The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aprilla candra wardani, 2024-01-07 11:20:48

KEARIFAN LOKAL TARI GANDRUNG BANYUWANGI

KEARIFAN LOKAL TARI GANDRUNG BANYUWANGI

TARI GANDRUNG KEARIFAN LOKAL "Mari Lestarikan Kebudayaan Nusantara" Aprilla Candra Wardani 2186206026


Identitas Penulis Penulis bernama Aprilla Candra Wardani lahir pada tanggal 16 April 2003 di Trenggalek, terlahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan dari Sekolah Dasar 1 Tanggaran, Kecamatan Pule pada tahun 2008 dan tamat pada tahun 2015 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Pule dan tamat pada tahun 2018. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Pule dan tamat pada tahun 2021. Setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan ke STKIP PGRI Trenggalek dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Motto hidup penulis adalah "tidak ada kata terlambat dalam memulai sesuatu". ii


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, buku yang berjudul "Kearifan Lokal Tari Gandrung" dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS SD yang diampu oleh Bapak Angga Setiawan, M. Pd. Melalui buku ini, penulis menyajikan bacaan yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam ranah pengetahuan khususnya mengenai kearifan lokal yang berasal dari Banyuwangi "Tari Gandrung". Nilai-nilai kearifan lokal akan membantu siswa dalam memahami setiap konsep dalam materi sehingga bekal pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya sampai pada sebatas pengetahuan saja, tetapi juga dapat diimplementasikan siswa dalam wujud praktik di luar sekolah. Untuk mendukung ketercapaian literasi humanis siswa sekolah dasar mengenai kearifan lokal di Indonesia, maka diperlukan sumber literasi yang mampu menyajikan informasi-informasi mengenai kearifan lokal di suatu wilayah. Kearifan lokal bukan hanya semata-mata sebagai pembelajaran karena ada pada kurikulum, anak dapat dikenalkan nilai-nilai kebudayaan yang ada disekitar mereka sehingga merekalah yang akan menjadi pewaris budayanya sendiri. Semua ini sebagai bukti pentingnya buku bacaan kearifan lokal dengan tujuan pendidikan melestarikan budaya nusantara kepada pewarisnya sejak dini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih memerlukan penyempurnaan. Namun penulis berharap semoga kehadiran buku ini dapat bermanfaat bagi guru dan siswa sekolah dasar khususnya dalam mengenali kearifan lokal budaya setempat. Trenggalek, 25 Desember 2023 Penulis Kata Pengantar iii


Daftar Isi Cover......................................................................................................i Identitas Penulis.....................................................................................ii Kata Pengantar.....................................................................................iii Daftar Isi...............................................................................................iv Daftar Gambar.......................................................................................v BAB I PENDAHULUAN......................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................4 BAB III PENUTUP.............................................................................18 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................19 A. Latar Belakang..................................................................................1 B. Rumusan Masalah.............................................................................2 C. Tujuan...............................................................................................2 D Manfaat............................................................................................3 A. Sejarah dari Kearifan Lokal Tari Gandrung......................................4 B. Komponen Kearifan Lokal Tari Gandrung.........................................7 C. Langkah-Langkah Kegiatan Tari Gandrung.....................................13 D. Manfaat Tari Gandrung untuk Siswa Sekolah Dasar........................16 E. Cara Melestarikan Kearifan Lokal Tari Gandrung...........................17 A. Kesimpulan.......................................................................................18 B. Kesan dan Pesan..............................................................................18 iv


Daftar Gambar Gambar 2.1Kearifan Lokal Tari Gandrung.................................................4 Gambar 2.2 Aksesoris Kepala Omprog Tari Gandrung...............................7 Gambar 2.3 Ilat-Ilat dan Oto......................................................................8 Gambar 2.4 Kelat Bahu..............................................................................9 Gambar 2.5 Ebok.......................................................................................9 Gambar 2.6 Samir Tari Gandrung............................................................10 Gambar 2.7 Ikat Pinggang Tari Gandrung................................................10 Gambar 2.8 Selendang..............................................................................11 Gambar 2.9 Kipas.....................................................................................11 Gambar 2.10 Busana Tari Gandrung Banyuwangi Bagian Bawah..............12 Gambar 2.11 Jarik...................................................................................12 Gambar 2.12 Kaos Kaki...........................................................................13 v


