The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by desylestari89, 2022-10-11 01:34:27

ilovepdf_merged_merged

ilovepdf_merged_merged

PESANTRENKU
SUMBER

INSPIRASIKU

HERU HERMAWAN, S.PD.

KATA PENGANTAR

Puji senantiasa kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabi, berkat Rahmat dan Ridonya kami bisa
menyusun kumpulan Cerpen dengan judul “ Pesantrenku,Sumber Ilmuku”. Buku kumpulan cerpen ini
berisi beberapa cerita yang diambil dari kisah nyata Santri dan para pelajar hususnya di lingkungan
tempat penulis mengajar.

Ungkapan Syukur yang tak terhingga kami lantunkan kepada Allah AWT yang telah
menggerakan mata dan hati penulis untuk mampu menyusun buku ini. penulis juga menyampaikan
terimaksih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan inspirasi sehingga kami mampu
menyusun buku Kumpulan cerpen ini dengan lancar. Ungkapan terimakasih ini dihususkan kepada
orang-orang yang terlibat dan menjadi inspirasi dalam penyusunan buku ini, diantaranya;

1. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan pengertian
2. Kelurga Besar LP3 Ar-Rahman Bojonggenteng-Sukabumi,hususnya Direktur LP3 Ar-

Rahman, Kepala SMP, Kepala SMAS Unggulan Ar-Rahman, Rekan guru dan seluruh
santri yang menjadi inspirasi.
3. Seluruh Civitas Universitas Pasundan Bandung, hususnya Panitia PPG Bahasa Indonesia
Ibu Dr.Titin, Pak Egi, Bu Panca, Pak Yudho beserta tim.
4. Teman dan keluarga baru PPG Angkatan 1 Bahasa Indonesia Universitas Pasundan
tahun 2021
5. Penerbit jejak Publisher,hususnya Pak Yoga Permana beserta tim
Harapan kami kumpulan Cerpen ini mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis dan pembaca
untuk menambah wawasan serta inspirasi dalam menjalani hidup yang penuh arti. Kendati pun dalam
penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan, namun mudah-mudahan bisa menjadi motivasi
yang positif dalam gerak juang mengarungi kehidupan.Tegur sapa serta masukkan dari Pembaca sangat
kami nantikan untuk perbaikan dalam penyusunan buku ke depan.

Sukabumi, Mei 2021

Penyusun

Inspirasi Penuh Arti

Burn, fight til the end. Sebuah kalimat yang menggambarkan hidupku sejauh ini. Dulu, aku
hanyalah seorang pemalas yang suka merengek dan bergantung kepada orang tua. Tak pernah
terpikirkan olehku bagaimana seorang ayah dan seorang ibu dalam membesarkan anaknya
hingga anaknya dewasa serta mempunyai keluarga sendiri “Orang tua mempunyai tanggung
jawab kepada anaknya, sejak anaknya lahir hingga dewasa. Aku berbeda dengan anak-anak yang
lain, mungkin hanya sama dengan beberapa anak yang mempunyai cita-cita yang sama
denganku.

Inspirasi bisa datang dari mana saja, seperti halnya aku yang sudah terinspirasi dengan sebuah
video pendek berdurasi 10 menit. Tiga tahun setelah meninggalnya ayah ketika usiaku
menginjak 12 tahun. Aku duduk di kursi depan rumah, kemudian mengambil hp dari saku celana
untuk membuka aplikasi youtube. Pada tampilan layar pertama youtube terlihatlah sebuah video
dengan judul “The Story Of Lionel Messi”, dengan rasa penasaran yang tinggi aku coba untuk
menonton video tersebut. Ceritanya menyedihkan dan sangat inspiratif, bagaimana seorang anak
yang mempunyai cita-cita sebagai atlet sepakbola, tapi sudah divonis dokter bahwa ia tidak bisa
tumbuh lagi dan tidak akan bisa menjadi seorang atlet karena tubuhnya tidak akan memenuhi
syarat untuk menjadi seorang atlet, di video tersebut juga memperlihatkan bagaimana Messi
kecil yang tidak menyerah dengan keadaan. Sejak saat itu, aku mengagumi sosok Messi dan
semenjak saat itu juga hidupku berubah. Aku baru tersadar, bahwa diri inilah yang telah menjadi
tulang punggung keluarga pengganti ayahku.

Tinggal beberapa minggu lagi aku lulus dari bangku SD. Melihat adikku yang harus sekolah juga
dan keadaan keluarga yang memang kurang secara ekonomi, aku tersadar bahwa tidak mungkin
untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.

Merenunglah aku...
”Bu..” aku mencoba berdiskusi dengan ibu.

1

“Bagaimana selanjutnya ? akankah aku di sekolahkan lagi ?”

“Kenapa bilang begitu ? almarhum ayahmu sudah memberikan pesan untuk ibu.”

Aku terdiam dan memalingkan wajah dari ibu..

Pukul 13:00 WIB cuaca panas, ku ambil sepatu lalu pergi berlari kebukit. Lelah memang
meskipun baru menempuh beberapa ratus meter dari rumah, karena itu merupaka pertama
kalinya aku berlari. Nafasku serasa habis, aku muntah di jalan, kemudian tersadar bahwa inilah
rasa perjuangan, rasa dimana tiap hari ibuku merasakannya dari pekerjaan yang ia jalani. Sejak
saat itu, cita-citaku bulat ingin menjadi seperti Messi.

Duduklah aku di bangku SMP. Jarak dari rumah ke sekolah 3 km dan selama tiga tahun
menempuh sekolah tidak pernah memakai kendaraan, setiap hari jalan kaki membuatku terbiasa
dengan rasa lelah. Selama tiga tahun juga aku berlatih sendirian, berlari tiap pagi setelah selesai
menunaikan sholat subuh, ketika jalan masih gelap aku ada disana untuk berlari kebukit dan
sudah punya jarak yang harus aku tempuh di setiap harinya.

Lagi-lagi ekonomi menjadi penghambatku. Aku lari biasanya menggunakan sepatu sekolah
karena itu satu-satunya yang aku miliki. Pada suatu hari ketika aku berlari dan belum menempuh
jarak yang seharusnya ku tempuh, tiba-tiba sepatu itu robek, aku pun terpaksa membuka sepatu
karena takut akan tambah besar robeknya apabila masih digunakan. Kemudian aku berlari
mengejar sisa jarak tanpa memakai alas kaki. Setelah sampai di dekat rumah, aku tidak langsung
masuk ke rumah, tapi meminjam dulu alat sol sepatu ke tetangga, kemudian memperbaiki sepatu
yang robek tadi, karena takut ibuku marah dan tidak mau melihat ibuku mengeluarkan uang
untuk membeli sepatu yang baru. Keesokan harinya aku berlari menggunakan sandal dan sampai
sekarang telah menjadi kebiasaanku berlari dengan alas kaki menggunakan sandal.

Masa SMP selesai, kemudian aku melanjutkan sekolah ke SMA dengan biaya pendaftaran Rp
1.350.000.00. Di sinilah masa mimpi-mimpi itu terbayang dengan jelas, apa yang aku tonton dari
video dulu, tergambar jelas ketika diikuti dengan perjuangan keras. Berlatih setiap hari dengan
memakai sandal, akhirnya membuahkan hasil. Beberapa kali mendapatkan beasiswa atas
apresiasi dari apa yang aku lakukan, itu merupakan hasilnya. Namun na’as, jalan memang tidak
selalu mulus, ketika mengikuti Tournament futsal aku terjatuh dan menyebabkan tulang tangan

2

kananku patah. Semangatku masih tetap sama, meskipun dalam kondisi tanganku membengkak
aku tetap sekolah.

Di keesokan harinya..
“na..” terdengar suara olehku.

Terlihatlah ibuku di dekat pintu.
“Yakin kamu mau berangkat sekolah ? tangan bengkak kaya gitu, jangan sekolah dulu, tunggu
sembuh dulu.”
“Bu yang bengkak tangan aku, bukan kaki aku” sambil melempar senyum ke ibuku.

Ketika sampai di sekolah, semua temanku syok. Pada hari itu mereka sudah bersiap-siap untuk
jenguk aku di rumah.
“Hey kenapa kalian bengong ?” kalian kira aku bakalan diam saja di rumah ?”
“kamu baik-baik saja ?”
“yang sakit tangan aku, bukan kaki aku.”

Mereka tersenyum kepadaku..

Dua bulan kemudian tanganku baru pulih kembali. Selama tanganku dalam penyembuhan, selain
jalan kaki menuju sekolah, di rumah juga aku tidak berdiam diri saja, aku terbiasa lari meskipun
tidak sebebas gerakan ketika tanganku normal. Pasca sembuh, di sekolah ada Tournament
sepakbola, aku mengikutinya namun ibuku tidak memberikan izin.
“mau celaka lagi ?”

Aku berontak..
“Bu aku sudah sejauh ini, ibu juga tahu apa yang sudah aku perbuat selama beberapa tahun,
semua pekerjaan memiliki risiko bu, jangan halangi aku, aku juga tidak pernah meminta ibu
untuk memfasilitasi aku, biarkan aku berjalan di bidang yang aku inginkan.”

3

Ibuku terdiam, aku pergi ke lapangan..

Diatas lapangan berasa ada yang aneh, entah gara-gara ucapanku kepada ibu karena tidak
memberikan izin atau karena kondisiku yang baru pulih. Lelah yang kurasa pada saat itu, tiba-
tiba orang tinggi besar menabrakku dari belakang sehingga aku terjatuh dengan posisi tangan kiri
menahan badan, dia juga terjatuh dan menimpa badan yang sedang di tahan oleh tanganku,
akhirnya tangan kiriku patah. Aku dilarikan ke tukang urut dan harus kembali menepi selama
dua bulan.

Aku dimarahi ibu..

“makannya dengar perkataan ibu”

“bu perkataan orang tua itu do’a, apabila orang tua berat merestui anaknya, ya ini juga yang akan
aku terima, aku gak akan pernah berhenti bu, aku akan tetap di bidang yang aku inginkan.”

Ibuku menggeleng-gelengkan kepalanya..

“sudah terserah kamu saja, ibu hanya bisa mendo’akanmu.”

Tak selang lama, aku dapat beasiswa lagi. Ibuku bangga dengan apa yang aku dapatkan, bahkan
di akhir setelah wisuda, ketika aku butuh uang untuk ikut tes SBMPTN Allah tunjukan lagi
kebesarannya dengan memberikan rezeki berupa uang tunai Rp 500.000.00. Aku pakai untuk ke
Bandung, kemudian sisanya aku pakai untuk mengikuti tes SBMPTN PJKR di Universitas
Siliwangi Tasikmalaya. Alhamdullilah berkat kerja keras yang aku lakukan sejak SMP sampai
sekarang aku bisa kuliah di Universitas Siliwangi dengan status mahasiswa Bidikmisi.

Cita-citaku belum tercapaikan, aku masih dalam diri yang sama dan semangat yang sama.
Seberapa banyak pun kegiatan sekarang dan menyita banyak waktuku, aku akan tetap berlari
meskipun itu malam hari. Sekarang memang benar aku jauh dari orang tua dan lingkungan
berbeda, tapi tetap Allah itu sama. Dialah yang telah melihat kerja kerasku dan dia juga yang
telah membalas semua kerja kerasku, meskipun aku berusaha keras di tempat yang gelap dan
tidak ada orang yang melihat, Aku percaya bahwa yang memberikan hidup, mati, dan sampai
rezeki hanyalah Allah SWT.

4

5

Kring…Kring…Kring…

Pagi ini gue harus bangun pagi lagi,setelah gue menyelesaikan liburan panjang gue,dan hari ini adalah
hari senin,gue harus mengikuti Upacara Bendera di Sekolah baru gue.

Yaps,gue sekarang adalah murid SMA,setelah beberapa bulan selesai gue wisuda,dan sekarang gue
harus beradaptasi lagi di Sekolah baru ini.

“hoam…kenapa liburnya cepet banget sih?”

Gue bangkit dari tempat tidur dan langsung melihat jam beker.

“What??? Gile emang udah jam 06:45 aja,perasaan gue tadi malem masng jam beker jam 05:40”

Gue pun langsung lari ke kamar mandi,dan gue mandi dengan terburu-buru.Selesai gue mandi gue pun
langsung menuju dapur dan mencari mommy,yaks seperti dugaan gue mommy sedang menyiapkan
sarapan buat gue,Mommy pun menoleh ke arah gue sambil tersenyum

“ayo sayang sarapan dulu,mommy udah bikini makanan kesukaan kamu nih”

“oh tidak mom,aku sudah telat,aku akan makan nanati di kantin sekolah” ucapku sambil mencium pipi
mommy dan berlari.

“dah mommy,aku sayang mommy”

Mommy hanya tersenyum dan menggeleng geleng kepala saja.

“Ayo pak,aku sudah terlambat” ucap ku kepada Pak Jaka.

Sesampainya di Sekolah.

Hampir saja gerbang di tutup,gue pun langsung nerobos masuk dan mengikuti Upacara pembukaan
MOS,dan gue berdiri di baisan paling belakang.Tiba-tiba gue ngerasa ada yang merhatiin gue dari
barisan lain,gue pun penasaran dan akhirnya gue pun menoleh kerah barisan kelas 11,dan loe tau gue
liat apa???,Yaps gue liat ada seorang cowo yang keliatannya brandal,dia senyum ke gue,tapi kalo gue
liat-liat dia “GANTENG”.Dan gak tau kenapa setelah gue mendapatkan senyuman maut dari dia kepala
gue pusing tujuh keliling.Tiba-tiba pandangan gue buram,dan ilang.Oke fix,gue pingsan.

Gue tersadar di ruang UKS,gue melihat ada seorang cewe cantik yang sedang duduk di pinggir kasur
tempat gue berbaring,gue pun terbatuk,dan dia pun menoleh ke arah gue.

“eh…udah bangun ya” ucapnya ramah

“hmm…gue dimana ya?” Tanya gue gelagapan

“lo tadi pingsan,jdi di bawa ke UKS deh”

Tiba-tiba saja ada seorang yang mengetok pintu.

