MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 1
Operasi Hitung Bilangan
A. Bilangan Cacah sampai 999
Membilang banyak benda
Banyak benda lebih dari 10 dapat dihitung dengan cara dikelompokkan.
Contoh :
1.
10 20 30 40 46
+10 +10 +10 +6
Banyak balon ada 46
Dibaca empat puluh enam
2.
200 250 253
+50 +3
Banyak kubus satuan ada 253
Dibaca dua ratus lima puluh tiga
Nilai tempat bilangan
Setiap angka pada sebuah bilangan memiliki nilai yang berbeda-beda sesuai dengan
tempatnya.
Contoh :
444
Angka 4 menempati tempat satuan, nilainya 4
Angka 4 menempati tempat puluhan, nilainya 40
Angka 4 menempati tempat ratusan, nilainya 400
444 4 ratusan + 4 puluhan + 4 satuan
400 + 40 + 4
Bilangan 444 dibaca empat ratus empat puluh empat
B. Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan
Membandingkan bilangan
Berikut langkah-langkah membandingkan dua bilangan tiga angka
1. Bandingkan angka mulai dari tempat ratusan
2. Jika angka ratusan sama, bandingkan angka pada tempat puluhan
3. Jika angka puluhan juga bernilai sama, bandingkan angka pada tempat
satuan
Perhatikan contoh berikut!
236 232
Angka pada tempat ratusan sama Tanda pembanding :
Angka pada tempat puluhan sama > Untuk lebih dari
6 satuan lebih dari 2 satuan < Untuk kurang dari
Dapat disimpulkan bahwa : = untuk sama dengan
236 lebih dari 232 atau dapat ditulis 236 > 232.
Mengurutkan bilangan
Sekelompok bilngan tiga angka dapat diurutkan. Urutan bilangan dapat dimulai
dari yang terbesar atau terkecil.
Contoh :
Urutkan bilangan-bilangan berikut dari yang terkecil!
375 290 225 199 320
Penyelesaian :
- Bilangan dengan angka ratusan terkecil adalah 199.
- Bilangan dengan angka ratusan terkecil berikutnya, yaitu 290 dan 225 di
mana 225 < 290.
- Dua bilangan sisanya adalah 375 dan 320, di mana 320 < 375.
Jadi, urutan bilangan dari yag terkecil adalah 199, 225, 290, 320, 375.
C. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Ratusan
Penjumlahan bilangan ratusan
Hasil penjumlahan ratusan, dapat ditentukan dengan cara bersusun panjang
dan bersusun pendek.
Perhatikan contoh berikut!
1. 235+152 = . . . .
2. 168+217 = . . . .
Penyelesaian :
- Cara bersusun panjang
1. 235 = 200 + 30 + 5
152 = 100 + 50 + 2
+
= 300 + 80 + 7
= 387
2. 168 = 100 + 60 + 8
217 = 200 + 10 + 7
+
= 300 + 70 + 15
= 300 + 70 + 10 + 5
= 300 + 80 + 5
= 385
- Cara bersusun pendek
1. 235
152
+
387
satuan+satuan, 5+2 = 7
puluhan+puluhan, 3+5 = 8
ratusan+ratusan, 2+1 = 3
① Simpan satu puluhan dari hail penjumlahan satuan
2. 168
217
+
385
satuan+satuan, 8+7 = 15, tulis 5 simpan 1 puluhan
puluhan+puluhan, 1 (simpan)+6+1 = 8
ratusan+ratusan, 1+2 = 3
Pengurangan bilangan ratusan
Pengurangan bilangan ratusan juga dapat dilakukan dengan cara bersusun
panjang dan bersusun pendek.
Perhatikan contoh berikut!
1. 385 -162 = . . . .
2. 462 - 245 = . . . .
Penyelesaian :
- Cara bersusun panjang
1. 385 = 300 + 80 + 5 2. 462 = 400 + 60 + 2
162 = 100 + 60 + 2 245 = 200 + 40 + 5
-
= 200 + 20 + 3
= 223 462 = 400 + 50 + 12
245 = 200 + 40 + 5 -
= 200 + 10 + 7
= 217
- Cara bersusun pendek
1. 385
162
-
223
satuan - satuan, 5 - 2 = 3
puluhan - puluhan, 8 - 6 = 2
ratusan - ratusan, 3 - 1 = 2
5 12
2. 462
245
-
217
satuan - satuan, (1 puluhan+2) - 5 = 12 - 5 = 7
puluhan - puluhan, (6 - 1) -4 = 1
ratusan - ratusan, 4 - 2 = 2
D. Operasi Hitung Campuran Penjumlahan dan Pengurangan
Operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan, pengerjaannya
dilakukan urut dari kiri.
