The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by TRYPONIA NINING WIDIYASTUTI, 2023-07-26 20:32:07

MATERI 3.2 INTERAKSI DESA-KOTA

berisi materi interaksi desa-kota

Keywords: bahan ajar

INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA Oleh: Abdul Aziz Asra


A. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN DESA DAN KOTA 1. Struktur Keruangan Serta Perkembangan Desa


A. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN DESA DAN KOTA 1. Struktur Keruangan Serta Perkembangan Desa Menurut Bintarto (1983: 11-12), desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil perpaduan itu adalah perwujudan geografis, yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, politik dan budaya dan memiliki hubungan timbal balik dengan daerah lain. Undang-undang No 6 Tahun 2014 desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diak


a. Ciri-Ciri Desa Interaksi antar manusia yang sangat kuat Memiliki pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan dan perasaan Keluarga di desadesa merupakan satu unit sosial dan unit kerja Mata pencaharian penduduknya bersifat agraris Proses sosial berjalan lambat Kontrol sosial di dasarkan pada hukum informal Jumlah penduduk desa relatif sedikit sehingga warga desa banyak bergantung pada musim


b. Unsur-Unsur Pembentuk Desa Wilayah Penduduk Prilaku


c. Klasifikasi Pembentuk Desa 1. Potensi Sumber Daya Alam 2. Potensi Sumber Daya Manusia 3. Potensi Klembagaan 4. Potensi Sarana dan Prasaranan


d. Tipe-Tipe Desa 1. Desa Pesisir/Nelayan ( DNL) 2. Desa Persawahan (DPS) 3. Desa Perladangan (DPL) 4. Desa Perkebunan (DRS) 5. Desa Peternakan (DPT) 6. Desa Perdagangan (DJP) 7. Desa Pertambangan (DPG) 8. Desa Industri Kecil dan kerajinan (DIK)


Tipe-Tipe Desa Soekandar Wiriaatmadja membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola, yakni 1. Pola Permukiman Menyebar 2. Pola Permukiman Melingkar 3. Pola Permukiman Memanjang 4. Pola Permukiman Berkumpul


e. Analisis Potensi Desa


f. Tingkat Perkembangan Desa 1. Desa Swadaya Desa swadaya adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Penduduknya masih jarang dan kurang berkomunikasi dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuan yang diperoleh sebagai hasil interaksi dengan wilayah berjalan lambat


f. Tingkat Perkembangan Desa 2. Desa Swakarya Desa swakarya adalah desa yang masyarakatnya sudah lebih maju dibandingkan dengan desa swadaya. Selain untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi yang dihasilkan penduduk sudah mulai dijual ke daerah lain. Desa swakarya mulai mengadakan kontak atau hubungan dengan warga lain, walaupun intensitasnya masih sedikit. (Fahmi : 2014)


f. Tingkat Perkembangan Desa 3. Desa Swasembada Desa swasembada adalah desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal. Masyarakat desa ini sudah mulai mengadakan interaksi atau hubungan dengan masyarakat luar untuk melakukan tukar menukar barang dengan wilayah lain. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan masyarakat yang tinggal didesa swasembada mampu menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.


A. STRUKTUR KERUANGAN SERTA PERKEMBANGAN DESA DAN KOTA 2. Struktur Keruangan Serta Perkembangan Kota


a. Ciri Ciri Masyarakat Kota Egois pekerjaan yang beraneka ragam pendidikan tinggi materialis tis agen perubahan kesempata n kerja yang luas bersifat glamour (mewah) terdapat kesenjangan sosial tinggi tidak mengenal gotongroyong


Bintarto Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang Max Weber Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1 Disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan Pengertian kota


Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005:97) yaitu 1. Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan 2. Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat. 3. Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka hijau 4. Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas.