1

“Masuk” ucap si ewe itu.
Dan masuklah seorang cowo dengan membawa sekantong belanjaan.
“Eh..Lexa, dia udah sadar ya,nih gue bawain makanan,pasti dia pingsan gara-gara belom sarapan” ucap
cowo itu.
Dan kalian tau siapa cowo itu…dia cowo yang tadi pagi senyumin gue.
“Iya bay,dia udah sadar,barusan aja,tumben lu bae hahaha” cecar cewe yang katanya namanya Lexa itu.
Cowo itu pun langsung nyamperin gue dan berdiri di sisi tempat tidur yang gue tidurin sekaranh.
“Hey…pasti tadi pagi lo gak makan ya,oh iya kenalin nama gue “BAYU”gue dari kelas 11 IPS “ ucapnya
sambil tersenyum manis ke arah gue.
“eh…iya,maksaih banyak ya Kak,kenalin nama gue Alana” balas gue sambil tersenyum juga.
“btw,gak usah pake kak juga gapapa kok,gue lebih suka di panggil nama”
“hmm..iyadeh”
“oh iya…tadi gue ngeliat lu masuk ke barisan dengan tergesa-gesa,lu hampir telat bukan?”
“iya,gue tadi hampir telat” balas gue sambil tersenyum.
“oalah…rumah lu emg dimana??”
“di Perum indah griya Bay”
“oh ya..Blok mana,btw,kita satu perumahan lho”
“iyakah??,gue di blok Anggrek kak,emg lu dimanaya kak?”
“heyyy…kita sama,tapi gue belum pernah ngeliat lu deh perasaan,apa lu orang yang baru pindah itu?”
“iya kak,gue pindahan dari Cibubur,emang rumah lu di mananya kak??” ucap gue kepo.
“lu tau rumah warna abu-abu,yang di lantai duanya ada alat nge Gym??”
“lah kan itu sampingan sama rumah gue kak,trus yang di lantai dua ada alat Gym itu kamar lu kak??’
“iya..berarti bias dong gue pergi pulang sekolahnya sama lo”ucapnya sambil memancarkan muka
berharap.
“oh yang ada alat Gym nya itu kamar gue”ucapnya lagi.
“ehmm…liat nanti ya kak,kalo itu kamar lu,berarti kamar kita berhadapan kak”
Tiba-tiba kak Lexa berdehem.
“Kalian dari tadi asik ngobrol,gak inget di sini ada gue” ucapnya sebal.

2

“ah elah kutu,ganggu aja lo,gak suka sma kesenangan orang?” tutur Bayu kesal.

Jelang beberapa saat ada seorang guru masuk dan langsung memarahi Bayu.

“suruh siapa kamu di sini,kamu ya bukannya ikut upacara malah ngegangguin cewe,udah itu baju gak di
masukin,rambut gondrong,sepatu berwarna,masih mau sekolah gak sih kamu tuh” ucap guru tersebut.

Tetapi Bayu malah menghampirinya dan berkacak pinggang.

“saya disini karna saya anggota PMP,ya apasalahnya kalo saya jagain orang yang sakit??,lagi pula saya
gak macem-macem,dari tadi saya di temenin Alexa”

“kamu ya di kasih tau guru malah ngelawan,keluar kamu sana kembali ke lapangan”

Bayu pun langsung ke luar UKS,tapi tiba-tiba Bayu berhenti dan menoleh kea rah gue.

“Alana itu makanannya di makan ya,nanti pulnang sekolah gue tunggu di depan gerbang”

Gue Cuma diem,nahan malu,dan takut di depan guru itu.

“kamu kok mau sih sama dia??” tegur guru itu

Gue pun hanya memasang muka Watados,ya bukannya gue mau songong,tapi gue males aja buat
ngeladenin begituan.gue ngerasa gue sekarang udah agak sehat dan guepun memutuskan untuk
meminta izin mengikuti kegiatan pembukaan MOS lagi.

“Maaf pak,saya udah agak sehat,saya mau ke lapangan aja ya pak” ucap gue dengan santai.

“kamu yakin udah sehat??”

“ya pak,saya yakin”

“ya sudah baiklah,Alexa tolong jagain dia kalo ada apa-apa lagi ya” ucap guru tersebyt kepada kak Lexa.

“baik pak,Ayo Alana,kit kelapangan sekarang”

“iya kak,permisi ya pak,makasih”ucapku sambil bergegas pergi.

Sesampainya di lapangan gue ngeliat Bayu sedang berdiri di atas tribun,dia di hokum bray.gue pun
memutuskan untuk nanya ke kak Lexa.

“Kak,Bayu itu emang suka ngelanggar peraturan ya?”

“gak usah di Tanya dia mah,dri awa masuk dia udah di takutin sama seluruh murid SMA Pancasila,karna
awal masuk pas MOS,dia udh ngelanggar banyak peraturan,dan dia berani banget,dia ngelawan ketua
Osis SMA pancasila ini,gila gak sih??

“yaa tuhan,tapi ya kak tadi gue ngerasa kalo dia itu baik banget deh,tapi ya emag pakaiannnya agak
brutal”

“iya makanya gue juga aneh,padahal ya dia kalo di kelas itu nyebelinnya pake banget,tapi tadi sam lu
bias baik gitu ya,gue rasa dia suka sma lu deh”

3

Setelah kak Lexa menyelesaikan kata-kata terakhirya gue agak sedikit gengsi ke kak Lexanya.
“ah…apa sih kak,enggak juga kali”
Tiba-tiba saja ada sebuah suara dari microfon.
“Tes…tes…1,2,3, ya semuanya gue di sini Cuma mau bilang kalo gue lagi tertarik sma anak kelas 10 yang
namanya Alana Putri Demistri.” Ucap Bayu dari microfon tersebut
Dan di situ satu lapanagn pada bersorak,gilee y ague malu banget yang lagi ada di samping kak Lexa.
“eh,btw kak lexa,dia tau nama panjang gue dari mana???” ucap gue gugup sambil menahan malu.
Di situ kak Lexa hanya tersenyum menggoda.
“ih dia gak malu apa ngomong di dipan kaya gitu,apalagi ini adala hari pertama gue masuk SMA.”
“oke buat yang namanya Alana silahkan maju.” Tegas kak Bayu saat itu
Tiba-tiba saja ada seorang guru yang menegurnya.
“Bayu,apa-apaan kamu,kamu itu sedang di hukum,kamu ya malah ngungkapin perasaan gak jelas kaya
gitu,kamu piker emang yang namanya Alana-Alana itu mau sama kamu?” cerocos guru itu panjang lebar.
Ya seperti biasa Bayu hanya berkacak pinggang,dan menjawab
“ya elah..emang ngapa sih,kan sebagai cowo gentle gitu lho,coba aja Tanya ke Alananya pasti dia jawab
mau,ya gak Alana?” ucap dia sambil mengedipkan matanya kea rah gue.
“ya tuhan…kedipan maut” cecar gue dalam hati.
“udah-udah,kamu nih ya di hukum bukannya mikir malah kaya gini”
“yayaya…oh iya buat Alana nanti pulang sekolah pulang bareng ya,sekarang gue bilang ke lo-lo
padauntuk jagai dia,karna mulai detik ini dia udah jadian sama gue” cerocos Bayu di depan semua orang
yang sedang melakukan MOS.
“gue hanya bias diem membisu,dan menahan muka malu,jadi mulai sekarang kita jadian kak?” Tanya
gue kak Bayu
“yaps,karna menurut gue lo itu cewe yang beda,lo itu aneh,lucu,pokoknya gitu deh” ucap Bayu sambil
menggandeng tangan gue.
Dan imtinya di hari pertaa gue SMA ini adalah hari yang agak sedikit membingungkan.
Tapi….semuanya berubah setelah gue berpacaran dengan Bayu,Bayu sekarang dia angkat menjadi wakil
ketua Osis.

4

MAAF

“Maafin aku, gara gara aku kamu jadi sering sedih. Gara gara aku kamu jadi
sering nangis. Maaf, maaf..” Ucap Dirga sembari menunduk.

Kuseka air mataku, lalu kunaikan wajahnya untuk menghadapku. “Kamu gak
perlu minta maaf, aku gak papa kok. Mungkin ini ujian cinta,” Ucapku menatap manik
matanya yang hitam legam dengan senyum. Dia menatapku sendu.

”Aku janji, suatu hari nanti aku bakalan akhiri semuanya! Aku bakalan
bahagiain kamu! Aku bakalan bilang sama Papa dan Mama untuk ngebatalin
perjodohanku dengan Rere!” Aku tersenyum mendengarnya dan menggeleng tak
setuju. Dirga menatapku dengan alis tertaut.

“Jangan kamu batalin perjodohan itu jika salah satu dari kalian tersakiti
hatinya. Jangan buat aku malah merasa bersalah karena hadir di antara hubungan
kalian,” Ucapku dengan air mata yang kini telah bercucuran.

Kupaksakan bibir ini tuk tersenyum. Memberitahu pada Dirga bahwa aku
bahagia. “Kamu ngomong apa sih?! Aku itu dijodohin sama Rere bukan berdasarkan
suka sama suka! Dia yang nyuruh orangtua aku untuk dijodohin sama aku! Dan aku
gak mau, Flo!” Sergah Dirga yang kini menatapku tajam.
“Terserah kamu. Sekarang aku mau pulang, aku gak mau Mama nyariin aku gara gara
khawatir,” Ucapku mengakhiri perdebatanku dengan Dirga. Lalu berdiri sembari
menghapus sisa air mata.
“Flo, biar aku antar,” Ucap Dirga mencekal pelan tanganku. Aku tersenyum di balik
gelenganku. “Gak perlu. Kamu antar pulang Rere aja. Dia lebih berhak buat kamu
antar pulang. Dia tunanganmu,” Jawabku yang membuatnya mendesah, lalu
melonggarkan cekalannya membiarkanku pulang sendiri. Ya! Pulang sendiri dengan
air mata yang kini jatuh lagi.

1

“Flo! Dirga batalin perjodohannya dengan Rere! Sampe Rere nangis kejer loh,
Flo!” Teriak Maharani histeris. Dia sahabatku. Mataku membulat dan berdiri karena
terkejut.

Untung Maharani berteriak saat kelas sedang kosong. Tak ada yang tahu tentang
hubunganku dengan Dirga, selain aku, Dirga, sahabat sahabatku dan sahabat
sahabatnya Dirga.

“Di mana dia sekarang?!” Tanyaku penuh emosi pada Maharani. “Siapa?” Tanya
Maharani bingung. Kuhela nafasku, membuang sedikit rasa marah di dada. “Dirga!”
Jawabku lantang. Jari telunjuk Maharani mengarah ke arah taman belakang sekolah.
Kulangkahkan kakiku menuju taman belakang sekolah, dengan tangan mengepal
penuh emosi. Aku harus bicara pada Dirga sekarang juga!

Kudapati Dirga tengah duduk sendiri di atas rerumputan, kuhampiri dia,
menatapnya tajam.
“Dirga!” Panggilku lantang. Dirga berbalik, menatapku dengan senyum mengembang
di bibirnya. “Aku butuh bicara sama kamu! Serius!” Ucapku yang membuatnya
berkerut kening.
“Bicara apa sih? Kamu lagi bercanda ya, Flo? Aku lagi malas bercanda sekarang,”
Timpal Dirga merasa bahwa ini adalah lelucon bulan April.
“Dirga, serius!” Teriakku kesal. Dirga mematung. Mungkin ia terkejut melihatku
semarah ini.

Kutarik nafasku dalam dalam, lalu membuangnya secara perlahan dan kembali
menatap wajah tampan milik Dirga.
“Maaf, kita putus!” Kuucapkan kalimat yang tak ingin kuucapkan. Dirga menatapku
tak percaya. Dan kini tangannya bertengger mencekal bahuku sedikit kencang, hingga
membuatku meringis.
“Kamu kenapa sih?! Datang datang lalu minta putus! Aku punya salah apa?! Hingga

2

kamu minta putus secara sepihak seperti ini?!” Tanyanya menatapku dengan mata
merahnya, menahan amarah. Kuberanikan menatap mata itu tajam, meski aku tahu
jika Dirga akan tahu aku masih mencintainya.

“Semuanya udah berakhir! Kita udah gak cocok! Kamu yang jelas jelas udah
punya tunangan, dan tiba tiba aku dengan gak tau dirinya masuk tanpa permisi ke
hubungan suci kalian! Aku ini benalu buat hidup kamu! Aku gak bisa bikin kamu
bahagia! Aku cuma bisa bikin kamu dan Rere sedih karena aku berada di tengah
tengah hubungan kalian! Dirga, tolong mengerti… bahwa aku gak mau mengikat
kebahagiaan kamu dan Rere,” Ucapku panjang lebar. Aku sudah tak kuat untuk
menanggung beban seberat ini. Aku berhenti berjuang.

Kulepaskan cekalannya di bahuku. Kurasakan badannya melemah. Dirga
menunduk. Air mata yang kuharap tak jatuh, kini mengalir tak terbendung.
“Maaf, dan sekarang Gue udah gak punya rasa apa apa lagi sama Lo!” Ucapku lagi
yang kini lebih kasar,
sebelum pada akhirnya aku berlari meninggalkan Dirga dengan kekecewaan yang
sangat besar terhadapku.

“Lo putus sama Dirga?! Kenapa?” Tanya Maharani terkejut mendengar penuturanku.
“Ya, karena Gue gak mau mengikat kebahagiaan mereka,” Jawabku sembari
menunduk.
“Flo? Dirga…” Ucap Maharani menatap terkejut ke arah belakangku. Aku
menatapnya penuh tanya.
“Lo liat sekarang!” Ucap Maharani tanpa menggubris tatapanku. Kubalikan
tubuhku180derajat,dan…

Aku melihatnya! Dirga bersama Rere berjalan mesra. Mataku memanas, namun
kucoba untuk menahan air mataku untuk tidak keluar lagi. Kubalikan lagi tubuhku,
menghadap Maharani yang kini menatapku penuh iba.

3

“Flo, sabar. Semua akan berakhir bahagia kok, Flo. Jangan sedih lagi, Gue gak mau
liat Lo jatuhin air mata Lo lagi,” Ucap Maharani yang entah sejak kapan dia duduk di
sampingku.

Seperti petir menyambar di siang hari, Dirga melewatiku dengan tangan yang
bertengger di bahu Rere. Ah! Sudahlah, aku sudah tak ingin memikirkan cinta.

“Kamu bahagia sekarang? Setelah melihat aku bermesraan dengan Rere di depan
matamu?” Suara bariton terdengar dari belakangku. Menghentikan langkahku untuk
pulang. Mataku membulat sempurna. Kini dia ada di depanku.
“Ka.. eh? Lo? Ngapain sih di sini? Awas! Gue mau pulang,” Ucapku kasar pada
Dirga. Maafkan aku Dirga, hatiku menjerit tak setuju ketika aku bersikap kasar pada
Dirga.

Lelaki yang aku cintai. Ku berbelok ke kiri untuk melanjutkan langkahku,
namun Dirga mengikuti. Begitu dengan langkahku ke kanan, Dirga juga mengikuti.
Aku mendesah kesal.
“Jawab pertanyaan aku!” Ucap Dirga tegas. Ini pertama kalinya aku melihat Dirga
setegas ini.
“Bahagia? Melihat Lo sama Rere? Ya! Gue bahagia! Gue bahagia melihat Lo
bermesraan dengan Rere di depan mata Gue! Sudah puas, Tuan?” Ucapku yang kini
membuat panas mataku.
“Kamu bohong,” Sergah Dirga yang kini menatapku dengan senyum remehnya.
“Gak percaya? Terserah Lo!” Ucapku yang kini meninggalkannya sendirian.

