Dibuat Oleh :
EMA HERNITA ”POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN”
(SARJANA TERAPAN KEBIDANAN) | TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
petunjuknya dapat menyelesaikan penyusunan E-book ini yang juga
diharapkan menjadi media edukasi dalam ilmu kesehatan masyarakat
khususnya remaja untuk mengenal, mempelajari, dan memahami
tentang permasalahan pernikahan dini di Indonesia. Semoga E-book
ini memberikan manfaat besar meningkatkan pengetahuan serta
sebagai bentuk edukasi berbasis elektronik terhadap remaja
khususnya di Kalimantan Selatan.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendorong dan memberikan motivasi penyusunan E-book ini. E-book
ini memang dirasakan jauh dari lengkap dan sempurna. Akhirnya guna
penyempurnaan E-book ini, kami tetap memohon masukan, kritik,
saran agar nantinya terwujud sebuah e-book yang inspiratif, kreatif
dan penuh manfaat.
Banjarbaru , 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
Konsep Pernikahan Dini ............................................................................. 2
Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini ............................................ 5
Dampak Pernikahan Dini ........................................................................... 8
Dampak Pernikahan Dini Pada Kehamilan .............................................11
Dampak Pernikahan Dini Pada Persalinan............................................ 15
Pencegahan Terjadinya Pernikahan Dini ............................................. 17
Presentase Pernikahan Dini Di Kalimantan
Dari Tahun 2017-2019 ........................................................................... 20
Presentase Pernikahan Dini Di Kalimantan Selatan Tahun 2019 .. 22
Kesimpulan ................................................................................................ 24
ii
1
KONSEP PERNIKAHAN DINI
Menurut Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan Pasal 1 yang berbunyi
“Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan
wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun”. Perkawinan usia muda adalah perkawinan
yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan
perempuan kurang dari 19 tahun. (Marmi, 2015,
hal. 313)
Menurut WHO tahun 2010, Pernikahan dini
(early married) adalah pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan atau salah satu
pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja
yang berusia dibawah usia 18 tahun. Remaja itu sendiri
adalah anak yang ada pada masa peralihan antara masa
2
anak-anak ke dewasa, dimana anakanak mengalami
perubahan-perubahan cepat disegala bidang.
Sedangkan, usia ideal pernikahan menurut BKKBN
yaitu pernikahan pertama bagi wanita adalah 21
tahun dan untuk laki-laki adalah 25 tahun.
Berdasarkan ilmu kesehatan, umur ideal yang
matang secara biologis dan psikologis adalah 20-
25 tahun bagi wanita, kemudian umur 25-30 tahun
bagi pria. Usia tersebut dianggap masa yang paling
baik untuk berumah tangga, karena sudah matang
dan bisa berfikir dewasa secara rata-rata.
(BKKBN dalam Wulandari, 2018, hal.8)
3
Sumber: www.radarsemarang.id
4
Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya
Penikahan Dini
Surbakti (2008, hal. 315-317), membahas tentang
beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pernikahan dini yang sering dijumpai di lingkungan kita
yaitu :
1. Pendidikaan Yang Rendah
Pendidikan yang rendah adalah salah satu penyebab
banyaknya terjadi pernikahan dini. Umumnya mereka
kurang menyadari bahaya yang timbul akibat
pernikahan dini. Banyak remaja putus sekolah atau
hanya tamat sekolah dasar, kemudian menikah karena
tidak punya kegiatan.
2. Budaya
Budaya bisa jadi merupakan salah satu faktor pemicu
terjadinya pernikahan dini. Usia layak menikah
menurut aturan budaya seringkali dikaitkan dengan
datangnya haid pertama bagi wanita. Dengan
5
demikian, banyak remaja yang sebenarnya belum layak
menikah, terpaksa menikah karena desakan budaya.
3. Pergaulan Bebas
Tidak sedikit pernikahan dini disebabkan pergaulan
yang tidak terkontrol. Dampaknya, mereka harus
mempertanggung jawabkan perbuatan dengan menikah
secara dini. Untuk menutupi aib keluarga, tidak ada
jalan lain kecuali menikahkan mereka secara dini.
Pernkahan seperti ini biasanya tidak akan bertahan
lama karena landasannya tidak kuat.
4. Keluarga Cerai (Broken Home)
Banyak anak-anak korban perceraian terpaksa
menikah secara dini karena berbagai alasan, misalnya,
tekanan ekonomi, untk meringankan beban orang tua
tunggal, membantu keluarga, mendapatkan pekerjaan,
meningkatkan taraf hidup, dan sebagainya.