Contoh :
175+210 - 252 = . . . .
Penyelesaian : 385 Soal dikerjakan urut dari kiri.
175 252 Langkah pertama, tentukan hasil
210 penjumlahan.
+ - Selanjutnya, kurangkan hasil
385 133 penjumlahan dengan bilangan
pengurangan pada soal.
Jadi, hasil dari 175+210 - 252 = 133
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 2
Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian
A. Arti Perkalian
Perkalian sebagai penjumlahan berulang
Perkalian merupakan penjumlahan berulang.
Contoh :
Ada 3 kantong kelereng.
Setiap kantong berisi 10 kelereng.
Banyak kelereng seluruhnya dapat ditentukan dengan cara berikut.
10 + 10 + 10 = 30
Ada 3 kali penjumlahan bilangan 10
Jadi, banyak kelereng seluruhnya adalah 10 + 10 + 10 = 3 x 10 = 30
Perhatikan contoh bentuk perkalian bilangan lainnya berikut!
1. 4 x 7 = 7 + 7 + 7 + 7 = 28
2. 6 x 9 = 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 54
Sifat pertukaran kedua kumpulan perkalian
Bandingkan kedua kumpulan bola berikut.
Apakah jumlahnya sama?
2 x 5 = 10 5 x 2 = 10
Dari gambar dapat dilihat bahwa kedua kumpulan bola sama banyak. Jadi, 2 x 5 = 5 x 2 = 10
Hasil perkalian akan tetap sama walaupun kedua bilangan yang dikalikan ditukar posisinya.
Sifat ini dinamakan sifat pertukaran pada perkalian.
B. Perkalian Bilangan sampai 100
Perkalian dengan bilangan 0, 1, dan 2
- Suatu bilangan jika dikalikan 0, hasilnya adalah 0.
Contoh :
4x0=0+0+0+0=0
0x4=4x0=0
- Suatu bilangan jika dikalikan 1, hasilnya adalah bilangan itu sendiri.
Contoh :
1x8=8
9x1=1+1+1+1+1+1+1+1+1=9
- Suatu bilangan jika dikalikan 2, hasilnya dapat ditentukan dengan menjumlahkan bilangan
tersebut sebanyak 2 kali.
Contoh :
2x4=4+4=8
2 x 7 = 7 + 7 = 14
Menentukan hasil perkalian dengan tabel perkalian
Hasil perkalian juga dapat ditentukan dengan melihat tabel perkalian seperti berikut.
Contoh :
Tentukan hasil dari 5 x 4.
Penyelesaian :
Carilah bilangan pada baris ke-5 yang sejajar
dengan kolom ke-4. Pertemuan antara baris dan
kolom merupakan hasil perkaliannya. Bilangan
yang dilingkari merupakan hasil dari 5 x 4.
Jadi 5x 4 = 20
Menentukan perkalian dengan hasil yang telah ditentukan
Sebuah bilangan dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari dua bilangan berbeda lainnya.
Perhatikan gambar berikut!
12 = 1 x 12
12 = 2 x 6 12 = 3 x 4
Bilangan 12 dapat dinyatakan dalam perkalian beberapa pasangan bilangan, yaitu 1x 12, 2x6, dan
3 x 4. Perhatikan contoh lainnya berikut!
1. 18 = 1 x 18; 18 = 2 x 9; 18 = 6 x 3
2. 20 = 1 x 20; 20 = 2 x 10; 20 = 4 x 5
C. Arti Pembagian
Pembagian sebagai pengurangan berulang
Pembagian merupakan pengurangan berulang dari bilangan yang sama sampai habis.
Contoh :
Ada 24 pensil yang akan dibagikan kepada 6 siswa sama banyak.
Banyak pensil yang diterima setiap siswa dapat ditentukan sebagai berikut.
24 : 6 24 – 6 – 6 – 6 – 6 = 0
Ada 4 kali pengurangan bilangan 6 sampai habis
Jadi, 24 : 6 = 4.
Hubungan perkalian dan Pembagian
Operasi perkalian dan pembagian saling berhubungan. Jika bilangan hasil bagi dikalikan dengan
pembagi, akan diperoleh bilangan yang dibagi.
Perhatikan contoh berikut!
24 : 6 = 4 hasil bagi 24 : 6 = 4 4 x 6 = 24
pembagi
bilangan yang dibagi
Menentukan hasil pembagian dua bilangan
Hasil pembagian juga dapat ditentukan dengan menggunakan tabel perkalian. Perhatikan contoh
berikut!
1. 24 : 4 = . . . .
2. 35 : 7 = . . . .
Penyelesaian:
Perhatikan tanda panah.
