The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Maqomat Dan Akhwal adalah salah satu materi pembelajaran dan pemnahasan dalam lingkup akhlak tasawuf

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tsanitamam, 2021-10-28 07:14:09

MAQOMAT DAN AKHWAL (Akhlak Tasawuf)

Maqomat Dan Akhwal adalah salah satu materi pembelajaran dan pemnahasan dalam lingkup akhlak tasawuf

Keywords: Maqomat Dan Akhwal

\

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berberkat Rahmat dan KaruniaNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
Buku ini. Buku ini disusun guna memenuhi tugas mata Teknilogi Pendidikan.
Penulis mencoba menyampaikan berbagai informasi tentang Maqomat
dan Akhwal.Harapan kami makalah ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan, wawasan, informasi, serta bahan pembelajaran juga
referensi tambahan dalam mempelajari materi tentang maqomat dan akhwal.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan Buku ini. Kami juga menyadari, bahwa dalam
penulisan Buku ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 13 Oktober 2021
Penulis:

Tsani Badrut Tamam

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................3

A. Pengertian ..........................................................................................................3
B. Perbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwal ............................................10
KESIMPULAN ....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maqamat dan ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh orang

yang menjalani tasawuf sebelum sampai pada tujuan yang di kehendaki.
Yang pertama berupa keadaan, sedangkan yang kedua berupa tahapan
perjalanan. Keduanya dapat dibedakan namun sering pula disamakan,
bahkan dipertukarkan.

Pernyataan para sufi tentang kedua tema tersebut sangat beragam.
Keragaman itu terdapat dalam pengertian yang dirumuskan, jumlahnya,
pembagian urutannya, dan isyarat-isyarat yang diberikan tentang keduanya.
Dibalik keragaman ini, tentu terdapat jumlah segi-segi yang
mempertemukannya.

Keragaman pernyataan para sufi tentang maqamat dan ahwal dapat
dimengerti. Mereka memperkatakan dengan keduanya menurut kata hati
mereka, dengan berdasarkan pengalaman yang bersifat individual.
Pembicaraan tentang maqamat dan ahwal dalam tasawuf menjadi
berkembang dengan bertambahnya jumlah para sufi dari waktu ke waktu.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan maqomat?
2) Apa yang dimaksud dengan akhwal?
3) Apa yang dimaksud dengan warak?
4) Apa yang di maksud dengan zuhud?
5) Apa yang di maksud dengam ridho?
6) Apa perbedaan dan persamaan maqomat dan akhwal?

C. Tujuan

1

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui pengertian
atau maksud dari maqomat, akwal, warak, zuhudz ridho, serta perbedaan
dan persamaan dari hal-hal tersebut.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1) Maqomat
Maqomat adalah Kata maqamat berasal dari bahasa Arab yang
berarti tempat orang berdiri atau pangkal orang mulia. Kata tersebut
merupakan bentuk jamak dari maqam yang berarti pangkat atau derajat.
Kemudan istilah ini diartikan sebagai perjalanan panjang yang harus
dilalui atau ditempuh oleh orang sufi untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
Dalam ilmu tasawuf maka mengandung arti kedudukan hamba
dalam pandangan Allah, menurut apa yang diusahakan berupa ibadah
perjuangan, latihan, dan perjalanan menuju Allah Azza wa Jalla, jadi
maqam sering dipahami oleh Sufi sebagai tingkatan seorang hamba di
hadapannya, dalam hal ibadah dari latihan-latihan atau riyadhoh jiwa
yang dilakukannya.1
Para ahli tasawuf berbeda pendapat dalam merumuskan maqom,
Salah satunya yaitu Imam Al Ghazali merumuskan ada 11 maqom:
Taubat, sabar, zuhud, Wara, faqr, syukur, khauf, tawakkal, dan ridho.
Dari semua pandangan para sufi, menjadikan Taubat sebagai kunci
ketaatan, kemudian baru melangkah pada maqom maqom selanjutnya.2

1 Nurdi, Eep sopwana, 2020, pengantar ilmu tasawuf, bandung, Aslan grafita solution, hal 57 -58
2 Ibid, hal 58

3

2) Akhwal

Akhwal adalah Adapun akhwal merupakan bentuk jamak
dari Hal. Secara bahasa, ahwal atau hal memiliki arti kondisi atau
keadaan. Dapat pula kita pahami, ahwal atau hal ini merupakan keadaan
mental. Seperti: perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut, dan
sebagainya.