Menurut Wiranata (2022:95) kebudayaan yaitu seluruh hasil cipta, karya dan karsa manusia yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalaman sebagai pedoman tingkah laku, sesuai dengan unsur universal di dalamnya. Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal hubungan sosial di tengah masyarakat (Maria, 2015:1). Menurut Hidayati (2016:40) Kearifan lokal merupakan tatanan sosial budaya yang terbentuk dalam pengetahuan, norma, aturan dan keterampilan masyarakat pada suatu wilayah tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang diwariskan secara turun temurun. Kearifan lokal merupakan modal sosial yang dikembangkan oleh masyarakat untuk menciptakan adanya keteraturan dan keseimbangan antara kehidupan sosial budaya masyarakat dengan kelestarian sumber daya alam di sekitarnya. Salah satu daerah yang memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal adalah Banyuwangi. Kebudayaan dan kearifan lokal tersebut sangat beranekaragam meliputi bahasa, adat istiadat, cerita rakyat, dan kesenian daerah. Beranekaragam kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di Banyuwangi masing-masing memiliki ciri khas yang unik dilatarbelakangi oleh lingkungan masyarakatnya. Salah satu kesenian yang menarik untuk dipelajari adalah kesenian gandrung dengan ciri khasnya yang mencerminkan kebudayaan di Banyuwangi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1


1. Untuk mengetahui sejarah dari Kearifan Lokal Tari Gandrung 2. Untuk mengetahui komponen dari Kearifan Lokal Tari Gandrung. 3. Untuk mengetahui langkah - langkah Kegiatan Kearifan Lokal Tari Gandrung. 4. Untuk mengetahui manfaat Kearifan Lokal Tari Gandrung untuk siswa Sekolah Dasar. 5. Untuk mengetahui cara melestarikan Kearifan Lokal Tari Gandrung. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah dari Kearifan Lokal Tari Gandrung? 2. Bagaimana komponen dari Kearifan Lokal Tari Gandrung? 3. Bagaimana langkah - langkah kegiatan Kearifan Lokal Tari Gandrung? 4. Bagaimana manfaat Kearifan Lokal Tari Gandrung untuk siswa Sekolah Dasar? 5. Bagaimana cara melestarikan Kearifan Lokal Tari Gandrung? C. Tujuan 2


1. Bagi Guru a. Sebagai referensi untuk mengembangkan kualitas pembelajaran agar lebih baik. b. Sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. c. Sebagai alat bantu penunjang pembelajaran yang efektif. 2. Bagi Siswa a. Memberikan pengetahuan mengenai kearifan lokal Banyuwangi. b. Membantu memberikan pengalaman belajar yang mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa. D. Manfaat 3


BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah dari Kearifan Lokal Tari Gandrung Gambar 2.1 Kearifan Lokal Tari Gandrung Menurut Mamiek (2018:7) tari Gandrung merupakan tari tradisional yang khas dari Banyuwangi. Kesenian gandrung dari Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabatnya hutan Tirtagondo untuk membangun ibu kota Balambangan, sebagai pengganti dari Pangpang atau Ulu Pangpang atas prakarsa dari bupati pertama Banyuwangi, yaitu Mas Alit yang dilantik pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulu Pangpang. Tari Gandrung pada mulanya dilakukan oleh kaum laki-laki bernama Marsan yaitu penari gandrung pertama. Mereka membawa peralatan musik berupa kendang dan beberapa rebana atau terbang. Setiap hari, para Marsan ini berkeliling dan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa rakyat Blambangan yang berada di sebelah timur atau saat ini daerah tersebut meliputi Kabupaten Banyuwangi. Hal itu disebabkan sisa rakyat yang tinggal di daerah tersebut hanyalah mencapai 5000 jiwa, karena peperangan yaitu penyerbuan kompeni yang dibantu oleh Mataram serta Madura pada sekitar tahun 1767 untuk merebut Blambangan dari kekuasaan Mengwi, hingga berakhirnya perang Bayu yang cukup sadis, keji maupun brutal dan dimenangkan oleh Kompeni pada 11 Oktober tahun 1772. 4


