The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by MILATUL SAMSIAH BINTI ABD GHANI Moe, 2021-08-08 22:25:31

Ensiklopedia islam nusantara

Ensiklopedia islam nusantara

koperasi konsumsi dan koperasin kredit. Di korbannya. Hal yang sama juga dialami saat
sini Sinoman menyediakan kebutuhan sehari- pertempuran ١٠ November ١٩٤٥. Karena yang
hari dan membantu pengusaha kecil dengan tampil selalu anak-anak muda yang berjuang
kredit dengan bunga rendah. dan bekerja dengan sukarela, disebutlah
kelompok anak muda itu “poro nom-noman”,
Sinoman pada zaman Belanda itu, muncul lalu menjadi “Si Nom-an” atau kumpulan anak
di kampung-kampung. Antar kampung yang muda yang suka bergotong-royong untuk
berdekatan mendirikan “Raad Sinoman”. kepentingan bersama.
Seperti Raad Sinoman kampung Plampitan,
Peneleh, Pandean, jagalan, Undaan, Genteng, Warga Surabaya, ternyata mampu
Bubutan, Maspati, Kawatan, Koblen, Tembok membuktikan ketahanan masyarakatnya
dan sebagainya. Tidak kurang dari 20 Raad membendung dan melakukan antisipasi
Sinoman waktu itu di Kota Surabaya. Kata terhadap gejala global itu. Sinoman
“Raad” berasal dari bahasa Belanda, yang mengalami kemajuan dengan adanya
artinya: dewan. Waktu itu, masyarakat Belanda peremajaan dan periodesasi kepengurusan. Ini
di Kota Surabaya mendirikan “Gemeente memperlihatkan, bahwa organisasi sinoman
Raad”, yaitu “Dewan Kotapraja”. Gemeente sudah menjadi bagian dalam kehidupan
Raad itu menentukan pajak-pajak yang harus masyarakat Surabaya.
dibayar oleh rakyat di kampung-kampung
yang disetorkan ke kantor Gemeente atau Secara organisasi, sinoman dapat
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Agar menanamkan sendi-sendi berorganisasi.
rakyat Surabaya tidak diperlakukan sewenang- Ini dapat dilihat dengan adanya kesadaran
wenang, maka Raad Sinoman dibentuk untuk membayar iuran dan sumbangan sukarela
mengimbangi dan melawan Gemeente Raad. pada saat tertentu. Dalam wujud nyata,
sinoman yang di zaman pra-kemerdekaan
Di zaman penjajahan Belanda ini pula, sempat melibatkan diri dalam kegiatan politik,
sinoman sempat menjadi “musuh” warga sekarang “sudah bersih” dari pengaruh itu dan
keturunan Cina, karena mereka senang murni menjadi paguyuban sosial.
berlindung di balik penguasa. Waktu itu warga
pribumi mulai dirangsang dan bangkit untuk Semangat sinoman Surabaya tumbuh
merdeka. Kebencian terhadap Belanda, juga subur di Jakarta akibat adanya urbanisasi
menimbulkan antipati terhadap etnis Cina. besar-besaran kedaerah metropolitan
Warga keturunan ini diasumsikan sebagai tersebut. Sedang kultur masyarakat Surabaya
warga a-sosial, sosialisasi kerakyatannya lemah tidak bisa begitu saja hilang ketika mereka
dan cenderung tidak mau tahu persoalan yang telah jauh meninggalkan tempat lahirnya.
berkembang di luar diri dan etnisnya. Tidaklah Sehingga kemudian para perantau yang berasal
mengherankan, kalau William H.Frederick, dari Surabaya ternyata berhasil membentuk
melontarkan kalimat “Cina singkek” untuk paguyuban Sinoman Suroboyo bernama
warga keturunan yang masa bodoh terhadap “Sinoman Keluarga Besar Surabaya Jawa
lingkungan sekitar itu. Konotasinya memang Timur”. Hingga pada 1970-an, diciptakanlah
jelek, sehingga dalam hal tertentu sering lagu berjudul “Sinoman Suroboyo” Lagu
dijadikan bahan ejekan. dan syair ini adalah karya H.Nur Azhar yang
diciptakannya pada bulan Maret 1979 di
Di zaman Jepang, Sinoman dipaksa untuk Jakarta. Inilah lirik dan syair lagu “Sinoman
membantu peperangan. Sekalipun dipaksa Suroboyo” tersebut:
menjadi “Tonarigumi”, yaitu Rukun Tetangga,
namun usaha membela rakyat menghadapi Sinoman Suroboyo Rek – paguyuban
penindasan Jepang terus dikobarkan. Di balik kanggu kepentingan amal ; kumpulanne sing
itu ada hikmahnya, karena di zaman Jepan nduweni timbang roso. Tinggalane wong tuwo
itulah, Sinoman atau “Tonarigumi” dapat Rek – ayo kudu diterusno. Sinoman Suroboyo
mendirikan pos-pos pemadam kebakaran Cak – gotongroyong sing dadi tujuan utomo.
terhadap bom-bom yang jatuh dan menolong Mulane ojo’ lali Cak – iku prilaku sing mulyo, iku

492 | Ensiklopedi Islam Nusantara

kepribadian bongso. yang biasanya menjadi bagian dari kegiatan
sinoman yang sepenuhnya bersifat sosial, ada
Kaping pisan: tulung tinulung, kaping pindo: yang sudah beralih menjadi “ajang” bisnis atau
ndaweg sing rukun, kaping telu: tambah sedulur, sekurang-kurang bernuansakan pamrih. Salah
kaping papat: ojo’ sok mbeda’-beda’no. Kabeh satu contoh yang sangat mencolok adalah
mau margo Sinoman – ilingo sing kerepotan – kegiatan pemakaman. Kalau dulu, setiap orang
kapan maneh urip ning ndonyo – sing sok ngadoh terpanggil dan berebut untuk menggotong
– mburine tibo nelongso. Pancen apik seneng keranda jenazah atau “penduso”, kini banyak
bergaul – semboyane mangan ndak mangan nek yang berpangku-tangan, menyerahkan
kumpul. kegiatan itu kepada perusahaan yang
mengurus penguburan.
Sinoman Sidomulyo Rek – sing nom-
noman jo’ sembrono. Sinoman Margorukun Tidak hanya di Surabaya, tradisi sinoman
Cak – sing mbegedut musti getun. Sinoman juga terdapat di Jawa Tengah bagian selatan
Sidorame Ning – sing emanan isin dewe. yaitu di Kabupaten Batang. Seperti yang
Sinoman Sukolilo Wak – abot enteng lakonono. dipaparkan pada asal mula sinoman kegiatan
sinoman di kabupaten Batang pun hampir
Demikian lirik, irama yang syahdu dapat sama yaitu gotong royong manakala ada
membangkitkan semanat persatuan, kesatuan tetangga yang sedang mempunyai hajatan
dan guyub untuk bergotongroyong dalam seperti pernikahan atau khitanan. Salah
nyanyian berbahasa Jawa dialeg Surabaya itu. satu hal yang unik dari tradisi sinoman di
kabupaten Batang adalah biasanya para
Pada tahun 1996 Sinoman Surabaya sinoman memakai seragam. Dulu sinoman
digunakan untuk sosialisasi politik menggunakan atasan berupa kemeja/hem
kepentingan oleh Sunarto ketika ia ingin berwarna putih dan bawahan berupa celana/
terpilih lagi menjadi Walikota Surabaya. rok berwarna hitam. Hal ini digunakan agar
Pendekatan Budaya yang dilakukan Sunarto para sinoman mudah dikenali oleh pemilik
sama dengan yang dilakukan pemerintah acara hajatan, panitia dan juga para tamu.
Jepang ketika negara itu menginginkan Tetapi seiring dengan perkembangan zaman
dukungan warga masyarakat Kota Surabaya sekarang model atasan bawahan putih hitam
untuk mendukung dan mensukseskan digantikan dengan atasan batik dan bawahan
program mobilisasi masa di kota Surabaya hitam atau biasanya juga seragam disediakan
pada tahun 1942-1945. Peran penting dari yang mempunyai hajatan.
yang dimainkan Sinoman pada masyarakat
kampong di antaranya pada kegiatan sunatan Hal unik lainnya adalah sinoman
massal, perayaan hari keagamaan, kerja dilakukan secara sukarela. Tidak ada kewajiban
bakti kampung, syukuran hari jadi kampung, bagi pemilik acara hajatan untuk membayar
konser dan aktivitas social kampong lainnya. para sinoman meskipun terkadang ada yang
Sebaliknya Sinoman mengalami kemunduran berbaik hati memberikan kompensasi berupa
aktivitasnya di saat situasi masyarakat kota uang atau rokok. Pekerjaan sinoman ini
Surabaya stabil secara social ekonomi. Hal murni dilakukan untuk menolong tetangga
ini terjadi pada tahun 1980-1996 disebabkan kita yang tengah membutuhkan bantuan
munculnya industrialisasi dan urbanisasi yang saja. Salah satu imbalan yang diberikan oleh
mengakibatkan munculnya budaya instan dan para pemilik acara hajatan biasanya adalah
individual dengan menyerahkan semua urusan para sinoman dibebaskan untuk mengambil
pada penyedia jasa yang sebelumnya peran itu makan dan minuman sepuasnya. Sebelum
dilaksanakan oleh para sinoman kampung. acara hajatan digelar biasanya si pemilik hajat
mengumpulkan remaja-remaja yang akan
Kegiatan Sinoman terus berkembang dan dimintai tolong untuk sinoman atau menjadi
juga berubah. Pola tradisional yang hidup di juru laden saat acara hajatan digelar atau
kampung-kampung dalam Kota Surabaya, sering di sebut dengan rapat sinoman. Dan
mulai dipengaruhi gaya hidup masyarakat
kota Metropolitan. Kegiatan kemasyarakatan

Edisi Budaya | 493

jika acara hajatan sudah selesai sang pemilik karna mata pencaharian sebagian besar
hajatan juga mengumpulkan remaja-remaja masyarakat Jawa adalah petani. Kedua,
sinoman lagi di rumahnya pada beberapa hari sinoman dana dan sambatan membangun
setelah hajatan digelar yaitu untuk mbubarne rumah, karena membangun rumah biasanya
sinoman. Pada acara mbubarne sinoman membutuhkan banyak biaya, maka mereka
tersebut orang yang punya hajat mengucapkan menabung terlebih dulu dengan tradisi
terima kasih kepada remaja-remaja atas segala sinoman ini. Tetangga yang mendirikan
tenaga dan waktu yang telah disumbangkan rumah terlebih dahulu dibantu oleh tetangga
demi terselenggaranya acara hajatan tersebut lain dengan menyumbangkan apa-apa yang
sehingga acara hajatan dapat berjalan lancar dibutuhkan oleh orang yang mendirikan rumah
dari awal hingga akhir. tersebut. Ketiga, sinoman pindah rumah,
ketika sebuah keluarga akan memisihkan
Meskipun tradisi ini sudah mulai di diri dari induk keluarganya, maka biasanya
tinggalkan pada masa modern seperti ini dalam tradisi di Jawa dirayakan dengan besar-
khususnya dikota-kota namun tidak jarang besaran, dengan upacara selamatan, prosesi
juga masih ada yang menggunakan tradisi ini pindahan dengan diiringi tetangga sekitar dan
dalam acara pernikahan atau hajatan lainnya. mereka menjenguk orang yang baru pindahan
Dalam tradisi sinoman di kabupaten Batang tersebut. Keempat, sinoman mempunyai hajat
ini walaupun tingkat partisipasi pemudanya mantenan dan sunatan.
tidak sebanyak pada tahun-tahun yang dulu
tetapi dalam setiap acara pernikahan di Tradisi sinoman sudah melekat pada
kabupaten Batang selalu mengikutsertakan masyarakat Jawa, terutama setiap aktivitas
pemuda dalam partisipasinya sebagai sinoman dan kegiatan yang membutuhkan banyak
dari mulai yang bertugas melayani tamu orang. Menurut Kasdi, sinoman mempunyai
undangan hingga yang mengatur keamanan makna yang sangat penting, yaitu: pertama,
demi terselenggaranya acara hingga selesai. makna sosial. Tradisi sinoman dijadikan
Hal ini dilakukan agar tradisi jawa yang sudah sebagai media mempertemukan antar anggota
mulai tergerus oleh perkembangan zaman ini masyarakat. Ditinjau dari dimensi sosial,
tetap lestari. masyarakat Jawa meyakini bahwa sinoman
mampu menjadi perekat sosial. Sinoman dapat
Memaknai Tradisi Sinoman mempertemukan masyarakat tanpa melihat
status sosial dan mempertemukan mereka
Dengan demikian dapat dikatakan dalam satu kepentingan. Tidak ada perbedaan
sinoman bagi masyarakat Jawa adalah antara yang kaya dan yang miskin.
aktivitas memberikan sumbangan atau nitip
barang dan menagihnya kembali ketika Kedua, semangat gotong royong. Hal ini
sedang membutuhkan. Aturan mengenai dapat diamati dari praktik sinoman itu sendiri,
sinoman memang hampir tidak tertulis, dimana setiap anggota masyarakat saling
tetapi tidak pernah terjadi pengingkaran membantu, tanpa melihat status seseorang.
dan selalu terpenuhi ketika si penyimpan Dengandemikian,suatupekerjaandankegiatan
membutuhkannya (Abdurrahman Kasdi, yang awalnya berat dan membutuhkan dana
2009). Tradisi seperti ini merupakan banyak, bisa menjadi ringan. Tidak ada suatu
bagian dari upaya masyarakat dalam kegiatan yang tidak terlaksana hanya gara-gara
mengorganisasikan diri, menata kehidupan tidak ada dana atau tenaga yang membantu.
bersama dan menginternalisasikan budaya Tradisi sinoman ini sejalan dengan semangat
dalam kehidupan sehari-hari. bangsa Indonesia, yakni semangat gotong
royong. Bila tradisi ini dihidupkan terus maka
Menurut Abdurrahman Kasdi, sinoman akan mengurangi tingkat kemiskinan dan bisa
yang biasa dipraktikkan oleh masyarakat Jawa mengikis kesenjangan sosial.
mempunyai banyak bentuk. Di antaranya
adalah pertama, sinoman menggarap sawah, Ketiga, makna ekonomi. Ketika BBM
naik yang dibarengi dengan kenaikan harga,

494 | Ensiklopedi Islam Nusantara

kebutuhan masyarakat semakin naik juga. Kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan
Keempat, makna spiritual. Masyarakat Jawa Hulu Riau Sumatera yang masyarakatnya
mempunyai pandangan bahwa melaksanakan memiliki suatu tingkat saling tolong menolong
sinoman dapat mendekatkan diri pada dan toleransi yang tinggi di masyarakat. Mereka
agama. Tradisi sinoman yang dilakukan oleh tidak hanya hidup bersama dalam suatu desa
masyarakat Jawa merupakan bagian dari namun mereka juga saling membantu antara
kearifan lokal yang menunjukkan khasanah masyarakat yang satu dengan masyarakat
budaya bangsa. Budaya seperti ini patut kita yang lainnya. Apalagi jika ada salah satu
lestarikan bahkan dikembangkan karena selain anggota masyarakat yang akan melaksanakan
mempunyai muatan lokal, tradisi sinoman pesta pernikahan. Masyarakat akan serta-
juga mempunyai makna yang signifikan dalam merta membantu dan meringankan biaya
kehidupan bermasyarakat (Abdurrahman dalam bentu bahan makanan dalam persiapan
Kasdi, 2009). prosesi pesta pernikahan yang nantinya akan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan masyarakat desa Pasir Jaya ini saya melihat
bahwa tradisi sinoman merupakan tradisi yang ada suatu tradisi sinoman atau masyarakat
memupuk rasa kekeluargaan, kebersamaan, sekitar sering menyebut nyinom yang artinya
serta gotong royong di masyarakat. Hal membantu. Arti nyinom itu sendiri berbeda-
ini menunjukkan bahwa masyarakat kita beda tergantung pemaknaan yang berkembang
masih menjaga tradisi tersebut, dan hal ini di masyarakat tesebut dimana dia mereka
patut dilestarikan, karena tradisi daerah berada.
seperti tradisi sinoman merupakan akar dari
kebudayaan nasional, yang merupakan buah Tradisi ini muncul di masyarakat desa
mahakarya Indonesia (Bahrul Ulum, 2015). Pasir Jaya ini karena dibawa oleh masyarakat
suku Jawa yang bertransmigrasi ke desa
Tradisi Sinoman dan Perekonomian ini. Pada awalnya tradisi ini dilakukan
Rakyat oleh sekelompok kecil masyarakat suku
jawa dan mulai berkembang sesuai dengan
Tidak hanya di Jawa, di luar Jawa juga perkembangan zaman. Pengertian sinoman itu
ada tradisi Sinoman sepeti di desa Pasir Jaya sendiri sebenarnya kalau diartikan ke dalam
bahasa jawa adalah kelompok muda-mudi yang

Edisi Budaya | 495

bekerja sama dengan sukarela, juga disebut pertukaran (exchange).Pertukaran semacam
pramuladi untuk membantu penyelenggaraan ini tidak hanya mempunyai fungsi ekonomi,
dan pelaksanaan upacara pernikahan adat dalam arti memenuhi kebutuhan akan hidup,
jawa. tetapi juga mempunyai fungsi hukum, moral,
keindahan, keagamaan dan sebagainya.
Bentuk bantuan beragam jenisnya, Pastinya kegiatan pertukaran seperti inilah
namun ditunjukkan hanya berbentuk barang yang menggerakkan seluruh sistem sosial
tanpa berbentuk uang, bentuk bantuannya suatu masyarakat. Fungsi dan makna dari
yaitu seperti rokok, minyak goreng, daging pertukaran dalam suatu masyarakat hanya
ayam, daging sapi, mihun, telur dan bahan dapat dipahami, kata Marcel Mauss dalam
makanan lainnya yang diperlukan keluarga buku klasiknya Gift (1925), jika masyarakat
yang akan menggelar pernikahan. Pertukaran tersebut di pandang sebagai satu keseluruhan
ini berbentuk bahan makanan yang nilai yang kompleks, dimana setiap unsur dalam
ekonomisnya sangat tinggi dan cukup keseluruhan tersebut berkaitan satu sama lain
membantu. Jumlah sinoman yang akan secara fungsional (Amri Marzali, 2005: 150-
diberi pun bermacam-macam tergantung 151)
semampu seseorang ingin membantunya
dan tergantung tingkat ekonomi seseorang. Masyarakat desa Pasir Jaya ini
Bantuan yang diberi sekarang akan berbalik menganggap tradisi sinoman sebagai suatu
lagi dengan jumlah yang sama walaupun harga tabungan buat masa depan ketika suatu saat
dahulu lebih murah ketimbang harga saat ini. masyarakat akan menggelar pesta pernikahan.
Walaupun begitu namun masyarakat suku Sedikit demi sedikit mereka kumpulkan untuk
jawa tidak merasa rugi dan malah mereka menaruh ke tetangga jika ada tetangga yang
sangat terbantu dengan adanya tukar menukar menggelar pernikahan. Biasanya ibu-ibu yang
ini dan masyarakat juga menilai bahwa tradisi memikirkan jika suatu saat nanti mereka akan
sinoman sebagai suatu tabungan dimasa yang menikahkan anaknya, apalagi jika anak mereka
akan datang dan akan digunakan ketika akan banyak, pastinya sangat membutuhkan
menggelar pernikahan. biaya yang besar untuk menggelar pesta
pernikahan. Tradisi sinoman ini berfungsi
Setiap pernikahan yang dilangsungkan untuk pemenuhan perlengkapan persiapan
di desa ini, masyarakat secara bersama-sama pesta pernikahan.
bergotong royong dan bekerja sama untuk
kepentingan individu atau dari kita untuk dia. Dalam proses pertukaran ada suatu
Karena itu tolong menolong dalam pelaksanaan perjanjian yang tidak mungkin diingkari oleh
pernikahan selalu ada dan yang punya masyarakat, apabila perjanjian itu diingkari
hajat (gawe) selalu meminta tolong dengan makan masyarakat mendapat hukuman dari
sopan santun yang tetap, seperti dikatakan masyarakat berupa cemooh dan tidak di percaya
Koentjaraningrat, karena yang punya hajatan lagi oleh masyarakat, sehingga mereka enggan
pernikahan itu meminta kesediaan orang untuk saling tukar menukar. Dan hal itu nyata
lain untuk membantunya, meskipun dalam terlihan dan dengan sendirinya masyarakat
kesempatan lain pertolongan itu akan di balas berasumsi seperti itu. Sinoman ini biasanya
secara setimpal (Kolff. 1936). Asas Recipocity berupa bahan makanan pokok yang nilai
atau Timbal Balik, dengan menggunakan asas ekonomisnya sangat tinggi seperti telur, gula,
ini kita akan melihat perbedaan antara gotong minyak, daging ayam, daging sapi, rokok serta
royong, artinya siapa yang pernah menolong bahan pokok lainnya. Jumlahnya biasanya
tentu akan menerima pertolongan balik dari tergantung kondisi masyarakat, kebanyakan
pihak yang menolongnya. masyarakat menaruh per 10 kg setiap tetangga
sekitar akan menggelar pernikahan dan barang
Sama halnya dengan pelaksanaan tersebut akan kembali lagi dengan jumlah yang
pernikahan kita menolong orang yang sama kepada kita ketika kita akan menggelar
mempunyai hajatan tentu kita akan di tolong pernikahan, walaupun harga dahulu jauh
kembali. Biasanya di kategorikan ke dalam jenis

496 | Ensiklopedi Islam Nusantara

berbeda dengan jaman sekarang namun tetap mereka masih punya tabungan di tetangga-
mereka tidak keberatan dengan hal itu. tetangganya jika suatu saat akan menikahkan
anaknya. Dengan demikian, tradisi sinoman
Masyarakat di desa ini tidak memikirkan telah menjadi suatu pertukaran sosial yang
untung dan rugi, yang mereka fikirkan mempunyai nilai ekonomis yang sangat
hanyalah sinoman itu untuk tabungan di masa tinggi yang sangat berguna masyarakat dan
depan ketika akan menggelar pernikahan sangat membantu sekali dalam pelaksanaan
anaknya. Dengan adanya tradisi sinoman pernikahan.
ini masyarakat sedikit bernafas lega karena
[Zainul Milal Bizawie]

Sumber Bacaan

Abdurrahman Kasdi, Memaknai Tradisi Sinoman, Koran Suara Merdeka 3 Oktober 2009
Bakhrul Ulum, Tradisi Sinoman Sebagai Mahakarya Indonesia, Indonesiakaya,com 24 Juni 2015.
Drs. Imam Sutardjo, M. Hum. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: FSSR UNS.
Iman Firdaus. 2012. Pesta Adat Pernikahan Di Nusantara. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.
Iwan Swandi. 2008. Dalam skripsi sistem perkawinan masyarakat minangkabau. Jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial

dan ilmu politik Universitas Riau.
Linda Retno Tri Ambarwati dan Hesti Asriwandar, Tradisi Sinoman Sebagai Sistem Pertukaran Sosial Di Dalam Pelaksanaan