Dari tabel perkalian, dapat dilihat
Hasil pembagian sebagai berikut.
1. 24 : 4 = 6
2. 35 : 7 = 5
D. Pembagian Bilangan Cacah
Menentukan hasil pembagian dengan 1 dan bilangan itu sendiri
Suatu bilangan jika dibagi 1, hasilnya adalah bilangan itu sendiri.
Contoh :
5:1=.... 5 – 1 – 1 – 1 – 1 – 1 = 0 ( ada 5 kali pengurangan dengan bilangan 1
Sampai habis)
Jadi, 5 : 1 = 5.
Suatu bilangan jika dibagi bilangan itu sendiri, hasilnya adalah 1.
Contoh :
5:5=.... 5 – 5 = 0 ( Ada 1 kali pengurangan dengan bilangan 5 sampai habis)
Jadi, 5 : 5 = 1.
Menentukan hasil pembagian tiga bilangan
Pembagian tiga bilangan dilakukan urut dari kiri.
Contoh :
1. 20 : 4 : 5 = 5 : 5 = 1
2. 36 : 6 : 3 = 6 : 3 = 2
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 3
Mengenal Uang
A. Nilai Pecahan Uang
Nilai pecahan uang logam dan uang kertas
Uang merupakan alat pembayaran yang sah. Mata uang Indonesia adalah rupiah. Ada
dua jenis uang di Indonesia. Ada uang logam dan uang kertas.
1. Uang logam
Rp100,00 Rp200,00 Rp500,00 Rp1.000,00
Seratus rupiah Dua ratus Lima ratus Seribu rupiah
rupiah
2. Uang kertas rupiah
Rp1.000,00 Rp2.000,00 Rp5.000,00 Rp10.000,00
Seribu rupiah Dua ribu rupiah Lima ribu rupiah Sepuluh ribu rupiah
Rp20.000,00 Rp50.000,00 Rp100.000,00
Dua puluh ribu rupiah Lima puluh ribu rupiah Seratus ribu rupiah
Membandingkan dan mengurutkan nilai pecahan uang
Dua pecahan nilai uang dapat dibandingkan.
Contoh :
lebih dari
kurang dari
Setelah dibandingkan, sekelompok pecahan nilai uang dapat diurutkan.
Contoh :
Urutan nilai pecahan uang dari yang terkecil adalah sebagai berikut :
B. Kesetaraan Nilai Uang
Menghitung nilai sekelompok uang
Nilai sekelompok uang dapat dihitung dengan cara menjumlahkannya.
Contoh :
Rp500,00 + Rp2.000,00 + Rp2.000,00 = Rp4.500,00
Nilai sekelompok uang di atas dibaca empat ribu lima ratus rupiah.
Kesetaraan nilai sekelompok uang
Sekelompok pecahan uang yang berbeda dapat bernilai sama.
Contoh :
=
Rp10.000,00 Rp10.000,00
Kesetaraan nilai pecahan uang dengan harga barang
Sebuah barang dapat dibeli dengan beberapa kemungkinan pecahan uang yang
berbeda. Rp5.000,00
Contoh :
Buku dengan harga Rp5.000,00 dapat dibeli
dengan beberapa kemungkinan pecahan uang
seperti berikut :
- 1 lembar uang lima ribuan,
- 5 lembar uang seribuan, atau
- 2 lembar uang dua ribuan dan selembar uang seribuan.
C. Membandingkan dan Mengurutkan Harga Barang
Ada barang yang mahal. Ada juga barang yang murah. Barang dengan harga yang lebih
rendah dikatakan lebih murah. Barang dengan harga yang lebih tinggi dikatakan lebih
mahal.
Perhatikan contoh berikut!
Rp1.000,00 Rp2.000,00
Nilai uang seribu rupiah lebih kecil dari dua ribu rupiah.
Jadi, permen lebih murah dari cokelat.
Cokelat lebih mahal dari permen.
D. Menaksir Harga Barang dan Uang Kembalian
Menaksir jumlah harga sekumpulan barang
Total harga seluruh barang yang kita beli dapat dihitung dengan cara menaksir.
Penaksiran dilakukan dengan pembulatan ke atas.
Contoh :
Toni ke sebuah toko dan membeli beberapa barang berikut :
Rp7.500,00 Rp11.900,00 Rp9.800,00 Rp1.500,00
Dengan penaksiran, jumlah seluruh barang yang dibeli Toni dapat dihitung sebagai
berikut.
Total harga = 7.500 + 11.900 + 9.800 + 1.500
8.000 + 12.000 + 10.000 + 2.000 = Rp32.000,00
Taksiran total harga barang lebih tinggi dari harga sebenarnya. Hal ini berguna agar
uang yang kita siapkan untuk membayar tidak kurang dari harga sebenarnya.