Menurut cerita, jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri maupun menjadi tawanan, hilang dan lainnya tidak tentu. Beberapa rakyat mungkin dibuang atau di selong oleh Kompeni dan diperkirakan mencapai hingga lebih dari 60.000 jiwa. Sementara itu, sisanya yaitu 5000 jiwa rakyat hidup terlantar dengan keadaan yang memprihatinkan, terpencar di desa-desa, di pedalaman atau bahkan banyak yang memutuskan untuk berlindung di hutan. Berkat munculnya gandrung, seni ini kemudian dimanfaatkan sebagai alat perjuangan yang setiap saat mengadakan pementasan dengan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa rakyat yang hidup berpencar-pencar di pedesaan, di pedalaman maupun yang menetap di hutan. Setelah gandrung datang menampilkan pentas tari, orang-orang yang menderita di hutan pun mulai ingin kembali ke kampung halamannya, mulai membentuk kehidupan baru atau ikut membabat hutan Tirta Arum dan kemudian tinggal di ibu kota baru yang dibangun atas prakarsa dari Mas Alit. Setelah ibu kota baru selesai dibangun, ibu kota tersebut dikenal dengan nama Banyuwangi sesuai dengan konotasi dari nama hutan yang telah di babad yaitu Tirta Arum. Dari keterangan tersebut, maka terlihat jelas bahwa tujuan dari kelahiran kesenian tari gandrung ialah untuk menyelamatkan sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni dan membangun lagi bumi Belambangan di sebelah timur yang telah hancur karena seruan Kompeni. 5


Tari gandrung laki-laki pun benar-benar lenyap pada tahun 1914, usai penari terakhir laki-laki yaitu Marsan meninggal dunia. Gandrung perempuan, pertama kali dikenal dalam sejarah adalah gandrung semi, yaitu seorang anak kecil yang pada saat itu masih berusia sepuluh tahun di tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya oleh masyarakat, pada saat itu Semi menderita penyakit cukup parah. Segala cara telah dilakukan, bahkan Semi datang ke dukun, namun Semi tetap tidak kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi bernama Mak Midhah pun bernazar, “kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Jika kamu sembuh, saya akan jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Setelah mengucapkan nazar tersebut, ternyata akhirnya Semi sembuh dari penyakitnya dan sesuai dengan sang ibu, mak Semi pun dijadikan sebagai Seblang dan memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh seorang perempuan. Tradisi gandrung yang dilakukan Semi, lalu diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggung. Kesenian ini lalu semakin berkembang di daerah Banyuwangi yang lain dan kemudian menjadi ikon khas di daerah setempat. 6


Pada mulanya, gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan dari penari gandrung sebelumnya saja, akan tetapi sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis muda yang bukan keturunan dari gandrung ikut mempelajari tari gandrung dan menjadikannya sebagai sumber dari mata pencaharian, selain untuk mempertahankan eksistensi tari gandrung yang makin terdesak pada akhir abad ke 20. Sejak Desember 2000, tari gandrung pun resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul dengan pematungan gandrung yang dipajang di berbagai sudut kota maupun desa. Menurut Fabe (2020: 37) penari tari gandrung mengenakan aksesoris kepala yang disebut Omprog. Terbuat dari kulit berwarna emas, dan diberikan sedikit warna merah. putih dan hijau sebagai warna pelengkap. Pada omprog gandrung terdapat tokoh wayang jawa kuno, disebut Ontoseno berbadan ular serta terdapat lingkaran ikatan berwarna emas pada bagian badan. Ikatan tersebut menjadi simbol bahwa masyarakat Banyuwangi tidak tamak dengan kekayaan yang ada di Banyuwangi sehingga akan mendapatkan kehidupan lebih baik. Pada bagian atas omprog terdapat ornamen bunga yang B. Komponen dari Kearifan Lokal Tari Gandrung 1. Aksesoris (omprog) Gambar 2.2 Aksesoris Kepala Omprog Tari Gandrung 7


