DAFTAR ISI Kerajaan Islam di Maluku................................................ 2 Kerajaan Ternate............................................................. 3 Kerajaan Tidore............................................................... 6 A. Letak Kerajaan Ternate dan Tidore............................ 8 B. Kehidupan Politik........................................................ 9 C. Kehidupan Ekonomi.................................................. 11 D. Kehidupan Sosial-Budaya......................................... 11 E. Peninggalan Kerajaan Ternate.................................. 12 F. Peninggalan Kerajaan Tidore.................................... 16 Peta Konsep................................................................... 18 Refleksi.......................................................................... 19 Daftar Pustaka............................................................... 20
KERAJAAN ISLAM DI MALUKU Islam masuk ke daerah Maluku secara resmi pada abad IX, pada waktu itu dibawa oleh orang-orang Arab, Persia dan juga Melayu yang berdatangan sejak antara abad V-XI M. Maluku terkenal dengan semerbak bunga cengkehnya, banyak orang asing tertarik datang ke sana untuk berdagang. Bahkan orang-orang Eropa berdatangan ingin menguasai wilayah tersebut. Selain itu, Maluku juga dikenal dengan julukan Negeri Seribu Pulau dan Jazirah al-Mulk (wilayah raja-raja). Akses ke Maluku sangat mudah dijangkau, karena Maluku merupakan salah satu pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Nusantara, selain Malaka dan Jawa. Pada awalnya yang disebut dengan Maluku meliputi Ternate, Tidore, Makian, dan Moti. Secara keseluruhan, keempat wilayah itu disebut dengan "Moloku Kie Raha", artinya "persatuan. empat Kolano (Kerajaan). Pada abad ke-13 M, di Maluku sudah muncul beberapa kolano (kerajaan) yang memainkan penting dalam bidang perdagangan, yaitu: Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Pada. perjalanan selanjutnya, sesudah terjadi perjanjian Moti pada abad ke-14 M. Kolano Makian pidah ke Bacan, dan Kolano Moti pindah ke Jailolo. Sejak itulah, empat kolano di Maluku berubah nama menjadi: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo, dan dari keempat itu, Kolono Ternate dan Tidore- lah yang banyak mendapat perhatian dalam liputan sejarah Islam di Maluku. Berbagai sumber menyebutkan, raja pertama dari empat kerajaan itu adalah bersaudara, yaitu: Sahajati di kerajaan Tidore, Masyhur Malamo di kerajaan Ternate, Kaicil Buka di kerajaan Bacan, dan Darajati di kerajaan Jailolo. Keempat raja itu merupakan putra dari Ja'far Shadiq, yang ditengarai putra Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Hal inilah yang menjadi awal sejarah kesultanan Islam di Maluku. 2
KERAJAAN TERNATE Masyhur Malamo adalah raja Ternate pertama yang memerintah pada tahun 1257-1272 M. Sekalipun diberbagai literatur disebutkan bahwa ia adalah putra Ja'far Shadiq, tidak ada keterangan jelas yang menyebutkan bahwa ia beragama Islam, begitupun dengan beberapa rajaraja penerusnya di antaranya Kaicil Yamin (1272-1284 M), Kaicil Siale (1284-1298 M), Kamalu (1298-1304 M), Kaicil Ngara Lamu (1304-1317 M), Patsyaranya Malamo (1317-1322 M), Sida Arif Malamo (1322- 1331 M). 3 Pasca Sida Arif Molamo, kepemimpinan Ternate dilanjutkan oleh Bayanullah (1350-1375) dan Marhum (1465-1489 M). Marhum adalah Kolono Ternate yang pertama kali masuk Islam, setelah mendapat seruah dakwah dari pedagang asal Minangkabau yang juga murid Sunan Giri, yaitu Datu Maulana Husein yang datang ke Ternater pada tahun 1465M. Jika keterangan ini dijadikan patokan masuknya Islam di Ternate, maka Islam di Ternate ini dibawa dan disebarkan oleh ulama Melayu-Jawa. Tetapi, menurut M. Shaleh Putuhena, yang didasarkan pada tradisi lisan masyarakat, pedagang Arablah yang pertama kali memperkenalkan Islam di kawasan Maluku, mereka adalah