Pesta Pernikahan Adat Jawa (Studi Pada Masyarakat Transmigrasi Di Desa Pasir Jaya Kecamatan Rambah Hilir
Kabupaten Rokan Hulu)
M. Ikhsan Alkhariri. 2012. Upacara Pernikahan Adat Jawa di Tinjau dari Sudut Pandang Etika dan Relevansinya Terhadap
Gaya Hidup Remaja. Jurusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.
Maryono Dwiraharjo, Dkk. 2006. Kamus Istilah Perkawinan Adat Jawa Gaya Surakarta. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Miko Saputra. 2011. Dalam skripsi Perubahan Tata Cara Perkawinan Pada Masyarakat Sungai Pinang kecamatan hulu
kuantan kabupaten kuantan singingi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Purwadi, Enis Niken. 2007. Upacara Pengantin Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta.
Sri Wahyuni Aldani. 2008. Tata Cara Perkawinan Di Kanagarian Paninjauan Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam
Provinsi Sumatra Barat.Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Sumarsono. 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita.
Zesladesrani. 2010. Sistem Adat Perkawinan Pada Masyarakat Di Kenegrian Rokan Kecamatan Rokan IV Koto Kabupaten
Rokan Hulu. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Edisi Budaya | 497

Sorogan

Sebuah sistem pendidikan pasti mana kemampuan dan penguasaan santri
mengandaikan keberhasilan proses terhadap kitab tersebut. Metode pengajaran
belajar mengajar yang dijalankan. Dalam sorogan menekankan pada pengajaran
dunia pendidikan klasik seperti pesantren, alat individual (individual learning), belajar tuntas
ukur keberhasilan atau capaian pendidikan (master learning) dan belajar berkelanjutan
tidaklah diukur dengan angka –angka yang (continuous progress).
dihasilkan dari teori dan dapat dibunyikan.
Suatu keberhasilan dilihat dari apa yang dilihat Pengajian sorogan biasanya dilakukan di
oleh pengajar/kyai, kepada anak didiknya ruang kelas, masjid, atau pendopo rumah kiai.
dengan cara atau ala pesantren. Biasanya di situ terdapat tempat duduk kiai
atau ustadz dan meja kecil menghadap santri.
Salah satu metode yang digunakan oleh Para santri berkumpul di ruangan tersebut
lembaga pendidikan yang paling tua, pesantren dengan membawa kitab masing-masing. Satu
adalah metode sorogan dan bandongan atau persatu santri diundang menghadap kiai
bandungan. Sorogan berasal dari kata sorog atau ustadz dengan membawa kitab yang
dalam bahasa Jawa artinya menyodorkan. sudah ditentukan. Kemudian kiai atau ustadz
Maksudnya seorang santri menyodorkan diri menyuruh santri tersebut untuk membacakan
kepada kyai atau ustadz untuk menyimak salah satu bab dalam kitab tersebut sekaligus
bacaan kitabnya. Lawan dari sorogan adalah disuruh mengartikannya. Sang kiai hanya
Bandongan dalam bahasa Sunda disebut juga menyimak dan memperhatikan bacaan dan
Bandungan. Bandongan artinya Berbondong pemahaman santri. Jika ada bacaan atau
bonding mendatangi pengajian kyai. Metode pemahaman santri yang salah maka akan
ini lawan dari Sorogan, karena sorogan bersifat dibetulkan dan diluruskan oleh kiai.
individual sementara Bandongan bersifat
kelompok. Sorogan juga bisa dilakukan secara
individual maupun kelompok kecil santri.
Sorogan berasal dari bahasa Jawa “sorog” Mereka berkumpul mengelilingi kiai atau
yang artinya “menyodorkan” (Imam Banawi, ustadz dengan menyodorkan kitab pelajaran.
1993: 97). Dalam pengajaran “sorogan” Kiai atau ustadz membacakan naskah kitab
para santri satu persatu menghadap dan tersebut, mengartikannya kalimat demi
membacakan kitab di hadapan kiai atau kalimat, serta menerjemahkan kata demi kata.
ustadz. Kiai atau ustadz langsung mengecek Sebab, pada umumnya, kiai mengajarkan kitab
keabsahan bacaan santri, baik dalam konteks gundul (tanpa harakat). Maka, mula-mula
makna maupun bahasa (Affandi Mochtar, yang harus dipelajari adalah cara membacanya,
2009:35). Sorogan artinya belajar secara intonasinya. Sehingga, mau tak mau santri
individual di mana seorang santri berhadapan harus belajar dan menguasai tata bahasa
dengan seorang guru, terjadi interaksi Arab. Dalam metode sorogan, perhatian
saling mengenal antara keduanya (Mastuhu, dan pengasuhan kiai sangat kuat. Kiai dapat
1997:61).Tujuannya untuk mengetahui sejauh memengaruhi dan mengontrol kemajuan

498 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Suasana para santri yang sedang antri sorogan. masing-masing santri berbeda-beda sesuai
dengan tingkat kemampuan dan bakat santri
Sumber: http://www.mzbach.com/ bersangkutan. Karena itu, keberagaman materi
dan tingkat kemampuan santri tercermin
dalam pola pembelajaran kitab kuning dengan
metode pembelajaran ini. (Fathan, 1998:71 )

Metode ini hingga ini dianggap cara yang
efektif untuk mengevaluasi bacaan santri.
Sebagaimana kita ketahui, dalam pesantren
dimana pengajaran dengan membaca kitab
kitab kuning sangat ditekankan, kemampuan
membaca dan menggunakan literature itu
sangatlah ditekankan.

santri terkait dengan kemajuan belajar dan Sorogan Bandungan dan Musyawarah
pengetahuannya tentang tata bahasa Arab. atau Munadharah
Sebaliknya, santri hanya bisa menerima
pelajaran secara pasif, mencatat terjemahan Dalam pembelajaran di pesantren
atau keterangan kiai secara singkat dan sebagaimana disebut di atas, biasanya kyai
sederhana. (Zimek, 1986:168) membacakan kitab tertentu. Sang Kyai lalu
memberi makna atau arti dari kitab –kitab
Kemajuan pelajaran dinilai menurut berbahasa Arab itu. Selain memberi arti,
jumlah naskah dasar berbahasa Arab (kitab Kyai juga menerangkan makna-makna atau
kuning) yang dikuasai oleh seorang santri. kandungan dalam isi kitab itu. Dari situlah
Metode pelajaran individual ini memberikan kita bisa mendengarkan keluasan ilmu kya,
kebebasan kepada para siswa untuk mengikuti karena nanti santri atau murid bisa mendapat
pelajaran menurut prakarsa dan perhitungan isi yang lebih luar dari apa yang tertulis di
sendiri, menentukan bidang jurusan dan teks. Keterangan kyai itu biasanya lalu disebut
tingkat kesukaran buku pelajarannya sendiri mensyarahi, jika tekun sang santri dapat
serta mengatur intensitas belajar menurut mengumpulkan syarah ini yang dia tulis dalam
kemampuan menyerap dan motivasinya kitab pegangannya sendiri, menjadi sebuah
sendiri. kitab karya kyai. Bandongan banyak diikuti
orang, itulah mengapa disebut Bandongan
Manfaat langsung yang didapat dari karena orang-ornag berbondong bondong
metode ini adalah setiap santri memperoleh datang ke tempat pengajian. Bandongan
perlakuan dan perhatian berbeda dari seorang disebut juga wetonan, dari kata weton, karena
kiai atau ustadz. Perlakuan dan perhatian hanya waktu waktu tertentulah pengajian
ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan bandongan itu digelar (tidak smeua pesantren
santri, sehingga bisa memberikan kesempatan atau lembaga pendidikan sejenis) .Kalau hanya
kepada santri untuk mengembangkan mengalamai dan ikut ngaji bandongan, tidak
kemampuannya masing-masing berdasarkan yang tahu apapkah snag santri mendengar
kerja keras dan kesungguhan setiap santri. kyai mencatat makna-maknanya tau
mendnegarkan dengan seksama Yang jelas
Interaksi personal-individual antara ketika sorogan dijalankan, maka kyai dapat
santri dan kiai ini merupakan ciri khas menyimak dan memeriksa langsung tingkat
pola pembelajaran sorogan. Dalam pola kepandaina membaca kitab kuning atau kitab
pembelajaran ini tampak adanya transformasi klasik itu. Biasanya dalam sorogan itu para
nilai-nilai kesabaran kiai atau ustadz juga kyai atau ustdaz akan memanggil santri-snatri
keteladanan seorang kiai atau ustadz bagi untuk menghadapinya dan langsung membaca
santri-santrinya. Kitab-kitab yang dipelajari

Edisi Budaya | 499

halaman kitab . kuningnya. Pada penyimaan meninggakn dan mengevaluasi kemampuan
individual, verifikasi yang ketat untuk santri; sorogan dan musyawarah.
dievaluasi adalah penggunaan alat baca dalam
bahasa Arab; nahu shorof atau grammatical Pembelajaran metode sorogan
benar-benar ditegakkan oleh kyai. Drai sini
Kyai tahu bagaimana kemampuan sang santri Pada dasarnya metode sorogan merupakan
teks Arab yang kelak snagat membutuhkan bentuk aplikasi dari dua metode yang sangat
kitab –kitab, akan tahu bagaimana hasilnya. berkaitan, yaitu metode membaca (reading
Saat Sorogan inilah saat intim relasi antara Kyai method) dan metode gramatika terjemah
dan santri. Kalau sang murid mampu berarrti (gramer translation method) yang disajikan
dia berhak menjadi utusan atau duta pondok dengan sistem tutorship dan mentorship.
keluar madrasah, mislanya perlombaab. (Acep Hermawan, 2011: 193)

Pembacaan kitab atau sorogan namapknya a. Metode membaca (reading method)
seperti tanpa atnrian. Para santri cukup
hormat dan tahu diri terhadap kyai. Sorogan Metode membaca merupakan suatu
menjadi seperti ulangan lisan pada ulangan metode pengajaran bahasa yang
harian. menyajikan materi pelajaran yang diawali
dengan mengutamakan aspek membaca,
Adapun sorogan memnag benar-benar yakni guru mula-mula membacakan topik-
untuk mengecekk bacaan snatri. Dulu sorogan topik bacaan kemudian diikuti oleh siswa
itu dipakai juga di Langgar atau Meunasah. anak didik. Tapi terkadang guru menunjuk
Tidka hanya untuk membaca kitab kuning tapi langsung anak didik untuk membacakan
juga untuk mengaji al-Quran. pelajaran tertentu lebih dulu, dan siswa
lain memperhatikan dan mengikutinya.
Jika ia dinyatakan mahir dan dapat
dipertanggungjawabkan baca kitabnya, maka Metode membaca selain menekankan
snag snatri bisa direkomendasikan untuk ikut kemampuan membaca, juga memandang
lomba –lomba, yang biasanay diadakan di luar, penting kemampuan mengucapkan
skalao local, daerah dan nasional. Kegiatan yang benar. Sehingga kemampuan ini
ini sejalan dengan MQK, Musabaqah Qiroatul dipandang dapat membantu para pelajar
Kutub. dalam pengungkapan lisan

Selain sorogan dan bandongan, ada b. Metode gramatika terjemah (gramer
juga cara kegiatan di pondok yang disebut translation method)
musyawarah atau munadzarah. Di Jawa
Tengah biasanya dikenal musyawarah atau Metode gramatika terjemah merupakan
bahtsul masail. kombinasi antara metode gramatika
dan metode terjemahan. Yaitu metode
Musyawarah dalam pesntren sangat pembelajaran bahasa Arab yang terfokus
diperlukan selain untuk memecahkan masalah- pada pengkajian kaidah-kaidah tata
masalah kebekuan dna tantangan umat Islam, bahasa dan penerapannya di dalam
biasanay dikemas dengan cara seperti bahtsul penerjemahan suatu paragraf bacaan
masail. Jadi ada soal-sioal atau maslah di dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
sekitar kita yang perlu jawab lalua dhimun. Ba’labaki menjelaskan bahwa dasar
Dan allau diusulkan kepada kyai dna santri pokok metode ini adalah hafalan kaidah,
untuk memutskan amana masail yang akan analisa gramatika terhadap wacana, lalu
dipiajukan dalam musyawrah. Musyawarah terjemahannya ke dalam bahasa yang
yang diikuti anak-anak snatri biasnaya untuk digunakan sebagai pengantar pelajaran.
latihan. Sebab nanti biasanay ada musyawarah
antar pondok. Terdapat dua aspek penting dalam
metode gramatika terjemahan: pertama,
Hingga hari dan sejak pondok pesnatren kemampuan menguasai kaidah tata bahasa,
ada, metode ini dianggap efektif untuk

500 | Ensiklopedi Islam Nusantara

dan kedua, kemampuan menerjemahkan. Termasuk metode pengajaran sorogan.
Dua kemampuan ini adalah modal dasar
untuk mentransfer ide atau pikiran ke dalam Bila dipandang dari segi waktu dan tenaga
tulisan bahasa asing dan modal dasar untuk mengajar, metode sorogan dianggap kurang
memahami ide atau pikiran yang dikandung efektif, karena membutukan waktu yang
tulisan dalam bahasa asing yang dipelajarinya. relatif lama, apalagi santri yang belajar sangat
banyak. Tentunya akan membutukan waktu
Secara teknis, Ditpekapontren, yang sangat panjang dan banyak mencurahkan
tenaga untuk mengajar. Metode sorogan hanya
Departemen Agama RI (2003: 73-86) efektif ketika jumlah peserta didik tidak terlalu
banyak. Keterbatasan jumlah pengajar akan
menguraikan teknik pembelajaran dengan menjadi kendala dalam penerapan motede ini.

metode sorogan sebagai berikut: Metode sorogan banyak menuntut
kesabaran, kerajinan, ketekunan, keuletan,
1. Seorang santri yang mendapat giliran dan kedisiplinan pribadi seorang kyai (ustadz).
menyoroggkan kitabnya menghadap Tanpa ada sifat-sifat tersebut di atas, maka
langsung secara tatap muka kepad kiai proses pembelajaran dengan menggunakan
atau ustadz pengampu kitab tersebut. metode sorogan tidak akan tercapai secara
Kitab yang menjadi media sorogan maksimal.
diletakkan di atas meja atau bangku kecil
yang ada di antara mereka berdua. Sistim sorogan dalam pengajaran
ini merupakan bagian yang paling sulit
2. Kiai atau ustadz tersebut membacakan dari keseluruhan sistim pendidikan Islam
teks dalam kitab dengan huruf Arab tradisional.
yang dipelajarinya baik sambil melihat
(bi nadhar) maupun secara hapalan (bil Namun demikian, metode pengajaran
ghaib), kemudian memberikan arti atau sorogan memiliki sisi keunggulan. Salah
makna kata per kata dengan bahasa yang satunya untuk mengukur kualitas individu.
mudah dipahami. Kemajuan individu lebih terjamin karena
setiap santri dapat menyelesaikan program
3. Santri dengan tekun mendengarkan belajarnya sesuai dengan kemampuan
apa yang dibacakan kiai atau ustadznya individu masing-masing. Dengan demikian
dan mencocokkan dengan kitab yang kemajuan individual tidak terhambat oleh
dibawanya. Selain mendengarkan keterbelakangan santri yang lain. di camping
dan menyimak, santri terkadang juga itu, metode sorogan memungkinkan perbedan
membuat catatan-catatan seperlunya. kecepatan belajar para santri, sehingga
ada kompetisi sehat antar santri. Juga
4. Setelah selesai pembacaannya oleh kiai memungkinkan seorang guru mengawasi dan
atau ustadz, santri kemudian menirukan membimbing secara maksimal kemampuan
kembali apa yang telah disampaikan seorang murid dalam menguasai pelajarannya.
di depan, bisa juga pengulangan ini
dilaksanakan pada pertemuan yang Sorogan juga memiliki ciri penekanan
selanjutnya sebelum memulai pelajaran yang sangat kuat pada pemahaman tekstual
baru. Dalam peristiwa ini, ustadz atau literal. Dan, sistim ini terbukti sangat
atau kiai melakukan monitoring dan efektive sebagai taraf pertama bagi seorang
koreksi seperlunya atas kesalahan atau santri untuk belajar ilmu agama.
kekurangan bacaan santrim
Meskipun metode ini sangat klasik,
Kekurangan dan Kelebihan Metode pengajaran menggunakan sistem sorogan
Sorogan terbukti sangat efektif dan terbukti berhasil.
Ternyata, sistem pendidikan pesantren yang
Tidak ada sister stay metode pendidikan tradisional ini, yang biasanya dianggap sangat
di manapun yang sempurna. semuanya pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan, baik
sistem atau metode klasik maupun modern.

Edisi Budaya | 501

statis dalam mengikuti sistem sorogan dan Sistem ini bertujuan untuk memberikan
bandongan dalam menerjemahkan kitab- latihan khusus kepada santri dan membantu
kitab islam klasik ke dalam bahasa Jawa, mereka mengembangkan dan mendalami
dalam kenyataannya tidak hanya sekadar pengetahuan atau keahlian tertentu
membicarakan bentuk (form) dengan
melupakan isi (content) ajaran yang tertuang Kerangka acuan yang digunakan oleh
dalam kitab-kitab tersebut. Para kiai sebagai para kiai untuk melaksanakan evaluasi
pembaca dan penerjemah kitab tersebut, pada umumnya tidak menggunakan angka-
bukanlah sekadar membaca teks, tapi angka sebagaimana dikenal dalam lembaga
juga memberikan pandangan-pandangan pendidikan formal yang menganut sistem
(interpretasi) pribadi, baik mengenai isi persekolahan (schooling). Para kiai tidak
maupun bahasa pada teks. Dengan kata lain, pernah menilai kemajuan santri dengan
para kiai juga memberikan komentar atas seperangkat nilai hasil belajar. Pada umumnya,
teks sebagai pandangan pribadinya. Oleh mereka memberikan evaluasi dari metode
karena itu, para penerjemah tersebut haruslah sorogan ini dengan mengadakan lomba baca
menguasai tata bahasa Arab, literatur dan Kitab Kuning yang diselenggarakan setiap
cabang-cabang pengetahuan agama Islam yang akhir tahun, biasanya sebelum masuk bulan
lain. (Zamakhsyari, 2011:88) Ramadhan.

Sistem sorogan merupakan bagian paling Dalam lomba tersebut akan terpilih secara
sulit dari keseluruhan metode pendidikan objektif beberapa santri pembaca kitab yang
Islam tradisional, sebab menuntut kesabaran, dianggap kompeten dan bisa digolongkan
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari sebagai pembaca (qari’) yang baik. Dengan
santri. Dalam metode ini, santri yang pandai pola evaluasi seperti ini, mereka yang merasa
mengajukan sebuah kitab kepada kiai untuk belum pandai tidak akan berani mengikuti
dibaca di hadapan kiai tersebut. Kalau dalam lomba tersebut.
membaca dan memahami kitab tersebut
terdapat kesalahan, maka kesalahan tersebut Selain sistem sorogan, di pesantren
langsung akan dibenarkan kiai. (ensiklopedia juga menggunakan sistem bandongan dan
NU, 2014: 124) khalaqah. Bandongan artinya belajar secara
kelompok yang diikuti oleh seluruh santri.
Biasanya metode ini diikuti oleh santri Biasanya kiai menggunakan bahasa daerah
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, dan setempat dan langsung menerjemahkan
kiai menjelaskan isi kitab secara detil. Untuk kalimat demi kalimat dari kitab yang
mempercepat pemahaman santri, seorang kiai dipelajarinya. Sedangkan halaqah artinya
seringkali menyuruh santri yang bersangkutan diskusi untuk memahami isi kitab, bukan
untuk membaca kajian sebelumnya, sebagai mempertanyakan kemungkinan benar
semacam pasca ujian kepada santri. Ini adalah salahnya apa-apa yang diajarkan oleh kitab,
bagian dari cara kiai dalam mempersiapkan tetapi untuk memahami apa maksud yang
seorang santri untuk menjadi seorang kiai. diajarkan oleh kitab. (Mastuhu,1994:61)

[Ala’i Nadjib dan Jamaluddin Muhammad]

Sumber Bacaan

Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008)
A. Khoirul Anam dkk, Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khazanah Pesantren, (Jakarta: Mata Bangsa dan

PBNU, 2014)
Ach. Fathan, Model Pengajaran Sorogan, (Malang: FPK, 1998)
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Rosda Karya, 2011)
Dr. Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986)
Imam Banawi, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS: 1994)
Zamachsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP٣ES ٢٠١١)

502 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Sowan

Definisi dan Latar belakang sejarah Sowan pada mulanya merupakan
perilaku berkunjung bagi masyarakat Jawa
Sowan, merupakan tradisi yang tetap kepada seseorang yang dianggap lebih (dalam
terjaga selama beribu-ribu tahun dan hal ini dukun) dengan budaya animisme-
dilakukan oleh masyarakat Indonesia dinamismenya. Baru setelah agama Budha-
khususnya Jawa. Sowan berasal dari bahasa Hindu masuk, perilaku ini berubah menjadi
Jawa Verba (kata kerja) yang atinya menghadap; perilaku berkunjung kepada resi-resi di
bertamu; berkunjung (kepada orang yang biara yang juga dilakukan oleh para raja-
dianggap harus dihormati, seperti raja, guru, raja terdahulu (Lombard, 2005, 64). Ketika
atasan, orang tua)(KBBI, ٢٠١٤). Sowan adalah agama Islam masuk, maka perilaku ini juga
berkunjung ke seseorang yang dihormati atau mengalami perubahan menjadi berkunjung
lebih tua. Berkunjung memberikan makna kepada Kyai yang pada saat itu merupakan
bahwa seseorang menjalin dan menjaga ikatan tokoh dan sosok yang berpengaruh bagi
antar manusia, yang pada praktiknya untuk perkembangan Islam di Jawa (Bashori,2014).
mewujudkan harmoni dan keseimbangan Hal tersebut membuat istilah Sowan ini
hubungan antarumat manusia yang lebih baik.

Para santri sowan ke kediaman KH. Maimun Zubair, Sarang, Jawa Tengah.

Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

Edisi Budaya | 503

mengalami penambahan menjadi Sowan Kyai, menjaga hubungan antar sesama manusia
karena perilaku berkunjung yang semula (Abdurrahman, 2009, h.1). Dua istilah yakni
kepada dukun/resi, menjadi kepada Kyai. Sowan dan Silaturrahmi, akhirnya menjadi
Pengaruh Kyai yang begitu besar dengan satu pemaknaan dalam masyarakat Jawa.
sebuah lembaga Pesantren yang dipimpinnya, Hadirnya sebuah pesantren karena adanya
membuat perilaku ini juga menjadi tradisi para santri dalam pengertian sowan, membuat dua
Santri yang ingin memohon petunjuk kepada istilah ini menjadi satu pemaknaan.
Kyainya.
Dalam sejarah Islam, peristiwa isra’ mi’raj
Sebagai tradisi yang telah dilakukan adalah napak tilas Nabi kepada para Nabi
turun-temurun oleh masyarakat Jawa, dalam sebelumnya dengan ziarah sekaligus visualisasi
ilmu komunikasi, sowan memiliki nilai umat dahulu dan masa mendatang. Oleh sebab
spiritual dalam hubungan antar manusia ini itu, sowan juga dilakukan para santri dan
telah ada bahkan sebelum agama Hindu-Budha umat Islam kepada ulama dan tokoh agama
masuk dalam wilayah Nusantara. Karenanya, dalam arti berziarah ke makam auliya’. Sebab
di kerajaan-kerajaan Jawa dikenal tradisi kisah isra’ dan mi’raj mencontohkan itu. Dan
Pisowanan. yang paling mulia adalah, para Nabi sangat
sayang kepada Muhammad dan umatnya
Pisowanan adalah sebuah tradisi dalam sehingga menghasilkan hikmah berkurangnya
kerajaan-kerajaan Jawa, di mana bawahan- shalat yang asalnya 50 menjadi 5 waktu.
bawahan raja/sultan datang (sowan) ke Itulah hikmah dari berziarah atau sowan serta
istana untuk melaporkan perkembangan tawadlu’ kepada para Nabi sebelumnya atau
daerah yang dipimpinnya. Pisowanan para kekasih Allah.
boleh dikatakan merupakan sebuah wujud
pertanggungjawaban pemimpin-pemimpin Sowan, Pesantren dan Cium Tangan
daerah kepada raja. Setelah mendengarkan
laporan dari para bawahannya, raja/sultan Sekalipun Sowan merupakan budaya
biasanya akan memberikan nasihat, teguran, masyarakat Jawa, ternyata Islam melihat
ataupun perintah (titah) bagi masing-masing budaya ini sebagai suatu perilaku yang juga
pemimpin daerah. diperintahkan dengan nama Silaturrahim.
Said (2014) menyatakan bahwa Sowan pada
Namun, pada perkembangannya sebagai dasarnya berasal dari sabda nabi Muhammad
salah satu sarana komunikasi pisowanan Shalallahu alaihiwassalam yang berbunyi :
menjadi melebar dan jauh dari konteks
aslinya. Hal ini dapat terlihat dari peristiwa “Barang siapa beriman kepada Allah dan
Pisowanan Agung Rakyat Yogyakarta pada hari akhir, hendaklah ia bersilaturahim” [H.R.
tanggal 28 Oktober 2008 ketika Sri Sultan Bukhari dari Abu Huraira]
Hamengkubuwono X menyatakan dirinya siap
maju sebagai calon presiden. Hal ini membuat Perintah tersebut merupakan sebuah
pisowanan yang awalnya adalah sebuah perintah wajib agar setiap muslim
warisan tradisi Jawa menjadi sebuah peristiwa menyambung tali silaturrahmi dengan sesame
politik. manusianya. Hal ini pun juga dipertegas dalam
Al-Qur’an surah An-Nisaayat 36 yang artinya
Sedangkan sowan dalam budaya Islam
di Nusantara dikenal sebagai tradisi santri Sembahlah Allah dan janganlah kalian
berkunjung kepada kyai dengan harapan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
mendapatkan petunjuk atas sebuah Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua,
permasalahan yang diajukannya, atau karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
mengharapkan doa dari kyai atau sekedar miskin, tetangga dekat, tetanggajauh, teman,
bertatap muka silaturahim saja (Ubudiyah, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki.
2012). Padahal Silaturahim merupakan Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong
suatu istilah dalam Islam yang bermakna dan membanggakan diri (Q.SAn-Nisa’:36)

504 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Di beberapa daerah tradisi sowan manusia pada umumnya. Karena itulah para
memiliki momentumnya ketika idul fitri tiba.
Sowan ini menjadi salah satu daya tarik atau santri sangat mengharapkan do’a dari para
alasan utama dalam tradisi mudik yang telah
menjadi tradisi khas masyarakat muslim di kyai. Karena do’a itu niilainya lebih dari
Nusantara. Biasanya, seorang kyai sengaja
mempersiapkan diri menerima banyak tamu segudang harta. Inilah yang oleh orang awam
yang sowan kepadanya. Mereka yang sowan
tidaklah sebatas para santri yang pernah banyak diisitilahkan dengan tabarrukan,
berguru kepadanya, namun juga masyarakat,
tetangga dan bahkan para pejabat yang tidak mengharapkan berkah dari do’a kyai yang
pernah berguru langsung kepadanya. Mereka
datang dengan harapan mendapatkan berkah mustajab karena kezuhudannya, ke-wirai-
dari kealiman seorang kyai. Pada bulan syawal,
sowan kepada kyai merupakan sesuatu yang annya dan kealimannya. Dengan demikian
utama bagi kalangan santri. Hampir sama
pentingnya dengan mudik untuk berjumpa optimism dalam menghadapi kehidupan
keuarga dan kedua orang tua. Karena kyai
bagi santri adalah guru sekaligus berlaku dengan berbagai macam permasalahannya
sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali
mereka yang kembali pulang dari perantauan merupakan nilai posittif yang tersimpan
menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan
penting mudik di hari lebaran. Bagi santri yang di balik tradisi sowan. Sowan model inilah
telah jauh berkelana mengarungi kehidupan,
kembali ke pesantren dan mencium tangan yang dianjurkan oleh Rasulullah saw yang
kyai merupakan momen mengisi ulang energi
(recharger) untuk menghadapi perjalanan dilestarikan dalam tradisi Islam Nusantara.
hidup ke depan. Seolah setelah mencium
tangan kyai dan bermuwajjahah dengannya ‫أَ ْن‬ ‫َﻋﻠَ�ْﻪ ِ َو َﺳﻠَّ َﻢ َﻗﺎ َل َﻣ ْﻦ أَ َﺣ َّﺐ‬ َ‫أَ�ُﺒَّْن َﺴ َرَ ُﻂﺳﻮَ َُ�ل ِﻓاﻲ َّ ِرِﺑ ْزﻗِ َ ِﻪﺻﻠَّ َوﻰ ُﻳﻨاْ ََّﺴ ُﺑﺄ‬
semua permasalahan di depan pasti akan ‫َ ُ� ِﻓﻲ أَﺛَ ِﺮ ِه ﻓَﻠْ�َ ِﺼ ْﻞ َرﺣِ َﻤ ُﻪ‬
teratasi. Semua itu berlaku berkat do’a orang
tua dan kyai. “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya

dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia

menyambungkan tali persaudaraan” (H.R.

Bukhari-Muslim).

‫اََوَُ�ﻗَ ُﻻْﷲَﻦﺗو ُ َﻗ ْأَﺸَﺎﻋ ِ َﻠَِﺮل��ْ ُاِكﻪَﻛ�َُّّﺠَﺑوِِﻮﺒَِﻪﺳَُّﻲ َّﻠب ََﻢﺷََرﻴﺻأَْﺌًِﻠَّﺎْﺧﻰ َِﺒ�اَْﺮواِﺗُﻳ ُِﻰﻘﷲ�ُﷲﺑِ َُﻢَﻋﻌﻠَََﻤﻗا�ْﻟﻨٍْ ِﻞﻪُﻪَّ�ُﺼ َأوَ َْﺪََّﺳﻼن َِّﻠَةﺧ ََﻠُرﻢ َِﻨوُأَﺟﺗُﻲ ًَرْﺆاﻼٌِﺗﻟبﻲْﺠََﻗ َّﺎﻨ َﻣاََﺔﻟﺎل ََّﺰَﻗُﻟ�ِﻛﺎَﻠﺎَ َﻳَّﻨلَة ِْﻌﺒ َِّﺒُﻣﻲَوﺎ ُﺗﺪَ َ َُِا�ﺻﺼﻠََّﻣُ َﷲﻞﻰﺎ‬
. ‫رواﻫﺎﻛﺨﺎري‬. “‫اﻟ َّﺮ ِﺣ َﻢ‬

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada seorang
Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh Ibn berkata kepada Nabi saw., “Beritahukanlah
Hajar al-Asqolani dalam fathul Bari kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan
aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia?
‫ﻟ ُﺰ ْﻫ ِﺪ ِه َو َﺻ َﻼ ِﺣ ِﻪ‬ ‫اْاﻟ َُّﻻﺮ ُﻣُﺟ ْﻮ ِ ِﻞر‬ ‫ﺗﻘ ِﺒ�ْ ُﻞ �َ ِﺪ‬ ‫ِﻮ‬:ْ‫ﻗَوﺎ َﻋلﻠْ ِاﻤ ِﻪ ِﻻاََﻣ ْﺎو ْمﺷ اَﺮﻓَِّﺠ ِﻪَﻮااَ ِو ْو ْﻧَيﺤ‬ Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah
‫ا ِّ��ْ ِﻨ َّ� ِﺔ َﻻ�ُ ْﻜ َﺮ ُه‬ ‫ذاﻟِ َﻚ ِﻣ َﻦ‬ dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada

.‫ﺑَﻞ ﻳ ُ ْﺴﺘَ َﺤ ُّﺐ‬

“Imam Nawawi berkata : mencium tangan
seseorang karena zuhudnya, kebaikannya,
ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama
adalah perbuatan yang tidak dimakruhkan,
bahkan hal yang demikian itu disunahkan.”

Tradisi sowan ini berlangsung hingga Gus Dur ketika Sowan kepada Abah Anom
sekarang. Para santri meyakini benar bahwa
seorang kyai yang alim dan zuhud jauh lebih Sumber: http://www.gusdurfiles.com
dekat kepada Allah swt dibandingnkan

Edisi Budaya | 505

Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan Sowan dan Budaya Komunikasi Politik
sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat,
dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari). Sowan dalam pemaknaan Silaturrahim
menjadi perilaku yang dianjurkan dalam
Artinya hanya silatrrahim yang bernilai ajaran Islam, agar umat Islam tetap menjaga
positiflah yang akan diganjar oleh Allah hubungan dengan sesama manusia dengan
sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam janji pahala yang melimpah (Abdurrahman,
kedua haditsnya. Bukan silaturrahim yang 2009, h.1). Dalam hubungan sesama manusia
bernilai negatif yaitu silaturrahim yang tersebut tentu terdapat proses interaksi
melanggar aturan syariat Islam. Dengan dimana komunikasi memiliki fungsi sosial
demikian, di dunia pesantren, sowan (Mulyana, 2007, h.6). Adanya interaksi dan
merupakan tradisi santri berkunjung kepada hubungan sosial dalam perilaku Sowan Kyai,
kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk membuat perilaku Sowan Kyai memiliki
atas sebuah permasalahan yang diajukannya, dimensi komunikasi karena adanya proses
atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar interaksi. Ilmu yang berasal dari perspektif
bertatap muka silaturrhim saja. Tradisi ini barat ini, tentu belum menjelaskan bagaimana
merupakan ejawantah dari anjuran Rasulullah dan mengapa Sowan (yang dalam prakteknya
saw bahwa bersilaturhim dapat menjadikan terjadi antara orang yang dituakan dengan
umur dan rizqi bertambah panjang. Sowan murid atau masyarakat lain) mampu terjadi
dapat dilakukan oleh santri secara individu dan terjaga dalam masyarakat Jawa hingga
atau bersama-sama. Bisanya seorang kyai saat ini.
akan menerima para tamu dengan lapang
dada. Bagi wali santri yang hendak menitipkan Chu dalam Hair (2014, h.3) menjelaskan,
anaknya di pesantren, sowan kepada kyai “Teori komunikasi barat bersifat
sangat penting. Karena dalam kesempatan individualistik. Hal ini bertolak belakang
ini ia akan memasrahkan anaknya untuk dengan perilaku orang-orang timur yang
dididik di pesantren oleh sang kyai. Begitu cenderung kolektif.“ Adanya penjelasan
pula dengan calon santri, inilah kali pertama tersebut, membuat perspektif teori komunikasi
ia melihat wajah kyainya yang akan menjadi Barat tentu saja bisa berubah karena belum
panutan sepanjang hidupnya. Sowan tidak mampu menjelaskan praktek komunikasi
hanya dilakukan oleh santri yang masih belajar yang ada dalam kehidupan masyarakat timur
di pesantren. Banyak santri yang telah hidup khususnya Jawa. Hadisuprapto (2010, h.66)
bermasyarakat dan berkeluarga mengunjungi menjelaskan bahwa konsep dan penunjukkan
kyainya hanya sekedar ingin bersalaman kasih sayang dalam budaya Jawa berdasarkan
semata. Atau sengaja datang membawa norma dari sebuah interaksi yang tidak ada
permasalahan yang hendak ditanyakan dalam masyarakat Barat, sebagai kepercayaan
kepada kyai tentang berbagai masalah yang yang diinternalisasi melalui kasih sayang dan
dihadapinya. Hal ini menjadikan bahwa interaksi satu sama lain. Inilah yang akhirnya
hubungan kyai santri tidak pernah mengenal para sosiolog menyimpulkan bahwa Perilaku
kata putus. Kyai tetap menjadi guru dan santri politik dipengaruhi oleh faktor budaya yang
tetap menjadi murid. Dalam dunia pesantren dianut serta proses komunikasi politik yang
istilah alumni hanya menunjuk pada batasan dilaluinya (Muhtadi, 2008, h.21).
waktu formal belaka, dimana seorang santri
pernah belajar di sebuah pesantren tertentu. Adanya perintah dalam Islam yang sesuai
Tidak termasuk di dalamnya hubungan dengan perilaku masyarakat Jawa, membuat
guru-murid. Meskipun telah manjadi alumni perilaku Sowan Kyai mengalami sebuah
pesantren A, seseorang akan tetap menjadi akulturasi dalam perkembangannya. Hal
santri atau murid Kyai A. tersebut terjadi karena adanya pandangan
masyarakat Jawa yang melihat kehidupan
orang-orang Islam menjadi lebih baik, sehingga
mereka berbondong-bondong masuk Islam

506 | Ensiklopedi Islam Nusantara

dan melakukan perintah ini pula. Didukung menggunakan simbol-simbol dan perilaku
dengan sosok Kyai yang kharismatik, berilmu yang terintegras itersebut, juga memunculkan
tinggi, dan dianggap sebagai seseorang yang suatu budaya dan tradisi yang dianggap efektif
lebih dekat dengan Tuhan pula, Sowan Kyai dan efisien untuk mendapatkan dukungan dan
menjadi sebuah budaya yang melekat kuat bagi kepercayaan masyarakat.
masyarakat Islam-Jawa. Sehingga Kyai dengan
segala kelebihannya, sangat berpengaruh Mendefinisikan Komunikasi Politik
terhadap kehidupan sosial-politik masyarakat sebagai komunikasi yang diarahkan kepada
Jawa. pencapaian suatu pengaruh sedemikian
rupa, sehingga dapat mengikat semua
Pengaruh yang begitu besar akan sosok warganya. Sowan sebagai budaya yang ada di
Kyai terhadap masyarakat Jawa, tentu masyarakat, dengan besarnya pengaruh kyai
menjadi peluang besar bagi dunia politik di pada masyarakat Indonesia khususnya Jawa,
Indonesia. Bahkan, kondisi politik pun juga membuat budaya ini juga digunakan para
dipengaruhi oleh sosok Kyai ini. Terbentuknya pelaku politik untuk mendapatkan dukungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah tersebut. Sehingga, Sowan dalam perilaku
kemerdekaan 17 Agustus 1945, memunculkan politik juga menjadi tradisi yang terus dilakukan
banyak aktor politik-aktor politik handal yang hingga saat ini. Lebih lanjut Kasyfurrahman
pada prinsipnya menggunakan segala cara (2009,h.28) menjelaskan bahwa komunikasi
untuk mendapatkan dukungan, simpati, dan politik pada dasarnya merupakan bagian dari,
kepercayaan dari masyarakatnya. Hal ini pun dan dipengaruhi oleh, budaya politik suatu
juga tak lepas dari tradisi Sowan Kyai yang juga masyarakat. Pada saat yang sama, komunikasi
memiliki esensi tersendiri bagi masyarakat politik juga dapat melahirkan, memelihara
Indonesia khususnya Jawa. Keterlibatan para dan mewariskan budaya politik. Sehingga
Kyai dalam proses pemilihan Kepala Daerah dengan memperhatikan struktur pesan serta
secara langsung tidak bisa dihindarkan, pola-pola komunikasi politik yang diperankan
karena mereka adalah potensi lokal yang dapat masyarakat, maka dapat dianalisis budaya
memberikan kontribusi atau memberi warna poltik suatu masyarakat (Kasyurrahman,
tersendiri bagi perpolitikan (Wafa, 2012, 2009, h.30).
h.64).
Budaya yang ada dalam komunikasi
Indonesia, yang mengalami transisi politik tersebut, tentu tidak akan lepas dari
pemerintahan mulai dari Orde Lama, Orde suatu tujuan untuk mendapatkan simpati,
Baru, Reformasi ini, tentu membuat banyak kepercayaan, dan dukungan masyarakat.
perubahan makna pada perilaku berbudi luhur Manajemen Komunikasi Politik sebagai
khususnya Sowan dalam rangka mendapatkan komponen penting, tentu juga diharapkan
tujuan yang diinginkan bagi para calon membentuk kesan yang akan muncul pada
penguasa. Fenomena komunikasi politik yang masyarakat. Perilaku Sowan Kyai yang
dilakukan oleh para calon pemimpin dalam dilakukan para calon pemimpin untuk maju
perilaku sowan kepada Kyai, pada akhirnya dalam pemilu, merupakan sebuah simbol yang
menjadi tradisi wajib ketika menjelang Pemilu. semata-mata untuk memperoleh kesan di
masyarakat bahwa sosok tersebut telah diakui
Komunikasi Politik sebagai bagian oleh Kyai sebagai sosok yang amanah. Banyak
terpenting dalam perkembangan Politik orang di Indonesia (terutama pejabat), yang
suatu negara, tentu memunculkan suatu memandang kekuasaan sebagai riil, nyata,
perilaku-perilaku yang dilakukan oleh para objektif, bagaikan barang nyata yang bisa
pelaku politik didalamnya. Sumarno dalam dipindah-pindah, atau diwariskan, seperti
Kasyfurrahman (2009, h.28) mengatakan dalam kekuasaan raja-raja di Jawa, sehingga
bahwa Komunikasi politik adalah suatu sikap banyak orang memperebutkan kekuasaan
dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam tersebut dengan berbagai cara (Mulyana, 2013,
suatu system politik dengan menggunakan h.7).
simbol-simbol yang berarti. Dengan

Edisi Budaya | 507

Biasanya menjelang Pemilu tradisi sowan Para Kyai sebagai sosok yang lebih tinggi
kepada kyai mengalami penyemputan makna dan diagungkan, memiliki pemaknaan yang
sebagai bentuk pencarian dukungan karena berbeda dalam perilaku Sowan Kyai ini.
adanya pengaruh sosok Kyai yang besar Para Kyai memaknai perilaku ini sebagai
di masyarakat. Dalam praktiknya, Sowan sebuah perilaku ibadah karena adanya nilai-
Kyai yang digunakan untuk mendapatkan nilai yang juga diperintahkan dalam ajaran
dukungan dilakukan dengan berbagai etika Islam. Kyai sebagai seseorang yang ilmu
dan tata cara layaknya seorang Santri. agamanya lebih tinggi dari masyarakatnya,
Sehingga dalam Sowan Kyai ini, perilaku untuk tentu akan berperilaku dengan niat untuk
mendapat dukungan berjalan bersama dengan menjalankan nilai-nilai agamanya. Sowan Kyai
aturan, nilai dan norma yang ada di dalamnya yang didasarkan pada nilai-nilai Islam, tetap
(dalam hal ini Islam). Terdapat berbagai aspek dijalankan oleh para Kyai meskipun terdapat
pemaknaan yang ada dalam pemaknaan para kepentingan-kepentingan politik di dalamnya.
Caleg ini, yakni adanya sebuah ikatan budaya di Kepentingan-kepentingan politik yang ada
masyarakatnya, sebuah penentu kemenangan, dalam Sowan Kyai menjelang Pemilu tersebut
kepercayaan-kepercayaan yang bersifat dihiraukan dan nilai-nilai agama dijadikan
ketokohan dan mistisisme Islam, sebagai sebagai acuan dalam berperilaku. Sehingga
modal untuk kampanye dan perlawanan black dalam perilaku ini terdapat sebuah hubungan
campaign, dan sebagai persiapan mental dan spiritual sekalipun untuk kepentingan politik.
spiritual. Nilai, norma, dan aturan-aturan
dalam perilaku Sowan Kyai ini menunjukkan Komunikasi Politik sebagai sebuah perilaku
adanya sebuah hubungan assimetris bagi komunikasi untuk tujuan-tujuan politik, pada
para pelakunya. Sehingga dalam praktiknya, akhirnya sangat dipengaruhi oleh budaya
terdapat sebuah hubungan yang lebih tinggi yang ada dalam masyarakatnya. Islam sebagai
dan lebih rendah. agama yang berpengaruh bagi masyarakat
Jawa, juga mempengaruhi perilaku-perilaku

Sowan para santri ke kediaman Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) Rembang.

Sumber: Tim Anjangsana Islam Nusantara 2017.

508 | Ensiklopedi Islam Nusantara

masyarakatnya terutama Sowan Kyai. Para silaturrahmi. Sowan Kyai menjelang Pemilu
Calon Legislatif di Jawa Timur sebagai pelaku, ini, menghasilkan dua proposisi tentang
memaknai perilaku Sowan Kyai ini sebagai konsep Sowan Kyai menjelang Pemilu.
bentuk pencarian dukungan sekaligus mencari Proposisi pertama, terdapat hubungan spiritual
doa dan keberkahan dari Kyai. pada perilaku Sowan Kyai dalam konteks
Komunikasi Politik. Sedangkan proposisi
Sowan Kyai sebagai perilaku komunikasi kedua, terdapat dimensi hubungan assimetris
masyarakaat Jawa, memiliki perbedaan antara seseorang dengan orangyang ilmu
pemaknaan dari para pelaku Sowan Kyai spiritualnya lebih, sehingga memunculkan
ketika dilakukan pada masa Pemilu (yakni para simbol-simbol tertentu dalam perilaku Sowan
calon pemimpin dan para Kyai). Para Calon Kyai menjelang Pemilu ini. Seseorang yang
Pemimpin memaknai perilaku ini sebagai memposisikan lebih rendah dari orang yang
suatu bentuk pencarian dukungan, dengan lebih tua dan ilmu spiritualnya lebih, menjadi
tetap mengakomodasi aspek etika, norma, suatu dimensi yang kuat dalam perilaku Sowan
dan nilai-nilai spiritual dalam Islam dan Jawa. Kyai ini.
Sedangkan para Kyai memaknai perilaku
ini sebagai bentuk perilaku ibadah, dengan [Zainul Milal Bizawie]
dasar ajaran Islam untuk menyambung tali

Sumber Bacaan

Muhammad Alfien Zuliansyah, BUDAYA SOWAN KYAI, SEBUAH STRATEGI DALAM KOMUNIKASI POLITIK
(Komunikasi Politik Calon Legislatif di JawaTimur), Penelitian di Universitas Brawijaya.