Alkulturasi budaya terlihat pada komponen busana tari gandrung yang disebut oto memiliki unsur China atau Chengho. Oto menyerupai busana milik China karena dahulu China pernah singgah pada jalur perdagangan internasional yang ada di Banyuwangi. Gambar 2.3 Ilat-Ilat dan Oto 2. Busana Tari Gandrung Bagian Atas a. Ilat-ilat dan Oto Pada Tari Gandrung Banyuwangi terdapat 1 komponen busana bagian atas yang disebut basahan. Terdiri dari ilat-ilat atas, otok, kelat bahu, ebok, samir, sabuk atau pending, selendang (sampur), kipas dan kaos kaki. Sebelum tahun 1945 busana gandrung berwarna hitam dan terdapat ukiran berwarna emas dengan motif yang berbeda sesuai ciri khas setiap penari, karena dahulu busana gandrung harus dimiliki oleh setiap penari. Namun lambat laun motif busana gandrung menjadi sama yaitu terinspirasi dari bunga pecari, kenongo dan daun pakis-pakisan. Motif tersebut memiliki makna keindahan. 8


b. Kelat Bahu Pada lengan atas penari gandrung terdapat ornamen melingkar terbuat dari kain hitam berbentuk manik kupu-kupu berwarna emas. Warna emas memiliki arti keagungan pada penari gandrung serta memiliki daya magis. Gambar 2.4 Kelat Bahu c. Ebok Ebok terbuat dari kain bludur warna hitam, terdapat ornamen gajah oling dan bunga yang terbuat dari manik-manik berwarna emas, merah dan hijau. Ebok digunakan untuk menutup bagian depan dan samping pinggul. Gambar 2.5 Ebok 9


d. Samir Samir terbuat dari kain bludru warna hitam dengan ornamen yang sama dengan ebok, dan adanya kain berwarna merah dan putih melambangkan bendera Indonesia. Samir terletak pada bagian belakang pinggul. Gambar 2.6 Samir Tari Gandrung e. Ikat Pinggang (pending) Pada bagian pinggang terdapat ikat pinggang (pending) yang terbuat dari kain bludru warna hitam dan terdapat ornamen dari manik-manik berwarna emas, merah dan hijau. Gambar 2.7 Ikat Pinggang Tari Gandrung 10


f. Selendang /sampur Selendang (sampur) merupakan kain panjang biasanya berwarna merah, pada ujungnya terdapat ornamen berwarna emas. Selendang (sampur) diletakkan pada leher penari dan dibiarkan menjuntai. Gambar 2.8 Selendang g. Kipas Kipas adalah properti yang digunakan ketika menari untuk menghalau penonton yang menari bersama. Gambar 2.9 Kipas 11