Syeikh Mansur, Syekih Yakub, Syeikh Amin dan Syeikh Umar. Setelah Kolano Marhum Wafat pada tahun 1486, putranya Zainal Abidin menggantikannya (1486-1500 M). Zainal Abidin, adalah murid Sunan Ampel dan jebolan sekolah agama Islam Gresik asuhan Sunan Ampel. Pada masa Zainal Abidin inilah, gelar kolano diganti menjadi Sultan, dengan begitu, Zainal Abidin merupakan penguasa Ternate pertama yang memakai gelar Sultan. Selain perubahan gelar, terdapat perubahan lain masa ini, yaitu pertama, menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan sejak itu menjadi kesultanan. Kedua, membentuk lembaga kesultanan yang baru, yaitu Jolebe atau Bobato Akhirat. Ketiga, menempatkan seorang sultan sebagai pembina agama Islam atau "Amir ad-Din" yang membawai Jobele. Baab Mashur Malamo
Perubahan yang dilakukan Sultan Zainal Abidin ini berikutnya juga diikuti oleh kesultanankesultanan lain yang ada di "Moloku Kie Raha". Dengan demikian, pengaruh Islam sudah sangat kuat pada masa Sultan Zainal Abidin. Di pusat kekuasaan maupun pada struktur sosial politik kerajaan, Islam telah memainkan peran penting dalam mewujudkan loyalitas bobato dengan melakukan sumpah setia kepada sultan menurut tata cara Islam, di sisi lain, Islam juga memberikan keuntungan komersial kepada kerajaan sejak pedagang-pedagang muslim Nusantara dan Arab serta Gujarat di Maluku memainkan peran, khususnya di Ternate dan daerah seberang lautnya. 4 Setelah berjuang mengembangkan Ternate sebagai sebuah kesultanan yang sangat memperhatikan ajaran Islam, pada tahun 1500 M, Sultan Zainal Abidin wafat, kemudian Kesultanan Ternate dipimpin oleh putranya Sultan Bayanullah (1500-1522 M), atau juga disebut Sultan Bayan Sirrullah. Sultan Bayanullah dikenal sebagai sultan yang pandai, terpelajar, ksatria dan pedagang ulung. Pada masa ini, terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam rangka melanjutkan usaha ayahnya untuk merupakan kerajaan Islam, kebijakannya dikenal dengan sivilisasi Islam yang terdiri atas tiga bentuk, yaitu: Pertama, pembatasan poligami. Kedua, larangan kumpul kebo dan pergundilan. Ketiga, wanita diwajibkan berpakaian secara pantas dan memakai cidaku (cawat) bagi laki-laki terlarang. Selain itu, Sultan Bayanullah juga menerapka hukum perkawinan Islam, meringankan biasa dalam perkawinan, dan mensyaratkan bobato harus beragama Islam, baik di pusat maupun di daerah-daerah. Di masa Sultan Bayanullah ini, bangsa potrtugis untuak pertama kalinya menginjakkan kaki di kawasan Maluku, tahun 1512 M, armada Portugis sudah tiba di perairan Banda dengan kapten Antonio de Abreu. Sultan lalu mengutus adiknya dan beberapa pejabat kesultanan untuk melakukan pembicaraan dan akhirnya berhasil mengajak Fransisco Serrao, salah seorang yang ikut ekspedisi Portugis. Dalam perbincangannya dengan Fransisco, terdapat beberapa kebijakan Sultan, yang pada perkembangannya melemahkan posisi kesultana Ternate, yaitu; pendatang dari Portugis itu diizinkan untuk membangun benteng di Ternate pada tahun 1522 M, Portugis pun membangun benteng pertamanya bernama benteng Toloko. Zainal Abidin
Kedekatan Sultan dengan orang- orang Portugis pada tahap selanjutnya memunculkan keresahan dan kekecewaan dikalangan rakyat atau orang-orang pribumi setelah Portugis ikut campur tangan dalam urusan- urusan dalam negeri Kesultanan Ternate, terutama dalam masalah itu pengangkatan dan pewarisan tahta kerajaan. Kekecewaan mengakibatkan Sultan Bayanullah diracuni oleh rakyatnya sendiri hingga meninggal. Setelah wafatnya Sultan Bayanullah, pergantian sultan diwarnai dengan intrik Portugis, sehingga pergantiannya tidak berlaksung stabil. Terdapat beberapa sultan yang hanya memerintah dalam waktu singkat pasca Sultan Bayanullah, yaitu: Deyalo (1522- 1529 M), lalu saudaranya Boheyat (1529-1532 M), dan saudara bungsu mereka bernama Tabariji (1532-1535 M), kemudian mulai stabil lagi pada masa Khairun Jamil (1535-1570 M) dengan agenda utamanya menjaga kembali aqidah Islam.. 