alam.

Berdasarkan uraian di atas, nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi keindahan alam siklus I masih
perlu ditingkatkan lagi, sebab nilai rata-rata tersebut belum mencapai nilai KKM yaitu 70. Jadi,
untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi keindahan alam pada siswa kelas X-2 SMA Negeri
1 Natar ini perlu dilakukan tindakan yang efektif agar hasil tes keterampilan menulis puisi
keindahan alam pada siklus I dapat diperbaiki yaitu dengan tindakan siklus II.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 84
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Berdasarkan hasil penelitian diketahui peningkatan hasil keterampilan menulis puisi keindahan
alam pada siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar pada siklus II. Nilai rata-rata hasil keterampilan
menulis puisi keindahan alam pada siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar pada siklus II sebesar
78,02 dengan distribusi frekuensi pada kategori sangat baik ada 7 siswa atau sebesar 23,33%,
kategori baik ada 23 siswa atau sebesar 76,67%, untuk kategori cukup dan kurang tidak ada atau
sebesar 0,00%. Pada siklus II ini mengalami peningkatan yang sangat berarti dibandingkan pada
siklus I. Hal ini disebabkan adanya tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan siklus I yaitu guru
memberikan penjelasan yang lebih mendalam lagi mengenai materi menulis puisi keindahan alam,
siswa dapat menambahkan objek lain yang berhubungan dengan gambar yang dipilih siswa, serta
guru memberikan pancingan dengan mengucapkan kata-kata yang berkaitan dengan gambar
keindahan alam yang dipilih siswa, misalnya “Gunung”, guru memancing siswa dengan
mengucapkan kata-kata seperti gunung yang menjulang tinggi, birunya awan, kepak sayap burung
yang berterbangan, dll.

Hasil pada siklus II ini termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata di atas standar KKM
yaitu 70. Dengan demikian, tidak perlu lagi dilakukan tindakan siklus III. Untuk lebih jelasnya,
persentase peningkatan siklus I ke siklus II dari hasil tes keterampilan menulis puisi keindahan
alam pada siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar akan digambarkan dalam bentuk diagram berikut
ini.

Diagram Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan uraian hasil keterampilan menulis puisi keindahan alam siswa kelas X-2 SMA Negeri 1
Natar pada kategorinya mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Mulai dari kategori
sangat baik yang pada siklus I sebesar 20,00%, naik pada siklus II sebesar 3,33% atau menjadi
23,33%. Kategori baik pada siklus I sebesar 16,67% , naik pada siklus II sebesar 50% atau menjadi
76,67%. Untuk kategori cukup, pada siklus I sebesar 26,67% menjadi 0,00% pada siklus II, dan
kategori kurang pada siklus I sebesar 36,67% menjadi 0,00% pada siklus II.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 85
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Tiap Aspek Pada Siklus I dan Siklus II

Untuk mengetahui peningkatan hasil keterampilan menulis puisi keindahan alam pada siswa kelas

X-2 SMA Negeri 1 Natar dari siklus I ke siklus II dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel Hasil Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Tiap Aspek pada Siklus I

