Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya buku Panduan
Beyond Use Date (BUD) dapat terselesaikan. Penulisan Buku Panduan Beyond Use Date (BUD) ini dilakukan untuk
memberikan informasi tentang batas penyimpanan obat setalah dibuka dari wadah primernya.
Buku panduan ini dibuat untuk pengendalian mutu sediaan farmasi dimana salah satu pekerjaan kefarmasian yang
berkaitan erat dengan stabilitas obat. Suatu sediaan farmasi dapat dikatakan stabil jika tetap memiliki karakteristik kimia,
fisika, mikrobiologi, terapetik dan toksikologi yang tidak berubah sejak awal diproduksi hingga selama masa penyimpanan
serta penggunaan.
Pembuatan buku panduan ini tentunya masih jauh dari sempurna, baik secara konteks maupun konten, untuk itu
kami membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan ke depan.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan buku panduan
ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga buku panduan ini
bermanfaat bagi peningkatan pelayanan yang bermutu di Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat.
Mataram, November 2022
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................................................................i
Daftar Isi ..........................................................................................................................................................................ii
Pengertian Beyond Use Date (BUD) ................................................................................................................................1
Beyond Use Date Vaksin ..................................................................................................................................................1
Beyond Use Date Produk Nonsteril..................................................................................................................................2
Beyond Use Date Produk Steril........................................................................................................................................6
Penutup .......................................................................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................................... 11
1. Pengertian Beyond Use Date (BUD)
Beyond Use Date (BUD) adalah batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik atau disiapkan atau setelah
kemasan primernya dibuka atau dirusak. Kemasan primer disini berarti kemasan yang langsung bersentuhan dengan bahan
obat, seperti : botol, ampul, vial, blister, dan sebagainya. Pengertian BUD berbeda dari expiration date (ED) atau tanggal
kedaluarsa karena ED menggambarkan batas waktu penggunaan produk obat setelah diproduksi oleh pabrik farmasi,
sebelum kemasannya dibuka. BUD bisa sama dengan atau lebih pendek daripada ED. ED dicantumkan oleh pabrik farmasi
pada kemasan produk obat, sementara BUD tidak selalu tercantum. Idealnya, BUD dan ED ditetapkan berdasarkan hasil uji
stabilitas produk obat dan dicantumkan pada kemasannya.
BUD dan ED menentukan batasan waktu dimana suatu produk obat masih berada dalam keadaan stabil. Suatu
produk obat yang stabil berarti memiliki karakteristik kimia, fisika, mikrobiologi, terapetik, dan toksikologi yang tidak
berubah dari spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh pabrik obat, baik selama penyimpanan maupun penggunaan.
Menggunakan obat yang sudah melewati BUD dan ED-nya berarti menggunakan obat yang stabilitasnya tidak lagi terjamin.
Mengingat BUD tidak selalu tercantum pada kemasan produk obat, penting bagi tenaga kesehatan, khususnya apoteker,
untuk mengetahui tentang ketentuan-ketentuan umum terkait BUD serta bagaimana cara menetapkan BUD berbagai produk
obat, baik produk obat nonsteril maupun steril, kemudian mencantumkannya.
2. Beyond Use Date Vaksin
Sebelum disuntikkan kepada pasien, vaksin perlu disiapkan sesuai dengan bentuk sediaan (larutan, serbuk) tpe
kemasan (vial dosis tunggal, vial multidosis, prefilled syringe), dan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Beberapa vaksin yang
berbentuk larutan atau serbuk memerlukan proses rekonstitusi (pencampuran dengan pengencer atau pelarut yang sudah
disediakan oleh pabrik pembuatnya). Larutan vaksin dalam kemasan prefilled syringe dapat langsung digunakan.
