Sehari-hari kita rasakan sebagai orang pada umumnya, yang sedikit mengenal kita, sedikit
yang memberi kita hadiah, sedikit yang membela kita ketika kita dituduh, sedikit pula yang
mengagumi kita, apalagi sampai mengajak foto bareng. Coba deh jujur, ngrasain hal-hal diatas
juga, kan? Melihat artis-artis, para influencer, atau tokoh terkenal lainnya yang banyak
fansnya rasanya iri, pengen juga dikagumi kaya gitu. Serasa harinya penuh warna. Kalau lagi
sedih butuh teman, langsung banyak yang datang. Kalau lagi butuh bantuan, ngga sedikit yang
pengen bantu.
Lah, sedangkan kita yang ngga ada apa-apanya dibandingkan tokoh viral tadi? Jauh dari kata
banyak temen, banyak yang membantu, banyak yang mengagumi. Setuju? Kita mau ikut-
ikutan viral kayak mereka juga kenyataannya berat banget, karena jaman sekarang udah
banyak orang yang pengen jadi viral. Sampai-sampai mengorbankan apa pun yang dia punya.
Menghalalkan segala cara. Udah ngga pandang halal-haram lagi, tuh. Astaghfirullah…
Namun kalau dipikir-pikir, emangnya viral itu cuma bisa di dunia nyata dan dunia maya?
Engga, kan? Masih ada tempat lain kok di mana kesempatan jadi viral itu besar banget. Yap,
di langit. Selain kesempatannya besar, caranya juga gampang. Ngga usah menghalalkan yang
haram dan mengharamkan yang halal. Pokoknya sesuai jalur yang bener, deh. Asal kita
niatnya lurus dan mau terus berusaha, viral itu akan jadi milikmu. Yap, kamu jadi viral. Masa
ngga mau?
Emang tau apa kamu kok bisa viral di langit? Oh, ya jelas udah ada buktinya, dong. Penasaran
kan gimana kelanjutannya? Kenapa sih harus jadi viral? Apa penting banget ya jadi viral apa
engga? Dan kenapa juga viralnya harus di langit? Kenapa ngga di tempat lain aja, misal di inti
bumi atau lautan yang indah, gitu?
Daripada berlama-lama penasaran, yuk, kita bahas semua kegelisahanmu di halaman
berikutnya. Semoga kamu bisa jadi seseorang yang terbaik saat viral nanti dan semoga
viralnya terus berlanjut, bukan yang muncul sebentar lalu menghilang selamanya. Aamiin
allahumma aamiin.
TAK KENAL MAKA TAK SAYANG
Siapa, sih disini yang ngga pengen disayang? Pastinya pengen, ya? Disayang sama makhluk
yang ada di bumi aja rasanya udah seneng banget, apalagi yang ada di langit? Tapi, emang
siapa aja, sih yang ada di langit itu? Emangnya di langit ada kehidupan? Terus bisa ngelihat
kita, gitu? Kok bisa, sih? Gimana ceritanya?
Daripada berlama-lama tenggelam dalam pertanyaan, yuk, kita bahas. Pasti kamu pernah
denger peribahasa “Tak Kenal maka Tak Sayang”, kan? Nah, kira-kira apa artinya? Artinya, jika
kita belum mengenal sesuatu, pasti mustahil untuk menyayanginya. Sebaliknya, jika kita telah
mengenal sesuatu, pasti akan sangat mungkin untuk menyayanginya.
Coba kamu perhatiin kehidupan sehari-hari. Pasti kamu suka sama dia karena udah kenal
dulu. Misal pun baru pandangan pertama udah jatuh hati padanya, belum kenal namanya,
belum tau identitasnya, dan belum tau tentang dirinya seutuhnya tapi kok udah jatuh hati, itu
tandanya kamu udah kenal dia. Kenapa bisa seperti itu? Ya karena setidaknya kamu udah tau
gimana fisiknya, gimana perilakunya, gimana dia nglakuin sesuatu. Itu misal kalau kamu
ketemu secara langsung.
Kalau secara online, bisa juga disebut udah kenal meskipun belum tau dirinya seutuhnya.
Kamu pasti tau nomernya, atau akun media sosialnya, atau bahasa yang digunakan sehari-
harinya. Iya, kan? Itu artinya kamu udah kenal siapa dia walaupun baru sebagian yang kamu
tahu. Nah, setelah kenal terus nyaman, ngga jarang dari kita jadi jatuh hati padanya. Apakah
jatuh hati itu bukan sayang namanya? Jelas, ya bahwa sekedar tahu aja udah bisa disebut
kenal, dan bisa jadi sayang bila udah kenal.
Begitu juga dengan peribahasa ini bisa diterapkan buat penduduk langit. Kita ngga bakalan
sayang sama penduduk langit kalau belum tahu siapa aja yang tinggal disana, apa aktivitas
sehari-harinya, dan bagaimana kehidupannya. Ya, gimana mau sayang kalau ngga mau
kenalan? Yuk, kita kenalan sama penduduk langit.
Ada siapa aja, sih kira-kira di langit itu? Di antaranya ada Allah–Tuhan semesta alam--,
malaikat-malaikat-Nya, beberapa para nabi dan lain-lain yang tidak kita ketahui. Para nabi ada
siapa aja? Disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau Isra’ Mi’raj
bahwa di langit pertama beliau bertemu dengan Nabi Adam ‘alaihis salam, di langit kedua
bertemu Nabi Yahya ‘alaihis salam dan Nabi Isa ‘alaihis salam, di langit ketiga bertemu Nabi
Yusuf ‘alaihis salam, di langit keempat bertemu Nabi Idris ‘alaihis salam, di langit kelima
bertemu Nabi Harus ‘alaihis salam, di langit keenam bertemu Nabi Musa ‘alaihis salam, dan
di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Selebihnya yang ada di langit, itu wallahu’alam, hanya Allah yang tahu. Intinya, di langit itu
ada penduduknya dan mereka selalu bisa melihat apa yang kita lakukan. Selain itu, mereka
juga sangat mengenal kita, membersamai kita meskipun kita ngga tahu, dan bahkan
menyayangi kita. Lalu, pertanyaannya sekarang, kenapa kita harus sayang sama mereka? Kan,
kita yang mau viral, kok kita yang menyayangi mereka?
Eits. Apa kamu lupa caranya viral di dunia ini? Bukannya kalau mau viral itu harus melakukan
hal-hal yang mereka sukai dan lakukan sesuatu tersebut dengan sebaik mungkin agar mereka
mau membagikannya? Nah, itu di dunia. Di langit juga begitu. Justru lebih mudah viral di langit
daripada di dunia. Tapi bukannya di dunia ini nglakuin hal yang ngga mereka suka juga bisa
viral? Terus itu gimana ceritanya?
Iya, sih emang. Viral itu ada berbagai jenis. Ada yang viralnya dengan sebaik mungkin dia
usahakan, atau mungkin ada yang ngga sengaja dia lakukan tiba-tiba viral gitu aja. Tapi, kedua
perbedaan tersebut akan berbeda hasil dan dampaknya nanti setelah kita viral. Coba, deh
lihat lagi sekeliling kita. Orang yang viralnya tiba-tiba pasti hilangnya tiba-tiba pula. Coba
diingat lagi, tokoh viral zaman dulu yang suka joget-joget di media sosial apakah sekarang
masih viral? Engga, kan? Nah, itu tanda bahwa viralnya cuma tiba-tiba aja.
Di sini saya pengen ngajak kamu biar bisa viral selamanya, engga yang dikit-dikit muncul, dikit-
dikit ngilang, kaya dia. Ups. Pasti sakit, kan kalau kamu digituin? Ngga nyaman juga rasanya
dimainin.
Setelah tahu siapa aja yang ada di langit, kira-kira gimana lagi cara biar kita sayang sama
mereka? Yap, tahu profilnya. Profil di sini bukan berarti profil Whatsapp atau profil media
sosial, ya. Maksudnya profil kehidupannya atau bisa juga disebut latar belakangnya. Nah,
untuk tahu profil ini kita harus belajar lebih dalam dan lebih luas. Biar apa? Biar kita semakin
kenal dengan mereka dan semakin mudah untuk menyayanginya.
Emang harus banget belajar tentang kaya gitu, ya? Cuma mau viral susah banget, sih? Oh
engga, kok. Kalian pahami dulu apa yang didapat ketika mau belajar agama lebih dalam dan
lebih luas agar terus semangat buat belajar. Penasaran, kan? Yuk, simak hadits dari Rasulullah
berikut
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Nah, siapa di sini yang ngga pengen masuk surga? Pastinya pengen, ya. Surga yang begitu luas,
serba enak, apa yang kita inginkan langsung tercapai, udah ngga ada usaha lagi, ngga ada rasa
capek lagi, ngga ada segala macam yang ngga kita suka. Pokoknya enak banget, deh. Rasanya
nyesel kalau besok kita ngga kebagian tempat disana. Semoga itu ngga terjadi pada kita, ya.
