1 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto
2 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto DAFTAR ISI: PENGANTAR (Komjen (purn) Tono Suratman............................................................................................................. 1 ac·knowl·edge; dari Medan Bersenjata ke Palagan Penyidik RIWAYAT HIDUP (infografis) .............................................................................................................................................. 2 RIWAYAT TUGAS/OPERASI dan JABATAN (infografis) PANGKAT (infogrfis)................................................................................................................................................................ 3 ABREVIASI.................................................................................................................................................................................... 4 ===== CONTENT dari..OPERASI BERSENJATA Menuju POLISI HUMANIS Telor Asin Kelapa Dua dan Pelor Perdana Letnan Dua Budi di Ujungpandang ............................................. 9 Operasi Referendum Tim-Tim Bertukar Operasi Sadar Rencong di Tangga Kapal....................................15 - SARUNG TINJU LETKOL JOHNY WAINAL USMAN - PERTUKARAN di TANGGA KAPAL LAUT. - TRAGEDI Rindu Anak di Helipad Marinir Kompi Tak Bersenjata Menghalau Massa Pembebasan Habib Rizieq di LP Salemba................................23 Debut Karier Penyidik Kasus Demo Hari Buruh; Kerja Dibawah Tekanan ...................................................27 Gulung Gembong Bandit Berpistol, Suherman dan Marsadi................................................................................32 Hadiah Kapolres Termuda di Jawa itu Justru ‘Datang’ ke Tulang Bawang, Lampung...............................36 Mediator Konflik Lindu Aji dan Ormas Partai Politik..............................................................................................42 Negara Fiktif di Purworejo Meronrong Kedaulatan Negara.................................................................................46 Penyidik Humanis untuk Pelaku Kriminal Jalanan ala Makassar.......................................................................49 ALBUM KECIL dari KAMPUNG SAMBIREJO.................................................................................................................55 Nenek Lahir di Kebun Teh Romusha Deli Serdang dan Seragam Tentara Cilik Jadi Obat ......................57 Takut Kehilangan Sepeda, Jalan Kaki 20 km Daftar AKABRI di Ajendam IV Diponegoro ......................60 Cerita Semur Ayam Kampung dan Air Mata di Masjid Ajendam Poncol.........................................................62 Hikmah Tak Pilih TNI AU di Upacara HUT 47 ABRI di Lembah Tidar .............................................................65 PENUTUP ........................................................................................................................................................................................- TERIMA KASIH
3 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto
1 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto PENGANTAR (Komjen (purn) Tono Suratman …
2 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto
3 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto
4 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto
5 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Abbreviasi (daftar singkatan) ABRI: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia AKABRI: Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia AKBP: Ajun Komisaris Besar Polisi AKMIL: Akademi Militer AKP: Ajun Komisaris Polisi AKPOL: Akademi Polisi BAGBINKAR: Bagian Pembinaan Karir BARESKRIM: Badan Reserse Kriminal BRIGJEN : Brigadir Jenderal DAN: Komandan DEN: Detasemen DIKREG: Pendidikan Reguler DIKJUR: Pendidikan Jurusan DITRESKRIMUM: Direktorat Reserse Kriminal Umum DIRRESKRIMUM: Direktur Reserse Kriminal Umum DITTIPIDTER: Direktorat Tindak Pidana Tertentu IDIK: PenyIDIKan IPDA: Inspektur Dua IPTU: Inspektur Satu JATENG : Jawa Tengah JUR: Jurusan HARKAM: Pertahanan dan Keamanan IDIK: penyIDIKan KABAGBIN : Kepala Bagian Pembinaan KABAHARKAM: Kepala Badan Pertahanan dan Keamanan KABIDPROPAM: Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan KBP: Komisaris Besar Polisi KAPOLDA: Kepala Polisi Daerah (provinsi) KAPOLRES: Kepala Polisi Resort (kabupaten) KAPOLRESTABES: Kepala Polisi Resort Kota Besar KAPOLRI: Kepala Polisi Republik Indonesia KAPOLSEK : Kepala Polisi Sektor (kecamatan) KANIT: Kepala Unit KASUBDEN: Kepala Sub Detasemen KASUBDIT : Kepala Sub Direktorat KASATRESKRIM: Kepala Satuan Reserse dan Kriminal KASUBBAGMUTJAB : Kepaka Sub Bagian Mutasi Jabatan KORBRIMOB: Korps Brigade Mobile KOMPOL: Komisaris Polisi LAN: Lembaga Administrasi Negara LEMDIKPOL: Lembaga Pendidikan Polisi LEMDIKLAT: Lembaga Pendidikan & Latihan MABES: Markas Besar MAKO: Markas Komando NRP: Nomor Register Pokok PA: Perwira PAMA: Perwira Pertama
6 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto PAMEN: Perwira Menengah PASGEGANA: Pasukan Gegana POL: Polisi POLDA: Kepolisian Daerah POLRESTABES: Kepolisian Resort Kota Besar POLRES: Kepolisian Resort POLRI: Kepolisian Republik Indonesia POLSEK: Kepolisian Sektor PPNS: Penyedik Pegawai Negeri Sipil PS DIRRESKRIMUM : Pejabat Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum PTIK: Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian REG: Reguler/ Registrasi ROKORWAS : Biro Koordinator Pengawas RO: Biro SARA: Suku Agama Ras dan AntarGolongan SABHARA: Satuan Bhayangkara SATBRIMOB : Satuan Brigade Mobile SESPIMMEN: Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah SESPIMTI: Sekolah Staf Pimpinan Tinggi SUBDENPAS: Sub Detasemen Pasukan SUBDITKAMNEG: Sub Direktur Keamanan Negara SATBRIMOB : Satuan Brigade Mobile SUBDENPAS: Sub Detasemen Pasukan SUBDITKAMNEG: Sub Direktur Keamanan Negara SULSEL: Sulawesi Selatan SUMUT: Sumatera Utara SDM: Sumber Daya Manusia STIK: Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian TIH: Pelatih/ Pelatihan TMT: Tanggal Mulai Terhitung WADAN: Wakil Komandan WADIRRESKRIMUM: Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum WAKAPOLRI: Wakil Kepala Polisi Republik Indonesia WAKAPOLRES : Wakil Kepala Polisi Resort WAKETBIDKERMADIANMAS: Wakil Ketua Bidang Kerjasama dan Pengabdian Masyarakat
7 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto ac·knowl·edge Dari Medan Bersenjata ke Palagan Penyidik KINERJA, karier, takdir dan doa oleh Brigadir Jenderal (Brigjen) Pol Budi Haryanto SIK., MH. (51), diyakini terus mengalir di setengah abad usianya.Hingga Maret 2024, Budi satu dari 439 perwira tinggi Polri. Dari 256 taruna angkatannya di Akademi Polisi (Akpol 1995), Budi adalah jenderal ke-14, di awal April 2023 lalu.Telegram promosi pangkat jenderal turun hanya dua hari jelang ulang tahun 50-nya, tanggal 29 Maret 2023. Senin, 27 Maret 2023, jadi momen tanggal mulai tugas (TMT) Budi sebagai Wakil Ketua Bidang Kerja sama dan Pengabdian Masyarakat (Waketbidkermadianmas) di STIK Lemdiklat Polri. Bintang itu turun kala dia menjabat Kapolrestabes Makassar.“Pas, promosi pati-nya amanat takdir kita masuk sekolah (STIK) lagi,” ujar Budi.Baginya, Makassar membekas di ingatan. Debut operasinya sebagai personel Gegana Brimob, 27 tahun lalu, tepatnya 16 September 1997 dimulai saat kerusuhan SARA, di kota terbesar timur Indonesia ini. "Saya pertama naik pesawat ya ke Makassar, naik pesawat charter, dan menembakkan peluru pertama dalam tugas operasi ya di Ujungpandang itu." Kala itu, nama resmi Kota Makassar masih Kotamadya Ujung Pandang.Pangkat resminya pun juga masih letnan dua; dan dibawah otoritas Panglima ABRI. “Sebulan pulang dari operasi rusuh SARA di Ujungpandang, saya baru naik pangkat reguler jadi letnan satu.”Makassar adalah kota keempat tugas teritorial dan satuan unit tugas ketujuh dalam 28 tahun on progress karier aktivnya sebagai bhayangkara. Pria kelahiran Semarang ini, tugas pertama di Kelapa Dua, Depok, Jakarta, lalu ke Medan, dan kembali ke ibu kota, Jakarta.Tujuh teritori tugasnya antara lain; Mako Brimob, Mabes Polri, STIK Lemdiklat, Polda Metro Jaya, Polda Sumatera Utara, Polda Jawa Tengah, Polda Sulsel, dan kembali ke Lemdiklat Polri.Dari 28 tahun karier abdi bhayangkara, 7 tahun (1995- 2003) dihabiskan di medan operasi. Enam tahun jadi komandan teritorial di polsek, polres, hingga polresta, dan di lembaga pendidikan.Sisanya, 15 tahun Budi mengabdi sebagai penyidik di reserse. Karier pencabangan penyidik ia mulai saat rusuh hari buruh Mei 2005 di gedung Parlemen Senayan, Jakarta. Sebanyak 43 aktivis buruh yang membobol gerbang utama DPR, disidik dan jadi tersangka pengrusakan obyek vital negara. Itulah kali pertama ‘benteng depan Senayan’ bobol digeruduk massa.Kala itu bertugas sebagai Kepala Unit Sub Direktur Keamanan Negara Ditreskrimum Polda Metro Jaya.“Kala itu, kapoldanya Abang (Irjen Pol) Firman Gani, kami ditarget dan ditekan terus. Berkas p21 harus rampung dalam seminggu.”Seperti air mengalir, alur tugas, jabatan dan karier ia lalui laiknya amanat Ibu Pertiwi.“Begitulah jalan takdir. Tegangnya, susah, senangnya kita jalani,” ujar ayah tiga anak ini.<!> Jakarta, 14 Juni 2o24 Penulis; H Zakir Sabara HW (Prof. Dr. Ir. ST., MT., IPM., ASEAN Eng., APEC Eng.)
8 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto dari.. OPERASI BERSENJATA Menuju POLISI HUMANIS
9 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 1.OPERASI Rusuh SARA di Makassar (1997-1998) JABATAN: Wadan Unit II Subdenpas Gegana PASGEGANA KORBRIMOB POLRI Presiden: M Soeharto (1967-21 Mei 1998) Kapolri: Jenderal Pol Dr Drs Dibyo Widodo (1996 – 1998) Dankor Sat Brimob Polri: Brigjen Pol Drs Sutiyono (1993-1997) Pangdam VII Wirabuana: Mayjen TNI Agum Gumelar (1996-1998) Kapolda Sulsel: Brigjen Pol Ali Hanafiah (1996-1998) Gubernur Sulsel: Mayjen TNI (purn) Zainal Basri Palaguna (1993-2003) Danmen I Pusbrimob Polri: - Kolonel (Pol) Jusuf Manggabarani (1996-1998) - - Kolonel Jacky Ully (1998-2000) Telor Asin Kelapa Dua dan Pelor Perdana Letnan Dua Budi di Ujungpandang SENIN, 15 September 1997, Ujungpandang lagi membara. Lima ratus ribu warganya, dirudung cemas dan takut. Api, asap, dan massanya semua tak terkendali.Rumah, toko, fasilitas ekonomi dan perdagangan milik warga Tionghoa, di Makassar; diamuk massa. Dirusak, dilempari, bahkan dibakar.Penjarahan toko, warung, di kawasan dan pusat perbelanjaan, memaksa sebagian besar warga, sembunyi dan menyingkir.Jalan-jalan lengang. Sepanjang penglihatan, Ujung Pandang sepi, membara dalm cekam. Sepanjang sejarah Kota Anging Mamiri -meski sebelumnya pernah terjadi tiga kerusuhan SARA serupa (1965, 1978 dan 1980)- namun peristiwa 1997 inilah
10 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto kerusuhan massa bereskalisasi paling luas. Paling luar biasa. “Kerugian akibat kerusuhan itu Rp17.5 Miliar,” tulis Harian Suara Pembaruan, edisi Jumat (19/9/1997). Harian KOMPAS, majalah TEMPO dan harian lokal FAJAR, mencatat, ada 1.471 ruko hancur, 80 mobil, 168 sepeda motor ludes terbakar. Lima orang tewas terpanggang bara api, 13 mahasiswa kena tembak, dan 116 orang ditahan.Media lokal dan nasional, mengecap suasana Ujungpandang saat itu, dengan frasa, “Black September, atau “September Berdarah”.Frasa ini merujuk sinonim, beberapa bulan sebelumnya, April Makassar berdarah terjadi 24 April 1996 yang mengakibatkan 3 mahasiswa UMI meninggal dan puluhan lainnya luka-luka Kejadian tersebut dipicu oleh terbitnya SK Walikota Ujung Pandang No. 900 tentang penyesuaian tarif angkutan kota, dan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sulawesi Selatan No. 93 Tahun 1996 tertanggal 16 April 1996, tentang kenaikan tarif angkutan umum dalam kota (mikrolet) Bara 15 September itu dipantik kabar tewasnya bocah Anny Mujahidah Rasunnah (9 tahun), sehari sebelumnya.Anny meninggal setelah ditebas parang milik Benny Karre (42), di taman air mancur bundaran Jl Veteran Selatan, Pa’baeng-baeng, selatan kota.Anny adalah putri dosen IAIN Alauddin Ujungpandang, dan pentolan aktivis HMI.Sementara, Benny adalah warga peranakan Tionghoa. Dia baru beberapa bulan pulih dari perawatan di Rumah Sakit Jiwa Dadi.Beberapa bulan sebelumnya, kedamaian warga kota Ujungpadang memang lagi tak baik-baik saja.Krisis ekonomi tengah melanda negeri. Harga barang naik. Opini kebangsaan dan kenegaraan, tengah dikendalikan politisi, aktivis, mahasiswa, dan barisan kontra Orde Baru.Sejak akhir tahun, keberingasan kelompok mahasiswa lintas kampus, tertuang di jalan, gedung parlemen dan pemerintahan.Mayjen TNI Agum Gumelar, kala itu menjabat panglima Kodam VII Wirabuana, menyebut konflik SARA di Makassar, menyebut “September Berdarah” sebagai konteks transisi politik level tinggi.“Insiden SARA itu oleh pihak-pihak tertentu yang memancing di air keruh,” kata Agum Gumelar, dalam biografinya; Jenderal Bersenjata Nurani (2004; hal 61).—**—KELAPADUA, Cimanggis, Depok, Selasa, 16 September 1997, pagi.Markas Komando (Mako) Satuan Gegana Pusat Brimob Polri, damai lengang. Pagi itu, rumah prajurit pasukan polisi khusus anti teror dan massa itu, laiknya kampung agraris.“Mas, belikan telur asin, Dong! Aku mau sarapan,” ujar Preti Erica, kepada suaminya, Letnan Dua Budi Haryanto, di ruang tamu, rumah kopel komandan kompi Blok Pasgana Brimob.“Baik, Say…” jawab si letnan ceking dan kulit sawo kecokletan itu.Romantisme dan dialog manja diantara mereka juga bumbu sarapan, santap siang dan makan malam.Harap maklum; Preti, wanita berdarah Batak, berkulit kuning langsat, dan hidung mancung itu, baru beberapa bulan dinikahi Letda Polisi Budi.Berkendara motor bebek, Letnan Budi keluar markas. “Ke pasar Cimanggis, warung, toko di Anyelir, Gang Pasir, keliling tak ada telur asin.