Sebagai konsekuensi dari perolehan maqamat yang bersifat konstan,
seorang Sufi akan mengalami akhwal, yaitu kondisi spiritual yang
menyelimuti Kalbu, bersifat spontan, dan tidak langgeng, ahwal
merupakan ekspresi ketulusan seorang Sufi dalam mengingat Allah oleh
karena itu, ahwal tidak dapat diraih melalui jalan ibadah, riyadhoh,
ataupun mujahadah. Kehadiran ahwal semata-mata karena karunia Allah.3

Akhwal yang menyelimuti para salik atau au disebut juga dengan
pelaku Jalan tasawuf pada dasarnya merupakan proses revolusi kalbu
yang mengandung dua substansi:

Pertama, takhalli, yaitu upaya membersihkan jiwa kita dari sifat-sifat
Basyariah (kelezatan, kemanfaatan, nafsu dan hasrat, serta kekuatan dan
kelemahan). Upaya ini menyentuh aspek lahiriyah dan jasmani
kemanusiaan (al-basyar), seperti diungkap dalam pengertian tentang
manusia sebelumnya. Pada fase ini terkadang Seorang salik mengalami
kondisi Roja' (optimistis) atau sebaliknya, khawf (segan). Dalam proses
takhalli ini, seorang akan memasuki maqom taubat, wara', dan zuhud.4

Kedua, tahalli, yaitu upaya menghiasi diri dengan sifat-sifat
insaniyyah, ini menyentuh aspek spiritual dan rohani kemanusiaan
seseorang (al-insan). Pada fase ini seorang salik dapat mengalami kondisi

3 Siroj, said aqil, 2006, Tassawuf sebagai kritik sosial: Mengedepankan islam sebagai inspirasi bukan aspirasi, Bandung, PT Mizan
Pustaka hal 93
4 Ibid: 93

4

ghaibah (fana) atau sebaliknya, hudhur (kehadiran). Dalam proses tahalli
ini. Seorang sufi akan mencapai maqam faqr, shabr (sabar), tawakal, dan
ridla atau syukur.5

3) Warak
Warak. Pengertian warak adalah menghindari diri dari perbuatan dosa

atau menjauhi hal-hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut
para sufi warak menghindari segala yang diragukan antara halal dan
haram.

Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Pun bersabda," seorang
hamba tidak akan mendapat mencapai derajat Muttaqin atau orang yang
bertakwa hingga dia dapat meninggalkan apa-apa yang tidak berdosa
karena takut terjerumus pada apa yang berdosa (hadis Hasan riwayat At
Tirmidzi dan IbnuMajah).6

Syekh Abdul Qodir Al Jilani selalu bersungguh-sungguh dalam
segala hal dan melaksanakan Semua amalan sunnah sesuai pada waktunya.
Syekh Abdul Qodir Jaelani berkata tentang warak:

"warak merupakan tanda keragu-raguan dalam segala sesuatu dan
meninggalkan keberanian untuk mengambil resiko kecuali diizinkan oleh
syariat. Jika sesuatu perbuatan ada dalam syariat, pelaksanaannya telah
diizinkan, jika tidak ada, jauhilah titik Wara itu ada tiga tingkatan: 1)
warak orang awam, yaitu bersikap Wara dari hal yang haram dan syubhat,
2) warak khusus (al-khawash), yaitu bersikap Wara dari segala yang
dimiliki oleh nafsu dan syahwat, 3) warak orang khusus di antara orang-
orang yang khusus (khawash al khawash), yaitu bersikap Wara dari segala
keinginan yang dimiliki. Suara juga ada dua macam: 1) zhahir, tidak
melakukan gerakan kecuali bersama Allah Subhanahu Wa Ta'ala, 2)