Menghitung uang kembalian
Uang kembalian akan kita terima saat uang yang kita bayarkan lebih besar dari total
harga barang. Uang kembalian dihitung dengan cara mengurangi uang yang
dibayarkan dengan total harga barang.
Contoh :
Nina membeli 1 buku tulis dan 1 buku gambar dengan total harga Rp9.000,00. Nina
membayar dengan 2 lembar uang lima ribuan. Berapa kembalian yang diterima Nina?
Penyelesaian :
Uang yang dimiliki Nina = Rp5.000,00 + Rp5.000,00 = Rp10.000,00
Besar uang kembalian = Rp10.000,00 – Rp9.000,00 = Rp1.000,00
Jadi, uang kembalian yang diterima Nina sebesar Rp1.000,00.
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4
Bangun Datar dan Bangun Ruang
A. Unsur-Unsur Bangun Datar
Ruas garis pada bangun datar
Ruas garis adalah bagian dari garis yang memiliki dua ujung berbeda. Pada bangun datar
terdapat ruas-ruas garis. Ruas garis pada bangun datar disebut sisi.
Perhatikan beberapa bangun datar berikut!
Bangun segi empat memiliki 4 ruas garis.
Bangun segitiga memiliki 3 ruas garis.
Sisi, sudut, dan titik sudut pada bangun datar
Ruas-ruas garis pada bangun datar disebut sisi.
Sisi-sisi yang saling bertemu membentuk sudut.
Titik pertemuan dua sisi atau ruas garis disebut titik sudut.
Perhatikan bagian-bagian bangun datar berikut!
Sisi Sisi
Sudut Sudut
Titik sudut Titik Sudut
Segi empat memiliki 4 sisi, 4 sudut, dan 4 titik sudut.
Segitiga memiliki 3 sisi, 3 sudut, dan 3 titik sudut.
Perhatikan banyak sisi, sudut, dan titik sudut beberapa bangun datar lainnya berikut!
Segi Lima Segi Enam
Banyak sisi : 5 Banyak sisi : 6
Banyak sudut : 5 Banyak sudut : 6
Banyak titik sudut : 5 Banyak titik sudut : 6
B. Pengelompokan dan Pola Bangun Datar
Pengelompokan bangun datar
Bangun datar dapat dikelompokkan berdasarkan banyak sisi, sudut, atau titik sudutnya.
Perhatikan contoh berikut!
Bangun datar berikut memiliki banyak sisi, sudut, dan titik sudut yang sama.
1.
2.
Pola barisan bangun datar
Pola bangun datar adalah susunan yang teratur dari beberapa bangun datar. Pola bangun
datar dapat disusun dari dua jenis bangun datar atau lebih. Perhatikan contoh pola bangun
datar berikut!
1. Pola dari dua jenis bangun datar
2. Pola dari tiga jenis bangun datar
C. Unsur-Unsur Bangun Ruang
Ruas garis pada bangun ruang
Bangun ruang juga memilki ruas garis. Ingat kembali tentang ruas garis. Ruas garis adalah
bagian garis yang memiliki dua ujung berbeda. Ruas garis pada bangun ruang disebut rusuk.
Perhatikan gambar bangun ruang berikut!
1. Kubus G
H
EF Kubus memiliki 12 ruas garis atau 12 rusuk.
DC Rusuk kubus di samping, yaitu AB, BC, CD,
AD, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan EH.
AB
2. Balok V Balok memiliki 12 ruas garis atau 12 rusuk.
W U Rusuk balok di samping, yaitu PQ, QR, RS,
PS, PT, QU, RV, SW, TU, UV, VW, dan TW.
T R
Q Prisma segitiga memiliki 9 ruas garis atau 9
S rusuk.
P Rusuk prisma segitiga di samping, yaitu AB,
3. Prisma segitiga BC, AC, AD, CF, BE, DE, EF, dan DF.
F Limas segi empat memiliki 8 ruas garis atau
8 rusuk.
DE Rusuk limas segi empat di samping, yaitu
PQ, QR, RS, PS, PT, QT, RT, dan ST.
C
AB
4. Limas segi empat
Rusuk, sisi, dan titik sudut pada bangun ruang
Perhatikan unsur-unsur bangun ruang berikut!
Bangun Ruang Ciri-ciri Bangun Ruang
H G Memiliki 12 rusuk, yaitu AB, BC, CD, AD, AE, BF,
E CG, DH, EF, FG, GH, dan EH.