dan Siklus II

Rata-Rata Skor Peningkatan

No Aspek Penilaian S I S II (%)
S I - S II

1. Diksi 70,83 73,33 2,5

2. Rima 59,17 71,67 12,5

3. Tipografi 69,17 89,17 20

4. Enjambemen 60 83,33 23,33

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tiap-tiap aspek menulis pusi keindahan alam pada siklus I
dan siklus II mengalami peningkatan. Aspek yang pertama yaitu aspek diksi naik sebanyak 2,5%
dari hasil tes siklus I sebesar 70,83 menjadi 73,33 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa dengan
cara yang efektif mampu memberikan kemudahan kepada siswa dalam menentukan diksi (pilihan
kata) yang tepat untuk mengungkapkan isi puisi dari gambar keindahan alam tersebut. Aspek
kedua adalah rima dengan peningkatan sebesar 12,5% dari hasil tes siklus I sebesar 59,17 menjadi
71,67 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah bisa menulis puisi dengan
memperhatikan penempatan bunyi dan pengulangannya dengan baik. Aspek ketiga adalah
tipografi dengan peningkatan sebesar 20% dari hasil tes siklus I sebesar 69,17 menjadi 89,17 pada
siklus II. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mampu menulis puisi dengan cirri khas masing-
masing siswa dengan tatanan baris atau bait-bait yang rapi dan teratur. Aspek yang terakhir
adalah enjambemen dengan peningkatan sebesar 23,33% dari hasil tes siklus I sebesar 60 menjadi
83,33 pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mampu menulis puisi dengan
memperhatikan bagian atau baris kalimat yang mendahuluinya atau berikutnya atau bagian yang
mengikutinya. Jadi, untuk mengetahui hasil peningkatan nilai rata-rata peraspek pada
keterampilan menulis puisi keindahan alam akan ditampilkan pada diagram berikut:

Diagram Peningkatan Nilai Rata-Rata Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 86
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Berdasarkan uraian dan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis puisi
keindahan alam menggunkan metode partisipatori dengan media gambar pada siswa kelas X-2
SMA Negeri 1 Natar kabupaten Lampung Selatan dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi
keindahan alam siswa dengan baik.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian tindakan kelas ini, kesimpulan secara umum
adalah “bahwa pemanfaatan media gambar menggunakan metode partisipatori dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X-2 di SMA Negeri 1 Natar Tahun
Pelajaran 2011/2012. Selanjutnya kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran melalui media gambar siswa lebih bersemangat dan antusias dalam
menulis puisi. Hal ini dapat dicermati berdasarkan hasil kegiatan refleksi pada siklus I,
dari 40 siswa sebanyak 16 siswa tuntas dengan rata-rata skor 64,84, sedangkan pada
siklus II dari 40 siswa sebanyak 34 siswa tuntas dengan rata-rata skor 78,02.

2. Pelaksanaan pembelajaran melalui media gambar dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam menulis puisi siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran
2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran menulis puisi secara keseluruhan pada siklus I, rata-rata aktivitas positif
siswa mencapai 60%, sedangkan pada siklus II rata-rata aktifitas positif siswa menjadi
76,25%.

3. Penilaian pembelajaran melalui media gambar hasil kemampuan menulis puisi
keindahan alam pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Aspek diksi naik
sebanyak 2,63%. Aspek rima dengan peningkatan sebesar 11,70% dari hasil tes siklus I
sebesar 59,17 menjadi 71,09 pada siklus II. Aspek tipografi dengan peningkatan sebesar
19.53 % dari hasil tes siklus I sebesar 69,53 menjadi 89,06 pada siklus II. Aspek
enjambemen meningkat sebesar 22,65% dari hasil tes siklus I sebesar 60,93 menjadi
83,59 pada siklus II.

4. Aktivitas guru dalam pembelajaran menglami peningkatan kemampuan Hasil jurnal
guru siklus I dengan prosentase 59,26 % termasuk kualivikasi Cukup, sedangkan pada
siklus II hasil jurnal guru dengan prosentase 76,85 % termasuk kualifikasi baik.

Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, ada tiga saran khususnya untuk guru Bahasa Indonesia
SMA. Saran ini akan lebih terimplementasi jika kondisi kelas yang diajar lebih kurang menyerupai
kelas tempat penelitian dilaksanakan.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 87
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

1. Diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia agar memanfaatkan media gambar sebagai salah
satu media dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena media gambar dapat
membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran khususnya menulis puisi.

2. Dalam pembelajaran, guru hendaknya merencanakan dalam memperhatikan kebutuhan
lingkungan siswa, strategi, metode, media, evaluasi, agar siswa lebih aktif dalam
pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Media gambar dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam media pembelajaran.

3. Untuk meningkatkan, kompetensi siswa dalam menulis puisi, hendaknya guru menyusun
rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif.