Idealnya, semua vaksin harus langsung disuntikkan setelah disiapkan karena setelah itu umurnya dapat menjadi
lebih pendek, tidak lagi mengacu pada expiration date. Rentang waktu atau tanggal setelah penyimpanan vaksin, dimana
sesudah waktu atau tanggal ini vaksin tidak bisa lagi digunakan, dikenal dengan beyond use date (BUD). BUD antarproduk
vaksin bervariasi. Informasi terkini mengenai BUD vaksin dapat diperoleh dari brosur pabrik pembuat vaksin. Bila tidak
segera disuntikkan, vial vaksin harus diberi tanda tanggal dan waktu vaksin tersebut disiapkan. Vaksin yang sudah disiapkan
tetapi tidak segera disuntikkan harus disimpan sesuai dengan pesyaratan penyimpanan dan harus segera disuntikkan
maksimum sebelum BUD yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya. BUD beberapa produk vaksin dapat dilihat pada
Tabel 1. Dengan memperhatikan BUD, stabilitas vaksin dapat dijaga sehingga efektivitas dan keamanan pemberiannya pada
pasien dapat dijamin.
Tabel 1. Beyond Use Date Beberapa Produk Vaksin
Nama Vaksin Nama Dagang Pabrik Pembuat BUD yang Persyaratan Kondisi
diizinkan Penyimpanan Hasil
Produk Vaksin Vaksin Penyiapan Produk Vaksin
24 jam Kulkas
Haemophilus ActHIB (Hib) sanofi pasteur 24 jam Kulkas atau suhu kamar
influenzae tipe-b Hiberix (Hib) GlaxoSmithKline secepatnya Kulkas
Polio Imovax (RABHDCV) sanofi pasteur 8 jam Kulkas dan suhu kamar
Campak, gondong, M-M-R (MMR) Merck
campak Jerman 8 jam Kulkas
Meningococcal Menveo (MC4) Novartis 24 jam Suhu kamar
Rotavirus Rotarix (RV1) GlaxoSmithKline
*Suhu kulkas : 2-8 ℃, Suhu kamar : 20-25 ℃
3. Beyond Use Date Produk Nonsteril
Pengendalian mutu sediaan farmasi merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang berkaitan erat dengan
stabilitas obat. Suatu sediaan farmasi dapat dikatakan stabil jika tetap memiliki karakteristik kimia, fisika, mikrobiologi,
terapetik, dak toksikologi yang tidak berubah sejak awal diproduksi hingga selama masa penyimpanan serta penggunaan.
Stabilitas obat diharapkan terjamin tidak hanya pada saat penyerahan obat ke pasien atau tenaga kesehatan, namun hingga
disimpan di rumah ataupun di ruang rawat inap serta digunakan oleh pasien. Oleh karena itu, siapapun yang menerima obat
harus mengerti hal-hal yang diperhatikan untuk menjaga stabilitas obat. Pemberian informasi kepada pasien dan tenaga
kesehatan mengenai cara penyimpanan dan batas waktu penggunaan obat setelah kemasan dibuka merupakan salah satu
tanggung jawab tenaga kefarmasian yang penting untuk diketahui.
Dalam praktek sehari-hari, tidak jarang terjadi salah kaprah terkait tanggal kedaluarsa (expiration date / ED) obat
setelah kemasan dibuka. Seringkali, ED obat setelah kemasan dibuka dianggap tetap sama dengan yang tertera pada
kemasan, padahal ED obat tersebut telah berubah. Dalam dunia kefarmasian, ED yang telah berubah ini dikenal dengan
istilah beyond use date (BUD). Beyond use date merupakan batas waktu penggunaan yang tercantum pada wadah atau
kemasan obat, mencakup obat racikan, produk repacking (dikemas ulang), maupun produk obat pabrik dengan wadah multi-
dose (penggunaan obat berkali-kali menggunakan wadah yang sama). Expiration date merupakan batas waktu penggunaan
produk obat yang dicantumkan oleh pabrik obat pada kemasan asli. Expiration date memberikan gambaran kepada pengguna
obat mengenai jangka waktu obat masih dapat dikatakan stabil sebelum kemasan dibuka berdasarkan uji stabilitas.