Abdurrahman, Syaikh Khalid binH usain bin.(2009). Silaturahim, Keutamaan, dan Anjuran Melaksanakannya. (M.I Ghazali,
Terjemahan). Indonesia, Islamhouse

Al – Qur’an Terjemah. (2005). Jakarta: Al– Huda
Astuti.(2014,24April). Minta Doa Kiai, Kalau Betul–Betul “Nyalon” Bismillah. Jakarta. Diakses padaSenin 11 Agustus

2014, dari http://www.nefosnews.com/ post/berita-analisa/minta-doa-kiai-kalau-betul-betul-nyalon-bismillah
Hadisuprapto, P. (2010). Attachmentand Deliquency in Javanese Society. Universitas Diponegoro Semarang
Hair, A. (2014). Taqqiyah, Strategi Komunikasi dalam Penghindaran Isolasi (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2014)
Herusatoto,B. (2008).Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Jakarta : Indonesia, tersedia dalam :http://kbbi.web.id/sowan
Kasyfurrahman, Z. (2009). Komunikasi Politik Kyai (Skripsi, Universitas Islam Negeri Malang,2009)
Lombard,D.(2008). Nusa Jawa: Silang Budaya (Bagian III: Warisan Kerajaan–Kerajaan Konsentris). Jakarta: Gramedia
Muhtadi,A.(2008).Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana,D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ubudiyah.(2012). Sowan dan MenciumTangan Kyai.Diaksespad aRabu17Juli2014,dari http://m.nu.or.id/a,public-

m,dinamic-s,detail-ids,10-id,39396-lang,id-c,ubudiyah-t,Sowan+dan+Mencium+Tangan+Kyai-.phpx
Wafa,M.(2013).Peran Politik Kyai di Kabupaten Rembang Dalam PemiluTahun1994-2009. Journal ofIndonesian History

Vol.1. Universitas Negeri Semarang.

Edisi Budaya | 509

Suroan

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai II telah membuat penyesuaian antara sistem
awal tahun Jawa dianggap sebagai bulan kalender Hirjiyah dengan sistem kalender
yang sakral atau suci, bulan yang tepat Jawa pada waktu itu.
untuk melakukan renungan, tafakur, dan
introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Waktu itu, Sultan Agung menginginkan
Maha Kuasa. persatuan rakyatnya untuk menggempur
Belanda di Batavia, termasuk ingin
Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat “menyatukan Pulau Jawa.” Oleh karena itu,
Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, dia ingin rakyatnya tidak terbelah, apalagi
lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan disebabkan keyakinan agama. Sultan Agung
tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Hanyokrokusumo ingin menyatukan kelompok
Bahkan sebagian orang memilih menyepi santri dan abangan. Pada setiap hari Jumat legi,
untuk bersemedi di tempat sakaral seperti dilakukan laporan pemerintahan setempat
puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di sambil dilakukan pengajian yang dilakukan
makam keramat. oleh para penghulu kabupaten, sekaligus
dilakukan ziarah kubur dan haul ke makam
Sejarah Suroan Ngampel dan Giri. Akibatnya, 1 Muharram (1
Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat legi
Ritual 1 Suro telah dikenal masyarakat ikut-ikut dikeramatkan pula, bahkan dianggap
Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari
(1613-1645 Masehi). Saat itu masyarakat tersebut di luar kepentingan mengaji, ziarah,
Jawa masih mengikuti sistem penanggalan dan haul.
Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu.
Sementara itu umat Islam pada masa Sultan 1 Syura adalah awal tahun Muharam,
Agung menggunakan sistem kalender tahun Islam yang telah ditranskulturisasi
Hijriah. Sebagai upaya memperluas ajaran dengan tradisi ritual Jawa kuno. Karaton
Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung Mataram menerima dan mengembangkan ide
memadukan antara tradisi Jawa dan Islam transkulturasi terutama sejak Sultan Agung
dengan menetapkan 1 Muharram sebagai dari Karaton Yogyakarta. 1 Syuro menjadi
tahun baru Jawa. bagian penting dari sebuah siklus kehidupan
manusia.
Dalam Islam, latar belakang dijadikannya
1 Muharam sebagai awal penanggalan Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai
Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan
seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi yang sakral atau suci, bulan yang tepat untuk
Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi
untuk memperkenalkan kalender Islam di untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.
kalangan masyarakat Jawa. Maka tahun 931 H
atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman Cara yang biasa digunakan masyarakat
pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan
lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.

510 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul Islam dan sekaligus juga menjadikannya
24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan sebagai awal perjuangan umat Islam melalui
secara serempak di Kraton Ngayogyakarta wadah kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat
kebudayaan Jawa. Momentum tanggal 1 Muharram selalu
dijadikan penyemangat untuk membangun
Tradisi Suroan Dalam Islam kesadaran akan kejayaan Islam di masa lalu.
Bagi kebanyakan umat Islam yang memiliki
Sebagai awal tahun, bulan Muharram kesadaran sejarah Islam di masa lalu, selalu
memiliki makna yang sangat mendalam bagi menjadikan Muharram sebagai bulan untuk
kaum muslimin. Bulan Muharram merupakan kembali mengingat tentang peradaban Islam
bulan yang memiliki makna perjuangan di masa lalu yang agung luar biasa. Makanya,
umat Islam. Bulan Muharam menandai awal tanggal 1 Muharrom selalu saja dimaknai
perjalanan Umat Islam bersama Rasulullah adanya keinginan yang kuat dari umat Islam di
saw untuk memperjuangkan Islam. Bulan seluruh dunia untuk bangkit dari keterpurukan
Muharram menandai hijrahnya Nabi dan membuka kembali kontribusi dunia Islam
Muhammad saw ke Madinah dan menandai bagi peradaban dunia.
awal perjuangan Islam dalam kancah
kehidupan umat manusia. Di Nusantara, Perayaan 1 Muharram,
rasanya telah menjadi simbol ritual tahunan
Hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah yang ditandai dengan berbagai upacara
ke Madinah merupakan titik balik bagi penyambutan dan hingar bingar kegiatan
perkembangan umat Islam. Jika di Mekkah di masyarakat Indonesia. Sekali lagi, bahwa
Nabi dimusuhi dengan berbagai cara agar tanggal 1 Muharram dianggap sebagai simbol
Muhammad saw menghentikan dakwahnya kebangkitan umat Islam. Namun demikian, ada
untuk menyebarkan Islam sebagai agama yang sebuah pertanyaan yang kiranya dapat menjadi
hanif. Muhammad saw mendakwahkan Islam renungan kita semua. Pertanyaan itu adalah
kepada kaum non Muslim di Mekkah dalam bagaimana menjadikan Muharram sebagai
rentang waktu yang cukup lama. Akan tetapi kebangkitan hakiki umat Islam. Bukan hanya
perkembangan Umat Islam tidak sebanding simboliknya yang mengedepan, akan tetapi
dengan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad adalah makna hakikinya yaitu umat Islam
saw dan para sahabat-sahabatnya. Setelah Nabi sudah mengedepankan Islam sebagaimana
Muhammad saw ditinggalkan oleh istrinya yang diinginkan Nabi Muhammad saw, yaitu
yang sangat mencintainya (Khadijah RA) yang Islam yang damai, sejahtera, berkemajuan dan
sangat mendukung usaha-usaha dakwahnya, memberikan berkah bagi umat manusia.
lalu juga ditinggalkan oleh Pamannya (Abu
Thalib), maka posisi dakwah Nabi Muhammad Tentu ada perbedaan dalam menentukan
Saw., dalam nuansa genting. Beliau tidak lagi kapan tanggal 1 Muharram tersebut. Ada yang
memiliki pendamping dan pendukung dari menggunakan hitungan tahun Saka, ada yang
Bani Quraisy yang terkemuka. Dari sinilah menggunakan hitungan tahun Aboge, dan
sesungguhnya hijrah Nabi Muhammad saw ke sebagainya. Namun demikian di antara mereka
Madinah dapat dilihat ulang. yang berbeda pendapat tersebut tidak saling
mencaci dan merendahkan. Mereka semua
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw memahami bahwa perbedaan adalah bagian
inilah yang kemudian ditahbiskan sebagai dari sunnatullah yang harus dipahami secara
awal tahun baru Islam. Sehingga tanggal 1 mendalam.
Muharram ditetapkan sebagai hari dalam
tahun pertama untuk menandai hijrah Nabi Orang Jawa ada yang mengikuti hitungan
Muhammad saw yang sangat fenomenal tahun baru Islam sebagaimana hitungan hisab
tersebut. Hijrah Nabi Muhammad saw ke dan rukyat, sementara yang lain menggunakan
Madinah merupakan awal bagi penyebaran hitungan tahun Saka dan juga Aboge. Orang
Jawa memang memiliki tradisinya sendiri di

Edisi Budaya | 511

dalam merayakan tahun baru Islam atau bulan oleh Kebo Bule Kyai Slamet sebagai Cucuking
Muharram. Orang Jawa menyebutnya sebagai Lampah. Kebo Bule merupakan hewan
bulan Suro. Di bulan inilah sesungguhnya kesayangan Susuhunan yang dianggap
orang Jawa melakukan berbagai macam keramat. Konon kerbau ini bukan sembarang
upacara yang intinya untuk memohon agar kerbau. Dalam buku Babad Solo karya Raden
Allah swt memberikan perlindungan dari Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah
segala mara bahaya yang bisa saja hadir di hewan klangenan atau kesayangan Paku
tahun berlangsung. Dengan demikian, bagi Buwono II. Maka dari itu, kebo bule ini
orang Jawa bahwa bulan Suro bukanlah bulan dianggap sebagai pusaka keraton. Adapun
untuk bersenang-senang, akan tetapi bulan kirab itu sendiri berlangsung tengah malam,
untuk merenung dan bermunajat kepada Allah tergantung ‘kemauan’ dari kebo Kyai Slamet.
agar keselamatan terus menyelimuti bumi Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya
(Nursyam; 2009). adalah para putra Sentana Dalem (kerabat
keraton) yang membawa pusaka, kemudian
Pada Orang Jawa banyak hal yang diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti
bisa dicermati dan dikaji terkait dengan Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.
bulan Muharram atau wulan Suro. Orang
Jawa memiliki tradisinya sendiri di dalam Uniknya, dalam kirab ini, orang-orang
merayakan bulan Muharram atau bulan Suro. sekitar Keraton akan berjalan mengikuti kirab.
Berbeda dengan umat Islam pada umumnya Merekasalingberebutdanberusahamenyentuh
yang merayakan bulan Muharram, misalnya tubuh kebo bule. Tak cukup menyentuh,
dengan Puasa, Baca doa, Baca Yasin atau Baca bahkan orang-orang tersebut terus berjalan
Surat Al Ikhlas, sampai sedekah kepada fakir di belakang kerbau, menunggu sekawanan
miskin dan anak yatim, maka Orang Jawa kebo bule buang kotoran. Bila kotoran jatuh,
menyelenggarakan upacara Suroan dengan mereka saling berebut mendapatkannya.
tradisi yang lebih unik. Orang-orang itu beranggapan bahwa kotoran
tersebut sebagai tradisi ngalap berkah, atau
Ritual Suroan di Jawa mencari berkah Kiai Slamet.

Satu suro biasanya diperingati pada malam Sedangkan ritual di Yogyakarta berbeda
hari setelah magrib pada hari sebelum tanggal lagi. Di istana Sultan Hamengkubuwono, itu
satu biasanya disebut malam satu suro, hal setiap malam satu Suro digelar acara mengarak
ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada benda pusaka mengelilingi benteng keraton
saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan
bukan pada tengah malam. Satu Suro memiliki sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng
banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, beteng tidak diperkenankan berbicara seperti
hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh halnya orang sedang bertapa. Inilah yang
pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng
pada malam satu suro dilarang untuk ke beteng.
mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun
melakukan ibadah lain. Tapa Bisu atau mengunci mulut dilakukan
dengan cara diam, tidak mengeluarkan kata-
Cara yang biasa digunakan masyarakat kata selama ritual. Mereka melakukan untuk
Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan memohon perlindungan dan keselamatan
lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu. kepada Allah SWT dengan harapan diberikan
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul yang terbaik untuk Kota Yogyakarta. Tapa
24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan Bisu, atau mengunci mulut yaitu tidak
secara serempak di Kraton Ngayogyakarta mengeluarkan kata-kata selama ritual ini. Yang
dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas
kebudayaan Jawa. Di Kraton Surakarta diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya
Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin selama setahun penuh, menghadapi tahun
baru di esok paginya.

512 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Selain di Kraton, ritual 1 Suro juga Jawa sepanjang bulan Suro.
diadakan oleh kelompok-kelompok penganut
aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak Salah satu ritual paling popular malam
dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut satu Suro adalah ngumbah keris (membersihkan
datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan keris). Ritual ini adalah tradisi mencuci/
atau selamatan. Tirakat dari kata ‘Thoriqot’ membersihkan keris pusaka bagi orang yang
atau Jalan, yang dimaknai sebagai usaha memilikinya. Dalam tradisi masyarakat Jawa,
mencari jalan agar dekat dengan Allah. ngumbah keris menjadi sesuatu kegiatan
Tirakatan ini digelar setiap malam satu Suro spiritual cukup sakral. Tiap malam satu Suro
oleh kelompok-kelompok penganut aliran kebanyakan orang Jawa atau para kolektor
kepercayaan Kejawen yang masih banyak pusaka selalu ‘ngumbah gaman/keris’ karena
dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut 1 Muharram adalah malam penuh keramat,
datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan malam penuh dengan kekuatan magis.
atau selamatan. Karena pusaka-pusaka itu juga dikeramatkan,
makanya perlu dirituali di malam 1 Suro, agar
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa kekuatan gaibnya bertambah.
meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan
waspada. Eling artinya manusia harus tetap Tradisi lainnya adalah Kungkum atau
ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya berendam di sungai besar, sendang atau sumber
sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan waspada mata air tertentu, Yang paling mudah ditemui
berarti manusia juga harus terjaga dan waspada di Jawa khususnya di seputaran Yogyakarta
dari godaan yang menyesatkan. Karenanya adalah Tirakatan (tidak tidur semalam suntuk)
dapat dipahami jika kemudian masyarakat dengan tuguran (perenungan diri sambil
Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan berdoa) dan Pagelaran Wayang Kulit. Di antara
selama bulan Suro. tradisi tersebut ada juga sebagian masyarakat
yang menggunakan malam satu suro sebagai
Terlepas dari mitos yang beredar dalam saat yang tepat untuk melakukan ruwatan.
masyarakat Jawa berkaitan dengan bulan
Suro, namun harus diakui bersama bahwa Dialeketika Tradisi Islam dan Jawa
introspeksi menjelang pergantian tahun
memang diperlukan agar lebih mawas diri. Memang, masih ada sekelopompok orang
Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat yang membedakan antara Islam dan Jawa.

Kebo Bule Kyai Slamet Keraton Solo ketika diarak sewaktu acara Suroan.

Sumber: https://bagusdikalasenja.wordpress.com

Edisi Budaya | 513

Bagi mereka Jawa dan Islam merupakan dua (pembuat keris) seperti Empu Gandring
entitas yang masing-masing berdiri sendiri- dalam cerita Kerajaan Tumapel, atau Empu
sendiri. Islam adalah suatu hal tersendiri, Supo dalam cerita Walisongo dan sebagainya.
demikian juga Jawa adalah sesuatu hal yang Bahkan di setiap wilayah juga menyimpan
lain. Sebagai entitas kebudayaan, maka Islam tradisi senjata-senjata sakti, seperti Rencong
dan Jawa merupakan suatu hal yang berbeda. di Aceh, Tombak dan Keris di Jawa, dan
Sementara itu juga ada sebagian masyarakat sebagainya.
yang menyatakan bahwa Islam dan Jawa
merupakan dua entitas yang sudah menjadi Kedua, Tradisi melakukan puasa-puasa
satu. Keduanya telah lama membangun khas. Misalnya pada bulan Suro penganut
dialog kebudayaan yang saling memberi dan Islam Jawa melakukan puasa patigeni, puasa
menerima. Pandangan kedua inilah yang mutih, puasa ngrowot, puasa ngebleng dan
kiranya menjadi arus utama akhir-akhir ini. sebagainya. Puasa patigeni dilakukan dengan
cara tidak memakan makanan hasil perapian,
Dengan demikian, antara Islam dan Jawa puasa mutih artinya hanya makan nasi putih
sudah merupakan suatu entitas kebudayaan dan air putih saja saat berbuka, puasa ngrowot
yang menyatu, dan tidak terpisahkan. Ibaratnya dilakukan dengan hanya memakan buah-
mata uang koin, maka sisi yang satu adalah buahan, puasa ngebleng dilakukan dengan
Islam dan sisi lainnya adalah Jawa. Jadi tidak menanam dirinya di tanah dan sebagainya.
bisa dipisahkan. Dalam pandangan seperti Puasa-puasa ini tentu saja dilakukan dengan
ini, maka Islam dapat berkolaborasi dengan tujuan untuk melatih kejiwaan dan kekuatan
tradisi Jawa, sehingga Islam dan Jawa dapat batin agar dekat dengan Allah sing agawe
membangun demokrasi dan kemoderenan. urip (Tuhan yang mencipta kehidupan).
Keduanya saling memberikan sumbangannya Urip iku urup artinya bahwa hidup itu adalah
dalam satu kesatuan untuk membangun pengabdian kepada Tuhan untuk kepentingan
peradaban yang agung dan mendunia. kemanusiaan.

Islam dan Jawa memang merupakan Bulan Suro di kalangan Orang Jawa
entitas budaya yang dapat memberikan dikenal sebagai bulan tirakatan. Tirakat yang
warna khusus Islam dibanding dengan Islam dilakukan oleh Orang Jawa tentu agak berbeda
di tempat lain. Kekhususan itu terletak pada dengan tarekat dalam pengertian organisasi
berbagai upacara yang dalam banyak hal tidak kaum sufi. Tirakatan artinya adalah tindakan
dijumpai pada praktek Islam di tempat lain, untuk pendekatan khusus kepada Allah swt,
bahkan di pusat sumber orisinalitas Islam melalui puasa, berdzikir atau eling kepada
di Timur Tengah. Makanya, ada beberapa Allah, melanggengkan ritual-ritual khusus
hal yang kiranya dapat dipahami mengenai yang dianggap sebagai cara atau jalan agar bisa
perilaku Orang Islam Jawa, terkait dengan berdekatan dengan Tuhan.
perayaan tanggal 1 Muharram atau 1 Suro
Nursyam, 2009). Ketiga, Tradisi memandikan pusaka yang
dianggap memiliki kesaktian. Mungkin ada di
Pertama, Tradisi mencintai dan antara kita yang tidak meyakini bahwa pusaka
menghormati keris atau benda-benda pusaka (keris, tombak, bahkan batu akik) memiliki
lainnya. Keris atau benda-benda pusaka kekuatannya sendiri. Kekuatan khusus yang
lainnya tentu bukanlah tradisi genuine hanya dimiliki oleh benda-benda tersebut.
Islam. Hampir di semua kerajaan Islam Kekuatan itu adalah anugerah Allah kepada
dijumpai benda-benda pusaka. Bahkan para alam. Ada keistimewaan yang dimiliki oleh
Wali juga memiliki benda-benda pusaka. Di benda-benda tersebut karena sesungguhnya
dalam cerita, misalnya Kanjeng Sunan Giri adalah representasi dari kekuasaan Allah.
memiliki Kyai Kolomunyeng, kemudian Raja Orang Jawa meyakini bahwa ada representasi
Mataram memiliki Kyai Sengkelat, ada juga kekuasaan Allah pada benda-benda di alam ini.
Kyai Nogososro Sabuk Inten dan sebagainya.
Ini tentu melengkapi kehebatan para empu Menurut Nursyam, keyakinan tersebut

514 | Ensiklopedi Islam Nusantara

tidak sama dengan konsep dinamisme di dalam semakin banyak. Ritual ziarah makam suci
agama-agama primitive, yang beranggapan dilakukan dengan harapan bahwa Allah akan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan memberikan keselamatan dan keberkahan
sehingga bisa disembah. Di dalam tradisi hidup selama setahun berlangsung. Mereka
Islam-Jawa, bahwa benda-benda itu adalah mempercayai bahwa para Waliyullah adalah
representasi Tuhan untuk menunjukkan washilah yang baik agar doanya diterima oleh
tentang tanda-tanda kebesaran Allah bisa Allah. Mereka bukan berdoa kepada arwah
terdapat di antara kita semua. Bukan untuk Waliyullah, akan tetapi menjadikan orang suci
disembah, akan tetapi dijadikan sebagai bukti ini sebagai perantara yang baik untuk doa yang
bahwa Allah itu maha kuasa dan berkuasa dilantunkannya kepada Allah swt.
untuk menjadikan benda atau apa saja bisa
memiliki ciri khas yang berbeda dengan Kelima, Tradisi sedekah juga mewarnai
lainnya. bulan Suro. Ada keyakinan bahwa bulan
Muharram adalah bulan yang sangat baik
Para empu yang membuat keris atau untuk sedekah. Orang yang banyak sedekah
tombak atau senjata lainnya tentu tidak hanya kepada orang miskin dan anak yatim akan
menggunakan kekuatan fisikalnya, akan tetapi dihindarkan oleh Allah dari marabahaya.
dengan lelaku atau tirakat atau riyadhah yang Mereka meyakini bahwa melalui sedekah
sangat mendasar. Mereka mencipta pusaka kepada anak yatim pada tanggal 10 Muharram,
tersebut dengan semedi (upacara-upacara maka Allah akan menurunkan keselamatan
khas) untuk meminta kepada Allah agar yang dan keberkahan kepada yang melakukannya.
diciptakannya menjadi penjaga alami bagi Itulah sebabnya, banyak orang yang berlomba-
yang memilikinya. Di dalam tradisi Jawa, maka lomba mengeluarkan sedekah pada bulan
pembuatan pusaka-pusaka istimewa dilakukan Muharram ini.
sampai berbulan-bulan karena banyaknya
upacara ritual yang harus diselenggarakan. Bulan Suro atau Bulan Muharram
Orang Jawa sangat menghargai prosesi itu, merupakan bulan yang dianggap sebagai
sehingga memuliakannya. bulan keramat. Makanya, orang Jawa banyak
melakukan ritual-ritual untuk memperoleh
Keempat, Tradisi Ziarah kubur para Orang keselamatan dan keberkahan.
Suci. Ziarah kubur sekarang sudah merupakan
bagian dari tradisi Islam Indonesia. Tidak Kita tentu tidak bisa memvonis apakah
hanya Orang Jawa yang melakukan ritual pelaksanaan upacara-upacara ini memiliki
ziarah kubur para wali atau penyebar Islam. dalil naqli atau tidak, akan tetapi satu hal
Akan tetapi makin banyak orang yang yang penting adalah adanya keyakinan bahwa
melakukan ziarah Wali. Di Jawa dikenal ziarah di bulan Suro ini segala keprihatinan dan
Wali Songo ( Wali Sembilan). Wisata ziarah ini tirakatan harus dilakukan. Keyakinan tersebut
dilakukan secara berjamaah. Meskipun dewasa terus dijaga oleh Orang Jawa yang tentu
ini ziarah Maqam Wali tidak terbatas pada menggambarkan bahwa Orang Jawa memang
bulan-bulan tertentu, namun demikian khusus memiliki ritualitas yang menarik untuk
bulan Muharram kuantitas peziarahnya dicermati.