DAFTAR PUSTAKA Jendral

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Agus Budi Santoso, 2008. Teori Sastra. Madiun : IKIP PGRI Madiun
Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.
Aminuddin. (2010). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Basuki Wibawa. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Depdiknas, Direktorat

Pendidikan Dasar dan Menengah.
Daryanto, 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Persada
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kiftiawati. 2008. Ensiklopedia Sastra 1. Jakarta: Media Pusindo.
Krisnawati. 2008. Menulis Puisi. Jakarta: Pacu Minat Baca.
Husnan, Erma. 1988. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Munaris. 2012. Pembelajaran Menulis Puisi Lingua Scientia Jurnal Bahasa.

Volume 4 No 2. Tulungagung: STAIN.
Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BFFE.
Purwanto, M. Ngalim. 2011. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Rosdakarya.
Sadikin, Mustofa. 2011. Kumpulan Sastra Indonesia. Pantun Puisi Majas

Peribahasa Kata mutiara. Jakarta: Gudang Ilmu.
Sadiman, dkk. 2011. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suliani, Wetty Ni Nyoman. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi

dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Lampung: Unila.
Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.
Sugono, Dendy. 2007. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta: Pusat Bahasa

Depdiknas.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 88
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Syaefudin. 2008. Mengenal Karya Sastra Indonesia. Jakarta: Pacu Minat Baca.
Zulfahnur. 1997. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Hernawan, Asep Herry. dkk. 2010. Pembelajaran terpadu di SD. Jakarta :

Universitas Terbuka.
Husnan, Erma. 1988. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa
I.G.A.K. Wardani. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.
__________, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Tim Prima Pena Gita Media Press.
Safari. 2005. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta :

Puspendik
Setejo da Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suparno dan Yunus, 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta Uiversitas

Terbuka
Suliani, Wetty Ni Nyoman. 2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi

dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Lampung: Unila.
Tarigan, HG. 1991. Motodologi Pengajaran Bahasa -2. Bandung: Angkasa
Tarigan, HG. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa Bandung
Zulfahnur, Z.F. (2009). Apresiasi Puisi. Jakarta: Depdikbud

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 89
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
PADA MATERI HUKUM NEWTON II UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X
IPA-2 SEMESTER GENAP SMAN 1 NATAR
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Suprianto

SMA Negeri 1 Natar, Lampung Selatan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Fisika pada
materi Hukum Newton II kelas X IPA 2 Semester Genap SMA Negeri 1 Natar melalui Penerapan
Model Pembelajaran Discovery Learning. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK
). Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X IPA2 Semester Genap dengan jumlah siswa 32 siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan angket, Lembar Kerja siswa dan soal tes. Dari hasil
penelitian ini diketahui:
1. Pada tahap pra siklus, hasil aktivitas belajar siswa di peroleh 32,22 % dan hasil belajar siswa

diperoleh 12,50 %
2. Pada siklus I, hasil aktivitas belajar siswa di peroleh 62,66% dan hasil belajar siswa diperoleh

71,8%
3. Pada siklus II, hasil aktivitas belajar siswa di peroleh 89,84% dan hasil belajar siswa diperoleh

90,63%
Pada siklus II ketuntasan aktivitas dan hasil belajar siswa sudah tercapai, maka penelitian secara
klasikal di hentikan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
pada materi Hukum Newton II dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Fisika kelas X IPA2
Semester Genap SMA Negeri 1 Natar TP. 2017/2018.

Kata Kunci : model pembelajaran discovery learning, hasil belajar

A. PENDAHULUAN

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini salah satunya adalah rendahnya mutu
pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional diantaranya pelatihan untuk meningkatkan kwalitas
guru, mengembangkan model pembelajaran, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan
alat peraga, perbaikan sarana dan prasarana dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 90
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

demikian berbagai indicator mutu pendidikan belum juga menunjukkan peningkatan yang
memadai.