Menurut The U.S Pharmacopeia (USP), BUD sebaiknya dicantumkan pada etiket wadah obat untuk memberikan
batasan waktu kepada pasien kapan obat obat tersebut masih layak untuk digunakan. Informasi BUD ini dapat ditentukan
berdasarkan informasi dari pabrik obat, ataupun dari pedoman umum dalam USP. Penetapan BUD pada wadah sebagian
besar obat diatur oleh regulasi masing-masing negara. Seperti halnya USP, The National Association of Boards of Pharmacy
(NABP) merekomendasikan agar BUD dicantumkan pada etiket obat. Oleh karena itu, banyak negara yang akhirnya
mengadopsi standar tersebut. Di Indonesia, belum ada regulasi khusus yang mengatur penetapan BUD. Meskipun demikian,
hal ini tetap menjadi tanggung jawab profesional seorang apoteker untuk memberikan informasi BUD kepada pasien dan
tenaga kesehatan. Informasi ini penting disampaikan karena beberapa obat tidak boleh digunakan kembali setelah
kemasannya dibuka akibat ketidakstabilannya.
Kesulitan Penetapan BUD
a. Penetapan BUD merupakan suatu masalah yang kompleks karena berkaitan dengan molekul obat dengan sejumlah
gugus fungsi reaktif, bahan tambahan yang beragam, wadah obat dan kondisi penyimpanan maupun penggunaan
obat yang bervariasi.
b. Penghalang utama dalam penetapan BUD pada etiket obat adalah kurangnya ketersediaan informasi stabilitas obat.
Ilmu yang menjadi cikal bakal penetapan BUD adalah kinetika kimia. Ilmu ini membahas mengenai laju reaksi
perubahan kimia obat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : konsentrasi awal dan akhir obat, jenis
pelarut, tekanan udara, serta suhu. Idelanya, bukti yang tepat untuk menentukan BUD hanya dapat diperoleh
melalui penelitian yang spesifik terhadap obat dengan bentuk sediaan tertentu. Penelitian secara kuantitatif dapat
dilakukan menggunakan high-performance liquid chromatography (HPLC) dan metode analisis lainnya yang
sesuai. Dalam situasi seperti ini, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana sebaiknya seorang apoteker
menentukan BUD yang valid sekalipun tidak tersedia penelitian mengenai stabilitas obat tersebut.
Menanggapi kesulitan ini, USP kemudian memprakarsai penelitian yang diadakan bersama dengan pabrik obat.
Pharmaceutical Forum USP digunakan sebagai media bagi para apoteker, badan pemerintah, organisasi profesi farmasi, dan
industri farmasi untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Sementara penelitian ini terus berjalan, dibuatlah suatu
konsensus dalam General Notices and General Chapters USP yang dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Pabrik obat bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang diperlukan oleh apoteker dalam menetapkan
BUD
2) Apoteker disarankan untuk menggunakan penilaian profesional saat menggunakan informasi yang tersedia dalam
menentukan BUD.
3) Tersedia pedoman standar bagi apoteker dalam menetapkan BUD produk obat pabrik maupun obat racikan.
Pedoman standar ini hanya dapat diterapkan jika obat disimpan pada suhu serta kelembaban yang terkontrol sesuai
syarat penyimpanan, dan disimpan dalam wadah kedap yang terlindung dari cahaya (kecuali dinyatakan lain)
Penetapan BUD Obat Nonsteril
Berikut ini kan dirinci langkah-langkah penetapan BUD baik untuk produk obat pabrik maupun obat racikan.
a. Produk Obat Pabrik
Tidak jarang dijumpai tablet dan kapsul yang sensitif terhadap kelembaban. Stabilitas obat-obat yang dikemas
dalam jumlah banyak (satu wadah) seringkali perlu dipertimbangkan secara khusus. Pasien akan membuka tutup wadah
setiap kali akan menggunakan obat untuk setiap dosis pemakaian. Hal ini menyebabkan obat akan terpapar oleh udara dan
dengan demikian akan mengurangi shelf-life atau mempercepat ED.
1) Bentuk Sediaan Padat
Produk obat pabrik bentuk sediaan padat yang membutuhkan BUD misalnya produk repacking (contoh : CTM
kemasan 1000 tablet dikemas ulang dalam wadah yang lebih kecil dengan jumlah yang lebih sedikit dalam
masing-masing wadah barunya) dan obat yang dikemas dalam wadah multi-dose (contoh : Sistenol®). Seperti yang
teah dipaparkan sebelumnya, saat wadah dibuka maka batas waktu penggunaannya pun ikut berubah. Langkah-
langkah penetapan BUD :
a. Mencari informasi BUD dari pabrik obat yang bersangkutan
b. Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan pedoman umum dari USP.