F
D C Memiliki 6 sisi, yaitu ABCD (sisi alas), EFGH (sisi
A atas), ADHE (sisi kiri), BCGF (sisi kanan), ABFE (sisi
B depan), dan DCGH (sisi belakang)
W
T V Memiliki 8 titik sudut, yaitu titik sudut A, B, C, D, E,
U F, G, dan H.
S
P R Memiliki 12 rusuk, yaitu PQ, QR, RS, PS, PT, QU,
Q RV, SW, TU, UV, VW, dan TW.
Memilki 6 sisi, yaitu PQRS (sisi alas), TUVW (sisi
atas), PSWT (sisi kiri), QRVU (sisi kanan), PQUT (sisi
depan), dan SRVW (sisi belakang).
Memiliki 8 titik sudut, yaitu titik sudut P, Q, R, S, T,
U, V, dan W.
F E Memiliki 9 rusuk, yaitu AB, BC, AC, AD, BE, CF, DE,
D EF, dan DF.
C Memiliki 5 sisi, yaitu ABC (sisi alas), DEF (sisi atas),
ACFD (sisi tegak), BCFE (sisi tegak), dan ABED (sisi
AB tegak).
T
Memiliki 6 titik sudut, yaitu titik sudut A, B, C, E,
S dan F.
P
Memiliki 8 rusuk, yaitu PQ, QR, RS, PS, PT, QT, RT,
dan ST.
Memiliki 5 sisi, yaitu PQRS (sisi alas), PQT (sisi
tegak), QRT (sisi tegak), RST (sisi tegak), dan PST (
R sisi tegak).
Memiliki 5 titik sudut, yaitu titik sudut P, Q, R, S,
dan T.
Q
D. Pengelompokan dan Pola Bangun Ruangan
Pengelompokan bangun ruang
Bangun ruang juga dapat dikelompokkan berdasarkan unsur-unsur yang dimiliki. Perhatikan
pengelompokan beberapa bangun ruang berikut!
Kubus dan balok memiliki banyak Prisma segitiga dan limas segi
rusuk dan sisi yang sama, yaitu lima memiliki banyak titik sudut
12 rusuk dan 6 sisi. yang sama, yaitu 6 titik sudut.
Pola barisan bangun ruang
Bangun ruang juga dapat disusun membentuk suatu pola tertentu. Perhatikan pola baris
bangun ruang berikut!
Pola barisan bangun ruang di atas disusun dari kubus dan balok. Pola bangun tersebut, yaitu
kubus-kubus-balok. Pola di atas dapat dilanjutkan dengan menambahkan 2 kubus dan 1 balok.
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 5
Alat Ukur Panjang Baku
A. Alat Ukur Panjang
Jenis-jenis alat ukur panjang baku
Panjang benda dapat diukur dengan alat ukur panjang. Berikut beberapa contoh alat ukur panjang
bandul!
Penggaris Meteran kain Meteran rol kecil Meteran rol besar
Untuk mengukur Untuk mengukur Untuk mengukur Untuk mengukur
panjang garis atau panjang kain atau panjang kayu. panjang dan lebar
benda yang pendek. pakaian. Satuan panjang : cm tanah.
Satuan panjang : cm Satuan Panjang : cm dan m. Satuan panjang : m.
dan m.
Hubungan satuan panjang meter (m) dan sentimeter (cm)
Pada meteran tertulis angka 1 m tetapi di garis 100 cm. Jadi, hubungan dua satuan panjang ini
dapat ditulis :
1 m = 100 cm
Contoh :
Panjang meja belajar Nina 144cm
144 cm = 100 cm + 44 cm = 1 m 44 cm
Pengukuran panjang dengan jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur
panjang garis tengah benda-benda yang
berbentuk lingkaran.
Contohnya diameter cincin dan koin.
B. Pengukuran Panjang dengan Alat Ukur Baku
Berikut langkah-langkah mengukur panjnag suatu benda dengan penggaris.
- Letakkan salah satu ujung benda sejajar dengan angka 0 pada penggaris.
- Perhatikan bilangan yang sejajar dengan ujung benda lainnya.
- Bilangan yang sejajar di ujung lain tersebut merupakan panjang benda.
Perhatikan contoh berikut!
Ujung kertas tersebut sejajar dengan bilangan 27cm. Jadi, panjang kertas tersebut adalah 27 cm.
Hasil pengukuran benda yang lebih panjang dapat ditulis dalam satuan sentimeter (cm) atau meter
(m). Perhatikan hasil pengukuran panjang benda berikut!
180 cm
180 cm
Panjang bambu di atas adalah 180 cm = 1 m lebih 80 cm.
C. Membandingkan dan Mengurutkan Panjang Benda
Hasil pengukuran panjang benda dapat dibandingkan dan diurutkan. Akan tetapi, panjangnya harus
dinyatakan dalam satuan panjang yang sama. Perhatikan contoh pengukuran panjang berikut!