11 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto ”Setengah jam berlalu, Budi putar balik masuk markas.Namun di gerbang markas, seorang bintara provost, mencegatnya.“Hii, Letda Budi langsung apel. Komandan Jusuf (Manggabarani) menunggu di lapangan.”“Siap,” jawab Budi, membelokkan motor empat pinjaman tak ke lapangan utama.Betul saja. Di bahu lapangan, Komandan Detasemen I Pusat Brimob Polri (Danmen I Pusbrimob) Kolonel (Pol) Jusuf Manggabarani, tengah bersiap memberi pengarahan.Kondisi dan eskalasi kota Ujungpandang terbaru, digambarkan “mencekam”. Mata, telinga, sekitar 100-an perwira muda, bintara senior, dan tamtama terlatih, dalam sikap siaga dengan kedua tangan di belakang.Setelah 15 menit berlalu, Sang Kolonel berlogat khas Makassar itu, mulai memberi perintah.“Kamu,-kamu, kamu, kamu bawa motor. “Kamu Budi, kamu, kamu Heru bawa steyer penembak.”Letnan Budi, yang kala itu menjabat wakil komandan kompi II, jadi perwira pilihan untuk diterjunkan ke Makassar. Dia masuk kompi pilihan, bersama 20 bintara, dan tamtama Bhayangkara pilihan.“Siaaappp,” begitulah jawaban setengah teriak yang terdengar dari mulut Letda Budi dan kawanan kompi asuhannya.“Sekarang, kalian pulang. Kemas barang-barang mu, siang kita langsung ke (bandara) Halim (Perdanakusuma).”Kelakar Tugas SetahunMatahari sudah meninggi. Sinarnya mulai menusuk kulit. Pukul 9 pagi waktu Mako Brimob, sejatinya teduh mendamaikan.Pikiran Letnan Dua Budi berkecamuk dengan emosi.Ia mulai dikendalikan kata Ujungpandang, rusuh SARA, perintah komandan, senjata, peluru, siaga, ransel, dan patriotisme, perintah, dan damai. Ini tugas operasi tempur perdananya, sejak jadi personel Gegana Brimob, dua tahun terakhir.Tak ada lagi telur asin di kepalanya. Tergesa-gesa Letnan Budi masuk pelataran rumah. Di teras, Preti berdaster cerah berbunga-bunga, terlihat murung dalam penantian.“Mana, telur asinnya Mass..”Bukan jawaban, Budi malah bergerak cepat masuk kamar.“Sudah, siapin baju saya, sana.” ketus Letnan Budi ke Preti.Ransel dan lima potong baju, celana dan kolor dihambur di ruang tengah, depan dapur samping kamar tidur. Seragam operasi, hitam pekat, rim kopel berkepala emas, baret hitam, pistol dan laras di meja.“Mau kemana Mas..?” tanya Preti setengah panik.“Ke Makassar,
12 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Ujungpandang,” jawab Budi.Preti mulai paham, suaminya mulai dikendalikan struktur komando pasukan.Preti balik bertanya, “Berapa lama, Mas..”Budi berseloroh lugas setengah judes, “Setahuuuuun.. Tiii,”Bukan lagi kalimat atau kata, kali ini Preti merespon dengan tangis.Letnan Dua Budi, bergabung dengan kompi sniper. Dia mengingat, teman kompi pilihan kala itu antara lain; Kombes Johannes (93, Polda Jateng), Kombes Susnadi (Palembang), (almarhum) Kombes Guruh (Polda Jatim), Kombes Yopi Sepang (Mako Brimob).“Saya bonceng tandem dengan Pratu Khariruddin (bintara).”Total bhayangkara pilihan itu 20 personel dengan 10 unit motor trail hitam pekat.Dan,,, Preti hanya menatap dengan air mata.Punggung Letnan Dua Budi berlalu bersama keinginan sarapan telor asin.--** -Pukul 14.00 WIB, Bandara Halim Peranakesuma, Kecamatan Makassar, Kota Jakarta Timur.Letnan Dua Budi, sudah bergabung dengan 19 rekannya.Tanpa senyum, Kolonel Jusuf Manggabarani hanya menatap siaga ke 20 prajurit pilihannya. Mereka sudah bersenapan semi otomatik anyar diselempang depan bersama 4 pack magasine.Ransel gemuk padat, di punggung.Pesawat Mandala charteran sudah di pelataran dekat taxi way bandara.Sepuluh unit trail hitam, didorong masuk kabin modifikasi. Mereka gantian pegang motor saat pesawat terbang membela Laut Jawa dan Selat Makassar. Itulah kali pertama dalam seumur hidupnya, Letnan Budi “Numpak pesawat.”Di kabin pesawat, Kolonel Jusuf, kembali memberi arahan dan perintah padat.Letnan Budi mengenang persis, potongan tegas perintah komandannya itu, “Pokoknya, perintah hanya datang dari saya.”Jelang Magrib, pesawat sudah di langit Kota Makassar.“Saya masih, dengar, Pak Jusuf minta pilot putas di atas kota.”Letnan Budi bercerita, saat third fligth round up, putaran ketiga, mereka melihat jelas, Makassar membara dari langit +500 mdpl. “Di mana-mana, asap seperti sekam padi terbakar di sawah kampungku.”Pukul 18.20 Wita, Mandala flight chartered itu, mendarat di Bandara Mandai, Maros, sekitar 23 km timur Ujungpandang.Di pelataran parkir bandara, Kolonel Jusuf Manggarabari, Letnan Dua Budi dan 19 rekannya, disambut aksi massa.Bandara ditutup seratusan orang.Mata Letnan Budi nanar ke depan, kala Kolonel Jusuf Manggabarani., bernegosiasi dengan pimpinan massa.Dia siaga dengan telinga. Tunggu perintah selama 30 menit stand by di jok motor dengan mesin menyala.Knalpot motor trail 2 tak meraung-raung. Pengendaranya diam, siaga dalam senyap temaran.Negosiasi mandek. Dan, setelah itu, Kolonel Jusuf beri perintah lantang, “Tembakkk..” Senapan model baru menyalak. Lubang senapan mengarah ke langit Mandai.Massa kontan bubar, membuka jalan untuk 10 unit motor.Aksi itu diikuti takjub dan pertanyaan massa. “Siapa gerangan pasukan hantu hitam, bermotor trail itu.”Dan, bagi Letnan Dua Budi, tembakan ke atas laiknya salvo itu, bukan sekadar peringatan ke massa. Itu adalah pelor pardananya. “Itulah peluru pertama saya dalam tugas resmi.” Motor melaju mengikuti mobil komando yang ditumpangi Kolonel Jusuf menuju pusat kota.Dia mengenang, sepanjang perjalanan, dia melihat kota Makassar lumpuh.Aktivitas warga terhenti. Toko, rumah, perkantoran tutup. Transportasi publik tak beroperasi normal.Hanya beberapa mobil
13 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto dan roda dua di sepanjang jalan. Jurnalis harian FAJAR, Zainuddin Saleha (1962-2014), menggambarkan kondisi kota dengan ungkapan, “lebih banyak aparat TNI dan Polisi dari pada warga di pusat kota. ”Setatinya, tugas kompi kgusu Gegana Brimob Kelapa dua ini taktis dan sederhan. Tiap ada pemblokiran jalan dan massa berkerumun, langsung dibubarkan. ”JIka ngotot tak mau bubar dan buka blokir jalan langsung tembakan peringatan terukur.”Hampir 20 jam, Letnan Budi dan rekan sekompi, keliling kota. Dua hari dua malam, mereka nyaris tanpa tidur nyenyak terlentang.Bahan bakar cadangan di motor dan dipasok khusus.Hari itu, Selasa 16 September 1997, aktivitas operasi pemulihan Kota Daeng berhenti demi memenuhi kebutuhan semata. “kami makan malam, jam 10 lewat.”Mereka balik istirahat ke Aula Mapolwiltabes Makassar, jelang azan Subuh.Keesokan harinya, usai sarapan, operasi keliling kota mencari kerumunan massa dan pemalakan jalan, berlanjut. Tujuh belas September, kota diumumkan aman terkedali. Patroli Gegana pun jadi buah bibir warga.Hari ke-4: 200 personel Brimob Anti Huru Hara (PHH) datang dari Jakarta. Mereka menumpang kapal laut dari Tanjung Priuk ke Ujungpandang. Saat itu, kota mulai kondusif. Aman terkendali.Media surat kabar, televisi nasional, memberi porsi angle khusus untuk pasukan yang dikomandoi kolonel polisi kelahiran Gowa, Sulsel itu. Jabatan Jusuf Manggabarani adalah Komandan Detasemen (Danmen) I Pusat Brigade Mobil (Brimob) Polri.Sebulan setelah meredam konflik itu, Jusuf Manggabarani dilantik menjadi Kapolwiltabes Makassar, Oktober 1997."Kami banyak belajar dari Jenderal Jusuf Manggabarani saat itu. Tegas, disiplin dan tahu emosi orang-orang sekampungnya," tuturnya. Pascarusuh SARA, Jusuf Manggabarani kemudian dipromosi jadi Wakapolda Sulsel lalu jabat Kapolda Sulsel, dan Irwasum Polri.Jusuf Manggabarani pensiun dengan jenderal bintang tiga, setelah menjabat Wakapolri.Lima hari kemudian, kala kondisi kota mulai terkendali, Budi “interlokal” (menelpon lintas privonisi) sang istri dari warung telekomunikasi (wartel) dekat Mapolwiltabes, Jl Ahmad Yani.Setelah mengabari kondisinya sehat-bugar, Budi menanyakan kabar istrinya di Depok.Preti mengingatkan soal permintaan sarapan telur asin, awal pekan.“Bang, pagi itu saya ngindam telor asin.”Letnan Budi, kaget bercampur bahagia. Dia mengenang dialog sesaat sebelum apel siaga di rumah prajurit. Dia mengenang, air mata istrinya, saat menjawab pertanyaan “berapa lama di Makassar. Budi menjawab. “Setahun…..”Letnan Budi tetiba rindu rumah. Air matanya mengalir tipis. Haru, gembira, bercampur “penyesalan telur asin.”Empat bulan, lebih kompi khusus Gegana itu bertugas di Ujungpandang.Puji Tuhan, Budi bisa merayakan Natal bersama istri yang tengah mengandung anak pertama mereka, Sakti Ferdinand.(*) LESSON VALUE: 1. Prajurit harus taat tugas, disiplin. 2. Taat perintah garis komando di tengah suasana tegang 3. Keselamatan public adalah utama 4. Keluarga adalah kasih sayang dan penyejuk jiwa. === LINK Source ==
14 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 1. Sebelum Jakarta Kerusuhan Rasial Pecah di Makassar pada 1997 https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/abdurrahman/sebelum-jakarta-kerusuhan-rasial-pecah-di-makassar-pada 2. Makassar Rusuh Duluan: https://tirto.id/makassar-rusuh-duluan-sebelum-1998-cKFM 3. Kompasiana.com "Dua Mutiara Agum Gumelar dari Makassar", https://www.kompasiana.com/amt/55008959a333119f6f5115b9/dua-mutiara-agum-gumelar-dari-makassar 4. Jusuf Manggabarani Jadi Guru Kombes Budi Haryanto Kawal Kerawanan Makassar: https://makassar.tribunnews.com/2022/11/17/jusuf-manggabarani-jadi-guru-kombes-budhi-haryanto-kawal-kerawananmakassar 5. Kisah Kombes Budi Gagal Dapat Telur Asin untuk Istri dan Tugas Mendadak ke Makassar: https://sulsel.herald.id/2022/01/13/kisah-kombes-budhi-gagal-dapat-telur-asin-untuk-istri-dan-tugas-mendadak-kemakassar/
15 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 2. Misi Pemulihan PascaDOM Lhoksemawe, Aceh (1998-2002) JABATAN: Wadan Unit II Subdenpas Gegana PASGEGANA KORBRIMOB POLRI Presiden RI: Soeharto (1968 - 21 Mei 1998) BJ Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999) Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999- Juli 2001) Megawati Soekarnoputri (Juli 2001 - Oktober 2004) Kepala Staf Angkatan Kepolisian RI/ Kapolri Jenderal Pol Dr Drs Dibyo Widodo (1996 – 1998) Jenderal Pol Roesmanhadi (29 Juni 1998 – 3 Januari 2000) Jenderal Pol Rusdihardjo (4 Januari 2000 – 22 September 2000) Jenderal Pol Suryo Bimantoro (23 Sept 2000 – 29 Nov 2001) Jenderal Chairuddin Ismail (20 Juli 2001–3 Agus2001, pjs. de facto) Jenderal Pol Da’i Bachtiar (29 November 2001 – 7 Juli 2005) Dankor Sat Brimob Polri: Brigjen Pol Drs. Sutiyono (1993-1998) Brigjen Pol Sylvanus Yulian Wenas (1998-1999) Brigjen Pol Firman Gani (1999-2000) Brigjen Pol Nurudin Usman (2000-2001) Brigjen Pol Jusuf Manggabarani (2001-2002) Irjen Pol Sylvanus Yulian Wenas (2002-2009) Kapolda Aceh: (1997-2003) Kolonel Polisi Djuharnus Wiradinata (1997-1999) Brigjen Pol Bahchrumsyah kasman (1999) Brigjen Pol Doody sumatywan (1999-2000) Irjen Pol Chairul R Rasyidi (2000-10 Juni 2003) Pangdam Iskandar Muda: Mayjen TNI Ismed Yuzairi Chaniago (1998-1999) Mayjen TNI Abdul Rahman Gaffar (1999) <* Mayjen TNI Affandi (1999-2000) <* Mayjen TNI I Gede Purnawa (2000-2001) <* Mayjen TNI M. Idris Gassing (2002-2003) <* Mayjen TNI M. Djali Yusuf (2002-2003) Gubernur Aceh Syamsudin Mahmud (1998-2000) Ramli Ridwan (2000) Abdullah Puteh (2000-2004) Danmen I Pusbrimob Polri: Kolonel (Pol) Jusuf Manggabarani (1996-1998) 1998-2001: Kolonel Pol Jacky Ully *> Komando Pangdam I Iskandar Muda (di Banda Aceh) dilebur dengan Kodam I Bukit Barisan dari 1985-2002) di Medan. Operasi Referendum Tim-Tim Bertukar Operasi Sadar Rencong di Tangga Kapal JELANG mellenium 2000, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menghadapi cobaan diintegrasi akut.Krisis moneter 1997 merembes ke politik, ekonomi, sosial, pemerintahan hingga budaya. Di Jakarta, pusat pemerintahan, 32 tahun kepemimpinan Orde Baru. Soeharto (1921-2008) dari tampuk kepemipinan nasional, pada 21 Mei 1998. Di timur, Timor Timur, segera lepas dari NKRI. Di ujung barat, Daerah Istimewa Aceh, benih-benih disintegrasi disuarakan kelompok separatis GAM, sayap militer Aceh Merdeka di Eropa. Di tengah, benih diistegrasi ini, Soeharto digantikan wakilnya, BJ Habibie (1936-2019). Aksi proReformasi dari aktivis mahasiswa, elite politik dan dukungan media massa mempercepat tuntutan itu.Tumbangnya rezim Orde Baru dan mundurnya Soeharto, Mei 1998 turut mendorong angin perubahan di