[Zainul Milal Bizawie]

Sumber Bacaan

Nursyam, Tradisi Muharram (Suroan) di Nusantara, Kumpulan opini tahun 2009-2016 di situs pribadi Nursyam.
Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, (Bandung: PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998)

Edisi Budaya | 515

Surau

Perjalanan Islam ke berbagai wilayah telah pelengkap rumah gadang, adat. Bangunan ini
melahirkan bentuk bentuk baik cara fungsinya untuk bertemu, berkumpul, rapat
beribadah maupun tempat – tempat suci, serta tempat tidur bagi anak anak lakl-laki
kedatangan Islam yang menjadi perdebatan yang sudah akil baligh dan kaum lakil-laki
soal asal, waktu dan agen ke Indonesia, telah yang sudah udzur. Anak laki-laki yang sudah
melahirkan Islam Indonesia yang sangat akil baligh itu dianggap memalukan jika masih
unik dan berbeda-beda performance-nya. tidur di rumah.
Salah satunya adalah tempat ibadah dan
tempat pendidikan. Orang Arab atau Timur Istilah surau ini juga dikenal di
Tengah hanya mengenal Masjid sebagai pusat Semenanjung Malaya Malaysia. Di sana
peribadatan di mana sholat Jumat dan hari perbedaan fungsi antara surau dan masjid
raya diselenggarakan. Di sana tempat untuk tidak begitu terang. Ada pembedaan, tetapi
shalat di tempat publik namanya masjid, administratie saja, surau besar dan surau kecil.
tidak dikenal turunannya (Badri yatim: 2010). Fungsinya hampir sama dengan masjid di
Adapun di Indonesia kita mengenal, ,rangkang, Indonesia. Yang besar untuk fungsi keagamaan
langgar, surau, meunasah tajuk, dan lain-lain. yang lebih besar. Tapi bukan untuk pendidikan
yang juga sebagai tempat ibadah publik. Semua Islam. Adapun yang kecil dipakai belajar agama
istilah itu menggambarkan betapa kayanya agama yang dasar. Patani (Thailand Selatan)
keragaman Islam lokal di Indonesia. pun menggunakan istilah surau sebagai bagian
dari pusat keagamaan.
Mini masjid, karena punya fungsi yang
terbatas dari masjid, terutama tidak digunakan Sementara di Minangkabau, Tanah Batak,
untuk Sholat Jumat menjelma menjadi bentuk Sumatera Tengah, Sumatera Selatan pun surau
langgar. Kata ini banyak digunakan di Jawa, melegenda. Di Minangkabau, surau dibedakan
Madura dan Kalimantan. Adapun Surau, berdasarkan daya tampung kapasitasnya.
lebih dikenal di Minangkabau Sumatra Barat. Surau kecil, bisa dipakai 20 murid; surau
Sedangkan Istilah Rangkang dan Meunasah sedang, kapasitasnya sampai 80 murid; dan
lazim digunakan di Aceh. yang besar antara 100 sampai 1000 orang.

Arti Kata Fungsi surau kecil itu kira-kira sama
dengan langgar di Jawa atau di Minangkabau.
Istilah surau sendiri sudah muncul Surau besar dan sedang yang ada di Malaysia
sebelum Islam datang ke Indonesia Menurut bisa dikatakan berfungsi seperti pesantren
AA. Navis fungsi surau pada waktu itu adalah di Indonesia dalam hal penyelenggaraan
tempat belajar dan menginap anak-anak laki- pendidikan. Ia bisa menjadi atau berfungsi
laki yang sudah baligh. seperti masjid karena ada khatib, imam, bilal
dan lain-lain.
Surau sebenarnya juga berarti bangunan
kebudayaan (semacam balai) bagi masyarakat Surau dalam Lintasan Sejarah
setempat di mana masyarakat berkumpul
sebelum kedatangan Islam. Tempat itu bagi Seperti dikatakan di atas, di mana surau
masyarakat adalah milik kaum atau suku, sudah dikenal sebelum Islam, seiring dengan

516 | Ensiklopedi Islam Nusantara

kedatangannya, peran dan fungsi surau mulai ulama ulama Minangkabau. Surau ini
diperluas. Ia tidak lagi hanya menjadi pusat nantinya akan menjadirpusat pendidikan di
kegiatan menekuni ilmu pengetahuan dan Minangkabau. Tempat ini dianggap sebagai
ketrampilan tetapi juga pengembangan Islam tempat penyebaran ilmu pengetahuan yang
di mana anak didik tinggal. lebih teratur. Dari surau ini, lahirlah ulama-
ulama yang dikader Syekh Burhanudin dan
Surau, menurut Badri Yatim, dalam hal mendirikan tempat serupa di daerah asalnya.
ini mengalami Islamisasi. Yang hanya untuk Mereka terus menyempurnakan kekuarang
menginap anak lajang sekarang menjadi tempat dan melengkapi fungsi surau ini. Salah satu
pengembangan Islam, seperti pengajaran al- contoh penting itu adalah murid beliau,
Quran. Sehinggn guna dan fungsinya seperti Tuanku Mensiangan Nan Tuo. Ia mendirikan
masjid mini. Meski kecil, surau amatlah surau serupa di kampungnya, Paninjauan.
penting bagi orang Minangkabau.
Seiring zaman, surau terus berkembang,
Ada aktor penting yang membawa perkembangan pertama adalah dalam soal
Islamisasi surau ini, yaitt Syekh Burhanudin kependidikan, Syekh Abdarrahman (1777-
Ulakan (1641-1691), murid Abdur Rauf al- 1899) mendirikan surau besar di Batuhampar
Singkili. Al-Singkili, waktu itu, menjabat Payakumbuh. Ia mendirikan model baru surau.
sebagai qadi dan mufti kesultanan Aceh Setelah 48 tahun mengembara mencari ilmu,
Darussalam. Ketika kembali dari belajar ilmu Sang syekh di usianya yang ke 63, beliau
di Kutaraja Aceh, Syekh Burhanudin Ulakan mendirikan surau besar. Mengapa? Karena
mendirikan surau di kampungnya, Ulakan suara ini dikelilingi oleh surau-surau kecil. Jadi
Pariaman. Di Surau inilah ia menakader ulama surau besaa semacam surau induk. Jadi fungsi
dan mengembangkan ilmu-ilmu keIslaman pendidikan sangat menonjol dalam bangunan
yang kelak akan saagat berpengaruh buat ini.

Surau di Solok Sumbar yang dibangun pada 1657.

Foto diambil oleh M. Jihad Hizbullah

Edisi Budaya | 517

Pendidikan di surau Syekh Abdurrahmai ibunya, kecuali sedang sakit. Meunasah selain
dimulai dari membaca al-Quran dan kemudian tempat bermusyawarah juga tempat menginap
tilawahnya dengan berbagai irama. Karena uleebalang, jika bepergian bersama pangeran
keahlian beliau itu, surau ini mendatangkan Sagi. Ketika Islam datang, fungsinyaiberubah
daya tarik bagi masyarakat di luar Payakumbu. menjadi tempat ibadah. Seperti untuk shalat
Seperti Bengkulu, Pelembang, Bangka, riau dan belajar ilmu agama. Karenanya kepala
dan Jambi. Konskuensinya, surau tak lagi meunasah mestilah seorang yang tahu ilmu
basa menampung para peminat ilmu itu. agama, ia memimpin penunaian zakat, sunat,
Syekh Abdurrahman lalu membangui komplek pernikahan, memandikan jenazah dan lain-
surau lagi, tak tanggung-tanggung, 30 surau lail. Ia disebut Teungku.
berukuran 7 x 8 meter, bertingkat dua dan
lokasinya mengelilingi bangunan induk. Nama Selain surau, masyarakat Aceh punya
surau-suaru itu pun disesuaikan dengan Dayah. Namun dayah lebih mirip pesantren.
daerah asal para murid yang mendiaminya. Meskipun di meunasah diajarkan juga ilmu
Seperti Surau singkil Surau Riau dan lain- agama, tetapi pelajaranid ayah lebih tinggi
lail. Dalam konteks Jawa, fenomena ini mirip materinya. Dayah didirikan tanpa tiang, tetapi
dengan gothaan (ruang/kamar) di pesantren. pondasi temboknya ditinggikan dan di atasnya
diberikan turapan semen. Hamzah Fansuri,
Sementara itu materi pengetahuan yang Syamsuidn as-Sumatrani, Nurudin al-Raniri,
diajarkan di surau pun meningkat, tidak Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf al-Singkili
hanya baca tulis al-Quran tetapi juga fikih, adalah tokoh-tokoh Dayah. Dayah ing kelak
tauhid, tasawuf dan tarekat. Jika di pesantren, berkembang menjadi pusat pendidikan tinggi
para pencari ilmu disebut santri, para pelajar Islam.
di sura, disebut urang siak. Kebanyakan
mereka menginap di surau. Pemilik surau Karena Dayah menjadi pusat penyebaran
yang sekaligus pemimpinnya disebut syekh. ilmu dan banyak yang datang dari luar kota,
Gelar yang menunjukkan derajat keulamaan maka dibangunlah tempat menginap atau
nan ketinggian ilmu yang tertinggi. Jika di asrama yang disebut rangkang. Rangkang
pesantran ada sorogan dan bandongan, maka dibuat sederhana tidak seperti umumnya
di surau disebutnya halaqah. Sang Syekh rumah orang Aceh yang memiliki tiga lantai.
biasanya memberikan pendidikan secara lisan, Ia hanya satu lantai dengan kamar kamar
semantara urang siak duduk menggilininya, kecil yang bias ditempati satu sampai tiga
melingkar. Materinya ditentukan saag Syekh, orang. Rangkang itu dipimpin oleh seorang
tetap diiesuaikan deegan para urang siak. teungku rankang yang menjadi guru bantu
Biasaaya sesuai umurnya. Meskipun berbagai dan pembimbing murid. Teungku ini semacam
pelajaran agama diajarkan sebagaimana lurah pondok kalau di pesantren.
disebut di atas, tetapi fikih amatlah ditekankan.
Karena itu secara praktis sangat dibutuhkan Istilah yang hampir sama fungsinya
oleh masyarakat. adalah Langgar. Langgar yang selama ini
dikenal sebagaidmasjid mini di Jawa –Madura
Tempat seperti surau banyak terdapat (tidak untuk sholat Id dan Jumatan) ternyata
di daerah lain, tetapi dengan nama yang terdapat juga di Kalimantan Selatan. Di
berbeda, misalnya Meunasah. Meunasah Kerajaan Banjar, lembaga pendidikan pertama
lebih dikenal di Aceh atau Samudra Pasai. itu disebut langgar. Adalah Syekh Muhammad
Sejak abad XIV Meunasah sebagai tempat Arsyad al-Banjari, yang dikenal pertama kali
menginap pria dewasa dan tidak menikah di menjalankan fungsi pendidikan di dalamnya.
gampong (kampung). Meunasah juga untuk Beliau adalah ulama berpengaruh di Banjar
pria dari luar kampung tersebut atau yang yang pernah belajar beberapa tahun di Mekah.
ibunya tinggal di gampong lain. Intinya, Lokasi langgar yang didirikan beliau terletak
semua pria tidak boleh menginap di rumah di pinggiran ibu kota kerajaan. Daerah ini
lain yang bukan istrinya, meski itu rumah kemudian terkenal denga nama kampung
dalam pagar. Dan sebagaamana alumni surau

518 | Ensiklopedi Islam Nusantara

serta dayah, para murid yang belajar di Langgar untuk ulama nusantara dan meninggalkan
pun mereka setelah pulang mendirikan langgar sejarah yang tak dapat dilupakan hingga kini.
langgar di kampungnya
Menguatkan tentang kedudukan surau di
Kesamaan nama langgar dengan yang ada Minangkabau, Azyumardi Azra mengatakan
di Jawa dan di banyak tempat lain, mungkin bahwa surau disana sudah seperti pesantren
juga karena jaringan para ulama yang dahulu di Jawa. Pasca kemerdekaan, eksistensinya
kala berlajar di Haramain seperti Syekh Arsyad berangsur surut karena lembaga pendidikan
yang belajar dan mengajar selama 25 tahun Islam di Indonesia tunduk pada aturan
di Mekah dan 5 tahun di Madinah.Sebutan pemerintah.
Ulama Jawi bagi para perantau Indonesia dan
ulama yang disegani disana sebagai sebutan [Ala’i Nadjib]

Sumber Bacaan

Azyumardi Azra, (1985). Surau Di Tengah Krisis: Pesantren Dalam Prespektif Masyarakat. Jakarta: PM3
Azyumardi Azra, (1999). Pemikiran Islam Tradisi dan Modernitas Menuju Milinium Baru. Ciputat: Logos.
Mohammad Kosim, Langgar Sebagai Institusi Pendidikan Keagamaan , Jurnal Tadrîs. Volume 4. Nomor 2. 2009 STAIN

Pamekasan
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah; Pendidikan Islam dalam Kurun Modern Jakarta; LP3ES, 1994
Badri Yatim, Surau dalam Arus Besar Sejarah Indonesia, dalam Indonesia dalam Arus Sejarah Fakta dan Indeks. Jakarta,

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta; Delta Pamungkas, 1997),
Azyumardi Azra, Surau; Pendidikan Islam Tradsional dalam Transisi dan Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003

Edisi Budaya | 519

Syair

Syair merupakan puisi Melayu klasik. dengan rubai Persia. Rubai Persia merupakan
Istilah syair berasal dari bahasa Arab, puisi yang berdiri sendiri, sedangkan pola
yakni syi’r, yang berarti puisi. Berbeda rubai dalam syair Hamzah Fansuri keempat
dengan istilah “syair” dalam bahasa Arab yang larik syair merupakan bagian dari rangkaian
berarti penyair, istilah syair dalam tradisi puisi Melayu yang panjang, yang jumlahnya
kesusastraan Melayu justru berarti karya baitnya bervariasi antara 13 dan 21 bait.
puisi yang dikarang oleh penyair. Dari segi
kaidah dan konvensinya, syair terdiri atas Dalam perkembangannya, bentuk
sejumlah bait; setiap bait terdiri atas empat syair yang diciptakan oleh Hamzah Fansuri
larik; sedangkan dari jumlah suku kata setiap mendapat penerimaan yang luas dari kalangan
larik dalam satu bait terdiri atas 9 hingga 12 penyair Melayu untuk menulis puisi dengan
suku kata. Adapun dari segi jumlah kata, satu berbagai kecenderungan tematiknya. Dalam
larik terdiri atas empat kata. Sementara itu, konteks ini, penyebaran syair di dunia Melayu
berkaitan dengan pola rima, syair Melayu itu tampaknya dipengaruhi, pertama, oleh
berpola a-a-a-a, b-b-b-b, c-c-c-c, dst. kegiatan kaum sufi yang berlangsung intensif
pada abad ke-16 dan ke-17, dan kedua oleh
Secara historis, syair tumbuh dan kenyaaan bahwa syair memiliki kemiripan
berkembang di dunia Melayu pada abad ke-16; bentuk dengan puisi rakyat Melayu.
dalam hal ini sufi dan penyair besar Melayu,
yakni Hamzah Fansuri, dinilai sebagai pencipta Perkembangan syair Melayu dan
genre syair Melayu. Latar belakang intelektual penerimaannya yang luas di dunia Melayu
Hamzah Fansuri yang mengenal dengan baik dengan sendirinya membawa implikasi pada
tradisi intelektual Arab dan Persia serta akar perkembangan bentuk persajakan syair Melayu
etimologis kata “syair” yang berasal dari Arab jika diukur dengan bentuk persajakannya pada
menimbulkan beragam hipotesis mengenai tahap awal kemunculannya. Tahap awal, atau
sumber kesastraan yang menjadi dasar tahap Hamzah Fansuri, berlangsung dari
penciptaan syair Melayu; sebagian pendapat akhir abad ke-16 hingga paruh pertama abad
melihat bahwa puisi Persia, yakni Rub’i, ke-17, sedangkan tahap kedua, tahap pasca-
menjadi prototipe syair Melayu; sebagian Hamzah Fansuri, berlangsung dari akhir abad
pendapat melihat puisi Arab-lah yang menjadi ke-17 hingga abad ke-19. Perbedaan bentuk
prototipenya; dan sebagian berpendapat persajakan syair tersebut dapat dilihat dari
bahwa puisi lisan Melayu, yang dikenal dengan tingkat isosilabisme dalam larik, jenis rima
sebagai “nyanyi”, merupakan prototipe syair yang ada, dan kekhasan rima yang sering
Melayu. digunakan dalam syair. Pada tahap pasca-
Hamzah Fansuri, umumnya kecenderungan
Meskipun sebagai pencipta syair Hamzah isosilabisme lebih mencolok daripada tahap
Fansuri menyebut puisinya sebagai rubai, Hamzah Fabsuri karena pertimbangan
tetapi pola rubai yang digunakan oleh Hamzah kesadaran estetik yang didasarkan atas
Fansuri dalam syair karangannya tidak sama kesamaan jumlah suku kata. Selain itu, pada

520 | Ensiklopedi Islam Nusantara

tahap pasca-Hamzah Fansuri, jenis rima juga tumbuh-tumbuhan, seperti ikan, burung,
mengalami perubahan yang nyata, dari rima bunga, dan buah-buahan. Penggunaan cerita
berselang ke rima bersinambung. binatang dan tumbuh-tumbuhan tersebut
merupakan kiasan dari peristiwa tertentu,
Terlepas dari aspek bentuk persajakan seperti Syair Ikan Terubuk untuk menyindir
dan perkembangannya, dari segi isinya peristiwa anak Raja Malaka yang meminang
syair Melayu dapat dikelompokkan menjadi putri Siak; Syair Burung Pungguk untuk
lima kelompok: syair panji, syair romantis, menyindir pemuda yang ingin mempersunting
syair kiasan, syair sejarah, dan syair agama. seorang gadis yang jauh lebih tinggi status
Meskipun demikian, pengelompokan tersebut sosialnya.
tampaknya merupakan pengelompokan
sederhana, yang tidak didasarkan atas ciri-ciri Berbeda dengan tiga jenis syair Melayu
puitiknya, dan bahkan lebih didasarkan atas tersebut di atas, syair sejarah merupakan puisi
pengamatan para pakar sastra Melayu, dan Melayu yang didasarkan atas peristiwa sejarah,
oleh karena pengelompokan tersebut sifatnya termasuk peristiwa peperangan, baik yang
eksternal. terjadi di kawasan Melayu maupun di kawasan
lain. Syair Perang Mengkasar merupakan syair
Sebagai kelompok syair Melayu, syair yang menceritakan peperangan yang terjadi
panji sebagian besar berasal dari karya prosa, di Makassar antara tahun 1668-1669; Syair
seperti Syair Panji Semirang yang merupakan Kaliwungu merupakan syair yang menceritakan
olahan dari Hikayat Panji Semirang; Syair perang yang terjadi di Semarang tahun
Anggreni yang merupakan saduran dari Panji 1763; Syair Perang Palembang merupakan
Anggreni. Di antara kelompok syair panji, syair yang menceritakan serangan Belanda
Syair Ken Tambuhan merupakan syait yang terhadap Palembang pada tahun 1819-1821
paling popular sehingga menarik perhatian yang menyebabkan kejatuhan Kesultanan
sejumlah sarjana untuk menilitinya. Syair Palembang.
tersebut banyak menyerap kata-kata Jawa
Kuna dan unsur-unsur mitologis agama Hindu. Di antara kelopok syair Melayu, syair
Penyerapan unsur-unsur Jawa Kuna dan agama merupakan kelompok syair yang
mitologi Hindu dalam Syair Ken Tambuhan itu dinilai paling penting. Dalam konteks ini,
tidak mengherankan mengingat cerita yang Hamzah Fansuri merupakan dinilai sebagai
terkandung dalam syair tersebut memang orang pertama yang mengarang syair, yang
berasal dari Jawa; dalam hal ini adalah cerita kemudian diikuti oleh penyair-penyair lainnya.
mengenai negeri yang dikalahkan oleh Ratu Dilihat dari muatan isinya, syair agama dapat
Kuripan yang berlomba-lomba memberikan dibagi ke dalam beberapa jenis yang berkaitan
persembahan kepada Sang Ratu. dengan ajaran agama Islam itu sendiri: syair
tentang akidah, syair tentang syariat, syair
Syair romantis merupakan jenis syair yang tentang tasawuf, dan syair tentang tentang
sangat digemari di Melayu sebagai puisi naratif eskatologi Islam.
yang termasuk dalam cerita penglipur lara.
Syair Bidasari, Syair Yatim Nestapa, Syair Abdul Syair Perahu, Syair Dagang, Syair Bahr an-
Muluk, Syair Sri Banian, Syair Sinyor Kosta, Syair Nisa’, Syair Kiamat, Syair Ta’bir Mimpi, dan Syair
Cinta Berahi, Syair Mambang Jauhari, Syair Tajul Raksi merupakan contoh-contoh syair Melayu
Muluk, Syair Sultan Yahya, dan Syair Putri Akal yang masuk dalam kelompok syair agama. Syair
merupakan contoh-contoh dari syair romantis Perahu menggambarkan kehidupan manusia
Melayu. seperti perahu yang berlayar di tengah lautan
dengan berbagai rintangan yang dihadapinya,
Sebagai karya sastra Melayu, seperti ikan hiu dan ikan paus serta badai angin
perkembangan syair Melayu juga ditandai topan. Syair Dagang menceritakan nasib anak
dengan berkembangnya syair kiasan atau syair dagang yang mencari emas di negeri rantau
simbolik. Dalam hal ini cerita yang terdapat dengan berbagai suka-dukanya; jika sedang
dalam syair dikisahkan melalui binatang dan

Edisi Budaya | 521

mendapat emas banyak, ia pun banyak didekati pertautannya dengan syi’r Arab di satu pihak
orang, sedangkan jika sedang sulit mendapat dan syair Melayu di pihak lain.
emas, ia dijauhi orang. Syair Bahr an-Nisa’
menggambarkan perkawinaan sebagai lautan, Pertautan singir dengan syi’r Arab
sehingga orang yang ingin melangsungkan tampaknya didukung oleh kenyataan bahwa
perkawinaan seperti berlayar di lautan, dan pertumbuhan dan perkembangan singir di
oleh karena itu pasang-surut gelombang kalangan masyarakat santri dan pesisiran
niscaya akan ditemuinya dalam pelayarannya berbanding lurus dengan pengajaran ilmu
di lautan. Syair Kiamat menceritakan tanda- prosodi Arab yang dikenal dengan ilmu arudh
tanda datangnya hari kiamat dan berbagai di pesantren-pesantren di Nusantara. Selain
perisriwa yang akan terjadi pada hari kiamat. itu, kitab-kitab yang diajarkan di pesantren
Syair Ta’bir Mimpi berisi mengenai uraian pun sebagian di antaranya berbentuk puisi
mengenai tafsir atas mimpi yang dialami atau nazam. Dengan demikian, komunitas
oleh seseorang. Adapun Syair Raksi berisi pesantren sudah lama mengenal ilmu prosodi
prediksi mengenai peristiwa yang akan terjadi puisi Arab dan karya-karya puisi Arab atau
berkaitan dengan perjodohan. syi’r.