Bentuk dan model struktur ruang Kota adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah penduduknya belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan yang sekaligus berfungsi sebagai Central Bussines District (CBD) Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan tidak efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu pusat pelayanan yang jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota. Kota Metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk wilayah metropolitan. 1. Monocentric City 2. Polycentric City 3. Kota Metropolitan


Teori Konsentris (The Consentric Theory) Teori Ini dikembangkan oleh Ernest W. Burgess yang menyatakan bahwa perkembangan suatu kota akan mengikuti pola lingkaran-lingkaran konsentrik. Masing-masing zone tumbuh sedikit demi sedikit kea rah luar pada semua bagian sehingga pada akihirnya akan terbentuk pola keruangan yang berlapis-lapis dengan daerah Central Bussinis District (CBD) sebagai pusat. (Rostam, dalam Bakaruddin,2012: 173)


Teori Sektor Diperkenalkan oleh Homer Hoyt (1930) yang menyatakan bahwa perkembangan unit-unit kegiatan di daerah kota tidak mengiukuti zonezone yang teratur secara konsentris, tetapi dengan membentuk sektorsektor tertentu. Sector-sektor tersebut bisa terjadi di sepanjang jalur transportasi darat maupun air, sehingga perkembangan kota lebih menyerupai gurita


Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory) Dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Pertumbuhan kota berawal dari pusat pertumbuhan kemudian menjadi bentuk kompleks karena muncul nukleus-nukleus baru sebagai kutub pertumbuhan, seperti perguruan tinggi, kompleks industri, dan terminal bus. Dalam teori ini tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral.


Teori Konsektoral (Tipe Eropa) Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965 dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan


Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin) Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin


Teori Poros Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yang menekankan pada peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan kota


Teori Historis Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota.


Teori Pusat Pelayanan (Christaller) Walter Christaller seorang geograf jerman (1933) mengemukakan teori lokasi yang dikenal sebagai teori tempat sentral (central place theory). Christaller memperkenalkan teori ini tahun 1933 dalam tulisannya yang berjudul ”Die Zentralen Orte la Suddeutschland”.. Tempat yang sentral diasumsikan sebagai tempat yang memberikan peluang kepada manusia yang jumlahnya maksimum untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan, baik sebagai pelayannya maupun sebagai pihak yang dilayani.


Tahap-Tahap Perkembangan Kota Eopolis Polis Metropolis Megalopolis Tiranopilis Nekropolis


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA 1. Bentuk Dan Pola Desa a. Bentuk Desa Menyusur Sepanjang Pantai Di daerah pantai yang landai dapat tumbuh suatu permukiman, yang mata pencarian penduduknya dibidang perikanan, perkebunan kelapa, dan perdagangan. Jika desa pantai seperti itu berkembang, maka tempat tinggal meluas dengan cara menyambung yang lama dengan menyusur pantai, sampai bertemu dengan desa pantai lainnya


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA 1. Bentuk Dan Pola Desa b. Bentuk Desa Terpusat Pola keruangan desa yang terpusat terdapat didaerah pergunungan. Pola desa terpusat di jumpai pada suatu desa yang permukiman penduduknya berdekatan antara yang satu dengan yang lain dan membentuk suatu kelompok besar.


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA 1. Bentuk Dan Pola Desa c. Bentuk Desa Linear di Daratan Rendah Pemukiman penduduk didataran rendah umumnya memanjang sejajar dengan rentangan jalan raya yang menembus desa yang bersangkutan. Jika kemudian secara wajar artinya tanpa direncanakan desa mekar, tanah pertanian diluar desa sepanjang jalan desa menjadi pemukiman baru memang ada kalanya juga pemekaran kearah pedalaman sebelah menyebelah jalan raya


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA 1. Bentuk Dan Pola Desa d. Bentuk Desa yang Mengelilingi Fasilitas Tertentu Jenis ini terdapat didataran rendah, yang dimaksudkan dengan fasilitas misalnya mata air, waduk, lapangan terbang, dan lain-lain. Arah pemekarannya dapat kesegala jurusan, sedang fasilitas-fasilitas untuk industri kecil dapat disebarkan dimana-mana sesuai dengan keinginan


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA 1. Bentuk Dan Pola Desa Menurut R. Bintarto ada 6 pola desa yang dikemukakan yaitu 1. Memanjang jalan: Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai. Contohnya: terdapat didaerah Bantul, Jokyakarta 2. Memanjang sungai : Susunan desanya mengikuti jalur-jalur jalan dan sungai. Contohnya terdapat didaerah Bantul, Yogyakarta 3. Radial : Pola desa ini berbentuk radial terhadap gunung dan memanjang sepanjang sungai dilereng gunung 4. Tersebar : Pola desa didaerah gunung kidul – yogyakarta merupakan nucleus yang berdiri sendiri. 5. Memanjang pantai : Didaerah pantai susunan desa nelayan berbentuk memanjang sepanjang pantai. 6. Sejajar jalan kereta api.