5 Sultan Khairun Jamil Sultan Khairun ini adalah salat satu dari empat Sultan Ternate yang berhasil membawa kebesaran Ternate, tetapi kemudian ia dikhianati oleh orang Portugis yaitu Lopez de Mesquita, yang mana pada sebuah kesempatan Sultan diudang untuk menghadiri penjamuan besar, kesempatan itu dimanfaatkan Portugis untuk membunuh Sultan, ketika Sultan hendak masuk gerbang, ia ditikam oleh Antonio Pimental atas perintah Lopes, dan janazahnya dicincang-oleh orang Portugis dan dilemparkan ke Laut. Setelah itu, Putranya Sultan Babullah menggantikannya sebaga penerus Sultan Ternate, pada masa pemerintahannya Sultan Babullah tak hanya berhasil mengusir Portugis dari Ternate, tetapi juga berhasil membawa kesultanan Ternate pada masa keemasaanya, wilayah kekuasaannya pada waktu itu sampai Kepulauan Sulu, Filipina. Dalam sejarah Nusantara, penguasa dari Kesultanan Ternate pada abad ke-16, seperti Sultan Khairun dan Sultan Babullah dapat disejajarkan dengan para penguasa besar daerah lain. di Nusantara seperti Sultan Trenggono di Kesultanan Demak, Fatahillah di Kesultanan Banten, Sultan Alauddin di Aceh, dan Sultan Abdul Jalil di Johor. Kesultanan Ternate (1570-1610 M) juga menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Kepulauan Nusantara. Pada waktu itu guru-guru agama banyak yang didatangkan dari Makkah dan telah menjalin erat dengan kerajaan Islam lain terutama dengan Demak, Banten, dan Melayu.
KERAJAAN TIDORE Berdasarkan silsilah raja pertamanya, Sahajati merupakan saudara Mayshur Malamo, raja pertama kerajaan Ternate. Mereka adalah putra dari Ja'far Shadiq. Sebagaimana Masyhur Malamo, tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa Sahajati menganut agama Islam. Berbagai sumber justru menyebutkan bahwa raja Ciriati atau Ciriliyati-lah yang pertama kali masuk Islam, sedangkan pendahulunya secara turun-temurun menganut kepercayaan yang dikenal dengan Symman yaitu memuja roh-roh leluhur nenek moyang mereka, Raja Ciriliyati setelah masuk Islam gelar Sultan Jamaluddin. Keislaman raja ini mempercepat proses islamsasi di kalangan rakyat Tidore, dan juga didukung oleh aktivas internal kerajaan yang lebih difokuskan untuk membangun madrasah-madrasah dan masjid-masjid sebagai sarana pendidikan dan ibadah rakyat. Setelah Sultan Jamaluddin wafat, jabatannya sebagai sultan Tidore digantikan oleh putra sulungnya, yaitu sultan Mansyur (1512-1526). Pada masa ini, Tidore kedatangan orang Spanyol, dan diterima oleh Sultan Mansyur. Rombongan Spanyol ini memberi hadiah kepada sultan berupa:jubah, kursi Eropa, kain linen halus, sutra brokat, beberapa potong kain India yang dibordir dengan emas dan perak, berbagai rantai kalung dan manik- manik, tiga cermin besar, cangkir minum, sejumlah gunting, sisir, pisau serta berbagai benda berharga lainnya. Sultan Mansyur pun menyambut dengan senang hati, bahkan ia bilang kepada orang-orang Spanyol untuk menganggap Tidore sebagai wilayahnya sendiri. Dua hari setelah kedatangan, orang-orang Spanyol itu diundang oleh sultan ke istana Mareku untuk menghadiri jamuan makan siang. Kemudian, Sultan Mansyur memberikan izin kepada orang-orang Spanyol untuk menggelar dagangan mereka di pasar, bahkan Sultan ikut membantu mendirikan tempat-tempat berdagang dari bambu, sehigga terjadilah perdagangan secara barter. Hubungan yang erat ini, membuat orang-orang Portugis marah, yang akhirnya mereka yang berkedudukan di Ternate pada tahun 1524 melakukan penyerangan terhadap kesultanan Tidore, tujuannya untuk merebut Tidore dari pengaruh Spanyol. Tahun 1526 Sultan Mansyur wafat, dan baru pada tahun 1529 putra bungsunya, Amiruddin Iskandar Zulkarnain dilantik menjadi Sultan Tidore, pada usia yang masih muda, sehingga diangkatlah Kaicil Rade, seorang bangsawan terpelajar, negosiator ulung, sekaligus seotang prakjurit handal dan pemberani sebagai Mangkubumi. 6