Sebagai pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses
belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran
menjadi lebih efektif dan menarik sehingga materi yang disampaikan akan membuat siswa merasa
senang. Guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai fasilisator yang membimbing
potensi dan mobilitas siswa dalam belajar. Menurut Sardiman (2003;20) belajar itu merupakan
perubahan tingkah laku serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru
dan lain sebaginya. Keterlibatan siswa dalam PBM merupakan suatu implementasi dari keaktifan
siswa dalam proses tersebut. Siswa dapat berperan aktif dengan cara melakukan aktivitas yang
dapat mendukung dalam proses belajar diantaranya dengan berdiskusi, membaca dan memahami
materi pelajaran, kerja kelompok serta melaksanakan tugas-tugas yang di berikan guru.
Pembelajaran merupakan suatu yang komplek dan melibatkan berbagai aspek yang saling
berkaitan. Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan di perlukan
keterampilan yaitu “ keterampilan membelajarkan dan keterampilan mengajar “. ( Mulyasa
2005;69 )

Berdasarkan pengalaman belajar di SMAN 1 Natar, model pembelajaran yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran di kelas adalah pengajaran langsung ( Direct instruction ) dan di
dominasi dengan metode ceramah sehingga membuat siswa banyak yang bersikap pasif. Siswa
banyak duduk diam ditempat serta mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi
pelajaran di kelas. Adapun siswa siswa yang aktif akan tetap sulit dikondisikan dan sering tidak
memperhatikan guru dalam menjelaskan materi pelajaran. Pada saat diskusi kelompok
berlangsung, hanya sebagian kecil saja yang aktif melaksanakan diskusi, karena menguasai konsep.
Sedang yang lainnya belajar di luar konteks pembelajaran fisika. Permasalahan lain dalam
pembelajaran fisika masih ada siswa yang menganggap mata pelajaran fisika merupakan
pelajaran yang banyak rumus dan teori-teori yang harus dihafal, sehingga terkesan sulit dan
berat. Selain itu, mereka juga merasakan bahwa mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang
menyusahkan dan menakutkan. Aktifitas seperti inilah yang menyebabkan salah satu factor
rendahnya hasil dari aktifitas belajar siswa. Pentingnya pemahaman konsep dalam PBM sangat
berpengaruh untuk memecahkan masalah

Dari hasil ulangan harian, siswa yang telah tuntas belajar atau siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) masih rendah. Di SMAN 1 Natar Lampung Selatan tahun pelajaran
2017/2018. KKM mata pelajaran Fisika kelas X IPA adalah 75. Permasalahan semacam ini akan
terus terjadi jika tidak segera diatasi. Menurut asumsi kami selaku pendidik, kebiasaan siswa yang
kurang baik seperti uraian diatas dapat dikurangi dan bahkan dapat diperbaiki dengan
penerapan model pembelajaran yang banyak melibatkan aktifitas siswa untuk melakukan
kegiatan. Model pembelajaran yang diperkirakan dapat mengatasi kebiasaan kurang baik agar
menjadi lebih baik yaitu dengan penerapan model discovery learning.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 91
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Model pembelajaran Discovery Learning adalah cara belajar memahami konsep, arti, dan
hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discoveri
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan
beberapa konsep dan prinsip. Discoveri dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, dan inferi ( Budiingsih 2005;43 ). Dalam mengaplikasikan model discovery learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesmpatan kepada siswa belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran ( Sardiman, 2005;145 ).

Berdasar latar belakang tersebut, maka harapan kami sebagai guru yang mengajar di kelas
aktivitas dan hasil belajar dapat di capai dengan baik. Karena itu kami akan melakukan penelitian
dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Hukum Newton
II Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X IPA 2 Semester Genap
SMAN 1 Natar Tahun Pelajaran 2017/2018 “

Pembelajaran Fisika
Thoifuri (2007) menyatakan bahwa dalam mempelajari fisika tidak hanya berhubungan dengan
rumus-rumus, bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, tetapi fisika juga berkenaan dengan
ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya yang diatur secara logika sehingga fisika itu berkaitan
dengan konsep-konsep yang abstrak. Sebagai suatu struktur dan hubungan-hubungan, maka fisika
memerlukan simbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Simbolisasi berfungsi sebagai komunikasi yang dapat diberikan keterangan untuk
membentuk suatu konsep baru. Konsep tersebut dapat terbentuk bila sudah memahami konsep
sebelumnya. Ukuran keberhasilan siswa dalam belajar fisika menurut Sappaile (2005), tidak hanya
ditentukan oleh penguasaan fisika secara kognitif, afektif, dan psikomotor, tetapi juga perlu
penguasaan pengetahuan tentang proses ilmiah, keterampilan individu, dan pengetahuan fisika
secara konseptual.