Jika di dunia saja ada jalan pintas untuk menuju ke suatu tempat dan kita bisa merasakan
enaknya, apalagi di surga besok di mana setiap kita mencari ilmu, maka jalan untuk menuju
surga lebih dekat. Gimana? MasyaAllah sangat, kan? Begitu baiknya Allah sama kita. Baru
sadar, ya bahwa Allah itu baik? Hm, sepertinya kamu kurang mengenal-Nya. Tapi ngga papa,
kita disini belajar bareng untuk mengenal-Nya dan berusaha semaksimal mungkin untuk terus
taat kepada-Nya. Siap lanjut ngga, nih? Oke, kita lanjut, ya.
Belajar itu juga bukan separuh-separuh, gengs. Jangan diambil yang kita suka aja, yang ngga
suka kita buang. Contohnya di zaman sekarang ini, banyak dari kita yang mengamalkan ilmu
hanya dari segi suka sama suatu amalan karena dilihat dapat menguntungkan materinya,
sedangkan amalan lain yang kelihatannya ngga menguntungkan untuk dunianya, maka ia
tinggalkan. Padahal, perilaku semacam ini jelas dilarang oleh Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Q.S.
Al-Baqarah : 208)
Tuh, kan. Kita disuruh masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, jangan setengah-setengah.
Nanti pahala yang didapat juga setengah, gimana? Waktu di dunia aja dapet hadiah cuma
setengah udah nyesel banget, berasa rugi, berasa kurang beruntung, apalagi besok di akhirat
dapetnya cuma setengah. Apa engga nyesel banget, tuh? Ingat, ya bahwa kehidupan kelak di
akhirat lebih lama lagi daripada di dunia. Di dunia paling kita hidup cuma beberapa puluh
tahun, engga sampai beratus-ratus tahun. Apa di zaman sekarang ada yang umurnya sampai
250 tahun? Pastinya engga, dong. Itu menandakan kepada kita bahwa hidup ini cuma singkat.
Rasanya baru kemarin jadi anak kecil tiba-tiba aja udah meninggal. Bener, kan?
Kalau kata orang Jawa, “Urip iku mung mampir ngombe”. Artinya, hidup itu hanya sekedar
mampir minum. Ungkapan ini menggambarkan begitu singkatnya manusia hidup. Sesingkat
kita mampir minum di warung. Jelas banget, ya bahwa hidup di dunia ini hanya sementara.
Nah, sedangkan di akhirat kelak udah ngga ada lagi tuh yang namanya kematian, karena
kematian sendiri akan disembelih. Hal ini berdasarkan salah satu hadits shahih yang
diriwayatkan Imam al-Bukhari, Imam Muslim, serta Imam Nasa’i.
Dalam hadits itu, Rasulullah menuturkan kejadian yang akan menimpa kematian, kelak ketika
seluruh manusia sudah dimasukkan ke tempatnya masing-masing sesuai hasil hisab atas
amalan. Hadits ini juga dikutip Ibnul Qayyim al-Jauziyah, penulis kitab Raudhatul Muhibbin.
“Jika Allah sudah memasukkan penghuni surga ke surga, dan memasukkan penghuni neraka
ke neraka, maka datanglah kematian memenuhi panggilan. Kemudian didirikanlah pagar di
antara para penghuni surga dan penghuni neraka, kemudian dikatakan, “Wahai para
penghuni surga!” Mereka memandang dalam keadaan takut. Kemudian dikatakan, “Wahai
para penghuni neraka!” Mereka memandang dalam keadaan gembira, karena mengharapkan
syafa’at.
Kemudian dikatakan kepada para penghuni surga dan neraka, “Apakah kalian mengetahui
ini?”
Mereka semua menjawab, “Kami telah mengetahuinya. Itu adalah kematian yang dahulu
mendatangi kami.”
Lalu kematian itu dibaringkan di atas pagar dan disembelih dengan sekali sembelihan.
Kemudian dikatakan, “Wahai para penghuni surga, kekekalan dan tidak ada kematian (bagi
kalian). Wahai para penghuni neraka, kekekalan dan tidak ada kematian bagi kalian.”
Waduh, ngeri, ya ternyata. Di dunia kalau lagi tertimpa musibah atau bencana masih ngerasa
aman karena cuma sementara. Sebaliknya, kalau lagi dikasih nikmat buat seneng-seneng juga
hanya sementara. Ngga mungkin, kan selama hidupnya seneng terus? Atau malah ceritanya
sedih terus? Engga, kan?
Nah, makanya mumpung masih di dunia jadilah orang yang “serakah”. Serakah di sini
maksudnya serakah sama kebaikan lho, ya. Bukan yang serakah dalam artian buruk. Kenapa
mesti serakah? Ya itu tadi, hidup cuma sementara tapi kalau ngga dimaksimalin dengan sebaik
mungkin pasti akan nyesel besok di akhirat. Jadilah kita orang-orang yang rugi, naudzubillah.
“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.” (QS. Al-‘Asr : 2-3)
Kita sebagai manusia harusnya ngerasa rugi banget hidup di dunia ini. Namun, kita juga bisa
memilih untuk tidak menjadi orang yang rugi, kok. Gimana caranya? Seperti yang disebutkan
dalam QS. Al-‘Asr di atas, bahwa orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, saling
menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, mereka lah yang akan
menjadi orang yang beruntung. Wah, masyaAllah, ya. Hayo, sekarang kamu mau pilih mana?
Jadi orang yang rugi atau orang yang beruntung? Pilihan itu ada di tanganmu. Perbuatanmu
yang mencerminkan jawaban dari pertanyaan tadi.
Baik, kita lanjut tahap menyayangi penduduk langit selanjutnya, ya. Siap? Diharapkan untuk
menyimak sampai akhir agar jatuh cintanya bisa full 100%. Tahap selanjutnya adalah selalu
membersamainya. Selalu bersama dengan penduduk langit ada banyak cara. Tadi udah kita
sebutkan dalam QS. Al-‘Asr ayat 2-3. Namun, apakah hanya itu? Tidak, masih ada lagi. Ilmu
Islam itu luas, ya. Jadi, bukan hanya mengatur ibadah ritual saja, melainkan semua aktivitas
bisa jadi ibadah jika itu diniatkan karena Allah.
Misalnya, nih kamu makan, bisa jadi ibadah dan nambah pahala jika sebelum dan sesudah
makan berdoa dulu, atau kegiatan lain, deh. Bisa juga kok jadi ibadah dan nambah pahala.
Asal syaratnya itu tadi, ya. Niat karena Allah. Jadi, ngga hanya kegiatan wajib aja yang
menghasilkan pahala, tapi yang hukumnya sunnah dan mubah pun bisa.
Sekarang, saya mau tanya. Sunnah itu artinya apa? Jika dikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan tidak berpengaruh apa-apa. Setuju? Ya, karena kita diajarkan arti yang seperti
itu. Padahal, jika kita ngga mau nglakuin yang sunnah itu jujur nyesel banget. Kenapa? Karena
yang wajib aja kita belum tau amalannya diterima atau engga, kok ngga mau nglakuin sunnah.
Emang nanti saat penghisaban amalan tapi ternyata amalannya ngga ada yang diterima, kita
masih punya apa? Coba bayangin jika kamu ada di posisi seperti itu. Nah, kebayang, kan
nyeselnya kaya apa?
“Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal seorang
hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika
shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada
shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, ‘Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah
sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?’ Lalu setiap amal akan
diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih)
Jadi, bukan hanya perkara shalat aja, melainkan ibadah wajib yang lain butuh tambahan
sunnah juga. Biar apa? Biar ada cadangan saat hisab nanti. Namun kalau misal ibadah wajib
udah keterima, terus sunnahnya gimana? Ya berarti itu jadi tambahan amal kebaikan kalian
pada saat ditimbang nanti. Enak, bukan? Nah, berarti ibadah sunnah itu apa? Ya, jika
dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan rugi.
Selain itu, nglakuin sunnah juga bukti cinta kita kepada Rasulullah Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam, karena kita mau meniru kebiasaan yang Rasulullah lakukan. Coba kita lihat
fans-fans para artis, baik artis nasional maupun internasional. Apa yang mereka lakukan? Ya,
rela mengorbankan segala yang mereka punya untuk idolanya. Seperti menghabiskan waktu
untuk melihat tayangannya di televisi, atau menghabiskan uangnya untuk nonton konser di
panggung, atau “membuang” kuotanya untuk support abis-abisan biar idolnya menang, atau
bahkan sampai rela niruin semua aktivitas yang idol lakukan agar terlihat sama.
Astaghfirullah… Ini membuat kita sadar. Jangan-jangan kita juga seperti itu kepada tokoh yang
kita idolakan tapi ngga berbuat kaya gitu sama Nabi kita sendiri, Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam. Harusnya kita malu. Rasulullah lah yang membawa Islam ini sampai kepada kita
sehingga Islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kok bisa-bisanya kita ngga
memperdulikan itu semua? Itu baru dampak di dunia yang kita rasakan. Belum lagi besok
kalau udah dikumpulkan di Padang Mahsyar. Siapa yang akan menolong kita? Siapa yang akan
memberi kita syafaat? Siapa yang akan memberi kita minum disaat kita kehausan karena
teriknya matahari yang begitu panas? Siapa? Siapa?