Pada masa ini terjadi beberapa kali peperangan dengan Portugis dan Ternate yang berakhir dengan perjanjian damai berisi dua pasal pokok yaitu: 1) Semua rempah-rempah hanya boleh dijual kepada Portugis dengan harga yang sama yang dibayarkan Portugis kepada Ternate. 2) Portugis akan menarik armadanya dari Tidore. Pasca meninggalnya Sultan Amiruddin Iskandar Zulkarnain pada tahun 1547 terjadi masa transisi dimana terdapat tiga orang Sultan, yaitu Kie Mansur, Iskandar Sani, dan Gapi Baguna. Barulah pada tahun 1657 Sultan Saifuddin dilantik dan berkuasa sampai dengan tahun 1689, sultan Saifudidin merupakan salah salah satu Sultan Tidore yang berhasil membawa kemajuan di Tidore, dan membawa Tidore disegani. Setelah itu, pergolakan demi pergolakan mulai terjadi, terutama di daerah-daerah seberang laut,yang harus dihaapi oleh sultan-sultan pengganti Sultan Saifuddin, antara lain Sultan Hamzah Fahruddin. Barulah satu abad kemudian, kesultanan Tidore diperhitungkan kembali dalam sejarah Nusantara, ketika Sultan Nuku (Jamaluddin) dari Tidore bangkit melawan Belanda, perlawanan ini mengakibatkan Sultan ditangkap oleh Belanda beserta keluarganya pada tahun 1780 M lalu dibuang ke Batavia dan kemudian ke Sri Langka. Sultan Nuku ini wafat dalam pembuangan di Sri Langka. Sebagaimana yang terjadi pada kesultanan Ternate, campur tangan asing, khusunya Belanda terhadap urusan internal kekuasaan, mebuat rakyat Tidore tidak senang, sehingga pada tahun 1983, rakyat Tidore menyerbu Istana Tidore. Tidore bangkit kembali pada masa Sultan Kaicil Nuku yang mendapat gelar kehormatan "Sri Maha Tuan Sultan Syaidul Jihad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Barakati", pada masa ini wilayah kekuasaan Tidore sampai di Papuan bagian Barat, kepualauan Kei, kepulauan Aru, bahkan sampai di kepulauan Pasifik. Selama masa pemerintahannya Sultan ini berusaha mewujudkan empat cita-cita politiknya yaitu: Pertama, mempersatukan seluruh kesultanan Tidore sebagai suatu kebulatan yang utuh. Kedua, memulihkan kembali empat pilar kekuasaan Kesultanan Maluku. Ketiga, mengupayakan sebuah persekutuan antara keempat kesultanan Maluku. Keempat, mengenyahkan kekuasaan dan penjajahan asing dari Maluku. Keempat cita-cita itu walaupun tidak sepenuhnya berhasil diwujudkan oleh Sultan Kaicil Nuku ini. 7 Amiruddin Iskandar Zulkarnain
A. LETAK KERAJAAN TERNATE & TIDORE 8 Secara geografis kerajaan Temate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebagai "The Spicy Island". Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
B. KEHIDUPAN POLITIK Di Maluku yang terletak di antara Sulawesi dan Papua terdapat dua kerajaan, yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau Halmahera di Maluku Utara. Kedua kerajaan itu pusatnya masing-masing di Pulau Ternate dan Tidore, tetapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di Kepulauan Maluku dan Papua. Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Persekutuan Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Kerajaan Tidore sebagai pemimpin Persekutuan Uli Siwa (persekutuan sembilan saudara) wilayahnya meliputi pulau-pulau Makyan, Jailolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di daerah itu sampai dengan Papua Barat. Di antara keduanya saling terjadi persaingan dan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat. Bangsa Barat yang pertama kali datang di Maluku ialah Portugis (1512) yang bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini diikuti oleh bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku 1521 dan mengadakan persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah berhadapan, namun belum terjadi pecah perang. Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol maka pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa yang isinya bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaannya di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku maka Portugis mendirikan Benteng Sao Paulo. Menurut Portugis benteng ini dibangun untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore. Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela dengan memonopoli perdagangan dan terlalu ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Ternate sehingga menimbulkan pertentangan. Salah seorang Sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550–1570). Untuk menyelesaikan pertentangan itu diadakan perundingan antara Ternate (Sultan Hairun) dan Portugis (Gubernur Lopez de Mesquita). Perdamaian dapat dicapai pada tanggal 27 Februari 1570. Namun, perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan belaka. Pada pagi harinya (28 Februari) ketika Sultan Hairun berkunjung ke Benteng Sao Paulo, ia ditangkap dan dibunuh. Atas kematian Sultan Hairun, rakyat Ternate bangkit menentang bangsa Portugis di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra dan pengganti Sultan Hairun). Setelah terkepung hampir selama lima tahun, Benteng Sao Paulo berhasil diduduki rakyat Ternate (1575). Orang-orang Portugis yang menyerah tidak dibunuh, tetapi harus meninggalkan Ternate. Mereka pun pindah ke Ambon, Maluku. 9
Sultan Baabullah dapat meluaskan daerah kekuasaannya di Maluku. Daerah kekuasaannya terbentang antara Sulawesi dan Papua; ke arah timur sampai Papua; barat sampai ke Pulau Buton; utara sampai ke Mindanao Selatan (Filipina); selatan sampai ke Pulau Bima (Nusa Tenggara) sehingga ia mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau. Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari Maluku (1605). Belanda yang tampa ada saingan kemudian juga melakukan tindakan yang sewenang-wenang, seperti berikut ini. 1) Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi (rempahrempah) kepada VOC (contingenten). 2) Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman rempah-rempah jika harga rempahrempah di pasaran turun (hak ekstirpasi) dan penanaman kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di pasaran naik/meningkat. 3) Mengadakan pelayaran Hongi (patroli laut), yakni sistem perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan di seluruh Maluku. Tindakan-tindakan penindasan tersebut jelas membuat rakyat hidup terkenan dan menderita. Sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata melawan VOC. Pada tahun 1635– 1646 rakyat di Kepulauan Hitu bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Kakiali dan dilanjutkan oleh Telukabesi. Pada tahun 1650 rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi melakukan perlawanan terhadap VOC. Demikian juga di daerah lain, seperti Seram, Haruku, dan Saparua juga terjadi perlawanan rakyat, tetapi semua perlawanan berhasil dipadamkan oleh VOC. Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan besar, tetapi pada akhir abad ke-18 muncul lagi perlawanan besar yang mengguncangkan kekuasaan VOC di Maluku. Jika melawan Portugis Kasultanan dan rakyat Ternate yanga memegang peranan penting maka untuk melawan VOCsebaliknya, kasultanan dan rakyat Tidore yang memimpinnya. Pada tahun 1780 rakyat Tidore bangkit melawan VOC di bawah pimpinan Sultan Nuku Selanjutnya, Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate dengan Tidore. Setelah Sultan Nuku meninggal (1805), tidak ada lagi perlawaan yang kuat menentang VOC, maka mulailah VOC memperkokoh kekuasaannya kembali di Maluku. Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku baru muncul pada permulaan abad ke-19 di bawah pimpinan Pattimura. 10
