The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

The Lord of the Rings 2 - The Two Towers(1)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by MILATUL SAMSIAH BINTI ABD GHANI Moe, 2020-11-30 04:30:46

The Lord of the Rings 2 - The Two Towers(1)

The Lord of the Rings 2 - The Two Towers(1)

“Belum tahu sebelum kita melihatnya.” “Aha! Jadi mereka belum menceritakan
padamu apa yang mereka harapkan? Mereka tidak menceritakan semua yang
mereka ketahui, bukan? Setengahnya pun tidak. Tapi mereka bisa membuat
kesalahan, bahkan Pimpinan-Pimpinan Puncak juga bisa salah.”

“Ssst, Gorbag!” Shagrat merendahkan suaranya, sehingga Sam nyaris tidak
menangkap apa yang dikatakannya, meski sekarang pendengarannya lebih tajam.
“Mungkin saja, tapi mereka punya mata dan telinga di mana-mana; beberapa di
antaranya mungkin anak buahku. Tapi tak diragukan lagi, mereka cemas tentang
sesuatu. Para Nazgul di bawah memang khawatir, menurutmu; Lugburz juga.
Sesuatu hampir saja luput.”

“Hampir, katamu!” kata Gorbag. “Baiklah,” kata Shagrat, “tapi itu kita bicarakan
nanti saja. Tunggu sampai kita tiba di Terowongan. Ada tempat untuk kita berbicara
sebentar, sementara anak buah berjalan terus.”

Tak lama kemudian, Sam melihat obor-obor menghilang. Lalu ada bunyi
menderum, dan bunyi benturan, tepat ketika ia bergegas maju. Ia menduga para
Orc sudah berbelok ke lubang yang telah ia jelajahi bersama Frodo, lubang yang
ternyata buntu. Dan sekarang masih juga buntu. Rupanya ada batu besar
menghalangi, tapi para Orc entah bagaimana bisa melewatinya, sebab ia bisa
mendengar suara-suara mereka di belakangnya. Mereka masih terus berlari,
semakin jauh masuk ke dalam gunung, kembali ke menara. Sam merasa putus
asa. Mereka membawa tubuh majikannya untuk suatu tujuan keji, dan ia tak bisa
menyusul mereka.

Ia mendorong-dorong dan membenturkan diri ke batu itu, tapi batu itu tidak
bergeser sedikit pun. Lalu tidak begitu jauh di dalam, atau setidaknya begitulah
perkiraannya, ia mendengar suara kedua kapten Orc berbicara. Ia berdiri
mendengarkan sebentar, berharap akan mendengar sesuatu yang berguna. Siapa
tahu Gorbag, yang rupanya berasal dari Minas Morgul, akan keluar, lalu ia bisa
menyelinap masuk.

“Tidak, aku tidak tahu,” kata suara Gorbag. “Pesan-pesan lewat lebih cepat
daripada apa pun yang terbang, semestinya. Tapi aku tidak menanyakan
bagaimana itu bisa terjadi. Paling aman tidak menanyakan itu. Grrr! Nazgul-Nazgul
itu menyeramkan sekali. Dan mereka dengan mudah menyiksamu, dan
membiarkanmu kedinginan di pihak lawan. Tapi Dia menyukai mereka: mereka
menjadi favorit-Nya belakangan ini, jadi percuma saja menggerutu. Kukatakan
padamu, tidak enak bekerja di kota.”

Halaman | 390 The Lord of The Rings

“Kau harus mencoba berada di atas sini, didampingi Shelob,” kata Shagrat.
“Aku ingin mencoba tempat di mana tidak ada mereka semua. Tapi perang sedang
berlangsung, dan kalau perang sudah selesai, mungkin keadaan akan lebih
mudah.”

“Kabarnya perang berlangsung cukup lancar.”

“Kata mereka,” gerutu Gorbag. “Kita lihat saja. Kalau memang berlangsung
lancar, seharusnya lebih banyak kesempatan. Bagaimana menurutmu? Kalau
dapat kesempatan, kau dan aku pergi diam-diam dan bermukim di suatu tempat,
dengan beberapa anak buah tepercaya, tempat di mana cukup banyak rampasan
bagus, dan tidak ada majikan.

“Ah!” kata Shagrat. “Seperti zaman dulu.”