Sadarlah wahai diri… Semua itu Rasulullah yang melakukan. Beliau rela mengorbankan dirinya
hanya demi umatnya. Sampai-sampai disaat maut akan menjemputnya, apa yang dikatakan
oleh beliau? “ummati… ummati… ummati…” artinya “umatku… umatku… umatku…”. Ya, yang
dipikirkan hanya umatnya. Beliau tidak mengatakan “hartaku… anakku… istri-istriku…”.
Engga, kan? Kenapa? Karena beliau menganggap bahwa umatnya begitu penting daripada
harta, anak, atau istri yang beliau punya. Cuma satu yang penting bagi beliau. Umatnya.
Hari kiamat merupakan peristiwa kehancuran alam semesta dan menjadi awal bagi kehidupan
yang kekal. Sebelum menuju surga atau neraka, umat manusia akan dibangkitkan lalu
dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menjalani pengadilan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pada hari itu, semua manusia hanya akan memikirkan dirinya sendiri. Bahkan, ketika
orangtua, suami, dan anak di sebelahnya diseret oleh malaikat, mereka tidak akan saling
menolong karena lebih mementingkan nasibnya sendiri. Namun, ada manusia yang tidak
henti-hentinya kesana kemari memohon kepada Allah untuk keselamatan manusia lainnya.
Pada saat matahari begitu teriknya, dia memanggil manusia untuk diberi minum. Siapa dia
sebenarnya? Beliau adalah Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur di hari kiamat
nanti adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Nantinya, Malaikat Jibril datang kepada Nabi dengan membawa buraq, lalu malaikat Israfil
membawa bendera dan mahkota, sedangkan Malaikat Izrail datang dengan membawa
pakaian-pakaian syurga. Israfil bersuara, “Wahai Roh yang baik, kembalilah ke tubuh yang
baik”, maka kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mulai terbongkar. Pada
seruan yang ketiga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri. Rasulullah membersihkan
tanah dari atas kepala dan janggutnya. Kemudia dilihatnya kondisi di sekitar yang sudah rata
dengan tanah. Nabi Muhammad kemudian menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kekasihku Jibril, gembirakanlah aku.”
Jibril berkata, “Lihatlah apa yang ada di hadapanmu.”
Rasulullah bersabda, “Bukan seperti itu pertanyaanku.”
Jibril kembali berkata, “Adakah kau tidak melihat bendera kepujian yang terpasang di
atasnya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukan itu maksud pertanyaanku, aku
bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka? Niscaya akan kuatlah
pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafa’atkan umatku.”
Jibril menyeru, “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan
yang telah disediakan oleh Allah Ta’ala.”
Umat-umat datang dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam berjumpa satu umat, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam akan
bertanya, “Di mana umatku?”. Jibril berkata, “Wahai Muhammad, umatmu adalah umat yang
terakhir.”
Sampailah saat umat Nabi Muhammad yang muncul dengan menangis serta memikul beban
di atas belakang mereka sambil menyeru, “Wahai Muhammad!”. Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Umatku!”, mereka berkumpul di sisinya sambil
menangis. Kemudian Nabi bersujud kepada Allah dengan sujud yang sangat lama. Sampai
Allah Ta’ala mengatakan, “Ya Muhammad bangkitlah dari sujudmu!”
“Ya Allah saya tidak akan bangkit dari sujud sebelum saya mendapatkan apa yang Engkau
janjikan. Ya Allah berikan saya kesempatan untuk memberi minum kepada umat-umat saya,
mereka kehausan ya Allah di bawah terik matahari.”
Akhirnya Allah mengatakan, “Ya Muhammad, ini telaga Al-Kausar, beri minum pada
umatmu.” Lalu dipanggillah, “umatku, umatku, umatku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal dijamin masuk surga, ditampakkan padanya
surga firdaus tempatnya akan tinggal. Namun, beliau tidak tersenyum sedikit pun dan hanya
mengatakan, “umatku, umatku, umatku.” Nabi terus memberikan minum satu per satu.
Bahagia sekali ketika bertemu umatnya seperti bertemu kekasih lama dan memberikan
minum. Setelah minum satu teguk, maka manusia tidak akan haus selama-lamanya. Setelah
memberi minum umatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sujud lagi.
“Ya Muhammad kenapa engkau sujud lagi?” kata Allah. Sujudnya lama sekali sambil menangis
di hadapan Allah. “Bangun Ya Muhammad, akan aku berikan apapun yang engkau minta.”
“Ya Allah, selamatkanlah umatku dari Sirat.”
Kata Allah, “Maka tunggulah mereka di ujung Sirat.”
Nabi kemudian menunggu kita di ujung sirat sambil mengatakan, “Ya Allah selamatkan, Ya
Allah selamatkan.”
Maka yang amalnya banyak dia lewat namun ada juga yang jatuh ke dalam neraka. Ketika
tahu umatnya masih banyak yang ada di dalam neraka, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam langsung sujud lagi.
“Ya Muhammad bangkitlah dari sujudmu, apa yang engkau inginkan?”
“Ya Allah, selamatkanlah seseorang yang di dalam hatinya ada iman walaupun sebesar biji
kurma.” Lalu Allah menyetujui, Nabi langsung ke neraka dan mencari umatnya yang memiliki
iman sebesar biji kurma. Ketika bertemu dengan Rasulullah umat ini habis disiksa dan
tubuhnya luka parah. Kemudian Rasulullah memeluk mereka dan mempersilahkan masuk ke
surga. Setelah tidak ada lagi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kembali sujud di
hadapan Allah dengan sujud yang sangat lama. Dalam sujud lama itu kemudian Nabi
menangis. Lalu Allah berkata, “Ya Muhammad kenapa engkau menangis?”
“Ya Allah, selamatkanlah umat saya dari api neraka yang mereka di dalam hatinya ada iman
sekecil biji jagung.”
Kata Allah, “Aku Izinkan.” Akhirnya Nabi Muhammad lari lagi ke neraka, “Wahai malaikat
keluarkan umatku yang di hatinya ada iman sebesar biji jagung.” Keluar lagi, sekian ribu dan
sekian juta umat Nabi Muhammad. Apakah sudah selesai? Ternyata tidak. Nabi Muhammad
kembali lagi menghadap Allah lalu bersujud dengan sujud yang sangat lama. Sampai Allah
berkata, “Ya Muhammad, bangkit, apa yang engkau inginkan?”
“Ya Allah, keluarkanlah umatku dari api neraka yang di hatinya ada iman sebesar biji sawi
(zarrah).”
“Aku izinkan.” Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kembali berlari ke neraka untuk
menyelamatkan umat-umatnya yang di dalam hatinya terdapat iman, walau sekecil biji
zarrah. Setelah itu, kembali lagi ke arash Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam kembali sujud.
“Ya Allah…”
“Ya Muhammad, apa lagi ya Muhammad? Bukankah Aku sudah menyelamatkan banyak dari
umatmu?”
“Ya Allah, demi kasih sayang yang Engkau miliki, selamatkanlah umatku yang mereka tidak
punya amal, kecuali hanya mengatakan, ‘La Illaha Illallah’”
“Aku izinkan.” Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berlari kembali ke
neraka, menyelamatkan umatnya atas izin dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Sang Pencipta.
Setelah membaca hadits di atas, rasa-rasanya jadi pengen banget dapat syafa’at dari
Rasulullah. Bener-bener rugi kalau ngga kita usahakan semaksimal mungkin untuk dapat
syafa’at itu. Coba sekarang saya tanya, apakah ada di sini yang ngga pengen dapat syafa’at
dari Rasulullah? Pasti kebanyakan dari kita pengen. Namun, apakah rasa pengen itu cuma
sekedar pengen aja? Pastinya engga, dong. Harus ada usaha yang dilakukan agar syafa’at itu
sampai kepada kita. Tadi udah disebutin ada beberapa usaha yang bisa kita lakukan untuk
dapet syafa’at dari Rasulullah. Penasaran ngga nih usaha apa lagi yang harus kita lakukan?
Kalau penasaran, mari kita lanjutkan.
Nah, usaha selanjutnya adalah dengan memperbanyak membaca shalawat. Kenapa mesti
shalawat? Karena dengan shalawat kita berhak mendapat syafa’at Rasulullah kelak. Dari
‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa
bershalawat kepadaku atau meminta agar aku mendapatkan wasilah, maka dia berhak
mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat nanti.” (Hadits ini terdapat dalam Fadhlu Ash
Sholah ‘alan Nabiy no. 50, Isma’il bin Ishaq Al Jahdiy. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Tak hanya itu, setiap kita bershalawat sekali pada Rasulullah, maka Allah akan bershalawat
kepada kita sepuluh kali. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 408)
Kata Al-Qadhi ‘Iyadh sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih
Muslim (4:16) menyatakan bahwa yang dimaksud yaitu Allah akan memberikan ia rahmat
dan akan dilipatgandakan karena setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh yang semisal.
