PROGRAM STUDI PENDIDIKAN 2017
BIOLOGI
Pola-Pola Hereditas Pautan dan Pindah
Silang
BAHAN AJAR BIOLOGI
UNTUK SMA/MA KELAS
XII SEMESTER GANJIL
NADIA IKRIMAH
1/1/2017
0 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Pengembangan Bahan Ajar yang berjudul Pola-pola Hereditas Pautan dan
Pindah Silang. Dalam penyusunan bahan ajar ini, penyusun mendapat banyak
bantuan dan dorongan dari berbagi pihak, untuk itu tidak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya.
2. Dr. H. Aminuddin Prahatama Putra, M. Pd, Amalia Rezeki, S.Pd, M. Pd,
Maulana Khalid Riefani, S. Si, M. Sc dan Nurul Hidayati Utami, S. Pd,
M. Pd selaku dosen pembimbing dalam matakuliah Perencanaan
Pengajaran Pendidikan Biologi (AKPC 2508)
3. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan setiap langkah
kami.
4. Rekan-rekanmahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tugas portofolio ini.
Bahan ajar ini disajikan secara sistematis dan disertai dengan
gambar-gambar yang menarik dan relevan, sehingga mempermudah siswa
untuk mempelajarinya. Tiada gading yang tak retak, demikian pula
dengan bahan ajar ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi kesempurnaan
bahan ajar ini.
Banjarmasin, November 2017
Nadia ikrimah
i | Pautan dan Pindah Silang (Nadia Ikrimah)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................ii
IDENTITAS......................................................................................................................................... 1
KOMPETENSI INTI .......................................................................................................................... 1
KOMPETENSI DASAR....................................................................................................................... 2
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK) ...................................................................... 3
PETUNJUK BELAJAR........................................................................................................................ 4
PETA KONSEP ..................................................................................................................................... 5
INFO TOKOH ...................................................................................................................................... 6
INFO KEAGAMAAN........................................................................................................................... 7
PAPARAN MATERI............................................................................................................................. 8
A. Determinasi Seks .................................................................................................................... 8
B. Pautan................................................................................................................................... 10
C. Pindah silang/Crossing over ............................................................................................ 14
D. Gagal Berpisah (Non Disjunction).................................................................................. 20
E. Gen Lethal........................................................................................................................... 23
f. Perbedaan Pautan Dan Pindah Silang ................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 32
ii | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
IDENTITAS
Satuan Pendidikan : SMA NEGRI XX Banjarmasin
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : XI/ Ganjil
Materi Pokok : Pola-pola Hereditas Pautan dan Pindah Silang
Alokasi Waktu : 3 minggu X 4 JP (12/2 = 6 Pertemuan)
KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, tolera3n, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
1 | Pautan dan Pindah Silang (Nadia Ikrimah)
KOMPETENSI DASAR
1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan
tentang struktur dan fungsi DNA, gen dan kromosom dalam
pembentukan dan pewarisan sifat serta pengaturan proses pada
makhluk hidup.
1.2. Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan
mengamati bioproses
1.3. Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup,
menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi
pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1. Berprilaku ilmiah, teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta,
disiplin, tanggung jawab dan peduli dalam observasi dan
eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan
dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium
2.2. Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan
menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan
pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan
sekitar.
3.6. Memahami pola-pola hereditas pautan dan pindah silang (C2)
4.6 Mengevaluasi pola-pola hereditas pautan dan pindah silang
2 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)
1.1.1. Menjelaskan isi kandungan Alquran atau kitab agama yang dianutnya
berkaitan dengan Pautan dan Pindah Silang (QS. Al-mu’minun ayat 12-
13)
2.1.1 Menunjukan perilaku teliti, jujur, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi pada saat diskusi
kelompok tentang pautan dan pindah silang.
3.6.1. Menjelaskan peristiwa tautan, pindah silang gagal berpisah dan
gen lethal (C2)
3.6.2. Membedakan antara pautan, pindah silang, gagal berpisah dan
gen lethal (C2)
3.6.3. Menerangkan diagram pautan dan pindah silang (C2)
3.6.4. Menjelaskan mekanisme gagal berpisah (C2)
3.6.5.Ujian
3.6.6. Remedial
4.6.1. Membuat Poster tentang peristiwa tautan, pindah silang gagal
berpisah dan gen lethal
4.6.2. Membuat peta konsep tentang tautan, pindah silang, gagal
berpisah dan gen lethal (C6)
4.6.3. Membuat diagram (C6)
4.6.4. Membuat laporan mekanisme gagal berpisah dan gen letal
3 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah bahan ajar dengan cermat dan teliti
2. Pahami tujuan anda dalam mempelajari modul, sasaran
yang diharapkan, tingkat penguasaan yang diharapkan
serta waktu yang ditargetkan.
3. Ikuti dan kerjakanlah setiap langkah kerja dan jawablah
soal-soal yang ada.
4. Jika ada hal yang kurang dipahami, tanyakanlah pada guru.
4 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
PETA KONSEP
POLA-POLA HEREDITAD PAUTAN DAN
PINDAH SILANG
TAUTAN GEN LETHAL
PINDAH SILANG GAGAL BERPISAH
1. Autosomal
2. seks
5 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
INFO TOKOH
Sumber : https://www.dnalc.org/view/16270-Gallery-10-Thomas-Hunt-Morgan-at-Columbia-1920.html
Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen terletak
di kromosom. Tergantung pada pengetahuan ini Morgan dan murid-muridnya
mulai peta kromosom pertama dari lalat buah '' Drosophila''.