- Cek ED dari pabrik yang tertera pada kemasan asli
- Jika ED < 1 tahun, BUD maksimal = ED pabrik; jika ED >1 tahun, BUD maksimal = 1 tahun.
2) Bentuk Sediaan Semipadat
Contoh sediaan semipadat adalah salep, krim, lotion, gel dan pasta. Langkah-langkah penetapan BUD :
a. Mencari informasi BUD dari pabrik obat yang bersangkutan
b. Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan pedoaman umum dari USP.
Gambar 1. Skema Langkah-langkah Penetapan BUD Produk Obat Pabrik Sediaan Padat/Semipadat
- Cek ED dari pabrik yang tertera pada kemasan asli
- Jika ED < 1 tahun, BUD maksimal = ED pabrik; jika ED > 1 tahun, BUD maksimal = 1 tahun.
3) Bentuk Sediaan Cair
Untuk produk obat yang harus direkonstitusi sebelum digunakan, informasi BUD ditetapkan berdasarkan
informasi yang terterapada kemasan asli obat.
Untuk produk obat nonrekonstitusi (termasuk produk repacking) langkah-langkahpenetapan BUD-nya yaitu :
a. Mencari informasi BUD dari pabrik obat yang bersangkutan
b. Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan pedoaman umum dari USP :
- Cek ED dari pabrik yang tertera pada kemasan asli
- Jika ED < 1 tahun, BUD = ED pabrik; Jika ED >1 tahun, BUD = 1 tahun
Contoh :
1. Obat merek X pertama kali digunakan pada bulan November 2011.Edobat yaitu Juni 2012,
berarti sisa masa penggunaan = 8 bulan (< 1 tahun), maka BUD maksimal = 8 bulan sejak
digunakan, yaitu Agustus 2012.
2. Obat merek Y pertama kali digunakan November 2011. ED obat yaitu Mei 2013, berarti sisa
masa penggunaan = 1,5 tahun (> 1 tahun), maka BUD maksimal = 1 tahun sejak digunakan,
yaitu Desember 2012.
Gambar 2. Skema Langkah-langkah Penetapan BUD Produk Obat Pabrik Sediaan Cair
b. Obat Racikan
Penetapan BUD obat racikan harus dilakukan secermat mungkin. Hal ini disebabkan karena obat racikan memiliki
karakteristik fisika kimia dan stabilitas tertentu yang dipengeruhi oleh masing-masing bahan obat yang ada di dalamnya.
Beyond Use Date obat racikan terhitung sejak tanggal peracikan. Ketika akan menetapkan BUD, harus dipertimbangkan ED
semua obat yang dicampurkan dalam formulasi. Obat racikan ini tentunya akan memiliki BUD yang lebih singkat daripada
ED masing-masing bahan dalam formulasi. Jika dalam satu racikan terdapat lebih dari satu macam obat, gunakan BUD yang
paling singkat.
Langkah-langkah dalam menetapkan BUD obat racikan adalah :
1. Gunakan informasi BUD berdasarkan penelitian spesifik pada obat racikan yang bersangkutan.
2. Jika tidak tersedia penelitian spesifik, maka carilah informasi penetapan BUD dari masing-masig obat yang
digunakan dalam racikan(pilih BUD yang paling singkat).
3. Jika tidak tersedia informasi dari pabrik, maka carilah informasi stabilitas dari buku refrensi atau literatur pri mer,
seperti :
- Trissel’s Stability of Compounded Formulation
- AHFS Drug Information
- Remington : The Science and Practice of Pharmacy
- USP Dispensing Information
- Journal of Pharmaceutical Sciences
- American Journal of Health-System Pharmacy
- International Journal of Pharmaceutical Compounding.