Panjang bamboo = 27 cm Panjang tali = 25 cm
Panjang ranting = 30 cm
Dari hasil pengukuran terlihat bahwa :
- Bambu lebih panjang dari tali
- Bambu lebih pendek dari ranting
Urutan benda dari yang terpanjang adalah ranting, bamboo, tali.
D. Menyelesaikan Soal Cerita tentang Satuan Panjang
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyelesaikan soal cerita satuan panjang.
- Bacalah soal cerita dengan saksama.
- Perhatikan satuan ukuran panjang benda.
- Jika satuan ukuran panjang sudah sama, buatlah kalimat matematikannya. Jika belum sama,
samakan satuan panjang terlebih dahulu.
Ingat : 1 m = 100 cm
- Tentukan hasilnya dengan menyelesaikan kalimat matematika yang telah dibuat dengan tepat.
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 6
SATUAN BERAT BAKU
A. Mengukur Berat Benda dengan Satuan Baku
Setiap benda memiliki massa. Massa benda lebih dikenal sebagai
berat. Satuan baku untuk berat, misalnya gram (g), kilogram (kg), atau
hektogram (hg). Perhatikan hubungan antarsatuan berat berikut!
1 kg = 1.000 g
1 kg = 10 hg
1 hg = 100 g
Contoh :
1. 5 kg = 50 hg
2. 3.000 g = 3 kg
Alat ukur baku untuk mengukur berat badan adalah timbangan. Ada
berbagai jenis timbangan. Ada timbangan digital dan analog.
Timbangan yang sering digunakan adalah timbangan kue dan
timbangan pasar. Saat menggunakan timbangan kue, perhatikan
angka yang ditunjuk jarum timbangan. Timbangan pasar dilengkapi
dengan anak timbangan. Ada anak timbangan dengan berat 2 kg, 1 kg,
500 g, dan 1 hg. Perhatikan keseimbangan timbangan, saat mengukur
berat benda dengan timbangan pasar.
Perhatikan contoh berikut!
Telur di samping ditimbang dengan timbangan kue.
Hasil penimbangan ditunjukkan oleh jarum yang
menunjuk angka tertentu.
Pada gambar terlihat berat telur adalah 200 g.
Telur di samping ditimbang dengan 1 kg 1 kg
timbangan pasar.
Hasil pengukuran ditunjukkan oleh berat anak
timbangan ketika berat telur dan anak timbangan
seimbang.
Pada gambar terlihat berat telur adalah 2 kg.
B. Memilih Alat Ukur Berat yang Sesuai dan Mengukur Berat
Benda
Memilih alat ukur berat yang sesuai
Timbangan merupakan alat ukur berat benda. Jenis timbangan yang
digunakan disesuaikan dengan berat benda yang akan ditimbang.
Perhatikan jenis-jenis timbangan berikut!
1. Timbangan kue
Dikenal juga dengan sebutan timbangan rumah
tangga karena digunakan di rumah
Timbangan ini umumnya digunakan untuk
menimbang hingga 5 kg
Biasa digunakan untuk menimbang
bahan-bahan kue seperti telur, gula pasir, dan
tepung terigu
2. Timbangan pasar
Dikenal juga dengan sebutan timbangan bebek
Memiliki anak timbangan dengan berat yang
berbeda
Biasa ditemukan di pasar tradisional atau
warung
Dapat menimbang hingga 10 kg
Biasanya digunakan untuk menimbang telur,
gula pasir, daging ayam, dan daging sapi
3. Timbangan duduk
Timbangan jenis ini ada yang analog dan juga
digital
Dapat menimbang hingga 500 kg
Biasanya digunakan untuk menimbang beras,
hasil perkebunan, dan hewan seperti sapi atau
kambing
Menimbang berat benda dengan timbangan pasar
Timbangan pasar memiliki berbagai jenis anak timbangan. Gunakan
anak timbangan yang sesuai dengan berat benda.
Perhatikan contoh berikut!
1 kg Mengukur berat 3 kg
1 kg 1 kg telur dapat
menggunakan 3 anak
timbangan 1 kg
Menimbang berat benda dengan timbangan kue
Pada timbangan kue terdapat jarum timbangan. Angka yang ditunjuk
jarum timbangan merupakan berat benda.
Contoh : Gula
Ibu akan menimbang 200 gram gula.
Angka yang ditunjuk jarum timbangan
harus tepat menunjuk 200 g.
Jika lebih, gula dapat dikurangi sedikit demi sedikit.
Jika kurang, gula dapat ditambahkan sedikit demi
sedikit.
Menaksir berat benda
Kamu dapat menaksir berat sebuah benda. Perhatikan gambar berikut!