5 Ibid: 93
6 Al-Kailani, Abdul Rozzaq, Syaikh Abdul Qodir Jailani, 2009, Bandung, PT Mizan Pustaka, hal 193

5

bathin, yaitu tidak memasukan apapun kedalama hatimu kecuali Allah
SWT.”7

Beliau juga berkata: ’Barang siapa yang mengaku cinta kepada
allah tanpa warak Ketika berkhalwat dengan-nya, maka dia bohong.
Barang siapa yang cinta kepada surga tanpa mengeluarkan harta dan milik-
nya, maka dia bohong. Barang siapa yang mengaku cinta kepada nabi
tanpa mencintai kefakiran dan orang-orang yang fakir, maka dia bohong.
Dengan mata kepala, kamu akan melihat dunia. Dengan mata hati, kamu
akan melihat akhirat. Dan dengan mata rahasia, kamu akan melihat Al-
Maula. Kamu bergaul dengan makhluk dengan tidak meninggalkan
suaramu di atas salah seorang diantara kamu, karena menjaga adabmu.
Kamu melawan allah dengan melaksanakan kemaksiatan dan menentang
perintahnya, maka itu adalah jelek bagimu.8

4) Zuhud

Zuhud adalah suatu sikap yang menakankan untuk meninggalkan
ketergantungan jiwa pada keduniawian. Zuhud bukanlah tidak adanya
harta dan duniawi lainnya pada diri seseorang. Orang zuhud mungkin kaya
namun hatinya tidak tergantung dan terpengaruhi oleh kekayaannya.
Contohnya Nabi Sulaiman as sangat kaya raya namun sangat zuhud dunia.

Memang zuhud itu apabila kita lakukan, pasti kita akan dicintai oleh
Allah dan seluruh manusia. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:” perilaku zuhudlah di dunia, pasti dicintai Allah dan berlaku
zuhud terhadap milik orang lain, pasti display oleh sesama manusia.”
Maka dari itu yang sekarang perlu kita sadari sebaik sebaiknya ialah,
apakah yang di namakan zuhud itu? Zuhud ialah meninggalkan ketamakan

7 Ibid: hal 193
8 Ibid: hal 196

6

dalam urusan keduniawian sehingga lupa ketaatan kepada Allah, lengah
untuk mencari bekal hidup di akhirat nanti. Inilah artinya zuhud di dunia
selain zuhud sebagaimana pengertian di atas, hendaknya pula kita jangan
ingin memiliki sesuatu itu yang bukan kepunyaan kita, Ma sehingga
timbul hasrat ingin merebut yang bukan hak kita itu. Boleh saja kita ingin
mempunyai yang seperti milik orang lain, tetapi carilah yang lain dan
jangan yang sudah menjadi milik orang lain itu dirampas. Inilah yang
diartikan zuhud dengan apa yang ada pada para manusia kalau ini kita
lakukan sudah pasti Tidak seorangpun yang membenci kita kita tentu
disukai sebab kita pandai bergaul dan menghormati milik orang lain.9

Pada hakikatnya zuhud sangat sulit, pengertian dan pemahamannya
berubah-ubah bagi Kebanyakan orang sehingga setiap orang bersifat
zuhud seakan-akan mempunyai sekolah dan pengajaran tersendiri. Derajat
yang paling tinggi bagi Seorang zahid adalah yang zuhud terhadap sesuatu
sesuai dengan kemampuannya atau berusaha semampunya. Itulah yang
diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.10

Allah SWT telah menciptakan dunia dan perhiasannya serta syahwat
bagi kita. Sedangkan, kita tidak dapat menjauh darinya. Rasulullah SAW.
Contoh dan teladan paling tinggi bagi kita dalam urusan zuhud.

Bukanlah seorang Zahid yang mengharamkan dirinya dari syahwat
dan kecenderungannya, Sifat manusiawi ini telah diciptakan oleh Allah
menguji mereka dalam kehidupan di dunia. Dan, Allah SWT tidak akan
membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kemampuannya.11

5) Tawakal

9 An-Nawawi, Imam, 2016, Kitab: Riyadus sholihin, Kudus, Menara hal 368
10 Ash-Shufiy, Mahir Ahmad, 2007, Surga Kenikmatan Yang Kekal, Solo, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, hal 114
11 Ibid: hal 114