Thomas Hunt Morgan (September 25, 1866 - 4 Desember 1945)
adalah seorang Amerika evolusi biologi, genetika dan embriologi dan ilmu
penulis yang memenangkan Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran
pada tahun 1933 untuk penemuan mengelusidasi peran yang kromosom
bermain di keturunan.
Morgan menerima gelar PhD dari Universitas Johns Hopkins di
zoologi pada tahun 1890 dan diteliti embriologi selama masa jabatannya di
Bryn Mawr. Setelah penemuan kembali pewarisan Mendel pada tahun 1900,
penelitian Morgan pindah ke studi mutasi pada lalat buah Drosophila
melanogaster. Dalam kamar Fly terkenal di Columbia University, Morgan
menunjukkan bahwa gen dilakukan pada kromosom dan merupakan dasar
mekanik hereditas. Penemuan ini menjadi dasar dari ilmu genetika modern.
6 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
INFO KEAGAMAAN
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12)
"Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13)
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik."(Q.S. Al- mu'minun : 14)
7 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
PAPARAN MATERI
A. Determinasi Seks
Prinsip pewarisan sifat yang diajukan Mendel berlaku bagi
banyak ciri dan sifat yang diturunkan. Akan tetapi, pola
pewarisan sifat yang ada di alam lebih beraneka ragam. Di
antaranya penentuan (determinasi) jenis kelamin dan gen
pautan seks.
Deteminasi seks, seperti halnya penentuan ciri khas lain dari makhluk
hidup, diturunkan dari induk kepada turunannya. Mekanisme penentuan jenis
kelamin ini melalui mekanisme yang sama dengan penentuan ciri lain.
Penentuan jenis kelamin satu individu bergantung pada kromosom seks.
Penentuan ini dilakukan semenjak pembentukan gamet dan proses fertilisasi.
Berdasarkan tipe kromosom dan makhluk hidup yang memilikinya, determinasi
seks dapat dibedakan atas tipe XY, Z , XO, dan ZO.
1.Tipe XY
Determinasi seks berdasarkan kromosom tipe XY ini berlaku pada manusia,
sebagian hewan, dan tumbuhan. Pada betina, memiliki jenis kromosom seks XX,
sedangkan jantan memiliki jenis kromosom seks XY. Kromosom dalam sel tubuh,
misalnya pada lalat Drosophila, berada dalam keadaan berpasangan dengan
kromosom homolognya. Pada lalat Drosophila betina, terdapat 8 buah kromosom
dalam empat pasangan. Akan tetapi, pada lalat jantan, terdapat enam buah
kromosom dalam tiga pasang kromosom sama, tetapi masih terdapat dua
kromosom yang tidak mirip. Kedua kromosom ini, yaitu kromosom X dan
Y.Kromosom X dan Y diberikan dari satu sel ke sel keturunannya seperti
kromosom lain, kecuali saat proses meiosis. Sel tubuh betina memiliki sepasang
kromosom X sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, semua sel gamet
betina memiliki kromosom X. Sel tubuh jantan memiliki kromosom X dan Y
sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, terdapat gamet dengan
kromosom X dan gamet dengan kromosom Y.
8 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
Melalui fertilisasi, gamet jantan melebur dengan gamet betina menghasilkan
individu XX (betina) dan XY (jantan) dengan perbandingan fenotipe 1:1. Oleh
karena itu, kemungkinan didapat individu jantan adalah 50% dan betina 50%.
Mekanisme kromosom X dan Y juga terjadi pada manusia dan menghasilkan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan kemungkinan yang sama. Apa
yang terjadi pada gen-gen yang terdapat di kromosom X atau Y? Jawaban ini
kali pertama ditemukan oleh Thomas Hunt Morgan, bahwa pewarisan sifat
dapat berpautan dengan jenis kelamin.
2. Tipe ZO
Penentuan jenis kelamin berdasarkan tipe ini berlaku pada beberapa unggas,
kupu-kupu, reptil, dan beberapa jenis ikan. Penentuan jenis kelamin tipe ini
kebalikan dengan tipe XY. Jika manusia laki-laki XY dan perempuan XX, pada
tipe ini terjadi kebalikannya. Untuk menghindari kekeliruan, maka dipakai
lambang ZZ untuk jantan dan Z untuk betina.
3. Tipe XO
Pada tipe ini, kromosom seks atau gonosom yang dimiliki jantan hanya X saja
(XO), sedangkan betina XX. Penentuan jenis kelamin tipe ini berlaku pada
beberapa jenis serangga, seperti kutu, belalang, serta anggota Orthoptera
dan Heteroptera lain.
4. Tipe Ploidi
Penentuan jenis kelamin tipe ini tidak ditentukan oleh kromosom kelamin,
tetapi ditentukan oleh jumlah set kromosom yang dimiliki. Pada lebah, betina
memiliki jumlah kromosom diploid (2n) hasil fertilisasi. Adapun lebah jantan
merupakan individu haploid (n) yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi
individu utuh meskipun tidak dibuahi. Proses ini disebut juga partenogenesis.
9 | Pautan dan Pindah Silang(Nadia Ikrimah)
B. Pautan
Pautan adalah peristiwa dua gen
atau lebih yang terletak pada
kromosom yang sama dan tidak
dapat memisah secara bebas pada
waktu pembelahan meiosis. Tautan
sering terjadi antara gen-gen yang
berbeda, tetapi letaknya
berdekatan.
Pautan dibedakan menjadi dua :
Pautan pada autosomal dan pautan Gambar 1. Pautan
pada kromosom seks.
Salah satu contoh pautan terjadi pada penelitian oleh illiam Bateson
dan R.C. Punnet sekitar 1905. Mereka mengembangkan tanaman ercis galur
murni yang mengandung gen P untuk warna bunga ungu yang dominan
terhadap gen P untuk warna bunga merah. Tanaman tersebut juga
mengandung gen L untuk polen lonjong yang dominan terhadap gen l untuk
polen bulat.