16 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Timtim.Difasilitasi Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Timtim (Unamet), jajak pendapat (referendum) pun disepakati. Dua pekan sebelum dilantik jadi presiden, BJ Habibie sudah mengajukan ke Sekretaris Jenderal PBB untuk menggelar referendum.Opsi referendum adalah setuju atau tidak setuju melepas provinsi ke-27 Indonesia, Timor Timur menjadi negara independen. Hasil Referendum Timor Timur pun akhirnya diumumkan 30 Agustus 1999. Sebanyak 94.388 suara (21,5%) warga menerima pernyataan, Timtim tetap bergabung ke Indonesia. Sementara sisanya, 344.580 suara (78,5%) menolak. Mereka setuju berpisah dengan Indonesia.Pro-Kontra berlanjut ke konflik horizontal. Kota Dili dan kabupaten sekitarnya, rusuh.Konsekuensi dari hasil referendum ini, 94 ribu prointergrasi, jadi pengungsi. Sebagian besar menyeberang ke provinsi terdekat; NTT, NTB, Jawa, hingga Sulawesi.Berdasarkan publikasi Penanganan Pengungsi Timor Timur di NTT, jumlah pengungsi eksodus ke wilayah NTT dalam kurun waktu 4 September 1999 hingga 19 Oktober 1999, tercatat 284.414 jiwa. Mereka ditampung di Belu, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, hingga 100 km ke Kota KupangPascareferendum di Timor Timur, Indonesia coba bekerjasama dengan pasukan multinasional Interfet (International Force for East Timor). Akibat salah paham, patroli pertama, 10 Oktober 1999 di daerah perbatasan Motaain. Patroli Peleton-8 Kompi C Batalion-2 Royal Australian Regiment pimpinan Letda Infanteri P.J Halleday baku tembak dengan personel TNI-Polri.Di daerah perbatasan, satu pleton Brimob pimpinan Letnan M Wahid, hanya berjarak belasan meter dengan kompi patroli pasukan Australia. Adu tembak 8 menit pun tak terhindarkan. Anggota Brimob Bharada Ari Sudibyo gugur. Dua personel lain; Sertu Sudarto dan Sertu Agus Susanto luka tembak. Sementara di pihak Interfet nihil korban.Pos lintas batas negara Motaain terletak di desa Silawan, Kecamatan Tasifeto
17 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pos ini dijaga sepeleton ersonel TNI dan 10 personel brigade mobil Polda Jawa Timur. Di Mako Brimob Kelapadua, Depok, sejak setahun sebelumnya, suasana siaga tegang, berubah jadi perintah operasi ke Timor Timur.Sembilan kompi Gegana Brimob pun sudah bergerak sekitar 41 km, dari selatan ke utara Jakarta, Pelabuhan Tanjung Priok.Letnan Satu Budi Haryanto, yang kala itu menjabat Wadan Unit II Subdenpas Gegana Pasgegana Satbrimob Polri, ikut bergabung bersama lebih 900 personel Brimob dan Sabara Polri.Mereka tergabung dalam 9 kompi operasi. Budi bergabung di kompi ke-9. Kala mereka berbaris di pelataran pelabuhan itu, tiba-tiba turun perintah mengejutkan.Dankor Brimob kala itu, Brigjen Pol Sylvanus Yulian Wenas (1998-1999) memerintahkan 1 kompi operasi Timtim, untuk siaga menjaga ibu kota negara, Jakarta.“Saya dan kompi 9 sudah mau naik tangga kapal, tiba-tiba balik kiri,” ujar Budi, mengenang ketegangan di bandar laut terbesar Indonesia itu.Kombinasi pasukan, satu kompi tak berlayar ke Timor Leste. Hanya delapan kompi yang kemudian menjalankan misi perdamaian dan pemulihan di Timor Timor. Ini hanya berselang kurang lebih dua bulan, setelah pulang dari operasi pemulihan keamanan rusuh SARA di Ujungpandang.Baginya, pengalihan tugas operasi itu dari Timor Timur ke ibu kota negara, adalah amanat tanpa bantahan.Selama tiga bulan, Budi dan kompinya ikut backup tugas di gedung DPR-RI, Istana Negara, dan obyek vital di ibu kota bersama satuan lain dari Polri dan TNI.Di kesatuan Brimob, kondisi ini disebut on call, siaga tunggu perintah komando.Dalam suasana itu, Letnan Budi mengenang masa pendidikan kejuaran awal di satuan Gegana dan sejarah Brimob di akademi.Perubahan logo Ghegono ( awang-awang/Gegena) dari Rangers (simbol petir) menjadi burung walet hitam pun jadi bahan renungan. Pengetahuan, skill pasukan selama 13 bulan pendidikan jadi bhayangkara Brimob, masih membekas dan siap diamalkan sesuai amanat komando.Walet Hitam
18 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto melambangkan sifat fisik dan mental anggota Gegana yang kuat dan kukuh dalam menghadapi hujan / panas tanpa kenal lelah dalam tugas lapangan. Di periode “on call” itulah, tiba-tiba turun perintah operasi pemilihan pascapencabutan status daerah operasi militer (DOM) di Aceh.-**-SARUNG TINJU LETKOL JOHNY WAINAL USMANBudi mengenang momen itu, dengan kegundahan batin. Istrinya, tengah hamil empat bulan untuk anak pertama. Sementara durasi tugas di Aceh, tidak jelas.Bisa setahun, tiga tahun, atau bahkan lebih.Budi pun memutuskan menitip istri di rumah orangtuanya di Bawen, Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.“Saya ingat perintah ke (Aceh) turun hari Jumat. Kapal yang akan membawa ke Aceh berangkat hari Minggu, saya punya waktu Sabtu, ke Semarang.””Perang batin antara tugas negara dan tanggung jawab keluarga, memaksanya mengambil keputusan berani. “Saya harus minta izin ke komandan.”Kala itu, Letnan Budi berpikir realistis. Tak mungkin naik kereta, apalagi bus. Pilihan untuk tiba kembali dari Jakarta hari Sabtu malam, hanya pesawat udara. Itu artinya, dia harus menabung gaji dua bulan. Berat.Bagi Letnan Budi, dia sudah berperang dengan waktu sebelum ke medan tempur melawan GAM di Aceh.Dia lalu coba cari pinjaman ke teman,kerabat, dan kenalan. Hasilnya nihil.“Saya sudah nekat. Ada izin atau tanpa izin komandan saya akan tetap ke Semarang, bawa istri. ”Dengan setengah gemetar, dia menghadap ke Wakil Komandan Danmen I Gegana, Letkol Pol Johny Wainal Usman.Di ruangan, komandan juga sedang sibuk mempersiapkan keberangkatan pasukan ke Aceh.Di sisi kanan ruangan komandannya, Budi melihat sarung tinju dan sand sack. Letkol JohniY juga tegang, tapi tak setegang Letnan Budi. Akpol angkatan 1981 itu berargumen, tak memberi izin ke Budi. “Bagaimana kalau saya tak beri izin.”“Siap, Saya tetap berangkat komandan. Tidak dikasi izin saya berangkat. Diberi izin, terima kasih komadan.”“Ok, kau ambil ini,” kata Johny sambil melempar sarung tinju merah ke arah Letnan Budi.Bukannya, bergeming, Budi lantas memakai sarung tinju itu. Karena, sudah nekat, Letnan Budi seolah siap menantang.Dia sudah siap dipukul. “Memang perut saya dipukul, tapi saya tahu diri. Tak melawan lah.”“Kalau, kamu saya hajar mau??” tanya Wainal.“Siap, komandan, Saya tetap ke Semarang.”Karena kegigihan Budi, tetap ingin mengantar istri ke rumah mertua di Semarang, akhirnya hati sang komandan luluh.Tawa lalu membahana di salah satu ruangan di Mako Brimob itu.Bahkan, Budi diberi surprise. “Nah ini, uang satu juta. Kau pulang sana. Hari Sabtu sudah di barak,” tukas Johny dengan tegas. Letnan Budi pun meninggalkan ruangan komandannya dengan hati riang gembira.Berkah dan panjatan doanya selama ini, untuk senantiasa dimudahkan dalam tugas dan kehidupan terkabul.Saya naik pesawat sama istri, Rp 200 ribu.Tiket pesawat dari Jakarta ke Semarang kala itu Rp 100 ribu.“Saya ada jajan Rp100 (ribu) jajan, dan beri ibu (kandung) dan istri Rp700 ribu dikasih ke istri untuk persalinan.”Johni Wainal Usman, menjadi Wakil Kabaharkam dengan pangkat jenderal bintang dua dan Kapolda Sulsel mulai 31 Agustus 2010 hingga 24 Februari 2012.PERTUKARAN di TANGGA KAPAL LAUT.Misi operasi Timtim pun bertukar jadi operasi militer pasca Aceh lepas status DOM. Untuk diketahui, sebelum 2001, Polri masih berada di bawah garis komando panglima ABRI dan menteri pertahanan.
19 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Polri belum mandiri, sebelum adanya tuntutan Reformasi, pembubaran Dwifungsi ABRI.“Seingat saya masuk setelah operasi PPRM, masuk tiga operasi Sadar Rencong, lalu (operasi) Cinta Meunasah dan Cinta Damai.” ujar Budi, mengenang enam operasi selama hampir 4 tahun tugas di Aceh. Dia masuk ke Aceh dan kompinya ditempatkan di Lhoksemawe, daerah pedalaman dan pantai berbatasan Aceh Utara.Selain itu ada Operasi Wibawa, otoritas militer melaksanakan enam operasi gabungan TNI-Polri itu adalah; Operasi Sadar Rencong I (Mei 1999 - Januari 2000), Operasi Sadar Rencong II (Februari 2000 - Mei 2000), Operasi Sadar Rencong III (Juni 2000 - 18 Februari 2001), lalu dilanjutkan Operasi Cinta Meunasah (Juni 2000- 2001), dan Operasi Cinta Damai (2001 - 2002). Budi bergabung dalam misi pertama Polri di Aceh paska-DOM. Pasukan TNI hanya membackup. Operasi ini dideklarasikan 2 Januari 1999. Komandannya dari Polri. Letkol Pol Iskandar Hasan (Kapolres Aceh Utara).Sedangkan wakilnya dari TNI. Kolonel Inf. Johny Wahab (Danrem Lilawangsa). Perubahan skema operasi dari TNI ke Polri ini juga mengkonfirmasikan perubahan dan penggantian tampuk pimpinan nasional.Selama empat tahun,Letnan Budi tugas di Aceh, ada presiden; dari Soeharto, BJ Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), lau Abdurrahman “Gus Dur” Wahid (20 Oktober 1999- Juli 2001) dan Megawati Soekarnoputri (Juli 2001 - Oktober 2004).Di pimpinan tertinggi Polri, bahkan ada enam suksesi jenderal. Dia ke Aceh saat Kapolri dijabat Jenderal Dibyo Widodo (1996-1998), dilanjutkan Jenderal Roesmanhadi (29 Juni 1998 – 3 Januari 2000), Jenderal Pol Rusdihardjo (4 Januari 2000 – 22 September 2000), Jenderal Pol Suryo Bimantoro (23 Sept 2000 – 29 Nov 2001), Jenderal Chairuddin Ismail (20 Juli 2001–3 Agus2001, pjs. de facto), dan Jenderal Pol Da’i Bachtiar (29 November 2001 – 7 Juli 2005). Di korpsnya, Brimob, juga terjadi enam kali sirkulasi.“Saya ke Aceh saat transisi (Brigjen) Jenderal Setyono ke Brigjen SY Wenas, dan kembali ke mako saat Dankor Pak SY Wenas bintang dua (Irjen Pol). tahun 2002.” Sirkulasi serupa juga terjadi di level Kapolda Aceh, Pangdam Islandar Muda dan Gubernur Aceh.“Kita yang di lapangan hanya dapat kabar, komandan ganti lagi, ganti lagi. Pokoknya, jalankan tugas saja.” ujar Budi.Misi operasi Gegana di Lhoksemawe untuk meyakinkan warga Aceh, dan mata internasional, bahwa Aceh aman terkendali. “Misi kita dari komdan, adalah bagaimana Aceh tak referendum, seperti Timtim,” ujar Budi.Bangun Benteng dari Karung PasirSelama misi operasi di Aceh, Budi mengakui banyak mendapat pengalaman kepemimpinan.Dia membangun pos n di sejumlah kecamatan, antara lain; Kandang, Nizam, Lhoksukun, Biren dan bermarkas utama di Kota Loksemawe. “Lhoksemawe itu dikenal sebagai salah satu basis GAM, Di sitrulah kampung, Ahmad “Kandang” Rasyid, selain pentolan panglima perang GAM Abdullah Syafeii.Di sana, ida membawahi lima peleton. Dia membagi waktunya, tiap pekan mengunjugi dua hingga tiga peleton.Satu peleton berisi 25-30 personel.Di Lhokesemawe pula, Letnan Satu Budi dipromosi dadakan menjadi komandan kompi, meski belum sesuai jenjang pangkat.Ceritanya, komandan kompi Brimob Resimen ada satu perwira yang pindah tugas.Satu perwira, dengan wakil komandannya ke Langkat.Sementyara teritori operasi di Lhoksumawe dan Pidie. “Wadanyonnya turun jadi Danki. “Dia mengingat, seniornya saat itu adalah
20 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Kapten Pol Kamaruddin. Kini berpangkat Inspektur Jenderal dan bertugas di Lemhanas.Ketgangan tiap hari teror ke aparat. polisi, TNi. tugas di Lhoksemawe. aceh utara. Di Lhoksemawe, pulalah Letnan Budi mendapat julukan, Tiger.Julukan ini merujuk macan khas Pulau Sumatera yang juga banyak berkembamg biak di kwasan pegunungan utama di Sumatera bagian utara, Bukit Barisan.“Tiger itu panggilan anak buah, karena suasananya selalu mencekam, namun kita dapat solusi.”Tugas utamanya, adalah mengontrol tenda berpagar karung pasir, sebagai benteng pertahanan.Di tenda-tenda kom,ando itulah, Budi dan anak buahnya tidur, makan, mengatur strategi operasi menegakkan Wibawa NKRI.“Banyak tenda-tenda kita yang diserang GAM. Benteng pasir itu, kita susun hingga 2 meter, seperti benteng kecil.”Di Lhoksemawe, Letnan Budi lebih banyak menggunakan motor, meski komando menyiapkan mobil operasional, Kijang.Mobil itu digunakan, saat membawa personel diatas lima orang. “Saya ingat, yang selalu menemani itu Bintara Darmanto, pendampimg, kadang juga jadi supir.” pasti diserang. bikin pertahanan dari karung pasir. Disusun bentuk pagar benteng kecil si tiap kecamatan.Kini di Lhoksemauwe ada 12 polsek. Sebagian adalah bekas area benteng kecil dari karung.Ke12 polsek di Lhoksemawe itu antara lain; Banda Sakti, Blang Mangat, Muara Satu, Dewantara, Kuta Makmur, Meurah Mulia, Nisam, Sawang, Simpang Keramat, dan Syamtalira Bayu. Selusin polsek inilah dulu jadi wilayah operasi Gegana Brimob di Lhoksemawe.TRAGEDI Rindu Anak di Helipad MarinirPenugasan di Lhoksemawe juga jadi ajang Budi mendewasakan diri. Dia mengaku karakter prajurit bhayangkata banyak dibentuk di Aceh. Dikisahkan, sekitar tahun kedua bertuga di Aceh, dia dapat kabar dari Semarang, anak keduanya akan lahir.Saat malam tiba, atau lagi jeda operasi dia merasakan drama ingin ketemu anak. “Rindunya bikin nangis, Lurrr.” ujar Budi seraya memperlihatkan bulu kuduk yang berdiri.Puncaknya drama rindu anak itu, saat insiden wafatnya perwira Letnan Satu Polisi Heri, salah satu komandan kompi di Aceh.Lettu Heri, angkatannya, meninggal dunia setelah kena tembakan bagian kepala di Lhoksemawe.Sebagai teman, dia berinisiatif mengantar jenazah temannya ke Jakarta.