“Ya,” kata Gorbag. “Tapi jangan terlalu berharap. Aku merasa tak enak hati.
Seperti kukatakan, Majikan-Majikan Besar, yah,” suaranya hampir berbisik, “ya,
bahkan yang paling Hebat pun bisa keliru. Sesuatu nyaris luput, katamu.
Menurutku, sesuatu itu sudah luput. Dan kita harus waspada. Selalu kaum Uruk
malang yang harus membetulkan kesalahan, dan hanya menerima sedikit terima
kasih.

“Tapi jangan lupa: musuh-musuh tidak suka pada kita, seperti juga pada Dia,
dan kalau mereka menang melawan Dia, riwayat kita juga habis. Tapi
omongomong, kapan kau diperintahkan keluar?”

“Satu jam yang lalu, tepat sebelum kau melihat kami. Ada pesan datang:
Nazgul khawatir. Mata-mata mungkin sudah berada di Tangga. Gandakan
kewaspadaan. Patroli agar ke ujung Tangga. Aku segera datang.”

“Urusan buruk,” kata Gorbag. “Coba lihat-para Penjaga Tersembunyi kita
sudah dua hari yang lalu merasa cemas, itu aku tahu. Tapi patroliku tidak
diperintahkan bergerak sampai sehari lagi, juga tidak ada pesan yang dikirimkan ke
Lugburz: sebab Isyarat Agung sudah dikeluarkan, Nazgul Tinggi pergi berperang,
dan sebagainya. Kabarnya selama beberapa waktu mereka tak bisa memaksakan
perhatian Lugburz.”

“Mungkin Mata sedang sibuk di tempat lain,” kata Shagrat. “Peristiwaperistiwa
besar sedang terjadi di barat, katanya.” “Pasti,” geram Gorbag. “Tapi sementara itu
musuh berhasil mendaki Tangga. Dan kau sedang apa? Kau seharusnya
mengawasi, ada atau tidak ada perintah khusus, bukan begitu? Buat apa ada kau?”

Dua Menara Halaman | 391

“Cukup! Jangan mencoba mengajariku. Kami menjaga terus. Kami sudah tahu
ada hal-hal aneh terjadi.”

“Aneh sekali!”

“Ya, aneh sekali: cahaya, teriakan, dan sebagainya. Tapi Shelob sedang
berkeliaran. Anak buahku melihatnya bersama Sneak.”

“Sneak? Apa itu?” “Pasti kau sudah melihatnya: makhluk kecil kurus; mirip
labah-labah juga, atau mungkin lebih seperti katak kelaparan. Dia sudah pernah ke
sini. Keluar dari Lugburz pertama kali, bertahun-tahun lalu, dan kami mendapat
pesan dari Pimpinan Tertinggi agar membiarkannya lewat. Sejak itu dia sudah
satudua kali lewat, tapi kami membiarkannya: rupanya dia bersekutu dengan Yang
Mulia Lady Shelob. Kupikir dia bukan santapan lezat: Shelob tidak akan peduli
perintah dari Atas. Tapi penjagaan kalian di lembah memang payah: dia sudah
berada di sini sehari sebelum keonaran ini. Tadi malam agak awal kami
melihatnya. Anak buahku melaporkan bahwa Yang Mulia Lady sedang bersuka ria,
dan bagiku itu sudah cukup, sampai datangnya pesan. Kupikir Sneak
membawakannya mainan, atau kau mungkin mengiriminya hadiah, tawanan
perang atau semacamnya. Aku tidak mall mengganggu kalau dia sedang bermain.
Tak ada yang bisa lolos dari Shelob kalau dia sedang berburu.”

“Tidak ada, katamu! Apa kau tidak pakai matamu tadi? Sudah kubilang hatiku
tidak enak. Apa pun yang datang mendaki Tangga, sudah berhasil lewat. Sudah
memotong jaringnya dan keluar sama sekali dari lubangnya. Itu perlu dipikirkan!”

“Ah, ya sudah, tapi akhirnya dia berhasil menangkapnya, bukan?”

“Menangkapnya? Menangkap siapa? Orang kecil ini? Tapi kalau dia satu-
satunya, Shelob pasti sudah lama membawa dia ke sarangnya, dan di sanalah dia
bakal berada. Dan kalau Lugburz menginginkannya, kau harus pergi
mengambilnya. Enak, bukan? Tapi ada lebih dari satu.”

Saat itu Sam mulai mendengarkan lebih saksama dan menempelkan
telinganya ke batu.

“Siapa yang memotong tali-tali yang diikatkan padanya, Shagrat? Sama
dengan yang memotong jaring. Dan siapa yang menusukkan paku ke Yang Mulia
Lady? Sama juga, pasti. Dan di mana dia? Di mana dia, Shagrat?” Shagrat tidak
menjawab.