“Flo! Ada berita baru lagi!” Teriak Maharani dan Ghina padaku saat aku baru
menginjakan kakiku di depan kelas. Aku mengerutkan dahiku, bingung.
“Dirga lagi lagi putusin Rere di depan banyak orang!” Lanjut Maharani dan Ghina.
Aku terkejut, Tapi dengan segera kuganti mimik wajahku menjadi datar. Lalu berjalan
mendahului mereka.

4

“Ya udah sih.. bukan urusan Gue juga kok,” Jawabku enteng, membuka novelku, lalu
membacanya. Maharani dan Ghina menghampiriku dengan tergesa, hingga Ghina
hampir terjatuh akibat dorongan Maharani dari belakang.
“Lo hampir aja buat Gue benjol!” Gerutu Ghina sebal pada Maharani.

“Maaf!” Jawab Maharani singkat. “Flo! Ini ada hubungannya sama Lo! Dirga
nyebut nyebut nama Lo sebagai cewek yang buat dia bahagia! Di depan banyak
orang!” Jelas Maharani.

Kuberhentikan membaca kalimat dari buku novelku, menatap Maharani dan
Ghina bergantian. “Di mana?” Tanyaku yang kini telah berdiri menghadap mereka.
“Di mading sekolah,” Jawab Maharani dan Ghina serempak.

Kupandangi pertengkaran mereka. Masih belum berani untuk mendekat. Hingga
pada akhirnya suara bariton mengagetkanku. Gian, sahabat Dirga.
“Eh? Ngagetin!” Gerutuku pada Gian dengan tatapan galak. Dia tak menggubris.
“Lo samperin mereka. Lo buat pernyataan bahwa Lo juga bahagia berada dekat
dengan Dirga. Kebahagiaan Lo ada di tangan Lo. Gue cuma gak mau aja, liat Dirga
yang terus menerus murung mikirin hubungannya sama Lo, yang berakhir tragis itu,”
Ucap Gian yang membuatku tersenyum mendengar kata ‘tragis’.

“Gue bodoh ya, Gi? Gue lepasin cowok sebaik Dirga. Dia masih aja baik
walaupun Gue ngomong kasar ke dia,
” Sesalku pada diriku sendiri”.
“Maka dari itu! Lo harus memperbaiki semuanya! Lo harus buktiin ke semua orang,
bahwa Lo dan Dirga itu saling mencintai! Jangan buat kebahagiaan Lo tercampakan
begitu aja, Flo!” Ucap Gian lagi. “Tumben bijak,” Setelah mengatakan itu kuayunkan
kakiku untuk menghampiri kerumunan itu.

“Re! Lo gak bisa paksain hati Gue buat jatuh cinta sama Lo! Gue emang sayang sama
Lo, Tapi sayang Gue ke Lo gak lebih dari sebagai adik dan kakak! Dan sekarang Gue

5

mohon sama Lo, biarin Gue bahagia sama cinta Gue. Dan tolong, akhiri perjodohan

kita!” Kudengar kalimat kasar itu keluar dari bibir Dirga. “Dirga?” Panggilku

lirih, namun masih terdengar oleh Dirga dan Rere. Rere menyeka air matanya, lalu

tersenyum menatapku.
“Flo?” Pekik Dirga kaget. “Re, Gue minta maaf sama Lo. Karena Gue

hubungan Lo dan Dirga berantakan. Gue minta maaf,” Ucapku yang kini telah berurai

air mata.
“Flo, semuanya bukan salah Lo. Ini takdir, takdir bahwa Gue gak bakalan bisa bersatu

sama Dirga sekuat apapun cara Gue buat dapetin dia. Lo beruntung Flo. Lo bisa

meluluh lantahkan hati Dirga yang kerasnya mengalahkan batu karang. Dia bisa

bersikap manis terhadap Lo. Dan Lo beruntung bisa diperjuangkan oleh Dirga sebesar

ini. Maaf, karena Gue kalian harus backstreet kayak gini. Dan sekarang, di depan

banyak orang, Gue putusin untuk berhenti mengharapkan Lo, Dirga! Gue gak bakalan
ganggu hubungan kalian lagi! Gue janji! Sekali lagi Gue minta maaf,” Ucap Rere yang

kini telah tersenyum rela.

“Tapi, Re.. di sini Gue juga salah. Jadi Gue juga minta maaf,” Ucapku yang
diangguki Rere. Dirga menatapku dengan senyum yang sangat kurindukan.
“Banyak masalah udah kita lewati. Tapi kita masih diperbolehkan bersatu. Ini takdir
untuk kita, bahwa seberat apapun masalah di hubungan kita, kita harus berjuang
bersama buat usir masalah itu. Dan aku janji, aku akan tetap di samping kamu untuk
melewati masalah kita bareng bareng,” Ucap Dirga lirih.

“Kamu gak usah janji, aku cuma butuh bukti,” Tantangku dengan senyum yang
tertahan. Dirga mencubit pipiku, hingga warnanya berubah menjadi merah padam.
“Nantang terus ya kamu…” Ucap Dirga yang membuatku menahan sakit karena
cubitannya. Dan masalah pun selesai!

Aku tak tahu bagaimana mengekspresikan betapa beruntungnya aku
mendapatkan Dirga. Lelaki yang selalu membuatku tersenyum dan tertawa karena

6

bahagia.
Dirga bukan lelaki yang romantis, tapi Dirga begitu manis.

Dan pada akhirnya, aku, si kekasih kedua kini telah bahagia dengan predikat
tunangan dari seorang Dirga Nugraha.Yang tak harus bersembunyi lagi jika ingin
berdua bersamanya. Seperti saat ini, aku dan Dirga sedang berada di taman belakang
sekolah,berdua menikmati indahnya senja.Dan tanpa orang kedua, ketiga, keempat dan
seterusnya.

7

Makna Segelas Kopi

Setahun setelah peristiwa itu, aku tak lagi membawa gelas kosong. Tetapi yang kubawa
secangkir kopi hitam. Tetapi, bukan berarti kopi tersebut pahit seperti hidup yang kujalani saat
ini. Melainkan manis seperti bibirnya yang kukecup pada malam kemarin. Aku sungguh puas
dengan hidupku saat ini. Berandai-andai bersama seekor binatang pada sudut kota Yogyakarta.

Pukul setengah tiga, sebetulnya aku sudah membasuh badan yang bau dengan
seperangkat alat mandi. Didahuli dengan memutihkan beberapa gigi yang sudah kuning. Aku
sering merasa takut sekaligus jijik pada beberapa gigi yang sudah berlubang. Maka wajar saja
jika aku memutihkan seluruh gigi dengan mata yang tepejam. Sebelumnya, pada waktu lima
menit sebelum jam setengah tiga, sahabatku menahanku agar tidak beranjak dari kasur. Ia
menawarkan beberapa buku lawas. Dan membuat secangkir kopi untuk di seruput bersama.

“Sob, cobain deh kopi yang kubuat. Pahitnya tak seperti hidup yang kita jalani hehe”
katanya sedikit merayu seperti sinetron agar aku tak meninggalkan kasur yang kumal. “Ini juga
ada beberapa buku yang bisa kita baca bersama. Udah lah... Kamu ngapain sih kerja terus, nanti
bisa cepat kaya!”

“Hahaha, makasih banget sob. Tapi aku mempunyai tanggungan yang besar kepada
keluarga untuk membiayakan adik-adikku sekolah. Dan umur ayah juga sudah semakin tua.”
Sedikit alasanku padanya.

Namun, tidak demikian dengan ayah dan ibuku. Kedua orang yang sudah tua tersebut tak
ingin aku bekerja untuk menolong kesusahan yang mereka jalani. Suatu saat, ayah dan ibu telah
berpesan kepadaku, di ruang keluarga rumahku yang tak begitu besar. Dari ruang itu, ayah
berpesan tidak perlu aku bekerja untuk membantu mereka menafkahi keluarga, cukup belajar
untuk menjadi orang yang cerdas supaya kelak bisa mengejar cita-cita yang kuinginkan dan
menjaga diri di tanah rantau.

Dari pesan yang ayah katakan itu, pun aku tak setuju dengannya. Sebagai anak pertama
dalam beberapa saudara, aku mempunyai tanggung jawab yang besar kepada keluarga.
Kesibukan dengan tugas yang kumiliki tak menghalangiku untuk mencari sedikit rupiah untuk

1

mereka. Supaya tak di ketahui ayah, ibu, dan adik-adik, aku meminta nomor rekening saudaraku.
Untuk mengirimkan sedikit rupiah kepada mereka. Sekali sebulan aku menyempatkan untuk
mengirimkan mereka, dengan beberapa rupiah.

Waktu berjalan dengan cepat, kali kesekian aku bekerja pada tempat yang sama. Aku
semakin larut dengan kesibukan. Dan akhirnya beberapa mata kuliah yang kuambil, harus
mengulang di tahun-tahun berikutnya. Lebih-lebih dengan mata kuliah yang di ajari oleh dosen
mata kuliah hukum keluarga, dosen tersebut merupakan salah satu dari saudara ayahku. Aku
merasa cemas dan menciut jika dosen tersebut memberitahu kepada ayahku.

Ternyata, apa yang kucemaskan terjadi beberapa minggu setelah KHS semester keluar.
Ketika aku sedang bekerja ponselku berbunyi begitu keras. Dan membuat semua pembeli merasa
heran, ponsel siapa diantara mereka yang berbunyi.

“Iya, hallo ayah. Ada apa yah”

“Cieee, dapat kiriman nih” celetus pembeli saat mendengar aku berbicara di telfon.

“Abang sekarang lagi dimana? ayah bertanya padaku, tanpa ada yang mendengarnya.

“Hmm... Lagi di....”

“Abang kenapa sih, kok bisa mata kuliahnya sampai ngulang, kan ayah udah bilang,
kuliah aja dulu baik-baik. Ayah cuman minta itu aja bang” sahut ayah dengan pertanyaan yang
sedikit menyayat hati.

“Mungkin abang terlalu capek yah, terus ketiduraan” lagi-lagi alasan yang tak logis.

“Capek kenapa bang? Abang kerja ya?”

“Iya yah, abang kerja di sini”

“Abang maunya apasih, udah ah ayah gak tau lagi harus gimana bang!”

“Tapi yah...” tut...tut...tut... Ayah memutuskan pembicaraan di telfon dengan sengaja.

Tidak beberapa lama kemudian, sebuah pesan singkat masuk. Begitu mudah ayah
memberi keputusan untuk berhenti kerja. Jika tidak, aku harus kembali ke tanah kelahiranku.
Dan meninggalkan kota ini, pun jenjang pendidikanku.

2

Pagi pun tiba. Kini aku tak pernah mendengar suara notifikasi ponselku berbunyi.
Sesekali aku mencoba menghubungi ayah, namun hanya panggilan dari operator telkomsel yang
terdengar. Aku merenungi tanpa sedikitpun penyesalan terhadap apa yang kulakukan saat ini.
Durhakakah aku kepada mereka? Tentu saja tidak menurutku. Apa yang kulakukan ini sungguh
sangat bijak dan menumbuhkan hasil yang memuaskan.

Aku kira, ayah akan kembali seperti dulu. Ketika aku memutuskan untuk berhenti
bekerja. Namun, jika aku memutuskan untuk tidak bekerja, disitulah aku merasa bahwa aku
menjadi anak yang durhaka. Aku selalu mengingat pesan kakek kala beliau masih menghirup
udara segar. Beliau menginginkan, kelak aku besar bisa menjadi tulang punggung dari keluarga.

Aku kembali mengingat apa yang di ucapkan ayah melalui telfon kala itu. Pikirku,
permasalah ini akan cepat selesai ketika aku mengatakan tak lagi bekerja. Dan aku terpaksa
membohongi mereka, supaya aku tak berhenti kuliah.

Kukirimkan sepucuk pesan singkat melalui angin malam kepada ayah, bahwa aku tak lagi
bekerja. Lagi-lagi ponselku tak menimbulkan notifikasi. Terpikir dalam benakku, bahwa sepucuk
pesan singkat yang kukirimkan melalui angin tersebut, tak sampai di ponsel ayah. Namun, aku
sangat yakin. Bahwa bagaimanapun juga, aku adalah anak dari mereka dan aku bukanlah anak
durhaka.

3

Not May Imagination

Namanya Ashila natella andraniata, biasa dipanggil tella atau cewek cantik. Yaa...yang mau
aja panggil dia kayak begitu, karena yang udah diketahui orang orang dia adalah cewek yang
paling jutek,judes dan yang nggak banyak ngomong.
Yang nggak diketahui aja sama orang lain kalo dia itu orangnya ternyata bawel abis dan nggak
bisa diem alias makan melulu. Sifatnya miriplah sama anak kecil yang nangis kalo liat
persediaan makanan udah menipis, pren dia alias sahabat deketnya aja Cuma bisa geleng-
geleng kalo liat tella udah kumat.

“kiranaaaaa....’’ teriak tella dari arah dapur
“apaan seh..ganggu aja lagi nonton’’ jawab kirana sambil pergi melangkah ke arah dapur
“liat nih makanan udah SEKARAT, gimana dongg’s?”
“ya...ngomongnya nggak usah alay gitu kali, lagian tinggal beli aja sih di mall nanti apa
susahnya?’’
“nah itu dia masalahnya gue males..hehe’’ jawab tella disertai cengirannya yang khas.
“yaelah..ini nih yang suka bikin gue kezel dari lo.’’
“ayolah kir...ntar gue yang masak aja deh dirumah,ya?ya?ya?”
“nggak mau ah, kita pergi bareng aja, lagian yakin lo nggak mau jalan-Jalan dulu sama gue?”
“iya juga ya?,tapi gue males..pake piyama aja kali ya.”
“yakaliii aja tella, otak lo udah kepinggir ya? Gesrek begitu.”
“ihh.. lagian mau diliat siapa cobaa?????” ucap tella sambil mencubit pipi kirana dengan
gemas.
“sakit tau lla..udah tau pipi gue kayak gini”
“iya tembem kayak bakpao”
Kirana Cuma bisa komat kamit dalam hati, sedangkan tella terkikik senang, sambil berjalan
pergi ke kamar untuk siap-siap pergi ke mall dan belanja.
“haduhhh tella....lo tuh ya..udah lama nyebelin lagi, kalo bukan temen gue udah tau diapain
deh” omel kirana saat tella telat masuk mobil.
“ya...maap deh..lo kan tau gue tadi beres-beres dulu”
“beres-beres mata lo,orang dari tadi gue yang ngeberesin, bilang aja lo dandan dari tadi”
“hehehe...emang, itu tau”
“pake acara kampret segala seh..”

1

Setelah itu dalam perjalan menuju mall mereka malah asyik sendiri, kirana menyetir dan video
call dengan pacarnya, sedangkan tella? Ya...main instagram lah, dia kan lagi jomblo. Setelah
sampai dia mall, bukannya malah belanja, tella malah ngacir ke “paper lunch” alasannya sih
sederhana. Karena dia laper parah katanya.