C. KEHIDUPAN EKONOMI Kehidupan rakyat Maluku yang utama adalah pertanian dan perdagangan. Tanah di Kepulauan Maluku sangat subur dengan hasil utamanya cengkih dan pala. Keduanya merupakan rempah-rempah yang sangat diperlukan untuk ramuan obat-obatan dan bumbu masak karena mengandung bahan pemanas. Oleh karena itu, rempah-rempah banyak diperlukan di daerah dingin, seperti di Eropa. Dengan hasil rempah-rempahnya maka aktivitas pertanian dan perdagangan rakyat Maluku maju dengan pesat. D. KEHIDUPAN SOSIALBUDAYA Kedatangan Portugis di Maluku tidak hanya untuk berdagang dan mendapatkan rempahrempah, tetapiPortugis juga menyebarkan agama Katolik. Pada tahun 1534 missionaris Katolik, Fransiscus Xaverius telah berhasil menyebarkan agama Katolik di Halmahera, Ternate, dan Ambon. Telah kita ketahui bahwa sebelumnya di Maluku telah berkembang agama Islam. Dengan demikian, kehidupan agama telah mewarnai kehidupan sosial masyarakat Maluku. Rakyat Maluku aktivitas banyak tercurah pada perekonomian sehingga sedikit menghasilkan budaya. Salah satu karya seni bangun yang terkenal ialah Istana Sultan Ternate dan masjid kuno di Ternate 11
E. PENINGGALAN KERAJAAN TERNATE 1) Keraton Kesultanan Ternate Salah satu peninggalan Kerajaan Ternate yang masih bisa dikunjungi hingga saat ini adalah Keraton Kesultanan Ternate. Bangunan bersejarah ini berada di tengah Kota Ternate dan menghadap ke arah laut. Menurut para ahli, bangunan keraton kesultanan ini mengadaptasi arsitektur Tiongkok yang teralkuturasi dengan kebudayaan lokal. Saat ini, bangunan bersejarah ini dikelola menjadi cagar budaya untuk melestarikan sejarah yang ada. Oleh pemerintah setempat, bangunan ini dipugar, dipelihara, dan dilestarikan hingga bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar atau wisatawan dari luar daerah yang berkunjung kemari. Bukti kejayaan Kerajaan Ternate bisa dilihat dari interior bangunan yang dipenuhi dengan emas. Salah satu ruang tidur memajang pakaian dan sulaman benang emas yang terlihat sangat mewah. Tak hanya itu saja, ada sejumlah peninggalan perhiasan emas yang biasa dipakai oleh sultan dan permaisurinya pada zaman dahulu, mulai dari mahkota, kalung raksasa, kelad bahu, giwang, cincin, dan gelang. Peninggalan barang berharga yang dipajang di Keraton Kesultanan Ternate tidak hanya terbatas pada perhiasan saja. Pusaka milik sang sultan juga masih terpajang rapi, seperti senjata yang meliputi senapan, meriam kecil, tombak, dan perisai); baju besi, dan topi perang. 12
2) Masjid Sultan Ternate Sejarah peradaban Ternate juga bisa disaksikan melalui Masjid Sultan Ternate. Masjid yang sangat bersejarah ini pembangunannya telah dirintis sejak Kerajaan Ternate dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin, raja ke-18. Sampai saat ini belum ada angka valid yang memastikan kapan pembangunan masjid ini. Pasalnya, ada juga sejarah yang menuliskan bahwa masjid baru dibangun pada abad ke-17. Di masa kini, Masjid Sultan Ternate masih difungsikan sebagai tempat ibadah bagi masyarakat di Maluku Utara. Bahkan, masih ada tradisi-tradisi budaya yang kerap kali dilakukan di masjid ini. Ada satu tradisi yang tetap dilakukan oleh umat Islam di Ternate, yakni Malam Qunut yang jatuh setiap malam ke-16 bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan oleh sultan dengan bantuan Bobato Akhirat (dewan keagamaan kesultanan) akan melaksanakan ritual Kolano Uci Sabea, yang artinya sultan turun ke masjid untuk salat dan berdoa. 13
3) Makam Sultan Babullah Bukti peninggalan sejarah Kerajaan Ternate yang lainnya adalah Makam Sultan Babullah, raja Ternate ke-24 yang berkuasa pada tahun 1570 – 1583. Nama beliau diabadikan menjadi bandara di Ternate karena masyarakat mengenangnya sebagai sultan pertama yang mampu mengobarkan semangat rakyatnya untuk melawan penjajah asing yang hendak menduduki Ternate. Sebagai penghormatan, beliau dimakamkan di Puncak Bukit Foramadiahi, kampung tertinggi dan tertua yang ada di Ternate. Namun, untuk sampai di makam sang sultan, kamu harus mendaki Gunung Gamalama sejauh 1 km. Suasana di Makam Sultan Babullah begitu tenang dan sejuk. Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang datang kemari untuk ziarah. 14