3. SINGIR Tidak berbeda dengan puisi Arab dan
ilmu prosodinya yang sudah lama dikenal oleh
Singir merupakan bentuk puisi Jawa baru masyarakat santri Jawa, kesusastraan Melayu,
yang berkembang di kalangan masyarakat baik dalam genre puisi maupun prosa, juga
santri, terutama di daerah pesisiran. Dilihat sudah lama masuk ke Jawa, terutama di daerah
dari namanya, singir merupakan derivasi pesisiran. Beberapa karya sastra Melayu
dari kata Arab, yaitu syi’r, yang berarti puisi. digubah dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Meskipun demikian, akar etimologis kata Jawa, yang tersebar tidak hanya di kawasan
singir yang berasal dari bahasa Arab tersebut pesisiran, tetapi juga di lingkungan kraton
tidak berarti sumber kesastraannya singir Jawa. Dengan demikian, masyarakat santri
berasal dari Arab, tetapi dimungkinkan berasal Jawa sudah lama mengenal syair Melayu.
dari puisi Melayu yang dikenal sebagai syair.
Kemunculan singir tersebut dalam panggung Pengenalan masyarakat santri Jawa
sejarah kebudayaan Jawa telah memberi warna terhadap syi’r Arab dan syair Melayu tersebut
tersendiri bagi perkembangan kesusastraan di atas diperkuat oleh kenyataan bahwa pola
Jawa yang sebelumnya telah mengenal singir Jawa sebagian memang mengikuti pola
kakawin, geguritan, parikan, dan tembang syi’r Arab dan sebagian yang lain mengikuti
macapat. pola syair Melayu. Dalam hal ini, sebagian
singir Jawa mengikuti pola syair Melayu dilihat
Dalam konteks sejarah perkembangan dari segi sistem pembaitan dan rimanya, yakni
puisi Jawa, pertumbuhan dan perkembangan tiap bait terdiri atas empat larik, tiap larik
singir termasuk baru jika dibandingkan dengan umunya terdiri atas 12 suku kata, dan dengan
puisi Jawa lainnya, seperti kakawin dan pola rima a-a-a-a; dan sebagian lagi mengikuti
macapat. Jika kakawin tumbuh dan berkembang pola syi’r Arab, yakni tiap bait terdiri atas
pada periode pra-Islam, sementara macapat dua paruh bait (syatr) dengan pola rima a-a-
diperkirakan tumbuh dan berkembang sejak b-b, yang dikenal sebagai rima muzdawij yang
abad ke-16, maka, berdasarkan bukti-bukti umumnya digunakan sebagai rima nazam
tekstual, singir tumbuh berkembang di Jawa Arab. Perubahan dan perkembangan singir
pada abad ke-19. Adapun terkait dengan dari yang semula mengikuti pola syair Melayu
sumber kesastraannya, jika kakawin berakar ke pola puisi Arab tampaknya, seperti yang
dari tradisi puisi India, sementara macapat terlihat pada bentuk singir pada abad akhir
merupakan puisi asli Jawa, maka singir, sesuai ke-19, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari
dengan namanya, tampak memperlihatkan perkembangan pesantren sebagai institusi
pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui,
pesantren merupakan lembaga pendidikan

522 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Islam yang berakar pada kebudayaan lokal ilmiah keagamaan, seperti singir tentang
Nusantara, tetapi berorientasi internasional. tajwid, sebagai materi pelajaran di pesantern
Dari yang semula tampak sebagai padepokan atau madrasah diniyyah. Dalam konteks ini,
atau peguron, dalam perkembangannya, singir seperti itu serupa dengan nazam Arab
seperti yang tampak pada abad ke-18 yang berisi pengetahuan ilmiah, seperti nazam
dan ke-19, pesantren akhirnya mencapai Imrithi, Alfiyah, dan lain sebagainya, yang
kemapannnnya sebagai pusat transmisi menjadi materi pelajaran tata bahasa Arab di
tekstual ilmu pengetahuan Islam, termasuk Pesantren. Telah menjadi tradisi pengajaran
ilmu-ilmu alat sebagai bantunya. Dalam hal di pesantren, kitab-kitab yang ditulis dalam
ini, yang diajarkan di pesantren adalah ilmu- bentuk nazam, terutama yang masuk dalam
ilmu ushuluddin, syariat, dan ilmu-ilmu alat, kategori ilmu-ilmu alat, cenderung dihafalkan,
seperti nahwu, sharaf, dan balaghah. bahkan untuk pesantren tertentu wajib
dihafalkan dengan sistem setoran di hadapan
Terlepas dari perbedaan dua pola guru atau kyai pesantren. Dengan demikian,
singir Jawa di atas, keberadaan singir bagi pembacaan kitab nazam dengan cara hafalan
masyarakat santri Jawa memiliki fungsi sosial merupakan tradisi pesantren yang tetap
sebagaimana umumnya fungsi sosial karya bertahan sampai sekarang.
sastra, yakni menghibur dan mendidik. Fungsi
menghibur terletak pada pola singir yang Hal yang menarik, di tengah kehidupan
terikat oleh jumlah kata atau suku kata dan yang semakin modern, tradisi pembacaan
pola rimanya yang kemudian dilagukan dalam singir di sebagian masyarakat santri Jawa tetap
prosen pembacaan secara bersama-sama oleh bertahan, baik di masjid, musalla, pesantren,
kalangan santri. Pembacaan singir tersebut maupun di majlis taklim untuk masyarakat
dikenal sebagai singiran, dan biasanya dibaca luas.OJumlah bait singir yang tidak terlalu
sebelum memulai pengajian, dan untuk singir panjang dan tekanan pada pada aspek bunyi
tertentu yang berisi puji-pujian bahkan dibaca seperti yang terlihat pada pola rima, baik
sebelum shalat berjamaah di masjid atau di pola a-a-a-a maupun a-b-a-b, membuat singir
musalla sambil menunggu kedatangan imam mudah dihafal dan enak dilagukan. Oleh
shalat. Sementara itu, untuk fungsi mendidik karena itu, tidak mengherankan jika singir
dalam singir terletak pada gagasan atau isi digemari oleh masyarakat santri Jawa. Fungsi
yang terkandung dalam singir, seperti cerita sosial singir yang menghibur dan sekaligus
atau sejarah tentang Nabi Muhammad, nasihat mendidik tampaknya menjadi faktor yang
kepada para pelajar, dan lain sebagainya. Fungsi membuat tradisi pembacaan singir tetap
didaktis singir semakin dominan jika isi yang bertahan sampai sekarang.
terkandung dalam singir adalah pengetahuan
[Adib M Islam]

Daftar Bacaan

A Teeuw, Indonesia antara Kelisanan dan Keberakasaraan. 1994,
Braginsky, Yang Indah, Berfaedah, dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-9, 1988, hlm. 226-231.
A. Teeuw, hlm. 55; Liaw Yock Fang, Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik, 2011, hlm. 564
Karel A. Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat, 1988, hlm. 141; Muzakka, Singir sebagai Karya Sastra Jawa,

2002, Pusat Rujukan Persuratan Melayu, link online di http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=perenjis
Suwira Putra, Makna Upacara Tepuk Tepung Tawar pada Pernikahan Adat Melayu Riau di Desa Pematang Sikek, Kecamatan

Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, e-journal Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Studi Ilmu
Komunikasi, FISIPOL, Universitas Riau, 2014,
Ria Mustika, Analisis Tepuk Tepung Tawar pada Prosesi Pernikahab Adat Melayu Desa Dendun, Kabupaten Bintan, artikel
e-journal, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung
Pinang, 2013,
Tenas Effendy, Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu, hlm. 15-16, http://malaycivilization.ukm.
my/idc/groups/portal_tenas/documents/ukmpd/tenas_42867.pdf
Akmal, Kebudayaan Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam), Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 4, Desember 2015:
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen; sinkritisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya Spiritual Jawa (Jogjakarta, Narasi,
2006)
http/www.insklopedia.com/Pemkab Klaten
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, 1984, hlm. 411

Edisi Budaya | 523

Syawalan

Istilah Kata masing-masing keraton. Mereka tiba di sana
masih dengan pakaian resmi keraton. Sekembali
Tradisi Syawalan, atau lebih dikenal oleh darirziarah, kerumunan orang berusaha
masyarakat sebagai lebaran ketupat menjabat tangan mereka. Sultan Kanoman
(Bakdo Kupat), yang digelar tujuh hari dan keluarganya, khususnya, mengadakan
setelah Idul Fitri pada setiap tahua, merupakan slametan yang dihadiri oleh penjaga Astana.
salah satu tradisi yang masih bertahan dan Kegiatan tahunan ini biasanya dihadiri
berlangsung semarak di berbagai daeraa sekitar 150.000 orang yang datang dan pergi
di Indonesia. Istilah syawalan umumnya dari pemakaman, alun-alun, masjid, Makam
merujuk pada sebuah tradisi silaturahmi Gunung Jati, ataupun di jalan. Mayoritas
antar-masyarakat Islam sebagai kelanjutan masyarakat yang mengikuti acara Syawalan
darn idul fitri. Bila silaturahmi di hari idul fitri ini, selain melakukan ziarah dan berdoa,
hanya terbatas di lingkungan keluargg, maka lebih menyukai untuk memanfaatkannya
silaturahmi di lebaran syawalan (atau lebaran dengan berekreasi menikmati kebersamaan
ketupat) bisa sampai antar-daerah. dan melihat panorama pantai yang indah
dari puncak Gunung Jati. Kehadiran Sultan
Dalam tradisi Syawalan ini hubungan di acara Syawalan memang menarik perhatian
antara agama dan budaya sangat tampak masyarakat untuk turut mengikuti acara ini.
jelas. Syawalan yang pada mulanya ditujukan Akan tetapi yang lebih penting adalah dua
sebagai media silaturahmi ini pada gilirannya lawang pungkur (pintu belakang) di sayap kiri
memiliki cakupan makna yang lebih luasg di dan kanan yang menuju komplek makam
antaranya adalah mewujudkan kerukunan Ka atau Nyi Gede. Kedua lawang ini dibuka,
umat manusia. Tradisi ini terjadi di berbagai sehingga masyarakat bisa naik dan turun
daerah di Nusantara dengan sebutan di sekitar komplek pemakaman di Gunung
bermacam-macam; Syawalan, Kupatan, Bakda Sembung dari satu lawang pungkur di sayap
Ketupat, dan lain sebagainya. semuanya timur ke pintu lainnya di sayap barat. Oleh
memiliki kesamaan, yaitu perayaan umat karena itu, masyarakat yang datang ke
Islam di hari ketujuh setelah idul fitri dengan Astana Gunung Jati di hara Syawalan ini juga
berbagai macam bentuknya. bertujuan untuk melakukan ziarah di tiga
makam: makam Sunan Gunung Jati, Ki/Nyi
Di Cirebon, misalnya, tradisi syawalan Gede di Gunung Sembuung, dan kemudian
ini juga merupakan bagian dari kegiatan menyeberang ke jalan utama yang mendaki
yang dilakukan oleh keraton yang melibatkan ke pegunungan Jati, menuju makam Syaikh
masyarakat dalam perayaannya. Tradisi Datuk Kahfi, guru Sunan Gunung Jati yang
Syawalan di Cirebon dilaksanakan pada dikenal sebagai juru dakwah Islam pertama di
hari kedelapan di bulan Syawwal dengan Cirebon. (Muhaimin AG, )
mengunjungi astana gunung jati (Makam Sunan
Gunung Jati) untuk melakukan ziarah. Pada Tidak jauh berbeda dengan tradisi
hari Syawalan ini, makam Sunan Gunung Jati Syawalan di Cirebon, perayaan Syawalan di
dibuka untuk memberi jalan bagi tiga Sultan daerah Kendal Jawa Tengah juga dilakukan
dari Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan oleh masyarakat setempat dengan melakukan
beserta keluarga untuk melakukan ziarah ziarah ke makam Kyai Guru Asy’ari, desa
ke makam Sunan Gunung Jati. Ziarah ini Protomulyo, Kaliwungu. Di bukit Kuntul
dilakukan setelah menghadiri upacara di

524 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Melayang atau Tegal Syawalan tempat jasad wisata alam sendang Bulus Jimbung. Konon,
kyai Guru dimakamkan, terdapat komplek menurut cerita penduduk, sejak dahulu kala
pemakaman suci para ulama dan tokoh tidak di sebut tanggal dan tahunnya) ada
penyebar agama Islam di Kaliwungu seperti upacara getekan di Rowo Jombor tersebut
Sunan Katong, Kyai Mustofa, dan wali yang bertepatan dengan upacara Syawalan di
Musyafa’. Sendang Bulus Jimbung.

Syawalan di Boyolali Jawa Tengah Acara dilaksanakan dengan melaksanakan
dilakukan dengan mengadakan kenduri di kirab ketupat menuju jombor yang terletak
masjid-masjid terdekat dengan membawa di Bukit Sidhoguro. Prosesi kirab melibatkan
ketupat. Ketupat-ketupat itu kemudian puluhan orang termasuk perangkat desa dari
dibawa kembali ke rumah. Mereka kemudian dua desa tersebut. Ketupat tersebut setelah
bersilaturahim ke rumah-rumah tetangga. didoakan kemudian disebar kepada warga
Warga mengeluarkan sapi atau kambing masyarakat yang berebut mendapatkannya.
milik mereka ke jalan. Beberapa di antaranya Syawalan diramaikan pula berbagai pagelaran
dikalungi ketupat dan diberi makan ketupat. pertunjukan kesenian seperti tari-tarian
Menurut warga setempat, hal tersebut tradisional dan hiburan lainnya.
dilakukan karena sapi di Boyolali sudah berjasa
banyak dalam kehidupan. Di sentra-sentra Syawalan di Kawasan Jatim
sapi di Kabupaten Boyolali, pada hari ketujuh
setelah Lebaran warga mengadakan syawalan Tujuh hari setelah Idul Fitri, masyarakat
dan mengarak sapi-sapi mereka ke luar rumah. di wilayah Jawa Timur merayakan Hari Raya
Ketupat. Perayaan Hari Raya Ketupat ditandai
Masyarakat Klaten khususnya yang tradisi “ather-ather” atau mengantar makanan
bermukim di dua desa dan dua kecamatan ke rumah tetangga dan saudara. Setiap
(Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dan Desa makanan yang diantar harus menyertakan
Jimbung, Kecamatan Kalikotes) masih satu ketupat. Sementara di Ngawi, Jawa Timur,
memegang teguh tradisi sebar ketupat yang puluhan warga merayakan syawalan dengan
konon diyakini membawa berkah dari para terlibat perang nasi. Tujuannya mensyukuri
leluhurnya atau para pendahulunya di lokasi hasil panen dan bersilaturahmi saat Lebaran.
sendang. Dalam pelaksanaan tahun-tahun (http://berita.liputan6.com/read/245566/
berikutnya di dipindahkan ke Bukit Sidhoguro, posting_komentar).
tak jauh dari Rowo Jombor, Jimbung yang oleh
masyarakat Klaten juga dikenal sebagai obyek Tradisi Syawalan di Luar Jawa

Garebek Joko Tingkir di Puncak Acara Pekan Walau tradisi Syawalan identik
Syawalan di TSTJ Solo. dengan masyarakat Jawa, tetapi di
daerah lain di Indonesia ternyata
Sumber: http://solo.tribunnews.com/ terdapat juga budaya Syawalan
ini. Warga Desa Mamala dan
Desa Morela, Kecamatan Laihitu,
Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
misalnya. Mereka memiliki tradisi
unik berupa ritual Pukul Sapu yang
berlangsung sejak ratusan tahun
silam dan dilaksanakan secara
turun-temurun. Budaya ini digelar
sebagai simbol kemenangan setelah
melaksanakan ibadah puasa selama
sebulan dan puasa 7 Syawal. Tradisi
ini juga dimaknai sebagai peringatan untuk
mengenang perang Kapahaha yang dipimpin

Edisi Budaya | 525

Kapitan Achmad Leakawa alias Telukabessy Grebeg syawalan jadi simbol kemenangan usai
pada zaman penjajahan dulu. ramadan di Solo.

Tradisi Syawalan yang cukup unik justru Sumber: http://soloevent.id/
terjadi di Palembang, Sumatera Selatan.
Ratusan pengantin remaja asal Kayuagung menggunakan daun kelapa muda dan dibentuk
ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) seperti prisma segi empat, lalu ditanak sampai
dengan iringan musik Tanjidor melakukan masak seperti halnya memasak lontong.
kirab dengan berjalan kaki sejauh 5 km. Tradisi kupatan dipercaya oleh masyarakat
Tradisi yang disebut dengan midang morge siwe sebagai tradisi warisan wali songo, penyebar
ini konon telah digelar secara turun temurun ajaran Islam di Tanah Jawa yang terkenal
oleh sembilan marga masyarakat Kayuagung. dengan dakwah kulturalnya.
Tradisi ini memberikan pertanda telah
berakhirnya status mereka sebagai seorang Beberapa orang memberikan makna-
bujang dan gadis untuk diketahui secara luas makna filosofis terhadap tradisi kupatan.
oleh masyarakat setempat. Dengan status Di antaranya adalah bahwa kupat dikaitkan
mereka yang baru tersebut sebagai pasangan dengan makna simbolik yang diambil dari
suami-istri, diharapkan tingkah laku mereka bahasa Arab; kafa-kufat yang bermakna cukup.
harus terjaga. Ketupat juga kadang dimaknai dengan simbol
dari bahasa Jawa, ngaku lepat, yang berarti
Di Kampar tradisi Syawalan dilaksanakan mengaku salah atau mengakui pernah berbuat
melalui pelestarian tradisi, seperti di salah. Karena saling mengaku salah, maka
Kamparkiri, Kabupaten Kampar, Riau, mereka harus saling memaafkan.
warganya memeriahkan Idul Fitri dengan
menghelat acara pacu sampan antarsuku. Sedangkan dalam cara perayaannya,
Kegiatan semacam ini pun rutin digelar setiap lebaran kupat memiliki perbedaan di setiap
tahun. Dalam pelaksanaan lomba, setiap daerah. Sebagian daerah merayakan lebaran
sampan maksimal diisi enam pendayung dan kupat dengan berkumpul di masjid dengan
wajib berasal dari satu suku. Kegiatan pacu membawa ketupatnya kemudian berdoa
sampan ini diikuti oleh tujuh suku. Yakni Suku bersama. Di tempat lain, upatan dirayakan
Melayu Daek, Suku Piliang, Suku Mandailing, dengan cara membagi ketupat yang dibikinnya
Suku Caniago, Suku Patopang, Suku Domo, kepada saudara dan tetangga-tetangganya
dan Suku Melayu sebagai bentuk dari sedekah dan berbagi
kepada sesamanya.
Definisi, cakupan dan kompleksitas
istilah [M Idris Mas’udi]

Lebaran ketupat merupakan penamaan
lain dalam tradisi Syawalan. Dinamakan
dengan lebaran ketupat, sebab di hari raya
Syawalan ini sejumlah masyarakat di daerah
merayakannya dengan membuat ketupat.