“tella..udah belum makannya? Gue pengen ke “house of zakka” dulu nih.”

“ngapain kesana? Mending makan deh gue mah”

“yaiyalah orang di pikiran lo Cuma ada makanan doang”

“lagian buat apa sih? Lo mau ngasih kado ke orang?”

“gue pengen ngedekor ulang kamar gue, kan lo tau gue baru balik dari bandung, kamar gue
udah kayak gudang kagak kepake, dan barang-barangnya udah banyak yang rusak, jadianya
pengen gue ganti.”

“yaudah deh, bentar dulu gue selesain ini dulu”

“yaudah cepetan, lelet lo mah”

“iye bentar dulu dong”

Selepas dari acara makan siang si tella. Mereka jalan lagi “house of zakka”, disana banyakkk
bangett barang-barang yang lucu abis,bikin pembeli nggak tahan buat beli. Sama halnya kayak
si tella ini nih, suka gregetan kalo liat barang yang imut-imut.

Namun selang beberapa menit dari itu, ada seseorang yang tak asing di mata tella, ia mulai
menyipitkan mata untuk memastikan namun setelah itu ia terbelalak.

“adrian..” dengan suara yang kecil tella mulai membisikan ke telinga kirana, kirana yang
kurang percaya menengak nengokan kepalanya ke arah dimana tella menunjuk lelaki itu, dan
benar saja setelah itu kirana ikut terbelalak sendiri.

“lla..ini gue nggak salah liat kan??? Itu beneran adrian alhafiansyah kan? Iya kan?” ucap kirana
tak percaya.”

“iyee.. itu beneran dia”

“lo kenapa lla? Kok mukannya kayak gitu?”

“nggak dia rada ganteng aja..” kata tella yang tak sadar bahwa kata-kata itu terucap dari
mulutnya.

“hah? Lo suka ama dia lla?”

“hah? Apaan? Lo tadi ngomong apa kir? Gue nggak mudeng”

“ihh..kampret gue nggak didengerin” ucap kirana ngambek.

“iya deh bercanda..gue tadi denger kale”

Yang tak disangka oleh tella adalah, kirana beranjak dari tempat nya dan menghampiri adrian,
“haduhh tuh anak mau ngapain lagi? Awas aja kalo aneh-aneh”. Ungkap tella dalam hati.
Yang terjadi selanjutnya adalah kirana menunjuk tella yang sedang duduk sambil makan, tella
tersedak hingga ice cream nya jatuh ke lantai, melihat itu adrian dan kirana berjalan ke arahnya.

2

“eh lo nggak apa-apa lla?” tanya adrian sambil memegang pundak tella.

“dia salting kali diliatin ama lo ian” sambar kirana sambil menahan tawa

“ehh apaan sih nggak tadi gue ngeliat anak kecil jatoh, jadinya pengen ketawa, eh malah
kesedak deh..” kata tella ragu, bohong, ia emang salting ditatap oleh ian yang hari ini
menurutnya ganteng itu.

“oh iya mbb, kalian masih mau jalan-jalan atau balik? Kalo kalian masih mau jalan gue boleh
ikut gak? Temen gue soalnya masih lama disana.” Tanya ian dengan tampang polosnya.

“eh..kalo kalian mau jalan mah jalan aja gue pengen balik dulu deh ngerjain tugas.” Tukas tella
dengan cepat.

“ya ampun lla. Lu hari minngu aja masih ada tugas apa?” tanya kirana.

“iya e-eh iya ada tugas kimia”. Ucap tella terbata-bata.

“yaudah deh, eh yan lu anter si tella aja gue masih lama, lagian kasian dia pulang sendiri.”
Ucap kirana sambil mendelik ke arah tella yang dengan cepat membuat mata tella melotot
saking kagetnya.

“e-ehh yaudah gpp, tapi lo nggak keberatan kan pulang bareng gue? Gue takutnya lo nggak
enak.” Tanya adrian sambil menatap tella. “haduh tatapan itu lagi, bisa nggak sih dia nggak
natap gue kayak gitu??” tanya tella dalam hati.

“nggak kok, gpp lagian dia juga sekalian mau ngob-..” sambar kirana yang langsung diinjak
kakinya oleh tella.

“hehe, nggak usah di dengerin si kirana mah” kata tella

Setelah itu berpisah dengan kirana di depan chatime, tella dan adrian berjalan menuju parkiran,
namun langkah tella terhenti dan ia mulai beranjak berjalan menuju baskin robins, adrian hanya
menatap tella dan mengikutinya sambil berjalan di balakangnya.

“mbak saya mau matcha ice cream satu ya, sama coocies ice cream satu dibungkus, lo mau
nggak?” tanya tella kepada adrian.

“boleh deh, apa aja rasanya, terserah elo”

“okey, mbak satu lagi deh caramella ice cream with choco chips satu” ucap tella yang membuat
ian terbelalak, dari mana tella tau kalo itu ice cream kesukaan ian?, jelas jelas bahwa mereka
tidak terlalu dekat, jawabannya sih simple saja, karenma tella sudah suka dan selalu mengikuti
sesuatu yang berhubungan dengan ian. Dengan muka kaget ia bertanya pada tella.

“darimana lo tau itu ice cream kesukaan gue? Lu stalker yaa??” ucap ian dengan senyuman
yang menyeringai di mulutnya yang membuat tella hampir meleleh melihatnnya.

“iya dong” jawab tella dengan seringai nya yang khas, sekali lagi ian tertawa kepada tella.

“lahh lo juga ngapain coba bisa disini? Ngikutin guee yaa.. biar bisa ngeliat muka gue yang
imut, hahaha” lanjut tella disertai ketawanya yang ,membuat ian geleng-geleng.

“kalo bukan karna lo adalah cewek yang gue suka dari dulu, gue nggak bakalan kesini dengan
ngorbanin hari minggu gue yang berharga kali lla” ucap ian dengan santai, tella berhenti

3

memakan ice cream nya dan menatap itu, ian masih sama melihat ke depan, saat tella
menghentikan lankahnya ian baru menoleh ke arahnya.
“kenapa kaget? Emang salah ya kalo laki-laki ngungkapin perasaannya ke perempuan yang dia
suka? Kan bukan Cuma kalian yang bisa kayak gitu ke laki-laki kale”
“tta-tapi gue masih nggak percaya aja lo beneran suka ama gue?” tanya tella sambil menunjuk
dirinya sendiri. Mana mungkin adrian alhafiansyah si ketua osis di sma nya, ganteng, keren,
dan mirip sama oppa oppa di film drakor yang suka ia tonton,baik, care dan ahh- kalau
disebutkan bisa membuat hati seperti terbang.
“iya..ashyla natella andraniata...adrian alhafiansyah si orang ganteng ini suka ama elo...dari
dulu malah, lo nya aja yang kagak peka” kata ian sambil mencubit pipi tella dengan gemas.
“lahh mana gue tau lagian lu nggak pernah ngasih kode ke gue?”
“kata siapa?? Lo nggak nyadar apa gue yang sering masukin surat ke loker lo yang berantakan
itu?”
“bentar...loker?? oh eh, jadi... ELO YANG SUKA NGASIH GUE SURAT ITU DAN PAKE
NAMA SAMARAN ORANG CAKEP??” ungkap tella, ia memang selalu mendapat surat di
lokernya setiap hari ,tapi ia hanya menganggap itu mungkin hanya orang iseng atau salah
menaruh di loker orang.
“ehh nggak usah teriak gitu kali..malu-maluin aja deh” ucap ian sambil menutup mulut tella
dengan tangan kanannya.
“nih.. ya gue tuh selalu kepo sama lo dari dulu.. lama-lama gue jadi suka deh, dan gue selalu
update tentang lo, karena gue stalker lo..dan mbb tadi gue kesini karena kirana bilang kalian
mau jalan kesini akhirnya gue jalan deh sama temen gue tadi pagi” penjelasan ian yang panjang
lebar hanya membuat tella bungkam seribu kata, ia tak tau harus menjawab apa.”
“gue tebak, pasti lo nanya-nanya mulu ke kirana, iya kan? Ngaku nggak lo?”
Setelah percakapan panjang lebar mereka berjalan kembali namun selang beberapa lama ian
berkata.
“jadi gimana mau jadian?” tanya ian dengan senyum mengembang di bibirnya. Tella hanya
tersenyum dan mengangguk, hari ini tidak akan menjadi imaginasi dan ilusi di pikirannya, dan
sampai dirumah ia akan tau kirana akan terpekik saking senangnya mendengar sahabatnya
membertahu soal ini, pada akhirnya ia bahagia karena bisa memiliki seseorang yang bukan
ilusi baginya.

4

Pelangi Membawa Harapan Pasti

Bukan hanya sekedar harapan hampa, karena aku ingin membuatnya menjadi nyata. Agak
terlihat sulit memang, dengan kondisi yang seperti ini. Namun bukan berarti pesimis bisa
mengalahkan tekad bulatku. Bagaimana bisa aku dilahirkan di dunia ini tanpa memiliki mimpi
yang harus ku raih. Janganlah apa-apa yang sudah beliau korbankan menjadi sia-sia hanya
karena egoku yang tak berani menatap kedepan. Keyakinan yang diyakini pasti akan membawa
kepada arah yang diyakini akan tercapai. Dan maafkanlah anakmu ini yang akan kembali
merepotkan. Semua jerih ibunda dan ayahanda sudah pasti tidak akan sia-sia, dan apabila hanya
jalan buntu yang ku temui, itu menunjukkan kelemanku yang tak berani bertanggung jawab atas
jalan yang telah ku ambil.

Sinar matahari pagi menyapa, hangat terasa. Sedikit keraguan mengiringi kemana langkah ini
akan menuju. Ya, bagi teman-teman sebayaku, masa ini adalah masa bahagia mereka.
Melanjutkan langkah untuk lebih dekat dengan cita-cita mereka. Bukan berarti bisa seenaknya,
karena di setiap langkah sudah pasti akan ada perjuangan. Peralihan masa putih biru menjadi
putih abu-abu. Aku sedikit ragu untuk melangkah, bukan karena takut tetapi lebih pada perasaan
kemana aku akan menapakkan langkah kaki selanjutnya.

Deru kendaraan yang berderu mengiringi setiap hela nafas yang ku tarik. Ramai teman-teman
sebayaku berseragam putih abu-abu memilih kendaraan yang akan mengantarkan mereka pada
tampat dimana mereka bertempur dengan rangkaian pengalaman baru mereka. Dan aku masih
terpaku. Sebenarnya kemana langkah ini akan tertuju. Ada rasa tidak percaya. Bagaimana anak
seusiaku tidak bisa menjadi seperti yang lainnya. Sekali lagi, maafkan anakmu ini ayahanda,
ibunda. Sungguh ananda tidak mau terlalu memberatkan kalian berdua. Sedikit keyakinanku, aku
pasti akan bisa menjadi seperti teman-temanku yang lain. Berseragam putih abu-abu.

Bayangmu menyadarkan lamunanku pagi ini. Ya, aku harus segera melangkah menemuimu. Aku
yakin, akan ada secercah harapan disana. Bapak kepala sekolah yang selalu memperhatikan
siswa-siswanya. Pendidikan menjadi perhatian utama beliau. Bagaimanapun dan apapun yang
terjadi, jangan sampai menghalangi kalian untuk terus berprestasi. Begitu sekelumit nasihat dari
beliau yang pernah ku dengar dalam pidatonya. Dan mungkin ini juga yang memberi sedikit

1

semangat untuk aku bisa seperti teman sebayaku yang lain. Hanya bermodalkan selembar kertas
berisi daftar nilai serta sedikit paparan riwayat hidupku, ku beranikan menemui beliau di ndalem
(rumah) nya. Karena selain sebagai kepala sekolah, beliau adalah seorang Kyai yang memiliki
pondok pesantren.

“Beliau sudah berangkat.” Begitu jawaban yang ku terima setelah beberapa kali mengetuk pintu.
Jawaban yang kembali mendatangkan keragu-raguanku. Senin pagi yang cerah ini benar-benar
membuat jantungku selalu berdegup kencang. Setelah berpamitan dengan ayahanda dan ibunda,
aku harus terus melangkah mencari dimana aku bisa berseragam putih abu-abu. Bertemu bapak
kepala sekolah yang juga seorang Kyai. Berharap bisa menduduki salah satu bangku kelas di
sekolah beliau.

Aku harus segera kembali melangkah. Ku kumpulkan segenap keberanian yang kumiliki. Beserta
keyakinan yang selama ini membuatku selalu optimis. Ada sosok bertubuh besar disana,
berseragam putih hitam, bersepatu hitam. Menjaga keamanan sekolah, membuka menutup pintu
gerbang sekolah. Aku jadi sedikit cemas. Keberanianku kembali ciut. Ah sudahlah, mau
bagaimana lagi.

Dugaanku ternyata salah, senyum ramahnya membuatku sedikit tenang. Dan tanpa aku meminta,
aku diantarkannya sampai di ruangan bapak kepala sekolah. Sengaja aku ingin bertemu langsung
dengan bapak kepala sekolah. Karena aku yakin akan menjadi rumit bila aku masuk ruangan
administrasi. Modalku hanya lembaran kertas berisi daftar nilai dan sedikit riwayat hidupku.
Berharap menjadi senjata ampuhku untuk meminta pertimbangan bapak kepala sekolah. Aku
memang tidak seperti yang lain, ayahanda dan ibunda membanting tulang, hanya cukup untuk
kebutuhan makan kami sehari-hari. Belum lagi adek, yang sudah harus mulai mengenyam
pendidikan dasar.

Perjuanganku yang sebenarnya baru akan dimulai. Tak lama setelah mengetuk pintu, aku bisa
melihat wajah berkharisma beliau. Dan aku hanya bisa menundukkan wajah. Gemetarku bertatap
dengan kepala sekolah dan juga seorang Kyai, hanya sekedar mengucapkan sepatah dua patah
kata. Bagaimana mungkin aku yang hanya anak lulusan Sekolah Menengah Pertama ini meminta
bisa duduk di bangku sekolah beliau dengan hanya bermodal selembar ijazah dan daftar nilai.
Aku tidak boleh pesimis. Pasti akan ada jalan. Bagaimanapun keadaan jalan itu, aku harus

2

mampu melewatinya. Termasuk pagi ini. Dan apa yang dikatakan orang-orang tentang beliau
selama ini ternyata memang benar.
“Sudah dibawa syarat-syarat nya?”
“Ijazah sama daftar nilai saja, Pak.”
Singkat, tanpa banyak berbasa-basi. Segera aku diajak ke ruangan administrasi. Tak begitu jelas
apa yang dirundingkan bapak kepala sekolah dengan pegawainya itu. Aku duduk. Menunggu
kabar selanjutnya. Berharap kabar baik. Ya, dan aku merasa lega. Senyum hangat bapak kepala
sekolah itu menumbuhkan semangatku. Kembali aku selangkah lebih dekat dengan cita-citaku.
Terimakasih Bapak.