21 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Dia pun berkoordinasi dengan komandan, dan menyiapkan struktur backup operasional harian ke periwa muda dan bintara senior lain.Dikenangnya, kala itu di pangkalan Marinir TNI-AL di Lhoksemawe, saya sudah mau naik ke heli Puma TNI untuk terbang ke Jakarta, dan sebekumnya transit di Palembang, untuk isi bahan bakar. “Suasana bathin. galau, rindu anak, siaga jalankan tugas, san siaga harus ada pendamping perwira.”Dia pun menghadap komandan operasi tertinggi di Lhoksemawe. Kalau itu, Letkol Polisi Syefeii Aksal yang juga Kapolres Lhoksemawe. Malamnya, Budi sudah dapat izin lisan dari komandan. Namun, tetiba saat pagi, saat sudah di pelataran helipad, suara keras terdengar.“Hei, Budi mau kemana, pasukanmu kau mau kemanakan?..”Budi merespon, “Mau ikut antar Lettu Heri ke Jakarta.”Bayangan, bertemu anak istri di Jakarta dan Semarang sudah di ubun-ubun hasrat.Namun, bayangan iru buyar dengan kalimat. “Sana, kau balik. Pasukan tunggu kamu.”Rencana menjenguk istri dan bertemu anak itu batal.Namun, sebagai prajurit dalam medan operasi, perintah atasan adalah segalanya.Terakhir, Letkol Pol Syafei Aksal menjabat sebagai Komandan Korps Brimob. Selepas jeda Operasi Aceh Desember 2000, Letnan Budi sempat dapat cuti dua pekan, untuk menjenguk keluarga di Semarang dan Jakarta.Februari 2001 anak keduanya lahir. Dia sempat pulang, namun kembali lagi ke Aceh, hingga 2002.Dikenangnya, saking jarangnya bertemu anak, “Saya sempat dipanggil Om sama Dinan, (Sakti Ferdinand). Habis iti dia ngumpat lari.”Ferdinan kala itu sudah berusia dua tahun.Sepulang dari Aceh, 2002, Budi sudah berpangkat Letnan Satu.Baru, seminggu menjalani cuti di Mako Brimob, pagi hari seorang bintara provost Brimob mendatangi rumahnya. “Saya dijemout untuk diberitahu segera siaga, ada tugas ke Ambon.”Saat itu, Polri sudah melepaskan diri dari TNI.Di saat bersamaan, Budi juga mengikuti tes seleksi untuk masuk PTIK, untuk kenaikan pangkat menjadi Ajun Komisaris Kepala atau di TNI setara dengan kapten.Seleksi itu, Budi dinyatakan lulus dan otomatis, penugasan operasi pascakerusahan Abbon juga, batal.“Saya ingat, yang menggantijkan saya sebagai danki ke Operasi Ambon itu, Letnan Satu Bambang Widjanarko.Saat, Budi bertugas jadi Kapolrestabes di Makassar, 2022 dia bertemu dengan Bambang, yang kebetulan manjabat sebagai Karo Ops Polda Sulsel. “Kami terbahak, saat ingat kenangan misi operasi saya ke Timur Indonesia, dua kali selalu batal.” (*) LESSON VALUE: 1. Prajurit harus taat tugas, disiplin tanpa peduli dengan suksesi kepemimopinan nasional atau tour of duty di korps, kesatuan unit tugas 2. Perintah Komandan adalah segalanya dalam operasi. 3. Koordinasi dengan kesatuan eksternal 4. Tabah, Sabar dan tetap waspada
22 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto LINK SOURCES Insiden Motaain 1999. Skripsi; 5] Cunino, Maria Antonia. (2015). Referendum dan Kemerdekaan Timor Timur 1999-2002. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. http://library.stikptik.ac.id/file?file=digital/37882-Bulsak.4-98-034.pdf Aceh Damai: https://kontras.org/wp-content/uploads/2019/07/aceh-damai-dengan-keadilan.pdf Hasil Referendum Timor Timur tersebut disepakati dalam Sidang MPR pada 19 Oktober 1999. LINK FOTO; https://www.kompas.id/baca/foto/2023/05/23/perjalanan-23-tahun-timortimur-menjadi-bagian-dari-indonesia
23 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 3.Operasi AntiHuruhara Bebasnya Habib Rizieq di Salemba- (2003) JABATAN: KASUBDEN II DEN C SATBRIMOB POLDA METRO JAYA Presiden RI: Megawati Soekarnoputri (Juli 2001 - Oktober 2004) Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar (29 November 2001 – 7 Juli 2005) Dankor Sat Brimob Polri: Irjen Pol Sylvanus Yulian Wenas (2002-2009) Kapolda Metro Jaya: Irjen Pol Makbul Padmanagara (2001-Juli 2004) Dansat Brimob Polda Metro Jaya: Kombes Pol Beno J Kilapong (2003-2005) Komandan Batalyon C : AKP Eddy Maryanto Pangdam Jaya : Mayjen TNI Djoko Santoso (2003-2004) Gubernur DKI Jakarta 2003 Letjen TNI Sutiyoso (2002-2007) Kompi Tak Bersenjata Menghalau Massa Pembebasan Habib Rizieq di LP Salemba TAHUN 2003, mungkin jadi periode puncak kedua kontroversi Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab (58 tahun).Di periode ini, Rizieq menjadi ‘sosok newsmaker’ di Indonesia, setelah 2011, sosok penuh kontroversi ideologis, sekaligus momok bagi aparat keamanan dan ketertiban publik.Dalam catatan pusat data TEMPO yang diarsipkan Wikipedia, setelah lima tahun mendirikan Front Pembela Islam (FPI), 18 Agustus 1998, pada tahun 2003, setiadaknya terjadi 16 rangkaian aksi di ibu kota, Jakarta. Sedangkan pada 2011 tercatat 25 aksi massa kontroversi di sejumlah kota utama Indonesia. Motif aksi massa ini penegakan syariah Islam, tuntutan aksi penutupan sarana hiburan, bahkan hingga kedai makan yang beroperasi di bulan Ramadan.Polisi, dalam hal ini, Satuan Brimob pun senantiasa menjadi garda terdepan pengamanan dan
24 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto ketertiban publik.Dari puluhan rangkaian kontroversi dan aksi kelompoknya, setidaknya belasan kali jadi terperiksa, empat kali berstatus tersangka dan tiga kali status terpidana;Pertama, 20 April 2003 di kasus penghinaan ke lembaga dan pimpinan Polri. Kedua, 30 Oktober 2008, Rizieq divonis 1,5 tahun penjara terkait kerusuhan pada tanggal 1 Juni di Monas karena terbukti secara sah menganjurkan orang lain dengan terang-terangan dan dengan sengaja, Bersama untuk menghancurkan barang atau orang lainsesuai dengan Pasal 170 ayat (1) jo Pasal 55 KUHP.Status ketiga, 24 Juni 2021 di kasus berita bohong hasil uji usap COVID-19 di RS Ummi Bogor, untuk kepentingan pesta perkawinan kerabat dekatnya. Di kasus tahun 2003 inilah, Komisaris Polisi Budi Haryanto, menjadi salah satu perwira pengamanan.Kala itu, Kompol Budi, menjabat Komandan Sub Detasemen II Detasemen C Satuan Brimob Polda Metro Jaya.Budi dan kompi yang dibawahinya bermarkas di Batalyon C Pelopor di Ciputat, Tangerang Selatan, dengan markas komando di Kwitang, Senen, Jakarta Pusat. Di periode ini, korps Bhayangkara Polri, sudah mandiri dan tak lagi berbada dibawah garis komando ABRI.Di awal masa tugasnya ini pula, hampir tiap bulan masaa FPI menggelar aksi jalanan memprotes rangkaian kebijakan pemerintah, dan instrumennya.Puncaknya, Minggu 20 dan 21 April 2003, Rizieq Shihab, dieksukusi penahanan karena dianggap menghina kepolisian lewat dialog di SCTV dan Trans TV. Kapolrinya saat itu adalah Jenderal Pol Makbul Padmanagara, dan Kapoldanya Irjen Pol Dai Bachtiar.Insiden pun pecah. Sekitar 500-an pendukung, Rizieq bentrok dengan aparat Polri. Ulama ini sempat dibawa kabur pendukungnya ke markas FPI di Petamburan, Jakarta Barat. Padahal, saat itu Rizieq akan serah eksekusi masuk ke Lambaga Pemsayarkatan Salemba dari Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Senin (21/04/2003). TEMPO mendiskripsikan, kejadian itu: “begitu mendengar Rizieq akan dibawa dengan mobil tahanan ke LP salemba, massa pendukungnya segera menerobos masuk, meski sudah dihalangi petugas Kejaksaan dan Polda. Terjadi ketegangan dan teriakan dan saling memukul antara massa dengan para petugas. Mereka memaksa mengeluarkan Rizieq dari lift. Dari sisi tangga tampak anak Rizieq menangis melihat aksi itu yang berlangsung selama 15 menit. Massa berteriak histeris dan meneriakan Allahu Akbar, “jangan sakiti ulama kami.”Rupanya mereka sudah menyiapkan bis Kopaja untuk melarikan Rizieq markas Petamburan. Terjadi aksi kejar mengejar, baik wartawan, polisi, petugas kejaksaan dan dan massa pendukung Rizieq yang berhasil membopong pimpinannya masuk ke dalam bus Kopaja nomor pol B 7921 . Ketika seorang polisi hendak mengeluarkan tembakan peringatan di jalanan, bus itu teteap melaju meski dihadang wartawan, polisi dan petugas kejaksaan. Teriakan histeris dari massa dengan wajah menangis meminta supaya polisi tidak mengeluarkan tembakan. Bus tetap melaju dan saat ini dalam perjalanan menuju markas FPI di Petamburan. Sementara ekspresi dari Rizieq Sihab sendiri tampak tegang, pasrah dan tidak kuasa menghadapi ulah para pendukungnya.Selama tiga bulan masa sidang, rangkaian aksi di PN Jakarta Pusat terus berlanjut.Drama ketegangan mencuat lagi, saat Rizieq divonis 7 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
25 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 29 Juli 2003.Saat pembacaan vonis, massa pendukung emosi dan merusak bangku ruang sidang. Saat dipenjara, Rizieq menyindir masa itu dengan ungkapan, “Penjara ini rasanya seperti di Taman Mini Indonesia Indah Saja," Puncak drama konflik aparat polisi degan massa FPI kembali terjadi lima bulan kemudian. Tepatnya, Rabu 19 November 2003. Kompi Brimob, pimpinan Kompol Budi, sudah dapat perintah siaga sejak pagi dari markas Satbrimob Polda Metro Jaya di Kwitang. Sekitar 1.000 massa dilaporkan akan menyambut bebasnya, Rizieq.Perintah Kapolda pakai pendekatan persuasif. “Kita yang di lapangan turun tanpa senjata. Tanpa pentungan dan hanya tameng.”Sekitar 500 massa yang tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI) memadati rumah tahanan Salemba untuk menyambut kebebasan Ketua FPI Habib Rizieq, Rabu (19/11) pukul 09.00 WIB, setelah menjalani masa tahanan tujuh bulan. “Kita siaga pagi, hingga jam 3 subuh. ” ujar Budi.Ustadz Djafar Sidiq, wakil ketua FPI kala itu, menegaskan akan mengarak bebasnya pimpinan mereka, dari Slemba, kelilig kota Jakarta, sebelum pulang ke markas FPI di Petamburan.Drama ketegangan bertambah, sebab di dalam LP Salemba, malam harinya, Rizieg menggelar pengajian dan tauziyah bersama Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, terpidana kasus terorisme, di LP Salemba.Di pekarangan rutan Salemba, Laskar FPI bershalawat dengan iringan gendang. Seperangkat alat pengeras suara untuk berorasi disetting di mobil bak terbuka. Di luar pekarangan rutan, beberapa buah truk dan mobil bak terbuka, telah siap untuk keliling Jakarta mengangkut para laskar FPI untuk menyambut kebebasan Habib Rizieq. “Tugas kita, perintahnya, bagaimana memecah dan menghalau massa untuk tidak pawai.”Dengan misi personel tak bersenjata, oleh Budi operasi digambarkan dengan kata; melelahkan, penuh peluh, bahkan darah.Digambarkan, setidaknya 12 anggota yang terluka terkena lemparan batu, dan belasan prajurit lain tumbang kelelahan dilarikan ke RS Polri. Di suasana seperti ini, kesetiaan kepada komando, ketabahan, dan menyemangati anak buah adalah modal utama.“Perasaan di lapangan kami saat itu, kita jadi perisai hidup,. Kita hanya mengandalkan doa.” ujar Budi.Sebulan, setelah aksi pembebasan, Rizieq pun mengumumkan perubahan paradigma. Usai bertemu wakil presiden Hamzah Haz di Istana Wakil Presiden, , 8 Desember 2003, Rizieq menyatakan laskar FPI akan fokus ke dakwah, majelis taklim dan pendidikan. FPI mengklaim akan menempuh jalur hukum dalam upaya-upaya menghentikan "praktik-praktik kemaksiatan". Paradigma baru itu akan diputuskan dalam musyawarah nasional pertama FPI, 19-21 Desember 2003, di Jakarta.Pada Januari 2017, Rizieq dilaporkan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar, Raden Prabowo Argo Yuwono atas tuduhan penghinaan terhadap profesi hansip karena telah berkata "Di Jakarta, Kapolda mengancam akan mendorong Gubernur BI untuk melaporkan Rizieq Shihab. Pangkat jenderal otak Hansip" dan "Sejak kapan jenderal bela palu arit, jangan-jangan ini jenderal enggak lulus litsus."Satu bulan setelahnya, pada Februari 2017, tersiar rumor adanya percakapan pornografi antara Rizieq dengan seorang perempuan bernama Firza Hussein beserta foto-foto panas Firza di WhatsApp.