Berat sebuah apel Berat sekeranjang apel
Kira-kira 200 g. Kira-kira 2 kg.
C. Soal Cerita Berkaitan dengan Satuan Berat
Perhatikan hal-hal berikut untuk menyelesaikan soal cerita tentang
satuan berat!
Bacalah soal cerita dengan saksama
Perhatikan satuan ukuran berat benda. Satuan ukuran berat benda
harus sama. Jika belum, samakan satuan berat terlebih dahulu.
Ingat hubungan antarsatuan waktu berikut!
1 kg = 1.000 g 1 kg = 10 hg 1 hg = 100
g
Buatlah kalimat matematika dengan menentukan operasi hitung
yang sesuai.
Tentukan hasilnya dengan menyelesaikan kalimat matematika yang
telah dibuat dengan tepat.
Perhatikan contoh berikut!
Seorang pedagang memiliki persediaan 5 kg duku dan 100 hg jeruk.
Berapa kg total berat buah yang dimiliki pedagang tersebut?
Penyelesaian :
Total berat duku dan jeruk = 5 kg + 100 hg = 5 kg + 10 kg = 15 kg.
D. Membandingkan Berat Benda
Berat dua benda dapat dibandingkan. Akan tetapi, satuan beratnya
harus sama. Jika berbeda, samakan satuannya terlebih dahulu. Ingat
kembali kesetaraan satuan berat berikut.
1 kg = 1.000 g 1 kg = 10 hg 1 hg = 100 g
Contoh :
Berat pepaya adalah 2.000 gram = 2 kg. Berat semangka adalah 3 kg.
Jadi, semangka lebih berat dari pepaya.
2000 Gr
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 7
PECAHAN
A. PECAHAN 1 , 1 , DAN 1 SEBAGAI BAGIAN DARI KESATUAN
23 4
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
Setiap potong roti Setiap potong roti Setiap potong roti
menyatakan setengah menyatakan seperempat
bagian. menyatakan sepertiga bagian.
Setengah ditulis 1 Seperempat ditulis 1
bagian. 1
2 Sepertiga ditulis 3 4
Pecahan 1 , 1 , dan 1 juga dapat digambarkan oleh bagian yang
23 4
diarsir pada gambar seperti berikut.
1
2
1
3
1
4
Secara umum, pecahan dinyatakan dalam bentuk a , dengan a disebut
pembilang dan b disebut penyebut.
b
B. MENGGAMBAR PECAHAN 1 , 1 ,DAN 1
23 4
Dalam membuat gambar pecahan, bangun harus dibagi sama besar.
Contoh :
Bukan 1 Pecahan 1 Bukan 1 Pecahan 1
pecahan 2 pecahan 3 3
2
C. PECAHAN 1 , 1 ,DAN 1 SEBAGAI BAGIAN DARI KESELURUHAN
23 4
Pecahan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan.
Perhatikan contoh berikut!
Ibu guru membawa 12 pensil
Setengah bagian dari 12 Sepertiga bagian dari 12 Seperempat bagian dari
pensil, yaitu 6 pensil.
Dapat ditulis : pensil, yaitu 4 pensil. 12 pensil, yaitu 3 pensil.
1 dari 12 = 6 Dapat ditulis : Dapat ditulis :
2 1 dari 12 = 4 1 dari 12 = 3
3 4
D. MENYATAKAN PECAHAN DARI SEKUMPULAN OBJEK
Bagian dari sekumpulan objek atau keseluruhan objek dapat dinyatakan
dengan pecahan. Perhatikan contoh berikut!
Ada 4 anak bermain petak umpet. Ada 1 anak yang menjadi pencari,
sedangkan yang lainnya bersembunyi. Banyak anak yang menjadi pencari
dapat dinyatakan dengan pecahan 1 .
4
E. MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN
Banyak kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
pecahan. Perhatikan contoh berikut!
Nina membeli 2 potong roti.
Setiap potong dibagi menjadi 2 bagian sama besar.
Setengah bagian roti diberikan kepada Lani.
Sisanya dimakan sendiri oleh Nina.
Berapa potong roti yang dimakan Nina?
Penyelesaian :
Perhatikan gambar berikut!
DJaadrii,gNaimnabamr,em21 abkaagnia2npdoatorin4g potong roti adalah 2 potong.
roti
MATERI MATEMATIKA KELAS 2 BAB 8
SATUAN WAKTU BAKU
A. Membaca dan Menentukan Tanda Waktu yang Ditunjukkan
Jarum Jam
Alat ukur baku untuk mengukur waktu adalah jam.
Pada jam analog, terdapat tiga jarum jam.