3

The Adventure of: Mars World

Dari Kejauhan aku melihat Kota yang selama ini aku tak pernah melihatnya dimana pun. Kota Enchansia.
Kota yang sangat Menakjubkan . Aku, Lexa dan John berdecak kagum . Kota tersebut berisi gedung gedung
tinggi berbentuk abstrak yang Keren, gedung gedungnya dominan berwarna cerah,ada banyak taman –
taman yang indah dan tersusun rapi. Kota ini berada di dalam dunia pararel.. lebih tepatnya Klan Mars.
Aku bahkan masih sulit percaya aku sudah sampai ke kota ini,sepertinya Aku , Lexa dan John memang
sudah di takdirkan Berpetualang ke dunia pararel.

“Zee . Setelah ini kita kemana?” Lexa bertanya.

“Ve bilang kita bisa menemui Petarung Klan Mars, kalau tidak salah namanya Mike. Dia kerabat dekat Ve
sejak perang antara Klan Mars dengan Klan Saturnus.” Aku Menjelaskan.

“Baiklah . Ayo Lanjutkan perjalanan . Matahari sudah hampir Tenggelam.” John mengingatkan.

Setelah itu, kami mengunjungi Central Tower yang berada di kota tersebut. Kami bertanya apakah mereka
tau letak tempat tinggal Petarung Terbaik Klan Mars yang bernama Mike tersebut. Salah satunya berkata
kalau kita harus menuju arah selatan dan ada pertigaan , lalu kita belok kiri disitulah Mike berada. Kami
pun bergegas sebelum matahari tenggelam di Barat.Sekitar 20 menit kemudian kami sampai dan
mengetuk pintu tersebut, pintunya terbuka dan memperlihatkan sosok gagah yang umurnya sekitar 40
tahun, berambut kecoklatan dan tersenyum ramah kepada kami.

“Permisi tuan, apakah anda Panglima yang bernama Mike?”

“Ya saya sendiri, bagaimana kalian bisa tahu nama saya?” Mike bertanya.

“Kami kenal dengan Ve. Katanya kau adalah kerabat dekat nya. Dia berasal dari Klan Saturnus, dan kami
bertiga berasal dari klan yang berbeda.” Aku menjelaskan.

Panglima Mike seperti terkejut--- karna dia tidak menyangka akan bertemu dengan tiga orang yang
sekaligus dari 3 Klan.

“Kalian… berasal dari klan mana saja?” Panglima Mike bertanya.

“Perkenalkan aku Zee dari klan Saturnus, ini Lexa dari klan Mars, dan ini John berasal dari klan Merkurius.”

Panglima Mike sepertinya sedikit tersentak mendengarnya , lalu langsung bersikap biasa saja. Setelah itu,
aku, Lexa dan John dipersilahkan istirahat di rumahnya selama beberapa hari. Ada 4 kamar di dalam rumah
itu ,tapi Aku dan Lexa memilih satu kamar bersama yang berseberangan dengan kamar yang John pilih.
Namun, barang-barang disana sangat berbeda di dunia kami. Barang-barang disana dominan berbentuk
abstrak yang… KEREN! Bahkan sejak tadi John lompat-lompat diatas Sofa yang mirip Perahu dan bisa
melayang juga berputar.

“Ini seru Zee! Lexa! Ayo cobalah!!” John berseru kepada kami saking Serunya, tapi kami menolak karena
takut menganggu.

Setelah kami mandi dan Berganti pakaian dengan pakaian Klan Mars yang bisa menyesuaikan bentuk
dengan tubuh mirip seperti pakaian Klan Saturnus. Mike mengetuk pintu kamar dan berseru, “Anak-anak

1

ayo segera turun! Kita makan malam di bawah!” Mike berseru. Lalu kami bertiga segera turun dan duduk
di kursi meja makan yang telah di sediakan. Terhidang di depan kami--- makanan yang mirip seperti… Pizza
namun berwarna putih dan agak lengket. Hmm… baiklah mungkin lezat? Hei! John sudah lahap sejak tadi
dan itu agak memalukan. Panglima Mike terkekeh pelan, “John. Sepertinya kau sangat lapar yaa.” John
hanya nyengir dan kembali melahap makanan nya itu. Setelah kami makan kami di izin kan beristirahat di
kamar. Kami bertiga ke atas dan segera tertidur.

Secercah cahaya menyilaukan mata ku dan aku terbangun .. tapi hei! Lexa dan John sudah tidak ada. Aku
panik dan bergegas turun dan… Oh ternyata mereka sudah bangun dan menungguku sarapan, hahaha
ternyata ini aku saja yang telat. Setelah kami sarapan dan bersiap-siap, panglima Mike akan mengajak
kami berkeliling kota Enchansia menggunakan Kapsul Klan Mars--- yang agak mirip kapsul Klan Saturnus
hanya saja bentuknya mirip Mangkok yang terbalik. Saat kami ber-empat menaikinya… Wow! Interior
kapsul itu Canggih sekali! Di dalamnya terdapat layar transparan seperti TV di dunia kami,ada semacam
kotak Logistik berisi Snack gratis, dan ada 6 kursi didalamnya yang bisa kita atur sesuai keiginan seperti
untuk duduk atau sekedar telentang.
Setelah 5 menit kami di dalam mendengar keributan dan tiba-tiba kapsul yang kami naiki mendesing dan
dengan cepat menjadi putar balik. Apa yang terjadi?!
“Anak – anak berpegangan. Sepertinya ada masalah .” Panglima Mike Mengingatkan.

Tiba-tiba kapsul yang kami naiki berhenti dan dengan Otomatis pintu nya terbuka. Astaga! Diluar sana ada
sekitar … ribuan orang sepertinya. Mereka sedang menyerang gedung Dewan Kota dan berteriak teriak.

“Sebaiknya kalian jangan keluar dulu aku akan melihat kondisi diluar.” Panglima Mike keluar dari kapsul
dan tiba-tiba ada belasan orang sudah mengepung kapsul kami. Baiklah! Tidak ada pilihan lain, kami harus
bertarung.
Aku segera mencengkram lengan John dan Lexa lalu kami segera menghilang dan melakukan Teleportasi
beberapa meter keluar dari kapsul. Aku mendengar salah satu pasukan berteriak, “Remaja di dalam Kapsul
menghilang! Mereka pasti berasal dari Klan lain. Panggil pasukan armada ketiga !” . Tidak lama setelah itu
muncul portal diatas langit yang semakin lama semakin besar. Tanpa kami sadari pasukan armada ketiga
telah mengetahui keberadaan kami yang--- padahal sejak tadi masih dalam posisi menghilang.
Mereka mengacungkan--- tabung berwarna emas yang munkin berisi cairan mematikan. Spontan, Lexa
mengeluarkan cahaya dari tangannya dan dua pasukan di hadapannya langsung terpelanting, John
langsung mengeluarkan tongkat yang entah tongkat apa? Aku langsung menggunakan kekuatan Kinetik
yang menggerakan semua alat yang mereka pegang dan menghancurkan semuanya sampai berkeping-
keping.

2

Secret

“Mut!” Seru seseorang yang ada dibelakang seorang perempuan cantik berambut bergelombang
sebahu yang baru memasuki gerbang sekolah. Muthia, perempuan yang dipanggil menengok dan
tersenyum menampakkan gigi kelincinya yang manis. “Lexa!” Alexa menghampiri Muthia lalu memeluk
tubuh ramping Muthia sebentar. “Gimana liburanlo? Mana nih oleh olehnya!” Muthia tertawa. “Pasti ada
lah oleh oleh buat lo mah! Nanti ya pas istirahat!” Ucap Muthia. Alexa mengangguk semangat lalu mereka
berdua memasuki kelas bersamaan. “Oh iya! Giama kabar Alex?” Tanya Muthia saat mereka sudah duduk
ditempat mereka. “Baik dia. Cuma yaa gitu. Bikin kesel mulu!” Keluh Alexa. Muthia tertawa. “Ya namanya
juga kembaran! Pasti ngeselin lah!” Alexa cemberut.

“Hei peringkat 2.” Muthia langsung menatap tajam seorang laki laki yang menatapnya remeh
bersama temannya disampingnya. “Ck! Ngajak ribut banget sih lo, Bar!” Ucap Muthia kesal. Akbar, laki
laki yang meledeknya hanya tersenyum remeh. “Ya kalo Cuma dapet peringkat 2 dan enggak bisa ngalahin
gue mah nyerah aja.” Ucap Akbar sombong. Muthia berdiri menatap Akbar dengan pandangan
menantang. “Kalo emang lo mau sombong, enggak usah didepan gue. Eneg tau ga? Sono sombong
didepan para fans lo aja.” Ucap Muthia tajam. Akbar yang masih tersenyum remeh hanya tertawa.

“Kalo gue maunya bikin lo panas gara gara enggak bisa ngalahin gue gimana?” Tanya Akbar sambil
menyeringai. Muthia menggertakkan giginya dan mengeratkan kepalan tangannya lantaran kesal melihat
Akbar sangat sombong. Muthia menghela nafas keras. Mencoba tenang dan tidak memukul Akbar.
“Yaudah terserah lo. Gue enggak peduli.” Ucap Muthia datar lalu kembali duduk dan menyembunyikan
wajah manisnya dilipatan tangannya.

Saat istirahat , Muhia dan Alexa duduk dimeja kantin bersama seorang laki laki tampan yang mirip
dengan Alexa. “Lex! Beliin gue mie ayam dong!” Suruh Alexa. Alex, kembaran Alexa menatap nyalang
kembaran cantiknya. “Siapa lo nyuruh nyuruh gue?” Sungut Alex. “Lex, mau beliin gue sama Alexa mie
ayam Enggak?” Tanya Muthia lembut sambil tersenyum. Alex langsung berdiri dan pergi ke gerobak jualan
mie ayam tanpa meminta uang ke Muthia. Alexa mendengus sedangkan Muthia tertawa melihat Alex
hanya menurut padanya. “Emang lo kasih makan apaan sih si Alex, Mut?! Kok nurutnya ama lo doang?!”
Tanya Alexa kesal. Muthia tertawa. “Jangan dikasarin aja si Alex mah. Jiwanya masih anak SMP sih. Masih
suka main.” Ucap Muthia lalu tersenyum saat Alex mengantarkan dua mangkuk mie ayam pada mereka.
“Makasih, Lex!” Alex tersenyum manis. “Sama sama!”

“Eh, katanya kita lagi diincer?” Bisik Alexa. Muthia dan Alex berhenti menyendokkan mie ayamnya
dan menatap Alexa. Muthia menghela nafas lelah lalu meletakkan sumpitnya di meja. Tiba tiba dia tidak
nafsu makan saat mereka membahas hal ini. “Kak Alana kemarin kabarin gue… Kita emang lagi diincer..
Sama mereka. “ Ucap Muthia sambil menekankan kata “Mereka”. Alexa dan Alex menghela nafas lelah.
“Gue capek harus diincer terus…” Keluh Alex. “Sama, Lex… Tapi kita harus bener bener ngalahin mereka
kali ini.” Ucap Muthia serius. Alexa dan Alex mengangguk tegas.

Tanpa mereka sadari, Akbar dan Zidan, temannya menguping pembicaraan mereka. Mereka
berdua saling bertatapan. “Apaan maksud mereka, Bar?” Tanya Zidan tak mengerti. Akbar terdiam.
“Enggak tau, Dan… Yang pasti kita harus cari tau.” Ucap Akbar serius. Zidan mengangguk setuju.

1

***

“Kak,” Panggil Muthia ke seorang perempuan cantik yang sedang fokus ke laptopnya. “Kenapa?”
Tanya Alana tanpa menatap Muthia. “Aku, Alexa sama Alex harus apa?” Tanya Muthia pelan. Alana
menatap Muthia lalu tersenym lembut. “Kalian harus percaya satu sama lain. Kalian harus percaya kalo
kalian pasti bisa ngalahin mereka. “Ucap Alana lalu mengusak rambut Muthia dan kembali fokus ke laptop.
Muthia terdiam. Tiba tiba, handphone Muthia berdering. Muthia cepat cepat mengankat teleponnya.
“Halo? Kenapa, Lex?” Tanya Muthia ke Alexa yang menelponya. “Mut! Ke lapangan tembak sekarang!
Ada serangan dadakan!” Ucap Alexa yang terdengar panik. Muthia dan Alana bertatapan. “Gue kesono
sekarang sama Kak Alana! Tungguin!” Setelah sambungan terputus, Alana dan Muthia langsung bersiap
pergi ke lapangan tembak ISAC atau Indonesian Secret Agent Community.

“Lexa!” Seru Muthia saat melihat Alexa sedang bersembunyi di belakang tembok sedang
menunggunya sambil membawa dua semi-automatic. Alexa menengok dengan bercak darah yang ada di
pipinya. “Mut! Sini! Muthia langsung menghampiri alexa dan ikut bersembunyi dibelakang tembok. Alana
sudah pergi duluan bersama teman temannya membantu yang lain. “Gimana bisa ada penyerangan sih?!”
Tanya Muthia. Alexa menggeleng tak tahu. Muthia langsung mengarahkan M16-nya kearah musuh lalu
menekan pelatuknya.

DOR!

“Ini X Clan?!” Tanya Muthia tak percaya saat melihat lambang X besar berwarna putih di bagian
punggung orang yang dia tembak tadi. Alexa mengangguk sekali. “Lex! Gimana keadaan didalem?!” Tanya
Alexa pada Alex menggunakan in-ear yang dia bawa dari rumah. “Parah! Mereka membabi buta
nyerangnya!” Lapor Alex.

DOR!

Terdengar suara tembakan dari belakang Alexa dan Muthia. Dua perempuan itu menengok dan
membelalakkan mata mereka saat melihat dua orang laki laki yang tak terduga datang ke area perang. “A-
akbar?! Zidan?!” Tanya Muthia tak percaya melihat dua laki laki itu membawa AK 47 yang sedang mereka
arahkan ke arah musuh. Atau bisa kita sebut X CLAN.

“G-gimana kalian bisa ada disini?!” Tanya Muthia tak percaya. Akbar tak menjawab dan masih
fokus mengarahkan AK 47-nya kearah musuh dan menembakkannya. “Fokus dulu. Nanti gue jelasin.”
Ucap Zidan datar kearah Alexa yang masih menatapnya tak percaya. Muthia dan Alexa langsung kembali
fokus dan menembakkan musuh hingga habis tak bersisa.