5. Daya Tarik Fisik
Faktor lain yang sering mendorong terjadinya
pernikahan dini adalah daya tarik fisik. Banyak remaja
yang terjerumus ke dalam pernikahan karena daya
6
tarik fisik. Karena daya tarik fisik sangat terbatas,
pernikahan biasanya tidak berusia panjang.
Sumber: IndonesiaBaik.id
7
Dampak Pernikahan Dini
Suryati & Anna (2009, hal. 111-112), membahas bahwa
pernikahan yang dilangsungkan pada usia remaja
umumya akan menimbukan masalah-masalah, yaitu:
1. Secara Fisiologis
a. Alat reproduksi masih belum siap untuk menerima
kehamilan sehinga dapat menimbulkan berbagai
bentuk komplikasi.
b. Kehamilan maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia d bawah 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-29 tahun.
2. Secara Psikologis
a. Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya
masih belum matang, sehingga masih lebih dalam
menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan.
b. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian,
karena kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan
yang umurnya pada waktu kawin relatif masih muda.
8
c. Dampak psikologi yang juga dapat diakibatkan dari
pernikahan dini yaitu remaja belum siap untuk
menikah dan memiliki bayi akan mengakibatkan
timbulnya kecemasan dan stres bahkan depresi saat
menjalani rumah tangga dan merawat bayinya
(Malehah, 2010).
3. Secara Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan
untuk kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga
akan makin nyata. Pada umumnya dengan
bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan
mencari nafkah sebagai penopang.
9
Sumber : Dinas Komunikasi Informatika dan Satistik DKI
Jakarta
10
Dampak Pernikahan Dini
Pada Kehamilan
Menurut Marron (2011) Dampak pernikahan dini
pada kehamilan remaja yaitu :
1. Perempuan yang hamil pada usia remaja cenderug
memiliki resiko kehamilan dikarenakan kurang
pengetahuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi
kehamilannya. Idealnya wanita hamil pada usia 20-35
tahun.
2. Kematian pada wanita hamil dan melahirkan usia
dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian yang terjadi pada usia 20-29 tahun
3. Keguguran (abortus), yaitu berakhirnya suatu
kehamilan (oleh sebab-sebab tertentu) sebelum
kehamilan tersebut.
4. Kanker Serviks, yaitu tumor ganas yang terbentuk di
organ leher rahim reproduksi wanita yang
11
menghubungkan rahim dan vagina. Perkawinan usia
muda meningkatkan angka resiko kanker serviks.
Karena hubungan seksual dilakukan pada saat anatomi
sel-sel serviks belum matur.
12
13
Dampak Pernikahan Dini pada
Proses Persalinan
Melahirkan mempunyai resiko bagai setiap perempuan. Bagi
seorang perempuan melahirkan di bawah usia 20 tahun
memiliki resiko yang lebih tinggi. Menurut Marron (2011)
Dampak pernikahan dini pada kehamilan remaja yaitu :
1. BBLR (berat badan lahir rendah), yaitu berat badan
bayi lahir kurang dari 2500 gram, remaja putri yang
mulai hamil ketika kondisi gizinya buruk beresiko
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
sebesar 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang berstatus gizi baik.
2. Prematur, yaitu kalahiran bayi sebelum usia
kehamilan 37 minggu.
3. Terjadi Perdarahan
4. Kematian Ibu dan Anak lebih tinggi
14
Sumber: IndonesiaBaik.id
15
Pencegahan Terjadinya
Pernikahan Dini
Menurut Noorkasiani, dkk, (2009) upaya untuk
menanggulangi perkawinan usia muda antara lain sebagai
berikut :
1. Menghindari pergaulan bebas
2. Remaja mendapatkan sosialisasi
3. Memperbanyak kesempatan kerja dan berperilaku
tegas dalam melaksanakan peraturan perundang-
undangan mengenai perkawinan, yaitu memberi
sanksi bagi yang melanggarnya, meningkatkan
status kesehatan masyarakat, dan menyukseskan
program keluarga berencana.
4. Remaja melakukan kegiatan-kegiatan yang positif,
salah satunya bisa dengan mengikuti organisasi di
sekolah atau lingkungan tempat tinggalnya agar
bisa mengisi waktu kosongnya dengan hal-hal yang
bermanfaat.