Shalawat yang kaya apa? Bebas. Boleh semua. Namun harus diingat, bahwa shalawat yang
dimaksud sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah lho, ya. Jika melenceng dari itu, maka akan
sia-sia ibadah kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa membuat
suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka
perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Waduh, berarti ngga dapat apa-apa dong kalau gitu? Yap, benar sekali. Sia-sia banget, kan?
Maka dari itu, mulai sekarang ibadahnya diteliti lagi, apakah ada dalil shahihnya atau engga.
Jika ada, silahkan dilanjut. Jika tidak ada, tinggalkan. Ternyata membangun sunnah yang
hampir dilupakan sama masyarakat punya keutamaan besar, lho. Imam Muhammad bin
Ismail al-Bukhari berkata, “Orang muslim yang paling utama adalah orang yang
menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah
ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pecinta sunnah
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) karena sesungguhnya kalian adalah orang yang
paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia).”
Allah Ta’ala memuji semua perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menamakannya
sebagai teladan yang baik.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab : 21)
Ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berarti dia telah menempuh ash-shirathal mustaqim (jalan yang lurus) yang akan
membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah Ta’ala. Lihat keterangan Syaikh
Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsir beliau (hal. 481).
Ayat ini juga mengisyaratkan satu faedah yang penting untuk direnungkan, yaitu keterikatan
antara meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kesempurnaan
iman kepada Allah dan hari akhir, yang ini berarti bahwa semangat dan kesungguhan
seorang muslim untuk meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
merupakan pertanda kesempurnaan imannya.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menjelaskan makna ayat di atas, beliau berkata,
“Teladan yang baik (pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) ini, yang akan
mendapatkan taufik (dari Allah Ta’ala) untuk mengikutinya hanyalah orang-orang yang
mengharapkan (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan) di hari akhir. Karena (kesempurnaan)
iman, ketakutan pada Allah, serta pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan akan
siksaan Allah, inilah yang memotivasi seseorang untuk meneladani (sunnah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” hal. 481)
Betapa pentingnya menghidupkan sunnah yang hampir punah ini di kalangan masyarakat.
Beruntunglah kalian yang mau mengusahakannya. Ternyata, masih ada lagi loh cara agar
lebih beruntung. Seperti yang udah saya jelaskan di atas, bahwa kita harus “serakah” sama
kebaikan. Jangan merasa puas dengan kebaikan yang kita lakukan. Inget, amal kebaikan kita
belum tentu diterima tetapi dosa yang kita lakukan akan selalu tercatat.
Lalu, amalan apa lagi yang dapat kita lakukan? Salah satunya yaitu dengan mengajak orang-
orang untuk ikut mengamalkan sunnah. Bukan hanya amalan sunnah, melainkan amalan-
amalan lain yang telah Rasulullah ajarkan. Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan
satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan
mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak
mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Ibnu Majah no. 209)
Syaikh Muhammad bih Shaleh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sesungguhnya sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika semakin dilupakan, maka (keutamaan)
mengamalkannya pun semakin kuat (besar), karena (orang yang mengamalkannya) akan
mendapatkan keutamaan mengamalkan (sunnah itu sendiri) dan (keutamaan)
menyebarkan (menghidupkan) sunnah di kalangan manusia.” (Kitab “Manaasikul hajji wal
‘umrah” (hal. 92))
Inget, ini bukan hanya mengajarkan ibadah sunnah, melainkan berlaku juga buat ibadah
yang lain. Di sini tugas kita hanya menyampaikan, jika orang itu mau mengamalkan ajaran
yang kita sampaikan maka kita bakalan dapat pahala seperti orang yang mengamalkan
tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun. Saya kasih contoh aja ya biar lebih mudah
dipahami. Misalnya, kamu mengajari orang lain tentang tata cara sholat dengan benar, jika
orang itu mau mengamalkan, maka kamu akan mendapatkan pahala seperti orang yang
mengamalkannya. Jadi, jika sholat, kamu dapat pahala sholat, pun pahala orang yang kalian
ajarin sholat. MasyaAllah banget, ya. Gimana? Menggiurkan, bukan?
Belum lagi kalau orang yang kalian ajarin ternyata mengajarkan kembali kepada orang lain.
Kalian pasti bakalan dapet pahala lagi dari orang tersebut. Kalau mau diibaratkan, ya kaya
Multi Level Marketing (MLM) gitulah kira-kira. Hanya saja, ini dapatnya pahala dan
kebaikan, bukan harta benda yang sifatnya duniawi semata. Amalan seperti ini namanya
amalan jariyah. Apa itu amalan jariyah? Yap, amalan yang pahalanya terus mengalir
meskipun kita sudah meninggal. Orang-orang biasa menyebutnya investasi akhirat.
Investasi ini dijamin ngga bakalan rugi. Kenapa? Karena Allah yang menjamin semua itu.
Bukan rugi yang kita dapat, tapi untung. Sangat, sangat, menguntungkan.
Nah, investasi akhirat ada apa aja, sih? Ternyata, bukan hanya ilmu yang bermanfaat aja,
melainkan sedekah jariyah dan doa anak yang sholeh/ah juga termasuk di dalamnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka
terputuslah amalannya selain tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan,
atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631)
Tidaklah dipahami bahwa do’a yang bermanfaat dari anak saja, melainkan do’a kebaikan
orang lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat, insyaAllah. Oleh karena itu, kita
dianjurkan untuk memperbanyak kenal dengan orang lain. Kenal di sini maksudnya kenal
dengan orang-orang shalih. Sepertinya kalau kenal saja belum cukup. Harus akrab. Biar apa?
Biar mereka mau turut serta mendo’akan kita saat meninggal nanti. Selain itu, dengan
bergaulnya kita dengan orang-orang shalih, maka, sengaja ataupun tidak, kita akan ikut
sholih seperti mereka. Ibaratnya kaya seseorang yang berteman dengan penjual minyak
wangi. Kalau ngga dikasih minyak wangi, setidaknya kita kecipratan bau wangi darinya.
Sebaliknya, jika berteman dengan seorang pandai besi, bisa jadi percikan apinya mengenai
pakaian kita, dan kalaupun tidak kita tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.
Nah, mau milih teman yang kaya gimana? Seperti penjual minyak wangi atau seorang pandai
besi? Pastinya pengen teman yang kaya penjual minyak wangi, ya. Namun, kriteria teman
yang baik itu kaya gimana, sih? Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata, “Secara
umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut:
orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan
bukan orang yang rakus dengan dunia.” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
Kemudian beliau menjelaskan, “Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan
berteman dengan orang yang bodoh karena orang yang bodoh ingin menolongmu tapi
justru dia malah mencelakakanmu. Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang
yang memahami segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri maupun
tatkala dia menjelaskan kepada orang lain. Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang
mulia karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada
hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan orang yang
fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut
kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan
berteman dengan ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan
bid’ahnya.” (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik
dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Agama seseorang sesuai dengan agama
teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no.
927)
Nah, ternyata pengaruh teman itu besar banget, ya. Makanya, mulai sekarang mencoba
untuk pilah-pilih teman mana yang baik dan mana yang kurang baik. Kalau ada teman kalian
yang baik, maka peganglah erat. Jangan sampai lepas. Kalau teman kita yang kurang baik,
gimana? Ya biarin aja, kalian tetap berteman tapi sebaiknya jangan terlalu dekat. Kenapa?
Agar kita tidak seperti mereka. Rugi kan kalau kita udah berusaha untuk menjadi lebih baik
tapi malah bertindak kurang baik (lagi) karena pengaruh pertemanan.
Dari semua bahasan ini mungkin masih ada yang bingung. Kenapa pembahasannya bisa
sampai pertemanan, padahal awalnya lagi bahas cara mencintai penduduk langit. Emang
jauh banget, sih. Namun, inilah cara-cara yang dapat kita lakukan agar bisa terus bersama
penduduk langit. Yaitu dengan memperbanyak ketaatan kita kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Baik dilakukan dengan melaksanakan ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Jika
mencintai penduduk bumi saja mudah, pasti mencintai penduduk langit juga mudah, dong.
Mari kita bangun cinta untuk senantiasa mencintai penduduk langit.
Terkadang mencintai sesuatu yang tak terlihat itu lebih sulit dibandingkan mencintai
sesuatu yang kasat mata. Lalu, jika sulit bukan berarti tidak bisa, kan? Semua itu bisa asal
terbiasa. Butuh lebih banyak pengorbanan, tapi tenang, nanti akan dibalas sesuai
pengorbanan yang kita lakukan, kok. Bahkan, bisa lebih daripada itu. Bukan hanya
pengorbanan dalam hal kebaikan atau ketaatan saja yang dibalas, melainkan maksiat yang
sering kita lakukan juga akan ada balasannya. Semua perbuatan yang kita lakukan akan
dihisab nantinya. Termasuk barang-barang yang kita miliki. Maka berhati-hatilah saat
bertindak agar kelak kita ngga nyesel.