Zidan menatap Alexa lalu mengusap bercak darah yang ada dipipi Alexa dengan ibu jarinya. Alexa
terdiam menatap manik coklat tajam Zidan. “Ekhem. Kita berdua butuh penjelasan.” Ucap Muthia datar
sambil menatap Akbar dengan tangan dilipat didepan dada. Akbar balas menatap datar Muthia.
“Simpelnya sih, gue sama Zidan adalah secret weapon ISAC.” Ucap Akbar singkat. Muthia membelalakkan
matanya. “Kenapa gue enggak tau?!” Tanya Muthia. Akbar memutar bola matanya malas. “Ya namanya
juga secret ya rahasia lah!” Ucap Akbar gemas ingin memukul dahi Muthia yang terekspor. Muthia terdiam
berpikir. “Berarti lo tau akan ada serangan di lapangan tembak?” Akbar mengangguk santai.

“Seja kapan lo berdua udah jadi secret weapon ISAC?” Tanya Alexa. Zidan balas menatap Alexa.
“Jauh sebelum lo bertiga masuk ISAC.” Ucap Zidan. “Dan kita berdua itu duo legendaris yang berhasil

2

nangkep Mr. X sebelum dia kabur lagi.” Ucap Akbar. Muthia dan Alexa membelalakkan mata mereka. “Ja-
jadi lo berdua itu Widyan sama Zayid?!” Tanya Alexa tak percaya. Dua orang laki laki yang berhasil
mengalahkan Mr. X diusia yang sangat muda ternyata adalah teman SMA mereka.

Akbar dan Zidan mengangguk pelan. “Guys! Masuk dulu! Kepala ISAC mau ngadain rapat!” Ucap
Alana yang menghampiri mereka berlima. Alana dan dua temannya, Raya dan Isya menatap Akbar dan
Zidan. “Selamat datang kembali Agent Widyan dan Agent Zayid.” Ucap Alana sopan. Akbar dan Zidan
mengangguk sekali. Alana dan dua temannya berjalan didepan diikuti mereka berlima memasuki markas.

“Kita harus merencenakan penyerangan balik sekaligus penangkapan Mr. X. Saya minta Agent
Widyan dan Agent Muthia untuk membuat rencana penyerangan. “ Ucap Kepala ISAC, Megan. Muthia
dan Akbar mengangguk tegas. Mereka berdua harus professional walaupun mereka adalah musuh di
kelas. “Untuk Agent Zayid dan Agent Alexa, saya minta untuk menyuapkan amunisi untuk penyerangan
nanti.” Zidan dan Alexa mengangguk tegas. “Baiklah. Sekarang laksanakan tugas yang saya berikan. “
Semua agent mengangguk lalu berdiri hormat kearah Megan yang keluar bersama Alana yang
notabenenya adalah tunangannya.

Setelah seminggu penuh bekerja, ISAC menjalankan rencana penyerangan yang dibuat Akbar dan
Muthia. Mereka berangkat menjelang tengah malam dan langsung melaksanakan rencananya
sesampainya mereka di markas X CLAN.

“Agent Widyan dan Agent Muthia. Ready in position.” Ucap Alex yang memantau pergerakan
agent ISAC lewat laptopnya di markas bersama para hacker tim lain. “Ready in position.” Jawab mereka
berdua. “Agent Zayid dan Agent Alexa?”

“Were ready.” Ucap mereka berdua. “Baiklah. Ikutin arahan gue. Gue mohon kerjasamanya.”
Ucap Alex. “Yes sir!” Jawab mereka berempat kompak. “Oke! Mut! Lo sama Akbar maju duluan ikutin
agent lain! Kalo kalian ketemu pintu yang dikunci pake sidik jari, bilang ke gue!”

“Roger!” Akbar dan Muthia segera maju dan mengkuti agent lain yang menyerang pasukan Mr. X.
“Lex sama Zidan, lo berdua langsung pergi ke penjara bawah tanah! Bebasin agent yang ada disana!
Jangan pandang bulu! Siapa aja yang bisa diselamatin, selamatin!”

“Clear!” Alexa dan Zidan berlari kearah pintu darudat dan berlari menuruni tangga menuju bawah
tanah untuk menyelamatkan agent agent yang ditangkap oleh X CLAN. “Bar! Itu bukan?!” Tanya Muthia
saat mereka melewati sebuah pintu besi yang dikunci menggunakan mesin pengenalan sidik jari. Akbar
langsung mengarahkan SIG SHR 790-nya kearah mesin pengenal sidik jari llu menekan pelatuknya.

DOR!

“Bodoh! Kenapa ditembak?!” Tanya Muthia ke Akbar. Harusnya mereka memberi tau Alex
terlebih dahulu. “Lex! Akbar udah nembak mesinnya! Gimana dong?!” Tanya Muthia panik. Ini tidak ada
didalam rencana mereka. “Yeee! Bodoh! Yaudah masuk aja! Enggak ada pasukannya ini!” Muthia dan
Akbar langsung masuk dan mengarahkan senapan mereka berjaga jaga. Sunyi. Tak ada pergerakan yang
mencurigakan. Tiba tiba, sebuah granat tangan jatuh dari langit langit. “MUT!” Akbar langsung menarik
Muthia bersembunyi dibelakang tembok yang menurut Akbar anti peluru dan cukup kuat dan menahan
ledakan granat itu.

DUAR!

3

“Mut?! Bar?! Lo berdua enggak papa?!” Tanya Alexa panik saat mendengar suara ledakan. “Kita
enggak papa…” Jawab Akbar pelan. Muthia masih terdiam terkejut. “Mut? You ok?” Tanya Akbar pelan.
Muthia mengerjapkan matanya lalu menatap mata hitam bak elang Akbar.

“Lo enggak papa kan?” Tanya Akbar. Muthia mengangguk patah patah. Akbar mengintip melalui
celah yang ada di tembok itu. Kosong. Tidak ada orang yang datang. Akbar membawa Muthia keluar dari
ruangan itu.

Zidan dan Alexa berlari membebaska para agent yang dikurung didalam sel berjeruji listrik.
“KAKAK!!” Seru Zidan saat melihat seorang laki laki yang dikurung disana. “Dan?! Lo ngapain disini?! Disini
bahaya!” Ucap laki laki itu, Zayn. Kakak Zidan. “Gue disini buat nyelamatin lo!” Ucap Zidan lalu menatap
sekeliling penjara. “Tarik kabel lampu itu! Itu bisa mutusin aliran listriknya!” Ucap Zidan. Zayn langsung
menarik kabel lampu pijar itu dan tiba tiba aliran listrik yang mengalir di jeruji besi itu terputus. Zidan
langsung menembak kunci penjara itu dan membuka pintu besi itu.

“Lo ngapain kesini?! Sama cewek lagi?!” Tanya Zayn saat dia sudah keluar dari jeruji besi itu dan
mulai menyelamatkan agent lain yang masih terkunci. “Mau coba nangkap Mr. X satu kali lagi dan terakhir
kalinya.” Ucap Zidan datar dan serius. Zayn menatap mata tajam adiknya lalu tersenyum tipis saat melihat
kesungguhan yang besar dari matanya. “Oke. Gue percaya lo bisa.”

***

DOR!

“Akh!” Pekik Muthia saat pinggangnya tertembak. Akbar langsung menengok kebelakang dan
membantu Muthia kabur dari kejaran Mr. X. “Hahahahaha! Kalian enggak bisa kabur lagi! Mau kemana
kalian?” Ucap Mr. X . Akbar berdecih dan mencoba menembak Mr. X sambil membantu Muthia.
Sayangnya peluru yang ditembak Akbar selalu meleset. “Bar!” Akbar menengok kesiamping. Ada Zidan,
Alexa, dan Zayn yang ikut berlari bersama mereka berdua. Alexa menembaki Mr. X dan segera membantu
Muthia berlari. Akhirnya, peluru yang ditembakkan Alexa berhasil mengenai dada Mr. X. “Guys! Bom yang
ada di markas X Clan udah aktif! Mr. X Akan memedakkan dirinya! Cepet lari ke balkon!” Pekik Alex panik.
Mereka berlima langsung berlari lebih cepat menuju balkon yang sudah ada helicopter ISAC sedang
menunggu mereka.

“Bom untuk meledakkan markas diaktifkan. Hitung mundur dari 10.

9

8

7

“Cepet angkat Mut!” Seru Alexa cukup panik. Mereka langsung mengangkat Muthia yang ada
digendongan Akbar.

4

3

2

4

1
DUAR…..
Alexa menatap gedung markas X Clan yang sudah hancur lebur. “We did it…” Gumam Akbar pelan.
Zidan menepuk bahu Akbar dan ikut menatap gedung markas. “Yeah… We did it….”
***
4 Tahun kemudian…
Seorang pria berjas hitam berjalan memasuki sebuah gedung berkelas dengan pandangan datar
dan dingin. Pria tampan itu tetap berjalan saat seuruh karyawan menunduk hormat padanya. “Selamat
pagi dunia tipu tipu…” Ucap seorang pria yang tak kalah tampan menyambut Akbar didepan ruanganya.
Akbar menatap malas Zidan lalu masuk ke ruangannya. “Eh bos! Gue ada surprise buat lo! Mumpung lo
lagi ulang tahun nih!” Ucap ZIdan. “Geue enggak butuh hadiah, Dan. Gue aja enggak inget hari ini ulang
tahun gue.” Ucap Akbar datar lalu duduk di kursi kebesarannya. “Semenjak Muthia ilang lo jadi makin
dingin, Bar. SIni deh gue kelanin sama cewek!”
“Gak usah, Dan. Hati gue udah kecantol sama Mut doang.”
“Ih! Beneran ini mah! Lo harus liat!”
“Yaudah cepetan. Gue sibuk.”
“Bos! Masuk bos!” Sorang wanita cantik masuk kedalam ruangan Akbar. Mata semi sipit Akbar
membulat saat melihat wanita yang datang bersama Alexa dan Alex. Wanita cantik itu tersenyum. “Apa
kabar, Bar? Kata Zidan lo kacau pas gue enggak ada…” Akbar tak menjawab dan segera menghampiri
wanita itu dan menarinya kedalam pelukannya. “Mut….” Muthia tersenyum dan membalas pelukan erat
Akbar. “Gue udah disini, Bar…”

5

6

Santri

Arini merenggut sambil melihat ke luar jendela mobil, perasaannya kini resah, ia dan kedua
oragtuanya sedang menuju Pondok pesantren Al-Arqam di Garut, tempat dimana ia akan menimba
ilmu selama delapan bulan, menghabiskan masa semester akhirnya. Sejauh matanya memandang
kini, yang terlihat hanya perkebunan teh, dan jalanan yang berkelok-kelok, kadang kala menanjak,
bukan lagi gedung-gedung pencakar langit seperti yang biasa ia lihat di kota tempat tinggalnya.

“Arini?..” suara lembut bundanya memanggil, Arini menoleh, raut mukanya masih tidak
baik. Ibundanya tersenyum mengerti, ia pun merasakan kesesakan yang sama dengan yang
dirasakan Arini, berat rasanya melepaskan putri semata wayangnya menimba ilmu jauh dari
rumah.

“Mau turun sebentar sayang? Didepan pemandangannya bagus,” tawar ayahnya. Arini
tetap terdiam ditempatnya, pemandangan gunung berkabut didepannya Nampak tak menarik minat
sedikitpun.

“Bun, yah, kenapa sih, harus banget Arin ke Ponpes? Masih banyak kan, sekolah berbasis
islam ternama di Jakarta?” ucap Arini menatap kedua orangtuanya penuh mohon.

“Bunda ngerti ini susah buat kamu, memang banyak sekolah islam yang bagus di Jakarta
sana, tapi pasti bakal lebih baik kamu dapet ilmu dari sumbernya kan?.. kamu bisa coba dulu,
bunda yakin kamu betah.” Ujar bundanya menenangkan.

“Ayah sama bunda dateng satu bulan sekali, jadi Arini gak perlu takut. Apalagi disana
kamu bakal punya banyak temen yang senasib sama kamu, demi kamu sayang, masa depan kamu.”
Ayahnya menimpali.

Arini hanya bisa kembali merenggut, berusaha tenang, walaupun hasilnya nihil. Terlalu
lelah, iapun tertidur.

Lima jam perjalanan, Arini dan kedua orangtuanya sampai di Pondok Pesantren Al-Arqam,
Garut. Arini terbangun, turun dari mobilnya dan mulai melihat-lihat kawasan sekitarnya.

“Gimana sayang, menurut kamu?” bundanya menepuk bahu Arin, menyadarkannya dari
lamunan serta pikiran-pikiran negatif yang kini menari nari dikepalanya.

“Hmmh.. bun..” desisnya. “Arin gak yakin bisa, disini Arin gak bisa les Bahasa Perancis
atau les Piano lagi kan?” keluh Arini.

“Denger sayang,” bunda Arini merunduk, menyamakan tingginya dengan Arin. “Kamu
udah kelas Sembilan, fokus sama UN kamu, selain itu bunda kepingin kamu jadi Hafidzoh, yang
bisa ngasih bunda sama ayah mahkota lapis emas di surga nanti. Siapa lagi coba anak bunda selain

1

kamu yang bisa wujudin impian ayah bunda? Ya sayang?” ujar bundanya, meskipun kesedihan
terpancar jelas dari matanya.

Arini mengangguk, memeluk bundanya erat, seusai perasaan gundahnya mereda, Arini dan
bundanya pergi ke kamar yang akan ditempati Arini, dan kemudian merapihkan alat serta barang
keperluan Arini.

“Assalamu’alaikum.” Ujar salah seorang perempuan paruh baya yang memasuki kamar
ditengah kegiatan Arini dan Ibundanya.

“Wa’alaikumusalam.” Sahut Arin dan bundanya berbarengan, serentak menoleh
kemudian.

“Mohon maaf menggangu ibu, saya ustadzah Andini, biasa dipanggil Ummi Andin. Ibu ini
orangtuanya Arin ya? Mari saya bantu jelaskan tata tertib dan memberi tahu teman-teman sekamar
Arin.” Tawar Ustadzah itu ramah.

“Oh iya terimakasih ustadzah.” Jawab ibunda Arin.

“Sekamar disini dihuni empat orang ya bu, kebetulan Arin sekamar dengan Anna, Lara,
Azka, dan Hanum. Hanum adalah ketua kamar Nusaibah ini, jadi ia yang akan bertugas
menjelaskan peraturan di Pondok ini. Semoga Arin betah ya disini, toh, tinggal delapan bulan lagi
saja.” Jelas ustadzah Andini sambil mengulas senyum.

Arini tersenyum canggung, seusai bersalaman degan Ustadzah Andini, Arin kembali
merapikan barang-barangnya.

Sejam kemudian, Arini sudah selesai membereskan barangnya, serta menyelesaikan segala
urusan administrasi bersama orangtuanya. Tibalah saat yang paling ditakuti Arini, melepas
orangtuanya untuk kembali pulang kerumah.

“Nah, Arin,” ayah Arin menepuk pundak putrinya. “Uang saku kamu udah ada di Tata
Usaha sekolah sayang, nanti kamu bisa ambil setiap pengambilan putri, kalua-kalau ada yang
kurang apapun itu, telfon aja ayah sama bunda ya.” Jelas Ayahnya. Arin mengangguk.