4) Benteng Tolukko Mendapat julukan sebagai “kota seribu benteng”, di Ternate memang masih terdapat benteng-benteng peninggalan sejarah. Namun, salah satu benteng yang terkenal di sana adalah Benteng Tolukko. Benteng yang dibangun oleh bangsa Portugis ini merupakan pertahanannya untuk menguasai cengkeh dan dominasinya di antara bangsa Eropa lain. Benteng Tolukko masih dirawat dengan sangat baik. Di sekitar benteng banyak ditumbuhi tanaman yang membuat suasananya menjadi sangat asri. Lokasi benteng ini sendiri berada di tepi laut dan di atas ketinggian. Kamu pasti tak akan menyesal pernah berkunjung ke benteng yang cantik ini. 15
F. PENINGGALAN KERAJAAN TIDORE 1) Kadato Kie Kadato Kie adalah istana peristirahatan sultan dari Kerajaan Tidore. Bangunan ini berdiri di Kelurahan Soasio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan. Di awal abad ke-20, bangunan istana sempat hancur tetapi dibangun kembali pada tahun 1997 atas dorongan dari Sultan Djafar Syah, penguasa Kerajaan Tidore yang ke-36. Sama seperti Kesultanan Ternate, Kadato Kie bisa dikunjungi oleh umum. Di bagian dalam bangunan terdapat interior yang menggambarkan kejayaan kerajaan ini pada masanya. Selain itu, ada juga singgasana sang sultan yang memang dipajang di Kadato Kie. 16
2) Benteng Torre dan Tahula Benteng Torre bukan hanya sekadar peninggalan sejarah Kerajaan Tidore, tetapi juga menjadi saksi bisu kedatangan bangsa Portugis dalam menjajah Tidore. Kala itu, benteng ini dibangun pada tahun 1578 yang juga memperoleh izin dari Sultan Gapi Baguna. Nama benteng ini diambil dari Kapten Portugis saat itu, yakni De La Torre. Tak jauh dari Benteng Torre, ada Benteng Tahula yang dibangun oleh bangsa Spanyol pada tahun 1610. Benteng Tahila dibangun di atas batu karang yang merupakan titik tertinggi di Tidore. Fungsi benteng ini untuk mengamati wilayah perairan dan dataran Tidore. Mengingat kedua benteng ini dibangun di atas dan tepi laut, tentu saja pemandangan di benteng ini sangat mengagumkan. Tak heran jika sampai dengan saat ini Benteng Torre dan Benteng Tahula tetap ramai dikunjungi oleh wisatawan. 17
Kehidupan Politik Kerajaan Ternate & Tidore Kehidupan Ekonomi Kehidupan SosialBudaya Letak Kerajaan Peninggalan Kerajaan Refleksi 18
REFLEKSI Hikmah mempelajari sejarah Kerajaan Islam di Nusantara antara lain : ● Mengetahui masuknya peradaban Islam ke Indonesia dan pengaruhnya terhadap masyarakat Indonesia dulu dan sekarang ● Mengetahui asal muasal dan alasan adanya benda-benda dan tempat bersejarah yang ada di Nusantara ● Meningkatkan kesadaran diri dalam hal persatuan ● Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan ajaran Islam di bumi nusantara memberikan nuansa baru bagi perkembangan suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkembang dan tatanan kehidupan menjadi baik pula ● Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Ilmu Pengetahuan ● Banyak budaya yang mengalami akulturasi dan asimilasi. Kita dapat mengetahui berasal dari mana budaya yang telah masyarakat Indonesia dulu terima yang pengaruhnya terasa sampai sekarang 19
DAFTAR PUSTAKA https://media.neliti.com/media/publications/240899-kesultanan-ternate-dan-tidore6fe9306d.pdf 20 https://www.materisma.com/2014/05/sejarah-kerajaan-ternate-dan-tidore.html https://www.academia.edu/32895874/KERAJAAN_TERNATE_DAN_TIDORE https://keluyuran.com/peninggalan-kerajaan-ternate-dan-tidore/
TENTANG PENULIS Halo, aku Astin Khoirun Nisa'. Teman-teman dan keluargaku memanggilku 'Astin'. Aku berumur 17 tahun dan sedang menempuh jenjang SMA di SMA Negeri 1 Waru dengan jurusan IPA. Hobiku? Aku tidak punya hal yang ku sukai secara khusus. Semuanya aku lakukan apabila aku mau. Iya hanya kemauan bukan sesuatu yang aku tekuni. Oh iya, aku adalah gadis berdarah Jawa yang lahir di Sidoarjo pada tanggal 22 Mei 2005 dalam keadaan Islam. Telp./HP : 085336176497 Email : [email protected]