“Sebaiknya kau berpikir keras sekali, kalau kau punya otak. Ini bukan masalah
enteng. Tidak ada, belum pernah ada satu orang pun yang menusuk Shelob, kau

Halaman | 392 The Lord of The Rings

tahu betul. Memang tak perlu disedihkan; tapi pikirlah-ada seseorang masih
berkeliaran, lebih berbahaya daripada pemberontak terkutuk mana pun yang
pernah ada sejak masa lalu yang buruk, sejak Serangan Besar. Ada sesuatu yang
sudah luput.”

“Apa itu?” geram Shagrat. “Kalau melihat tanda-tandanya, Kapten Shagrat,
menurutku ada pejuang besar berkeliaran, sangat mungkin Peri, dengan pedang
Peri, dan mungkin juga kapak; dia berkeliaran bebas dalam wilayahmu, dan kau tak
pernah melihatnya. Sangat aneh memang!”

Gorbag meludah. Sam tersenyum muram mendengar penjelasan tentang
dirinya sendini. “Ah, ya, kau selalu melihat dan sisi muram,” kata Shagrat. “Kau
boleh saja menafsirkan tanda-tandanya sesukamu, tapi masih ada cara lain untuk
menjelaskannya. Bagaimanapun, aku punya penjaga di setiap titik, dan aku akan
menangani ini satu demi satu. Kalau sudah melihat orang yang kita tangkap, baru
aku akan memikirkan hal-hal lain.”

“Menurutku tidak banyak yang bisa kautemukan pada makhluk kecil itu,” kata
Gorbag. “Mungkin saja dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kekacauan
yang sebenamya. Makhluk besar dengan pedang tajam itu rupanya tidak
menganggap dia cukup berharga dia ditinggalkan berbaring di sana: tipuan asli
kaum Peri.”

“Kita lihat saja. Ayo! Kita sudah cukup berbincang. Mari kita pergi dan melihat
tawanan!”

“Apa yang akan kaulakukan dengannya? Jangan lupa, aku yang pertama
melihatnya. Kalau akan ada permainan, aku dan anak buahku harus dilibatkan.”

“Wah, wah,” gerutu Shagrat. “Aku sudah dapat perintah. Dan ini lebih penting
daripada diriku, atau dirimu. Setiap pelanggar yang ditemukan para penjaga harus
ditawan di menara. Tawanan harus dilucuti. Uraian lengkap tentang setiap benda,
pakaian, senjata, surat, cincin, atau perhiasan harus segera dikirimkan ke Lugburz,
hanya ke Lugburz. Dan tawanan harus diamankan agar tetap utuh, dengan
ancaman kematian bagi setiap penjaga, sampai Dia mengirimkan utusan atau Dia
sendiri datang. Itu sudah cukup jelas, dan itu yang akan kulakukan.”

“Dilucuti, hei?” kata Gorbag. “Apa, gigi, kuku, rambut, dan semuanya?”

“Tidak, bukan seperti itu. Kan sudah kubilang, dia ini untuk Lugburz. Mereka
menginginkannya utuh dan selamat.”

Dua Menara Halaman | 393

“Itu akan sulit sekali,” tawa Gorbag. “Dia hanya daging bangkai sekarang. Apa
yang akan dilakukan Lugburz dengan benda semacam itu, aku tak habis pikir. Dia
pantasnya dipanggang saja.”

“Tolol kau,” geram Shagrat. “Kau sok pintar, tapi banyak hal yang tidak
kauketahui, meski kebanyakan orang lain tahu. Kau yang bakal diumpankan pada
Shelob, kalau kau tidak hati-hati. Daging bangkai! Hanya itu yang kauketahui
tentang Yang Mulia Lady? Kalau dia mengikat korbannya dengan tali-talinya,
berarti dia mengincar daging. Dia tidak makan daging mati, juga tidak mengisap
darah dingin. Orang ini belum mati!”

Sam terhuyung-huyung mencengkeram batu itu. Ia merasa seolah seluruh
dunia yang gelap ini jungkir balik. Begitu besar kejutannya, sampai ia hampir
pingsan, tapi saat ia berjuang untuk mengendalikan diri, jauh di dalam dirinya ia
menyadari hal itu:

“Kau bodoh, dia belum mati, dan hatimu sebenarnya tahu itu. Jangan percaya
otakmu, Samwise, itu bukan bagian terbaik dirimu. Masalahnya, kau selalu pesimis.
Sekarang apa yang harus dilakukan?” Untuk sementara tidak ada, kecuali
menekankan dirinya ke batu yang tak bergerak itu dan mendengarkan,
mendengarkan suara-suara Orc yang keji itu.

“Aduh!” kata Shagrat. “Dia punya lebih dari satu macam racun. Kalau sedang
berburu, dia hanya menyuntikkan sedikit ke leher korbannya dan mereka langsung
lemas seperti ikan, lalu dia bisa leluasa dengan mereka. Kau ingat Ufthak tua?
Kami kehilangan dia berhari-hari. Lalu kami menemukannya di suatu sudut;
tergantung-gantung, tapi dia sadar penuh dan melotot. Kami menertawakannya!
Mungkin Shelob lupa padanya, tapi kami tidak menyentuhnya tidak baik
mengganggu Dia. Jadi, keparat kecil ini akan bangun beberapa jam lagi; selain
merasa agak mual, dia akan baik-baik saja. Atau akan baik-baik, kalau Lugburz
tidak mengacuhkannya. Paling-paling dia bertanya-tanya, di mana dia berada dan
apa yang sudah terjadi padanya.”

“Dan apa yang bakal terjadi padanya,” tawa Gorbag. “Paling tidak, kita bisa
menceritakan beberapa hal padanya, kalau kita tak bisa melakukan hal lain. Dia
pasti belum pernah ke Lugburz yang indah, jadi mungkin dia ingin tahu apa yang
menantinya. Ini akan lebih lucu daripada yang kukira. Ayo kita pergi!”

“Tidak akan lucu, kuperingatkan kau,” kata Shagrat. “Dan dia harus disimpan
dengan aman, atau kita semua mati.”

Halaman | 394 The Lord of The Rings

“Baiklah! Tapi seandainya aku jadi kau, aku akan menangkap yang besar,
yang masih berkeliaran, sebelum mengirim laporan apa pun ke Lugburz. Tidak
bagus kedengarannya kalau kau melaporkan sudah menangkap anak kucing tapi
membiarkan induk kucing lolos.”

Suara-suara itu mulai bergerak menjauh. Sam mendengar bunyi langkah
surut. Ia sedang pulih dari kekagetannya, dan kini amukan kemarahan menggelora
dalam dirinya. “Aku keliru sama sekali!” teriaknya. “Aku sudah tahu, pasti bakal
begini. Sekarang mereka membawanya, setan-setan! Keparat-keparat! Jangan
pernah tinggalkan majikanmu, jangan pernah, jangan pernah: patokanku sudah
benar. Dan dalam hati aku sudah tahu itu. Semoga aku diampuni! Sekarang aku
harus kembali kepadanya. Entah bagaimana, entah bagaimana!” Ia menghunus
pedangnya lagi, dan memukul batu dengan pangkalnya, tapi batu itu hanya
mengeluarkan bunyi teredam.

Namun pedangnya bersinar begitu terang, sampai Sam bisa melihat
sekitarnya dengan samar-samar dalam cahayanya. Dengan terkejut ia melihat
bahwa bongkah batu besar itu berbentuk seperti pintu berat, dan kurang dari dua
kali tinggi badannya. Di atasnya ada ruang kosong gelap antara bagian tertinggi
dan terendah lengkungan ambang pintu. Mungkin pintu itu hanya dimaksudkan
untuk menangkis gangguan Shelob, dikunci dari dalam dengan kunci gerendel atau
palang pintu yang tak bakal bisa dibukanya. Dengan sisa kekuatannya, Sam
melompat dan menggapai puncaknya, memanjat naik, lalu menjatuhkan diri;
kemudian ia berlari kencang sekali, dengan pedang menyala di tangannya,
membelok di suatu tikungan dan melewati suatu terowongan berliku-liku. Kabar
bahwa majikannya masih hidup membangkitkan semangatnya untuk melakukan
upaya terakhir, tanpa menghiraukan keletihannya. Ia tak bisa melihat apa pun di
depan, karena selasar baru ini berkelokkelok dan berlikuliku terus; tapi ia menduga
ia sudah mulai menyusul kedua Orc tadi: suarasuara mereka sudah mulai dekat
lagi. Sekarang rupanya mereka sudah cukup dekat.

“Itu yang akan kulakukan,” kata Shagrat dengan suara bernada marah.
“Menempatkannya di ruang paling atas.”

“Untuk apa?” geram Gorbag. “Apa kau tidak punya penjara bawah tanah?”

