Tugas Portfolio Pahlawan Kemerdekaan Indonesia By Marsha Romelli A. 6 Abraham/15
Pierre Tendean Pierre berasal dari Batavia (Jakarta), Hindia Belanda.
Ia lahir tanggal 21 Febuari 1939, di rumah sakit Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting Ayah Pierre yang bernama Aurelius Lammert Tendean, Ia seorang dokter asal Minahasa. Ibu Pierre yang bernama Maria Elizabeth Cornet , Ia keturunan Prancis yang berasal dari Leiden.
Pierre mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Boton, Magelang Ia melanjutkan pendidikannya SMP Negeri 1, Semarang Pada tahun 1955 di SMA bagian B (sekarang SMA Negeri I)
Setelah lulus SMA, Tendean ingin menjadi tentara, namun orang tuanya ingin dia menjadi dokter atau insinyur. Atas permintaan orang tuanya dia mendaftar ujian masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan di Institut Teknologi Bandung, tapi Tendean dengan sengaja tidak serius menyelesaikan ujian masuk kedua sekolah tersebut sehingga dia dinyatakan tidak lulus. Melihat hasil ini, akhirnya orang tuanya memperbolehkan dia mengikuti ujian masuk Akademi Militer Nasional . Tendean dianjurkan untuk memilih satuan Zeni yang merupakan cabang teknis militer angkatan darat, supaya dia di kemudian hari mempunyai kesempatan untuk melanjutkan studi ke ITB.[8] Setelah diterima menjadi taruna AMN, Tendean memilih untuk masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) . Tendean diterima sebagai calon taruna ATEKAD angkatan ke-6 pada bulan November 1958 dan dilantik pada tanggal 26 November 1958 di Stadion Siliwangi
Pada tanggal 15 April 1965, Pierre ditugaskan menjadi ajudan Jenderal Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata. Nasution sebelumnya telah kenal baik dengan keluarga Tendean. Pada saat Tendean mengikuti ujian masuk FKUI di Jakarta, dia menumpang di rumah Nasution. Dan Nasutionlah yang menganjurkan agar Tendean memilih satuan Zeni pada saat dia diterima di AMN.
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September (G30S) mendatangi rumah dinas Nasution dengan tujuan untuk menculiknya. Tendean yang sedang tidur di paviliun yang berada di belakang rumah dinas Jenderal Nasution dibangunkan oleh Yanti Nasution, setelah dia mendengar suara tembakan dan keributan. Tendean pun mengambil senjata garandnya dan keluar untuk memeriksa keadaan di luar. Pada waktu Tendean keluar dia disergap oleh penculik. Dia kemudian berkata, "Saya ajudan Nasution". Yang mendengar pernyataan Tendean tersebut mungkin tidak sepenuhnya mendengar kata "ajudan" dan ditambah keadaan penerangan yang gelap sehingga mereka mengira Tendean adalah Nasution sendiri. Nasution sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar Tendean lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya. Dia ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama keenam perwira lainnya. Pada tanggal 4 Oktober 1965, jenazahjenazah dalam sumur di Lubang Buaya diangkat oleh prajurit-prajurit
Hasil visum et repertum menyatakan bahwa pada jenazah Tendean terdapat empat luka tembak yang masuk dari bagian belakang dan dua luka tembak yang keluar pada bagian muka. Selain itu, luka-luka lecet terdapat di dahi dan tangan kiri, dan pada kepala terdapat tiga luka menganga karena kekerasan tumpul. Pada tanggal 5 Oktober 1965, Tendean bersama keenam perwira lainnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
sifat yang diteladani dari Pierre Tendean adalah : Cinta Tanah Air walaupun Ia memiliki darah campuran Indonesia, semagat dan pantang menyerah yang ada di dalam dirinya
Daftar Pusaka : 1. Google -> 6 Oktober 2023 2. Wikipedia -> 24 September 2023 -> 6 Oktober 2023 3.Wikipedia -> 24 September 2023 -> 20 Oktober 2023