4. Sering ditemukan bahwa refrensi yang dipublikasikan tidak mengevaluasi formulasi yang sama dengan formulasi
obat racikan yang dimaksud, atau penelitian yang dilakukan tidak menguji stabilitas sediaan untuk periode waktu
yang cukup panjang. Dengan kata lain, informasi stabilitas dari buku refrensi maupun literatur primer tidak cukup
memadai. Untuk mengatasi hal ini, USP Bab <795> memberikan petunjuk umum penetapan BUD untuk obat
racikan nonsteril seperti dapat dilihay pada tabel berikut.
Tabel 1. Petunjuk Umum Penetapan BUD Obat Racikan Non Steril
Jenis Formulasi Informasi Beyond Use Date
Formulasi oral yang mengandung air (water containing BUD tidak lebih dari 14 hari jika sudah disimpan pada
oral formulations) suhu dingin yang terkontrol
Formulasi cair atau semipadat topikal/dermal/mukosal BUD tidak lebih dari 30 hari
yang mengandung air (water containing
topical/dermal/mucosal liquid or semisolid formulations)
Formulasi yang tidak mengandung air (nonaqueous BUD tidak lebih dari 25% waktu yang tersisa dari
formulations) masing-masing obat hingga kedaluarsa atau 6 bulan
dipilih yang lebih singkat.
*Petunjuk ini dapat digunakan jika sediaan obat racikan tersebut dikemas dalam wadah kedap dan tidak tembus cahaya,
disimpan pada suhu yang sesuai dan terkontrol (kecuali dinyatakan lain).
Berdasarkan petunjuk umum ini, maka dapat dibuka ketentuan penetapan BUD berdasarkan bentuk sediaan obat
racikan, antara lain sebagai berikut :
a. Puyer atau Kapsul
Cek ED masing-masing obat :
- ED < 6 bulan maka BUD maksimal = ED
- ED > 6 bulan maka hitunglah 25% dari sisa waktu penggunaan obat sebelum ED, jika hasilnya < 6 bulan maka
BUD maksimal = hasil perhitungan tersebut. Jika > 6 bulan, maka BUD maksimal = 6 bulan.
Contoh perhitungan :
Obat merek X diracik pada bulan Desember 2012. ED obat yaitu Desember 2013.
Perhitungan BUD :
= 25% x 12 bulan
= 3 bulan (< 6 bulan)
BUD maksimal = 3 bulan.
b. Larutan Oral (Oral Solution), Suspensi Oral, Emulsi Oral
1. Larutan yang mengandung air, BUD maksimal = 14 hari
2. Larutan yang tidak mengandung air.
Cek ED masing-masing obat :
- ED < 6 bulan maka BUD maksimal = ED
- ED > 6 bulan maka hitunglah 25% dari sisa waktu penggunaan obat sebelum ED, jika hasilnya < 6 bulan
maka BUD maksimal = hasil perhitungan tersebut. Jika > 6 bulan, maka BUD maksimal = 6 bulan
c. Sediaan Semipadat (Salep, Krim, Gel, Pasta)
BUD maksimal untuk obat racikan sediaan semipadat adalah 30 hari.
4. Beyond Use Date Produk Steril
Beyond Use Date (BUD) adalah tanggal yang ditetapkan pada produk steril yang telah dibuka dimana kondisi
produk tersebut masih dalam rentang stabil dan dapat diberikan kepada pasien. Pada saat produksi steril dibuka terjadi
paparan dengan lingkungan di sekitarnya. Udara, uap air dan mikroorganisme dapat masuk dan menyebabkan perubahan
fisika dan kimia, serta kontaminasi mikroorganisme. Perubahan fisika dan kimia dipercepat oleh meningkatnya suhu,
sedangkan kontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan penularan penyakit infeksi. Produk steril biasanya tidak
mengandung pengawet, oleh karena itu dapat terkontaminasi oleh bakteri dan menjadi sumber penularan penyakit infeksi,
sebagai contoh : waktu kedaluwarsa (expiration date) serbuk injeksi seftriakson 1g dalam vial yang belum dibuka adalah 3
tahun; sedangkan setelah direkonstitusi (beyond use date) sifat fisika dan kimia stabil selama 24 jam pada suhu 25℃ dan
selama 4 hari pada suhu 2-8℃. Single use vial seftriakson yang telah direkonstitusi harus segera digunakan. expiration date
larutan deksametason fosfat dalam single use vial yang belum dibuka adalah 2 tahun; sedangkan setelah diencerkan, beyond
use date pada suhu 2-8℃ adalah 24 jam. Waktu kedaluwarsa didefinisikan sebagi satuan waktu dimana suatu produk dapat
dipertahankan atau tetap memiliki sifat dan karakteristik yang sama dengan pada saat pembuatannya (dalam batas tertentu)
selama periode penyimpanan hingga digunakan. tanggal kedaluwarsa dibedakan menjadi dua yaitu expiration date (ED) atau
best before date dan beyond use date (BUD). Expiration date adalah tanggal yang ditetapkan berdasarkan waktu kedaluwarsa
yang dihitung sejak produk dibuat (manufacture date); sedangkan beyond use date dihitung sejak wadah produk dibuka.