7

Tawakal berasal dari kata Arab yaitu wakalah (‫ )وكاله‬atau Wikalah
(‫ )وكاله‬yang berarti memperlihatkan ketidakmampuan dan bersandar atau
pasrah kepada orang lain. Kata kerja asalnya (‫ )وكل‬yang kemudian lebih
lazim memakai wazan tawakala tawakkulan (‫توكلا‬-‫ )توكل‬yang berarti
menyerahkan, menyandarkan, mewakilkan dan mempercayakan urusannya
kepada pihaklain.12

Sebagai sebuah istilah keagamaan, tawakal berarti membebaskan diri
dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan bosan
atas segala sesuatu hanya kepada Allah. Tawakal merupakan perbuatan
lahir dan batin menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada
Allah serta berserah diri sepenuhnya untuk mendapat manfaat atau
menolak mudharat,13

Pelaksanaan tawakal tidak akan dapat sempurna jika tidak mendapat
dukungan atau bantuan dari akhlaklain. seperti ikhlas, sabar, dan jujur.
Sebab sikap tawakal murni, sifatnya tidak kasat mata atau tidak berwujud.
Hal tersebut disebabkan sifat ini tidak bisa berdiri sendiri.

Seseorang tidak mungkin mampu mencapai kemurniaan tawakal
hingga 100% tanpa keyakinan atau keimanan bahwa segala sesuatu yang
terjadi, yaitu atas kehendaknya dengan tambahan dan menerapkan akhlak
Islam lain, seperti ikhlas, sabar, dan jujur, yang merasuk ke dalam
kalbunya. Sebagai contoh, Mungkinkah seseorang hanya dapat bertawakal,
saat mendapat kesulitan terus-menerus sebagai realita berbagai cobaan
atau ujian dalam hidupnya Dan apakah ia dapat merasa tenang dan
tentram, tanpa dasar keikhlasan, serta kesabaran disertai doa? Allah
berfirman" Dan, tidak ada bagi dia segolongan pun yang akan
menolongnya selain Allah, dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya

12 Supriyanto, 2010, Tawwakal Bukan Pasrah, Jakarta Selatan, Qultum Media,hal 7
13 Ibid: Hal 8

8

titik di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang hak. Dia adalah sebaik-
baik pemberi pahala dan sebaik-baik pemberi balasan" (Q.S Al-kahfi: 43-
44).14

6) Ridho
Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima

suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan.
Sedangkan menurut istilah, ridho adalah menerima semua kejadian yang
menimpa dirinya dengan lapang dada, menghadapinya dengan tabah, tidak
merasa kesal dan tidak berputus asa ridho berkaitan dengan perkara
keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridho Allah kepada
hamba-Nya dan ridho hamba kepada Allah (Al-Mausu’ah Al-Islamiyyah
Al-’Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,
‫َجَزآُؤُه ْم عِن َد َرِِّبِْم َجََٰنّ ُت عَ ْد ٍن َْتِرى ِمن َتْتَِها ٱْلَْٰنََُر ََٰخلِ ِدي َن فِي َهآ أَبًَدا ۖ َّر ِض َى ٱََّّللُ عَْن ُه ْم َوَر ُضو۟ا َعْنهُ ۚ ََٰذلِ َك لَِم ْن َخ ِش َى َرَبّهُۥ‬
” Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang

demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

.” (QS 98: 8).

Ridho Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan
kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan
ridho seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan
sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah
dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-
Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika
mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.

14 Wijono, tiana S, 2015, Raih Kekayaan Langsung Dengan The Power of Tawakkal, Bogor, PT Penerbit IPB press, hal 3

9

Adapun manfaat ridho adalah:
1. Dengan ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang kuat
dalam menjalani dan menatap kehidupan di masa depan dengan
mengambil hikmah dari kehidupan masa lampau.
2. Orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya
menjadi lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan bahkan tamak
atau rakus.
3. Ridho akan menumbuhkan sikap husnazzann, terhadap ketentuan-
ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal
shalehahnya.
4. Dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan
keluarnya, di tiap satu kesulitan ada dua kemudahan.
5. Dengan ridho akan menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama
makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.15
Ridha Seorang hamba tidak akan berontak batinnya terhadap segala
cobaan Allah Swt. Akan tetapi ia akan menerimanya dengan senang hati.
Ia tidak minta masuk surga, dan tidak minta dijauhkan dari neraka. Di
dalam hatinya tidak ada perasaan benci. Ketika malapetaka menimpanya,
hatinya merasa rela dan di dalamnya bergelora rasa cinta kepada Allah
Swt.