“Udah ya sayang, jangan cemberut terus. Ayah sama bunda pulang dulu, kamu betah-betah
disini ya, bunda mau lihat anak bunda jadi Hafidz Qur’an nanti,” tambah bundanya serya memeluk
Arin, mengelus sayang kepala anaknya. Arini menangis, membuat pelukan bundanya semakin erat,
seakan tak rela melepaskannya.

“Assalamu’alaikum sayang, baik-baik ya, ayah bunda pasti selalu doain Arin dari jauh.”
Ujar bundanya dari dalam mobil, seusai melambai, mobil pun hilang ditikungan jalan, membuat
air mata Arin yang sudah mereda menjadi merebah kembali.

Seorang ustadzah datang menenangkan Arin, dan membawanya kembali ke kamar
Nusaibah. Setibanya di kamar, Arin disambut Hanum, ketua kamarnya.

2

“Kenapa Arin?” Hanum duduk disebelah Arin. “Kamu masih sedih ya? Aku ngerti kok,
awal-awal pasti begitu.” Kata Hanum menenangkan. Tiba-tiba ada salah seorang anak masuk
kedalam kamar.

“Assalamu’alaikum.” Suara salam memecah hening.

“Wa’alaikumsalam,” Sahut Arin dan Hanum nyaris bersamaan. “Anna?” sapa Hanum.

“Hai Num, eh, ini santriwati baru ya? Arin kan?” kata Anna mengulurkan tangan. Arin
membalas uluran tangan Anna sembari tersenyum. “Aku Anna.” Kata Anna sambil duduk dilantai.

Tak lama, kumandang adzan maghrib terdengar, Hanum menyeru penghuni kamar
Nusaibah untuk segera ke Masjid Akhwat. Mereka pun shalat maghrib berjama’ah dan setelahnya
menghapal al-qur’an. Hafalan Arin kini dimulai dari juz 29, surah Al-qalam, beruntunglah Arin
karena SMP lamanya menetapkan system hafalan al-qur’an, sehingga kini Arin sudah terbiasa.

Seusai shalat isya dan makan malam, Arin dikenalkan dengan beberapa teman-temean
kamar sebelah, Nazwa, Ara, Sarah, Indah, Puput, kini teman nya bertambah banyak. Arin
diberitahu tentang tata tertib, sekolah, dan segala yang

Suatu hari saat pengecekan lemari, lemari Arin yang paling tidak rapih diantara teman-
temannya, ia anak tunggal yang terbiasa segala urusannya di urus si bibi, Arin jadi tidak terbiasa,
ia mulai resah kembali, meskipun wajah ustadzah saat melihat kemarinya Nampak memaklumi,
tapi Hanum bilang, bisa saja esok Arin akan dipanggil dan mengenakan kerudung yang
dikhususkan bagi Santriwati yang melanggar aturan. Benar saja, esoknya ba’da shalat dhuha Arin
dipanggil didepan khalayak ramai, dipakaiakan kerudung dan nametag bertuliskan “Saya berjanji
akan selalu menjaga kerapihan dan kebersihan” yang harus dikenakan selama seminggu lamanya,
namnun Arin menjalaninya dengan ikhlas, dan dijadikannya sebagai pengalaman.

***

Hari-hari berlalu dengan cepatnya, Arin sudah enam bulan menempati Ponpes Al-Arqam,
ia mulai terbiasa, kini Arin sedang menjalani proses persiapan untuk Ujian Nasional. Ia dan teman-
temannya sedang membuat burung doa, lima ratus burung kertas yang akan diterbangkan dari atas
ponpes berisikan harapan mereka kedepannya.

Tiba hari Ujian Nasional, Arin telah mempersiapkan segalanya, mulai dari belajar
sungguh-sungguh, doa dan perbanyak amal sholeh, serta peralatan Ujian, alhamdulillah Arin bisa
melewati semua tahapan ujian.

“Kamu siap Rin? Besok kita menunjukan hafalan didepan orangtua.” Tanya Hanum sambil
menggengam tangan Arin. Arin mengangguk mantap seraya tersenyum, hafalannya kini berada di
Jus 26, dalam delapan bulan Arin mampu menambah hafalan sampai 3 juz.

***

3

“Bismillahirahman nirahim..” Arini memulai hafalannya. Perlahan suara merdunya
mengalir, hafalan Arini mumtaz, ibundanya menangis haru, impiannya tercapai meski belum
sepenuhnya.

Usai melantunkan hafalannya, Arini memeluk bunda dan ayahnya seraya tersenyum ia
berucap, “Alhamdulillah bunda, Arin ternyata bisa mewujudkan harapan bunda.” Ucapnya disela
tangis haru.

“Bunda tau dari awal kamu bisa sayang,” ucap bundanya mengecup puncak kepala Arin,
disampingnya berdiri Ayah Arin sambil tersenyum bangga pada anaknya.

Delapan bulan di ponpes telah mengubah serarus delapan puluh derajat seorang Arini, yang
awalnya manja menjadi mandiri, sholehah, dan membanggakan. Meskipun terkadang banyak luka
yang tergores, beban yang Arin rasakan selama dipondok sirna sudah, tergantikan kebanggaan
tiada tara.

4

Universitas

Seorang lelaki berbaju hitam baru saja menyelesaikan kelas malam nya,lelaki itu menuruni anak
tangga dengan cepat,keadaan kampus masih bisa dibilang agak ramai hanya saja di fakultas
ekonomi ini terlihat sedikit sepi,entah karena memang semua mahasiswa atau mahasiswi nya
sudah pulang atau karena rumor yang sedari dulu sudah beredar
Di fakultas ekonomi ini pernah beredar kabar bahwa mahasiswa atau mahasiswi yang pulang
lebih dari jam 10 dia tidak akan bisa di temukan besok paginya,iya menghilang begitu saja tanpa
ada yang tahu kemana sosok itu pergi,maka dari itu Johnny dengan cepat menyelesaikan
tugasnya dan langsung pulang,tetapi tadi perjalanan Johnny sedikit terlambat karena ada dosen
yang meminta bantuan Johnny
Ponsel Johnny bordering,lelaki itu sedikit berdecak karena lagi-lagi perjalan nya akan
terhambat,lelaki itu mengecek ponselnya di sana tercetak nomor yang Johnny simpan dengan
nama Mama,dengan cepat Johnny mengangkat telpon dari mama nya itu
“ Halo ma,”
“jon,kamu dimana ini udah malem lho”
“masih di kampus ma,bentar lagi pulang kok”
“jangan pulang larut jon,mama kunciin nanti”
“iya enggak pulang malam kok ma,udah dulu ya ma”
Telepon terputus,Johnny mengecek jam yang bertengger di tangan nya,sudah pukul sepuluh
lebih lima menit,Johnny mulai melangkahkan kaki nya,anehnya fakultas ekonomi kini sudah
sepi,hanya ada Johnny yang masih ada di dalam gedung itu,lagi-lagi ponsel Johnny berbunyi
menampilkan sebuah pesan dari kakak perempuan nya
Kak icha
Dek,jangan pulang malem besok ada acara 40 harian mama
Johnny terdiam ia lupa satu fakta bahwa mamanya sudah berpulang kepada tuhan,Johnny
menarik napas nya gusar,jadi siapa yang menelepon nya tadi ?,Johnny yakin dia tidak
berhalusinasi tadi
Bruk…
“selamat datang”

1

…….

Koridor kampus pagi ini terlihat ramai,dua orang lelaki terlihat bercengkrama sambil berjalan
kearah kelasnya,kedua lelaki itu juga sama seperti yang lain nya membicarakan anak fakultas
ekonomi yang katanya hilang beberapa hari yang lalu,kabarnya mahasiswa itu pulang lebih dari
jam sepuluh malam

“terus lo percaya gitu dia hilang gara-gara di culik setan ?” yang satunya mengangguk,”bisa jadi
jef,soalnya rumor yang beredar di fakultas ekonomi kan gitu,kalau belum pulang lebih dari jam
sepuluh malam orang itu bakal ilang,” jefri mengangguk tetap saja lelaki itu tidak percaya
terhadap mitos-mitos yang ada di kampus ini,pikiran nya menerawang bisa jadi kan kalau Johnny
itu lagi pulang kampung ?

“win,lo serius percaya sama mitos-mitos itu ?,bisa jadi kan semuanya bohongan doang,lagian nih
ya win kita mana tau tuh orang kemana,bisa jadi lagi pulang kampung,enggak perlu banyak
percaya sama yang kaya gituan lah,belum tentu bener juga,” Aswin menghela nafasnya kenapa
teman yang satu nya ini begitu pemberani,ya maksudnya bagus juga pemberani tapi kan Cuma
buat jaga-jaga aja,jangan sampai kejadian yang dialami oleh Johnny dialami juga mereka berdua

“terserah deh,yang penting kita harus jaga-jaga jangan sampai kejadian yang dialamin sama
Johnny juga dialamin sama kita!,” Jefri mengangguk ia tahu teman nya yang satu ini begitu
penakut,juga Aswin terlalu percaya dengan mitos-mitos yang beredar menjadikan Aswin tidak
bebas mengekspresikan dirinya karena takut mitos-mitos itu menjadi nyata dan menimpa dirinya
sendiri

“kalau mitos di fakultas kita apaan ?” Tanya Jefri,lelaki yang bernama Aswin itu sedikit berpikir
terlalu banyak mitos yang tersimpan di kepalanya menjadikan Aswin sedikit perlu berpikir untuk
menjawab pertanyaan Jefri yang satu ini,”kalo di fakultas kita ada mitos di laboratorium yang
udah enggak dipakai lagi semenjak ada yang bunuh diri di sana,siapapun yang masuk sana enggak
akan pernah bisa keluar lagi,juga di sana ada hantu kepala buntung,” Jefri mengangguk jadi itu
alasan tidak boleh masuk ke sana,selama menjadi mahasiswa di kampus ini Jefri baru mendengar
alasan tidak boleh masuk ke dalam laboratorium yang terletak di lantai tiga fakultas kedokteran
itu. Di kampus mereka terletak beberapa sesajen entah untuk apa, yang Jefri tahu sesajen itu
untuk hantu?,haha tapi Jefri tidak percaya

Entahlah kenapa lelaki itu begitu yakin,semua mitos-mitos yang beredar di kampus mereka hanya
sekedar omongan belaka,Jefri tidak pernah takut akan mitos-mitos yang beredar di kampus ini
bahkan mitos yang ada di fakultasnya sendiri “sekarang ada jam nya pa Asep kan jef?”

Jefri mengangguk,sebenarnya sedari tadi pikiran nya terus menerawang tentang mitos-mitos
yang ada,hei Jefri memikirkan nya bukan berarti Jefri percaya akan mitos itu ia hanya
penasaran.”anak kampus ada yang bisa lihat hantu gitu enggak win?”

2

Aswin terlihat sedikit berpikir,sepertinya memang ada tapi Aswin lupa siapa orangnya.Aswin
masih terlihat berpikir keras sampai dua buah nama terpampang di otak lelaki keturunan China
itu.”ada,gue tahu nya Cuma dua orang doang sih lo tahu ketua hima fk?”

“hm?,bang rendra ?”

“iya,bang Rendra sama bang Doni”

Jefri mengangguk sebenarnya tidak aneh sih,yang Jefri tahu Rendra memang sering ngomong
sendiri tetapi Jefri kira Rendra agak kurang waras pasalnya lelaki itu memang sering mengobrol
sendiri,bukan nya Jefri menghina tapi kalau mengobrol pasti ada lawan bicaranya kan ?

“jef,ikut gue main detektif mau enggak ?”

“hah?,apaan coba gabut amat kita kan nantinya bakal jadi dokter bukan detektif”

“sekali-kali jef siapa tahu kan mau mangkir”

Mangkir katanya!!

“emang buat apaan main kaya gitu ?”

“asli gue kepo sama kasus anak FE yang ilang”

Jefri menghembuskan nafas pelan,ini kenapa temen nya kepoan banget sih?buat apa
coba?.buang-buang waktu doang mending Jefri kelarin tugas-tugas biar cepet juga jadi dokter
nya,Jefri enggak mau jadi mahasiswa abadi kaya abangnya

“enggak ah,ogah buat apa coba?,cape-capein diri doang”

“ayolah Jef,jangan bilang lo takut kan ?,”ini kenapa Aswin berubah menjadi lelaki yang
mengesalkan ya?,Jefri menggeleng keras dia tidak takut,hanya saja Jefri terlalu malas mengurusi
hal yang bukan urusan nya,bagi dia semua urusan udah ada porsinya masing-masing dan buat
nyari anak FE yang hilang itu bukan porsi nya,dan tentu saja Jefri enggan melakukan nya

“mending kita masuk kelas sekarang aja deh win,otak lo udah enggak bener,mending mikirin
tugas-tugas gimana caranya semua tugas selesai sampai batas waktunya,daripada mikirin mitos
yan gbelum tentu bener?,mending mikirin dan lakuin hal-hal yang udah pasti aja”

Aswin menghela nafasnya pelan lalu mengangguk,padahal dalam pikiran nya berambisi untuk
menguak mitos-mitos yang beredar di kampus nya yang benar-benar meresahkan.

….

Rendra menghela nafasnya lagi-lagi ada berita mahasiswa hilang,entah sudah kali ke berapa
pemberitaan mahasiswa yang hilang di kampus ini yang aneh nya kasus seperti ini tidak pernah
ditelusuri lebih dalam oleh pihak kampus,Rendra ingin mencoba menguak semuanya tetapi
posisinya ia adalah seorang ketua hima di fakultasnya.posisi ini lah yang sekarang sedang

3

menyulitkan Rendra,semester ini sedang ramai kegiatan organisasi yang pastinya melibatkan
Rendra,sedikit menyesal kenapa dulu ia maju untuk pemilihan calon ketua himpunan di
fakultasnya,padahal ia juga sibuk.tidak hanya dengan tugas kuliah tetapi tugas negara,entahlah
Rendra sering menyebutnya seperti itu,tugas negara yang berarti berurusan dengan makhluk-
makhluk tak kasat mata yang ada di sekitarnya

“Bang Rendra!”

Lelaki bernama Rendra itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya,ternyata ada Aswin di
sana adik tingkatnya,yang tergila-gila dengan mitos yang beredar di kampus ini ada juga rumor
yang mengatakan bahwa Aswin dengan sengaja membuka mata batin nya entah untuk apa
itu,tapi jelas Rendra sedikit tidak suka dengan adik tingkatnya yang satu itu walaupun wajahnya
memang terlihat baik,tetapi ada perasaan jengkel yang tersirat jika melihat Aswin ada di
sekitarnya

“bang,lo udah tau belum ada anak FE yang ilang ?”

“tau,kenapa emang ?”