Ketupat berasal dari bahasa Jawa, kupat.
Kupat atau ketupat adalah makanan yang
terbuat dari beras yang dibungkus dengan

Sumber Bacaan

Muhaimin AG, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal
Ensiklopedia NU
http://www.beritaindonesia.co.id/budaya/memaknai-tradisi-syawalan
http://ramadan.okezone.com/read/2011/09/04/335/498597/lomba-pacu-sampan-antar-suku-tradisi-syawalan
http://berita.liputan6.com/read/245566/posting_komentar
regional.kompas.com/read/2011/09/07/10160615/Warga.Antusias.Ikuti.Syawalan.Sapi

526 | Ensiklopedi Islam Nusantara

T

Tab ayun
Tabut

Tadarus
Tahlil

Takbir Keliling
Tarekat
Tarhim
Tasrifan
Tawajjuh

Tawassuth
Tawazun
Tembang
Tembang Macapat
Tepung Tawar
Tirakat
Topeng



Tabayun

Kegiatan untuk melakukan penjelasan, kontradiksi ini tidak lazim digunakan dalam
klarifikasi atas berita untuk kebenaran konteks kehidupan manusia, termasuk di
suatu peristiwa atau pemikiran. Indonesia.
Biasanya, istilah ini digunakan ketika berita
yang disampaikan bernada fitnah, hasutan, Kata lain tabayun dalam bahasa Arab,
atau sesuatu yang diragukan kebenarannya dengan huruf ya bertasydid, tabayyun berarti
atau kurang jelas apa yang dimaksudkannya, penjelasan, klarifikasi. Kata tabayun terakhir
bahkan berita palsu. Dalam konteks Indonesia inilah yang sering digunakan dalam peristiwa-
saat ini, istilah tabayun lebih dikenal lagi peristiwa di Indonesia, termasuk yang akhir-
karena terkait dengan pemberitaan melalui akhir ini didengungkan oleh semua orang
media sosial, terutama WA, Facebook, twitter, Islam di Indonesa, termasuk Ketua Umum
dan semacamnya yang sering disebut dengan PBNU, KH. Said Aqil Siradj tentang berita
berita sampah, berita tidak jelas asal usulnya palsu, fitnah, hoax, dan provokasi melalui
atau hoax. Perselisihan dan perbedaan media massa.
pendapat oleh beberapa tokoh publik atau
masyarakat awam dengan sesamanya, metode Oleh karena itu, orang Islam harus
tabayun dapat digunakan untuk melerai atau kembali pada ajaran yang termaktub dalam Al-
sebagai solusinya, supaya terdapat titik temu Qur’an surah al-Hujurat: 6;
di antara mereka. Padahal secara historis,
tabayun juga sudah pernah digunakan dalam َ ‫ٍ َﻓﺘَﺒَ َّ� ُﻨﻮا‬ ‫إَِﻓﺘُن ْﺼ َِﺟﺒﺎ ُءﺤﻮا ُﻛ َﻟْﻢَﺒﻓَﺎَﻣﺎِﺳ ٌَﻓﻖ َﻌﻠﺑِْﺘُﻨَ َﺒْﻢﺄ‬ ‫ا َّ ِ�� َ� آ َﻣﻨُﻮا‬ ‫�َﺎ َﻛ ُّﻓ َﻬﺎ‬
Al-Quran. ‫أن‬ ‫ﻧَﺎ ِد ِﻣﻴ َﻦ‬ ‫َﻗ ْﻮﻣﺎً ِﺑ َﺠ َﻬﺎﻟَ ٍﺔ‬ ‫ﺗُ ِﺼ�ﺒُﻮا‬

Tabayun dalam Kamus dan “Wahai orang-orang yang
Al-Qur’an beriman; jika seseorang
yang fasik datang kepadamu
Tabayun, demikian asal membawa suatu berita, maka
telitilah kebenarannya, agar
kata dari bahasa Arabnya, kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena kebodohan
dengan huruf ba berharakat
(kecerobohan), yang akhirnya
panjang. Dalam kamus bahasa kamu menyesali perbuatanmu
itu”.
Arab-Indonesia, Al-Munawwir

dan kamus Arab-Inggris, A Kata fatabayyanu
menjadi istilah penting,
Dictionary of Modern Written yaitu tabayun, dalam hal
penerimaan suatu berita bagi
Arabic, kata tabayun diartikan orang yang beriman. Ayat ini
jelas menyebutkan, wahai
perbedaan (difference), orang yang beriman dan agar kamu tidak

berlawanan, kontradiksi,

unlikeness, dissimalirity,

disparity. Penggunaan

kata tabayun dengan arti perbedaan atau

Edisi Budaya | 529

mencelakakan suatu kaum. Selanjutnya, dalam serta pesantren. Tabayun Gus Dur pertama
ayat itu juga disebutkan bahwa tindakan tentang pendirian forum demokrasi, adakah
orang tersebut adalah fasiq dan karena hubungannya dengan Pemilu 1992? Terakhir,
kebodohannya, setelah itu akan disesali tabayun tentang NU ke depan, mulai dari
perbuatannya. keikutsertaannya pada BPR, hingga sastra
Islam dan sastrawan-sastrawannya. Akhirnya,
Dengan kedua arti di atas, Kamus Besar dengan membaca buku Tabayun Gus Dur, kita
Bahasa Indonesia juga mengartikan tabayun dapat memahami pemikiran progressif Gus
dalam dua arti pertama, penjelasan dan Dur dan kita dapat meneladaninya.
pemahaman; kedua, perbedaan, kontradiksi,
ikhtilaf. Adapun klarifikasi dalam Kamus Tabayun dan Implikasi Kebangsaan
Besar Bahasa Indonesia diartikan penjernihan,
penjelasan, dan pengembalian kepada apa Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan
yang sebenarnya. bahwa kemunculan istilah tabayun memang
untuk mendudukkan sesuatu pada tempatnya.
Pentingnya Tabayun Dalam konteks kemanusiaan dan kebangsaan,
kita dapat mencontoh model tabayun Gus Dur.
Pada tahun 2012, ada sebuah buku yang Dalam kaitan dengan Islam Nusantara, tentu
dapat menjelaskan istilah “tabayun” ini, saja, istilah tabayun menjadi sesuatu yang
berjudul Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, khas dan menarik, baik dalam pengembangan
Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural. Buku ini, bahasa Indonesia, maupun etika pergaulan.
berisi tentang kumpulan hasil wawancara KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari berbagai Dengan menjadikan tabayun sebagai
sumber, seperti majalah Detik, Tempo, D&R, metode dalam hubungan sosial kemanusiaan
dst. dan kebangsaan, semestinya hubungan sesama
manusia dan sesama anak bangsa maka tidak
Dari sub judul buku saja kita dapat ada lagi penyesatan pada organisasi Islam dan
mengetahui apa saja yang akan diberikan kebangsaan. Pada dasarnya Islam mengajarkan
penjelasan oleh Gus Dur, yaitu tentang tema- umat manusia untuk berhati-hati dalam
tema kontroversial pada masa itu, dan mungkin menerima informasi, apakah sumbernya dapat
juga masih kontroversial untuk saat ini bagi dipercaya atau tidak, begitupun dengan isi
bangsa Indonesia. Walaupun sebenarnya beritanya, perlu ada dicek lagi, apalagi terkait
karena diungkapkan dengan wawancara maka dengan warga negara dan bangsa.
bahasan yang diulas cukup luas, seperti sepak
bola, calon presiden RI, pengganti Soeharto, [Mahrus el Mawa]
forum demokrasi, dan perkembangan NU

Sumber Bacaan

Abdurrahman Wahid, Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, dan Reformasi Kultural, Yogyakarta: LKiS, 2012

530 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Tabut

Banyak orang meyakini bahwa istilah mereka, seraya meratap menyebut Ali! Ali!
tabut di daerah Pariaman Sumatera Husain! Husain!
Barat disebut dengan tabuik, sementara
di daerah Bengkulu disebut dengan tabot, Ketika perayaan berlangsung, sekumpulan
berasal dari kata bahasa Arab ‫ ﺗﺎﺑﻮﺕ‬yang secara anak laki-laki dan terkadang juga perempuan,
literal sebagaimana dijelaskan di dalam Kamus menggeluyur di jalanan, meniupkan bunyi
Lisan al-Arab berarti menyerupai kotak (peti: ledakan di dalam bambu yang berlobang,
trunk atau peti kayu: crate) tempat menyimpan yang lain didahului oleh pemain drum
barang, dengan kata lain bahwa barang dan disiapkan secara fantastis, meminta
tersebut tertulis dan ditempatkan di dalam sumbangan dari penjaga dan pemilik toko.
kotak tersebut. Pada hari berikutnya, bentuk prosesi menjadi
baru secara umum di waktu pagi. Antusiasme
Namun sumber lain menyebutkan bahwa di waktu malam menguap di bawah sinar
ia berasal dari ritual kesedihan atau duka cita matahari. Tabut kemudian dibawa ke tepi laut
mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad atau pinggiran sungai kemudian dilemparkan
SAW di Karbala, Husain. Beberapa hari sebelum ke air.
perayaan dimulai, para tukang kayu sibuk
membangun kuburan tiruan dari bambu, yang Memang istilah tabut ini muncul di dalam
nantinya ditutupi dengan kertas perak (tinsel) Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 248 yang
dan warna-warni, Di India utara ini disebut artinya:
dengan ta’ziyah, sementara di India barat
ini disebut dengan tabut. Ini dimaksudkan “Dan Nabi mereka mengatakan kepada
sebagai gambaran dari kuburan para syuhada. mereka: Sesungguhnya tanda ia akan menjadi
Kemudian sebuah kain surban halus dan baju raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di
baja mahal diletakkan di belakang untuk dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
mewakili kebesaran dan kemuliaan Husain dan sisa dari peninggalan keluarga Musa
yang dibunuh di tanah penuh darah, Karbala. dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh
Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian
Sebuah bangunan untuk perayaan selama itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang
sepuluh hari (Asyura Khana) didirikan. Setiap yang beriman.”
malam selama perayaan, khalayak ramai
berkumpul dalam majelis atau pertemuan Menurut tafsir Ibnu Katsir dengan
duka cita, di mana sebuah kelompok musik mengutip berbagai sumber, makna “sisa dari
menyanyikan Marsiya, puisi penghormatan peninggalan keluarga Musa dan keluarga
untuk Husain. Seorang pemimpin kemudian Harun” itu adalah tongkat Nabi Musa dan
membacakan dengan gaya yang syahdu cerita tongkat Nabi Harun, juga jubah Nabi Musa
kematian Husain yang tragis dan menyedihkan, dan Nabi Harun serta serta potongan papan
sementara para hadirin menggoncangkan yang memuat Taurat.
tubuh mereka dan memukul-mukulkan dada
Lain halnya di dalam tradisi Syiah
seperti yang diceritakan di atas, tabut erat

Edisi Budaya | 531

kaitannya dengan peti mati (coffin) yang perubahan makna dan bentuk tabut dari yang
mempresentasikan kembali peti jenazah disebutkan oleh Al-Qur’an yang kemudian
Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ditransformasikan ke dalam perubahan
yang terjadi pada tahun 680 bertepatan dengan makna dan bentuk di dalam tradisi Syiah,
10 Muharam tahun 61 Hijriah yaitu perang yang kemudian akhirnya menjadi tradisi di
Karbala di Irak antara Yazid dari Bani Umayyah Sumatera Barat (tabuik) dan Bengkulu (tabot).
dengan Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad
saw. Perang yang tidak seimbang ini atau lebih Dalam praktiknya, perayaan tabut yang
tepat disebut sebagai pembantaian terhadap terjadi di Indonesia tidak semata-mata
Husain dan rombongannya, meninggalkan dikarenakan peristiwa perang Karbela, namun
duka yang mendalam bagi penganut Syi’ah. sudah bercampur dengan tradisi lokal orang
Nusantara. Bahkan bagi masyarakat Pariaman,
Kebesaran nama dan penghormatan perayaan tabut ini tidak menjadi suatu masalah
terhadap Husain dilakukan oleh umat Islam keyakinan atau akidah, tapi hanya semata-
Syi’ah di seluruh dunia, dan tak terkecuali juga mata merupakan upacara memperingati
dari umat Islam Sunni di berbagai kawasan kematian Husain. Bahkan, tabuik sudah
Asia Tenggara, termasuk di berbagai tempat dijadikan sebagai peristiwa budaya dan pesta
di Indonesia yang didasarkan kepada kekuatan budaya Anak Nagari Piaman (Pariaman).
budaya lokalnya, seperti yang masih dapat
dijumpai di kawasan pantai barat Sumatera. Walaupun masyarakat Pariaman
penganut Islam Sunni, namun bagi penganut
Di Pariaman dan Bengkulu, peringatan Sunni, mencintai keluarga Rasulullah bukan
kematian tragis cucunda Nabi tersebut yang saja menjadi hak para penganut Syi’ah, tetapi
diperingati pada 1-10 Muharam ditandai juga berlaku bagi semua umat Islam, tanpa
dengan mengusung tabut, yaitu berupa artefak kecuali, hanya saja cara untuk melakukannya
dalam berbagai bentuknya sesuai dengan tidak sama. Dengan demikian, masyarakat
tradisi masing-masing daerah. Upacara tabut Pariaman tidak mempermasalahkan mengenai
merupakan upacara tradisional masyarakat asal muasal Tabuik Piaman dari kalangan
Pariaman dan Bengkulu yang diadakan untuk Islam Syi’ah, yang penting bagi mereka adalah
mengenang kisah kepahlawan Husain bin Ali bagaimana Tabuik dijaga dan dilestarikan
bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, sebagai warisan budaya.
yang wafat dalam peperangan di padang
Karbala, Irak. Lebih lanjut, menurut Asril, di Pariaman
tabuik divisualisasikan dalam bentuk upacara
Dari segi sejarah asal-usul tradisi tabut ini, dengan mengusung dua benda berbentuk
beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi menara setinggi 10-12 meter. Sementara di
tabut atau tabot dibawa oleh para pekerja Islam Bengkulu tabot ditafsir dari mimpi seorang
Syi’ah dari Madras dan Bengali, India bagian leluhur keturunan tabot di Karbala. Ia melihat
selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris bangunan istana raja berbentuk piramida.
untuk membangun Benteng Marlborough Mimpi itu kemudian diwujudkan dengan
(1713-1719). Mereka kemudian menikah bentuk artefak seperti menara setinggi
dengan penduduk setempat dan meneruskan sekitar 4-8 meter, yang memiliki unsur seperti
tradisi ini hingga ke anak-cucunya. Sementara piramida.
tabuik yang ada di Pariaman, menurut satu
sumber, berasal dari tradisi tabot Bengkulu. Waktu Prosesi Tabut
Imam Senggono alias Syekh Burhanuddin
yang berasal dari India membawa tradisi ini ke Menurut Asril, waktu prosesi tabut baik
Bengkulu. Kadar Ali, seorang pemuka agama di Pariaman dan Bengkulu dilaksanakan
Islam lainnya, kemudian membawa tradisi ini pada bulan Muharram, dengan sedikit
dari Bengkulu ke Pariaman. perbedaan waktu. Di Bengkulu, waktu prosesi
dilaksanakan pada tanggal 1-10 Muharram,
Dengan demikian, jelas telah terjadi

532 | Ensiklopedi Islam Nusantara

sedangkan di Pariaman dilaksanakan pada Selain kerangka menara ini, artefak
tanggal 1-11,12,13, dan 14 Muharam, dengan keduanya adalah daraga sebuah istilah dari
memperhitungkan bahwa puncak prosesi Hindustan yang berasal dari Persia, bermakna
dilaksanakan bertepatan pada hari Minggu. peti mati. Di dalam daraga terdapat bangunan
Pertimbangan praktis lebih mengemuka berbentuk makam atau pusara yang kira-
di balik terjadinya pergeseran waktu ini kira berukuran 1x1 meter yang setiap sisinya
baik karena kepentingan penyelenggara di pagari dengan bambu-bambu kecil, pada
(pemerintah, tokoh masyarakat, dan pemilik bagian atas pusara dibentangkan kain putih
tabuik) dan kepentingan masyarakat penikmat. sebagai penutup.

Prosesi Tabut di Pariaman Dalam proses pembuatan tabut, sebagai
fase awal dari keseluruhan prosesi tabut,
Dikarenakan tradisi tabut ini terjadi di tabut dibuat dalam tiga bagian: bagian dasar,
dua daerah yang berbeda, maka deskripsi bagian tengah, dan bagian atas. Selanjutnya
bagaimana prosesi kedua tradisi ini dipasangkan kerangka Buraq yang dilapisi
berlangsung menjadi tidak terelakkan. dengan kain berudu yang berwarna. Untuk
kepala Buraq dipasangkan sebuah kepala
Di Pariaman, prosesi tabut terdiri dari boneka berwajah perempuan dengan rambut
beberapa rangkaian acara di antaranya terurai yangtelah dipakaikan kerudung untuk
pembuatan tabut, mengambil tanah, penutup kepalanya. Bangunan tabut ini secara
mengambil batang pisang, maantam, mangarak keseluruhan merupakan gambaran dari artifak
jari-jari, mangarak sorban, tabut naik pangkek, kendaraan yang dipercaya membawa Husain
maoyak tabut dan tabut dibuang ke laut. ke langit.

Tabut yang digunakan dalam tradisi ini Fase kedua berupa pengambilan tanah
berjumlah dua: yaitu tabuik pasa dengan pusat di sungai yang dilakukan pada tanggal 1
aktivitasnya di Kampung Perak, Pasir, dan Muharram setelah shalat Ashar sebagai simbol
pasar Pariaman (nagari Pasar Pariaman), dan kelahiran dan kesyahidan Husain, juga sebagai
tabuik subarang dengan pusat aktivitasnya di simbol pengambilan jenazah Husain yang
Kampung Pondok, Kampung Jawa, Kampung tertinggal di Karbela.
Cina, dan Jawi-Jawi (nagari Lima Koto Air
Pampan). Kedua tabut ini menggambarkan Fase ketiga berupa pengambilan batang
dua kelompok yang sedang berseteru, yang pisang yang dilakukan pada tanggal 5
dianalogikan dengan pasukan Husain dan
pasukan Yazid yang sedang berperang di Hari terakhir upacara, tabuik dibuang ke laut
Karbala.
(sumber Asril, 2013: 314)
Prosesi dilaksanakan selama 10 hari,
dimana 5 hari merupakan kegiatan inti,
sedangkan hari-hari lain merupakan kegiatan
pembuatan tabut. Sebelum hari pelaksanaan,
para panitia dan masyarakat setempat sudah
menyiapkan peralatan atau perlengkapan
yang diperlukan untuk berjalannya tradisi ini
berupa pembuatan bangunan tabut berbentuk
menara dengan tinggi yang beragam, namun
antara 6 sampai 15 meter. Bagian kerangkanya
terbuat dari bambu, kayu, rotan, kain, dan
kertas warna warni. Kerangka bangunan tabut
itu sebenarnya terdiri atas dua bagian yaitu
bagian atas dan bagian bawah.

Edisi Budaya | 533

Muharram yang kemudian dibawa ke daraga. 13.00 setelah shalat Zuhur yang merupakan
Mengambil batang pisang bertujuan untuk acara puncak dari tradisi tabut. Mahoyak tabut
melindungi pusara atau kuburan dari sengatan di tandai dengan musik gandang dengan lagu
matahari selain itu juga menggambarkan hoyak tabut. Lagu ini dimainkan dengan musik
kejadian di Padang Karbela saat Husain tempo cepat guna untuk membangkitkan
dipancung oleh tentara Yazid. semangat para pembawa tabuik dan pendukung
tabut lainnya. Para pembawa tabut melakukan
Fase keempat disebut dengan maatam atraksi dengan menggoyang-goyayangkan,
dilaksanakan pada tanggal 6 Muharram. Fase merebahkan, membawa tabut berlari menuju
kelima disebut dengan mengarak jari-jari yang tabut lawan sambil berkata hoyak Husein,
dilaksanakan pada tanggal 7 Muharram. hoyak Husein, hoyak Husein, yang dilakukan
berulang-ulang kali dengan suara yang keras
Fase keenam berupa mengarak sorban dan serempak. Mahoyak tabut ini dilakukan
dilaksanakan pada tanggal 8 Muharram oleh kedua pembawa tabut, yaitu tabut pasa
sebagai simbol dari gambaran kekejaman dan tabut subarang secara bergantian. Dalam
pasukan Yazid yang tega memenggal pelaksanaan mahoyak tabut ini terjadi unsur
kepala Husein. Kegiatan ini berlasung di saling menyerang yang diiringi oleh lagu hoyak
sekeliling kota dengan mengarak sorban tabut sehingga sering kali terjadi bentrok fisik
yang diletakkan dalam sebuah peti kecil yang antara kedua belah pihak.
terbuat dari kayu. Mengarak sorban bertujuan
untuk menciptakan semangat yang dapat Prosesi Tabot di Bengkulu
mengangkat harkat martabat serta harga diri
dan mendorong keinginan untuk membela Adapun ritus-ritus yang terdapat dalam
kebenaran yang ditujukan kepada Husein Upacara Tabot menurut Hamidy (1991/1992:
dalam memperjuangkan atas haknya. 66-73) sebagai berikut:

Fase ketujuh tabut naik pangkek yang “(1) Mengambik tanah (mengambil
dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram tanah). Tanah yang diambil adalah tanah yang
ini merupakan kegiatan menggabungkan dianggap mengandung nilai magis; (2) Duduk
antara dua bagian tabut, bagian atas dan penja (jari-jari). Penja adalah benda berbentuk
bagian bawah yang masing-masingnya telapak tangan manusia lengkap dengan jari-
berukuran 6-7 meter, sehingga menjadi satu jarinya.
bagain dengan mencapai ketinggian 12-15
meter. Kegiatan tabut naik pangkek ini juga Penja disebut juga dengan jari-jari. Penja
merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu menurut keluarga Sipai adalah benda keramat
oleh para pengunjung, karena kegiatan ini yang mengandung magis, maka harus dicuci
merupakan kegiatan yang sangat sulit dan dengan air bunga dan air limau [jeruk] setiap
banyak mengakibatkan resiko yang buruk. tahunnya. Setelah dicuci penja diletakkan di
Oleh karena itu, pada ketika penggabungan gerga; (3) Menjara artinya mengandun atau
pangkek atau bagian tabut disatukan, pangkek saling berkunjung mendatangi kelompok tabot
bagian atas diangkat secara gotong royong lain untuk beruji dol (bertanding membunyikan
untuk disatukan pada pangkek bagian bawah, musik perkusi dol); (4) Meradai, berjalan
dengan menggunakan alat bantu seperti tiang- mengitari kampong dilakukan oleh anak-anak
tiang, tali yang diikatkan pada bagian tabut, usia 10-12 tahun dalam rangka pengumpulan
yang kemudian ditarik secara bersamaan dari dana untuk pembuatan tabot. Peserta meradai
berbagai arah. Jika penggabungan itu gagal disebut jola. Meradai dilaksanakan pada
dilaksanakan seperti jatunya pangkek atas,
maka bagian dari tabut tersebut akan hancur tanggal 06 Muharam dari pagi sampai
dan tidak dapat dipakai lagi. sore; (5) Arak penja: atau disebut juga arak jari-
jari dilaksanakan pada tanggal 08 Muharam
Fase kedelapan mahoyak tabut yang mulai pukul 19.00- 21.00 dengan menempuh
dilaksanakan pada tanngal 10 Muharram jam rute yang telah ditentukan. Acara dimulai di

534 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Tabuik di Pariaman dihoyak pada upacara Arak-arakan tabot di Bengkulu pada
puncak dari siang sampai sore hari puncak acara 10 Muharram

(sumber Asril, 2013: 314) (sumber Asril 2013: 316)

lapangan Merdeka Bengkulu (lapangan Tugu arakan ini disebut dengan arak gedang (pawai
Provinsi) dan selesai kembali di lapangan Tugu akbar). Di lapangan Merdeka, tabot-tabot itu
Peovinsi. Pelaku upacara adalah anak-anak dan dibariskan seperti bershaf, sehingga disebut
remaja; (6) Arak serban: dilakukan pada tanggal pula dengan tabot besanding (tabot bersanding).
09 Muharam pada malam hari dari pukul 19.00- Upacara dimulai pada pukul 19.00-21.00.
21.00. Arak serban berupa prosesi membawa Selama upacara tabot besanding berbagai
serban (sorban) putih yang diletakkan pada hiburan dan kesenian rakyat ditampilkan
tabot coki (tabot kecil), dilengkapi dengan untuk menghibur para pengunjung; (9) Tabot
bendera atau panji-panji berwarna putih, h tebuang: upacara tabot tebuang dimulai dari
au atau biru yang bertuliskan “Hasan dan lapangan Merdeka, sekitar pukul 11.00 arak-
Husen” dengan kaligrafi Arab; (7) Gam: yaitu arakan tabot menuju Padang Jati dan berakhir
masa tenang yang ditentukan tidak boleh di kompleks pemakaman umum, Karabela.
ada kegiatan apapun yang berkaitan dengan Di lokasi ini dimakamkan Imam Senggolo,
tabot. Gam dimulai dari pukul 07.00-16.00; pelopor upacara tabot. Upacara tabot tebuang
(8) Arak gedang: yaitu prosesi kelompok tabot dipimpin oleh dukun tabot dan dipandang
yang dimulai dari markas masing-masing bernilai magis.Selesai ritual tabot tebuang,
menuju lapangan Merdeka. Menyatunya tabot-tabot itu dibuang di sekitar makam”.
kelompokkelompok tabot dalam satu arak-
[ Ismail Yahya]

Sumber Bacaan

Ibnu al-Manzur, Lisan al-‘Arab.
Lucia C. G. Grieve, The Muharram in Western India, hlm. http://opensiuc.lib.siu.edu/ocj/vol1910/iss8/3/
Tafsir ibnu Katsir,
Asril, Perayaan Tabuik dan Tabot: Jejak Ritual Keagamaan Islam Syi’ah di Pesisir Barat Sumatra, Jurnal Panggung,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung,
2013, http://simlitmas.isbi.ac.id/e-jurnal/index.php/panggung/article/view/144/144
Endang Rochmiatun, Tradisi Tabot pada Bulan Muharram di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi, 3024, hlm. 49. Lihat
link:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/download/131/116.
Maezan Kahlil, Tradisi Tabuik di Kota Pariaman, JOM FISIP Vol. 2, No.2 Oktober 2015
Asril, Dinamika Kebelangsungan Tabuik Pariaman, http://journal.isi-padangpanjang.ac.id
Lidya Lestari, Peranan Pemerintah dan Masyarakat Mempertahankan Perayaan Tradisi 10 Muharram di Pariaman 1992-
2013, Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014

Edisi Budaya | 535

Tadarus

Kegiatan membaca Al-Qur’an, terutama Ngaji dan Nderes Al-Qur’an
pada bulan Ramadhan, baik secara
perorangan maupun secara bersama- Ada sedikit perbedaan antara mengaji
sama. Tiada hari dalam bulan Ramadlan tanpa atau ngaji Al-Qur’an dan nderes atau tadarus
melakukan tadarus. Bagi para santri di pondok Al-Qur’an. Ngaji Al-Qur’an itu berarti sedang
pesantren, orang Islam lelaki dan perempuan belajar membaca Al-Qur’an dengan seorang
baik di rumah atau tempat lainnya untuk guru khusus Al-Qur’an. Karena belajar Al-
selalu tadarus al-Qur’an. Istilah tadarus sering Qur’an, maka kita harus mengetahui nama
disebut juga nderes (bahasa Jawa) Al-Qur’an. huruf hijaiyahnya, hukum membaca huruf
Maksud dari tadarus yang nderes ini adalah satu dengan huruf lainnya, baik hukum bacaan
untuk melancarkan bacaan dan menjaga tanwin, tasydid, nun/mim mati, termasuk
hafalan Al-Qur’an-nya. Waktunya juga tidak panjang pendeknya huruf dalam kata Al-
harus nunggu bulan Ramadlan, tetapi setiap Qur’an. Pembelajaran semacam itu disebut
hari dan waktu-waktu khusus. dengan ngaji tajwid.