Jarum pendek menunjukkan jam.
Jarum panjang menunjukkan menit.
Jarum lainnya menunjukkan detik.
Perhatikan cara membaca jam berikut!
Perhatikan jarum pendek dan panjang pada jam!
Jarum pendek menunjuk angka 8.
Jarum panjang menunjuk angka 12.
Dibaca pukul delapan.
Ditulis pukul 08.00
Satu hari ada 24 jam. Bilangan pada jam analog hanya sampai 12.
Satu jam setelah pukul dua belas dapat ditulis pukul 01.00 siang atau
pukul 13.00, demikin seterusnya.
Penulisan pukul 13.00 hingga pukul 24.00 menggunakan tanda waktu
24 jam. Perhatikan contoh berikut!
Toni main bola pukul empat sore. Nina tidur pukul sembilan malam.
Dapat ditulis pukul 04.00 sore Dapat ditulis pukul 09.00 malam
atau pukul 16.00. atau pukul 21.00.
B. Menyatakan Lama Suatu Kegiatan
Hubungan satuan jam dan menit
Perhatikan hubungan satuan jam dan menit berikut!
1 jam = 60 menit
Contoh :
1. 2 jam = 2 x 60 = 120 menit
2. 180 menit = 180 : 60 = 3 jam
Lama suatu kegiatan
Lama waktu suatu kegiatan dapat dinyatakan dalam jam dan menit.
Contoh :
Ibu memasak dari pukul 07.00 hingga pukul 09.00.
Berapa lama ibu memasak?
Penyelesaian :
Dari pukul 07.00 hingga pukul
09.00, jarum pendek bergerak
maju 2 langkah.
Jadi, ibu memasak selama 2
jam atau 120 menit
Mulai Selesai
Kamu juga dapat menentukan waktu mulai dan selesainya suatu
kegiatan. Contoh :
1. Ibu mulai memasak pukul 08.00. Ibu memasak selama 2 jam.
Pukul berapa ibu selesai memasak?
Penyelesaian :
Dua jam setelah pukul 08.00 adalah pukul 10.00
Jadi, ibu selesai memasak pukul 10.00.
2. Nina belajar selama 1 jam. Nina selesai belajar pukul 20.00.
Pukul berapa Nina mulai belajar?
Penyelesaian :
Satu jam sebelum pukul 20.00 adalah pukul 19.00.
Jadi, Nina mulai belajar pukul 19.00.
C. Hubungan Satuan Waktu (Minggu dan Hari)
Selain jam dan menit, satuan waktu yang lain adalah minggu dan hari.
Berikut hubungan antara satuan minggu dan hari.
1 minggu = 7 hari
Perhatikan contoh berikut!
1. 2 minggu = 2 x 7 = 14 hari
2. 21 hari = 21 : 7 = 3 minggu
Nama-nama hari dalam sepekan, yaitu :
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Waktu mulai dan selesai suatu kegiatan juga dapat dinyatakan dalam
minggu dan hari. Untuk menentukannya, kamu dapat menggunakan
bantuan kalender.
Perhatikan contoh berikut!
Ulangan akhir tahun akan dimulai 1 minggu lagi.
Jika sekarang hari Senin tanggal 14 Mei 2018,
1. Tanggal berapa ulangan akhir tahun dimulai?
2. Ulangan akhir tahun diadakan selama 6 hari.
Kapan ulangan akhir tahun selesai diadakan?
Penyelesaian :
Perhatikan gambar kalender berikut!
1. Pada kalender di atas, dapat dilihat bahwa 1 minggu atau 7 hari
setelah hari Senin, 14 Mei 2018 adalah hari Senin, 21 Mei 2018.
2. 6 hari mulai tanggal 21 Mei 2018 adalah hari Sabtu, 26 Mei 2018
D. Hubungan Antarsatuan Waktu
Kamu sudah mempelajari hubungan beberapa satuan waktu.
Perhatikan hubungan antarsatuan waktu lainnya berikut!
1 minggu = 7 hari 1 tahun = 12 bulan
1 bulan ≈ 30 hari 1 tahun ≈ 52 minggu
1 bulan ≈ 4 minggu 1 tahun ≈ 365 hari
Keterangan : ≈ dibaca mendekati atau kira-kira.
Contoh :
1. 2 bulan = 2 x 30 = 60 hari
2. 2 bulan = 2 x 4 = 8 minggu
3. 2 tahun = 2 x 12 = 24 bulan
4. 24 minggu = 24 : 4 = 6 bulan
Nama-nama bulan dalam satu tahun, yaitu :
Contoh :
1. Lima bulan sebelum bulan April adalah bulan November.
2. Tiga bulan setelah bulan Desember adalah bulan Maret.