The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Volume 1, Nomor 1 (Edisi April 2022)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Singgih Afifa Putra, 2023-08-10 13:23:23

Jurnal Oase Nusantara

Volume 1, Nomor 1 (Edisi April 2022)

Keywords: Pendidikan,Pelatihan Vokasi,Teknologi Informasi dan Komunikasi

ISSN: 2829-3290 (cetak) Peningkatan ketrampilan peserta didik dalam pemanfaatan koneksi wired and wireless menggunakan metode problem-based learning Sarino SMA Negeri 90 Jakarta, Jl. Sabar Petukagan Selatan Pesanggrahan No.14, RW.2, Petukangan Sel., Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, D.K.I. Jakarta 12270 Abstrak Tujuan utama penulisan artikel ini adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas berkaitan dengan peningkatan ketrampilan peserta didik dalam hal mempraktikan interaksi dua atau lebih perangkat yang berbeda dengan memfokuskan pada materi koneksi wired and wireless. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode problem-based learning (PBL) dapat meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam dalam hal pemanfaatan koneksi wired and wirless untuk mengendalikan perangkat komputer yang berbeda. Penulisan artikel juga dimaksudkan untuk mengukur apakah metode PBL dapat meningkatkan ketram-pilan peserta didik dalam pemanfaatan koneksi wired and wireless, untuk meme-cahkan masalah, apakah PBL dapat memudahkan peserta didik dalam menyele-saikan masalah pembelajaran Informatika. Sehingga metode tersebut dirasa dapat berguna bagi guru dalam pengembangan kompetensi pedagogiknya. Penelitian dilakukan melalui dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan untuk menjelaskan hardware, software dan brainware. Siklus kedua mempraktikan interaksi dua atau lebih perangkat yang berbeda. Setelah pembelajaran dengan metode PBL dilak-sanakan, ketrampilan peserta didik diukur untuk mengetahui tingkat penguasaan kemampuan peserta didik dalam pemanfaatan koneksi wired and wirless. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa masih ada peserta didik yang belum menguasai pemanfaatan koneksi wired and wireless untuk mengendalikan perangkat yang berbeda. Kata kunci: brainware, hardware, informatika, pedagogik, software Pendahuluan Penelitian ini didasarkan pada data observasi awal yang menunjukan bahwa peserta didik di kelas X IPS 4 kurang menguasai dalam hal kertampilan pemanfaatan koneksi wired and wireless untuk mengendalikan dua atau lebih perangkat yang berbeda. Oleh karena itu, maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian untuk mening-katkan ketrampilan peserta didik dalam hal Diterima 27/07/2021 Direvisi 05/11/2021 Disetujui 07/01/2022 Korespondensi: Sarino, email: [email protected] Distributed under creative commons CC-BY 4.0 OPEN ACCESS


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 46 pemanfaatan koneksi wired and wireless. Dengan demikian maka diharapkan peserta didik mampu mengkoneksikan dua atau lebih perangkat yang berbeda sehingga dapat mengendalikan perangkat dari jarak jauh. Ketidakmampuan peserta didik dalam mengkoneksikan dua atau lebih perangkat yang berbeda disebabkan metode pembelajaran selama ini kurang menarik. Melalui metode problem-based learning (PBL) (lihat Gallegher, 1992; Savery, 2015), diharapkan peserta didik dapat mengkoneksikan dua atau lebih perangkat yang berbeda dan mengendalikan perangkat dari jarak jauh. Metode Riset Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang memfokuskan pada peningkatan ketrampilan koneksi wired and wireless dua atau lebih perangkat yang berbeda. Penelitian dilakukan melalui 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan untuk mengukur penguasaan materi tentang hardware, software dan brainware dengan melakukan metode pretest dan postest. Setelah dilakukan pretest dan postest maka langkah selanjutnya dilakukan pengolahan nilai. Hasil penilaian tersebut dijadikan standar penilaian terhadap peningkatan ketrampilan peserta didik dalam mengkoneksikan dua atau lebih perangkat komputer yang berbeda. Jika hasil belum seluruhnya memenuhi kriteria penilaian maka dilakukan siklus kedua dengan cara melakukan praktik mengendalikan dua atau lebih perangkat yang berbeda. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui obesrvasi, pretest dan postest. Penelitian ini diamati melalui: 1. Pelaksanaan observasi untuk mengetahui ketrampilan peserta didik dalam hal penguasaan untuk mengkoneksikan wired and wireless dengan menggunakan dua atau lebih perangkat komputer yang berbeda. 2. Pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penguasaan materi tentang hardware, software dan brainware melalui web Khoot.it dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ada di web tersebut. 3. Postest dilakukan untuk mengetahui peningkatan penguasaan materi tentang hardware, software dan brainware melalui web Khoot.it setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode PBL. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilaksanakan pada tanggal 10 dan 17 Oktober 2019 di SMA Negeri 90 Jakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X IPS 4. Data yang diperoleh dari observasi, pretest dan postest. Teknik analisis data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan dilakukan secara deskriptif sebelum memasuki kelas. Namun analisis ini lebih difokuskan selama proses pembelajaran di kelas dengan teknik pengumpulan data yang sudah diuraikan diatas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut: 1. Analisis observasi prapenelitian. Observasi prapenelitian dilakukan terhadap data hasil pengamatan atau data sekunder.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 47 2. Analisis pengolahan data penelitian, dilakukan pada saat data penelitian telah terkumpul dengan pelaksanaan dua siklus penelitian. Hasil dan Pembahasan Tabel Hasil perbandingan nilai pre-test, siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa hasil evaluasi penguasaan terhadap materi pelajaran pada siklus kedua tergolong baik karena mengalami kenaikan nilai rata-rata yang signifikan bagus yaitu dari pelaksanaan siklus pertama diperoleh nilai rentang antara 69-72, kemudian setelah dilaksanakan siklus ke dua dengan menggunaka metode PBL diperoleh rentang nilai yaitu 75-80. Gambar 1. Grafik hasil pretest dan post-test, a) siklus 1, b) siklus 2. Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kesatu dan siklus kedua ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil postest pada akhir siklus kesatu dibandingkan pada akhir siklus kedua menunjukkan peningkatan yang signifikan. 2. Hasil rata- rata penguasaan materi tentang hardware, software dan brainware pada siklus pertama adalah 72,63, sedangkan rata-rata pada siklus kedua adalah 80,47 hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 48 3. Setelah metode problem-based learning melalui pendekatan saintifik dilaksanakan rata-rata kemampuan penguasaan materi hardware, software dan brainware peserta didik meningkat, yang semula 72,63 sebelum menggunakan metode tersebut menjadi 80,47. 4. Peningkatan keterampilan dalam pemanfaatan koneksi dua atau lebih perangkat yang berbeda pada penelitian ini menggambarkan bahwa proses pembelajaran Informatika akan lebih bermakna bila guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk meningkatkan keterampilan. Berdasarkan grafik hasil prestest dan post-test siklus 1 menunjukan perolehan nilai pretest dan postest pada rentang nilai 69 – 72 dalam domain penguasaan materi hardware, software dan brainware (Gambar 1a). Sedangkan perolehan nilai pretest dan postest siklus 2 pada rentang nilai 75 – 80 dalam domain penguasaan materi hardware, software dan brainware (Gambar 1b). Kesimpulan Hasil postest pada akhir siklus kesatu dibandingkan pada akhir siklus kedua menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil rata- rata penguasaan materi tentang hardware, software dan brainware pada siklus pertama adalah 72,63, sedangkan rata-rata pada siklus kedua adalah 80,47 hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Setelah metode problem based learning melalui pendekatan saintifik dilaksanakan rata-rata kemampuan penguasaan materi hardware, software dan brainware peserta didik meningkat, yang semula 72,63 sebelum menggunakan metode tersebut menjadi 80,47. Peningkatan keterampilan dalam pemanfaatan koneksi dua atau lebih perangkat yang berbeda pada penelitian ini menggambarkan bahwa proses pembelajaran Informatika akan lebih bermakna bila guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk meningkatkan keterampilan. Persantunan Penulis menyampaikan terimakasih kepada BPPMPV KPTK dapat memfasilitasi penyusunan karya tulis ilmiah ini. Daftar Pustaka Gallagher, S. A., Stepien, W. J., & Rosenthal, H. (1992). The effects of problem-based learning on problem-solving. Gifted Child Quarterly, 36(4): 195-200. Hardiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran & Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Savery, J. R. (2015). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. Essential readings in problem-based learning: Exploring and extending the legacy of Howard S. Barrows 9(2): 5-15. Sugiyono, (2017). Metode Penelitain Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 49 Informasi Artikel Konflik kepentingan: Penulis menyampaikan bahwa tidak teradapat konflik kepentingan. Catatan Editor: Jurnal Oase Nusantara bersikap netral berkaitan dengan konflik atau klaim informasi dan data yang digunakan dalam setiap artikel yang diterbitkan, termasuk yurisdiksi dan afiliasi institusi. Hak cipta: © Penulis (tim), 2022. Diterbitkan oleh BPPMPV KPTK melalui Tim Editor Jurnal Oase Nusantara. Menyunting artikel ini: Sarino (2022). Peningkatan ketrampilan peserta didik dalam pemanfaatan koneksi wired and wireless menggunakan metode problem-based learning. Jurnal Oase Nusantara 1(1): 45-50.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 50 Lampiran 1. Contoh penyajian tabel lebar satu halaman penuh. Siklus 1 Siklus 2 Kategori Kategori 1 ADINDA YUDDIEARTH ARIFIANA 78 Cukup 80 Cukup 79 2 ALFI LOYA ZIRGA 70 Cukup 83 Baik 76.5 3 ALMIRA FERONIA GAYATRI 72 Cukup 80 Cukup 76 4 ALMIRAH GHAISANI PUTRI_ 70 Cukup 96 Amat Baik 83 5 ANGGA FADILLAH RAHMAN 70 Cukup 75 Cukup 72.5 6 ARKANA PRAHASTA WIBOWO 70 Cukup 84 Baik 77 7 ARYA DWI 80 Cukup 75 Cukup 77.5 8 CELIA REVALINA 72 Cukup 80 Cukup 76 9 DANUJA RAFI KINANTHIO 72 Cukup 84 Cukup 78 10 DISKA REZA KAROMAH_ 77 Cukup 75 Cukup 76 11 HAFIZD RAMADHAN_ 72 Cukup 80 Cukup 76 12 HAURA SHALIHAH DESTI GUNAWAN 71 Cukup 75 Cukup 73 13 HUGO DANISWARA 71 Cukup 85 Baik 78 14 KEN KINTOKO 71 Cukup 75 Cukup 73 15 MALIKA RAHMASHALIHA 78 Cukup 92 Amat Baik 85 16 MUHAMMAD HAIKAL WISESA 71 Cukup 75 Cukup 73 17 MUHAMMAD ILHAM RAMADHAN 70 Cukup 92 Amat Baik 81 18 MUHAMMAD IVANDRA TRIADHITOMO_ 71 Cukup 75 Cukup 73 19 MUHAMMAD RAFI ALFARISI 71 Cukup 84 Baik 77.5 20 NADA SYIFA RAMADHANI_ 68 Cukup 76 Cukup 72 21 NADIA LAILA FADHILAH_ 71 Cukup 75 Cukup 73 22 NADIRA SALIM BADRI 73 Cukup 75 Cukup 74 23 NAJWA AMALIA ILYAS 74 Cukup 80 Cukup 77 24 NATHANYA TIARA PUTRI SORA 73 Cukup 75 Cukup 74 25 NAUFAL JALUDENANIR 73 Cukup 76 Cukup 74.5 26 NILAM SHAFA KAMILA 76 Cukup 88 Baik 82 27 NISRINA NURUL HANIFAH 73 Cukup 76 Cukup 74.5 28 NUR NAJWA DEVYANI 75 Cukup 75 Cukup 75 29 RADDITYA ILHAM WINDANU 73 Cukup 75 Cukup 74 30 RAHMAH NAHDAH KAMILAH 73 Cukup 86 Baik 79.5 31 RANIA RAHMA KHAIRUNNISA 70 Cukup 75 Cukup 72.5 32 SALMAN MUZHAFFAR HANIF 73 Cukup 84 Baik 78.5 33 SHAFA SALSABILA AL ZAZERI_ 73 Cukup 75 Cukup 74 34 TIFORT KEN YASMINE 74 Cukup 92 Amat Baik 83 35 WIDYA RAHMA ALI AMALIA 73 Cukup 84 Baik 78.5 36 YOLANDA RAHELMI 73 Cukup 85 Baik 79 No Nama Nilai Nilai Rerata


ISSN: 2829-3290 (cetak) Peran software, hardware dan brainware dalam sistem informasi manajemen sekolah Hendri Setiawan SMA Negeri 1 Peringsewu, Jl. Olahraga No.1, Pringsewu Bar., Kec. Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung, 35373. Abstrak Sistem informasi manajemen memainkan peran strategis dalam menghadapi persaingan bebas pada saat ini dalam membentuk proses bisnis yang baik yang merupakan kunci keberhasilan dari suatu organisasi/perusahaan. Sistem informasi manajemen sangat bergantung dari komponen-komponen dalam menghasilkan sistem informasi dalam kebutuhannya. Kesenjangan yang terjadi dalam pelaksanaan komponen tersebut akan menghasilkan informasi yang kurang akurat, kurang detail, kurang tepat waktunya dan kurang relevan akan mengaki-batkan kesalahan dalam pengambilan keputusan pada perusahaan atau organisasi. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai komponen-komponen dalam sistem informasi manajemen kususnya hardware, software dan brainware agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kata kunci: e-learning, manajemen sekolah, teknologi, smart school Pendahuluan Persaingan dunia sekarang yang semakin ketat mengakibatkan perusahaan untuk melakukan strategi usaha yang paling tepat agar dapat memenangkan atau bertahan untuk menghadapinya. Dalam organisasi modern agar perusahaan itu bertahan dalam persaingan usaha perlu memperhatikan market driven dan customer driven sehingga sustainable competitive advantage dapat diperoleh. Perusahaan tersebut harus memperhatikan focus pada unsur kinerjanya dengan memperhatikan customer satisfaction. Peran sistem informasi manajemen memainkan peran strategis dalam menghadapi persaingan bebas pada saat ini. Dimana sistem informasi dan teknologi informasi yang dipadukan dengan komponen terkait lainnya dalam membentuk sistem informasi manajemen yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan dari suatu perusahaan. Sistem secara umum dapat didefinisikan sebagai kumpulan hal atau elemen yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan. Sistem mempunyai karakteristik atau sifat – sifat tertentu, yaitu: Komponen Sistem, Batasan Sistem, Lingkungan Luar Sistem, Penghubung Sistem, Diterima 23/06/2021 Direvisi 30/12/2021 Disetujui 01/02/2022 Korespondensi: H. Setiawan, hendrisetiawanhensen@ gmail.com Distributed under creative commons CC-BY 4.0 OPEN ACCESS


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 52 Masukan Sistem, Keluaran Sistem, Pengolahan Sistem dan Sasaran Sistem (Sutanta, 2009). Menurut pendapat dari James O’Brien, management information system merupakan suatu kombinasi dari setiap unit yang dikelola oleh user atau pengguna, hardware, software, jaringan komputer serta jaringan komunikasi data, dan juga database yang mengumpulkan, mengubah, sekaligus menyebarkan informasi mengenai sebuah organisasi. Sistem informasi manajemen atau yang sering disingkat sebagai SIM adalah sebuah sistem perencanaan yang ada di dalam perusahaan yang melibatkan pengendalian internal. Hasil yang diperoleh dari SIM pada umumnya akan selalu menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan sebuah keputusan dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Sistem informasi merupakan satuan komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (mendapatkan kembali), memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan kendali dalam suatu organisasi. Selain itu sisten informasi juga membantu para manajer untuk meneliti permasalahan, memvisualisasikan pokok-pokok yang kompleks dan menciptakan produk-produk yang baru. Dapat dikatakan bahwa sistem informasi adalah serangkaian prosedur formal dimana data itu akan dikumpulkan. Sistem informasi juga dikatakan paduan dari berbagai resource baik itu software, hardware dan brainware dan data. Dalam sistem informasi juga juga ada input, model, proses, output, penyimpanan dan kontrol sihangga sistem informasi tersebut dapat digunakan untuk merencanakan, mengolah, mengendalikan, meracik, data dalam suatu organisasi berdasarkan atas critical success untuk menentukan suatu keberhasilan dalam suatu perusahaan. Tujuan utama dari sistem computer adalah mengolah data untuk menghasilkan informasi sehingga perlu didukung oleh elemen-elemen yang terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan pengguna (brainware). Ketiga elemen sistem tersebut harus saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan. Proses data terdistribusi merupakan suatu konsep penyebaran computer dan perlatan, perangkat lunak dan data yang dihubungkan dengan alat komunikasi pada alat yang ada pada lokasi lain. Proses data terdistribusi sudah menjadi keharusan dan kemajuan sistem operasi pada saat ini khususnya pada kompnen software, hardware dan brainware. Metode Riset Peneliti melakukan study literatur terhadap dokumen-dokumen yang terdapat di SMA Negeri 1 Pringsewu, yang berkaitan dengan visi, misi, tujuan, dan strategi sekolah, serta menganalisisnya. setelah melakukan observsi awal dan studi awal mengenai dokumen-dokumen yang dibutuhkan, peneliti melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan agar penelitian dapat berlangsung dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 53 Tujuan dari penelitian peranan software, hardware dan brainware pada sistem informasi manajemen khususnya saya ambil pada SMA Negeri 1 Pringsewu Pada tahapan ini, peneliti menentukan bagian-bagian apa saja yang akan dilakukan untuk melihat seberapa besar peranan software, hardware dan barinware yang ada disekolah. Peneliti melihat seberapa besar pengaruh atau peranan software, hardware dan brainware pada sistem informasi manajaemen disekolah tersebut. Peneliti melakukan observasi atau pengamatn langsung ke sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan observasi atau pengamatan langsung. Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua Tahun Ajaran 2019-2020. Target atau sasaran dari penelitian ini adalah khususnya dibagian labarotorium komputer atau hardware komputer yang lainnya yang ada dilingkungan sekolah sebagai tolak ukur spesifikasi apa yang digunakan pada hadware tersebut. Kemudian software apa saja yang telah dipakai atau dimiliki disekolah tersebut dan braiware-nya siapa saja yang memakai untuk mendukung keputusan sistem informasi manajemen disekolahan tersebut. Subjek kajian Subyek yang dilakukan oleh peneliti disini adalah melihat dari hasil keputusan yang dikelurkan dari berbagai sistem yang ada di manajemen sekolah guna mencapai keputusan yang tepat, baik dan akurat sesuai dengan visi, misi yang ada disekolah. Analisa kebutuhan sistem terbagi menjadi a. Hardware atau perangkat keras komputer adalah sebuah komponen fisik pada komputer yang digunakan oleh sistem untuk menjalankan perintah yang telah diprogramkan atau dalam arti singkatnya sebuah komponen pada komputer yang bisa disentuh, dilihat dan diraba. b. Software adalah istilah khusus untuk data yang diformat, dan disimpan secara digital, termasuk program komputer, dokumentasinya, dan berbagai informasi yang bisa dibaca, dan ditulis oleh komputer. Dengan kata lain, bagian sistem komputer yang tidak berwujud. c. Brainware adalah orang yang menggunakan, memakai ataupun mengoperasikan perangkat komputer. Seperti contoh dari brainware yaitu programmer, netter (sebutan untuk orang yang sedang melakukan surfing di internet), serta orang yang sedang menggunakan perangkat komputer. Atau definisi brainware yaitu manusia yang terlibat dalam mengoperasikan atau pemakaian serta mengatur sistem di dalam perangkat komputer Prosedur Prosedur disini adalah memastikan Integrasi komponen software, hardware dan brainware saling bekerja sama atau mengandung arti semua kelompok software, hardware dan brainware tersebut harus dapat bekerja sama secara harmonis


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 54 dalam mendukung beroperasinya sistem informasi manajemen. Brainware (user) meru-pakan personil-personil yang terlibat langsung dalam pemakaian computer, seperti sistem analis, programmer, operator, user dan lain-lain. Sedangkan hardware (perangkat keras) merupakan alat yang dipakai untuk memproses informasi seperti computer, laptop, CPU dll. Sedangkan pada software (perangkat lunak) adalah aplikasi-aplikasi apa saja yang sudah terinstal kedalam sistem computer tersebut. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data, mengobservasi, mengaudit dari data yang ada bagaimana kinerja atau peranan dari software, hardware dan brinware tersebut selama ini apakah sudah berjalan dengan baik atau belum, kalau belum harus mencari jalan keluar atau solusi dari permasalahan tesebut. Teknik analisis data Metode pengamatan data disini dinilai dari aspek penggunaan hardware, software dan brainware yang ada disekolah sudah mumpuni kah orang orang yang menjalankan semua itu, karena ini berkaitan dangan hardskil dan softskil, hardskil adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan bidang atau kemampuan yang dimiliki dengan baik dan benar sedangkan softskil adalah kemampuan atau sikap seseorang untuk melakukan suatu tugas denagn penuh tanggung jawab, disiplin, jujur, berintegritas dan lain-lain. Peneliti anak melakukan observasi atau Tanya jawab dan mengumpulkan datadata terkait dengan tugas dari masing masing - masing komponen yang berkaitan dengan peran software, hardware dan brainware guna untuk memastikan output atau keputusan yang nantinya berkualitas dan baik. Hasil dan Pembahasan Sistem mengandung arti unsur keterkaitan antar komponen-komponen, sedangkan sistem informasi mengandung arti kumpulan komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi dalam rangka menghasilkan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sehingga dalam sistem informasi manajemen dibutuhkan keseimbangan antar komponen-komponen dalam menghasilkan suatu sistem informasi sesuai dengan kebutuhannya. Sistem informasi manajemen ini juga dapat dianalogikan sebagai unsur permintaan dan penawaran seperti dalam ilmu ekonomi. Sisi permintaan merupakan permintaan akan sarana pengolahan data informasi secara cepat, akurat, detail dan relevan, sementara di sisi penawaran berupa produk-produk teknologi informasi dalam memenuhi kebutuhan akan informasi seperti software dan hardware. Keseimbangan dalam sisi permintaan dan penawaran sangat penting bagi perusahaan atau organisasi. Dimana kebutuhan perusahaan atau organisasi akan teknologi informasi sangat beragam tergantung dari jenis dan karakteristik dari perusahaan atau organisasi masing-masing. Suatu sistem informasi yang baik belum tentu harus dimiliki dengan produk-produk teknologi yang canggih,


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 55 misalnya perusahaan pengrajin dengan omset milyaran rupiah, akan tetapi berbeda dengan perusahaan manufaktur seperti perakitan mobil yang membutuhkan perangkat produk-produk teknologi canggih dalam memproses produksinya. Perkembangan informasi khususnya internet menimbulkan suatu keseimbangan antara brainware, hardware dan software. Pada saat ini internet yang merupakan hasil dari teknologi informasi memegang peranan penting bagi perusahaan khususnya perusahaan yang berorientasi pada pengembangan inovasi. Brabham (2008) dan Corrocher (2011) menyatakan perkembangan internet mengkibatkan terbentuknya suatu open innovation webbased platforms (OIPs), yaitu kolaborasi antara perusahaan-perusahaan dengan individu-individu sebagai pengembang suatu sisstem operasi serta perangkat produk teknologi informasi. Inovasi merupakan suatu keniscayaan yang harus dikembangkan oleh perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya dalam dunia usaha. Pada saat ini perusahaan mengetahui tentang potensi komunitas dari pelanggan, karyawan, rekan bisnis dan stakeholders sebagai sumber dari informasi yang bernilai guna bagi keputusan manajemen (Battistella & Nonino, 2012). Peran komunitas terhadap perusahaan sebagai sumber informasi merupakan asset yang berharga dalam menghasilkan informasi yang akurat dan bernilai bagi perusahaan (Mourillo, 2011). Dengan mengoptimalkan open innovation webbased platforms (OIPs) maka manajemen dapat memperoleh informasi yang akurat dan relevan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan dari pelanggannya (Nakki dan Antikainen, 2008). Lebih lanjut hasil pengolahan informasi yang bernilai guna bagi perusahaan atau organisasi sangat ditentukan oleh identifikasi atas sisi kebutuhan akan informasi yang akurat, detail, tepat waktu dan relevan serta atas sisi penggunaan produk-produk teknologi informasi. Becker (2002) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan di Negara Eropa mengenai bagaimana perusahaan dalam mengidentifikasi perubahan pasar dan konsumen serta kesiapan perusahaan dalam menghadapi ketidak pastian pada masa depan dan cara agar tetap bertahan pada persaingan yang sangat ketat, dalam kaitannya dengan pengolaan sistem informasi manajemen, perusahaan perlu untuk memanfaatkan komponen-komponen yang ada agar dapat menghasilkan informasi yang bernilai guna bagi perusahaan. Dengan demikian perlu adanya identifikasi terhadap kebutuhan user dalam perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Indrajit (2007) yang menyatakan bahwa perlu adanya identifikasi terhadap user agar proses sistem manajemen dapat berjalan dengan baik. Demikian pula Susanto (2004) yang menyatakan bahwa user perlu diperhatikan lebih dalam karena menyangkut penentuan masalah yang harus dipecahkan, kesempatan yang harus diambil, kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dan batasan-batasan bisnis yang harus termuat dalam sistem informasi manajemen. Leung (1996) menyatakan terdapat tujuh aspek penting dalam mengidentifikasikan kebutuhan user yaitu; 1. understanding the business,


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 56 2. find out what the users want, 3. beware what the users tell you, 4. select appropriate interview schedule, 5. don’t bring I/T into conversation, 6. don’t forget the operational site, dan 7. get ready to document everything. Mengetahui kebutuhan users dalam akan meningkatkan keberhasilan dalam melak-sanakan sistem informasi manajemen untuk menghasilakan informasi yang bernilai guna tinggi dalam rangka pengambilan keputusan. Peranan brainware dalam sistem informasi manajemen dapat dilihat dari penggunaan asset tenologi informasi. Ross et al., dalam Indrajit (2007) menyatakan bahwa hasil risetnya terhadap perusahaan di Amerika terdapat 3 aset penting agar perusahaan dapat memenangkan persaingan dalam persaingan usaha yaitu sumber daya manusia, teknologi dan relasi yang biasa di sebut dengan the three information technology assets (Ross et al. 1995, Gambar 1). Pada Gambar 1 dapat dilihat terdapat Aset Sumber daya manusia, berupa para staff penanggung jawab dan pengembangan teknologi diperusahaan. Aset Teknologi, merupakan seluruh infrastruktur teknologi informasi yang meliputi hardware dan software. Aset relasi, yaitu hubungan teknologi informasi dengan para pemegang manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan. Lebih lanjut Indrajit (2007) menyatakan dalam aset sumber daya manusia perlu untuk memperhatikan keahlian teknis, pengetahuan bisnis dan orientasi pada pemecahaan masalah karena kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknis merupakan critical factor dalam perusahaan atau instansi atas pesatnya kemajuan teknologi informasi. Aset teknologi merupakan tulang punggung bagi perusahaan atau instansi agar ter-cipta integrasi sistem informasi dengan biaya seefektif mungkin baik untuk pengem-bangan, operasional maupun pemeliharaan. Dalam hal aset relasi berhubungan de-ngan membagi resiko dan tanggung jawab dalam kaitannya dengan membangun hubungan dengan teknologi informasi. Senada dengan itu Romero dan Molina (2011) menemukan bahwa kolaborasi network perusahaan dengan pelanggan sangat berpengaruh terhadap penciptaan nilai perusahaan dalam meningkatkan innovasi khususnya terhadap produk teknologi informasi serta metode dalam melakukan iden-tifikasi terhadap ekosistem lingkungan bisnis sangat berpengaruh erat dalam meng-hasilkan informasi yang bernilai guna bagi perusahaan. Dengan demikian dapat di-pahami bahwa komponen brainware ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan da-ri komponen lainnya dalam suatu sistem informasi manajemen sebagai hasil dari per-encanaan, analisis, perancangan, dan strategi implementasi yang didasarkan pada transformasi informasi diantara sumber daya manusia yang terlibat dalam perusahaan. Keterlibataan ini berkaitan dengan pemantau, pengoperasian, dan penggunaan sistem informasi yang memberikan dampak pada manajemen serta ikut dalam menentukan tingkat kesuksesan perusahaan untuk memperoleh sustainable


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 57 competitive advantages. Berdasarkan pada pembahasan diatas maka penulis mengajukan proposisi sebagai berikut; Software, hardware dan brainware berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan sistem manajemen informasi dalam rangka menghasilkan informasi yang akurat, detail, tepat waktu dan relevan sesuai dengan tujuan perusahaan atau sekolah untuk memperoleh sustainable competitive advantages. Gambar 1. Ilustrasi grafis the three-information technology assets (Ross et al., 1995) Kesimpulan Software, hardware, dan brainware merupakan salah satu dari komponen dalam sis-tem informasi manajemen. Keberhasilan sistem informasi manajemen dalam mengha-silkan informasi yang akurat, detail, tepat waktu dan relevan sangat bergantung dari komponen-komponen tersebut. Analisis gap terhadap sistem infomasi manajemen yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi dapat meminimalisir kesenjangan tersebut. Sehingga tujuan perusahaan atau organisasi dalam pelaksanaan sistem informasi manajemen dapat tercapai dengan maksimal dan bernilai guna tinggi. Dengan demikian peranan software, hardware dan brainware yang merupakan salah satu komponen sistem informasi manajemen sangat penting untuk diperhatikan dan diperlakukan sama pentingnya dengan komponen yang lainnya dalam menghasilkan informasi yang berguna bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Persantunan Penulis menyampaikan terimakasih kepada BPPMPV KPTK dapat memfasilitasi penyusunan karya tulis ilmiah ini.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 58 Daftar Pustaka Battistella, C., Nonino, F,. (2012). Open innovation web-based platforms: The impact of different forms of motivation on collaboration. Innovation: Management, Policy & Practice. 14(4), 557-575. Becker, P., (2002). Corporate foresight in Europe: A first overview. Institute for Science and Technology Studies. Retrieved ftp://ftp.cordis.europa.eu/pub/foresight/docs/st_corporate_for esight_040109.pdf Brabham, D, C., (2008). Crowdsourcing as a model for problem-solving: An introduction and cases. Convergen: The International Journal of Research into New Media Technologies. 14(1), 75-90. Corrocher, N., (2011). The adoption of Web 2.0 services: An empirical investigation. Technological Forecasting and Social Change. 78(4), 547-558. Sutanta E. (2009). Konsep dan implementasi E-learning. Yogyakarta: IST Akprind. Indrajit, R, E., (2007). Pengantar Konsep Dasar: Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 215 p. Leung, L., (1996). Computing. September 12 Edition. Romero, D,. Molina, A., (2011). Collaborative networked organizations and customer communities: Value cocreation and co-innovation in the networking era. Production Planning and Control. 22(56),477-472. Ross JW, Beath CM, Goodhue DL. 1995. Developing long-term competitiveness through information technology assets. Cambride: MIT. 1-24 Susanto, A. (2004). Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya. Bandung: Penerbit Lingga Jaya. Informasi Artikel Konflik kepentingan: Penulis menyampaikan bahwa tidak teradapat konflik kepentingan. Catatan Editor: Jurnal Oase Nusantara bersikap netral berkaitan dengan konflik atau klaim informasi dan data yang digunakan dalam setiap artikel yang diterbitkan, termasuk yurisdiksi dan afiliasi institusi. Hak cipta: © Penulis (tim), 2022. Diterbitkan oleh BPPMPV KPTK melalui Tim Editor Jurnal Oase Nusantara. Menyunting artikel ini: Setiawan, H. (2022) Peran software, hardware dan brainware dalam sistem informasi manajemen sekolah. Jurnal Oase Nusantara 1(1): 51-58.


ISSN: 2829-3290 (cetak) Pengaruh penerapan kombinasi model flip classroom dan projectbased learning pada pelatihan upskilling guru kejuruan berstandar industri Yopi Sopian Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BBPMPV KPTK), Jl. Diklat No. 30, Pattallassang, Gowa, Sulawesi Selatan, 92171. Abstrak Dampak pandemi covid-19 mendorong pelaksanaan pelatihan upskilling guru kejuruan berstandar industri dengan menggunakan moda blended learning dengan mengkombinasikan moda Dalam Jaringan (Daring) dan moda tatap muka yang terdiri dari pelatihan dan magang industri. Penerapan kombinasi model flipped classroom dan project-based learning menjadi solusi pada pelaksanaan pelatihan, sebagai subjek penelitian adalah guru yang mengikuti pelatihan upskilling guru kejuruan. Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh penerapan model flipped classroom dan project-based learning terhadap hasil pelatihan dengan memanfaatkan hypermedia pembelajaran dan e-pembelajaran. Metode penelitian dengan melaksanakan eksperimen, variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi adalah X1 model flipped classroom dan X2 yaitu model projectbased learning, sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi adalah Y hasil pelatihan. Untuk hasil hasil pelatihan pengetahuan menggunakan tes melalui soal tes awal dan tes akhir, hasil pelatihan keterampilan melalui uji kompetensi keahlian oleh LSP P3. Berdasarkan pengolahan data semua variabel berditribusi normal dan berkorelasi secara signifikan. Berdasarkan analisis data memberikan gambaran informasi bahwa pelaksanaan pelatihan program upskilling di kelas yang menerapkan kombinasi model pembelajaran flipped classroom dan project-base learning sangat sukses dengan ditandainya peningkatan hasil pelatihan sebesar 95,6%, juga keterampilan meningkat dengan dinyatakan 100% kompeten oleh LSP P3. Kata kunci: blended learning, link and match, uji kompetensi, sertifikasi Pendahuluan Perubahan kondisi tatanan kehidupan baru pada semua lini kehidupan akibat pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid – 19) mendorong kita untuk merespon dengan baik dan bijak. Tidak terbayangkan sebelumnya, secara global mengalami krisis. Pemerintah Indonesia di awal pandemi, mengeluarkan Diterima 17/03/2022 Direview 20/03/2022 Disetujui 03/04/2022 Korespondensi: Yopi Sopian, email: [email protected] Distributed under creative commons CC-BY 4.0 OPEN ACCESS


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 60 kebijakan untuk beraktifitas di rumah, mahasiswa belajar dari rumah, dosen mengajar dari rumah, pelatihan dilaksanakan secara Dalam Jaringan (Daring), bahkan pekerja kantor melaksanakan pengaturan Work from Home (WFH) dan Work from Office (WFO). Kebijakan juga berdampak pada pola pelatihan program upskilling guru kejuruan dengan menerapkan moda blended learning yaitu moda daring dan moda tatap muka yang terdiri dari pelatihan dan magang industri (Azhar, 2020; Arif & Azhar, 2021). Pendidikan yang merupakan aspek penting sebuah negara untuk menyiapkan generasi yang unggul sangat berdampak, sebagai garda terdepan pembelajaran, pengajar pada pelatihan harus mengembangkan desain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tapi tetap menjaga kualitas hasil belajar, efektivitas dan efisensi pembelajaran (Putra et al., 2020). Tidak mudah melaksanakan pembelajaran secara daring dengan kondisi budaya belajar mengajar yang belum terbiasa, psikologis peserta pelatihan tertekan karena faktor kejenuhan dalam pembelajaran yang kurang menyenangkan. Terlebih faktor sarana prasarana dan akses terhadap jaringan internet (Saefulmilah & Saway, 2020; Widodo & Nursaptini, 2020). Reigeluth & Merril (2016), mengklasifikasikan desain pembelajaran menjadi tiga variabel yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran menjadi faktor yang mempengaruhi terhadap penerapan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang timbul dan sesuai pendapat dari Reigeluth dan Merril (Reigeluth, Empowerment, & Choice, 2014), bahwa manipulasi variabel metode pembelajaran dalam interaksinya dengan variabel kondisi pembe-lajaran akan menentukan kualitas hasil pembelajaran, maka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah RPL perlu mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai. Goodman & Stiver (2010) dalam (Nurhayati, 2015), menyampaikan bahwa pendekatan Project-based Learning (PjBL) dapat menciptakan lingkungan belajar konstruktivis dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri dan pendidik menjadi fasilitator. Sedangkan Made Wena (Nurhayati, 2015) menyatakan bahwa model PjBL adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk bekerja secara mandiri. Metode pembelajaran lainnya yang sudah teruji efektif dalam pembelajaran jarak jauh sebagai solusi belajar pada masa pandemi covid – 19 adalah model flipped classroom. Menurut (Johnson, 2013), flipped classroom merupakan model pembelajaran yang meminimalkan pengajaran langsung dari pendidik, tetapi


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 61 memaksimalkan pengajaran tidak langsung dengan dukungan materi yang dapat diakses secara daring oleh peserta didik. Flipped classroom mempunyai kelebihan juga kekurangan, salah satu kekurangannya adalah terkait akses koneksi internet untuk mengakses video, terutama apabila filenya berukuran besar.. Hasil dari proses pembelajaran adalah mendapatkan kualitas pembelajaran yang optimal, karena itu penelitian yang dilaksanakan mengkombinasikan model PjBL dengan flipped classroom menjadi suatu model pembelajaran pada pelatihan program upskilling guru kejuruan tahun 2021, adapun untuk pembelajaran daring dibuatkan Learning Manajement System (LMS) yang didesain sebagai ePembelajaran secara asynchronous dan synchronous. Penerapan kombinasi flipped classroom dan PjBL dimulai dengan pembelajaran secara asynchronous dimana diberikan materi pada LMS berupa modul, paparan, dan video pembelajaran. Pada saat synchronous dilaksanakan tatap maya melalui zoom untuk pembahasan dan diskusi diberikan project untuk dilaksanakan pada saat tatap muka di kelas. Metode Riset Metode penelitian adalah eksperimen, variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi adalah X1 model flipped classroom dan X2 yaitu model project-based learning, sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi adalah Y hasil pelatihan seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Variabel penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini. Hasil pelatihan berupa meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan. Hasil penelitian berupa pengetahuan dilaksanakan tes pengetahuan melalui soal tes awal dan akhir, hasil pelatihan berupa keterampilan dilaksanakan melalui Uji Kompetensi Keahlian (UKK) oleh Lembaga Sertifkasi Profesi Pihak 3 (LSP P3). Desain penelitian dirumuskan sebagai pada Tabel 1. Tabel 1. Desain Penelitian X: model pembelajaran, O1: test awal, O2: Test akhir kelas, Y: hasil pelatihan, O3: asesmen mandiri, O4: uji kompetensi keahlian. Objek Penelitian Subjek Penelitian Desain Penelitian Hasil pelatihan Kelas eksperimen Pengetahuan: X O1 O2 Y Keterampilan: X O3 O4 Y


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 62 Desain penerapan model project-based learning dengan flipped classroom pada pelatihan program upskilling guru kejuruan ditunjukan seperti pada Gambar 2. Pembelajaran daring dilaksanakan dengan memanfaatkan LMS yang didesain sebagai e-Pembelajaran dengan activity disesuaikan penerapan model pembelajaran dan hypermedia yang menghubungkan ke beberapa aplikasi seperti zoom untuk tatap maya dan aplikasi absensi peserta. Populasi menurut Nursalam (2003) dalam Fikriyah & Febrijanto (2012) adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti, sedangkan menurut Zuriah (2009) dalam Gerhani et al. (2015), populasi yaitu seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Populasi pada penelitian adalah keseluruhan guru yang mengikuti pelatihan program upskilling guru yang dilaksanakan oleh Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPMPV KPTK). Gambar 2. Model pelatihan penerapan PjBL dan flipped classroom yang diterapkan dalam penelitian ini. Sampel menurut Arikunto (2006) dalam Amir (2015) adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang akan diteliti, sedangkan menurut Sugiyono (2008) dalam Yuni (2016) sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel penelitian adalah guru yang melaksanakan pelatihan upskilling program keahlian Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (TJKT) sebanyak dua puluh orang. Teknik pengumpulan data penelitian untuk penerapan model pembelajaran dengan observasi langsung melalui instrumen observasi, sementara untuk hasil pelatihan melalui tes awal, tes akhir, dan uji kompetensi. Data yang diperolah akan dianalisis menggunakan teknik analisis data kuantitatif statistik melalui uji normalitas data, untuk menghitung hubungan variabel menggunakan rumus korelasi product moment, dan untuk menghitung pengaruh yang signifikan


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 63 menggunakan uji koefiensi determinasi. Untuk UKK yang dilaksanakan oleh LSP P3 dianalisis berdasarkan nilai prosentase jumlah peserta yang direkomendasikan dan dinyatakan kompeten. Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan pelatihan dan penelitian berjalan dengan baik dan lancar, berikut hasil dan pembahasannya. Hasil uji normalitas data Uji normalitas menggunakan aplikasi STATCAL dengan metode KolmogorovSmirnov test. Data yang diuji sebanyak 4 data yaitu data hasil observasi variabel X1, X2, data tes awal, dan tes akhir. Hasil simulasi STATCAL (Lampiran 1) menunjukan data hasil observasi penerapan X1 bahwa nilai statistik KolmogorovSmirnov () adalah 0,158, nilai kritis Kolmogorov-Smirnov dengan n = 20 dan tingkat signifikansi α = 0,05 () adalah 0,294, () < () maka berdistribusi normal. Data hasil observasi penerapan X2 bahwa = 0,158 , = 0,294, sehingga () < () maka berdistribusi normal. Data hasil tes awal bahwa = 0,155 , = 0,294, () < () maka berdistribusi normal. Data hasil tes akhir bahwa = 0,250 , = 0,294, () < () maka berdistribusi normal. Hasil uji normalitas ditunjukan pada Gambar 3. Uji korelasional data antar variabel Keluaran aplikasi STATCAL memperlihatkan kesimpulan hasil statistik deskriptif dari 4 sampel data yang diteliti. Hasil uji korelasional menggunakan pearson product moment terdapat pada Lampiran 2. Gambar 3. Histogram hasil uji normalitas data. Korelasi antara penerapan model PjBL dengan tes awal diaman r = 0,606, PjBL dengan tes akhir dimana r = 0,666, sementara PjBL dengan flipped classroom dimana r = 0.932, tingkat signifikansi α = 0,05 () = 0,423 sehingga berada daerah signifikan, keempat variabel berkorelasi signifikan.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 64 Korelasi antara penerapan model flipped classroom dengan tes awal dimana r = 0,651 dan flipped classroom dengan tes akhir dimana r = 0,703, tingkat signifikansi α = 0,05 () = 0,423 sehingga berada daerah signifikan, ketiga variabel berkorelasi signifikan. Korelasi antara tes awal dengan tes akhir dimana r = 0,977, tingkat signifikansi α = 0,05 () = 0,423 sehingga berada daerah signifikan, kedua variabel berkorelasi signifikan. Uji koefisien determinasi Keluaran aplikasi STATCAL memperlihatkan kesimpulan hasil statistik deskriptif dari 4 sampel data yang diteliti. Hasil uji koefisien determinas menggunakan regresi lenier terdapat pada Lampiran 3. Koefisien determinasi X1 terhadap Y adalah = 0,495, maka disimpulkan pengaruh penerapan model flipped classroom terhadap hasil pelatihan sebesar 59,5%. Koefisien determinasi X2 terhadap Y adalah = 0,444, maka disimpulkan pengaruh penerapan model project-base learning terhadap hasil pelatihan sebesar 44,4%. Koefisien determinasi X1 dan X2 terhadap Y adalah = 0,956, maka disimpulkan pengaruh penerapan model flipped classroom dan project-base learning terhadap hasil pelatihan sebesar 95,6% Hasil uji kompetensi keahlian Hasil UKK yang direkomendasikan oleh LSP P3 sejumlah 20 peserta dari 20 peserta dinyatakan kompeten sehingga sebesar 100% kompeten, dapat disimpulkan hasil pelatihan keterampilan peserta meningkat secara sangat signifikan. Pengaruh penerapan model pembelajaran Hasil dari pengolahan dan analisis data memberikan gambaran informasi bahwa pelaksanaan pelatihan program upskilling di kelas yang menerapkan kombinasi model pembelajaran flipped classroom dan project-base learning sangat sukses dengan ditandainya peningkatan hasil pelatihan sebesar 95,6%, juga keterampilan meningkat dengan dinyatakan 100% kompeten oleh LSP P3. Hasil penelitian menunjukan penerapan kombinasi model pembelajaran flipped classroom dan project-base learning sangat sesuai untuk pelatihan dengan pola blended learning kombinasi antara daring, tatap muka, dan magang industri, juga sesuai dengan beberapa literatur dimana pelatihan dengan peserta guru yang secara dasar harusnya sudah menguasai materi, maka pembelajaran yang diterapkan secara andragogik, sehingga model pembelajaran yang sesuai adalah yang memantik guru bisa belajar secara mandiri seperti model flipped classroom. Model project-base learning memberikan dorongan pada peserta pelatihan guru yang telah menguasai materi untuk melaksanakan kolaborasi dalam mencapai target project secara kelompok sehingga terjadi sharing ilmu, pengetahuan, dan pengalaman diantara peserta yang menambah peningkatan pengetahuan, keterampilan, terlebih lagi sikap untuk saling membantu antara sesame anggota kelompok mencapai target kompetensi yang ditetapkan yaitu dinyatakan kompeten oleh asesor dari LSP P3.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 65 Hasil penelitian ini mendorong penerapan kombinasi model pembelajaran flipped classroom dan project-base learning dengan pola pelatihan blended learning kombinasi antara daring, tatap muka, dan magang industri untuk tetap dikembangkan lagi supaya lebih sempurna pada pelatihan di BPPMPV KPTK. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan sebagai berikut: Hasil dari pengolahan data bahwa semua variabel berdistribusi normal dan berkorelasi secara signifikan. Bedasarkan analisis data memberikan gambaran informasi bahwa pelaksanaan pelatihan program upskilling di kelas yang menerapkan kombinasi model pembelajaran flipped classroom dan project-base learning sangat sukses dengan ditandainya peningkatan hasil pelatihan sebesar 95,6%, juga keterampilan meningkat dengan dinyatakan 100% kompeten oleh LSP P3. Persantunan Penulis menyampaikan terimakasih kepada editor Jurnal Oase Nusantara atas undangannya untuk dapat berkontribusi pada edisi perdana ini. Daftar Pustaka Afriana (2015). Project-based Learning (PjBL). [Makalah] Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 35 p. Amir, M.F. (2015). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (pp. 34-42). Arif, Z., & Azhar, A. (2021). Covid-19 Pandemic: Impact on skill improvement of the Indonesian teachers in using online learning applications. ELS Journal on Interdisciplinary Studies in Humanities 4(4): 400-412. Azhar, A. 2020. Changes in Cost Incurred by Indonesian Teachers for Online Training during Covid-19 Pandemic. Populasi, 28(2): 18-31. Enfield, J. (2013). Looking at the impact of the flipped classroom model of instruction on undergraduate multimedia students at CSUN. TechTrends, 57(6): 14-27. Fikriyah, S. & Febrijanto, Y. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal stikes, 5(1): 99-109. Gerhani, K.A., Sujana, I.W., & Suniasih, N.W. (2015). Pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pengetahuan IPS tema cita-citaku siswa kelas IV ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru di SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat. MIMBAR PGSD Undiksha, 3(1). Grant, M.M., (2002). Getting a grip on project-based learning: Theory, cases and recommendations. Meridian: A middle school computer technologies journal 5(1): 83. Job, M. A., & Ogalo, H. S. (2012). Micro learning as innovative process of knowledge strategy. International journal of scientific & technology research 1(11): 92-96. Johnson, G.B., (2013). Student perceptions of the flipped classroom (Doctoral dissertation, University of British Columbia). Joko, P., Rijanto, T. (2021). Studi Literatur: Meta Analisis Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Meningkatkan Kreativitas. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro 10(10): 89-98.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 66 Nurhayati AS, Harianti, D. (2015). Model Pembelajaran Project-based Learning (PjBL). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Putra, S., Widyaswari, S.G., Azhar, A., Puspitasari, R.D., Parmino, D.V. (2020). Dampak Pelatihan Berbasis Kompetensi Bagi Guru Kejuruan Bidang Kemaritiman di Indonesia. Jurnal Widyaiswara Indonesia 1(3): 120-129. Reigeluth, C.M. (1979). In search of a better way to organize instruction: The elaboration theory. Journal of Instructional Development 2: 8–15. https://doi.org/10.1007/BF02984374 Reigeluth, C.M., & Merrill, M.D., (1979). Classes of instructional variables. Educational Technology, 19(3): 5-24. Reigeluth, C.M., (1999). What is instructional-design theory and how is it changing. Instructional-design theories and models: A new paradigm of instructional theory 2: 5- 29. Saefulmilah, R. M. I., & Saway, M. H. M. (2020). Hambatan-hambatan pada Pelaksanaan Pembelajaran Daring di SMA Riyadhul Jannah Jalancagak Subang. NUSANTARA 2(3): 393-404. Suryaningsih, Y. (2017). Korelasi Hasil Belajar Mata Kuliah Aljabar Linear Elementer Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Berdasarkan Mata Kuliah Prasyarat. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2): 118-125. Vermana, L., & Zuzano, F., (2018). Peningkatan hasil belajar persamaan diferensial mahasiswa pendidikan matematika dengan model pembelajaran flipped classroom. Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2): 23-34. Wagner, T., (2008). Rigor redefined. Educational leadership, 66(2), pp.20-24. Widodo, A., & Nursaptini, N. (2020). Problematika pembelajaran daring dalam perspektif mahasiswa. ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar 4(2): 100-115. Yindi, C. (2019). Keefektifan Flipped Classroom dan Discovery Learning Model Terhadap Kemandirian Belajar. [Skripsi] Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 66 halaman. Informasi Artikel Konflik kepentingan: Penulis menyampaikan bahwa tidak teradapat konflik kepentingan. Catatan Editor: Jurnal Oase Nusantara bersikap netral berkaitan dengan konflik atau klaim informasi dan data yang digunakan dalam setiap artikel yang diterbitkan, termasuk yurisdiksi dan afiliasi institusi. Hak cipta: © Penulis (tim), 2022. Diterbitkan oleh BPPMPV KPTK melalui Tim Editor Jurnal Oase Nusantara. Menyunting artikel ini: Sopian, Y. (2022). Pengaruh penerapan kombinasi model flip classroom dan project-based learning pada pelatihan upskilling guru kejuruan berstandar industri. Jurnal Oase Nusantara 1(1): 59-68.


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 67 Lampiran 1. Tabel uji normalitas Lampiran 2. Hasil uji korelasional antar variabel row.names Variable Statistic of Kolmogorov-Smirnov (KS) P-Value of KS (Asymptotic Approach) N 1 TES AWAL 0,155 0,719 20 2 TES AKHIR 0,25 0,164 20 3 FLIP CLASS 0,158 0,704 20 4 PJBL 0,158 0,704 20 row.names Correlation Degree of Freedom (df) T Statistic Pearson Correlation P-Value 1 PJBL & TES AKHIR 18 3,78936 0,66614 0,00134 2 FLIP CLASS & TES AKHIR 18 4,19555 0,70315 0,00054 row.names Correlation Degree of Freedom (df) T Statistic Pearson Correlation P-Value 1 FLIP CLASS & TES AWAL 18 3,64091 0,65124 0,00187 2 PJBL & TES AWAL 18 3,23023 0,60577 0,00464 row.names Correlation Degree of Freedom (df) T Statistic Pearson Correlation P-Value 1 FLIP CLASS & PJBL 18 10,95218 0,93248 0 row.names Correlation Degree of Freedom (df) T Statistic Pearson Correlation P-Value 1 TES AWAL & TES AKHIR 18 19,77491 0,97775 0


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 68 Lampiran 3. Hasil uji regresi koefisien determinasi a. Koefisien determinasi pengaruh penerapan model flipped classroom terhadap hasil pelatihan b. Koefisien determinasi pengaruh penerapan model project-base learning terhadap hasil pelatihan c. Koefisien determinasi pengaruh penerapan kombinasi flip classroom dan PjBL terhadap hasil pelatihan Variable Min Max Mean Standard Deviation (sd) mean-sd mean+sd n Coefficient of Variation TES AKHIR 70 100 80 9,4591 70,5409 89,4591 20 0,1182 FLIP CLASS 50 90 70,5 15,035 55,465 85,535 20 0,2133 Variable Min Max Mean Standard Deviation (sd) mean-sd mean+sd n Coefficient of Variation TES AKHIR 70 100 80 9,4591 70,5409 89,4591 20 0,1182 PJBL 50 90 69,5 15,035 54,465 84,535 20 0,2163 Variable Min Max Mean Standard Deviation (sd) mean-sd mean+sd n Coefficient of Variation TES AKHIR 70 100 80 9,4591 70,5409 89,4591 20 0,1182 TES AWAL 30 70 46,5 13,0888 33,4112 59,5888 20 0,2815


ISSN: 2829-3290 (cetak) Pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran membaca Irlidiya Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BBPMPV KPTK), Jl. Diklat No. 30, Pattallassang, Gowa, Sulawesi Selatan, 92171. Abstrak Permasalahan dalam makalah ini adalah bagaimana pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran membaca permulaan. Dari hasil perbincangan dengan guru kelas satu sekolah dasar, salah satu keluhan guru adalah rendahnya kemampuan membaca siswa pada tahap awal. Disesuaikan dengan konteks pembelajaran saat ini, maka salah satu media yang tepat untuk digunakan dalam mengajar siswa membaca pada tahap permulaan adalah media berbasi teknologi informasi dan komunikasi. Kesimpulan dari makalah ini adalah dengan memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi akan meningkatkan kompetensi baik guru maupun siswa. Kata kunci: kompetensi, literasi, media pembelajaran, pedagogik, pendidik Pendahuluan Negara maju seperti Finlandia, Amerika, Jepang, Australia, Prancis dan sebagainya ditandai dengan berkembangnya budaya baca yang tinggi pada masyarakatnya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hartonian dalam Harras (1997) bahwa: “If we want to be a super power, we must have individuals with much higher levels of literacy” (Terjemahan: apabila kita ingin menjadi bangsa adidaya maka kita harus memiliki lebih banyak lagi masyarakat yang berkemampuan yang tinggi dalam hal literasi atau baca-tulis). Merujuk hasil studi internasional tentang membaca anak sekolah dasar di seluruh dunia menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan ke empat dari bawah dari 45 negara. Data ini diperoleh dari hasil penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2009 yang disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement. Rendahnya ke-mampuan membaca siswa sekolah dasar ini disebabkan oleh lemahnya pembe-lajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca. Ironisnya, bahwa muara dari lemahnya pembelajaran membaca ditengarai oleh kemampuan guru dan kondisi sekolah. Mencermati Diterima 07/02/2022 Direvisi 10/02/2022 Disetujui 05/03/2022 Korespondensi: Irlidiya, email: [email protected] Distributed under creative commons CC-BY 4.0 OPEN ACCESS


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 70 hal di atas, maka sekolah sangat berperan di dalam menumbuhkan budaya literasi peserta didiknya. Agar hal itu dapat tercapai, maka posisi pembelajaran bahasa menjadi sangat penting. Kurikulum apapun yang digunakan, upaya untuk menumbuhkan budaya literasi sa-ngat diperlukan. Salah satu budaya literasi yang penting untuk ditumbuhkan adalah kegiatan membaca (Indriyani et al., 2019). Kegiatan membaca pada tahap awal disebut membaca permulaan. Kemampuan permulaan ini merupakan bekal utama bagi anak-anak untuk dapat memahami pelajaran lain yang diberikan di sekolah, juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca pada tingkat lanjut. Beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang lancar membaca di kelas awal khu-susnya siswa yang berada di pelosok desa, di antaranya: (a) pada umumnya siswa tidak berasal dari Taman Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PA-UD), (b) jumlah siswa di dalam kelas terlalu banyak, dan (c) guru kurang kreatif merancang pembelajaran khususnya pembuatan media pembelajaran. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru agar siswa dapat membaca dengan baik, tetapi pada kenyataannya masih banyak ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca. Hal ini diungkapkan oleh guru yang mengajar di kelas awal (Kahrizmi, 2021; Mardika, 2019). Di dalam melaksanakan pembelajaran membaca permulaan, terdapat beberapa masalah yang dirasakan oleh guru. Salah satu permasalahan itu adalah kekurangan media/alat bantu pembelajaran membaca permulaan. Selain itu, kendala utama yang dirasakan adalah masih kurangnya pengetahuan tentang inovasi pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengajarkan materi pelajaran Bahasa Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, seorang guru dituntut menguasai berbagai pendekatan dan teknik mengajar, terutama dalam melatih siswa untuk membaca (lihat Irdawati et al., 2014; Islamiyah et al., 2022). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran membaca permulaan perlu dirancang, baik menyangkut materi, metode, maupun media pembelajaran yang akan digunakan. Media pembelajaran Salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaraan adalah media (Nurita, 2018; Pakpahan et al., 2020). Melalui penggunaan media, proses pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu, penggunaan media juga dapat memperjelas pesan yang akan disampaikan. Kemampuan memilih media pembelajaran yang tepat bagi siswanya merupakan salah satu tugas dan tanggungjawab guru profesional. Guru yang profesional akan selalu tanggap terhadap kebutuhan belajar siswanya, serta menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk membaca. Guru harus berusaha menciptakan atmosfir pembelajaran yang dapat membuat siswa merasakan kegiatan membaca sebagai suatu yang menyenangkan (Safitri & Dafit, 2021).


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 71 Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma pembe-lajaran di sekolah mutlak mengalami perubahan (Ibda & Rahmadi, 2018). Pencapaian mutu pendidikan akan sulit dicapai jika proses pembelajaran yang dilakukan di kelas masih menggunakan cara tradisional. Berbagai inovasi menjadi sebuah keharusan di dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas (Fahmi et al., 2020). Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan bergantung sejauh mana proses pembelajaran yang dirancang dan dilaksana-kan secara profesional. Menurut Muslimin (2011) salah satu upaya dalam meningkatan kualitas pengajaran dapat dilakukan dengan melaksanakan inovasi pembelajaran dengan memanfaat-kan alat teknologi yaitu information communication technology (ICT) yang atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Memerhatikan kondisi sekarang ini, sangat diperlukan pendekatan multistrategi termasuk memanfaatkan sumber belajar dan teknologi yang memadai, hal ini sejalan konsep kecakapan Abad 21 yang menekankan penggunaan TIK. Kegiatan “membaca” di abad ini menurut bukan hanya sebatas membaca bukubuku cetak. Pada era teknologi ini, di negara yang telah maju kegiatan membaca dilakukan melalui media elektronik. Materi-materi elektronik dapat memasukkan unsur-unsur multimedia, seperti suara dan klip video yang tidak dapat dihadirkan dalam buku-buku cetak. Pemahaman tradisional tentang melek aksara (literacy) sebagai kemam-puan untuk membaca dan menulis jauh dari cukup. Melek aksara ini perlu menghu-bungkan antara kemampuan membaca dan menulis dengan teknologi baru, yaitu kemampuan memroses informasi elektronik. Konsep melek huruf mesti diperbaiki untuk merespon kebutuhan dan tuntutan masyarakat informasi. Bodomo dan Lee (2002) lebih lanjut mengusulkan pendekatan “peka teknologi” pada literasi dalam studi mereka tentang bentuk-bentuk perubahan bahasa di era informasi. TIK dan Pembelajaran Kedepan Sehubungan dengan berbagai pernyataan tersebut menurut hemat penulis, salah satu media pembelajaran membaca yang perlu diterapkan untuk pembaca pemula di sekolah dasar adalah pembelajaran membaca dengan memanfaatkan TIK (Saleh, 200; Warsihnah, 2016). Sejalan dengan hal ini, Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah bahwa dalam penyusunan RPP guru diharuskan mampu menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). TIK dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di ruang kelas dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kurikulum. Jadi, fungsinya membantu proses pembelajaran agar menjadi lebih efektif dan lebih bermakna. Dengan mengintegrasikan TIK dalam kegiatan pembelajaran menurut Gora (2009) guru dan siswa dapat mengeksplorasi kegiatan belajar dan mengajar secara efektif dan efisien. Pembelajaran di kelas awal ini ini dikemas dalam


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 72 Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komu-nikasi (Pakematik). Oleh karena itu, keberadaan TIK mempunyai potensi yang besar dalam peningkatan mutu Pendidikan (Budiman, 2017). Pemanfaatan TIK yang dimaksudkan adalah penggunaan multimedia interaktif, sehingga proses pembelajaran yang dikembangkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat ini (Amra, 2016; Yazdi, 2012). Persantunan Penulis menyampaikan terimakasih kepada editor Jurnal Oase Nusantara atas undangannya untuk dapat berkontribusi dalam terbitan perdana. Daftar Pustaka Amra, A. (2016). Profesionalisme Guru untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Era Teknologi Informasi. Ta'dib, 14(2): 170-180. Bodomo, A.B. (2009). Computer-Mediated Communication for Linguistic and Literacy: Technology and Natural Language Education. New York: Information Science Reference. Budiman, H. (2017). Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan. AlTadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 8(1): 31-43. Fahmi, F., Syabrina, M., Sulistyowati, S., & Saudah, S. (2020). Strategi Guru Mengenalkan Konsep Dasar Literasi di PAUD Sebagai Persiapan Masuk SD/MI. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5(1): 931-940. Gora, Winastwan & Sunarto. (2010). Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elex Media Computindo. Ibda, H., & Rahmadi, E. (2018). Penguatan literasi baru pada guru madrasah ibtidaiyah dalam menjawab tantangan era revolusi industri 4.0. JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education 1(1): 1-21. Indriyani, V., Zaim, M., Atmazaki, A., & Ramadhan, S. (2019). Literasi baca tulis dan inovasi kurikulum bahasa. KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya 5(1): 108-118. Irdawati, I., Yunidar, Y., & Darmawan, D. (2014). Meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar kelas 1 di MIN Buol. Jurnal Kreatif Online, 5(4): 1-14. Islamiyah, N., Aziz, S. A., Tarman, T., Nadira, N., & Thaba, A. (2022). Pengaruh model pembelajaran kooperatif scrambel berbantuan media puzzle terhadap kemampuan membaca permulaan Bahasa Indonesia murid sekolah dasar. Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 18(1): 116-129. Kharizmi, M. (2021). Kesulitan siswa sekolah dasar dalam meningkatkan kemampuan literasi. Jurnal Ragam 2(3): 102-108. Mardika, T. (2019). Analisis Faktor-faktor Kesulitan Membaca Menulis dan Berhitung Siswa Kelas 1 SD. Dinamika Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 10(1): 28-33. http://dx.doi.org/10.30595/dinamika.v10i1.4049


Jurnal Oase Nusantara Vol 1. No 1 (2022) 73 Muslimin (2011). Perlunya Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya 1(1): 5. Nurrita, T. (2018). Pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari'ah dan Tarbiyah 3(1): 171-187. Pakpahan, A. F., Ardiana, D. P. Y., Mawati, A. T., Wagiu, E. B., Simarmata, J., Mansyur, M. Z., Ili, L., Purba, B., Chamidah, D., Kaunang, F.J., Jamaluddin, & Iskandar, A. (2020). Pengembangan media pembelajaran. Yayasan Kita Menulis. 182 halaman. Pratiwi, I. M., & Ariawan, V. A. N. (2017). Analisis kesulitan siswa dalam membaca permulaan di kelas satu sekolah dasar. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan 26(1), 69-76. Rusman, dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rahmat, Acep. (2013). Desain Aplikasi Belajar Membaca untuk Anak Berbasis Multimedia. Safitri, V., & Dafit, F. (2021). Peran Guru dalam Pembelajaran Membaca dan Menulis Melalui Gerakan Literasi di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu 5(3): 1356-1364. Saleh, A. R. (2006). Peranan Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kegemaran Membaca dan Menulis Masyarakat. Jurnal Pustakawan Indonesia 6(1): 46-49. Tim Penyusun Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan BPSDMPK. Warsihna, J. (2016). Meningkatkan literasi membaca dan menulis dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan 4(2): 67-80. Yazdi, M. (2012). E-learning sebagai media pembelajaran interaktif berbasis teknologi informasi. Foristek, 2(1). Informasi Artikel Konflik kepentingan: Penulis menyampaikan bahwa tidak teradapat konflik kepentingan. Catatan Editor: Jurnal Oase Nusantara bersikap netral berkaitan dengan konflik atau klaim informasi dan data yang digunakan dalam setiap artikel yang diterbitkan, termasuk yurisdiksi dan afiliasi institusi. Hak cipta: © Penulis (tim), 2022. Diterbitkan oleh BPPMPV KPTK melalui Tim Editor Jurnal Oase Nusantara. Menyunting artikel ini: Irlidiya (2022). Pemanfaatan media teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran membaca. Jurnal Oase Nusantara 1(1): 69-73.


Jurnal oase nusantara Jurnal Oase Nusantara merupakan berkala ilmiah yang mencakup spektrum pendidikan dan pelatihan dibidang kelautan, perikanan, teknologi informasi dan komunikasi, termasuk didalamnya adalah pendidikan vokasi, teknologi pendidikan, model pembelajaran, media pembelajaran, perangkat lunak, internet of things, teknik komputer, jaringan komputer, serta hasil penelitian terkait kepelautan (kemaritiman/pelayaran), biologi laut, oseanografi, biologi perikanan, ekologi laut tropis, pengelolaan sumberdaya pesisir, budidaya perikanan, dan teknologi hasil perikanan. Editor-in-Chief Dr. Abdul Waqif, BPPMPV KPTK, Gowa ejurnal.kptk.or.id/oase Submisi daring melalui KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


Jurnal oase nusantara


Click to View FlipBook Version