Gambar 1. Label BUD sediaan injeksi Potassium Phosphate dalam larutan Dextrose 5%
Singel use dan single dose vial (SVD) sediaan injeksi diberikan hanya kepada satu pasien untuk satu kali pengobatan atau
prosedur. Syringe dan jarum yang telah digunakan atau diinjeksikan ke pasien, sudah terkontaminasi dan seharusnya tidak
boleh digunakan kepada pasien atau vial lain. Penggunaan multi dose vial (MDV) juga sebaiknya hanya kepada satu pasien
dan disimpan dalam refrigerator (2-8℃). Sedangkan single use dan single dose mengandung sedikit atau bahkan tanpa
pengawet sehingga mudah terkontaminasi dan menjadi sumber infeksi. Bahkan dalam sediaan multi dose yang mengandung
pengawet, bakteri masih dapat hidup selama kurang lebih 2 jam sebelum efek pengawet maksimal.
Gambar 2. Label sediaan injeksi dexamethasone, ceftriaxone, dan sodium thiosulfate
Sediaan multi dose vial (MDV) berisiko menyebabkan penularan penyakit infeksi. Pada satu kajian sistematis (94
artikel) tentang kejadian luar biasa (outbreak) infeksi di rumah sakit terdapat 743 pasien mendapat obat atau bahan obat dari
vial yang terkontaminasi mengakibatkan 592 pasien menderita infeksi (hospital acquired infection) dan 62 pasien
diantaranya meninggal. Mattner dan Gastmeier melaporkan kejadian meninggalnya 2 pasien di rumah sakit karena terinfeksi
Pseudomonas aeruginosa setelah disuntuk cairan kontras media iomeprol yang sudah disimpan selama 8 hari. Penelitian
cross sectional yang dilakukan di rumah sakit tersebut mendapati 227 vial yang telah dibuka, 109 vial diantaranya tidak
mengandung pengawet; hanya 50% vial dilengkapi dengan label tanggal dibuka, 13% diantaranya sudah melewati tanggal
kedaluwarsa. Penelitian yang dilakukan di salah satu rumah sakit di Iran menyebutkan bahwa dalam 4 bulan terdapat 36 vial
terkontaminasi bakteri, terutama bakteri Staphylococcus epidermidis (16 vial). Penelitian di Florida melaporkan terjadinya
penularan virus Hepatitis C akibat penggunaan multi dose vial larutan Nal 0,9% untuk membilas jalur infus intravena.
Penelitian menduga bahwa hal tersebut terjadi karena menggunakan kembali jarum yang telah terkontaminasi atau
dekontaminasi tutup vial yang kurang sempurna. Praktek pemberian sediaan injeksi yang tidak aman diilustrasikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Praktik pemberian injeksi yang tidak aman dan terjadinya penularan penyakit infeksi
Pada saat pemberian sediaan injeksi pada pasien yang terinfeksi, syringe dan jarum terkontaminasi oleh virus
Hepatitis C. Jarum diganti, syringe yang kontaminasi diberi jarum baru, untuk mengambil cairan dari vial yang steril.