5. Mencegah pergaulan bebas. Memilih teman untuk
dijadikan role model atau contoh yang baik itu
memang penting, mendekatkan diri kepada tuhan
dengan beribadah sehingga mencegah kegiatan-
kegiatan yang negatif.
16
6. Tanamkan di diri sendiri untuk bisa sukses dan
bisa bekerja terlebih dahulu daripada memilih
untuk menikah.
7. Jika memang mempunyai pasangan (pacar) maka
kedua belah pihak harus bisa meyakinkan untuk
tidak melakukan perbuatan yang akan berdampak
buruk dan akan disesali nantinya.
17
18
Presentase Pernikahan Dini Di Kalimantan
Dari Tahun 2017-2019
Pada Tahun 2017 dan 2019 Kalimantan Selatan menjadi
provinsi tertinggi nomer 1 di Indonesia.
No Provinsi Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019
1 Kalimantan 23,12% 17,63% 22,15%
Selatan
2 Kalimantan 19,7% 17,46% 13,26%
Barat
3 Kalimantan 13,90% 11,54% 13,78%
Timur
4 Kalimantan 20,94% 19,13% 18,42%
Tengah
5 Kalimantan 16,57% 12,42% 14,75%
Utara
Sumber : Child Marriage Report Tahun 2019
19
20
Presentase Pernikahan Dini Di Kalimantan
Selatan Tahun 2019
No Kabupaten Presentase
1 Balangan 33,27%
2 Hulu Sungai Utara 30,86%
3 Hulu Sungai Selatan 30,84%
4 Hulu Sungai Tengah 28,69%
5 Banjar 24,79%
6 Tapin 24,04%
7 Tanah Laut 21,98%
8 Barito Kuala 21,86%
9 Kotabaru 21,63%
10 Tanah Bumbu 21,10%
11 Banjarmasin 15,12%
12 Tabalong 14,82%
13 Banjarbaru 13,34%
Sumber : BPS “Statistik Kesejahteraan Rakyat
Kalimantan Selatan Tahun 2019”
21
22
KESIMPULAN
1. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh anak
yang masih remaja atau dibawah usia 19 tahun.
2. Faktor-faktor penyebab pernikahan dini yaitu : Sosial
budaya, pengetahuan, pendidikan, pergaulan bebas,
perceraian orang tua, ekonomi, keluarga, kemauan sendiri,
media massa atau informasi.
3. Dampak pernikahan dini : Dampak psikologis, dampak
sosial, dampak biologis
4. Dampak pernikahan dini pada kehamilan : Keguguran
(abortus), kanker serviks, perempuan yang hamil pada
usia remaja cenderug memiliki resiko kehamilan
dikarenakan kurang pengetahuan dan ketidaksiapan
dalam menghadapi kehamilannya, kematian maternal
pada wanita hamil.
5. Ideal usia wanita untuk hamil pada usia 20-35 tahun.
6. Dampak pernikahan dini pada persalinan : Bayi
prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu, bblr
23
(berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500
gram, perdarahan, kematian ibu dan anak.
7. Cara mencegah terjadinya pernikahan dini yaitu
dengan dilakukannya penyuluhan kepada keluarga dan
anak, menghindari pergaulan bebas, melakukan
kegiatan yang berdampak positif, rajin beribadah, dll.
8. Usia idel menikah untuk perempuan yaitu 21 tahun dan
pada laki-laki pada usia 25 tahun
9. Pada tahun 2017 dan 2019 Kalimantan Selatan
menempati peringkat pertama kejadian pernikahan
dini di indonesia.
10. Pada tahun 2019 kabupaten banjar menjadi kabupaten
tertinggi pernikahan dini di Kalimantan Selatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. Laporan Penelitian Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Wanita Melahirkan pada Umur 15-
19 Tahun. (2013)
BPS. Child Marriage Report Tahun 2019. (diakses pada
tanggal 10 September 2020)
BPS. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Selatan
Tahun 2019. (diakses pada tanggal 10 September
2020)
Marmi. (2015). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.
Maroon. Dampak Pernikahan Dini Pada Remaja.
(University Press, 2011).
Surbakti, E.B. (2008). Sudah Siapkah Menikah.
(Internet) Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
25
Tersedia Dalam : https://books.goggle.co.id (diakses
21 Oktober 2020).
Suryati, R. & Anna, V.V. (2009). Kesehatan Reproduksi
Buat Mahasiswi kebidanan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Undang-undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019 Tentang
Kependudukan dan Keluarga Sejahtera.
26
27