Ingat pesan dari Ali bin Abi Thalib bahwa di dunia ini tempat kita beramal dan bukan tempat
kita dihisab. Nah, nanti saat di akhirat adalah tempat untuk dihisabnya amalan dan bukan
tempat untuk beramal. Jadi, jangan sering kebalik, ya. Lanjutan pesannya adalah kita
disuruh untuk menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Maksudnya
anak-anak akhirat di sini bukan disuruh menjadi seseorang yang segera meninggal,
melainkan seseorang yang masih hidup tapi memikirkan kehidupan akhiratnya. Sebaliknya,
anak-anak dunia yang dimaksud adalah seseorang yang terlalu cinta dengan dunia sampai
lupa dengan kehidupan akhiratnya.
Hayo, mau pilih yang mana? Orang yang cinta dengan akhirat atau cinta dengan dunia?
Jawabannya disimpan sendiri aja buat direnungkan setelah ini. Apa cukup dengan disimpan
dan direnungkan? Tidak, langkah selanjutnya adalah melaksanakan sesuatu yang
mencerminkan jawaban tadi. Jika kalian ingin menjadi anak dunia, maka pikirkanlah dan
kerjakanlah saja amalan-amalan dunia. Namun, kalau kalian memilih untuk menjadi anak-
anak akhirat, maka, mulailah dengan mengerjakan amalan-amalan akhirat. Selain itu,
perbanyaklah mengingat kehidupan akhirat. Misalnya mengingat kematian. Dengan banyak
mengingat kematian, maka diri kita akan selalu terjaga dari perilaku yang kurang baik. Takut
kalau nglakuin maksiat, nanti tiba-tiba malaikat izrail menjemput kita, gimana? Nah lo,
belum taubat udah ngga punya kesempatan lagi. Na’udzubillah.
Hidup itu seperti buku. Cover depan adalah tanggal lahir dan cover belakang adalah tanggal
kematian. Nah, isi buku tersebut adalah hari-hari yang telah kita lalui. Maka, jadilah buku
yang bermanfaat. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Biar apa? Biar buku tersebut
berkesan untuk pembacanya. Disaat kita telah selesai membaca buku, pasti akan sangat
puas dengan ilmu yang disampaikan buku tersebut. Namun, berbeda halnya jika kita
membaca buku yang kurang bermanfaat. Apa rasanya? Yap, mengecewakan.
Kenapa menjadi orang yang bermanfaat itu penting? Karena kata Rasul, “Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Nah, jelas ya bahwa menjadi orang
yang bermanfaat itu penting karena kita akan menjadi sebaik-baik manusia. Jika di sekolah
atau di tempat kerja kita ingin menjadi yang terbaik, masa di akhirat kita ngga mau jadi yang
terbaik pula? Kalian udah tahu kan kalau jadi yang terbaik keuntungannya besar banget?
Alasan inilah yang menjadi viral di langit itu penting.
HIDUP DAN MATIKU
Terkadang saat kita menjalani hubungan dengan pasangan ada rasa capek, bosen, pengen
istirahat, bahkan ada yang sampai pengen udahan. Namanya juga manusia, tempatnya salah
dan khilaf karena ngga pernah bersyukur. Padahal, bersyukur itu sangat penting. Kenapa
bisa penting? Karena jika kita bersyukur, maka kita akan ditambah nikmatnya sama Allah.
Jika kita mengeluh? Azab Allah sangat pedih. Artinya, Allah ngga segan-segan memberi azab
kepada kita karena kebanyakan mengeluh.
Kalau kata guru saya, “Punya dosa boleh, berbuat dosa jangan.” Jadi, balik lagi ke fitrah
manusia yang katanya tempat dosa dan khilaf. Namun, jangan jadikan fitrah tersebut
sebagai kewajaran karena mencari pembenaran. Inget, carilah kebenaran, bukan
pembenaran. Andai semua manusia mencari pembenarannya masing-masing, maka tidak
ada yang bener di dunia ini. Makanya, Allah turunkan syariat-Nya agar dijadikan standar
kebenaran. Jelas, ya?
Oke, lanjut. Membahas tentang mencintai dan dicintai. Jika mencintai makhluk saja ada
masa engga semangatnya, maka wajar jika mencintai penduduk langit juga demikian.
Namun, apakah itu jadi alasan untuk tidak mencintai siapa pun termasuk penduduk langit?
Tidak. Tidak ada alasan untuk tidak mencintai penduduk langit. Jadi, harus mencintai
penduduk langit, ya? Baiknya begitu. Supaya apa? Supaya kita bisa menjadi orang yang
selamat baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Harusnya sedih ketika datang masa mencintai penduduk langit lagi ngga semangat-
semangatnya. Orang-orang biasa menyebutnya dengan futur atau lemah iman. Keadaan di
mana melakukan ibadah saja malas rasanya, apalagi kekuatan untuk mencintai penduduk
langit. Seperti mau sholat lima waktu yang akhirnya sengaja ditunda karena malas, tilawah
Al-Qur’an yang biasanya bisa sampai 1 juz, ini hanya 1 halaman, atau ibadah-ibadah lain
yang biasanya semangat jadi ngga ada semangatnya sama sekali.
Perlu diketahui bahwa penyakit futur ini sangat berbahaya. Jangan biarkan penyakit itu
melawanmu. Kamu harus bisa mengalahkannya. Apa pun yang menimpamu baik musibah
maupun sesuatu yang tidak enak, maka Allah menganggapmu sanggup untuk
melakukannya. Artinya, kamu pasti bisa untuk melawannya.
Biasanya kalau ada akibat, berarti ada sebab yang terjadi. Nah, futur ini kira-kira disebabkan
karena apa? Ternyata setelah saya simpulkan dari beberapa sumber, ada lima penyebab
futur itu melanda kita.
1. Dosa dan maksiat yang sering dilakukan
Seringnya melakukan hal-hal berbau maksiat yang menyebabkan dosa dapat membuat
ibadah kita terasa berat. Terlalu “tenggelam” dalam dosa membuat sulit untuk naik ke
“daratan”. Alasan inilah yang membuat seseorang menjadi nyaman untuk berbuat maksiat
dan enggan untuk segera bertaubat pada Allah. Memang betul kata Rasul bahwa dunia itu
penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir. Janganlah sekali-kali merasa aman
dari godaan setan yang terus mengganggu kita.
2. Tidak ikhlas dan tidak menjaga keikhlasan
Keikhlasan mendorong seorang mukmin untuk bersungguh-sungguh dalam beramal karena
tidak lekas bosan dan jemu. Hal tersebut disebabkan karena dia mengharap ridho dari Allah
dan takut akan siksa-Nya. Sebaliknya, jika keikhlasan melemah atau riya telah menyelusup
ke dalam hati seseorang, maka hal tersebut akan cepat sekali memadamkan semangatnya.
Apa penyebabnya? Yaitu karena dia tidak mengharapkan ridho dari Allah dan hanya
mengharapkan ridho dari manusia. Jadi, ketika manusia tidak sedang berada di dekatnya,
maka ia akan malas melakukan ketaatan kepada Allah.
“Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa’. Allah tempat meminta segala
sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang
setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas : 1-4)
Coba lihat ayat di atas, namanya surat Al-Ikhlas. Apakah ada kata ikhlas di dalamnya? Engga,
kan? Nah, artinya bahwa ikhlas itu ngga perlu disebar-sebarin, ngga perlu ditonjolkan di
depan umum, cukup Allah saja yang tahu. Justru kalau bisa, tangan kanan memasukkan
uang ke dalam kotak amal, tangan kiri jangan sampai mengetahuinya. Begitu pun amalan
yang kita lakukan, jangan sampai orang lain tahu. Cukup diam saja.
3. Berlebih-lebihan dalam melakukan hal mubah
Berlebih-lebihan dalam hal mubah di sini adalah seperti makan, minum, tidur, melakukan
hobi yang kurang bermanfaat, dan lain sebagainya. Setiap kali seseorang melampaui batas
dalam hal-hal yang hukumnya mubah, maka sesungguhnya ia telah kehilangan kenikmatan
dalam ketaatan. Ketahuilah bahwa setan menyesatkan manusia salah satunya dengan
disibukkannya dengan perkara mubah. Maka berhati-hatilah dalam hal ini.
4. Enggan hidup berjama’ah
Sesungguhnya serigala akan lebih mudah memangsa domba yang menyendiri. Begitu pula
dengan manusia yang hidupnya enggan berkumpul dengan orang-orang sholeh. Setan akan
mudah mempengaruhinya sehingga ia akan merasa mudah futur. Itulah mengapa
pentingnya punya teman yang taat sama Allah agar selalu ada yang mengingatkan kita dikala
sedang futur.
5. Minimnya ketaatan
Malas belajar agama membuat kita menjadi bodoh dalam perkara amalan. Sehingga ia tidak
tahu amalan apa yang harus ia kerjakan dan perbuatan mana yang harus ia tinggalkan.