B. Perbedaan dan Persamaan Maqamat dan Ahwal

15 Ghazali, Imam,2003. Rahasia Ketajaman Mata Hati,Surabaya, Bintang Usaha Jaya,

10

Kajian Macam-macam Perbedaan Persam
aan

Maqa Taubat, Zuhud, Sabar, Wara’, Faqr, Pelaksana Merupa
mat Tawakal, Ridha (Rela), Mahabah, an kan inti
Ma’rifat, dan Istiqamah. senantiasa kajian
berurutan, dan
dirumuska ajaran
n oleh tasawuf,
seorang dapat
sufi itu dialami
sendiri, oleh
jumlah setiap
maqamat sufi.
antara sufi
satu
dengan
lainnya
berbeda,
dapat
dipelajari
oleh
setiap
salik
(pelaku
tasawuf),
harus
dilaksanak
an secara
sungguh-

11

sungguh,
dan
membutuh
kan usaha.

Ahwal Muhasabah (mawas diri) Hidayah
dan
dan Muraqabah (waspada), Raja’ (b anugerah
dari Allah
erharap) sesuai
dengan
dan Khauf (takut), Hubb (cinta), Sy kehendak-
Nya,
auq (rindu) sifatnya
dan Uns (intim), Thuma’ninah, temporer,
mudah
dan Musyahadah datang
dan
pergi/tida
k
selamanya
ada, dan
tidak
membutuh
kan
usaha.[34]

12

KESIMPULAN
Maqamat dan ahwal adalah dua hal yang senantiasa dialami oleh
orang yang menjalani tasawuf sebelum sampai pada tujuan yang
di kehendaki. Yang pertama berupa keadaan, sedangkan yang kedua
berupa tahapan perjalanan. Keduanya dapat dibedakan namun sering pula
disamakan, bahkan dipertukarkan.
Ahwal datang dengan sendirinya, datang dan pergi tanpa diketahui
waktunya. Dengan demikian Ahwal adalah pemberian dari Allah ketika
sang sufi menapaki jalan menuju Allah. Dalam ilmu tasawuf dikenal
dengan beberapa Ahwal sebagai berikut: Muhasabah dan Muraqabah
(Mawas Diri dan Waspada), Hubb (cinta), Raja’ dan Khauf ( Berharap dan
Takut), Syauq ( Rindu), dan Uns ( intim).
Secara mendasar, perbedaan maqamat dan ahwal ini baik dari cara
mendapatkannya maupun pelangsungannya yaitu Maqamat berupa tahap-
tahap perjalanan spiritual yang dengan gigih diusahakan oleh para sufi
untuk memperolehnya. Perjuangan ini pada hakikatnya merupakan
perjuangan spiritual yang panjang untuk melawan hawa nafsu, ego
manusia, yang dipandang perilaku yang buruk yang paling besar yang
dimiliki manusia dan hal itu menjadi kendala menuju Tuhan.

13

DAFTAR PUSTAKA
Nurdi, Eep Sopwana, 2020, pengantar ilmu tasawuf, bandung, Aslan
grafita solution.
Siroj, Said Aqil, 2006, Tassawuf sebagai kritik sosial: Mengedepankan
islam sebagai inspirasi bukan aspirasi, Bandung, PT Mizan Pustaka
Al-Kailani, Abdul Rozzaq, 2009, Syaikh Abdul Qodir Jailani, Bandung,
PT Mizan Pustaka
An-Nawawi, Imam, 2016, Kitab: Riyadus sholihin, Kudus, Menara
Ash-Shufiy, Mahir Ahmad, 2007, Surga Kenikmatan Yang Kekal, Solo,
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Supriyanto, 2010, Tawwakal Bukan Pasrah, Jakarta Selatan, Qultum
Media
Wijono, tiana S, 2015, Raih Kekayaan Langsung Dengan The Power of
Tawakkal, Bogor, PT Penerbit IPB press

14


Click to View FlipBook Version