26 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Di kasus ini, pada tanggal 29 Mei 2017, Rizieq ditetapkan sebagai tersangka.Pada 29 September 2017, Rizieq dicekal saat akan meninggalkan Arab Saudi. Mas berlaku visanya sudah habis. Selepas jadi komandan II detasemen C Brimob Polda Metro, Jaya, Kompol Budi dipromosi menjadi Kapolsek Cikarang, di Polresta Bekasi, Polda Metro Jaya.(‘) LESSONS VALUE: 1. Misi operasi lapangan pasukan tak selamanya menggunakan senjata 2. Setia, Tabah, dan doa adalah modal utama menjalankan tugas. 3. Saat bertugas di lapangan sejak awal siaplah dengan segala risiko. 4. Dalam tugas, jangan menunjukkan kebencian personal terbuka. LINK SOURCE Daftar Aksi Front Pembela Islam: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_aksi_Front_Pembela_Islam#2004 Pusat Data dan Analisis TEMPO, Diolah dari berbagai sumber, NI, (Selasa, 14 Februari 2012 16:35 WIB): https://nasional.tempo.co/read/news/2012/02/14/078383964/rentetan-aksi-fpi-dari-masa-ke-masa Hitam Putih PFI: Rosadi, Andri. Hitam-putih FPI: mengungkap rahasia-rahasia mencengangkan ormas keagamaan paling kontroversial (dalam bahasa Indonesia). Nun Publisher. ISBN 979-16110-2-5. LINK https://books.google.co.id/books/about/Hitam_putih_FPI.html?id=Dc7XAAAAMAAJ&redir_esc=y
27 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 4.Penyidikan Kasus Pengrusakan Pagar Gedung DPR RI (2006) JABATAN: KANIT SUBDITKAMNEG DITRESKRIMUM POLDA METRO JAYA Presiden RI: Megawati Soekarnoputri (Juli 2001 - Oktober 2004) Kapolri Jenderal Pol Da’i Bachtiar (29 November 2001 – 7 Juli 2005) Dankor Sat Brimob Polri: Irjen Pol Sylvanus Yulian Wenas (2002-2009) Kapolda Metro Jaya: Irjen Pol Makbul Padmanagara (2001-Juli 2004) Irjen Pol Firman Gani (2001-2002) Pangdam Jaya : Mayjen TNI Djoko Santoso (2003-2004) Gubernur DKI Jakarta 2003 Letjen TNI Sutiyoso (2002-2007) Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Carlow Teweu Dansat Brimob Polda Metro Jaya: Kombes Pol Bono “Benny” J Kilapong (2003-2005) Kasubdit Kamneg: AKBP Tomsi Tohir Debut Karier Penyidik Kasus Demo Hari Buruh; Kerja Dibawah Tekanan BANYAK sudah polisi Indonesia memitigasi, mengamankan, menyelidiki, dan memproses hokum aksi massa di momen peringatan Hari Buruh Internasional, saban tanggal 1 Mei.Namun, aksi sekitar 100 ribu massa di peringatan Hari Buruh, Rabu (3/5/2006), delapan belas tahun silam, akan selalu tercatat dalam sejarah pergerakan buruh Indonesia.Aksi dua hari sebelumnya, 1 Mei 2006, DPR, aman damai belaka.Ke100 ribu massa itu gabungan dari sekitar 21 kelompok aliansi organisasi buruh berorasi menolak revisi UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Namun, karena pimpinan DPR dan komisi XI menolak tuntutan buruh, dua hari kemudian, buruh berkonsolidasi.Sebelum isu ketenagakerjaan dibawa ke DPR, sesuai Pasal 144 Konvensi ILO (Organisasi Buruh Dunia) yang diratifikasi pemerintah IndonesiaApalagi KSPSI mengklaim mendapat dukungan dari 19 gubernur, 92 wali kota
28 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto dan bupati, serta 78 DPRD tingkat II untuk revisi UU membatasi masa kerja, kontrak dan kesejahteraan buruh.Akhirnya, dua hari kemudian, konflik massa aparat gedung DPR, tak terhindarkan.Setidaknya, 14 aparat polisi terluka. Belasan buruh, termasuk 2 wartawan juga dikabarkan terluka. Wakil Ketua DPR RI Soetardjo Soerjogoeritno dari partai oposisi, kala itu, menyebut kerusuhan ditunggangi “pihak tertentu.Dampak terparah adalah rusaknya gerbang pagar depan gedung DPR RI Senayan, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan.Sebelumnya, aksi itu memacetkan total hampir 1/3 ruas jalan utama di pusat, selatan, dan barat Jakarta.Inilah kali kedua, gerbang itu rusak setelah aksi sebulan pendudukan sekitar 200 ribu aktivis mahasiswa pendukung Reformasi, Mei 1997 silam.Pagar setinggi 4 meter dan senilai Rp 3,1 miliar itu dirusak massa yang mengklaim dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI). Sebelumnya, alokasi biaya renovasi pagar sepanjag 1.200 m (750 meter pagar belakang dan 530 m pagar depan) telah menuai kontroversi biaya raksasa kala itu, Rp 5,1 M.Jalan bebas hambatan dan jalan arteri Gatot Subroto ditutup total. Lebih luas, pagar tol yang rusak, fasilitas lain di jalan bebas hambatan itu juga rusak, seperti tanaman, papan pengumuman, reklame dan juga 374 lembar pembatas jalan tol rusak. PT Jasa Marga, pihak pengelola jalan tol Gatot Subroto, mengklaim rugi hingga Rp 185 juta.Sekjen DPR RI, Faisal Djamal pada wartawan di gedung DPR Jakarta, Kamis (4/5/2006), menyebut kerugian ditaksir Rp 150 juta.Keesokan harinya, Kamis (4/5/2006), sampah berserakan sepanjang 3,2 km di Jl Gatot Subroto. Suku Dinas Kebersihan Pemprov DKI jakarta, mengerahkan 92 unit kendaraan sampah, membersihkan sisa kerusuhan.Di hari yang sama, 4 Mei 2006, aparat direskrimum Polda Metro Jaya justru mulai bekerja.“Saya ingat, itu bulan kelima saya tugas sebagai Kanit Subditkamneg di (Polda) Metro dan hanya ada 3 bintara penyidik,” ujar Budi, yang saat itu masih berpangkat komisaris polisi. Kanit Subditkamneg adalah singkatan dari kepala unit sub rirektur keamanan negara.Ini adalah penyidik kasus-kasus khusus yang berada dibawah direktorat reserse dan kriminal umum (direskrimum) Polda Metro Jaya.Subdirektorat ini menangani urusan keamanan negara dalam struktur organisasi Ditreskrimum Polda dengan Tipe A Khusus. Nomenklatur di situs resmi Polda Metro Jaya, subdirektorat ini bertugas menyelenggarakan penyelidikan, penyidikan dan pengawasan penyidikan tindak pidana umum, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium forensik lapangan di kasus-kasus yang terkait ‘meronrong” wibawa aparat dan obyek vital negara.Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, kala itu, secara struktural memiliki 2 (dua) Bagian, 6 (enam) Sub Direktorat (Sub Dit) dan 1 seksi sebagai satuan tugas di bawahnya bertugas, berwenang dan tanggung jawab berbeda. Sub Direktorat itu; Sub Direktorat Keamanan Negara (non operasional), Sub Direktorat Harta Benda-Bangtah (non operasional), Sub Direktorat Reserse Mobile-Resmob (operasional), Sub Direktorat Umum-Jatanras (operasional), Sub Direktorat Renakta (non operasional) dan Sub Direktorat Ranmor (operasional). -***—Bagi Budi, ini adalah debutnya sebagai penyidik (reserse) di 10 tahun kariernya di kepolisian.
29 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Itu selepas 13 bulan menjabat sebagai Kapolsek Cikarang di Polresta Bekasi, (10- 12-2004 hingga 23 Januari 2006).Budi dan tiga bintara penyidik di unitnya ini, pun mulai bekerja delam tekanan ekstra.“Kapoldanya (Irjen) Jenderal Firman Gani. Senior jauh pernah jadi dansat Brimob, Polda Sulsel, dan Polda Jawa Timur.”Sebelum penyidikan dimulai, bersama direskrimum Polda Metro Jaya, dia menerima arahan dan perintah langsung dari kapolda. Budi mengenang, tekanan psikologis verbal itu hanya berupa cerita mutasi sejumlah perwira menengah di jajaran Polda Metro Jaya.Dalam ruangan, "Kamu tahu senior mu ini.? Minggu lalu dipindah ke Sentani, Papua.."Belum lagi Budi menjawab, sang jenderal melanjutkan;“Kamu Tahu, seniormu yang angkatan ini..?“ tanya Firman Gani.“Siap, tahu jenderal.”“Heii, dia tak lama lagi akan dimutasi ke Polda Ambon." “Siap…,” jawab Budi. Di tengah, bayangan mutasi jauh ke timur Indonesia itu, Budi tertunduk dengan badan tegap.Tiba-tiba, terdengar kalimat atasan selanjutnya; “Kalau seminggu ini tak selesai. Kamu akan susul mereka. Ya.."Budi meninggalkan ruangan komandan dengan langkah terbata-bata.Baginya, tekanan itu adalah semangat.Budi dan tiga bintara penyidik ditargetkan merampungkan berkas perkara dan berita acara pemeriksaan kasus “heboh’ nasional itu hanya dalam sepekan. Itu hanya tujuh hari. Agenda untuk berakhir pekan bersama istri dan dua anaknya, terpaksa jadi janji. Saat itu, dia langsung berpikir, kerja bersama dan menyemangi tiga anggota timnya.Ketegangan, kian membuncah, sebab laporan dari reserse mobile reskrimum, ada 30 buruh yang ditangkap dan diperiksa sebagai saksi di kasus itu.Tiga puluh buruh itu, ditangkap karena dari sejumlah video, foto, kumpulan keterangan saksi di lapangan, mereka ada di depan gerbang pagar gedung DPR-RI. Tantangannya, dengan 3 penyidik, berkas hasil pemeriksaan harus berstatus P21. P-21 merupakan kode formulir yang digunakan dalam proses penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana.Kode khas ini semacam pemberitahuan bahwa hasil penyidikan sudah lengkap.Jika perkara belum dinyatakan P-21 (belum lengkap), maka perkara belum siap dilimpahkan ke kejaksaan, otoritas penuntut perkara. Artinya, pelaku yang diduga melakukan tindak pidana itu masih berstatus tersangka.Sementara, tersangka itu tidak bisa dilepaskan dan dibebaskan begitu saja dari segala proses hukum yang menjeratnya. Seseorang bisa tidak lagi menyandang statusnya sebagai tersangka, jika terhadap penyidikan perkaranya bisa dihentikan.Dalam tekanan, Budi mengakui banyak membaca, dan konsultasi dengan senior. Di sisi ini, Budi mengakui pelajaran awal berharga. “Bintara penyidik senior adalah tempat belajar dalam penanaganan kasus. Paling cepat.”Sepanjang tiga hari pertama, Budi dan tim memilah peran para saksi dan bakal tersangka. Akhirnya, dari awalnya 30 buruh, hanya 8 yang dinyatakan berstatus P21.Ke-delapan buruh itu antara lain, Ceh Elih Ahmad Iskandar (buruh PT KIA Keramik Karawang), Mohammad Syaiful (PT Danes Cilongo), Priyanto (PT Gajah Tunggal), Ismansyah (PT KMK II Cikupa), Zulkipli (PT KMK I, Curug), Herman Josep (PT Trio Wira,
30 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Kalimantan), Suyanto (PT WS Tangerang), dan Didin Samsudin (PT KMK I Bitun).Penyidikan dan pemberkasan kasus, selesai hanya enam hari. Berkas perkara pun dilimpahkan ke penuntut umum, tim jaksa di Kejati DKI Jakarta.Dua bulan kemudian, perkara pun di sidangkan.Dari delapan tersangka yang diajukan, enam tersangka kemudian dinyatakan bebas, setelah menjalani masa 110 hari masa penahanan.Akibat perbuatan terdakwa, negara mengalami kerugian kurang lebih Rp 540 juta," ujar Khairul dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Jl Gadjah Mada, Jakarta, Senin (24/7/2006).Di ruang sidang, enam tersangka didakwa dengan 3 dakwaan alternative. Pertama, mereka diancam pidana berdasar pasal 170 ayat 1 KUHP. Pasal ini menyatakan “Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan. Atau kedua, diancam pidana berdasar pasal 214 ayat 1 KUHP. Pasal ini isinya; “Paksaan dan perlawanan berdasarkan pasal 211 dan 212 jika dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun ”.Atau ketiga, diancam pidana berdasar pasal 218 KUHP. isinya, setiap orang yang menyerang kehormatan/harkat dan martabat presiden atau wakil presiden bisa mendapat pidana penjara. Hukuman penjara bagi pelaku yaitu paling lama 3 tahun dan/atau denda paling banyak kategori IV.Jaksa Penuntut Umum (JPU) Rini Hartati, SH menuntut keenam buruh itu hukuman empat bulan penjara dan denda Rp.100.000 atas tuduhan melanggar Pasal 218, 160, 170 dan 214 Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP). Para buruh jadi tersangka karena dinilai memprovokasi para buruh, sehingga terjadi tindak anarkis. Sidang di pengadian, menyatakan mencari aktor intelektual di balik aksi rusuh ini.Enam dari delapan buruh tersangka perusak pagar kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senayan, Jakarta, Kamis, dibebaskan setelah ditahan lebih tiga bulan dan menjalani sidang enam kali. Keenam buruh yakni, Didin Syamsudin (22), Cep Elih, Suyanto (42), Priyanto (31), Herman Yosep (50) dan Zulkifli (21). Mereka dianggap bertanggung jawab dalam perusakan sejumlah barang saat demo buruh. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang diketuai Kusriyanto, SH menyatakan keenam buruh tersebut bersalah dan menghukum penjara selama tiga bulan dua puluh hari, dipotong masa penahanan. Majelis dalam pertimbangannya menyatakan para terdakwa sangat kooperatif dalam penyidikan, tertib dan sopan selama persidangan, serta para buruh tersebut merupakan tulang punggung keluarga. Salah seorang buruh, Cep Elih menyatakan senang dan bangga karena pada saat maraknya kabar tentang mafia peradilan, ternyata masih ada keadilan yang didapatkan. (‘) LESSONS VALUE: 1. Berbeda dengan operasi lapangan, penyidik membutuhkan referensi hukum dan kemampuan memilah pokok perkara. 2. Tekanan dari atasan bukan ancaman, namun harapan dan tantangan.