Arti dan Konteks Tadarus Berbeda lagi dengan nderes atau tadarus
Al-Qur’an, karena untuk dapat tadarus,
Tadarus berasal dari bahasa Arab, tadarasa orang harus sudah dapat membaca Al-Qur’an
dengan huruf dal berharakat fathah dibaca terlebih dahulu. Praktik tadarus terbagi dalam
panjang, yang berarti mempelajari bersama. beberapa kategori, yaitu personal-one man
Hal itu sesuai dengan definisi tadarus show dan kolektif-subtitutif. Dalam kategori
pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu personal, biasanya dari segi bacaan tajwid
pembacaan Al-Qur’an secara bersama-sama dan kelancaran membacanya sudah tidak
(pada bulan puasa). diragukan lagi. Dia sudah dapat mengajarkan
ke yang lainnya. Adapun kategori kolektif-
Bagi orang Islam, membaca Al-Qur’an subtitutif, yaitu tadarus yang dilakukan secara
adalah suatu “kewajiban”. Sebab, tanpa bersama-sama, saling bergantian bacaannya
membaca Al-Qur’an rasanya sulit sekali untuk sesuai dengan kesepakatan, misalnya satu
dapat menjalankan ibadah, terutama ibadah kaca (lembaran) untuk setiap pembaca Al-
shalat sehari lima waktu. Dalam setiap shalat, Qur’annya. Kategori kedua inilah yang sering
setiap rakaat harus membaca Surah atau ayat- dilakukan pada saat bulan Ramadlan di
ayat tertentu dari Al-Qur’an. Apabila umat mushalla, masjid, majlis taklim atau pondok
Islam tidak dapat membaca Al-Qur’an dan pesantren. Makna tadarus yang sesungguhnya
menghafalkannya, maka sungguh sulit untuk itu kategori kedua tersebut.
dapat mendirikan shalat setiap waktu. Tadarus
adalah salah satu cara untuk dapat menghafal ODOJ: Pola Baru Tadarus
ayat-ayat Al-Qur’an. Jika orang membaca
Al-Qur’annya terus-menerus, maka dengan One day one juz (odoj) adalah fenomena
sendirinya orang akan hafal sendiri. baru di kalangan umat Islam menengah dan
di kota sebagian umat Islam Indonesia. ODOJ

536 | Ensiklopedi Islam Nusantara

termasuk gerakan baru dalam dunia baca Al- dalam bis kota atau kereta commuter line
Qur’an di Indonesia. Pola ODOJ ini memang beberapa orang sambil berdiri atau duduk
lebih fleksibel dibanding dengan tadarus yang sambil membaca Al-Qur’an dengan model
selama ini berkembang. Umat Islam yang ODOJ. Pola ODOJ yang seperti itu tentu
ikut dalam kegiatan ODOJ lebih terorganisir saja mempunyai kelemahan, yakni tidak ada
dan sistematis. Akan tetapi, tetap saja ada orang yang bisa memberikan koreksi jika ada
kekurangan di dalamnya. kesalahan bacaannya. Belakangan, ODOJ juga
mulai memasuki program di pondok pesantren
Dari segi sosiologis, tadarus Al-Qur’an khusus tahfizh (hafal al-Qur’an). Sehingga,
dilakukan bakda shalat maktubah, antara lain ODOJ menjadi bagian tak terpisahkan dari
bakda magrib, bakda isya atau bakda subuh, program tahfizh pesantren tertentu.
sedangkan gerakan ODOJ tidak mengenal
waktu, dan tempat. Seringkali terlihat di [Mahrus el-Mawa]

Edisi Budaya | 537

Tahlil

Istilah kata tahlil juga tidak hanya dilakukan di masjid
atau tempat ibadah lainnya seperti mushalla
Tahlil secara istilah berasal dari suku ataupun langgar. Ia juga dikerjakan oleh
kata dalam bahasa Arab yang bermakna seseorang yang melakukan ziarah kubur, atau
membaca kalimat La ilaha illa Allah. dalam upacara selametan yang diadakan di
Sedangkan dalam konteks masyarakat Islam rumah-rumah duka atau dalam rangka haul.
Indonesia tahlil bukan hanya pembacaan
kalimat la ilaha illa Allah saja, melainkan Tahlil adalah salah satu ritual yang tidak
sebuah amalan yang mengandung bacaan baik asing bagi kelompok Islam tradisional yang
ayat-ayat al-Quran (seperti surat al-ikhlas, berada di lingkungan pedesaan. Meskipun
surat yasin, dll), kalimat la ilaha illa Allah atau demikian, bukan berarti masyarakat kota dan
tahlil, kalimat alhamdu lillah atau tahmid, modern tidak mengamalkan tahlil. Sebab,
kalimat subahana Allah wabihamdihi atau di kota-kota besar juga tidak sulit untuk
tasbih, astaghfirullahal Adzim atau istighfar, menemukan acara tahlilan sebagaimana
maupun dzikir-dzikir lainnya. di kampung-kampung. Salah satu yang
membedakan tahlil di kampung dan kota
Membaca tahlil, membaca surat Yasin, mungkin adalah dalam proses mengundang
terutama ditujukan kepada orang tua atau ke acara tahlilannya di mana acara tahlil di
sanak kerabat dan jamaah Islam yang sudah kampung terlihat sangat guyub antar tetangga
meninggal adalah tindakan terpuji. Anak salih satu dengan yang lainnya. Hal ini sulit
yang mau mendoakan kepada orang tuanya ditemukan di daerah-daerah kota.
yang telah meninggal adalah idaman bagi
orang Islam. (Nur Syam, 250) Ditilik secara kebahasaan, kata tahlil
memiliki dua arti, yakni “pengucapan la
Meskipun ritual tersebut tidak hanya ilaha illallah” dan “ekspresi kesenangan” atau
pembacaan tahlil (kalimat la ilaha illa Allah) “ekspresi keriangan”. Umat Islam Indonesia
saja melainkan juga terdapat ragam bacaan memaknai tahlil pada definisi pertama.
lainnya, namun ritual ini dinamakan tahlil. Kegiatan tahlil yang meliputi pembacaan
Hal ini karena melihat bahwa bacaan tahlil- yasin, ayat kursi, lantunan tasbih, tahmid dan
lah yang paling banyak dibaca. Sebagaimana istighfar memiliki keterikatan dengan struktur
tasbih dalam penamaan sebuah shalat sunnat, sosial khususnya masyarakat pedesaan. Tahlil
dinamakan tasbih karena dalam salat tersebut bagi masyarakat pedesaan memilliki makna
yang paling banyak adalah bacaan tasbih. religious dan makna sosial pedesaan.
Selain itu, penamaan ini juga didasari bahwa
kalimat tahlil merupakan zikir yang paling Dzikir Kematian
utama. (Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri,
Pustaka Pesantren, 2009: 2-3) Ritual tahlil biasanya dilakukan pada hari-
haritertentusetelahkematiananggotakeluarga
Pembacaan tahlil dilakukan oleh di masyarakat. Bagi masyarakat di Jawa Timur,
masyarakat Islam di Indonesia tidak hanya misalnya, ritual tahlilan ada yang dilakukan
sebagai amalan yang dilakukan secara sejak hari pertama wafatnya anggota keluarga
individual, melainkan juga sebuah amalan
yang dikerjakan secara berjamaah. Amalan

538 | Ensiklopedi Islam Nusantara

foto : foto.detik.com meninggal dengan cara memberi bantuan
amal saleh berupa bacaan-bacaan dan doa-
selama tujuh hari berturut-turut. Tahlil doa dalam Tahlilan. Dengan kata lain, Tahlilan
juga dapat diselenggarakan setelah tiga hari adalah upaya untuk memperingan perjalanan
kematian (nelung dino), kemudian dilanjutkan orang yang meninggal menuju persinggahan
pada hari ke tujuh (mitung dino). Pada empat terakhir.
puluh hari kematian pihak keluarga biasanya
juga menyelenggarakan tahlil kembali (matang Kegiatan yang turut mengiringi tahlil
puluh), dilanjutkan dengan pelaksanaan tahlil adalah ziarah kubur. Baik tahlil maupun ziarah
di hari ke-100 (nyatus). Setelah melewati hari kubur, biasanya dilakukan oleh masyarakat
ke-100, anggota keluarga menyelenggarakan sebagai medium refleksi dan evaluasi diri.
ritual tahlil kembali pada peringatan haul (1 Bahwa semua makhluk yang bernyawa di
tahun) kematian dan diakhiri dengan tahlil di dunia ini akan mengalami kematian. Bahwa
hari ke-1000 (nyewu). kematian adalah pintu masuk kehidupan
baru. Ibarat kita bepergian jauh, pun dengan
Menurut Syaukanie (2010), kalangan kematian juga harus dipersiapkan.
Islam tradisional di pedesaan meyakini adanya
prosesi perjalanan yang harus dilalui oleh Dari Tahlil ke Aksi Sosial
seseorang setelah kematiaannya. Prosesi
pertama adalah ujian di liang kubur. Pada Sosiolog asal Prancin Emile Durkheim
prosesi ini seorang hamba akan ditanyakan jauh-jauh hari telah mengemukakan tesisnya
seputar keimanan oleh Malaikat (man rabbuka tentang agama dan solidaritas social dalam
= siapa tuhanmu, man nabiyuka = siapa nabimu ranah ilmu social. Jika dilihat dari proses
dan lain sebagainya). Usai prosesi ini dilalui, ritualnya, tahlil dapat dikategorikan seremonl
seorang hamba akan melewati “jembatan keagamaan seperti dimaksudkan oleh Emile
lurus” (sirathal mustaqim). Gambaran sirathal Durkheim. Ketika penulis melakukan studi
mustaqim dijelaskan seperti helai ramput lapangan di daerah Kabupaten Jombang
dibelah tujuh. Di bawah jembatan yang Jawa Timur (Januari 2012), ritual keagamaan
panjangannya tak bisa dipikirkan manusia dalam tradisi tahlil dalam perjalanannya
itu adalah bara api yang suhunya melebihi telah membuahkan aksi social. Ritual tahlil
permukaan matahari, itulah neraka jahanam. merekatkan setiap anggota masyarakat. Dalam
istilah sosiologi kerekatan disebut solidaritas,
Adanya prosesi pasca kematian tersebut, yang terbentuk atas dasar perasaan moral,
tahlilan dan kirim doa oleh sanak keluarga keyakinan serta pengalaman emosional yang
yang ditinggalkan dimaksudkan memperingan sama.
perjalanan menuju persinggahan terakhir.
Kaum muslim tradisional berpegang pada Tiap kali mendengar kabar kematian,
hadit nabi yang menyatakan bahwa ketika secara sepontas anggota masyarakat
seorang hamba meninggal dunia maka pedesaan “melayat” dan pada malam harinya
semua amal ibadah akan terputus kecuali menggelar acara “tahlilan”. Berbondong-
doa anak sholeh. Kaum Muslim tradisional bondong masyarakat datang ke keluarga yang
mencoba memperingan perjalanan orang yang anggotanya meninggaa dunia. Mereka datang
dengan membawa hasil bumi. Dari bahan-
bahan mentah, anggota masyarakat memasak
secara bersama-sama untuk suguhan para
pelayat dan jam’ah yang ikut tahlil di malam
hari. Di beberapa tempat bahkan tidak sedikit
anggota masyarakat yang membawa makanan
siap saji, ada kue dan juga lauk pauk. Ada
semacam “sangsi social” jika hal ini dilanggar.
Dalam konstruk fungsionalisme structural,

Edisi Budaya | 539

ritual tahlil telah membentuk semacam norma Rangkaian bacaan tahlil pada umumnya
yang mengikatkan anggota masyarakat. diawali dengan membaca surat al-fatihah yang
Selain takut adanya “sangsi social”, budaya dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW
spontanitas muncul juga karena menyadari dan keluarganya, sahabat Nabi, para tabi’in,
bahwa di waktu yang lain mereka akan tabiut tabi’in, para ulama salafussaleh, dan
mengalami kematian. Ada pengharapan yang orang tua yang telah wafat. Kemudian secara
tinggi akan adanya aksi timbal balik jika ada di khusus bacaan al-fatihah ditujukan kepada
antara anggota keluarga meninggal dunia. orang yang dimaksud secara khusus dalam
acara tahlilan (bila sedang berziarah, maka
Ritual tahlil dalam beberapa komunitas yang dikhususkan adalah ahli kubur yang
telah membentuk semacam kelembagaan sedang diziarahi, dan bila dilakukan di rumah
lokal. Bahkan di daerah Jombang Jawa Timur, orang yang mengadakan tahlilan maka yang
kegiatan tahlil tidak semata dilakukan untuk dikhususkan adalah orang yang dimaksud oleh
waktu-waktu tertentu seperti termaktub di tuan rumah, dan seterusnya).
atas. Kelembagaan tahlil menjadi bagian dari
kehidupan social masyarakat. Tahlil qubro Selepas pembacaan surat al-fahihah,
misalnyaa ini dilaksanakan setahun sekali oleh biasanya dilanjut dengan pembacaan surat
ribuan jam’ah majlis ta’lim. Dalam pelaksanaan al-ikhlas, surat al-muawwidzatain, ayat ke
tahlil qubro, setiap jam’ah menyumbangkan 1 sampai 6 surat al-baqarah lalu ayat kursi.
rizkinya. Tidak ada patokan dalam besaran Setelah itu baru membaca tahlil; la ilaha illa
uang sumbangan. Besaran minimal sumbangan Allah, dilanjut membaca tasbih; subhanallah
yang diberikan anggota masyarakat ketika wabihamdihi subhanallahil adzim, istighfar;
studi lapang ini dilakukan adalah Rp. 1000,- astagfirullahal Azhim. Kemudian diakhiri
. Tidak ada inisiator dalam kegiatan tahlil dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh
qubro kecuali anggota masyarakat yang seorang kiai dan diaminkan oleh para jamaah.
mempercayakan Muslimat NU sebagai Susunan tahlil ini tidak mesti sama. Terkadang
organisasi social keagamaan sebagai fasilitator bisa berbeda-beda sesuai dengan kiai yang
yang mengumpulkan ribuan umat Islam dalam memimpinnya. Biasanya perbedaan susunan
ritual pembacaan doa-doa tahlil. tahlil disebabkan transmisi (jalur) penerimaan
sanad tahlil dari guru-guru kiai tersebut yang
Bak rapat akbar, ritual tahlil qubro berbeda. Meski demikian, secara umum, pola
menjadi momentum gerakan social. Dana tahlil tidak ada perbedaan.
yang terkumpul dari sumbangan suka rela
diserahkan langsung oleh masyarakat secara Bacaan-bacaan dalam rangkaian tahlil
simbolis untuk pembangunan fasilitas publik. dinilai sebagai ibadah, sebab bacaan tersebut
Ketika studi lapang dilakukan, ada dua fasilitas merupakan rangkaian dari ayat-ayat al-Quran,
publik yang telah terbangun yakni Rumah dzikir, dan doa. Beberapa bagian bacaan
Sakit Nahdlatul Ulama dan Panti Asuhan, tahlil bahkan diperintahkan untuk dibaca
keduanya berdomisili di Kabupaten Jombang dalam kondisi dan waktu tertentu. Misalnya,
Jawa Timur. Kedua fasilitas public tersebut soal pembacaan surat al-Ikhlas sebagaimana
di bangun di atas tanah yang juga didapatkan diriwayatkan oleh Imam Daruquthni, “barang
dari sumbangan (wakaf) anggota masyarakat. siapa melewati kuburan kemudian membaca qul
Dari sini kita dapat belajar, kuatan social huwa Allah Ahad (surat al-Ikhlas) sebelas kali,
dalam ritual tahlil kini tak lagi digandrungi maka Allah akan berikan pahala sebanyak orang
oleh muslim tradisional pedesaan semata. mati.” (Ensiklopedia NU, 156)

[M Idris Mas’udi]

Sumber Bacaan

Madchan Anies, Tahlil dan Keduri, YogyakartaPustaka Pesantren, 2009
Nur Syam, Islam Pesisir, Jogjakarta: LKi,
A.Khoriul Anam, dkk, Ensiklopedia N, Jakarta : PBNU, 20

540 | Ensiklopedi Islam Nusantara

Takbir Keliling

Lantunan takbir pada malam lebaran halaman makin menggebu. Seruan untuk
dengan nada dan irama khasnya terasa mengagungkan kebesaran Allah SWT pada
mendayu meluluhkan kalbu. Diselingi malam Idul Fitri dan Idul Adha dijalankan
tabuhan beduk yang menderu, suara takbir dengan menyemarakkan malam takbiran.
bergema, bersahutan dari berbagai masjid Tak cukup di masjid dan mushalla, semarak
dan mushalla di bebagai sudut desa dan takbiran juga digelar dengan cara takbir
kota. Berbagai kanal televisi pun diramaikan keliling.
beragam acara takbiran.
Takbir keliling adalah seremoni
Hati bergetar, bercampur suka cita dan mengumandangkan takbir secara kolektif
kesedihan. Gembira lantaran Idul Fitri segera pada malam lebaran, dengan cara berkeliling
tiba esok hari. Silaturahim dengan kerabat desa atau kota, menyusuri jalanan utama dan
dan tetangga dalam suasana gembira ria pinggiran. Ada yang berjalan kaki sembari
langsung terbayang. Namun terlntas pula menenteng obor. Ada pula yang mengendarai
perasaan sedih karena kesyahduan Ramadhan kendaraan bermotor. Takbir keliling adalah
jadi terasa singkat dan cepat berlalu, sembari pengembangan kreasi malam takbiran. Tidak
penuh harap, bisa jumpa kembali Ramadhan sekedar berdiam di masjid atau mushalla,
tahun depan. tetapi dengan bergerak di luar, berkililing,
sehingga syiarnya lebih bergema.
Bunyi lafaz takbiran adalah:
Takbiran dilakukan baik pada malam
‫اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ أﻛﺒﺮ ﻻ ﻟﻪ إﻻ اﷲ اﷲ أﻛﺒﺮ اﷲ‬ Idul Fitri maupun Idul Adha. Tapi takbir
keliling sedikit sekali terjadi pada malam
‫أﻛﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ‬ Idul Adha, lebih marak diselenggarakan pada
malam Idul Fitri. Masyarakat dengan suka
“Allah Maha besar, Allah Maha Besar, Allah Maha cita berbondong-bondong mengikuti takbir
Besar, tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah keliling. Takbir keliling biasanya dimulai
Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji setelah shalat isya atau sekitar pukul 20.00
hanya milik Allah.” waktu setempat.

Pengulangan lafadz takbir dalam takbiran, Takbir keliling dapat mempererat tali
ada yang tiga kali. Ada pula yang hanya dua persaudaraan antar anggota masyarakat. Pada
kali. Kalangan Nahdliyin menggunakan tiga mulanya, takbir keliling dilaksanakan dengan
kali dengan mengacu Imam Syafi’i. Sementara cara sederhana. Warga bertakbir keliling
elemen Islam yang lain, baik yang bermadzhab desa dengan hanya membawa obor, alagt
maupun tidak, biasanya hanya dua kali penerangan yang terbuat dari bambu. Bahan
mengulang takbir. Selain pengulangan, tidak bakarnya dari minyak tanah yang dimasukkan
ada perbedaan. dalam lobang bambu. Sumbunya berupa sabut
kulit kepala atau kain dari pakaian bekas.
Mereka yang jauh dari keluarga, sedang
di perantauan, tengah studi atau bekerja di Obor menjadi salah satu ciri khas
luar negeri, takbiran pada malam lebaran takbiran keliling. Obor digunakan sebagai
membuat rindu pada keluarga dan kampung

Edisi Budaya | 541


Click to View FlipBook Version