3. Busana Tari Gandrung Bagian Bawah Gambar 2.10 Busana Tari Gandrung Banyuwangi Bagian Bawah a. Jarik (kain panjang) Busana bagian bawah terdapat jarik, dahulu jarik tari gandrung hanya berwarna putih, namun pada era politik terdapat inovasi baru, bahwa warna jarik yang digunakan sesuai dengan warna partai sehingga sampai tahun 2019 beragam warna jarik yang digunakan sesuai keinginan sanggar tari. Motif jarik yang digunakan merupakan ciri khas Banyuwangi yaitu gajah oling. Memiliki makna hubungan erat antar masyarakat Banyuwangi yang saling berkesinambungan. Gambar 2.11 Jarik 12


b. Kaos kaki Pada era penjajahan Belanda atau VOC, kaos kaki awalnya digunakan oleh gandrung lanang untuk menutupi bentuk kaki dengan tujuan agar menyerupai bentuk kaki perempuan. Namun saat ini kaos kaki menjadi perlengkapan busana wajib yang harus digunakan sebagai ciri khas tari gandrung Banyuwangi. Gambar 2.12 Kaos Kaki C. Langkah-langkah Kegiatan Kearifan Lokal Tari Gandrung 1. Tahap Persiapan Menurut I Gede Eka (2015:5) tahap persiapan sebelum melakukan pementasan tari di lakukan seminggu sebelum pementasan tari gandrung. Ada beberapa tahapan yang di lakukan dalam melakukan persiapan pementasan tari gandrung yaitu; (1) menentukan penari yang akan menarikan tari gandrung dengan syarat berasal dari keturunan penari sebelumnya dan tidak pernah mandi dengan air kotor/air bekas ember cucian. (2) mempersiapkan pakaian tari gandrung untuk di sucikan dengan cara menggunakan tirta/ air suci. (3) melatih para penari yang akan menarikan tari gandrung tersebut, (4) sehari sebelum pementasaan di lakukan upacara pewintenan agar para penari menjadi suci. 13


2. Tahap Pelaksanaan a. Jejer Pada tahapan ini, penari akan menyanyi dan menari secara solo. b. Maju Setelah selesai menari, penari akan maju dan mendatangi para penonton. Hal ini dilakukan untuk mengajak penonton menari di atas panggung. Biasanya tamu terdiri dari empat orang. Lalu tamu tersebut membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah. c. Sebrang Subuh Ini merupakan tahapan terakhir dalam Tari Gandrung. Tahapan ini dimulai dengan gerakan yang penuh penghayatan dan perlahan. Saat tahapan ini penari biasanya membawa kipas dan membuat gerakan kipas yang dikibas-kibaskan sesuai irama. Berikut gerakan dalam tari gandrung : 1. Titik tumpu Umumnya tari khas Banyuwangi ini memiliki titik tumpu berat badan di bagian telapak kaki depan (jinjid). 2. Gerakan dada ke depan Dada didorong kebagian depan seperti tari Bali. 3. Gerak tubuh ke depan Pada tarian ini, gerakan tubuh ke depan dikenal dengan sebutan ngangkruk. 14


4. Gerak persendian Khusus gerakan persendian dibagi menjadi lima jenis, yaitu: a. Deleg duwur: gerakan kepala dan leher. Pada bagian ini hanya leher bagian atas yang digerakan. Sedangkan bagian kepala digerakkan ke kiri dan kanan. b. Deleg nduwur dinggel: gerakan ini sama dengan deleg duwur, hanya hanya saja ditambah dengan tolehan. c. Deleg manthuk: merupakan gerakan kepala mengangguk. d. Deleg layangan: gerakan yang deleg duwur yang ditambah dengan ayunan tubuh. e. Deleg gulu: yaitu gerak kepala ke kiri dan kanan. 5. Gerakan persendian bahu Gerakan tari gandrung selanjutnya yaitu gerak persendian bahu yang terdiri atas: a. Jingket merupakan gerakan bahu digerakan ke atas, ke bawah, atau ke samping. b. Egol pantat yang lombo dan kerep, ialah gerakan pantat ke kanan dan kiri mengikuti alunan musik gendang. c. Sikap dan gerak jari. Pada gerakan ini ada tiga jenis yaitu jejeb, cengkah, dan ngeber. 6. Permainan sampur adalah gerakan ini merupakan komunikasi antara pria dan wanita. 15