Besok lagi jangan bilang, “Saya ngga mau mencari ilmu itu ah, nanti kalau saya nglanggar
amalan itu jadi dosa. Kan, kalau ngga tahu itu ngga papa. Makanya saya ngga mau mencari
tahu.” Woy Maimunah, memangnya kalau ngga nyari ilmu tersebut bakalan aman dari
hisab? Ya engga lah, pasti akan ditanya, “Kenapa kok ngga mau mencari ilmunya, udah
dikasih otak tapi ngga dipakai dengan benar. Dasar manusia, masuk ke neraka aja sana!” Ya
kurang lebih kaya gitu. Mau digituin? Engga, kan? Ya udah, makanya mending belajar dan
akhirnya dapat jalan pintas menuju surga daripada enggan mencari ilmu tapi yang ada cuma
rugi.
Itulah beberapa penyebab kenapa kita bisa lemah iman, malas melakukan ibadah, dan
sebagainya. Namun, kalian ngga usah khawatir. Jika Allah menurunkan penyakit, pasti ada
obatnya pula. Islam itu lengkap, ya. Semua permasalahan ada solusinya. Mulai dari bangun
tidur sampai bangun negara. Mulai dari masuk Islam sampai masuk surga. Semua ada
pembahasannya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan ketika futur ini menyerang? Berikut kiat-kiat untuk
mengatasinya:
1. Ikhlaskan niat hanya untuk Allah Azza Wa Jalla dalam menuntut ilmu dan beribadah
Jika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu atau beribadah, ia akan memahami bahwa
amalan yang ia lakukan akan diganjar pahala. Selain itu, ia akan bersemangat melakukan
suatu amalan karena mengetahui betapa istimewanya ia yang nantinya akan dikumpulkan
dengan para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh.
“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-
sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta
kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisa : 69)
2. Selalu bersama dengan teman-teman sholeh
Sekali lagi saya ingatkan bahwa betapa pentingnya mencari teman yang sholeh. Bagaimana
tidak, setiap kita salah, ada yang mengingatkan. Setiap kita malas beribadah, selalu diberi
semangat. Nantinya ia akan memberi kita syafa’at di hari kiamat. Misal–semoga tidak
terjadi—kamu di neraka sedangkan temanmu masuk surga, maka temanmu akan
menolongmu agar bisa masuk surga dengannya.
Dari Ibn al-Mubarak dalam Kitabnya “Az-Zuhud” dikatakan bahwa para ahli surga manakala
mereka memasuki surga, tetapi mereka tidak mendapati teman dan sahabat mereka sewaktu
di dunia, maka mereka akan bertanya kepada para malaikat, “Wahai Malaikat, kemana
teman-teman kami dulu sewaktu di dunia?”
Malaikat menjawab, “Teman-teman kalian sedang berada di neraka!”
Maka para ahli surga memohon kepada Allah Ta'ala agar teman dan sahabat mereka
dibebaskan dan dimasukkan ke dalam surga bersama mereka. Allah pun mengabulkan
permohonannya serta memerintahkan kepada mereka, “Jemputlah teman dan sahabat kalian
di neraka dan bawalah bersama kalian ke surga, meskipun hanya ada satu zarrah iman di
dalam hatinya!”
Ulama Tabi'in Imam Hasan Al-Bashri (642-728) juga berkata, “Perbanyaklah berteman dengan
orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.”
3. Bersabar
Loh, ketika futur kok malah disuruh bersabar, sih? Iya, sabar. Sabar di sini maksudnya sabar
untuk terus lawan kemalasan yang ada. Ketika rasa malas muncul, kita dianjurkan untuk
melawan rasa tersebut. Bersabarlah terhadap masalah yang ada. Inget, dunia ini hanya
sementara. Termasuk ujianmu itu hanya sementara. Maka, maksimalkanlah dengan sebaik-
baiknya.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.” (QS. Al
Kahfi: 28)
Engga usah merasa kalau kita itu sendirian. Ada Allah. Allah senantiasa bersama dengan
orang-orang yang sabar. Bahkan ketika kita mampu bersabar, nantinya akan disambut oleh
para malaikat di surga dengan salam penghormatan yang begitu masyaAllah.
“Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau
terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat
tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya
bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak
cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil
mengucapkan), ‘Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.’ Maka alangkah nikmatnya
tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d : 22-24)
4. Perbanyak istighfar
Seperti yang kita ketahui bahwa penyebab futur itu dikarenakan banyaknya dosa sehingga
terlalu nyaman dengan maksiat yang kita lakukan sampai lupa untuk kembali ke jalan yang
benar. Maka, mulailah untuk bertaubat kepada Allah dan perbanyaklah istighfar. Selain
menghapuskan dosa, istighfar juga punya keutamaan lain, lho. Kata Rasulullah, “Barangsiapa
membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap
kesulitan.” Hadits ini terdapat dalam riwayat Abu Daud.
Bukan hanya itu manfaat beristighfar, tapi masih ada lagi. Rasulullah adalah teladan yang
terbaik untuk kita ikuti. Perkataan, perbuatan, dan akhlaknya begitu mulia. Semua janjinya
adalah benar. Tidak pernah berkata dusta. Apakah kamu pernah dengar cerita kalau Rasul itu
suka bohong? Engga, kan? Nah, maka dari itu kita wajib banget untuk menaatinya. Dalam
sebuah riwayat Abu Daud, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang
memperbanyak istighfar, Allah akan membebaskan dari kedukaan, keluar dari kesempitan,
dan rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.”
Wah, masyaAllah, ya. Ternyata manfaat beristighfar tuh banyak banget. Selain dapat
menghilangkan dosa, istighfar juga dapat membebaskan dari kedukaan, keluar dari
kesempitan, rezeki dari arah yang tidak diduga-duga, dan Allah akan memberikan jalan keluar
dari setiap kesulitan. Melakukan amal sholeh itu dapat untung banyak, tapi kenapa masih
disia-siakan? Maka, janganlah menjadi orang yang rugi. Kita harus mampu untuk terus
menjadi orang yang beruntung. Meskipun sulit, tapi kalau yakin, pasti bisa, kok.
“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab
kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).’” (QS. Az-Zumar : 53-54)
Mau sebanyak apa dosa kalian, ngga usah khawatir. Allah Maha Pengampun. Allah juga Maha
Penerima Taubat. Apakah semua dosa bisa diampuni? Ya, tentu. Mau dosa zina, mencuri, riba,
membunuh orang, bahkan berbuat syirik pun Allah akan ampuni dosa-dosa hamba-Nya. Asal,
kita mau berusaha untuk menjauhi perbuatan dosa itu lagi. Jadi, jangan putus asa dan tetap
semangat, ya.
5. Perbanyak do’a
Ketika diri ini mulai ngga nyaman beribadah, menunda-nunda melakukan kebaikan, atau
tetap melakukan kebaikan tapi cuma sekedarnya aja, maka mintalah sama Allah. Berdo’a
sama Allah supaya hati kita dikuatkan lagi untuk terus taat kepada-Nya. Jangan capek untuk
terus meminta agar kita bisa istiqomah. Kita ini manusia tak berdaya yang ngga punya apa-
apa. Sedangkan Allah Maha Pemilik Segalanya. Sudah seharusnya untuk kita yang ngga punya
apa-apa tadi meminta kepada Allah di mana segala yang ada di langit dan di bumi adalah
milik-Nya.
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka
jahanam dalam keadaan hina dina.’” (QS. Ghafir : 60)
Jadi, apa pun itu mintalah sama Allah. Allah kabulkan semua do’a-do’amu. Saya sudah berdo’a
sama Allah tapi kok belum dikabulin, katanya Allah mengabulkan semua do’a? Nah, perlu
diketahui bahwa Allah Maha Mengetahui. Mungkin do’amu belum terkabul karena Allah ingin
melihatmu seberapa sabarnya kamu. Allah juga ingin memberikanmu yang terbaik, mungkin
jika do’a itu dikabulkan sekarang, belum tentu itu yang terbaik untukmu saat ini. Tapi kan saya
sudah berdoa yang baik-baik, niatnya juga baik, masa belum dikabulin juga? Ingat, ya bahwa
yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah. Pun yang terbaik menurut Allah
belum tentu terbaik menurut kita.
“… boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Sejatinya, Allah mengabulkan do’a hamba-Nya melalui tiga cara. Pertama, Allah akan
langsung mengabulkan do’amu. Kedua, Allah tetap akan mengabulkan do’amu tetapi ditunda
dulu karena belum tepat waktunya. Ketiga, Allah ganti dengan yang lebih baik. Jadi, jika do’a
itu telah dilangitkan, tidak akan mungkin untuk tidak kembali kepada orang yang telah
berdo’a. Gimana? Kita taat sama Allah ngga ada ruginya, kan?
Nah, itu dia beberapa solusi yang dapat kita lakukan ketika futur melanda. Jadi, jangan sedih
ataupun khawatir jika terjadi masalah pada diri kita. Hadapi dan lawan ketidaknyamanan tadi.
Kalau kamu ditakdirkan mendapatkan ujian tersebut, artinya Allah menganggapmu mampu
untuk memikul beban tersebut. Masih ingat kalimat tersebut, kan? Udah saya sampaikan di
atas. Nah, kalimat itu juga bukan sembarang kalimat yang dusta karena Allah sendiri yang
bilang dalam QS. Al-Baqarah ayat 286. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala)
dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang
diperbuatnya.”