“Sudah kubilang dia tidak boleh sampai cedera,” jawab Shagrat. “Tahu? Dia
berharga. Aku tidak percaya semua anak buahku, juga anak buahmu; aku juga
tidak percaya kau, kalau kau lagi gila permainan begitu. Dia akan ditaruh di tempat
yang kuinginkan, dan kau tidak boleh ke sana, kalau kau tidak sopan. Di puncak,
kataku. Dia akan aman di sana.” “

Dua Menara Halaman | 395

Apa benar?” kata Sam. “Kau lupa pejuang Peri yang besar itu, yang masih
berkeliaran bebas!” Dan dengan kata-kata itu ia bergegas melewati tikungan
terakhir, hanya untuk menemukan bahwa karena tipuan terowongan, atau
pendengaran yang diberikan Cincin kepadanya, ia sudah salah menduga jaraknya.

Kedua Orc masih cukup jauh di depan. Ia bisa melihat mereka sekarang,
hitam dan pendek gemuk di depan nyala merah. Selasar itu akhirnya membentang
lurus, mendaki tanjakan pendek; di ujungnya, terbuka lebar, ada pintu ganda besar,
mungkin menuju ruangan-ruangan luas jauh di bawah tanduk tinggi menara.
Pasukan Orc dengan bebannya sudah masuk ke dalam. Gorbag dan Shagrat
sudah menghampiri gerbang. Sam mendengar ledakan nyanyian serak, tiupan
terompet dan pukulan gong, bunyi berisik ingar-bingar. Gorbag dan Shagrat sudah
berada di ambang pintu. Sam berteriak dan mengacungkan Sting, tapi suaranya
yang kecil tenggelam dalam kebingaran. Tak ada yang memedulikannya. Pintu
gerbang besar itu tertutup. Bum. Palang-palang besi terpasang di tempatnya.
Dung. Gerbang terkunci. Sam membenturkan diri ke kepingkeping kuningan yang
terkunci dan jatuh pingsan ke tanah. Ia di luar, dalam gelap. Frodo masih hidup,
tapi ditangkap Musuh.

Halaman | 396 The Lord of The Rings

Peta-Peta

CATATAN TENTANG PETA-PETA

Dalam edisi orisinalnya, yang diterbitkan pada tahun 1954-5, peta-peta dalam
buku The Lord of the Rings digambar oleh Christopher Tolkien, terdiri atas sebuah
Peta Umum daerah-daerah sebelah barat Dunia Tengah, serta satu peta Rohan,
Gondor, dan Mordor yang lebih mendetail, dalam warna hitam dan merah, di
kertas-kertas besar yang dilipat serta ditempelkan di halaman akhir ketiga buku
tersebut.

Dalam buku The Fellowship of the Ring dan The Two Towers disisipkan Peta
Umum, sedangkan dalam The Return of the King disisipkan peta Rohan, Gondor,
dan Mordor. Sebagai tambahan, ada juga peta Shire dalam warna merah dan
hitam, yang ada di halaman depan Buku Pertama: The Fellowship of the Ring.
Christopher Tolkien menggambar ulang Peta Umum tersebut secara kilat, untuk
disisipkan dalam buku Unfinished Tales (1980), tapi kemudian peta ini
menggantikan bentuk orisinalnya dalam edisi-edisi The Lord of the Rings.

Dalam edisi-edisi paperback, Peta Umum dibagi menjadi empat bagian, dibuat
hanya dalam warna hitam, dengan ukuran sesuai halaman buku, sementara peta
keseluruhannya juga dibuat dalam ukuran sangat diperkecil, sebagai panduan atas
keempat bagian Peta Umum tersebut. Peta Rohan, Gondor, dan Mordor
ditampilkan dalam dua halaman yang saling berhadapan. Namun peta-peta orisinal
tersebut tidak dapat ditampilkan secara memuaskan kalau formatnya diperkecil.
Karenanya, Mr. Stephen Raw menggambar ulang semua peta tersebut, dengan
mengikuti contohcontoh aslinya dengan sangat saksama, dengan hasil yang jauh
lebih jelas. Sebagai panduan terhadap keempat bagian Peta Umum, Mr. Stephen
Raw telah menggambar satu peta keseluruhan yang baru, yang menampilkan
petunjuk-petunjuk yang perlu, dalam bentuk yang telah disederhanakan.

--o0o-

Dua Menara Halaman | 397

Sekedear Berbagi Ilmu
&

Buku

Attention!!!
Please respect the author’s

copyright
and purchase a legal copy of

this book

AnesUlarNaga.
BlogSpot.
COM


Click to View FlipBook Version