D. Manfaat Tari Gandrung untuk Siswa Sekolah Dasar 7. Sikap dan gerakan kaki Gerakan tari gandrung selanjutnya yaitu sikap dan gerakan kaki kaki yang terbagi atas laku nyiji, laku ngloro, langkah genjot, dan langkah triol atau kerep. Manfaat tari gandrung untuk siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran Pendidikan Karakter : Tari Gandrung dapat diajarkan sebagai bagian dari pendidikan karakter, membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai seperti kerja sama, disiplin, keberanian, dan rasa percaya diri. b. Penghargaan terhadap Budaya Lokal : Melalui tari gandrung, siswa dapat belajar menghargai dan memahami budaya lokal mereka, yang merupakan bagian penting dari pembentukan karakter c. Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional : Pembelajaran seni tari, termasuk tari gandrung, dapat membantu dalam pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa, seperti ekspresi diri, empati, dan keterampilan komunikasi Menurut Mamiek (2018:9) tari Gandrung, sebuah tarian khas dari Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki beragam manfaat untuk anak-anak SD. Tarian ini tidak hanya sebagai bagian dari warisan budaya leluhur, tetapi juga mengandung nilai-nilai karakter dan kearifan lokal yang baik, cocok untuk pembentukan karakter anak-anak. Selain itu, upaya pengenalan dan penanaman kecintaan pada tari gandrung di sekolah dasar di banyuwangi diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, sehingga anak-anak dapat semakin mengenal dan mencintai budaya dan tradisi setempat. 16


E. Cara Melestarikan Kearifan Lokal Tari Gandrung Untuk melestarikan kearifan lokal tari Gandrung, beberapa upaya telah dilakukan, seperti pelatihan-pelatihan secara menyeluruh di sekolahsekolah, memanfaatkan kesenian tradisional secara optimal dengan menghormati hak-hak sosial dan budaya masyarakat yang memiliki kepentingan, membuat sanggar-sanggar tari yang mengajarkan tarian tersebut, dan memberikan apresiasi terhadap kesenian ini agar para seniman yang masih berjuang untuk melestarikan kesenian Tari Gandrung dapat bertahan. 17


BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 18 Tari gandrung merupakan salah satu kearifan lokal yang berasal dari Banyuwangi. Tari gandrung pada mulanya di lakukan oleh kaum laki-laki bernama Marsan yaitu penari gandrung pertama. Tari Gandrung pada mulanya dilakukan oleh kaum laki-laki bernama Marsan yaitu penari gandrung pertama. Mereka membawa peralatan musik berupa kendang dan beberapa rebana atau terbang. Setiap hari, para Marsan ini berkeliling dan mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa rakyat Blambangan yang berada di sebelah timur atau saat ini daerah tersebut meliputi Kabupaten Banyuwangi. Tari gandrung laki-laki pun benar-benar lenyap pada tahun 1914, usai penari terakhir laki-laki yaitu Marsan meninggal dunia. Gandrung perempuan, pertama kali dikenal dalam sejarah adalah gandrung semi, yaitu seorang anak kecil yang pada saat itu masih berusia sepuluh tahun di tahun 1895. Komponen dari tari gandrung terdiri atas aksesori, busana pakaian gandrumg bagian atas dan juga bawah. Yang masing-masing memiliki elemennya sendiri. Langkah-langkah tari gandrung ada tiga yaitu jejer, maju dan sebrang shubuh. Manfaat tari gandrung bagi siswa SD adalah untuk melaksanakan pendidikan karakter dan juga sebagai wadah untuk menanamkan kecintaannya kepada kebudayaan di daerah setempat. B. Kesan dan Pesan Penulis berharap dengan adanya buku berjudul Kearifan Lokal Tari Gandrung dapat memberi manfaat bagi pembaca. Penulis juga meminta maap apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun materi. Semoga buku ini bisa menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa sekolah dasar.


DAFTAR PUSTAKA 19


Click to View FlipBook Version