Terkadang mencintai itu ada rasa lelahnya. Seperti yang sudah saya singgung di atas. Namun,
cinta yang dilandasi karena Allah maka akan sangat tidak mungkin untuk berpisah. Lelah iya,
berpisah tidak. Begitu juga dengan mencintai penduduk langit. Kadang ada rasa capek, futur,
banyak godaan, dan lain sebagainya. Terus gimana cara mengatasi masalah ini? Tenang, harus
ada sesuatu yang bikin dia berharap akan hal itu. Misal, kita belajar karena pengen ranking
satu di kelas. Pasti ketika semangat belajar itu turun, kita akan berusaha untuk semangat lagi
karena jika tidak, maka, kita tidak jadi ranking satu seperti yang kita harapkan.
Nah, begitu juga dengan seorang muslim yang mencintai penduduk langit. Ketika semangat
untuk taat itu menurun, maka ingatlah surga. Katanya pengen masuk surga tapi kok masih
santai-santai? Nanti gimana jadinya kalau ternyata masuk neraka? Pasti ngga mau, kan? Maka
dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapetin surga itu.
Mungkin sebagian dari kita cuma pengen surga tapi masih santai-santai ibadahnya. Terus
gimana biar semangat buat dapetin surga? Ya caranya baca-baca ayat tentang surga. Inget,
tak kenal maka tak sayang. Maka dari itu, yuk, kita kenalan.
Di antara kenikmatan surga yang telah Allah dan Rasul-Nya perkenalkan pada kita adalah:
1. Merasakan nikmatnya sungai susu, arak, dan madu
Sebagaimana Alla Ta’ala berfirman, “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang
dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air
yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya,
sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari
madu yang disaring.” (QS. Muhammad : 15)
2. Mendapatkan istri yang masih belia dan berumur sebaya
Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat
kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya.”
(QS. An-Naba : 31-33)
3. Hidup kekal dengan nikmat lahir dan batin
Sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang masuk surga selalu
merasa nikmat, tidak pernah susah, pakaiannya tidak pernah cacat, dan kepemudaannya
tidak pernah sirna.” (HR. Muslim)
4. Diberi umur muda
Sebagaimana Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ahli surga, berbadan indah tanpa
bulu, matanya indah bercelak, umurnya 30 atau 33 tahun.” (Shohihul Jaami)
5. Memandang wajah Allah yang mulia
Sebagaimana diriwayatkan dari Shuhaib, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika surga telah dimasuki oleh para penghuninya, ada yang menyeru, ‘Wahai penduduk
surga, sesungguhnya Allah mempunyai suatu janji untuk kalian yang janji tersebut berada di
sisi Allah, di mana Dia ingin menunaikannya.’ Mereka berkata, ‘Apakah itu? Bukankah Dia
telah memberatkan timbangan-timbangan kami, memasukkan kami ke surga, dan
menyelamatkan kami dari neraka?’ Beliau melanjutkan, ‘Maka Allah menyingkapkan hijabnya
(tabirnya), sehingga mereka melihat-Nya (wajah Allah). Demi Allah, Allah belum pernah
memberikan sesuatu pun yang lebih mereka cintai dan menyejukkan pandangan mereka
daripada melihat-Nya.’” (HR. Muslim)
Jika ada yang bertanya tentang amal dan jalan menuju ke surga, maka jawabannya telah Allah
berikan secara jelas dalam wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang mulia. Diantaranya
sebagaimana yang Allah jelaskan dalam surat Al-Mu’minuun ayat 1-11. Beberapa sifat-sifat
penghuni surga—semoga Allah menjadikan kita sebagai penghuninya—adalah sebagai
berikut:
Pertama, beriman kepada Allah dan perkara-perkara yang wajib diimani dengan keimanan
yang mewajibkan penerimaan, ketundukan, dan kepatuhan.
Kedua, khusyu dalam sholatnya yaitu hatinya hadir dan anggota tubuhnya tenang.
Ketiga, menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia (tidak mempunyai faedah
dan kebaikan).
Keempat, menunaikan zakat yaitu bagian harta yang wajib dikeluarkan atau mensucikan jiwa
mereka (karena salah satu makna zakat adalah bersuci) berupa perkataan dan perbuatan.
Kelima, menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri dan budaknya.
Keenam, memelihara amanah yang dipercayakan dan memenuhi janjinya baik kepada Allah,
sesama mukmin, maupun makhluk lainnya.
Ketujuh, melaksanakan sholat pada waktunya, sesuai dengan bentuk yang sempurna, dengan
memenuhi syarat, rukun, dan kewajibannya.
Selain ayat di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga telah menjelaskan tentang jalan
menuju surga yaitu dengan menuntut ilmu syar’i. Haditsnya sudah saya cantumkan di atas,
ya. Silahkan kalau mau dibaca ulang bisa manjat lagi ke atas. Hehehe.
Ya Allah, mudahkanlah kami untuk melaksanakan amalan-amalan ini dan teguhkanlah kami
di atasnya. Aamiin.
Kebalikan dari berbagai kenikmatan di atas, sebagian makhluk malah menuju neraka yang
teramat panas. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memperingatkan kepada kita
tentang neraka dalam Kitab-Nya dan melalui lisan mulia Rasul-Nya. Allah telah
menggambarkan kepada kita tentang berbagai bentuk siksaan yang terdapat di dalamnya
dengan penggambaran yang mampu membuat hati dan jantung ini serasa terbelah-belah.
Maka perhatikanlah baik-baik terhadap apa yang datang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
tentang berbagai bentuk siksaan (azab) di dalamnya. Di antara berbagai bentuk siksaan di
neraka adalah:
1. Kulit mereka diganti dengan yang baru
Sebagaimana Allah berfirman, “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.” (An-Nisa : 56)
2. Bara apinya membakar sampai ke hati
Sebagaimana Allah berfirman, “(Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang
(membakar) sampai ke hati.” (Al-Humazah : 6-7)
3. Mereka diseret ke neraka di atas wajah mereka
Sebagaimana dalam firman-Nya, “(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka
mereka.” (Al-Qomar : 48)
4. Minuman mereka seperti besi yang mendidih
Sebagaimana Allah berfirman, “Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi
minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman
yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Al-Kahfi : 29)
5. Tubuh mereka membesar
Sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Gigi taring orang kafir besarnya
seperti gunung uhud dan tebal kulit mereka seukuran tiga perjalanan.” (Shohihul Jaami)
Begitu syadiid (keras) siksaan ini, lalu siksaan apa yang paling ringan bagi penghuni neraka?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya penduduk neraka yang
paling ringan siksanya ialah orang yang mengenakan dua sandal dari neraka lalu mendidih
otaknya karena sangat mencekam panas dua sandalnya.” (HR. Muslim)
Perlu diketahui bahwa terdapat dua jenis sebab yang menyebabkan seseorang masuk neraka
-semoga Allah menyelamatkan kita darinya-.
Jenis pertama adalah sebab-sebab yang menyebabkan pelakunya tidak lagi beriman,
menjadikannya kafir, sekaligus membuatnya kekal di neraka. Di antara sebab-sebab jenis
pertama ini adalah:
Pertama, melakukan syirik akbar (besar), seperti bernadzar dan menyembelih kepada selain
Allah.
Kedua, kufur kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, hari akhir, serta qodho
dan qodhar dengan cara mendustakan, menentang, ataupun meragukannya.
Ketiga, mengingkari kewajiban salah satu rukun Islam yang lima.
Keempat, mengolok-olok dan mencaci Allah, agama-Nya, atau Rasul-Nya.
Kelima, berhukum dengan selain hukum Allah dengan keyakinan hukum tersebut lebih benar
dan lebih bermanfaat, atau setara dengan hukum Allah, atau meyakini bolehnya hal tersebut.
Keenam, kemunafikan, yaitu menyembunyikan kekafiran dalam hatinya, akan tetapi dia
menampakkan diri seolah-olah seorang muslim.
Jenis kedua adalah sebab yang menyebabkan pelakunya berhak masuk neraka, namun tidak
kekal di dalamnya. Di antaranya ialah: durhaka pada kedua orang tua, memutuskan
silaturahim, memakan riba, memakan harta anak yatim, bersaksi palsu, dan sumpah palsu.
Ya Allah, selamatkanlah kami dari neraka, lindungilah kami dari negeri yang penuh kehinaan
dan kerusakan, dan tempatkanlah kami di negeri orang yang berbakti dan bertakwa yang
sangat membutuhkan ampunan dan rahmat Rabbnya.
Nah, itu beberapa gambaran yang dapat kita renungkan tentang surga dan neraka. Kita tinggal
pilih mau masuk ke mana. Semua terbuka lebar untukmu. Masih banyak tempat. Jadi, jangan
khawatir kalau ngga kebagian tempat. Hehehe.