Fungsi Desa 1. Hinterland ialah daerah penyokong atau penyuplai kebutuhan masyarakat kota 2. Raw Material and Man Power, desa berfungsi sebagai penghasil bahan mentah untuk industri, dan tenaga kerja. 3. segi kegiatan kerja, desa dapat berfungsi sebagai desa agraris, desa industri, desa nelayan, dan sebagainya 4. sebagai bentuk pemerintahan terendah, artinya desa diharapkan mampu menjalankan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan


Fungsi Kota 1. Kota sebagai pusat produksi 2. Kota sebagai pusat perdagangan. 3. Kota sebagai pusat pemerintahan 4. Kota sebagai pusat kebudayaan 5. Kota sebagai pusat pengobatan dan rekreasi 6. Kota yang berfungsi ganda


Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Desa dan Kota Relationship: hubungan antar dua gejala, dua komponen, dua individu atau lebih yang menimbulkan pengaruh Interelation : hubungan berpengaruh antar dua gejala atau lebih dalam satu wilayah Interaction : kontak atau hubungan antar dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala atau masalah hidup Integration : bertemunya beberapa unsur yang saling mengisi, sehingga dapat dicapai suatu keserasian dan kelengkapan


Pengaruh Interaksi Desa Dan Kota Pergerakan barang dari desa ke kota, atau sebaliknya Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa Pergerakan manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, menuntut ilmu, ataupun keperluan-keperluan lainnya Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah Wujud interaksi desa-kota yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut


Dampak Interaksi Bagi Desa Pengetahuan desa menjadi meningkat Jumlah guru dan sekolah sudah banyak terdapat di desa. Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor Produktivitas desa semakin meningkat Pelestarian lingkungan hidup pedesaan Dengan peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk yang berkualitas Adanya pengetahuan tentang kependudukan Adanya seperti koperasi dan organisasi sosial Dampak Positif Bagi Desa


Dampak Interaksi Bagi Desa Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian bisa meningkatkan konsumerisme dan kriminalitas Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa Perubahan tata guna lahan di pedesaan mengubah budaya desa Ketersediaan bahan pangan yang berkurang peningkatan pengangguran pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desakota Dampak Negatif Bagi Desa


Dampak Interaksi Bagi Kota Tercukupinya kebutahan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar berasal dari daerah perdesaan, seperti sayuran, buah-buahan, beras dan lain-lain. Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari desa yang pergi ke kota Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan bisa dipasarkan hingga ke pelosok desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar. Dampak Positif Bagi Kota


Dampak Interaksi Bagi Kota Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan bagi daerah perkotaan yaitu meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan dan lain-lain Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat yang tidak layak untuk permukiman Terjadi degradasi kualitas lingkungan, peningkatan jumlah penduduk kota yang pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota Dampak Negatif Bagi Kota


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA Menghitung Kekuatan Interaksi Desa Kota Interaksi desa kota menggunakan model gravitasi Teori ini diterapkan dalam Geografi oleh W.J. Reilly untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara 2 wilayah atau lebih. Kekuatan interaksi antara dua wilayah dapat di ukur dengan memperhatikan jumlah penduduk masingmasing wilayah, serta jarak mutlak antara wilayah-wilayah tersebut.


B. POLA DAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI DESA DAN KOTA Menghitung Kekuatan Interaksi Desa Kota Interaksi desa kota menggunakan model titik henti Bahwa jarak titik henti dari pusat perdagangan yang lebih kecil ukurannya berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan tsbdan berbanding terbalik dgn satu ditambah akar kwadrat jumlah penduduk dari wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dgn jumlah penduduk pada wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil.