Pertama, mereka menyilangkan tanaman dengan alel homozigot.
Hasilnya, semua generasi F1 menghasilkan tanaman bunga ungu dengan polen
lonjong (PpLl) seperti yang telah diduga sebelumnya. Ketika sesama F1
disilangkan, perbandingan fenotipe yang tidak biasa dihasilkan. Perhatikan
diagram berikut
Berdasarkan persilangan tersebut, terlihat bahwa terdapat pautan
antara gen P dengan L dan p dengan l. Oleh karena itu, meskipun genotipe
F1 adalah PpLl, gamet yang dihasilkan tetap bergenotipe PL dan pl. Hal ini
menghasilkan generasi F2 dengan perbandingan 3:1 (bunga ungu, polen
lonjong : bunga merah, polen bulat)
10 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Gambar 2. Contoh Diagram Pautan Gen
1. Pautan autosomal/pautan gen
Menurut Morgan Pautan autosomal/pautan gen adalah gen–gen
yang terletak pada kromosom yang sama tidak dapat bersegrasi secara
bebas dan cenderung diturunkan bersama. Misalnya : persilangan pada
lalat buah. Abu abu sayap normal dengan lalat buah hitam sayap
vestigial, bila gen BV, dan bv terletak pada kromosom yang sama.
Morgan memilih objek penelitian lalat buah karena :
a. Mudah dipelihara dandan dikembangbiakan pada medium sederhana,
misalnya tapai singkong.
b. Siklus hidupnya pendek sekitar 10-14 hari pada setiap generasi.
11 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
c. Memiliki keturunan yang banyak, sekor lalat betina mampu bertelur
50-70 butir per hari dengan masa bertelur selama 10 hari.
d. Memiliki banyak varietas.
e. Setiap sel tubuhnya memiliki 4 pasang kromosm yang terdiri atas 3
pasang autosomal dan sepasang gonosom.
f. Ukuran kromossomnya besar dibanding ukuran kromosom organisme
lainnya.
Dalam percobaannya Morgan membedakan dua karakter lalat buah
yaitu warna tubuh dan ukuran sayap. Lalat uah betina normal berwarna
kelabu dan sayap normal (panjang) disilangkan dengan lalat buah jantan
berwarna hitan dan sayap vestigial (berkerut dan pendek). Semua
keturunannya (F1) merupakan lalat buah berwarna kelabu dan bersayap
normal. Selanjutnya dikawinkan (testcros) dengan induknya yang
berwarna hitam dan sayap vestigial. Persilangan gtersebut menghasilkan
perbandingan F2 yaitu lalat buah berwarna kelabu dan sayap normal :
lalat uah bewrna hitan dan sayp vestigial sebesar 1 : 1. Perbandingan
yang diperoleh ini tidak sesuai dengan yang diharaapkan. Perbandingan
yang diharapkan (jika terjadi pemisahan secara bebas) dari F2 lalat
buah berwarna abu-abu dan bersayap normal : berwarna hitam bersayap
vestigial : berwarna hitam dan sayap normal : berwrana hitan dan sayap
vestigial sebesar 1 : 1 : 1 : 1.
Berdasarkan peneliian tersebut ternyata gen warna tubuh dan
bentuk saypa berada dalam kromosom yang sama dan terjadi tautan.
2. Pautan seks
Pautan seks adalah gen-gen yang terletak pada kromosom seks
yang sama dan tidak dapat memisah secara bebas pada waktu
pembelahan meiosis. Tautan seks adalah suatu sifat yang diturunkan
yang tergabung dalam gonosom. Gen yang ada dalam setiap makhluk
hidup sangat banyak, sedangkan kromosom yang ada hanya sedikit. Hal
tersebut mengakibatkan di dalam satu kromosom terdapat lebih dari
satu gen. Morgan menemukan lalat buah jantan bermata putih kemudian
12 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
mengawinkannya dengan lalat betina bermata merah. Seluruh hasil F1
adalah lalat bermata merah, baik yang berkelamin jantan maupun betina.
Jika diantara F1 dikawinkan ternyata diperoleh perbandingan fenotip F2
lalat buah bermata merah : lalat bermata putih sebesar 3 : 1. Hal ini
yang menarik adalah lalat bermata putih selalu berkelamin jantan. Jadi
tidak pernah ditemukan lalat betina bermata putih.
Kesimpulan yang disusun Morgan adalah :
1. Fenotip bermata merah merupakan fenotip normal dan bersifat
dominan, dan dikendalikan oleh gen M.
2. Fenotip mata putih merupakan fenotip mutan, bersifat resesif dan
dikendalikan gen m.
3. Gen warna mata tertaut pada kromosom kelamin X. Pada kromosom
kelamin Y tidak terdapat alel warna mata.
Pautan, pindah silang, dan gagal berpisah merupakan peristiwa
yang terjadi ketika sel-sel mengalami pembelahan meiosis (pembelahan
sel) untuk menghasilkan gamet. Pautan dan pindah silang umum terjadi
pada pembelahan meiosis. Sedangkan gagal berpisah merupakan kejadian
langka yang dapat mengakibatkan kelainan pada gamet yang dihasilkan
Pautan
Gen G dan L terletak pada kromosom
yang sama dan letaknya berdekatan,
begitu pula dengan gen g dan l.