Kontaminan di dalam syringe mengkontaminasi vial steril sehingga vial terkontaminasi. Berikutnya vial yang sudah
terkontaminasi syringe dan jarum steril yang digunakan.
US Pharmacopeia <797> mengelompokkan tingkat risiko kontaminasi produk steril menjadi 5, yaitu :
1. Segera digunakan
Pemberian injeksi dilakukan dalam waktu 1 jam sesudah penyiapan atau pencampuran sediaan injeksi.
2. Rendah
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Laminar Air Flow Workbench (LAFW) atau Biological Safety Cabinet (BSC)
yang memenuhi persyaratan partikel dan mikroba ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya sedikit, misalnya :
rekonstitusi sediaan injeksi antibiotik vial satu dosis. Ruang ISO Class 5 adalah salah satu klasifikasi ruang bersih
(Clean room) yang digunakan untuk melakukan pencampuran sediaan injeksi secara aseptik. Persyaratan ruang ISO
Class 5 adalah jumlah partikel yang berukuran ≥ 0,5 mikrometer tidak lebih dari 3520 partikel/m3 dan jumlah mikroba
kurang dari 1 cfu/m3.
3. Rendah dan diberikan dalam waktu ≤ 12 jam BUD
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Ruang ISO Class 5, tahapan pencampurannya sedikit dan diberikan dalam
waktu ≤ 12 jam BUD.
4. Sedang
Penyiapan sediaan injeksi dilakukan di Ruang ISO Class 5 dan tahapan pencampurannya banyak atau produk steril
digunakan untuk lebih dari satu pasien atau produk steril digunakan untuk satu pasien namun beberapa kali
penggunaan.
5. Tinggi
Penyiapan sediaan injeksi dengan bahan obat yang tidak steril atau penyiapan sediaan steril dengan bahan obat steril
namun tidak dilakukan di Ruang ISO Class 5 atau waktu atau saat sterilisasi sediaan injeksi dilakukan > 6 jam waktu
penyiapan atau pencampuran.
Tabel 1. Waktu kedaluwarsa (beyond use date) sediaan injeksi menurut kategori risiko kontaminasi
Suhu Penyimpanan Waktu Kedaluwarsa (beyond use date)
Suhu kamar (< 25℃) Risiko kontaminaasi rendah Risiko kontaminasi sedang Risiko kontaminasi tinggi
Kulkas (2-8℃) 48 jam 30 jam 24 jam
Suhu beku (≤ -10℃) 14 hari 9 hari 3 hari
45 hari
Faktor-faktor yang memperngaruhi stabilitas sediaan injeksi adalah jumlah tusukan, teknik aseptis yang dilakukan
oleh petugas kesehatan, masuknya udara pada saat penusukan, lama penyimpanan, kondisi penyimpanan ada atau tidak
adanya pengawet. Waktu kedaluwarsa (beyond use date) secara umum dengan mempertimbangkan kategori risiko
kontaminasi dapat dilihat pada tabel 1.
Pedoman Pemberian injeksi yang Aman
1. Vial dengan label singel dose atau singel use hanya digunakan untuk satu pasien atau satu prosedur. Singel dose vial
berarti satu vial mengandung satu dosis pemberian. Singel use vial berarti vial tersebut diformulasikan untuk satu kali
pemberian.
2. Jarum dan syringe steriil hanya digunakan satu kali (satu kali pakai buang, disposable)
3. Penyiapan dan pemberian sediaan injeksi secara aseptis dan mencegah kontaminasi.
4. Pemberian sediaan injeksi sebelum batas waktu kedaluwarsa (expiration date atau beyond use date)
5. Penyimpanan, pencampuran dan pemberian sediaan injeksi sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah
ditetapkan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
6. Dokumentasi dan evaluasi keefektifan dan keamanan penggunaan sediaan injeksi secara berkala.
Penutup
Pemberian sediaan injeksi rentan terhadap kontaminasi mikroba oleh karena itu direkomendasikan penggunaan
sediaan injeksi untuk satu kali pakai dengan menggunakan syringe dan jarum satu kali pakai pula. Di samping itu teknis
aseptis, dekontaminasi vial dan karet tutup vial, penggunaan alat pelindung diri dan dilakukan di ruang steril (ISO Class 5)
diperlukan sebagai salah satu aktivitas pengendalian infeksi di rumah sakit.