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Dampak Pembangunan Kota Terhadap Masyarakat Desa Dan Kota 1. Aspek Fisik Penggunaan Lahan Lingkungan Hidup 2. Aspek Sosial Penduduk Tenaga Kerja Masalah Sosial Aspek Ekonomi Pertumbukan Ekonomi Pemerataan Ekonomi


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Urbanisasi Pengertian Urbanisasi Urbanisasi diartikan sebagai proses pembengkakan kota yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat. Peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan alami penduduk kota dan adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dari pengertian ini sering diartikan bahwa urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota Urbanisasi diartikan sebagai proses berubahnya suasana kehidupan pedesaan menjadi suasana perkotaan Urbanisasi diartikan juga sebagai proses bertambahnya jumlah kota pada suatu wilayah atau negara yang disebabkan oleh perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi.


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Urbanisasi Faktor Penarik Urbanisasi 1. Mudah untuk mendapatkan pekerjaan 2. Tingkat upah yang lebih tinggi. 3. Kelengkapan fasilitas baik sekolah, hiburan dan kesehatan. 4. Kebebasan pribadi lebih terjamin. 5. Pengaruh adat agak longgar. 6. Anggapan yang bersifat budaya.


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Urbanisasi Faktor PendorongUrbanisasi 1. Lahan garapan semakin sempit 2. Lapangan kerja makin terbatas akibat iptek 3. Pendapatan lebih kecil 4. Kurangnya fasilitas baik sosial, pendidikan, olah raga, rekreasi, dsb 5. Meningkatnya pengangguran. 6. Tekanan adat istiadat. Alasan memasarkan produk.


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Urbanisasi Dampak Positif Urbanisasi 1. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di kota 2. Meningkatnya aktivitas perekonomian kota 3. Meluasnya kesempatan untuk membuka usaha-usaha baru 4. Meningkatnya tingkat kesejahteraan warga desa yang berurbanisasi ke kota 5. Meningkatnya tarf hidup keluarga yang ditinggalkan di desa. 6. Lapangan kerja di pedesaan semakin sesuai dengan jumlah angkatan kerja yang ada


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Urbanisasi Upaya pemerintah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya urbanisasi 1. Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi 2. Mengadakan modernisasi desa dengan program pembangunan 3. Memperbanyak fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan 4. Mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan melalui program keluarga berencana 5. Meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan 6. Meningkatkan keamanan di pedesaan


C. DAMPAK PEMBANGUNAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT DESA DAN KOTA Urbanisasi Usaha-usaha untuk mengatasi akibat urbanisasi di kota 1. Menertibkan pemukiman kumuh, pembuangan sampah, dan air limbah 2. Mengadakan penghijauan kota, yaitu mengadakan jalur hijau dan taman kota. 3. Memperluas pemukiman dengan membangun kota satelit, yaitu kota kecil di sekitar kotabesar. 4. Menambah perumahan rakyat dengan membangun rumah murah 5. Menciptakan kutub pertumbuhan baru


D. USAHA-USAHA DALAM RANGKA PEMERATAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KOTA OLEH PEMERINTAH DI INDONESIA Pembangunan Wilayah Pedesaan Beberapa hal yang perlu untuk mendapat perhatian dalam pembangunan wilayah pedesaan 1. Pembangunan masyarakat desa masih bersifat dekonsentrasi. Disisi lain, sifat ragam dan hakikat desa sangat beranekaragam yang secepatnya membutuhkan penanganan. 2. Perangkat desa perlu mendapat bantuan teknis dan insentif. Perangkat desa yang menjadi tulang punggung pelaksanaan pembangunan desa, keadaannya secara umum masih membutuhkan bantuan teknis yang efektif 3. Dana pembangunan desa secara lintas sektoral masih belum bermanfaat bagi masyarakat desa. Karena itu dibutuhkan usaha dan dorongan yang kuat 4. Kurangnya keterpaduan kepentingan antar sektor, sehingga dibutuhkan koordinasi lintas sektoral tentang pemerintahan desa melalui penyatuan program, misi dan visi pembangunan.


Click to View FlipBook Version