31 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 3. Belajar dan terus belajar dari senior, anak buah, dan mitra kerja adalah kamutlakan dalam penanganan penyidikan dan penyelidikan perkara. LINK SOURCE • "DPR Renovasi Pagar yang Dirobohkan Buruh" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-587936/dpr-renovasi-pagar-yang-dirobohkan-buruh. • Massa Buruh Rubuhkan Gerbang Gedung DPR https://www.antaranews.com/berita/32949/massa-buruh-robohkan-gerbang-gedung-dpr • "Perusak Pagar DPR Diancam Hukuman 5,5 Tahun Penjara" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-647018/perusak-pagar-dpr-diancam-hukuman-5-5-tahunpenjara.
32 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 5.Penumpasan Komplotan Perampok Bersenjata di Medan JABATAN: KASAT RESKRIM POLRESTABES MEDAN, POLDA SUMUT ((2006-2008) Presiden RI: Susilo Bambang Yudhoyono (Oktober 2004-Oktober 2009) Kapolri Jenderal Polisi Sutanto (8 Juli 2005 – 30 September 2008) Kapolda Sumatera Utara: Irjen Pol Bambang Hendarso Danuri (10 Desember 2005-27 Desember 2006) Irjen Pol Nurudin Usman (27 Desember 2006-25 Agustus 2008) Direskrimum Polda Sumut: Kombes Pol Ronny Sompie (2006-2008) Kapolrestabes Medan Komisaris Besar Polisi Drs. Irawan Dahlan (2005-2007) Komisaris Besar Polisi Drs H Bambang Sukamto, SH, MH (2007-2008) Gulung Gembong Bandit Berpistol, Suherman dan Marsadi LIMA bulan pascamenuntaskan kasus pengrusakan gerbang utama gedung DPRRI di Senayan, Jakarta, Budi Haryanto, naik pangkat, menjadi ajun komisaris besar polisi (AKBP).Telegram promosi turun, 13 Oktober 2006. Bukan lagi di ibu kota, Budi dimutasi menjadi perwira menengah (pamen) di Polda Sumatera Utara (Sumut).“Saya dapat atensi khusus membantu penumpasan perampokan bersenjata api yang lagi marak di Medan,” ujar Budi.Ia masih bertemu sekitar dua bulan dengan Irjen Pol Bambang Hendarso Danuri, Kapolda Sumut (10 Desember 2005-27 Desember 2006).BHD, akronim sang jenderal, dua tahun kemudian menjabat kepala kepolisian Rebuplik Indonesia (1 Oktober 2008 hingga 22 Oktober 2010). “Pas lagi, wakapoldanya Jenderal Johny Wainal Usman.”Johny adalah senior dan komandan Budi saat bertuas jadi komandan kompi di Mako Brimob Kepaladua, dan sebelum Budi ditugaskan 3 tahun di operasi pemulihan keamanan pascaDOM di Lhoksemawe, Aceh. Tour of duty ke utara Sumatera ini, adalah provinsi daerah tugas
33 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto kedua Budi, setelah Polda Metro Jaya.Penugasan ini menantang sekaligus menenangkan bathin. Dia pun mengajak istri dan dua anaknya, pulang dan menetap sementara di kampung leluhur istri sekaligus tanah rantau kelahiran Mbah dari ibunya.Nenek Budi dari ibunya, lahir di sebuah perkebunan teh milik Jepang di Deli Serdang.Delapan belas hari, Budi standby di mapolda. Di masa ini, dia beradaptasi dan berkonsultasi dengan seniornya, membaca dan mempelajari kasus-kasus perampokan bersenjata di kota terbesar pertama di luar Pulau Jawa itu.Tepat 31 Oktober 2006, telegram jabatan sebagai Kepala Satuan Reserse dan Kriminal (kasat reskrim) Polrestabes Medan, turun.Kala itu, atasan langsungnya adalah Kombes Pol Irawan Dahlan.Tantangan pertama Budi adalah mengungkap, menggulung, dan meredakan jaringan perampokan bersenjata api di ibu kota provinsi penduduk 14,8 juta jiwa itu.“Sejak 2002, hampir tiap bulan ada berita perampokan bersenjata, sasaran rumah warga, took hingga bank. ”Banyak kasus kriminal lain di Medan, namun Budi fokus ke misi penugasannya.Budi memilih dan memilah langsung personel misinya.Tim Jatanras Polrestabes Medan pun mulai menyelediki rangkaian kasus perampokan di TKP.“Enam bulan jasi beban. Saya bahkan sempat sakit beberapa pekan, karena malu dan tidak bisa memberikan hasil.”Apalagi, saat itu kasus perampokan di Medan, masih jadi atensi khusus dan perhatian langsung dari Jenderal BHD yang saat itu menjabat Kabareskrim Mabes Polri. Penjajakan kasus ini, dimulai dengan menyidik hampir 200 TKP dan lebih 60 laporan perkara perampokan.Modus, tempus, locus kasus ini dipelajari hampir lima bulan. Puncaknya, Rabu 11 April 2007, dini hari.Rumah pimpina komplotan ini kawasan Mandala, Jl Tang Guk Bongkar, Kota Medan, digerebek.Awalnya tim bergerak ke rumah orangtua Suherman, berjatak 600 meter dari rumah Suherman (38) dan tangan kanannya, Marsudi Triwijaya (31). Saat akan ditangkap, mereka melawan dengan mengacungkan pistol jenis FN. Tak pelak lagi, polisi melepaskan tembakan terarah ke arah dada. Keduanya pun tersungkur, dan tewas bersimbah darah. Di rumah Suherman, polisi menyita sejumlah barang bukti, yaitu uang tunai Rp 16 juta, ratusan butir peluru, 1 pucuk senjata FN, sejumlah senjata tajam, dan paspor atas nama Suherman.Kapoltabes Medan AKBP Bambang S Sukamto didampingi Kasat Reskrim Kompol Budi Haryanto kepada pers mengatakan, kedua tersangka disinyalir sudah sering melakukan perampokan dengan menggunakan senpi. Terakhir mereka merampok Jumat (6/4) di sebuah rumah di Jl Katapang No 6A Medan.Bahkan di antaranya mengakibatkan beberapa korban jiwa.Dalam pengembangan kasus, ditemukan Suherman and The Gangs setidaknya dilaporkan terlibat dalam 47 laporan polisi.Pengembangan ini melibatkan tim Jatanras, Brimob dan backup dari personel Densus 88.Sebagian besar di Medan, Deli Serdang, dan bahkan hingga ke Riau. Dalam peta kejahatan bersenjata api Indonesia, Jakarta masuk peringkat atas. Dua wilayah lain yang bisa menjadi contoh gawatnya aksi bandit berpistol adalah Medan dan Palembang. Nah, total kasus kejahatan dengan senjata api di Ibu Kota selama Januari hingga pertengahan Oktober mencapai 171 kasus. Yang terungkap tak sampai separuhnya, cuma 42 kasus.
34 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Setelah Suherman dan Marsidi tertembak mati, selama beberapa bulan, laporan perampokan bandit bersenjata di wilayah Sumut, mereda.Namun, setahun kemusian, Senin (22/9/2008) malam, kas Bank Mandiri di Jalan Syailendra Medan diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp1,2 miliar akibat perampokan bersenjata api (senpi), Jumlah diketahui berdasarkan sisa uang di kas Bank Mandiri Jalan Syailendra Medan setelah aksi perampokan itu, kata Kapoltabes Medan, AKBP Aton Suhartono kepada wartawan di Medan, Selasa. Menurut Aton, berdasarkan keterangan pegawai Bank Mandiri Jalan Syailendra Medan, transaksi di tempat itu berkisar Rp1,4 miliar sebelum perampokan itu terjadi. Kala itu, Budi sudah dimutasi menjadi Wakapolres Labuan Batu.Kabupaten ini berjarak sekiyar 7 jam perjalanan darat bus. Dan empat jam dengan kereta apiBaginya, promosi ke Labuan Batu ini jadi dilema keluarga. Istri dan dua anaknya, tetap ingin menetap di Medan. Alasannya, kenyamanan lokasi pendidikan“Tiap bulan terpaksa saya ngelaju ke Medan-Labuan Batu, sekitar 360 km.”Namun, dari penugasan ini, Budi banyak mendapat teman dan kenalan baru.Dia bertemu dengan teman seperantauan dari instansi lain, seperti bankir, kejaksaan, hakim di pengadilan, TNI, pegawai/karyawan bank dari Jawa. “Hingga saat ini, teman-teman itu masih tetap kontak, dan terjalin saat tugas di Jakarta, Semarang, dan Makassar.Masa tugas tujuh bulan di Labuan Batu, beralih mutasi ke jabatan non operasional lapangan.Akhir Maret 2009, Budi dimutasi menjadi Kepala Sub Bagian Mutasi Jabatan Bagian Pembinaan di Biro SDM Polda Sumut.Hampir setahun, Budi jadi pekerja administratif. Di sini, Budi banyak belajar dan memperdalam ilmu penyidikan dan lebih dekat keluarga.Di akhir tahun 2010, Budi dimutasi menjadi Pamen di Polda Jawa Tengah. Tugasnya di Semarang, kota kelahirannya. Tak lama berselang, kasus perampokan heboh pecah di Medan.Kantor Kas Bank CIMB Jalan AR. Hakim, Medan, dijarah 16 orang perampok bersenjata api pada 18 Agustus kemarin. Seorang polisi tewas dalam peristiwa ini. Para pelaku menggunakan senjata api AK 47, dan pistol. Aksi mereka selain terekam CCTV, juga dipotret oleh seseorang saat beraksi di luar bank.anggota Reserse Polda Sumatera Utara bekerja sama dengan Mabes Polri sudah menyusup ke dalam kelompok-kelompok kriminal yang ada di Sumatera. Termasuk Detasemen Khusus 88 Anti Teror.(*) LESSONS VALUE: 1. Saat bertugas, pelajari profiling dan karakter anak buah. 2. Meski tekanan tugas berat, tetaplah prioritaskan kesehatan dan kebugaran 3. Kala bertugas jauh dari keluarga carilah teman dan sahabat dekat. LINK SOURCE: 1. "Perampok Sisakan Rp200 Juta di Brankas", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2008/09/23/14390754/~Regional~Sumatera. 2. Polisi Tembak Mati Dua Perampok Bersenjata Api di Medan. https://m.antaranews.com/berita/58669/polisi-tembak-mati-dua-perampok-bersenjata-api-dimedan
35 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 3. "Perampok Bersenjata Api Tembak Mati Ayah dan Anak" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d728945/perampok-bersenjata-api-tembak-mati-ayah-dan-anak.