Daftar Pustaka
Allen LV. Beyond-use dates and stability indicating assay methods in pharmaceutical compounding. Secundum Artem.
2009;15(3):1-6
Allen LV. Beyond Use Date – Part1, 2 and 3: Science and Technology for Hospital Pharmacy. Intern J Pharm Comp
[Internet]. 2011. Cited 8 Nov 2022. Available from:
http://compoundingtoday.com/Newsletter/Science_and_tech_1105.cfm.
American Society of Health-System Pharmacists. ASHP Technical Assistance Bulletin on Compounding Nonsterile
Products in Pharmacies. Am J Hosp Pharm [Internet].1994. Cited 8 Nov 2022. Available from:
http://www.ashp.org/s_ashp/docs/files/BP07/Prep_TAB_Nonsterile.pdf.
Ceftriaxone 1g powder for solution for injection [SPC] [Internet]. 2010 Dec.Cited 9 Nov 2022. Available from:
htpp://www.medicines.org.uk/EMC/medicine/5469/SPC/Ceftriaxone+1g+Powder+for+solution+for+injection/#SHE
LF_LIFE.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Guideline for isolation precautions: preventing transmission of
infectious agents in health care settings 2007. Atlanta (GA): US Department of Health and Human Services; 2007.
Available from: http://www.cdc.gov/hicpac/pdf/isolation/isolation2007.pdf.
Department of Health and Human ServicesCenters for Disease Control and Prevention. Vaccine storage and handling guide:
protect your vaccine – protect your patients [Internet]. 2011 Dec. Cited 8 Nov 2022. Available from:
http://www.cdc.gov/vaccines/recs/storage/guide/vaccine-storage-handlin.pdf
Dexamethasone 3.3 mg/ml Solution for injection (vial) [SPC] [Internet]. 2010 Apr. Cited 9 Nov 2022. Available from:
http://www.medicines.org.uk/EMC/medicine/23141/SPC/Dexamethasone+3.3+mg+ml+Solution+for+Injection+%28
vial%29/.
Imunization Action Coalition. Vaccines with diluents: how to use them. 2011 Jun. Cited 8 Nov 2022. Available from:
http://www.immunize.org/catg.d/p3040.pdf
Krause SG, Whisenhunt S, Trepka M, Katz D, Ninan O, Wiersma S et al. Patient-to-patient transmission of hepatitis C virus
associated with the use of multidose vials of saline. Paper presented at: The 49th Annual ES Conference; 2000 April
10-14; Atlanta (GA); 2000.
Mattner F, Gasmeier P. Bacterial contamination of multiple-dose vials: a prevalence study. Am J Infect Control.
2004;32(1):12-6
National Center for Immunization and Respiratory Diseases. Vaccine storage and handling toolkit: vaccine prepatarion and
disposal [Internet]. Cited 8 Nov 2022. Available from:
http://www.dhhs.nh.gov/dphs/immunization/documents/vpd.pdf.
Perz JF, Thompson ND, Schaefer MK, Patel PR. US outbreak investigations highlight the need for sale injection practices
and basic infection control. Clin Liver Dis. 2010;14:137-151
Thompson JE. A Practical Guide to Contemporary Pharmacy Practice. 3rd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins –
Wolters Kluwer; 2009
University of North Carolina – Eshelman School of Pharmacy. Assigning Beyond Use Date [Internet]. 2012. Cited 8 Nov
2022. Available from: http://pharmlabs.unc.edu/labs/prescriptions/beyond.htm.
United States Pharmacopeia 29. Chapter 795: Pharmceutical compounding – nonsterile preparations [Internet]. Cited 26 Oct
2022. Available from: http://www.pharmacopeia.cn/v29240/usp29nf24s0_c795.html
United States Pharmacopeia. 31ed. Rockville: United States Pharmacopeial Convention. Inc; 2008
Vonberg RP, Gastmeier P. Hospital-acquired infections related to contaminated substances. J Hosp Infect. 2007;65(1):15-23