The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini mengurai tentang pemberdayaan potensi penerima zakat produktif (Mustahiq) dalam upaya optimalisasi pendapatan usahanya

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhdarhm6, 2022-06-10 21:49:18

ZAKAT PRODUKTIF: PEMBERDAYAAN DAN OPTIMALISASI PENDAPATAN USAHA MUSTAHIQ

Buku ini mengurai tentang pemberdayaan potensi penerima zakat produktif (Mustahiq) dalam upaya optimalisasi pendapatan usahanya

Keywords: Zakat Produktif,Pemberdayaan,Pendapatan,Mustahiq

Nama-nama pada table 3.2 diatas adalah penerima zakat produktif yang
sebelumnya telah memiliki jenis usaha kios atau warung sebagai salah satu
pensyaratan penerima bantuan zakat produktif. Setiap mustahik menerima
zakat produkti dalam bentuk barang untuk dijual senilai Rp. 5.000.000
(lima juta rupiah) dalam dua tahap pemberian yaitu tahap pertama senilai
Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah) dan tahap kedua senilai Rp. 2.000.000 (dua
juta rupiah)

C. Kondisi Yang Di Harapkan
Pada kegiatan pengabdian yang berbasis riset ini, difokuskan pada

masyarakat yang telah menerima bantuan zakat produktif. Seperti
diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat penerima zakat
produktif di Kota Gorontalo adalah berpendidikan SMP. Oleh karena itu,
dengan keterbatasan tingkat pendidikan ini, tentunya pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki terhadap pekerjaannya juga terbatas. Dengan
kondisi yang dimiliki ini, maka diharapkan:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang

pekerjaannya.
2. Dapat meningkatkan pendapatan usaha yang mereka geluti saat ini
3. Dapat mengembangkan usaha-usaha mereka dari usaha kios-kiosan

atau warung ke usaha produktif lainnya sperti home industry
pembuatah kripik atau kerajinan tangan yang memiliki kekhasan local
yang prospektif untuk dipasarkan pada tingkat local maupun nasional.
4. Membantu Baznas Kota Gorontalo merancang suatu model
pemberdayaan usaha-usaha Mustahik yang lebih kompetitif.

41

D. Metode dan Penggalian Data
1. Lokasi, jenis dan Rancangan penelitian.

Kota Gorontalo sebagai lokasi penelitian dengan empat zona yaitu
Kota Selatan dan Hulonthalangi (zona I); Kota Utara, Sipatana, dan Kota
Tengah (Zona II); Kota Timur dan Dumbo Raya (Zona III); Kota Barat dan
Dungingi (Zona IV). Jenis penlitian kualitatif ini dilakukan dengan konsep
Asset Based Community Development (ABCD), dirancang melalui lima
langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan: Pertama,
discovery. Menemukan kembali kesuksesan melalui proses wawancara dan
harus menjadi penemuan personal tentang apa yang menjadi kontribusi
individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha; Kedua,
dream. Dengan cara kreatif dan kolektif melihat masa depan yang mungkin
terwujud, apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling
diinginkan. Ketiga, design. Proses di mana seluruh komunitas terlibat dalam
proses belajar tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai
memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif
untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri;
Keempat, Define. Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan ‘pilihan topik
positif’: tujuan dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan
yang diinginkan. Pendampingan dengan masyarakat dimaksud melalui
kegiatan pelatihan atau FGD (tergantung kebutuahn); Kelima, Destiny
(Lakukan), Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar
terus menerus dan inovasi tentang apa yang akan terjadi. Hal ini
merupakan fase akhir yang secara khusus berfokus pada cara-cara personal
dan organisasi untuk melangkah maju. Langkah yang terakhir adalah
melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi impian
masyarakat dari pemanfaatan aset.

42

2. Unit Analisis.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima zakat

produktif. Sumber data dari informan kunci adalah kelompok BAZNAS dan
masyarakat penerima zakat produktif yang ditentukan secara purposive dan
dalam pengembangannya di lapangan dilakukan dengan cara snowball
sampling sampai diperoleh data dan informasi yang lengkap dan
menunujukkan tingkat kejenuhan.
3. Teknik Pengumpulan Data.

Beberapa instrument penting yang digunakan untuk menghimpun
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik wawancara,
merupakan teknik pengumpulan data melalui wawancara kepada informan
kunci. (2) Melakukan pelatihan atau FGD, melalui diskusi kelompok
terfokus dimaksudkan untuk lebih mendalami beberapa isu dan data yang
tidak terjaring dalam wawancara mendalam, akan diperdalam lagi pada
kegiatan pelatihan atau FGD. (3) Observasi terfokus, yaitu peneliti
melakukan pengamatan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai pasca
implementasi pemberdayaan di setiap Zona di Kota Gorontalo. (4)
Dokumentasi, mengumpukan berbagai dokumen tertulis maupun tidak
tertulis yang menunjukkan data dan informasi penting yang relevan kajian
penelitian.
4. Teknik Analisis Data.

Beberapa data yang terkumpul akan di analisis berdasarkan beberapa
tahapan, yaitu:
1) Koleksi data, merupakan aktivitas mengoleksi data yang diperoleh dari

lapangan dengan jumlah banyak, baik hasil wawancara, pelatihan atau
FGD, observasi terfokus maupun data pencatatan dokumentasi.
Kemudian data yang telah dikoleksi dicatat secara teliti;

43

2) Reduksi data, melakukan penyederhanaan, pengabstraksian dan
pentransformasian data yang diperoleh dari lapangan secara terus
menerus selama penelitian berlangsung. Tahap ini, peneliti melakukan
penamaan dan membuat kategorisasi atas fenomena dengan cara
mempelajari data secara teliti terkait fenomena tersebut.

3) Penyajian data, dilakukan dalam bentuk narasi, matriks, skema,
diagram, dan gambar, berujuan untuk memudahkan membuat
kesimpulan.

4) Verifikasi dan penarikan kesimpulan, melakukan pemeriksaan data
yang didapat dengan berupaya mencari makna, mencatat keteraturan
pola, hubungan sebab akibat antar kategori inti dan sub kategori
lainnya dan perbandingan hubungan antar kategori, guna menemukan
kategori inti yang dijadikan referensi sebagai kesimpulan.

44

BAB IV
PELAKSANAAN PENGABDIAN

Kegiatan pengabdian berbasis riset dilaksanakan melalui tiga tahap
yaitu: Pertama, tahap observasi dan wawancara; Kedua, tahap Focus Group
Discussion (FGD); Ketiga, tahap pelatihan. Ketiga tahap ini akan diurai
sebagaimana berikut.
A. Tahap Observasi dan Wawancara

Sebelum melakukan observasi dan wawancara, tim peneliti terlebih
dahulu mengurus rekomendasi penelitian kepada Pemerintah Kota
Gorontalo dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu yang berlokasi di Jalan Sultan Botutihe Kelurahan
Ipilo Kecamatan Kota timur Kota Gorontalo. Pasca rekomendasi
penelitian dengan nomor 503/DPMPTSP/VII/705/2019 di terima, tim
peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada pihak Baznas
Kota Gogorontalo, pemerintah-pemerintah kecamatan, kelurahan-
kelurahan dan pihak penerima zakat produktif (mustahiq).

Observasi dan wawancara kepada pihak Baznas Kota Gorontalo
dimaksudkan untuk mendapatkan data awal tentang nama-nama
penerima zakat produktif dan besaran bantuan yang telah diterima.
Selanjutnya, tim pun melanjutkan kegiatannya dengan melakukan
observasi dan wawancara kepada pihak kecamatan dan kelurahan
dalam rangkan untuk mendapatkan data dan alamat para penerima
zakat produktif dari Baznas Kota Gorontalo. Setelah itu, tim peneliti
kembali melakukan kegiatannya dengan melakukan observasi dan
wawancara serta meminta kesediaankepada para mustahiq untuk

45

mengikuti kegiatan FGD dan pelatihan – pelatihan yang akan dilakukan
oleh tim peneliti.

B. Tahap Pelaksanaan FGD
Tahap pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di pandu

langsung oleh tim peneliti (Muhdar HM dan Immawan) dan kegiatan ini
dimaksudkan untuk membahas suatu masalah yang terkait dengan
pemberdayaan potensi penerima zakat produktif dan upaya optimalisasi
pendapatan usaha bagi penerima zakat produktif.

Kegiatan FGD dihadiri dari unsur akademisi, praktisi, Baznas dan
Penerima Zakat Produktif (Mustahiq) Kota Gorontalo. Adapun nama-nama
yang hadir dalam kegiatan FGD, terlihat dalam table 4.1 berikut.

Tabel 4.1
Nama-nama Peserta FGD

No Nama Peserta Unsur
1 Muhdar HM Peneliti
2 Immawan Kadim Peneliti
3 Hamka Husain Baznas
4 Roni Mohamad Akademisi Ekonomi

46

5 Andi Mardiana Akademisi Kewirausahaan

6 Nova Effenty Mohamad Akademisi Fak. Syariah

7 Sulaiman Ibrahim Sekretaris LP2M

8 Muhammad Ardi Praktisi UMKM

9 Abdul Malik Tome Mustahiq Kel. Ipilo

10 Asni Tantu Mustahiq kel. Bugis

11 Marlin Hamza Mustahiq Kel. Leato Utara

12 Sunangsi Djafar Mustahiq Kel. Tenda

13 Sumirna suleman Mustahiq Kel. Siendeng

14 Aty Syukur Mustahiq Kel. Donggala

15 Fatma Usman Mustahiq Kel. Buliide

16 Sriyanti Ma’ruf Mustahiq Kel. Molosifat W

17 Yati Mbata Mustahiq Kel. Limba U-2

18 Norma Antula Mustahiq Kel. Wumilao

19 Yusna Ladunta Mustahiq Kel. Tamalate

20 Azis Lihawa Mustahiq Kel. Heledulaa Selatan

21 Suhendra Hasan Mustahiq Kel. Heledulaa Utara

22 Martalian Husain Mustahiq Kel. Wonggaditi

23 Samsudin Djuladja Mustahiq Kel. Tanggikiki

24 Maryam Bahuwa Mustahiq Kel. Molosipat U

25 Pepi Mahmud Mustahiq Kel. Pulubala

Dalam kegiatan FGD tersebut mengungkapkan bahwa potensi para

mustahiq (penerima zakat produktif) untuk diberdayakan dan

dikembangkan sangat potensial karena mereka sudah memiliki modal

sendiri dan tempat usaha sendiri seperti kios. Disinilah pentingnya Baznas

hadir untuk memberdayakan mereka. Para mustahik juga menjelaskan

bahwa salah satu kekurangan mereka disamping pendidikan yang rendah

47

juga kepercayaan diri yang kurang untuk terus mengembangkan usahanya.
Oleh karena itu mereka berharap untuk dibantu bukan hanya persoalan
modal tetapi juga persoalan pembinaan dan pelatihan.

Nampak Ketua Tim Peneliti Memandu Jalannya FGD
Dalam kegiatan FGD tersebut juga terungkap tentang hal-hal yang
harus diperkuat dan dilaksankan oleh Baznas dan pemerintah setempat
dalam kaitannya dengan pemberdayaan para mustahik dalam upaya
optimalisasi pendapatan usaha para mustahik, yaitu:
1. Perlu dioptimalkan penghimpunan dan distribusi dana ZIS dari
Muzakki.
2. Perlu diberikan pembinaan dan pelatihan kepada para mustahik
agar mereka memiliki keterampilan dan kemampuan dalam
mengelolah usaha yang baik dan efektif.
3. Baznas dan pemerintah termasuk perguruan tinggi perlu melakukan
kajian secara komprehensif tentang model usaha yang efektif dan
produktif untuk dikembangkan dan dilaksanakan oleh para
mustahik di Kota Gorontalo.

48

C. Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Kegiatan pelatihan diberikan kepada para Mustahik yang telah

menerima bantuan zakat produktif dari Baznas Kota Gorontalo selama dua
hari dengan jumlah peserta 30 orang mustahik, adapun nama-nama peserta
pelatihan sebagaimana pada table 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Nama-nama Peserta Pelatihan

No Nama Peserta Unsur

1 Abdul Malik Tome Mustahiq Kel. Ipilo

2 Asni Tantu Mustahiq kel. Bugis

3 Marlin Hamza Mustahiq Kel. Leato Utara

4 Sunangsi Djafar Mustahiq Kel. Tenda

5 Sumirna suleman Mustahiq Kel. Siendeng

6 Aty Syukur Mustahiq Kel. Donggala

7 Fatma Usman Mustahiq Kel. Buliide

8 Sriyanti Ma’ruf Mustahiq Kel. Molosifat W

9 Yati Mbata Mustahiq Kel. Limba U-2

10 Norma Antula Mustahiq Kel. Wumilao

11 Yusna Ladunta Mustahiq Kel. Tamalate

12 Azis Lihawa Mustahiq Kel. Heledulaa Selatan

13 Suhendra Hasan Mustahiq Kel. Heledulaa Utara

14 Martalian Husain Mustahiq Kel. Wonggaditi

15 Samsudin Djuladja Mustahiq Kel. Tanggikiki

16 Maryam Bahuwa Mustahiq Kel. Molosipat U

17 Pepi Mahmud Mustahiq Kel. Pulubala

18 Hasi Dj. Adji Mustahik Kel. Leato selatan

19 Suryan Tane Mustahik Kel. Tomulabutao

49

20 Hasana Mahmud Mustahik Kel. Tomulabutao
Selatan
21 Ulfa Akuba
22 Resmin Nusi Mustahik Kel. Libuo
23 Usman Mohamad Mustahik Kel. Pohe
24 Yuli Mustofa Mustahik Kel. Pilolodaa
25 Julaela Sepang Mustahik Kel. Buladu
26 Nurnaningsi Ibrahim Mustahik Kel. Biawu
27 Kartin Podungge Mustahik Kel. Biawao
28 Wati Hamzah Mustahik Kel. Dulalowo
29 Selvi Lakoro Mustahik Kel. Dulalowo Timur
30 Piano Abudi Mustahik Kel. Bulotadaa Timur
Mustahik Kel. Bulotadaa Barat

Tujuan yang ingin dicapat dalam kegiatan pelatihan ini adalah:
1) Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bantuan zakat produtif

sebagai momentum untuk mendatangkan keberkahan hidup.
2) Menumbuhkan kesadaran dan semangat jiwa kewirausahaan bagi para

penerima zakat produktif.
3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan optimalisasi pendapatan

usaha melalui pemberdayaan potensi diri, keluarga dan usaha.
4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengeloah modal

usaha secara baik efektif dan efisien
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memasarkan produk-

produk hasil usaha baik pada usaha skala kecil maupun usaha skala
mikro.

50

BAB V
DISKUSI KEILMUAN

Diskusi keilmuan kegiatan pengabdian berbasis riset berisi tentang
hasil dan pembahasan kegiatan pengabdian berbasis penelitian yang yang
secara sistimatis, dijelaskan berikut.

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diurai berdasarkan data yang diperoleh dari para

informan melalui observasi, wawancara, dan focus group discussion (FGD)
1. Karakteristik menurut pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam dunia
kerja. Namun, bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat
menunjang sukses atau tidaknya pekerjaaan seseorang. Pendidikan tinggi
tentu tidak akan berarti tanpa diimbangi dengan skill yang mumpuni. Oleh
karena itu, kemampuan juga menjadi salah satu faktor penentu saat
memasuki dunia kerja. Adapun karakteristik informan pada pengabdian
berbasis riset ini sebagaimana dalam gerafik berikut.

Grafik 5.1 menjelaskan secara deskriptif bahwa terdapat 30 %
informan atau mustahiq yang berpendidikan jenjang SD yang mengikuti
pelatihan, 37 % berpendidikan SMP, dan 33 % berpendidikan SMA atau
sederajat. Artinya bahwa jenjang pendidikan para mustahiq yang mendapat
bantuan dari Baznas Kota Gorontalo mayoritas pendidikan SMP. Dengan
gambaran potensi pendidikan tersebut tentu belum cukup untuk
menunjang keberlangsungan untuk berkembang usahanya masing-masing.
Untuk itu, perlu upaya lain yang harus dilakukan untuk mendorong usaha
mereka untuk berkembang. Misalnya menambah kemampuan skill yang

51

mumpuni untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan
usahanya.

Gerafik 5.1
Karateristik Informan menurut Jenjang Pendidikan

SMA SD
33% 30%

SMP
37%

SD SMP SMA

Kemampuan adalah hal-hal yang bisa dilakukan, diketahui dan
dimengerti, serta dikuasai oleh seseorang. Kemampuan dapat diciptakan
dari pembelajaran yang diterima maupun pengalaman yang dialami oleh
seseorang tersebut. Dengan kata lain, kemampuan dapat dimiliki seseorang
tanpa harus mengikuti pendidikan formal sebelumnya. Sebagai contoh yang
dapat dilihat di sekeliling kita, misalnya, seseorang dengan jenjang
pendidikan setara lulusan SMP atau SMA tetapi memiliki posisi yang lebih
tinggi daripada seorang lulusan Sarjana. Hal tersebut bisa terjadi jika
berada di perusahaan yang lebih mengutamakan kemampuan dibanding
hanya berbekal gelar semata.
2. Karakteristik menurut Usia/Umur

Berbicara tentang usia produktif sangat erat kaitannya dengan
tenaga kerja dan angkatan kerja. Tenaga kerja menurut Kamus Besar

52

Bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu
baik di luar maupun di dalam hubungan kerja. Mulyadi Subri (2012:59)
mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15
- 64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut,

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan
tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun–64 tahun. Jenis tenaga kerja berdasarkan keahlian atau
kemampuannya dapat dibedakan menjadi (1) tenaga Kerja Terdidik,
Tenaga Ahli/Tenaga Mahir adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu
keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau
pendidikan formal dan non formal seperti sarjana ekonomi, insinyur,
sarjana muda, doktor, master, guru dan lain sebagainya; (2) tenaga kerja
terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu
yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak
memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan
melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan
tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir,
pelukis, dan lain-lain; (3) tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh

53

tenaga kerja model ini seperti kuli, buruh angkut, buruh pabrik, pembantu,
tukang becak, dan lain-lain.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa karakteristik informan
dalam kegiatan pengabdian berbasis riset ini, digambarkan sebagaimana
pada grafik berikut.

Grafik 5.2
Karakteristik Informan Menurut Umur

Lansia 46 - 65 Dewasa 26 - 45
57% 43%

Dewasa 26 - 45 Lansia 46 - 65

Gerafik diatas menggambarkan bahwa secara deskriptif para
mustahiq yang menjadi informan pada kegiatan ini terdiri dari kelompok
umur dewasa 43% dan kelompok umur lansia 57%. Artinya bahwa
kelompok umur para mustahiq yang mendapat bantuan dari Baznas Kota
Gorontalo mayoritas kelompok umur lansia. Dengan gambaran potensi
umur/usia tersebut tentu memerlukan suatu strategi khusus untuk
memberdayakannya sebagai upaya untuk mengembangkan dan
meningkatkan pendapatan usahanya.

Jika dikaitkan dengan konsep atau teori yang dikemukakan Mulyadi
Subri (2012) diatas, nampak bahwa sesungguhnya usia para penerima
zakat produktif itu tergolong usia tenaga kerja 15 tahun – 65 tahun.
Artinya, dengan memperhatikan jenjang pendidikan yang dimiliki para

54

mustahiq diatas, maka bisa disebut bahwa para mustahiq termasuk
kelompok tenaga kerja terlatih. Walaupun realitasnya tidak terlatih tetapi
dengan data ini menjadi dasar untuk melakukan pelatihan-pelatihan
berdasrkan kebutuhannya agar bias menjadi kelompok tenaga kerja
terlatih.

3. Karateristik menurut Jenis Kelamin
Bicara jenis kelamin, tidak terlepas dari isu tentang peran gender.

Peran gender terbentuk melalui berbagai sistem nilai termasuk nilai-nilai
adat, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil
bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi,
dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin
dapat dipertukarkan. Mengurus anak, mencari nafkah, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) adalah peran
yang bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, sehingga bisa
bertukar tempat tanpa menyalahi kodrat. Dengan demikian, pekerjaan-
pekerjaan tersebut bisa kita istilahkan sebagai peran gender. Jika peran
gender dianggap sebagai sesuatu yang bias berubah dan bias disesuaikan
dengan kondisi yang dialami seseorang, maka tidak ada alasan lagi bagi kita
untuk menganggap aneh seorang suami yang pekerjaan sehari-harinya
memasak dan mengasuh anak-anaknya, sementara istrinya bekerja di luar
rumah. Karena di lain waktu dan kondisi, ketika sang suami memilih
bekerja di luar rumah dan istrinya memilih untuk melakukan tugas-tugas
rumah tangga, juga bukan hal yang dianggap aneh. Berikut ini adalah
gambaran data karateristik informan dalam kegiatan pengabdian berbasis
riset sebagaimana grafik

55

Grafik 5.3
Karakteristik Informan Menurut Jenis Kelamin

23%

77%

1 Laki-Laki 2 Perempuan

Data grafik diatas menjelaskan bahwa gambaran informan yang
dijadikan sampling pada kegiatan ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki
23% dan jenis kelamin perempuan 77%. Artinya bahwa kelompok jenis
kelamin para mustahiq yang mendapat bantuan dari Baznas Kota Gorontalo
mayoritas jenis kelamin perempuan. Dengan gambaran ini menjelaskan
pula bahwa kedudukan atau tugas antara kaum perempuan dan laki-laki
sebagai pelaku usaha untuk mendapatkan pendapatan dalam keluarga di
dominasi oleh kaum perempuan.

Kenyataan data diatas tidak bisa lagi dipahami sebagai dua konsep
yang tidak seimbang antara kedudukan peran laki-laki sebagai pencari
nafkah dan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Tetapi harus
dipahami bahwa antara kaum perempuan dan laki-laki memiliki
kedudukan yang sama dalam konsepesi kesetaraan gender. Peran-peran
itu, dalam pandangan social dapat saja berubah, perempuan disamping
menjadi ibu rumah tangga mereka juga bisa bekerja untuk mencari nafkah.
Untuk sementara waktu, bisa saja suami tidak memiliki pekerjaan sehingga
tinggal di rumah mengurus rumah tangga sementara istri bekerja mencari
nafkah. Pembagian peran merupakan pembagian kedudukan antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat

56

yang dianggap sesuai norma-norma, adat istiadat, kepercayaan dan
kebiasaan masyarakat.

4. Karateristik Menurut Usaha
Salah satu tujuan BAZNAS memberikan bantuan modal berupa zakat

produktif kepada para mustahik adalah menyelesaikan masalah
kemiskinan. Peningkatan perekonomian mustahik dapat tercapai apabila
usaha yang mereka jalankan telah berjalan dengan baik. Keberhasilan suatu
usaha dapat dilihat melalui laba dari usaha tersebut karena laba usaha
merupakan tujuan seseorang dalam menjalankan suatu usaha. Keberadaan
baznas yang berkomitmen untuk turut serta dalam upaya peningkatkan
ekonomi masyarakat, terutama mustahik, dengan meluncurkan
Program Mustahik Pengusaha. Upaya merupakan program
pemberdayaan ekonomi untuk mustahik produktif yang akan
menjalankan usaha, atau sudah menjalankan usaha dari berbagai jenis
produk.

Di Kota Gorontalo beberapa jenis usaha yang mendapat
perhatian untuk mendapatkan bantuan adalah jenis usaha kios yang
menjual berbagai keperluan sehari-hari masyarakat, rumah makan
dan pedagang-pedagang kecil. Berikut ini adalah gambaran tantang
beberapa jenis usaha yang telah mendapat bantuan dari Baznas Kota
Gorontalo sebagaimana grafik berikut.

Grafik 5.4 menjelaskan bahwa terdapat 7% mustahik yang memiliki
Warung dan kios yang mendapat bantuan zakat produktif dari Baznas Kota
Gorontalo, 23% warung (rumah makan), dan 70% jenis usaha kios. Usaha-
usaha tersebut dijalankan berupa usaha skala rumah tangga. Sedangkan
usaha-usaha seperti kerajinan tangan seperti processing produk turunan

57

hasil pertanian, peternakan, perikanan, industri kreatif seperti batik,
ukiran, konveksi, kerajinan tangan, desainer, periklanan, dan lain-
lainya belum dilakukan.

Grafik 5.4
Karakteristik Informan menurut Jenis Usaha

Warung+Kios

Warung (Rumah 7%

Makan)

23%

Kios
70%

Kios Warung (Rumah Makan) Warung+Kios

B. Pembahasan
Bagian pembahasan ini, menjelaskan dan menafsirkan data secara

kualitatif berdasarkan rumusan masalah yang ada.
1. Potensi Penerima Zakat Produktif

Pada pembahasan potensi penerima zakat produktif merupakan
penjabaran dari hasil Identifikasi potensi wilayah dan potensi penerima
zakat produktif (mustahiq) di Kota Gorontalo. Pembahasan ini dilakukan
dalam bentuk penyajian data baik secara naratif, table, diagram, dan
gambar.
1.1. Potensi Wilayah

Seperti diketahui bahwa di Provinsi Gorontalo terdapat 254.564 orang
mustahik berdasarkan kategori kemiskinan yang dibuat oleh BPS.

58

Sementara itu jumlah wajib zakat atau muzakkinya sebesar 69.350 orang.
Jika dibandingkan jumlah mustahik dengan jumlah muzakki maka rasionya
sebesar 3,7 dimana 1 orang muzakki di Gorontalo menanggung 4 orang
mustahik dengan asumsi seluruh muzakki membayar zakatnya.

Tabel 4.1.
Jumlah Mustahik, Muzakki, Potensi Wilayah Program Pengentasan

Kemiskinan di Provinsi Gorontalo

Tabel diatas, menggambarkan bahwa jumlah mustahik terbanyak
berada di Kab. Gorontalo sebanyak 108.862 orang, sedangkan yang
terendah mustahiknya berada di Kota Gorontalo sebanyak 12.668 orang.
Sementara itu, jumlah muzakki terbanyak berada di Kota Gorontalo
sebanyak 27.906 orang diikuti dengan kota Gorontalo sebanyak 13.504
orang. Sedangkan yang terendah jumlah muzakkinya berada di Kab.
Gorontalo Utara sebanyak 5.212 orang. Dimana sebagian besar
kabupaten/kota di Gorontalo jumlah muzakkinya tergolong rendah yaitu 4
dari 6 kabupaten/kota.

Dilihat dari potensinya, Gorontalo termasuk propinsi yang memiliki
potensi pemberdayaan sedang, diukur dari indeks potensinya yang terdiri
dari delapan indikator yaitu persentase desa yang ada jalan aspal, yang

59

menangkap siaran TV tanpa antena parabola, yang memiliki pasar
permanen dan mini market, yang ada fasilitas simpan pijam, yang ada
sektor manufakturnya, yang menggunakan listrik dan ada koperasi simpan
pinjamnya.

Menurut kabupaten, sebagian besar, 5 dari 6, kabupaten di Gorontalo
tergolong memiliki potensi sedang. Jika dilihat dari persentase desa yang
memiliki program pengentasan kemiskinan maka kab. Gorontalo Utara
memiliki persentase yang terendah yaitu 50%. Sementara kabupaten yang
persentase desa dengan program pengentasan kemiskinan tertinggi adalah
di Kab. Boalemo (96%) dan di Kab. Pohuwato (95%).

Berdasarkan pada gambar diatas bahwa potensi mustahik (penerima
zakat produktif) yang paling tingginya untuk diberdayakan berada pada
kota Gorontalo dengan kategori tertinggi di bandingkan dengan wilayah
lainnya yang berada di Provinsi Gorontalo.

1.2. Potensi Penerima Zakat Produktif (Mustahiq)
Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep

perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab
60

kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja,
dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan
yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana
zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya,
dan supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya
secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan
mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan
usaha serta mereka dapat menyisihkan.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan diskusi melalui Focus
Group Discussion (FGD) bahwa potensi penerima zakat produktif di kota
Gorontalo menurut bapak Roni Mohamad (Pelaku bisnis/akademisi) adalah
sangat berpotensi, hal ini dijelaskan bahwa para mustahiq (penerima zakat
produktif) pada dasarnya sudah memimilki modal sendiri walaupun
sifatnya sangat terbatas, dan bahkan mereka itu sudah memiliki kios
sendiri-sendiri walaupun tempatnya kurang strategis. Disinilah pentingnya
menurut beliau perlu mendapat bantuan zakat produktif untuk menambah
modal dan pada akhirnya kesejahteraan para mustahiq tersebut meningkat
dengan catatan modal-modal yang diterima dari BAZNAS itu dapat
dikelolah dengan baik.

Demikian pula menurut Sulaiman Ibrahim (akademisi) bahwa potensi
penerima zakat produktif di kota Gorontalo sudah baik cuma perlu
diberikan pelatihan khusus untuk bisa mengembangkan usahanya kedepan.
Disamping pelatihan khusus tersebut, juga perlu diberikan pelatihan atau
kursus-kursus dalam rangka menambah skiil dan pengembangan keilmuan.
Selanjutnya, menurut salah seorang Mustahiq (Sri Yanti Ma’ruf) bahwa para
Mustahiq itu sebelum diberi bantuan oleh BAZNAS Kota Gorontalo terlebih

61

dahulu di survey oleh petugas BAZNAS, jadi petugas juga akan memberi
bantuan zakat produktif kalau Mustahiq itu sudah memiliki potensi usaha
atau sudak memiliki usaha.

Tiga informasi yang dikemukakan oleh informan tersebut diatas
menandakan bahwa sesungguhnya pemberian bantaun zakat produktif itu
diberikan kepada para Mustahiq yang memiliki potensi seperti modal dan
tempat usaha seperti kios, rumah makan, atau pedagang-pedagang kecil.

2. Model Pemberdayaan Penerima Zakat Produktif
Bagian ini akan menjelaskan bagaimana model pemberdayaan

penerima zakat produktif yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Gorontalo.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan ketua Baznas Kota

Gorontalo Bapak Murzaki Pakaya bahwa Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas) Kota Gorontalo dalam mendistribusikan zakat, tidak hanya
bergerak dibidang sosial keagamaan tetapi andil dalam program
infrastruktur seperti ruhyanisa atau disebut rumah layak huni. Disamping
itu, ia juga mengatakan bahwa model penggunaan dana zakat produktif
sebagaimana yang telah diterima mustahik dari Baznas Kota Gorontalo
diwujudkan dalam bentuk bantuan modal usaha yang tergolong produktif.
Tujuannya adalah untuk menunjang peningkatan perekonomian mustahik
agar para mustahik berubah satus menjadi musakki.

Selanjutnya, dalam wawancara dengan beberapa pegawai Baznas Kota
Gorontalo menjelaskan secara teknis bahwa bantuan modal dalam bentuk
barang keperluan sehari-hari senilai Rp 5.000.000 (lima jura rupiah)
diberikan kepada mustahik yang memenuhi syarat. Adapun model
pemberiannya dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu: Pertama, pemberian
bantuan modal dalam bentuk barang dengan nilai nominal Rp. 3.000.000

62

(tiga juta rupiah). Dalam jangka tiga bulan pihak pegawai Baznas
melakukan evaluasi atau pengecekan dengan cara melakukan observasi
terhadap perkembangan usaha mustahik selama mendapat bantuan. Dalam
evaluasi tersebut ditemukan dua skema usaha, yaitu usaha yang
berkembang dan usaha yang tidak berkembang. Kedua, usaha yang
berkembang sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan tahap kedua
dengan nilai nominal Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah). Sedangkan usaha
mustahik yang tidak berkembang tidak mendapat bantuan tahap kedua.

Evaluasi Perkembangan
Usaha Musathik Pasca

Bantuan

BAZNAS Bantuan Modal Usaha Mustahik
Kota Gorontalo (Bentuk Barang) (Kios & Rumah Makan)

(Dana ZIS)

Usaha Berkembang Perkembangan
USAHA

Usaha Tidak
Berkembang
Gambar 5.1:
Model Pemberdayaan Penerima Zakat Produktif

Dalam perkembangan usaha produktif mustahik selanjutnya,
berdasarkan hasil diskusi dalam kegaiatan focus group discussion (FGD)

63

dengan beberapa mustahik yang telah menerima zakat produktif dari
Baznas Kota Gorontalo menuturkan bahwa bantuan modal berupa barang
dengan nilai nominal Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) tersebut sangat
membantu untuk perkembangan usahanya (Kios atau warung) dan bahkan
sekarang ini menjadi pendapatan utama keluarga dari usaha itu. Bahkan,
berkat usaha yang berkembang itu, beberapa mustahik mampu
melanjutkan studi anak-anaknya kejenjang perguruan tinggi sampai
sarjana.

Berdasarkan data informasi yang dihimpun diatas, maka model
pemberdayaan ekonomi penerima zakat produktif dirumuskan dalam
bentuk model skematik sebagaimana Gambar 5.1.

3. Upaya Optimalisasi Pendapatan Usaha
Bagian ini menjelaskan tentang upaya optimalisasi pendapatan usaha

melalui pelaksanaan program pemberdayaan bagi penerima bantuan dana
zakat produktif sebagai modal usaha bagi masyarakat yang berhak
menerimanya.

Melalui kegiatan focus group discussion (FGD), para mustahik
menuturkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan para mustahik dalam
menjalankan usahanya setelah mendapat bantuan dari Baznas tidak bisa
dilepaskan torang begitu saja akan tetapi masih perlu mendapatkan
pelatihan dan pendampingan tentang bagaimana mengelolah usaha yang
baik, karena torang memiliki pendidikan yang rendah, ada yang hanya
tammat SD, SMP dan SMA”. Jadi perlu dilatih agar memiliki keterampilan.

Disamping itu, ada juga peserta focus group discussion (FGD)
menuturkan bahwa bantuan modal yang dikasikan kepada torang penerima
zakat produktif dalam bentuk barang, padahal barang itu terkadang tidak

64

laku atau kebanyakan, sehingga yang terjadi barang itu menjadi kadaluarsa.
Jadi menurut torang bantuan barang yang diberikan kurang efektif, kalusi
kondisi begini pendapatan usaha kami tidak akan maksimal.

Demikian pula penuturan peserta FGD lainnya dari unsur akademisi
(Bpk. Roni Mohamad) menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan
pendapatan usaha para mustahik setelah mendapat bantuan perlu
diberdayakan berdasarkan jenis-jenis usaha yang mereka kerjakan saat ini,
artinya jangan hanya membiarkan para mustahik tersebut hanya seputar
usaha-usaha kios belaka tetapi bagaimana pemerintah dan Baznas
melakukan sebuah upaya untuk mendorong semangat untuk melakukan
perubahan jenis usaha yang lebih produktif dan prospektif, misalnya usaha
yang sifatnya melahirkan sebuah produk seperti produk-produk kripik atau
produk makanan khas daerah atau produk-produk kerajinan tangan.
Baznas bersama pemerintah dan perguruan tinggi perlu melakukan
intervensi bagaimana para mustahik ini bisa menjadi kelompok angkatan
kerja terlatih. Artinya perlu diberi pelatihan-pelatihan tentang penguasaan
keterampilan-keterampilan tertentu sampai kepada pelatihan bagaimana
bisa memasarkan produk-produk yang dihasilkan”.

Lebih lanjut Bapak Dr.Sulaiman Ibrahim dan Dr. Andi Mardiana
selaku peserta FGD dan pemateri dalam pelatihan menuturkan bahwa para
mustahik ini sebaiknya dibuatkan usaha sesuai dengan kapasitas
keilmuannya atau kemampuannya, artinya dicarikan usaha yang prospektif
sesuai dengan keinginan pangsa pasar. Jadi tidak bisa dibiarkan begitu saja
setelah mereka (para mustahik) menerima bantuan tanpa diarahkan.
Mereka perlu diberi pelatihan, mulai dari bagaimana membuat suatu
produk yang prospektif, mengelolah keuangan, sampai kepada pelatihan

65

cara pemasaran yang baik , disamping itu perlu juga dilakukan
pendampingan dan pengawasan secara berkelanjutan.

Lain halnya, Ketua Baznas Provinsi Gorontalo Bapak Dr. Hamka
Husain, M.Pd sekaligus selaku peserta dan pemateri dalam kegiatan FGD
menjelaskan bahwa disadari untuk mencapai keoptimalan pendapatan para
mustahik dalam menjalankan usahanya sebagaimana para mustahik di
daerah lain utamanya di pulau Jawa sepertinya masih jauh dari harapan, hal
ini diakibatkan dana yang terhimpun melaui ZIS belum maksimal karena
kurangnya kesadaran para musakki di Kota Gorontalo. Akibatnya, distribusi
ZIS tersebut menjadi terbatas. Jadi kegiatan-kegiatan seperti pelatihan,
pendampingan, pemberian bantuan peralatan usaha, atau pembangunan
inprasktur untuk memperlancar usaha sulit dilakukan.

Berdasarkan informasi data yang dikemuakan oleh beberapa
informan dalam FGD tersebut bahwa sesungguhnya untuk mencapai
optimalisasi pendapatan usaha mustahik di Kota Gorontalo dengan kondisi
sekarang ini sebagaimana yang di sampaikan oleh ketua Baznas Provinsi
Gorontalo bapak Dr. Hamka Husain masih sangat sulit, namun dari itu
menurut peneliti perlu dilakukan upaya secara terstruktur dan massif
belalui beberapa hal, yaitu:

1. Menumbuhkan kesadaran oleh para kelompok Musakki untuk
menunaikan kewajibannya.

2. Petugas-petugas pengumpul zakat, infak dan sedekah perlu
dioptimalkan mulai dari desa/kelurahan sampai pada tingkat
kabupaten.

66

3. Perlu perencanaan yang matang tentang bagaimana membuat model
pemberdayaan zakat produktif untuk menigkatkan ekonomi para
mustahik.

4. Perlu diberikan pembinaan dan pelatihan, pendampingan, dan
pengawasan kepada para mustahik yang telah menerima bantuan zakat
produktif dari Baznas kota Gorontalo.

5. Perlu diberikan bantuan sarana dan prasarana yang disesuaikan dengan
kebutuhan usaha para mustahik.

6. Perlu mempasilitas jaringan kemitraan.
Secara skematik model pengembangan pemberdayaan ekonomi para

mustahik di Kota Gorontalo melalui dana ZIS dapat dirancang sebagai mana
gambar berikut.

Gambar 5.2
Draft Model Pengembangan Ekonomi Mustahik di Kota Gorontalo

Terkait dengan pendampingan bahwa pada intinya program
pemberdayaan bias dilakukan melalui pendampingan dengan tiga
pendekatan, yaitu:

67

(a) Pendekatan Kelembagaan. Bahwa penerima bantuan dana zakat
produktif sebagai modal usaha akan memperkuat posisi tawar
masyarakat, jika mereka terhimpun dalam suatu kelembagaan
yang kokoh, sehingga dengan kelembagaan ini dapat menjadi
penghubung antara pemerintah dan mitra-mitar lainnya yang
dapat meningkatkan pendapatan usaha mereka. Selain itu
kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk
membangun jaringan dan mitra usaha yang saling menguntung.

(b) Pendekatan Pendampingan. Eksistensi pendamping memang
dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program
pemberdayaan. Masyarakat belum bisa berjalan sendiri, karena
kemungkinan kekurangtauan, penguasaan ilmu pengetahuan yang
rendah, atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan
mereka karena belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat
status sosial yang ia sandang.

(c) