45 3) Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku. 4) Pengamatan untuk alat-alat Kesehatan Beberapa aspek yang dapat dijadikan dasar pengamatan mutu alat kesehatan, antara lain: 1) Masa kadaluwarsa Perlu diperhatikan masa kadaluwarsanya sudah terlampaui atau belum. Jika sudah lewat masa kadaluwarsa jangan mengambil resiko untuk menggunakan alat kesehatan tersebut. 2) Waktu produksi Cermati waktu produksi alat Kesehatan tersebut. Bila lebih dari masa kadaluwarsa yang umum berlaku sebaiknya berkonsultasi dengan user. 3) Kemasan Jika kemasan sudah rusak sekalipun masa kadaluwarsanya belum terlampaui sebaiknya jangan digunakan. 4) Penampilan fisik kondisi penampilan fisik yang nampak masih sama dengan produk alat kesehatan yang baru ini dapat dijadikan pertimbangan apakah produk alat kesehatan tersebut masih dapat digunakan atau tidak. 5) Selain itu dapat juga melakukan konsultasi dengan user Program pengendalian mutu obat secara organoleptis tidak membutuhkan biaya dan dapat dilakukan secara periodik oleh IFRS. 4. Distribusi Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari sediaan disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan kepada petugas kesehatan untuk diberikan pasien. Rumah sakit umum daerah pada umumnya sudah efektif dalam pendistribusian perbekalan farmasi karena obat dan alat kesehatan di distribusikan secara merata untuk memenuhi kebutuhan para pasien yang membutuhkan, Hal ini
46 terbukti dengan pengiriman dan penerimaan obat yang selalu tepat waktu, tepat jenis, dan jumlah yang tepat. Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi pasien dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasi kepada pasien. Sistem distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat yang telah didispensing IFRS ke tempat perawatan pasien dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan pasien, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian dan ketepatan personel pemberi obat kepada pasien serta kebutuhan mutu obat. Bentuk-bentuk pendistribusian logistik farmasi rumah sakit : a. Sentralisasi Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua obat / barang farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan obat/ barang farmasi setiap unit perawatan / pelayanan baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan disuplay langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. b. Desentralisasi Desentralisasi merupakan pelayanan mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan sehingga penyimpanan dan pendistribusian kebutuhan obat atau barang farmasi unit perawatan/pelayanan tersebut baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi dilayani dari pusat pelayanan farmasi. C. Hasil Dan Pembahasan 1. Unit Rawat Jalan Unit rawat jalan merupakan salah satu unit yang berperan penting dalam pendistribusian sediaan farmasi kepada pasien rawat jalan. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PKL. pada unit rawat jalan selama melaksanakan praktek kerja lapangan adalah: a. Menerima resep dari pasien
47 b. Skrining resep c. Meracik sediaan farmasi d. Membuat copy resep e. Mengisi stok obat f. Menghitung resep g. Menata obat h. Menulis kartu stok i. Mengidentifikasi tanggal kadaluarsa obat j. Mengurutkan nomor antrian pasien yang akan mengambil obat. k. Membantu stock opname Distribusi obat kepada pasien di unit rawat jalan menggunakan sistem IP (Individal Prescribing) yang merupakan pelayanan sediaan farmasi obat dan alat kesehatan kepada pasien secara individual dengan resep yang telah diberikan oleh dokter kepada pasien tersebut. Pada unit rawat jalan siswa PKL tidak berwenang untuk menyerahkan langsung obat kepada pasien dikarenakan penyerahan obat dan PIO (Pemberian Informasi Obat) hanya boleh dilakukan oleh Apoteker. 2. Unit Rawat Inap Unit rawat inap merupakan unit yang berperan penting dalam distribusi sediaan farmasi kepada pasien Rawat Inap di RS UNS. Rawat inaap di Rumah Sakit UNS dibagi menjadi dua tempat yaitu Rawat inap setral dan Rawat inap pengoplosan obat . Kegiatan yang dilakukan siswa pada unit rawat inap selama PKL antara lain: a. Menerima resep b. Menyiapkan obat secara UDD ( Unit Dose Dispending ) c. Menyiapkan obat untuk pasien pulang d. Mendistribusikan obat kefarmasi pengoplosan obat e. Entry resep f. Melakukan skrining kesesuaian resep obat dengan formularium nasional. g. Melakukan retur obat pasien pulang
48 h. Membantu stock opname Untuk distribusi obat ke pasien unit rawat inap Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispending), dimana obat untuk penggunaan selama satu hari langsung diserahkan kepada perawat yang nantinya akan diberikan kepada pasien. Sistem distribusi UDD (Unit Dose Dispending ini memiliki beberapa keuntungan yaitu: a. Mengurangi terjadinya medication error (ME). b. Pasien mendapat pelayanan farmasi yang baik. c. Menurunkan total biaya pengobatan karena hanya membayar pengobatan yang digunakan saja. d. Mengefisienkan tenaga perawat dalam asuhan keperawatan, karena perawat lebih banyak merawat pasien. e. Menghindari duplikasi permintaan obat ke bagian farmasi. f. Mengurangi kesalahan penggunaan obat, karena adanya pemeriksaan ganda oleh tenaga farmasi. g. Menghindari adanya kemungkinan terjadinya pencurian dan terbuangnya obat. h. Meningkatkan peranan dan pengawasan farmasi di rumah sakit, mulai dari fase peresepan sampai pemberian obat. Selain kelebihan yang dipaparkan di atas, terdapat kekurangannya antara lain: 1) Membutuhkan tenaga farmasi yang lebih banyak. 2) Membutuhkan ruang khusus untuk penyimpanan obat. 3) Membutuhkan peralatan khusus dalam pengemasan obat 3. Unit Instalasi Farmasi Gawat Darurat (IGD)/Farmasi Unit Khusus Unit Instalasi Gawat Darurat (IGD)/ Unit Khusus merupakan unit yang berperan penting dalam melayani pasien yang mengalami keadaan darurat atau emergency dengan penanganan langsung secara cepat dan tepat. melayani IGD,bangsal ICU, PICU, NICU, VK. sistem ODD (one daily doses) dimana pasien mendapat obat yang sudah dipisah-pisah untuk pemakaian sekali pakai, tetapi obat diserahkan untuk sehari pakai
49 pada pasien (Ray, 1983). Pada Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret sudah menjalankan sistem 24 jam, sehingga jam kerja dilaksanakan berdasarkan shift, baik perawat maupun tenaga kefarmasian dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi, siang, dan malam. Kegiatan siswa PKL selama di Instalasi Farmasi Unit Khusus antara lain: a. Menerima resep b. Mengambilkan dan menyiapkan obat permintaan dari IGD, PICU, NICU, VK, HD, dan CATHLAB c. Menyiapkan obat pulang pasien d. Menulis CIPO (Catatan Instruksi Pemberian Obat) dan RPO (Riwayat Penggunaan Obat) pasien e. Memeriksa obat yang datang dari Gudang Farmasi f. Menulis stok obat di kartu stok g. Mengidentifikas tanggal kadaluarsa obat h. Membantu melakukan stock opname (SO) i. Mendisplay obat berdasarkan FIFO dan FEFO 4. Unit Penyiapan dan Pengadaan Sediaan Farmasi Unit penyiapan dan pengadaan sediaan farmasi atau yang lebih sering disebut gudang merupakan bagian yang berperan penting dalam penyimpanan sediaan farmasi yang diperlukan untuk semua unit di Instalasi Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa di unit penyimpanan sediaan farmasi selama praktek kerja lapangan berlangsung antara lain: a. Menerima obat yang datang b. Mengecek faktur, obat, tanggal kadaluwarsa, nomor batch, jumlah barang dan harga barang yang diterima c. Menyimpan obat sesuai dengan kelompok terapi, bentuk sediaan, jenis, FEFO dan FIFO suhu, dan kestabilan, mudah tidaknya terbakar meledak, dan tahan tidak terhadap cahaya
50 d. Menghitung stok sediaan farmasi e. Menyiapkan dan mengantarkan obat serta alat kesehatan pesanan dari Instalasi Farmasi Rawat Jalan, Instalasi Farmasi Rawat Inap, IGD, dan bangsal. f. Mengontrol suhu ruang penyimpanan g. Mengontrol tanggal kadaluarsa setiap persediaan obat h. Membantu stock opname (SO) Pada unit penyimpanan sediaan farmasi di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret sarana prasarana masih terbatas dan ruangan tempat penyimpanan belum dapat menampung obat dengan maksimal.
51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Siswa Farmasi siap menjadi tenaga kesehatan yang terampil dan profesional sesuaidengan tuntutan dalam dunia kesehatan, khususnya dibidang kefarmasian. 2. Dapat terjalinnya kerja sama yang baik antara dunia pendidikan dengan dunia kesehatan sebagai lahan praktek 3. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan siswa SMK Negeri 1 Sambi program studi Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret berjalan dengan baik dan telah banyak memperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman tentang kegiatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga mendapatkan gambaran mengenai struktur organisasi, tata kerja, dan kondisi kerja, peran, tugas dan fungsi seorang Asisten Tenaga Teknis Kefarmasian. 4. Siswa mampu menjalankan profesinya dan siap menjawab tantangan di era globalisasi. 5. Siswa semakin mantap untuk memasuki lapangan kerja yang nyata dalam bidang kefarmasian. 6. Siswa mampu meningkatkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dalam bekerja. 7. Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret sebagai sarana pelayanan dalam menyediakan dan menyalurkan perbekalan farmasi kepada masyarakat sudah cukup baik. Sistem distribusi pelayanan farmasi telah menggunakan sistem komputerisasi. Perencanaan sediaan farmasi di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret lebih banyak menggunakan metode konsumsi, dengan pertimbangan epidemiology penyakit. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap adalah sistem Unit Dose Dispending (UDD) dengan koordinasi tiap bangsal.
52 B. Saran Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapanan (PKL), maka dapat kami berikan saran sebagai berikut: 1. Meningkatkan peran tenaga kefarmasian dalam kegiatan distribusi obat baik rawat jalan, rawat inap dan unit khusus. 2. Perlu peningkatan sarana prasarana dalam meningkatkan pelayanan PIO (Pelayanan Informasi Obat) kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan di Rumah Sakit, agar tujuan terapi obat dapat tercapai. 3. Perlu peningkatan perencanaan dan pengelolaan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit sehingga mempermudah pelayanan maupun pengelolaan. 4. Menjaga dan meningkatkan keharmonisan antar karyawan dan pasien. 5. Meningkatkan kualitas Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit untuk menunjang pekerjaan kefarmasian. 6. Menungkatka ketelitian dalam mendistribusikan obat baik di Rawat Jalan, Rawat Inap, Unit Khusus ataupun Gudang Farmasi 7. Meningkatkan penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri ), sehingga lebih terjamin kebersihan dan keselamatan pasien dan petugas itu sendiri. 8. Selalu menerapkan 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun )
53 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2016. https://rs.uns.ac.id/ (3 Februari 2023) Bilqis, Siti.U.,2015. Kajian Administrasi, Farmasetik, dan Klinis Resep Pasien Rawat Jalan di Rumkital Dr.Mintohardjo pada bulan januari 2015. BPOM.2018._ Peraturan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropka, Dan Prekusor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.Jakarta: Badan Pengawasa Obat Dan Makanan. Depkes RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta. Depkes RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Jakarta. Depkes RI. 2010. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta. Depkes RI. 2010. PerMenKes R.I. No. 340/MENKES/PER/2010 Tanggal 11 Maret 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Jakarta. Kementrian Kesehatan. 1999. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/ MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kementrian Kesehatan. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/ MENKES/SK/X/2004 tentang Panitia Farmasi dan Terapi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Kementrian Kesehatan. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1197/ MENKES/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Tatro, D.S. 2009. Drug Interaction Fact, The Authorty on Drug Interaction. Olters: Kluwer Health
54 LAMPIRAN A. Form Permintaan Obat
55 B. Resep
56 C. Kartu Stok
57 D. Catatan Instruksi Pemberian Obat
58 E. Etiket 1) Etiket sirup 2) Etiket obat racikan
59 3) Etiket obat luar
60 F. Riwayat Penggunaan Obat
61 G. Copy Resep
62 H. Gudang BHP
63 I. Gudang Obat