36 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 6.Perampok Toko Emas di Selatan Jawa & Tradisi Perang Lebaran di Pantura JABATAN: WADIRRESKRIMUM POLDA JATENG (2015), KAPOLRES PATI POLDA JATENG (2014), KAPOLRES BOYOLALI POLDA JATENG (2012), KASUBDIT 1 & 3 DITRESKRIMUM POLDA JATENG (2010) Presiden RI: Susilo Bambang Yudhoyono (Oktober 2009-Oktober 2014) Joko Widodo (Oktober 2014- Petahana) Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, (2008 - 2010) Jenderal (Pol) Timur Pradopo (2010-2013) Jenderal (Pol) Sutarman (2013-2015) Kapolda Jateng Irjen Pol Edward Aritonang (Agustus 2010 - Juli 2011) Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo (Juli 2011 - Juni 2013) Irjen Pol Dwi Priyatno (Juni 2013- Maret 2014) DIRESKRIMSUS (Komisaris Besar Polisi) Komisaris Besar Polisi Drs. Irawan Dahlan (2005-2007) DIRESKRIMUM ( (Komisaris Besar Polisi) Kombes Pol Didit Wijayardi (2010-2012) Kombes Pol Bambang Rudi (2012-2014) Hadiah Kapolres Termuda di Jawa ‘Datang’ Saat ke Tulang Bawang, Lampung USAI merampungkan pendidikan 8 bulan di sekolah staf dan pimpinan (sespim) di Lemdiklat Polri, Jakarta, AKBP Budi Haryanto, dapat amanah ke kampung halaman, Semarang.Bukan lagi di kantor, seperti kala setahun menjabat kepala sub bagian mutasi jabatan di biro SDM Polda Sumatera Utara, Budi dapat tugas operasional lapangan.Jabatan pertamanya di Polda Jateng, tahun 2010 hingga 2012 adalah kepala sub direktorat I dan 3 kriminal umum (krimum). Publik dan jurnalis mengenal jabatan di dirkrimum ini dengan “Tim Jatanras”; anti-kejahatan dengan kekerasan.Kasus kriminal skala provinsi dan memicu keresahan publik di Jawa Tengah, jadi prioritasnya.Tiga tahun sebelumnya, perampok bersenjata
37 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto api, seolah menyisir toko dan pedagang emas di jalur selatan Jawa Tengah di perbatasan Jawa Barat; Purbalingga, Purwokerta, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, hingga Purworejo yang berbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta.Meski judul ‘TR’ pulang kampung halaman, namun hampir setengah tahun, Budi kala itu lebih banyak menghabiskan waktu di gugus kabupaten berjarak 350-an km selatan Semarang, ibu kota provinsi.Usia AKBP Budi saat itu di awal periode matang, 37 tahun. Dua anaknya sudah berumur kelas besar SD dan jelang daftar SMP.“Saya ingat betul, itu menjelang ulang tahun ke-37.” ujar Budi mengenang momen perintah pemberantasan kawanan rampok 5 kg perhiasan emas di Purbalingga.Hampir semua media massa di Jawa Tengah, Jogya dan media online ‘bertiras’ nasional, menjadikan berita perampokan dua toko emas di jalur selatan Jawa. “Kawanan perampok berpistol menyatroni Toko Mas Adil dan Toko Mas Nur 2 di kompleks Pasar Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Selasa (20/3/2012) pukul 14.15 WIB. Sebanyak lima kilogram emas yakni dua kilogram emas dari Toko Mas Nur 2 dan tiga kilogram emas dari Toko Mas Adil dibawa kabur perampok yang berjumlah enam orang itu. ”Demikian salah satu potongan paragrap berita perampokan toko emas itu.Toko emas yang menjadi sasaran perampokan adalah toko emas Adil milik Muhammad Ali (40) warga Bukateja, Purbalingga dan toko emas Nur 2 milik Gatot (40) warga Sinduraja, Kecamatan Pengadegan. Lokasi dua toko emas ini saling berhadapan.Dalam analisa Budi, kawanan perampok ini berani, brutal namun sarat hitung-hitungan. “Bayangkan mereka merampok siang hari dan lokasi ramai, pasar. ”Enam perampok bersenjata api ini juga melukai korbannya serta menembakan pistol beberapa kali. “Artinya, mereka berpengalaman.”Budi dan tim lantas mengumpulkan fakta-fakta kejadian sebelumnya.Kamis 26 Juli 2012, Budi terbang ke Lampung.Ia bahkan membawa seorang bintara dari Polres Cilacap, Briptu Andik (23), untuk terbang ke Lampung.Perburuan gembok pencurian emas ini ternyata bersembunyi di kampung bantaran sungai Way Tulang Bawang. Tulang Bawang berjarak 78 km dari Bandar Lampung, ibu kota Lampung. Kampung salah satu otak pelaku tinggal di kampung yang berjarak 32 km dari kota Tulang Bawang. Rumahnya pas di pinggir sungai terpanjang (136 km) di Lampung. Budi, Andrik, dan lima bintara dari Polsek Tulang Bawang, jalan kaki. “Kalau naik mobil, kita bakal dicegat kawan dan jaringan,” ujar Budi.Perburuan di Tulang Bawang ini sekitar 3 hari, mulai Jumat hingga Minggu (29/7/2012)Mereka menumpang truk pengangkut sawit bertenda. Keheboan terjadi, karena Budi salah beri kode.Kepada anak buah yang di bak belakang, Budi memerintahkan “kalau mobil sudah berhenti kalian lompat.”Nah, di kilometer 21, ada kawanan sapi. Supir pun terpaksa berhenti. Dan, kontan saja, enam anggota pemburu dari Jatanras Polda Jateng, Polres Cilacap, Polda Lampung dan Polsek Tulang Bawang, loncat dalam posisi siaga. “Itu jadi hiburan kita, sebelum menangkap pelaku yang tengah tidur nyenyak di rumahnya.”Sebelumnya, di Jatenh dan Jogya, mereka mulai dari fakta lapangan. Jenis
38 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto senjata api laras pendek, ciri fisik, kendaraan bermotor, kode ‘H” SemarangNamun, bagi Budi, kode elat motor hanya ‘penyemaran sekaligus pengalihan perhatian penyidik. Kawanan perampok itu kabur ke arah Bukateja dengan sepeda motor Yamaha Jupiter, Honda Vario, Honda Supra, dan Honda Beat dengan membawa 5 kg emas, puluhan juta uang hasil rampokan mereka di dua toko. Berdasarkan catatan Antara, Toko Emas "Adil" pernah disatroni kawanan perampok bersenjata api pada 20 Maret 2012.Dalam peristiwa sebelumnya, kawanan perampok yang berjumlah enam orang itu membawa kabur 3 kilogram emas dari Toko Emas "Adil" dan 2 kilogram emas dari Toko Emas "Nur 2" yang berlokasi di kompleks Pasar Kejobong.Hampir sebulan lebih, Budi dan tim bekerja dengan tensi durasi 7/24.Karena wilayah jalur selatan tengah Jawa ini berbatasan dua provinsi, Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Budi senantiasa berkoordinasi dengan atasan langsung, direskrimum.“Kita harus tahu batas kewenangan dan otoritas kita.”Melalui direskrim dan kapolda inilah, Budi membuka jalur komunukasi dengan perwira operasional di dua polda bertetangga ini, termasuk ke Mabes Polri.Setelah sebulan, tepatnya Sabtu 28 April 2012, Budi dan tim menggulung sindikat perampok bersenjata api ini.Bersama tim gabungan dari reskrimum Polda DIY, Jawa Barat, dan Jateng, diumumkankan ke publik operasi ini secara terpisah.Tersangka Adi Suhendri dan Mistoyo ditangkap di Ciamis, Jawa Barat, sedangkan Turohan ditangkap di Banjarnegara, Jateng. Mereka merupakan bagian dari kelompok perampok Sumatera, Jateng, Jatim yang melakukan aksi di beberapa lokasi. Jumlah komplotan tersebut ada 11 orang.Hadiah Kapolres dari Jenderal Didiek Penggulungan sindikat perampok emas di perbatasan tiga provinsi di Jawa ini, lantas jadi tangga karier Budi.Hanya setahun jadi perwira menengah operasional di Direskrimum, 30 Juli 2012, Budi dipromosi jadi Kapolres Boyolali.Jabatan Kapolres itu mentereng dan jadi pembicaraan. Pasalnya, Budi menjadi kapolres kelas B dan tercatat paling muda. Dari Akpol 95, Budi perwira pertama yang ‘loncat” jabatan.Bahkan, seniornya Ferdi Sambo (Akpol 94) yang kala itu menjabat Kapolres Cilacap, sampai menelpon, menyelamati sambil mengorek perihal jabatan itu. Level polres Cilacap itu lebih rendah setingkat dibanding jabatan Kapolres di Boyolali. Tentang kenapa Budi, tetiba jadi Kapolres termuda ini punya cerita dan terkait kisah heroiknya memburu jaringan perampok emas bersenjata api hingga ke Tulang Bawang Lampung.Sebulan sebelumnya, “Saya ingat, itu hari Jumat, saya lagi olahraga dan dipanggil menghadap Kapolda (Irjen Pol Didiek Sutomo).”Budi sendiri kaget. Kenapa pangkat Kompol yang baru saja ditinggalkan tiba-tiba dipanggil menghadap jenderal bintang dua. ALasan pemanggilannya juga tak jelas. Pas tiba di mapolda, para PJU sudah siap ke masjid. “Sajadah sudah di pundak saya dipanggil menghadap kapolda Bersama direskrimum Kombes Pol Didit Wijadardi.”Kapolda tak mengenal Budi, yang kala itu clingak-clinguk dengan potongan ceking dan kulit hitam berkeringat.“Hi, kamu siapa.” Tanya Kapolda.“Siap, AKBP Budi Haryanto, kasubdit 3 Jatanras Direskrimum.” Budi memperkenalkan diri dengan sikap tegap.“Itu ada pencurian emas di Purbalingga, Jogya, Cilacap.Ungkap, tangkap. Kalau tidak kamu saya mutasi jauh,” ujar kapolda memberi atensi.Budi memberi alas an, jika butuh waktu untuk mengungkap jaringan dan pola komunikasinya.
39 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto “Pokoknya, secepatnya.” Ujar Kapolda sambil berlalu.Budi pun hari itu, bergegas ke Cilacap.Dan, penangkapan jaringan rampok emas di Tulang Bawang, Lampung pun terungkap.Nah, pekan itu juga bersamaan Kapolres Boyolali dicopot, karena ada perintah dari Mabes Polri di Jakarta.Di Mapolda Jateng, kapolda kasak-kusuk mencari pengganti. Dikumpulkan para PJU terkait.Di saat bersamaan, Budi yang masih di Lampung, baru melaporkan penangkapan pelaku perampokan emas di Tulang Bawang ke atasannya di Direskrimum Kombes Pol Didit Wijanardi melalui sambungan telepon di Semarang.Beberapa nama diusulkan. Namun, setelah ditracking kapolda, kabarnya tak sregg.“Hi, Didit siapa nama jatanras yang menghadap saya Jumat kemarin. Coba itu saja, di Boyolali, kasi dia hadiah. ” Ujar Budi, menirukan perkataan Kapolda yang disitir dari Wakapolda Jateng.Budi sendiri mengetahui “hadiah kapolres” itu sebab beberapa jam sebelum pelantikan dia dipanggil menghadap wakapolda di ruangannya.Saat itu, pula Kapolda memerintahkan biro SDM untuk menyiapkan skep penetapan Budi sebagai Kapolda.Sementara Budi masih di Lampung, dan dalam perjalanan udara ke Semarang, via Jakarta.“Pokoknya, kau menghadap saat pesawat mendarat di Semarang,” ujar perwira senior dari Biro SDM.Budi kala itu penasaran, kenapa dia dipanggil menghadap.Dia lantas, mengingat sepekan sebelum terbang ke Lampung, dia ada insiden pemukulan ke seorang oknum perwira senior TNI. “Saya khawatir, pemanggilan saya pulang cepat karena kasus itu.”Sesampai di Bandara Jenderal Ahmad Yani, hari Minggu Budi langsung melapor.Keesokan harinya, karena Budi sudah bergegas ke Mapolda. Dia mengenakan pakaian non-dinas.Di perjalanan, Wakapolda Jateng menelpon memintanya menghadap dengan pakaian seragam resmi.Budi pun balik ke rumahnya di Wologito. Karena sudah tahunan tak pakai seragam, pakai PDH resminya sudah tak karuan. “Kancingnya ada yang lepas, karena sudah lama tak pakaian dinas.”Dia juga, masih bertanya-tanya kenapa dia dipanggil menghadap dengan seragam dinas. Sebelum ke ruangan Kapolda, dia mampir di ruangan samping, Wakapolda. Di ruangan itu, jenderal bintang satu itu pun mengisahkan alas an kenapa dia akan dilantik jadi Kapolres Boyolali.Budi pun dilantik sendiri di ruangan Kapolda sebagai kapolres termuda di Jateng.Karena kasus perampokan emas belum tuntas, dia juga masih bolak-balik Boyolali ke Semarang yang hanya berjarak sekitar 60 km arah Solo. Di kabupaten perbatasan Solo, Salatiga dan Semarang inilah, Budi dapat cobaan karier.Dia dituduh oleh seorang guru besar di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, menerima suap. Namun, karena yakin tak bersalah atas tuduhan sepihak itu, Budi melaporkan si profesor ke mapolda Jateng.Kasus ini heboh. Inilah kali pertama, seorang perwira menengah polisi melaporkan guru besar kampus ternama di Jateng.Boyolali jadi kawah candra dimuka Budi mengasah leadership.Dia sadar, memimpin tak hanya memberi contoh, namun juga harus punya dasar pengetahuan. Di sela-sela tugas teritorial di kabupaten berjarak 80 km dari Semarang ini, Budi memutuskan melanjutkan kuliah magister hukum di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.“Dituduh menerima suap itu, seperti titik balik karier saya, sekaligus menyemangati saya untuk kuliah lagi,.”Dua tahun di Boyolali, Budi lalu dipromosi jadi Kapolres Pati.Di kabupaten berjarak 86 km utara Semarang ini, rangkaian pengalaman
40 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto operasi di Makassar, Aceh, Medan dan selatan Jawa, dan bangku kuliah mulai diakumulasi dengan kebijaksanaan.Budi tak lagi melihat hukum sebagai efek jera semata. Budi mulai melihat penegakan hukum, sebagai satu kesatuan dengan pemerintahan, dan instansi terkait. “Memimpin itu adalah menginspirasi anak buah, dan meyakinkan orang sekitar,”Nilai inilah yang digunakan Budi saat menangani kasus ‘tradisi” perang antarkampung di jalur Pantura saban masa Mudik Lebaran.Tradisi, sebab perang ini sudah hampir dua dekade. Saban, mudik Lebaran, para perantau asal Pati dari Sumatera, Jakarta, Kalimantan, balik kampung, dendam Lebaran-lebaran tahun sebelumnya, terlampiaskan. Budi pun mulai terjun ke lapangan. Berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten, Kodim, dan tetua kampung. Baginya, perkelahian antarkampung memang kerap menyisakan derita dan keresahan. Terutama bagi warga y`ang tak tahu-menahu mengenai pangkal keributan. Kondisi mengenaskan ini terlihat jelas di Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dua tahun sebelumnya, tahun 2010 misalnya, Puluhan warga mengalami luka tembak senapan angin, bom molotov dan luka bakar dalam tawuran antara warga Desa Wotan dengan Dukuh Bombong, Baturejo, Kecamatan Sukolilo.Perang ini biasanya pecah di akhir Ramadan, dan puncaknya, malam takbiran.Budi melihat, himbauan dari polisi tak menyelesaikan masalah.Dia pun berkoordinasi dan intens komunikasi dengan Bupati Pati Haryanto.Dia menyarankan, Pemkab mengeluarkan larangan takbir keliling. “Kita usul, takbiran hanya di masjidmasjid kamoung. Sekaligus, warga siaga dan mudah kita identifikasi.Usulan Budi, disambut dengan peraturan dan imbauan bupati.“Alhamdulillah, dua lebaran nyaris takada lagi perang.”Kebijakan Budi ini pun dilanjutkan, penggantinya., AKBP. Setijo Nugroho Hasto HP SIK (2014-2016). (*) LESSONS VALUE: 1. Sebagai perwira menengah muda, saat bertugas di lapangan, harus tahu batas keweanangan. Apalagi saat bertugas di daerah perbatasan. 2. Pengalaman tak cukup untuk menyelesaikan masalah. Wawasan dan ilmu pengetahuan, akan menguatkan keyakinan kita menghadapi masalah berat. 3. Kepemimpinan itu bisa dipelajari bukan dari garis jabatan dan keturunan. Untuk memerintah anak buah, tak cukup dengan kata, melainkan dengan teladan dan kebijaksanaan. 4. Masalah kantimbas tak bisa diselesaikan oleh polisi semata. Butuh koordinasi dan bantuan dari pemerintah daerah, instansi lain seperti TNI, dan terjun ke masyarakat. LINK SOURCES: • https://jateng.antaranews.com/berita/103241/kawanan-perampok-toko-emas-di-purbalingga-dikejar • "Perampok Bersenpi Gasak 6 Kg Emas di Purbalingga" https://news.detik.com/berita/d1872779/perampok-bersenpi-gasak-6-kg-emas-di-purbalingga. • Bandit Bersenjata Kuras Dua Toko Emas di Purbalingga, https://jogja.tribunnews.com/2012/03/20/bandit-bersenjata-kuras-dua-toko-emas-dipurbalingga.
41 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto • "Tawuran Antar desa, Puluhan Warga Luka", https://nasional.kompas.com/read/2010/09/18/20243794/~Regional~Jawa. • https://www.polrestapati.com/en/user/34 • "Perampok Gunungkidul-Purbalingga satu komplotan”. https://daerah.sindonews.com/berita/623589/7/perampok-gunungkidul-purbalingga-satu-komplotan
42 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Sindikat Preman Berkedok Padepkan Silat dan Konflik Ormas Politik JABATAN: DIRRESKRIMSUS POLDA JATENG Presiden RI: Joko Widodo (Oktober 2014- Petahana) Kapolri Jenderal (pol) Prof. Drs. H. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. (2016-2019) Komjen Pol Drs. Ari Dono Sukmanto, S.H. (23 Oktober - 1 Nov 2019) Jenderal Pol Drs. Idham Azis, M.Si (Nov 2019 - 27 Januari 2021) Kapolda Jateng Irjen Pol Noer Ali (2014 - Maret 2016) Irjen Pol Condro Kirono (14 April 2016 – 26 April 2019) Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel (2019 - 1 Mei 2020) DIRESKRIMSUS (Komisaris Besar Polisi) Komisaris Besar Polisi Ahmad Lutfhi DIRESKRIMUM ( (Komisaris Besar Polisi) Kombes Pol Purwadi Haryanto Mediator Konflik Lindu Aji dan Ormas Partai Politik dan Jenazah COVID-19 KRIMINAL jalanan kerap diidentifikasi sebagai satu ciri efek sosial dari tengah bertumbuhnya ekonomi satu daerah. Di paruh tengah dekade 2010, BPS Jawa Tengah mencatat, tahun 2015 hingga 2018, ekonomi Jawa Tengah, tumbuh hampir 2 persen dari 5,1 % menjadi 5,5 %.Sumbu ekonomi pusat Jawa ini, digerakkan dengan kontribusi tertinggi di wilayah keresidenan; Kota Semarang, Cilacap (Banyumas), Kudus (Pati) dan Surakarta. Nah, di empat gugus wilayah inipula angka kriminal jalanan menonjol.Bentrok antarkampung, perebutan lahan parkir, pencurian dengan kekerasan, penggandaan
43 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto uang bermotif dukun palsu, perkelahian kelompok, hingga konflik ormas pemuda, pun meningkat.Dengan tingkat kepadatan penduduk urban, perluasan wilayah investasi, dan pembangunan infratruktur utama (jalan tol Jawa), skala kriminal kerap beririsan dengan eskalasi konflik berbau politik lokal (pilkada) dan nasional. Fenomena sosial, ekonomi, politik dan budaya itulah menjadi tantangan penegakan hukum dan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas) bagi Polri.Di periode inilah, Budi mendapat amanat teritorial sebagai kapolres di dua kabupaten (Pati dan Boyolali), wakil direktur reserse dan kriminal umum (wadireskrimum), pejabat sementara direskrimum Polda Jateng.“Di Semarang dan sekitarnya, kasus penipuan bermotif dukun palsu marak di Semarang, Pati, perampokan bersenjata di selatan, dan kriminal jalanan marak di Solo. ”Penggulungan jaringan dukun palsu ini misalnya, di Genuk, Semarang.Dua pelaku Aris Ardhianto (45), warga Kampung Ngablak Indah RT 5 RW IV, Kelurahan Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk, Kota Semarang dan Eko Wiyanto (38) warga jalan Dewi Sartika, Sampangan, Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, ditangkap bersama barang bukti; kembang setaman yang sudah mengiring, tiga buah boneka jenglot, minyak wangi misik, rantai babi dan pusaka berupa keris nogopetolo. Sang dukun meminta mahar dari para korban mulai Rp 50 juta hingga Rp 70 juta. Dari mahar itulah itu korban dijanjigandakan jadi Rp 1 miliar.Modus awal menguras korban misalnya, harga boneka jinglot dijual Rp 200 ribu. Wewangian Rp150 ribu.Padahal itu hanya barang bekas yang diberi rambut ijuk, namun diyakini sebagai Bathara kolo dan kemenyan pasar.Agar, kasus ini tak terulang dan jadi pelajaran ke masyakat, aparat bukan hanya menerapkan pasal efek jera KUHP penipuan, Pasal 378, atau ancamana pidana maksimal 5 tahun. “Kita melibatkan pendekatan harkantimbas dengan memenfaatkan babinkantibmas dan tokoh masyarakat.”Tantangan tugas tak kalah menantang adalah konflik ormas Lindu Aji dengan ormas Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK), dalam periode 2017 hingga 2019.Salah satu pemantik konflik ormas ini adalah penganiayaan warga perguruan silat PSHT, Robet Setianto (23) di arena Halal Bihalal Lindu Aji di Gunung Kemukus, Pendem, Sumberlawang, Sragen, Sabtu (7/7/2018) dinihari. Konflik ini memicu konflik parsial di daerah berbeda di Temanggung. Dengan skala ormas yang menyebar di sejumlah daerah kunci di Jawa Tengah, Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel pun turun tangan jadi mediator.Budi yang kala itu menjabat direskrimum, ikut dalam rombongan kapolda bersama Dirintelkam Polda Jateng Kombes Pol Yuda Gustawan, Dirsamapta Polda Jateng Kombes Pol Heri Purnomo, Dansatbrimob Kombes Pol Tory Kristianto, Kabidhumas Polda Jateng Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna dan Kabidropam Kombes Mukiya.Tokoh dari GPK Farid Ibrahim (Gerakan Pemuda Ka’bah) dan Ahmad Romadlon (Lindu Aji) ini didamaikan di Mapolres Temanggung. Namun, tambah Budi, jalan menuju meja perdamaian ini lebih seru, tidak menggunakan penegakan hukum formil, namun dengan pendekatan harkantibmas.“Bersama PJU Polda, kami bergerilya, sowan ke tokoh masyakarat, termasuk pimpinan parpol.”Sekadar diketahui, GPK adalah sayap ormas Partai
44 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Persatuan Pembangunan (PPP) dan dari Lindu Aji juga banyak berafiliasi personal ke parpol lain. Lain lubuk, lain ikannya. Di Keresiden Solo (Boyolali, Sukoharjo, Surakarta hingga Kartasuro, aksi premanisme jalanan berkedok perguruan silat, juga marak.Kelompok preman ini meligitimasi diri dengan perguruan silat di wilayah urban.Namun, sasaran utamanya adalah perebutan lahan ekonomi urban, dan dendam antar ormas."Perkiraan ada sekitar 50 pelaku, ini yang tertangkap baru 11," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Polisi Budi Haryanto, dalam jumpa pers di Mapolda Jateng, Senin (4/11/2020).Di periode 2019 hingga 2000 Polda Jawa Tengah, , menerima sekitar 57 laporan tindak pidana penganiayaan dari berbagai wilayah di provinsi ini.ling banyak dari wilayah Solo dan sekitarnya," katanya.Para preman ini, kata dia, merupakan kumpulan sejumlah orang yang membentuk kelompok dan menjadi brutal."Mereka penggunakan grup Whatsapp untuk berkoordinasi," katanya. Di Pacitan misalnya, 3 korban pengeroyokan dari kelompok pemuda dengan baju berlambang perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Ini ternyata bentrok antar kelompok silat.Dari 50 pelaku yang teridentifikasi selain dari PSHT berkonflik dengan perguruan silat Persaudaraan Setia Hati (PSH) Winongo.Kelompok perguruan silat PSHT dan PSH Winongo, ini juga marak kelompok lain dengan nama Laskar.Bahkan teridentifikasi, beberapa kelompok aliran silat ini, berafiliasi ke salah satu sayap ormas partai politik. Sebelumnya, bentrok antara PSHT dan PSH Winongo juga terjadi di Wonogiri, 8 Mei lalu. Bahkan, dalam kerusuhan itu mantan Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Kompol Aditia Mulya Ramadhani, menjadi korban. Aditia mengalami luka di bagian kepala hingga tak sadarkan diri dan harus menjalani perawatan intensif hingga Singapura.“Saking sadisnya, kasat reskrim di Wonogiri itu belum sadar hingga sekarang. Dan seluruh, kasar reskroim se-Indonesia banyun solidaritas dengan saweran biaya pengobatan dan pemilihan,” ujar Budi.Lagi-lagi penerapan hukum tidaklah cukup. Selain penerapan Pasal 170 atau Pasal 351 tentang penaniayaan dengan ancaman lima tahun penjara. Aparat juga kenakan Pasal 335 atau 363 KUHP, ancamannya 5 tahun 6 bulan penjara. Dan terakhir, Pasal 1251 UU Darurat ancamannya 10 tahun penjara,”Itupun tak cukup.Sebab agar ini tak berulang, kita keliling ormas, padepokan silat resmi, pesantren, untuk mengumpulkan pimpinan ormas dan mengingatkan mereka, bahwa di negara ini tidak ada hukum rimba. Selain tangkaian kasus criminal umum dan khusus, di periode ini Budi juga menangani kasus penolakan warga atas pemakaman jenazah COVID-19 di TPU Sewakul, Ungaran Barat, Semarang.Saat itu, baru awal COVID-19 dan Sigit P Lestiyanto baru menjabat Kabareskrim di Mabes Polri. Budi pun ditelepon Kabareskrim untuk memberi atensi atas kasus ini. “Di sana ada warga tolak janazah COVID-19. Tolong ditangani professional, jangan sampai berkembang ke daerah lain.”Saat itu, Budi pun memberlakukan UU No 14 No 4 Tentang Kesehatan dan Penyebaran Virus serta KUHP Pasal 212 tentang Penghalangan Tugas aparat negara.(‘)
45 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto LESSONS VALUE: 1. Dalam kapasitas pemimpin unit kerja, penting melihat akar persoalan atau kasus dari sejumlah aspek, termasuk ekonomi, sosial, politik dan budaya. 2. Pendekatan penegakan hukum dan efek jera KUHP dipakai jika mulai meresahkan dan ada korban jiwa dan pendekatakan pemeliharaan kantimbas 3. Insiatif menggalang solidaritas untuk korban di internal institusi untuk membangun soliditas LINK SOURCE • https://m.antaranews.com/amp/berita/1145892/polda-tangkap-belasan-preman-di-wilayahsolo • https://soloraya.solopos.com/polda-jateng-tangani-57-kasus-penganiayaan-ormas-di-2019- terbanyak-dari-soloraya-1028994/amp • https://radarsemarang.jawapos.com/temanggung/amp/721363229/gerakan-pemuda-kabahvs-lindu-aji-tujuh-orang-terluka • https://news.okezone.com/amp/2019/05/09/512/2053684/jadi-korban-perseteruanperguruan-pencak-silat-kasatreskrim-polres-wonogiri-masih-kritis • https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5362876/nasib-9-pelaku-penganiayaan-brutaleks-kasat-reskrim-wonogiri • https://aceh.tribunnews.com/2021/02/04/kisah-kompol-aditya-mulya-hampir-2-tahunterbaring-dikeroyok-saat-bertugas-alami-kerusakan-otak
46 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto 8. Bisnis Tukar Uang di Balik Keraton Agung Sejagat JABATAN: DIRRESKRIMSUS POLDA JATENG Presiden RI: Joko Widodo (Oktober 2014- Petahana) Kapolri Jenderal Pol Drs. Idham Azis, M.Si (Nov 2019 - 27 Januari 2021) Kapolda Jateng Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel (2019 - 1 Mei 2020) Negara Fiktif di Purworejo Meronrong Kedaulatan Negara UNDANG-Undang Nomor 1 Tahun 1946 adalah salah satu produk hukum formil pertama yang diberlakukan negara Republik Indonesia.UU ini ada sebelum pemberlakuan UU “Darurat Sipil” No 1 Tahun 1951, sebab resmi diundangkan enam bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan, 26 Februari 1946 oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat pimpinan pemerintahan Soekarno-Hatta.Satu (pasal 15) dari total 17 pasalnya adalah ancaman hukuman 10 tahun penjara bagi pihak yang menyebarkan kabar bohong dan menimbulkan keonaran. Pasal ini adalah salah satu instrumen negara untuk menjaga ketentraman publik.Setelah reformasi, UU ini amat jarang dijadikan rujukan dalam penegakan hukum. Oleh aktivis dan penegakan hukum, UU ini kerap jadi kontroversi.Alasannya, pasal ini sulit dibuktikan secara materiil. Pada KUHP baru kemudian diganti dengan terminologi kerusuhan yang lebih melihat kepada dampak, daripada menghukum perbuatan seseorang.Pun digunakan oleh aparat kepolisian, biasa dimentahkan dengan sebutan “pasal karet.” Ini dinilai akan membungkam oposan dan pengeritik negara.Namun, saat Budi menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum_ Polda Jawa Tengah (2019 - 2020), pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 ini, diberlakukan untuk kasus Kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo.
47 Dari OPERASI BERSENJATA menuju POLISI HUMANIS Budi Haryanto Untuk unsur kriminalnya, tim penyidik menjerat dua Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat dengan Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Keduanya tersangka.“Setelah kita selidiki, ternyata modus keraton ini adalah penukaran uang. Motif penipuan.” kata Budi yang kala itu baru menyelesaikan amanat sebagai Kepala Bagian Kurikulum dan Bahan Ajar dan Latihan Biro Kurikulum di Lembaga Pendidikan dan Latihan (lemdiklat) Polri.Penerapan ini juga nyaris tanpa kontroversi.Selain itu, momentum penerapan pasal ini pun bersama dengan mulai mewabahnya pandemi Corona Virus Disease (COVID) 19 di dunia.Memang kemunculan Keraton Agung Sejagat beberapa waktu silam menghebohkan. Dua warga Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Purworejo ini, Toto Santoso mengklaim dirinya Sinuhun dan Fanni Aminadia, istrinya bergelar ratu Keraton Agung Sejagat. Mereka mengklaim sebagai penerus kemaharajaan Nusantara, Majapahit, yang muncul setelah perjanjian 500 tahun dengan Portugis berakhir.Polisi akhirnya menguak motif penipuan di balik beragam aktivitas Keraton Agung Sejagat. Dari pemeriksaan polisi, Toto mengaku menerima wangsit dari leluhur dan Raja Sanjaya keturunan raja Mataram untuk meneruskan pendirian Kerajaan Mataram di Kecamatan Bayan, Purworejo. Hingga pemeriksaan, diketahui jumlah pengikut KAS mencapai 450.000 orang. Tak hanya di Purworejo, pengikut tersebar di sejumlah daerah seperti Klaten dan Sumatera. Para pengikut diiming-imingi jabatan 'menteri' namun harus menyetor iuran dalam jumlah beragam, hingga ratusan juta rupiah. Ia pun meyakinkan pengikut, jika ingin bernasib lebih baik maka harus bergabung dengan Keraton "Berbekal penyebaran keyakinan dan paham apabila bergabung dengan kerajaan akan bebas dari malapetaka dan perubahan nasib ke arah yang lebih baik," ujar Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel di Mapolda Jateng. Keraton ini menjadi isu ‘ronrongan ke negara”. Pasalnya beberapa tahun sebelunya, muncul kelompok kerajaan dan organisasi serupa: Tahun 2014 hingga 2016 misalnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa sesat bagi organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).Gafatar dinilai mencampuradukkan atau sinkretisme (ajaran) tiga agama, yakni Islam, Kristen dan Yahudi. Kelompok spiritualis ini memutuskan meninggalkan kampung dan eksodus ke sebuah kampung baru Kalimantan.Pengikutnya wajib mengucapkan syahadat dengan mengakui Ahmad Musaddeq sebagai nabi menurut versi Millah Abraham. Bikin syahadat sendiri," kata Kasubdit I Keamanan Negara Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri AKBP Satria Adhy Permana..Gafatar dibubarkan 3 Agustus 2015 melalui kongres luar biasa. Saat dibubarkan anggota Gafatar mencapai 50 ribu. Tiga mantan petinggi Gafatar dijatuhi hukuman penjara lantaran dinilai menodai agama. Terhadap Mahful Muis Tumanurung dan Ahmad Mussadeq alias Abdus Salam, Majelis memvonis lima tahun penjara. Sementara Andri Cahya divonis 3 tahun penjara. Setelah itu, 2017 hingga 2018 muncul kerajaan Ubur-ubur di Serang, Banten. Kerajaan ini didirikan oleh sepasang suami istri berinisial AS dan RC. Pasangan tersebut mengaku mendapat wangsit untuk mendirikan kerajaan dan membuka kunci kekayaan dunia. "Ubur-Ubur ini pembuka pintu gaib ditunjuk oleh pembuka pintu kekayaan dunia," ungkap Kapolresta Serang AKBP Komarudin seperti dilansir dari Tribun Jakarta, Rabu (15/8/2018). Sang istri, AS mengaku dirinya adalah ratu kidul. Oleh MUI Kota Serang,