Belajar dan pembelajaran fisika dapat diklasifikasikan menjadi lima hal penting (Widodo dalam
Widodo, 2007). (1) Pebelajar telah memiliki pengetahuan awal. (2) Belajar merupakan proses
pengkonstruksian suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. (4) Belajar
adalah perubahan konsepsi belajar. (4) Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam
suatu konteks sosial tertentu. (5) Pebelajar bertanggungjawab terhadap proses belajarnya.
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa pembelajaran fisika lebih menekankan pada
keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori,
dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk
pendidikan. Pembelajaran fisika selama ini lebih banyak menghafalkan rumus, fakta, prinsip, dan
teori saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran fisika
yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 92
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Aktivitas belajar
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas sendiri. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan
aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Martinis Yamin, 2007: 75).
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar
(Sardiman, 2006: 96).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan atau
tindakan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh individu untuk membangun pengetahuan
dan ketrampilan dalam diri dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar akan menjadikan
pembelajaran yang efektif. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja.
Namun, guru harus mampu membawa siswa untuk aktiv dalam belajar.

Hasil belajar
Pengertian hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut
Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-
pengetahuan, sikapsikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2013: 3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Menurut Hamalik (2004: 49)
“mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan
pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran Discovery Learning menurut Syah (2004;244) dalam mengaplikasikan metode
Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur/langkah kerja (sintaks) yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar :

a. Stimulation (pemberian rangsangan)

Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada suatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi ( menilai sesuatu yang bersifat khusus menjadi
umum ) agar timbul berkeinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktifitas belajar lainnya
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Pada tahapan ini berfungsi untuk

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 93
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengekplorasi (menemukan sesuatu) bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru member kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis jawaban
sementara atas pertanyaan masalah. ( Syah 2004;244 )
c. Data collection (pengumpulan data).

Ketika ekdporasi berlangsung guru juga member kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah 2004;244). Pada tahapan ini berfungsi untuk menjawab benar
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak di beri
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literature,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Data Processing (pengolahan data)

Menurut Syah ( 2004;244 ) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya.
Semua diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabulasi bahkan bila perlu dihitung dngan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
(Djamarah 2002;22 )
e. Verification (pembuktian)

Pada tahapan ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternative di hubungkan dengan
hasil data processing. Syah ( 2004;244 ). Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran,
pernyataan hipotesis yang telah dirumuskan di cek, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization ( Menarik kesimpulan )

Kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Setelah menrik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang
menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip yang luas
yang mendasari pengalaman seseorang

B. METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan kelas adalah suatu peneltian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kerjanya sebagai guru, sehingga
aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian ilmiah ini didasarkan adanya
masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 94
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki kwalitas hasil
belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik lagi.

Setting Penelitian
Penelitian di laksanakan di SMA Negeri 1 Natar, Jln. Dahlia III Natar kabupaten Lampung Selatan
selama 3 ( tiga ) bulan, mulai 5 Februari s.d 5 Mei 2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA
2, Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018.

Prosedur penelitian

Tahapan perencanaan tindakan
Dalam perencanaan ini peneliti melakukan hal hal sebagai berikut
a. Membuat pemetaan, silabus, RPP yang akan diterapkan dalam PBM
b. Menetapkan Standar kompentensi dan kompentensi dasar
c. Menentukan scenario pembelajaran
d. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan
e. Menyusun lembar kerja siswa
f. Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang

disajikan
g. Menyiapkan analisis soal tes

Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktifitas belajar siswa dan kinerja guru. Pada
sat tindakan, data yang diambil dalam observasi adalah data kwalitatif yang diambil melalui
lembar observasi
Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis
dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul masalah yang perlu mendapat perhatian,
sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang serta refleksi
ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai masalah sudah bisa
diatasi dengan siklus rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

Teknik Pengumpulan data
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Sumber data
penelitian akan diperoleh langsung dari respon siswa.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Instrumen pengamatan aktifitas belajar
b. Tes hasil belajar di gunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Fisika materi Hukum Newton II ( Hukum tentang gerak ) berupa tes soal pilihan
ganda sebanyak 10 soal

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 95
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan soal tes plihan ganda
pada siklus I dan II. Data ini diperoleh dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang
diberikan pada siswa.