Aswin tersenyum senang,baginya ini adalah sebuah keberuntungan untuk riset ala-ala detektif
nya,”Bang,lo mau banttuin gue enggak?,asli gue butuh bantuan lo bang,”Rendra menaikan satu
alisnya bantuan?,apa maksud dari bantuan ini?,Rendra tidak mau jika yang dimaksudkan bantuan
oleh Aswin ini malah menyusahkan nya

“bantuan apaan?,jangan yang ribet-ribet”

“jadi,lo mau enggak bantuin gue ungkap kasus hilangnya anak FE?,gue kesel bang,setiap ada
mahasiswa yang hilang pasti enggak pernah di up kasusnya,gue Cuma mau tahu apa
penyebabnya,supaya kita bisa mencegahnya,biar nanti enggak ada korban-korban selanjutnya”

“lo tuh siapa sih win?,gaya banget mau ungkap kasus kaya gini,dengerin gue kita Cuma manusia
doang,semuanya yang terjadi itu udah takdir tuhan,jadi ya lo enggak perlu repot-repot buat
ungkap kasus kaya ginian,enggak akan bisa win percuma,mending lo belajar kita nantinya bakal
jadi dokter bukan pemburu setan,mau mangkir lo jadi dukun ?”

Aswin menatap Rendra tak percaya,hei ini maksudnya apa ya?,Rendra meremehkan nya?,Rendra
yang terkenal sangat ramah dengan semua orang mendadak menjadi Rendra yang tempramen
di depan Aswin?,Aswin hanya ingin mengajak Rendra bekerja sama dengan cara yang baik-
baik,tapi mengapa Rendra menjawabnya seakan-akan Aswin mengajak Rendra untuk tawuran ?

“mending lo pergi deh win,males gue liat muka lo!,” Aswin mengangguk dia tidak suka jika
diharuskan memohon kepada orang yang bahkan mengusirnya,dan menjawab pertanyaannya
dengan tidak baik-baik,lebih baik Aswin mundur lalu membeli kiko,ya itu lebih baik

Doni melihat kejadian itu,kejadian dimana Aswin bertanya kepada Rendra tentang bantuan untuk
mengungkap kasus anak FE yang hilang,dengan cepat lelakibernama Doni itu menghampiri

4

Aswin,hei Doni juga tertarik dengan kasus ini,kasus yang Doni yakini adalah manipulatif dari
petinggi-petinggi kampus

“Aswin,gue mau bantuin lo”

“bantu apaan bang ?”

“gue denger percakapan lo sama Rendra,sorry kalau kesan nya kaya nguping,tapi gue beneran
mau bantuin lo,tapi kita enggak bisa berdua doang,bisa lo ajak teman yang sering bareng sama
lo ?”

“Jefri maksud lo bang ?”

“iya,lo bisa ajak dia ?”

“gue bakal bujuk dia “

…..

Entah bagaimana Aswin membujuk Jefri,tetapi lelaki itu mau membantunya tanpa lama
menunggu jawaban yang dikeluarkan dari bibir Jefri,maka dari itu mereke bertiga-jefri,aswin,dan
doni- sedang berkumpul di area kampus rencananya mereka akan bermain jailangkung,itu ide
dari Doni

“ini kita beneran mau manggil mereka?,emang permainan ini asli?,”Jefri bertanya dengan
santai,padahal mereka hanya bertiga di laboratorium lantai tiga FK yang seharusnya tidak boleh
satu orangpun yang masuk kedalamnya

“walaupun gue belum pernah coba,tapi gue yakin permainan ini asli,”Aswin mengangguk setuju
ya sama dia juga belum pernah coba main kaya gini tapi apa salahnya ?,bukan nya kita memang
harus berani mencoba kan ?

Mereka bertiga duduk melingkar,tangan mereka bertiga sudah memegang boneka jailangkung
koleksi Doni,walaupun lelaki itu tidak pernah main Jailangkung tetapi percayalah ia mempunya
beberapa boneka Jailangkung yang ia buat sendiri di rumahnya,juga salahsatu hobi Doni adalah
memainkan perminan hantu tetapi untuk jailangkung yang satu ini Doni belum pernah
memainkan nya

“jailangkung,jailangkung di sini ada pesta kecil-kecilan datang tak dijemput pulang tak diantar”

Mereka menyanyikan mantra itu tiga kali,suasana di lab menjadi lebih seram dan mencengkam
angina mulai masuk ke dalam lab padahal tidak ada jendela yang terbukan pun pintu yang tadi
sudah ditutup oleh Aswin,harusnya hantu itu masuk ke dalam boneka nya kan ?,bukan nya
memang seharusnya seperti itu?,tetapi mengapa hantu itu masuk ke dalam tubuh Doni ?

“mau apa kalian ke sini?!,tidak boleh ada yang masuk ke dalam lab ini!” suara Doni berubah
menjadi suara gadis yang penuh amarah,tersulut emosi

5

“kita ke sini hanya ingin cari tahu tentang mahasiswa dan mahasiswi yang hilang” Aswin
memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gadis itu,Doni terkekeh yang
pastinya itu bukan Doni

“kalian tidak perlu cari mereka,percuma,mereka sudah mati. hilang,mereka semua sudah
hilang,dan tidak akan pernah kembali hihihi” tawa gadis itu mengelegar di seluruh penjuru
laboratorium

“apa kami boleh tahu,kamu siapa ?”

“saya?,saya gadis yang bunuh diri di lab ini”

Aswin dan Jefri terperangah tidak percaya

“saya dikabarkan bunuh diri karena depresi dengan tugas kampus kan?,bukan,bukan itu yang
sebenarnya” Aswin dan Jefri diam mereka menyimak dengan baik

“saya,saya bukan bunuh diri,saya dibunuh,dibunuh dengan kejam”

“petinggi-petinggi kampus yang tidak bertanggung jawab itu!,mereka semua yang membunuh
saya,mereka semua menumbalkan saya,SAYA TIDAK BUNUH DIRI !”gadis itu berteriak dengan
perasaan yang tersayat-sayat

“mereka semua tidak bertanggung jawab,mereka semua melakukan pesugihan mereka semua
adalah penyebab hilangnya SEMUA MAHASISWA DAN MAHASISWI DI KAMPUS INI,MEREKA
SEMUA ADALAH BAJINGAN YANG SESUNGGUHNYA!”

“KALIAN TAHU RENDRA?!”

Aswin dan Jefri mengangguk tentu saja mereka tahu,”Rendra tahu semuanya tapi ia
bungkam,jangan pernah bertemu lagi dengan Rendra saya harap kalian mendengarkan apa kata
saya”

Gadis itu pergi,kini tubuh Doni sudah terisi dengan jiwa lelaki itu Doni sedikit merasakan
pusing,karena sungguh energi gadis tadi benar-benar besar

“kita udah tahu kan apa maksud dibalik semua ini,walaupun kita mengungkapkan semuanya kita
enggak akan pernah menang”

Aswin dan Jefri mengangguk,walapun mereka semua sudah tahu rahasia para petinggi-petinggi
kampus ini mereka tidak akan pernah bisa mengungkap rahasia ini kepada publik,biarkanlah ini
menjadi rahasia selamanya,walaupun akan memakan korbanlagi dan lagi,yang perlu mereka
lakukan adalah bagaimana caranya agar tidak menjadi korban.

“terima kasih sudah mau datang”

6

7

The Past

“hah? Dimana aku? Tunggu,ini kan sekolahku pas sma dulu? Ini 10 tahun lalu kan? Ini
mimpi atau DE JAVU?” berlari kawasan SMA.Tiba-tiba... “hoy,siapa itu! Argh sialan,dia
malah lari” dia pun berlari mengejar sosok bayangan tadi.

BRAK! “sialan, kenapa kekunci?” (mencoba untuk membukanya)

“aneh,,kok bisa macet sih?”

(nengok kebelakang)

“hah siapa itu?”

“halo sudah lama tidak bertemu iya kan? Nampaknya kamu sudah lupa aku yah? Sedih
rasanya, di tinggal oleh teman seperjuangan dengan ku. Baiklah kalau begitu ..!”

“Hah kamu siapa? Aku tidak pernah mengenalmu,, rasanya.trus maksudmu tentang
seperjuangan apa? Kamu mengenalku tapi, aku tidak mengenalmu, kan aneh??”

“Benerkan. Baru ingin kubilang kau lupa denganku padahal kita satu hati,satu jiwa,satu
pikiran. Sayangku.” “hah? Aneh,dasar! Jauh-jauh dariku!” “baiklah sayang. Aku akan
membuatmu mengingatnya kembali,KEN CINTAKU!!!” “Apa maksudmu!” sosok itu
dengan cepat sudah berada di depan muka Ken. Dengan cepat Ken memukul muka sang
bayangan tersebut.Tapi percuma,sudah terbaca olehnya. Di belakang bayangan ada beberapa
lagi bayangan yang lebih menyeramkan daripada sang bayangan yang sedang mencekik Ken.
“ahhhhhrrrggg.....”.

“bb...nguun....bbaa...nnggunn”

PLAK!

Aku beruntung! Itu hanya mimpi,bukan kenyataan. Tapi mirip dengan kenyataan tapi
kenapa ya? Mahluk aneh eh..bukan,tapi mirip dengan sosok wanita menyeramkan.

“KEEN YAAMMORRIII,, cepat ke kantor. Nanti kau telat!”

“Ya bunda....”

Aku lupa hari ini aku ada kerja lapangan ke luar negeri,ntah apa yang akan diputuskan oleh
Boss-ku nanti... Tapi yang kutunggu-tunggu bukan akan kemana, melainkan dengan siapa.
Ah yang penting aku berangkat dulu.

“Aku datang!!”

“Kau hampir telat,sobat”

“Iya..Iyaa..”

1

Hampir saja aku terlambat masuk kantor. Oh iya, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku
Ken Yuuki Yamori Blake. Keturunan Asia-Barat.Peringkat 4 Divisi 4 Teman temanku
memanggilku banyak panggilan aneh seperti Backpacker man,Si Dokter,Dan lain lain.

Sepertinya pemutusannya sudah dimulai. Aku sudah tidak sabar mengetahuinya. Semoga ini
hari keberuntunganku,amiin.
“Kelompok 1; Jason,Masahe,Sabukii,&Brian.”

Ah, ini tak bisa dipercaya. Akhirnya Rival-ku Jason.Peringkat 4 Divisi 3. Kita akan melihat
siapa menang dipertandingan ini Jason kita lihat berapa banyak “monk”yang kau bunuh atau
kau tangkap.
“Kelompok 2;Raysa,Maoki,Ken,Restu”

YYEEEEEAAAAAHHHHHH.... Yuuuuuhuuuu. Terimakasih tuhan.. Akuuu Seenang sekali
hari ini, karena seorang yg kuinginkan ada di depan mataku. Sang peringkat 3 Divisi 3 ada
bersama kelompokku, yaitu adalah Raysa Alivia Morisson.

Tapi dia marganya Morisson sich.. Keluarga tingkat atas yg sangat kaya & dikagumi banyak
orang, termasuk aku FANS beratnya. Heheheheheehe..

Akh.. Aku lupa tentang si restu si anak yg sok kalem dan semacamnya.

Dia juga paling banyak mantannya,padahal dia ganteng lhoo..(Itu pun juga katanya).

Aku takut nanti si raysa diambil juga dengannya,Kan kasihan si Raysa..
“Kau kenapa sih?”
“Gak apa-apa kok,kenapa emang?”
“Dari tadi mukamu tidak meyakinkan. Seperti sedang memikirkan sesuatu yg... kamu saja
mengetahuinya.”
“Oh.gak papa kok,ngomong ngomong tujuanmu untuk mengincar “monk” apa?”
“Tentu saja untuk BALAS DENDAM, huhuhuhuhuhu. Aku tak sabar tuk Balas Dendam
kepada“mereka”,keeenn”
“(menyeramkan sekali).Tentang Balas Dendam,untuk siapa?”
“Untuk KEN”
“(AAAPPPAAAA???) maksudmu?”
“Ken temanku,Bukan kau”

Oooh,Dia. Maksudnya adalah teman seperjuangannya&seangkatan dengannya.

2

Kalau tidak salah namanya itu... Insialnya KKA,Kentaro Kenzie A........ Cih,aku lupa. Dia
meniggal dengan mengorbankan nyawanya demi 5 orang,salah satunya si restu(bisa di
panggil ikhsan,kenapa? Masih sebuah pertanyaan untuk kami) itu tragedi yg paling
menyedihkan.

Kata kata terakhirnya adalah: AKU HAPUS JEJAKKU.DI ATAS ALIRAN
DARAHKU.SELESAI SUDAH PERMAINANKU.AKU JADI BIDAK DI PAPAN BESAR
DEATHMATCH.SUATU HARI AKU BERJALAN.DAN BERTEMU DENGAN
KEMATIAN.DAN HARI INI AKU MENEMUINYA.AKU INGIN MENGULANG,LEMBAR
HIDUP DARI AWAL.INGIN KUPINTA 1000 PERMOHONAN.TUK BISA BERTEMU
KALIAN LEBIH LAMA.AKU HANYA BISA..UKH..MENIKMATI SISA HIDUPKU.
INGATLAH INI KAWAN.BELAJARLAH DARI EMBUN,TAK PERNAH MENGUTUK
MATAHARI YANG MENJADIKANNYA TIADA,WALAU DENYUT MASIH
PANJANG.SEMENTARA DINDING-DINDINGKU TERBATAS OLEH WAKTU.HANYA
MENJADI UMPATAN KETIDAKPASTIAN.TERIMAKASIH ATAS SEMUANYA.MAAFKAN
AKU.SAYONARA..

Yah,kalau tidak salah. Ahh dia,kelinci bulan panggilan dariku untuknya,cuman karena dia
kecil dan keturunan jepang-asia ya bisa dibilang seperti itulah. Akh..Aku terlalu
membicarakan orang yang sudah tiada.takut kena karma aku. Bye kentaro..

“ayo kita jalan sekarang ambil barang-barang mu dan equipment-mu”

“ok,Maoki. Tunggu,siapa leader dan co.”

“akan kujelaskan di perjalanan nanti.”

Saat di dalam perjalanan...

“singkat saja ya,Leader:raysa, Co L:ken, Scout:Maoki, Offensive:Restu.Itu saja kan”

“Ooh,Okay”

Sebenarnya aku ingin mengomel,tapi kalian lihat kan siapa leadernya? Itu yang kumaksud
kepada kalian pembaca.

“emm..kita mau kemana,ngomong-ngomong”

“Distrik 6,lagipula kita juga punya urusan yang belum selesai disana”

“Restu mana?”

“Di belakang,cari saja”

“Ok.”
Aahh..Kentaro. kita akan membalas kematian mu lho, Lihat & Doakan kami diatas
sana..Untuk memperebutkan Distrik 6..Distrik“Monk”Level 67!!!

“bagaimana sudah siap untuk melawan“monk”?”

3


Click to View FlipBook Version