Sehingga gen G dan L tidak akan
terpisah ketika terjadi meiosis,
demikian juga yang terjadi pada gen g
dan l. Gambar 3. Pautan
13 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
C. Pindah silang/Crossing over
Pindah silang merupakan
peristiwa pertukaran gen–gen
yang terdapat dalam suatu
kromosom dengan gen-gen yang
terletak pada kromosom lainnya
yang sehomolog maupun bukan
sehomolog.
Pindah silang terjadi pada Gambar 4. Pindah Silang
saat fase profase akhir atau
metafase pada mitosis I.
Crossing over atau pindah silang yaitu suatu kromatid dengan gen–
gen kromatid homolognya yang terjadi pada saat pembelahan miosis
bagian kromatid yang berdekatan dari kromosom homolog tidak selalu
berjajar berpasangan dan beraturan, tetapi saling melilit.
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen
dari kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom
homolog. Peristiwa pindah silang sangat umum terjadi pada saat
pembentukan gamet pada kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi
pada akhir profase I atau awal metafase I yang terjadi pada saat
kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid. Pindah silang
umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu kromatid nomor
dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup kemungkinan
adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain (Campbell,
2004).
Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya
kromatid pada waktu profase dalam pembelahan meiosis. Pindah silang
mengakibatkan rekombinasi sehingga dihasilkan kombinasi parental dan
rekombinasi pada fenotipenya. Dalam menghitung presentase tipe
rekombinan di antara keturunan dapat digunakan unit peta, yaitu jarak
antara gen-gen untuk menyatakan posisi relatifnya pada suatu
kromosom. Untuk menentukan unit peta antara gen-gen, terlebih dahulu
14 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
dihitung nilai pindah silang (NPS) = (jumlah tipe rekombinan / jumlah
individu seluruhnya) x 100% (Suryo,2010).
Pindah silang menyebabkan terjadinya rekombinan (RK). Semakin
banyak terjadi pindah silang semaki n banyak rekombinan yang
dihasilkan. Jika dalam suatu perkawinan banyak dihasilkan rekombinan,
gen pada pasangan individu tersebut banyak yang mengalami pindah
silang. Nilai pindah silang (Nps) dapat diketahui dari perbandingan
antara jumlah rekombinan dengan jumlah seluruh keturunan yang
dihasilkan. Rumus nilai pindah silang adalah sebagai berikut :
Nps = Jumlah rekombinan x 100%
Jumlah total keturunan
Pindah silang
Saat profase meiosis I, kromosom
homolog yang telah mengganda akan
saling menempel dan membentuk
tetrad. Tetrad adalah keadaan dimana
kromosom homolog yang telah
mengganda saling menempel pada
bagian sentromer nampak seperti
Gambar 5. Pindah Silang
empat kromosom yang bersatu.
Saat terbentuk tetrad ini, lengan-
lengan kromosom akan terletak
berhimpitan sehingga memungkinkan
terjadinya pertukaran lengan antar
kromosom homolog.
15 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Melalui pengamatan lebih lanjut,
para ahli genetika mengetahui
bahwa dapat terjadi melalui
mekanisme pindah silang (crossing
over) yang terjadi selama meiosis.
Selama meiosis, kromosom homolog Gambar 6.Diagram Pindah Silang
saling berpasangan membentuk
tetrad. Pada keadaan ini, terjadi Menyebabkan gen-gen dapat
pertukaran materi genetik antara berpindah dari satu kromosom ke
kromosom dan pasangan kromosom homolognya.
homolognya. Perpindahan ini dapat terjadi
sepanjang pasangan kromosom.
Proses ini disebut juga pindah
silang (crossing over). Pada proses
meiosis, pindah silang terjadi pada
kiasma. Oleh karena materi serta
susunan gen berubah akibat
pindah silang, proses ini disebut
juga rekombinasi gen
Gambar 7. Pindah silang
Jika dua gen berpautan, kedua gen ini akan bersama-sama
diwariskan dalam satu gamet. Akan tetapi, jika terjadi pindah silang
dalam proses meiosis, kedua gen tersebut dapat berpisah dan
membentuk rekombinasi baru dalam gametnya. Hal inilah yang
menyebabkan adanya hasil pada sifat bunga ungu-polen bulat dan bunga
merah-polen lonjong, meskipun nilai tersebut kecil.
Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya
tidak berdekatan satu dengan lainnya, sehingga gen-gen itu dapat
mengalami perubahan letak yang disebabkan karena adanya penukaran
16 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
segmen dari kromatid-kromatid pada sepasang kromosom homolog.
Peristiwa ini sering disebut dengan pindah silang (crossing over).
Gambar 8. Pindah silang dan pemilahan kromosom secara bebas.
Yang dimaksud dengan pindah silang adalah proses penukaran
segmen dari kromatid-kromatid bukan saudara (nonsister chromatids)
dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa pindah silang umum terjadi
pada setiap gametogenesis (peristiwa pembentukan gamet) pada
kebanyakan makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan dan manusia. Pindah
silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau permulaan metafase
I), yaitu ketika kromosom telah mengganda menjadi dua kromatid
17 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Pada waktu kromosom-
kromosom hendak memisah
(yaitu pada anafase I),
kromatid-kromatid yang
bersilang itu melekat dan
putus dibagian kiasma,
kemudian tiap potongan itu
melekat pada kromatid
sebelahnya secara timbal
nalik. Berhubung dengan itu
gen-gen yang terletak pada
bagian yang pindah itu akan
berpindah pula tempatnya ke
kromatid sebelahnya
(homolognya).
Gambar 9. Pindah silang (crossing over) pada
kromosom yang terjadi pada meiosis I.
Pindah silang dibedakan atas 2 (Gambar 10), yaitu :
1. Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada satu tempat.
Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4 macam gamet. Dua
macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen-gen yang dimiliki
induk (parental), maka dikatakan gamet-gamet tipe parental. Dua gamet
lainnya merupakan gamet-gemet baru, yang terjadi sebagai akibat
adanya pindah silang. Gamet-gamet ini dinamakan gamet-gamet tipe
rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental dibentuk jauh lebih banyak
dibandingkan dengan gamet-gamet tipe rekombinasi.
18 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Gambar 10. Pindah silang tunggal (kiri) dan pindah silang ganda (kanan).
2. Pindah silang ganda merupakan pindah silang yang terjadi pada dua
tempat. Jika pindah silang ganda (double crossing over) berlangsung
diantara dua buah gen yang terangkai, maka terjadinya pindah silang
ganda ini tidak akan tampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang
dibentuk hanya dari tipe parental saja atau dari tipe rekombinasi atau
tipe parental dan tipe rekombinasi akibat pindah silang tunggal. Akan
tetapi, misalkan diantara gen A dan B masih ada gen ketiga, misalnya
gen C, maka terjadinya pindah silang ganda antara A dan B akan nampak
(Suryo,2010).
Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain seperti :
1. Temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang.
2. Makin tua suatu individu, makin kurang kemungkinan untuk mengalami
pindah silang.
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah silang.
4. Penyinaran dengan sinar X dapat memperbesar kemungkinan pindah
silang.
5. Makin jauh jarak antara gen-gen yang terangkai, makin besar
kemungkinan terjadinya pindah silang.
19 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
6. Pada umumnya pindah silang terjadi pada makhluk betina maupun
jantan. Tapi ada pengecualian, yaitu pada ulat sutera (Bombix mori)
yang betina tidak pernah terjadi pindah silang, demikian pula pada
lalat Drosophila melanogaster jantan.
D. Gagal Berpisah (Non Disjunction)
Gagal berpisah (non
disjunction)merupakan peristiwa
kegagalan kromosom homolog
untuk memisahkan diri kearah
kutub yang berlawanan saat
pembelahan meiosis yaitu pada
anafase meiosis I maupun meiosis
II. Akibatnya terdapat gamet Gambar 11. Gagal Berpisah
yang lebih atau kurang jumlah
kromosomnya.
Gagal berpisah dapat disebabkan oleh mutagen (zat penyebab
mutasi). Dalam peristiwa ini kromosom tetap berpasangan dan bergerak
ke arah salah satu kutub yang sma. Akibatnya kutub yang satu
mendapatkan kelebihan kromosom sedangkan kutub yang lainnya
kekurangan kromosom.
Peristiwa gagal berpisah dikemukakan oleh Calvin Blackman
Bridges setelah melakukan percobaan mengawinkan lalat buah betina
yang diduga mengalami gagal berpisah saat meiosis ketika membentuk
gamet dengan jantan normal. Persilangan tersebut manghasilkan F1
berupa 25% betina super, 25% betina fertil, 25% jantan steril dan 25%
letal.
Gagal berpisah dapat terjadi pada autosom maupun gonosom
sehingga menghasilkan individu-individu yang mempunyai autosom atau
gonosom lebih atau kurang dari normalnya. Pada manusia gagal berpisah
dapat mengakibatkan sindrom down atau idiot mongolid, sindrom turner,
20 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
sindrom Klinefelter, sindrom tripel atau wanita super, sindrom jacobs
dan sindrom Y.
Contohnya persilangan antara Drosophilla melanogaster dimana
lalat betina mengalami gagal berpisah. Lalat betina yang mengalami gagal
berpisah membentuk tiga macam kemungkinan gamet yaitu X, XX, dan 0.
Bila lalat jantan yang mengalami gagal berpisah kemungkinan gametnya
adalah X, Y, XX, YY, dan 0.
P : XY x XX (gagal berpisah)
G:X X
Y XX
0
F : XX : betina normal
XY : jantan normal
XXX : betina super (biasanya mati)
XXY : betina (fertil)
XO : jantan (steril)
YO : jantan (lethal)
Gamet hasil gagal berpisah pada:
– betina : X, XX, 0
– jantan : X, Y, XX, YY, 0
Gagal berpisah
Apabila peristiwa gagal berpisah akan menghasilkan kelainan yang
terjadi pada satu atau sedikit disebut euploid, yaitu penambahan set
kromosom saja, akan menghasilkan kromosom
kelainan yang disebut aneuploidi,
yaitu penambahan atau
pengurangan jumlah kromosom.
Gamet manusia yang normalnya
berjumlah 23 dapat bertambah Gambar 12. Gagal berpisah
menjadi 24, dan bisa berkurang Gamet yang terbentuk dapat memiliki
hanya 22 pada gamet lainnya.
46 kromosom karena semua kromosom
21 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Namun apabila peristiwa ini erjadi yang telah mengganda tidak berpisah.
pada seluruh set kromosom,.
Peristiwa gagal berpisah dapat menghasilkan keadaan yang
menguntungkan atau merugikan. Gagal berpisah pada kromosom nomor 21
pada manusia dapat menyebabkan kelainan sindrom down, yaitu
keterbelakangan mental yang dicirikan dengan wajah yang khas. Gagal
berpisah dimanfaatkan dalam dunia pertanian untuk menghasilkan buah-
buah tanpa biji.
Pada proses pembentukan gamet, petani memberikan zat kimia
kolkisin untuk memicu peristiwa gagal berpisah. Gagal berpisah akan
menyebabkan gamet yang terbentuk bersifat diploid (2n). Apabila gamet
diploid ini dikawinkan (disatukan) dengan gamet haploid (1n) akan
menghasilkan keturunan triploid (3n).
Gambar 13 Gagal Berpisah
Keterangan gambar:
(a) Kromosom homolog dapat gaga! berpisah selama anafase meiosis I
(b) Kromatid gaga! berpisah selama anafase meiosis II
Jika salah satu gamet-gamet yang menyimpang tersebut bersatu dengan
gamet normal, keturunannya akan memiliki jumlah kromosom tidak normal.
Kromosom yang berpasangan normal yaitu 2n, disebut disomi. Jika satu
kromosom hilang sehingga sel memiliki jumlah kromosom 2n —1, sel
aneuploidinya disebut monosomi, jika dua kromosom yang hilang disebut
nulisomi (2n — 2). Jika kromosom yang hadir di dalam sel telur yang sudah
dibuahi dalam bentuk triplikat maka sel aneuploidinya memiliki total
kromosom 2n + 1 yang disebut trisomi. Setelah itu, mitosis akan
meneruskan kelainan tersebut pada semua sel embrionik. Oleh karena itu,
22 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
organisme tersebut akan memperlihatkan gejala keabnormalan jumlah gen
tersebut.
E. Gen Lethal
Gen lethal merupakan gen yang menyebabkan kematian individu
yang memilikinya bila dalam keadaan homozigot. Ada dua jenis gen
lethal, yaitu lethal dominan dan lethal resesif.
Lethal dominan menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot
dominan. Contoh: persilangan antara tikus kuning dengan sesamanya
p : tikus kuning x tikuskuning
Kk Kk
F : KK : tikus kuning (lethal)
2Kk : tikus kuning
kk : normal
Rasio fenotif yang hidup antara tikus kuning : normal = 2 : 1 karena
tikus kuning homozigot dominan selalu lethal.
Lethal resesif menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot
resesif.
Contoh: persilangan antara jagung berdaun hijau dengan sesamanya
p : jagung berdaun hijau x jagung berdaun hijau
Hh Hh
F : HH : berdaun hijau
2Hh : berdaun hijau
hh : berdaun pucat (albino) – lethal
Dari pesilangan di atas hanya tiga yang kemungkinannya dapat
hidup yaitu yang bergenotif HH dan Hh. Sedangkan yang bergenotif hh
mati karena tidak dapat membentuk klorofil.
23 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
f. Perbedaan Pautan Dan Pindah Silang
1. Pautan adalah kecenderungan mewarisi
gen bersama-sama pada kromosom yang
sama, sedangkan pindah silang adalah
proses pertukaran gen antara kromosom
homolog.
2. Pautan terjadi ketika dua gen lebih
dekat satu sama lain pada kromosom Gambar 14. Pautan
yang sama. Sebaliknya, pindah silang
terjadi ketika dua gen yang terletak
berjauhan pada kromosom yang sama
3. Pindah silang dapat mengganggu
kelompok gen yang dibuat oleh linkage. Gambar 15. Pindah silang
4. Tidak seperti linkage, Pindah silang
hanya terjadi selama profase dari
meiosis I.
5. Tidak seperti linkage, Pindah silang
menghasilkan alel rekombinan.
Manusia dengan jumlah kromosom diploid (2n) 46 buah kromosom
(44A + XX atau 44A + XY) jika mengalami mutasi menghasilkan aneuploid
trisomi, kromosom individu tersebut akan bertambah satu menjadi 47
kromosom (2n +1). Pada manusia, mutasi karena aneuploid ini dapat
mengakibatkan kelainan atau penyakit. Meskipun hal ini membahayakan
individu penderita, kelainan tersebut jarang dapat diturunkan, karena
umumnya penderita menjadi mandul dan tidak dapat menghasilkan
keturunan. Contoh penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh mutasi
kromosom aneuploid yaitu sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom
jacob dan sindrom Turner.
Gagal berpisah dapat terjadi pada autosom maupun gonosom sehingga
menghasilkan individu-individu yang mempunyai autosom atau gonosom lebih
atau kurang dari normalnya. Pada manusia gagal berpisah dapat
mengakibatkan sindrom down atau idiot mongolid, sindrom turner, sindrom
24 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Klinefelter, sindrom tripel atau wanita super, sindrom jacobs dan sindrom
Y.
1. Sindrom Turner
Sindrom Turner adalah penyakit keturunan akibat kelainan
kromosom seks yang hanya terjadi pada wanita. Kelainan ini terjadi
ketika kromosom X hilang sebagian atau seluruhnya (monosomi).
Sindrom Turner sangat bervariasi dan bisa sangat berbeda gejalanya
antara orang satu dengan orang lainnya. Setiap orang dilahirkan dengan
23 pasang kromosom, di mana sepasang di antaranya merupakan
kromosom seks. Kromosom seks inilah yang menentukan jenis kelamin
seseorang. Seorang ibu akan selalu menyumbangkan kromosom X kepada
anaknya, sedangkan seorang ayah dapat menyumbangkan kromosom X
atau Y kepada anaknya.
Apabila anak yang dilahirkan memiliki campuran kromosom X dari
ibu dan Y dari ayah (XY), maka anak tersebut akan lahir dengan jenis
kelamin laki-laki. Seorang bayi perempuan akan dilahirkan dengan dua
buah kromosom X (XX). Wanita dengan sindrom Turner hanya memiliki
satu buah kromosom X yang normal. Kromosom X pasangannya bisa jadi
rusak atau bahkan hilang sama sekali.
Sindrom ini bisa menyebabkan berbagai gangguan medis maupun
gangguan dalam perkembangan fisik, misalnya berpostur pendek, gagal
memulai masa puber, kemandulan, kelainan jantung, susah beradaptasi
secara sosial, dan kesulitan dalam mempelajari sebagian hal.
Gambar 16. Kromosom Sindrom Turner
25 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Sindrom Turner ditemukan oleh H.H. Turner tahun 1939. Ciri-ciri sindrom
Tuner sebagai berikut.
a. Kariotipe: 45 XO (44 autosom + satu
kromosom X) diderita oleh wanita.
b. Sindrom ini disebabkan oleh sel telur
yang tidak mengandung kromosom X
dibuahi sperma yang mengandung
kromosom X.
c. Tinggi badan cenderung pendek.
d. Perkembangan alat kelamin terlambat
(infantil). Gambar 17 Kromosom
e. Sisi leher tumbuh tambahan daging. Sindrom Turner
f. Bentuk kaki X.
g. Kedua puting susu berjarak melebar.
h. Keterbelakangan mental.
2. Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter bukan merupakan penyakit turunan. Kondisi
yang diderita oleh satu dari enam ratus bayi laki-laki ini terjadi secara
acak sejak pembentukan sperma atau telur pada orang tua, atau saat
bayi dalam kandungan. Walaupun tidak ada pemicu tertentu, risiko anak
lahir dengan sindrom Klinefelter dapat sedikit meningkat pada ibu hamil
yang berusia di atas 35 tahun. Bayi yang dilahirkan dengan sindrom
klinefelter mungkin akan memiliki gejala-gejala, seperti pasif dan
pendiam, kekuatan ototnya rendah, serta lambat untuk bisa duduk,
merangkak, berjalan, atau bicara dibandingkan bayi normal lainnya.
Selain itu, testis bayi dengan sindrom ini juga terlihat tidak turun ke
kantung zakar, dan menetap di rongga perut (kriptokismus/undescended
testicles)
Pada masa remaja, khususnya ketika memasuki masa puber, testis
penderita sindrom Klinefelter tidak tumbuh dan membesar secara
normal. Akibat ukuran testis yang kecil ini produksi hormon testosteron
26 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
menjadi kurang dan perkembangan seksual di masa pubertas menjadi
terhambat. Kondisi ini juga dapat menyebabkan massa otot tubuh
menjadi rendah sehingga tubuh menjadi lembek.
Selain itu, kurangnya produksi testosteron dapat membuat remaja
penderita sindrom Klinefelter memiliki penis berukuran kecil, tidak
banyak memiliki bulu-bulu di wajah atau tubuh, dan kekurangan kalsium
di tulangnya. Bahkan dua pertiga dari mereka seperti mengalami
pembesaran payudara dan pinggul layaknya perempuan.
Kendati kekurangan kalsium, perkembangan tinggi badan anak-
anak dan remaja penderita sindrom Klinefelter biasanya pesat dan di
atas tingkat pertumbuhan rata-rata. Sindrom Klinefelter ditemukan
oleh Klinefelter tahun 1942. Ciri-ciri sindrom Klinefelter sebagai
berikut.
a. Kariotipe: 47, XXY (kelebihan kromosom seks X) diderita oleh pria.
b. Sindrom ini disebabkan oleh sel telur yang membawa kromosom X
dibuahi oleh sperma yang mengandung kromosom XY, atau sel telur
yang membawa kromosom XX dibuahi oleh sperma yang membawa
kromosom Y.
c. Bulu badan tidak tumbuh.
d. Testis mengecil, mandul (steril).
e. Buah dada membesar.
f. Tinggi badan berlebih.
g. Jika jumlah kromosom X lebih dari dua mengalami keterbelakangan
mental.
27 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Gambar 18 kromosom Sindrom Klinefelter
3. Sindrom Jacob
Sindrom Jacob adalah kondisi mutasi genetik yang terjadi pada
kaum pria. Jika normalnya setiap sel dalam tubuh memiliki 46 kromosom,
penderita sindrom Jacob justru mempunyai 47 kromosom. Dari 46
kromosom yang ada, dua di antaranya dikenal sebagai kromosom X dan
Y. Dua kromosom itu disebut juga sebagai kromosom seks, karena
membantu menentukan karakteristik laki-laki atau perempuan pada
manusia. Wanita biasanya memiliki dua kromosom X (XX), sedangkan
laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY). Nah, pria
penderita sindrom Jacob justru memiliki satu tambahan kromosom Y,
menjadi XYY.
Kelebihan satu kromosom Y pada penderita sindrom Jacob ini
kemungkinan disebabkan oleh satu hal tak terduga selama pembentukan
sel sperma ayah (misalnya dua kromosom Y ayah tidak memisah) sebelum
membuahi telur ibu. Bisa juga karena kromosom Y si anak tidak
membelah pada tahap awal perkembangan embrio. Meski ada kelainan
genetik, sindrom Jacob biasanya tidak diwariskan secara turun-
temurun.
28 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Faktanya, sindrom yang juga disebut sebagai karyotype XYY,
sindrom YY, dan sindrom 47 XYY ini tidak bisa diobati atau
disembuhkan. Perawatan yang dilakukan hanya dapat membantu
mengurangi gejala dan efeknya, terutama jika didiagnosis dini.
Contohnya dengan terapi bicara, terapi fisik dan okupasi, serta terapi
pendidikan. Jika sudah dewasa, mereka bisa mulai berkonsultasi dengan
spesialis reproduksi untuk mengatasi setiap masalah infertilitas.
Ciri-ciri sindrom Jacob sebagai berikut.
a. Kariotipe: 47, XYY (kelebihan kromosom seks Y) diderita oleh pria.
b. Sindrom ini terjadi karena sel telur (X) dibuahi oleh sperma YY
(akibat gagal berpisah).
c. Berperawakan tinggi.
d. Bersifat antisosial dan agresif.
e. Suka melawan hukum.
Gambar 19 Kromosom sindrom jacob
4. Sindrom Down
Sindrom Down adalah gangguan genetika paling umum yang
menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu.
Sindrom Down tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan dan
29 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
perhatian yang maksimal, anak-anak dengan sindrom Down bisa tumbuh
dengan bahagia
Gejala Sindrom Down
Gejala sindrom Down pada anak-anak adalah memiliki beberapa
ciri fisik yang mirip, namun mereka tidak sama persis karena ada faktor
keturunan dari orang tua dan keluarga masing-masing. Anak-anak dengan
sindrom Down membutuhkan bimbingan seperti anak normal lainnya atau
bahkan lebih. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan
waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan
kemampuan mereka.
Penyebab Sindrom Down
Normalnya terdapat 46 kromosom dalam sel seseorang yang
diwariskan, yakni masing-masing 23 kromosom dari ayah dan ibu, namun
kebanyakan orang dengan sindrom Down memiliki 47 kromosom.
Perkembangan tubuh dan kinerja otak akan berubah jika terdapat
kromosom ekstra atau tidak normal, dan itulah yang menjadi penyebab
sindrom Down.
Banyak yang menganggap bahwa sindrom ini hanya terjadi karena
faktor keturunan. Padahal kelainan dalam proses perkembangan telur,
sperma dan embrio merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kondisi ini.
Para ahli tidak tahu penyebab kelainan genetika yang terjadi pada
penderita sindrom Down, namun ada beberapa hal yang bisa
meningkatkan risiko memiliki bayi dengan sindrom Down, di antaranya:
• Jika Anda telah memiliki bayi lain dengan sindrom Down.
• Jika Anda memiliki adik atau kakak dengan sindrom Down.
• Jika wanita hamil di usia 35 tahun ke atas.
30 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
Gambar 20 : Sketsa wajah anak dengan Down Syndrom
Gambar 21 kromosom sindrom down
Sindrom Down ditemukan oleh J.L. Down tahun 1866. Ciri-ciri sindrom
Down sebagai berikut.
a) Kariotipe: 47 XX atau 47 XY.
b) Mongolisme, bertelapak tebal seperti telapak kera.
c) Mata sipit miring ke samping.
d) Bibir tebal, lidah menjulur, air liur selalu menetes, serta gigi kecil-kecil
dan jarang.
e) IQ rendah (+ 40).
31 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
DAFTAR PUSTAKA
Adji. 2015. Gambar 11. Gagal Berpisah. Melalui
http://www.adjiebrotots.com/2015/11/hereditas-tautan-pindah-
silang-gagal.html. Diakses pada 22 November 2017
Alodokter 2017. Melalui http://www.alodokter.com/sindrom-turner.
Diakses pada 2 Desember 2017.
Andi. 2011. Gambar 12 dan 13. Gagal berpisah. Melalui
https://kelasfapetc2010.files.wordpress.com/2011/10/9-pautan-
maping.pdf. Diakses pada 22 November 2017.
CampbellNA,dkk, 2004. Biologi. EdisiKelima.Jilid 1.Jakarta:Erlangga.
Citrawhati. Desak made dan Sanusi Mulyadihaja. 2014. Genetika. Graha
Ilmu : Yogyakarta.
Dnalc. 2017. Melalui https://www.dnalc.org/view/16270-Gallery-10-
Thomas-Hunt-Morgan-at-Columbia-1920.html. Diakses pada 2
Desember 2017.
Fairest. 2016. Gambar 1. Pautan. Melalui http://de-
fairest.blogspot.co.id/2016/08/tautan-dan-pindah-silang.html.
Diakses pada 2 Desember 2017.
Gambar 19. Melalui https://biologigonz.blogspot.co.id/2015/11/syndrome-
manusia.html. Diakses pada 2 Desember 2017.
Hastuti 2016 Gambar 3 dan 5. Pautan. Melalui
http://www.guruipa.com/2016/11/pautan-pindah-silang-dan-gagal-
berpisah-pada-kromosom.html Diakses pada 22 November 2017.
Irnaningtyas. 2013. BIOLOGI Untuk SMA/MA Kelas XII Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmua Alam. Erlangga, Jakarta.
Marine. 2017. Gambar 10. Pindah silang tunggal dan pindah silang ganda.
Melaluihttp://www.marine-genomics-europe.org,Diakses pada 24
Desember 2017.
Minnie. 2016. Gambar 16, 17, 18, 19, 20, 21 dan 22. Kromosom Sindrom
Turner Melalui http://minniedepu.blogspot.co.id/2014/10/jenis-
32 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )
mutasi-kromosom-dan-mutasi-pada.html. Diakses pada 2 Desember
2017.
Nina. 2007 Gambar 8 Pindah silang dan pemilahan kromosom secara bebas
dan Gambar 9. Pindah silang (crossing over) pada kromosom yang
terjadi pada meiosis I. Melalui : http://www.phschool.com. Diakses
pada 24 Desember 2017.
Sridianti. 2014. Gambar 14 dan 15. Pautan. Melalui
http://www.sridianti.com/wp-content/uploads/2014/12/pautan-
400x308.gif. Diakses pada 2 Desember 2017.
Suryo. 2010. Genetika untuk Strata1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wahyu. 2013. Gambar 2, 4, 6 dan 7. Diagram Pautan Gen. Melalui
https://biologi-indonesia.blogspot.co.id/2013/10/penjelasan-
tentang-pautan-dan-pindah.html. Diakses pada 2 Desember 2017.
Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Bandung: Transito.
33 | P a u t a n d a n P i n d a h S i l a n g ( N a d i a I k r i m a h )