Jika kamu sudah milih mau masuk ke mana, tinggal berusaha aja. Inget, perilaku keseharian
kamulah yang mencerminkan mau masuk ke mana. Kira-kira kalau suka maksiat, apa pantes
masuk surga? Engga, kan? Kira-kira kalau suka ibadah, apa pantes masuk neraka? Engga juga,
kan?
Kenapa saat saya membawakan materi tentang seleb langit ada surga dan neraka? Ya karena
menurut saya ini penting. Modal utama buat nentuin kalian mau viral yang kaya apa di langit.
Ada yang viralnya karena amal kebaikannya, ada juga yang keburukannya. Jangan dikira kalau
viral di langit itu cuma orang yang taat aja, yang sering maksiat juga banyak, kok. Contohnya
kaya Fir’aun, tuh. Dia viral banget pasti di langit. Bukan hanya di langit, sampai sekarang juga
masih viral. Sampai Allah cantumkan namanya di Al-Qur’an. Hehehe.
Itu contoh yang ngga baik, ya. Kalau ada yang ngga baik ya jangan ditiru. Cukup yang baik-baik
aja yang ditiru. Kenapa? Agar kita ikut baik seperti mereka. Contohnya Nabi Adam, Nabi Nuh,
Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Muhammad dan para sahabatnya, serta masih
banyak lagi contoh teladan yang dapat kita ikuti dalam kehidupan sehari-hari.
SAATNYA DIRIKU BERUBAH
Di Yaman, tinggallah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Uwais adalah seorang yang
terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah
lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata
ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak keluarga sama sekali. Tak
ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan
pemuda yang pernah disebut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemuda
yang sangat dicintai oleh Allah dan terkenal di langit.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan
menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup
buat kehidupan sehari-hari. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu
tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah
pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni memiliki penyakit sopak dan tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia
adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepada Ibunya. Uwais senantiasa merawat dan
memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat
mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh
melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan
membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu, kira-kira
untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkin kan pergi Haji naik lembu? Ternyata Uwais
membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak
lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan. Ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari
anak lembu itu makin besar dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Namun
karena latihan setiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi bagi Uwais.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu
juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah
sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan
untuk menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah. MasyaAllah, alangkah besar
cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit demi memenuhi
keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran
air mata telah melihat Baitullah. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais di hadapan
Ka’bah. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan
terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan
membawaku ke surga.”
MasyaAllah, itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
pun memberikan karunia-Nya kepada Uwais. Uwais seketika itu juga disembuhkan dari
penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di telapak tangannya. Tahukah kalian apa
hikmah dari bulatan disisakan di telapak tangannya? Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan
Ali bin Abi Thalib untuk mengenali Uwais.
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan keterangannya tentang Uwais Al-
Qarni kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia
mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memandang kepada Ali dan Umar seraya berkata,
“Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah
penghuni langit, bukan orang bumi.”
Nah, itu dia kisah yang dapat diteladani agar kita bisa menjadi viral di langit. Apa kuncinya?
Yap, taat sama Allah. Bener-bener kalau kita mau taat sama Allah, Allah akan memuliakanmu.
Percaya, deh. Coba lihat orang-orang yang Allah muliakan, pasti mereka hidup dengan sangat
mulia. Baik di dunia maupun di akhirat kelak. Jadi, ngga ada ruginya kan kalau kita taat sama
Allah?
Lalu, apa aja sih tips-tipsnya agar kita bisa jadi seleb di langit? Dalam artian kita viralnya dalam
ketaatan lho ya, bukan dalam kemaksiatan. Kira-kira apa, nih? Kalian ada bayangan ngga? Hm,
yuk lah kita simak tips-tips berikut:
1. Taat sama Allah
Taat sama Allah pastinya kamu akan taat juga sama Rasul-Nya, orangtuamu, para guru, dan
nasehat ulama. Seperti kisah Uwais Al-Qarni di atas, beliau hanya taat sama Allah, yang
mengakibatkan dirinya menjadi seleb di langit. Kisah tersebut adalah tips utama ketika kita
ingin menjadi seleb di langit. Pastinya ngga usah diragukan lagi bahwa beliau sudah dijamin
masuk surga.
Surga yang seluas langit dan bumi. Surga yang begitu indahnya. Surga yang nikmatnya tidak
ada di bumi ini. Surga yang didapat dengan ketaatan. Surga yang sangat kita impikan. Semoga
kita bisa menjadi penghuninya.
2. Jadilah berbeda dan menarik
Saat ini, jika kita berusaha untuk taat dan istiqomah, ada-ada aja yang bilang, “Sok suci deh
lu!” atau “Ngga usah sok bener deh, ini juga hidup-hidup gue, urusin aja hidup lo yang bener,
baru urusin hidup orang.” Atau mungkin kata-kata lain yang bikin kita nge-down banget.
Namun, santai aja. Kita cukup diam dan mendo’akan mereka agar segera diberi hidayah.
Jangan sampai gara-gara dia, kita jadi malas untuk berdakwah. Justru saat ini sangat
dibutuhkan orang-orang yang mau menunjuki pada kebenaran. Mereka Islam sih, tapi
perilakunya ngga kaya seorang Muslim. Nah, inilah tugas kita untuk meluruskan pemahaman
mereka yang telah keliru.
Maka, jadilah seseorang yang berbeda dan menarik. Berbeda di sini maksudnya adalah ketika
orang lain rajin maksiat, kita rajin taat. Ketika orang lain sibuk dengan dunianya, kita sibuk
dengan urusan akhirat. Ketika mereka mencoba untuk merendahkan Islam, kita mencoba
untuk membela bahwa Islam benar-benar agama yang mulia. Kita mencoba untuk
memperjuangkan Islam kembali agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Inget, Allah sudah
menjanjikan kepada kita bahwa Islam akan menang. Namun, Islam tidak akan menang jika kita
tidak mengusahakannya. Semoga kita selalu berkontribusi dalam terwujudnya peradaban
Islam.
Berbeda dan menarik. Menarik di sini maksudnya adalah seseorang yang berbeda tadi akan
terlihat menarik di mata penduduk langit karena ketaatannya. Mereka akan selalu disayang
dan diperhatikan oleh penduduk langit. Meskipun penduduk bumi membencinya, Allah tidak
akan membiarkan hamba-Nya terdzolimi. Pasti Allah akan bantu hamba-Nya ketika ia merasa
kesulitan, terbebani, banyak masalah, banyak musibah, dan lain sebagainya.
3. Istiqomah di jalan para penduduk langit
Seperti para Nabi yang dulunya tetap taat meskipun banyak cobaan. Akhirnya sekarang
mereka berada di langit dan sudah Allah muliakan. Jika saat ini kita banyak ujian, jangan jadikan
masalah. Ada Allah. Sabar aja dulu, lalu mintalah pertolongan sama Allah. Pasti nanti akan Allah
bantu. Inget, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak.
Istiqomah memang sulit, sih. Apalagi ketika futur melanda. Namun, hal tersebut tidak akan
menjadi masalah jika kita tidak mempermasalahkannya. Sulit bukan berarti tidak bisa, kan?
Nah, makanya butuh untuk dicoba terlebih dahulu. Beranilah untuk mencoba dan mencobalah
untuk berani.
4. Sayangilah penduduk bumi
Seperti sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Orang-orang yang ada rasa Rahim akan
dirahmati oleh Tuhan yang maha Rahman, yang memberikan berkat dan Mahatinggi.
Sayangilah orang-orang yang di bumi supaya kamu disayangi pula oleh yang di langit.” (Hadits
Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan al Hakim dari Abdullah bin Umar)
Nah, jika penduduk langit saja sudah menyayangimu, artinya namamu juga sudah terkenal di
langit. Tak usah diragukan lagi. Bagaimana tidak? Hm, ya, kan? Bisa viral di langit tuh
senengnya udah ngga ada harganya lagi di dunia. Seneeeeeeeng banget. Hehehe.
Semoga apa-apa yang sudah kita usahakan di dunia selama ini, tidak ada ruginya sama sekali.
Lelahnya menjadi lillah. Aktivitasnya semua berkah. Pahalanya melimpah. Dibalas dengan
Jannah. Aamiin.
Yuk, semangat, teman surgaku. Meskipun kita di dunia jarang bertemu, semoga kita bisa
selalu bersama di Surga-Nya kelak bersama para penduduk langit, ya. Tolong cari saya jika
saya belum bisa bersamamu di Surga nanti. Jazaakumullahu khairan katsiiran.
PROFIL PENULIS
Dinna Mahardika adalah seorang siswi SMK Sari Farma Depok jurusan Kimia Analis. Sekarang
ia kelas 10. Ia baru saja memberanikan diri untuk mulai terjun di dunia kepenulisan. Untuk
berkomunikasi dengannya bisa melalui:
Instagram : @dinna.mahardika
E-mail : [email protected]
No. Hp : 0895 3432 69655
Selain itu, pembaca bisa membaca tulian-tulisannya di instagram. Kebanyakan isinya adalah
inspirasi-inspirasi hidup dengan berbagai tema semisal motivasi hidup, indahnya Islam, dan
pemuda hijrah.