Instrumen ini digunakan oleh kami sebagai pelaku proses pembelajaran untuk mengumpulkan
data mengenai ketercapaian indicator-indikator penerapan model Discovery Learning serta
digunakan untuk mengetahui peningkatan Aktifitas belajar siswa.

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap
persiapan, proses pembelajaran, hingga akhir kegiatan. Apakah setiap proses kegiatan sudah
sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Demikian pula dengan analisis data pada PTK adalah
analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Analisis di dilakukan untuk memperkirakan apakah
semua aspek pembelajaran yang terlibat didalamnya sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman,dkk
2009;9 ). Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus I.
b. Menganalisis data hasil belajar fisika
c. Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan

indicator keberhasilan antara Tes siklus I dan tes siklus II.

Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan belajar siswa yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Rata-rata aktifitas belajar siswa di atas 75 %
2. Rata rata hasil belajar siswa di atas KKM yaitu 75 %

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tahap Pra siklus
Berdasar pengamatan awal sebelum menggunakan pengajawan Model Discovery Learning, bahwa
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika tergolong rendah. Dari 32 siswa pada Pra
Siklus diperoleh aktivitas belajar siswa 39,22 % . dan belajar koqnitifnya 12,50 %. Berdasarkan
observasi di SMAN 1 Natar, model pembelajaran yang digunakan guru alam proses pembelajaran
di kelas adalah pengajaran langsung ( Direct instruction ) dan di dominasi dengan metode ceramah
sehingga membuat siswa banyak yang bersikap pasif. Siswa banyak duduk diam ditempat serta
mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas. Adapun siswa siswa yang
aktif akan tetap sulit dikondisikan dan sering tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan
materi pelajaran. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, hanya sebagian kecil saja yang aktif
melaksanakan diskusi, karena menguasai konsep. Sedang yang lainnya belajar di luar konteks
pembelajaran fisika. Permasalahan lain dalam pembelajaran fisika masih ada siswa yang
menganggap mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang banyak rumus dan teori-teori
yang harus dihafal, sehingga terkesan sulit dan berat. Selain itu, mereka juga merasakan bahwa

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 96
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang menyusahkan dan menakutkan. Aktifitas seperti
inilah yang menyebabkan salah satu factor rendahnya hasil dari aktifitas belajar siswa. Pentingnya
pemahaman konsep dalam PBM sangat berpengaruh untuk memecahkan masalah. Inilah dasar
kami selaku pelaku proses pembelajaran, untuk melakukan penelitian pada tindakan siklus ( I ).

Pada pembelajaran siklus I aktivitas belajar siswa dibangkitkan dengan pemanfaatan pembelajaran
Model Discovery Learning. Dengan Model ini di harapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa terhadap mata pelajaran Fisika.

Siklus I
Pada siklus I materi yang disampaikan adalah Hukum Newton II tentang gerak. Prosedur
pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan tindakan

- Mempersiapkan perangkat pembelajaran

- Mempersiapkan scenario pembelajaran

b. Pelaksanaan tindakan

- Guru memberikan penjelasan tentang Hukum Newton II

- Membagi siswa dalam kelompok terdiri 5 siswa untuk setiap kelompok

- Guru dan siswa berdiskusi untuk mengklasifikasikan bahan atau benda yang digunakan

pada hukum newton II

- Menjelaskan dan menyampaikan materi hukum newton II

- Memberikan latihan kepada siswa pada tiori dan praktek pada hukum newton II

- Memberikan Pekerjaan Rumah kepada siswa untuk soal hukum newton II.

c. Pengamatan terhadap tindakan

- Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan. Yang diamati adalah :

- Jumlah siswa yang aktif dan yang tidak aktif

- Ketepatan waktu

- Kendala yang dihadapi

- Kondisi yang mendukung
d. Refleksi

Analisis, interprestasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui
tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesua rencana dan tindakan mana yang masih
perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.
Dalam kegiatan tersebut menunjukkan antusias belajar siswa meningkat. Dari hasil aktivitas
belajar siswa dan pembelajaran pada siklus I menggunakan Model Pembelajaran Discovery
Learning di peroleh 62,66 % dan 71,88 %.
Penerapan model Discovery Learning membuat siswa aktif dan tertarik untuk melakukan tahapan-
tahapan pembelajaran. Dari tahapan-tahapan yang dilakukan ternyata hasil yang di peroleh dari
Siklus I ini kebanyakan siswa masih rendah dalam mempelajari materi Fisika secara mandiri
terutama dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 97
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

baik melalui instrumen, observasi, dan sebagainya belum bisa dilakukan, serta pada saat
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil belum bisa dilakukan.

Dari data ketuntasan belajar kognitif siswa pada siklus I hasilnya Dari jumlah siswa 32 orang, yang
tuntas 23 orang dan tidak tuntas 9 orang dengan nilai rata rata 74,84 dan Prosentase ketuntasan
71,88 %. Berdasarkan hasil tersebut, hasil belajar koqnitif belum mencapai ketuntasan karena
masih di bawah 75%. Untuk itu maka peneliti melakukan perbaikan-perbaikan di Siklus II.

Siklus II
Pada siklus II materi yang disampaikan adalah Hukum Newton II tentang gerak dikhususkan pada
tahapan-tahapan sebagai berikut :
- Pengolahan data

Peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta
didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya
- Pembuktian
Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil.

Dari 2 ( dua ) tahapan itu, guru membimbing bagaimana cara mengolah data dan dapat
membuktikan teori yang ada dalam buku pelajaran sesuai dengan hasil data yang diperolehnya
dari hasil percobaan.

Hasilnya di peroleh Dari data ketuntasan belajar koqnitif siswa pada siklus II adalah sebagai
berikut. Dari jumlah siswa 32 orang, yang tuntas 29 orang dan tidak tuntas 3 orang dengan nilai
rata rata 80,13 dan Prosentase ketuntasan 90,63 %.

Ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Model Discovery Learning di
tunjukkan hasil sebagai berikut. Dari 32 siswa yang diteliti, di kelas X IPA 2 semester genap SMA
Negeri 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan di peroleh :
a. Pra Siklus

Hasil aktivitas belajar siswa di peroleh 39,22 % dan hasil belajar siswa 12,50 %.
b. Siklus I

Hasil aktivitas belajar siswa di peroleh 62,66 % dan hasil belajar siswa 71,88 %.
c. Siklus II

Hasil aktivitas belajar siswa di peroleh 89,84 % dan hasil belajar siswa 90,63 %.

Indikator keberhasilan belajar siswa yang diharapkan dalam penelitian ini adalah apabila aktivitas
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika pada materi Hukum Newton II telah
menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya yaitu > 75% siswa memperoleh nilai aktivitas
belajar 89,84 %, dan Tes Formatif dengan rata rata nilainya 90,63%. Dengan demikian hasil

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 98
November 2020

NUANSA PENDIDIKAN 2020

penelitian ini sudah dapat di katakan berhasil karena sudah mencapai prosentase keberhasilan di
atas 75 % yaitu 89,84 % dan 90,63 %.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Pembelajaran Model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada tiap

siklusnya. Nilai rata-rata aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II : 62,66% dan 89,84%.
dengan kriteria cukup dan baik.
b. Pembelajaran Model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tiap
siklusnya. Dengan ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II : 71,88 % dan 90,63 %.
Saran
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian, maka di sarankan
a. Pemilihan materi yang tepat harus dipertimbangkan untuk menggunakan model
pembelajaran.
b. Penerapan model ini harus melibatkan semua aktif dalam kegiatan belajar mengajar
c. Pada Model ini guru mampu meluangkan waktunya dengan sebaik-baiknya
d. Diharapkan modrl ini dapat digunakan pada materi-materi berikutnya.

VOL. XVIII, EDISI 3 Page 99
November 2020


Click to View FlipBook Version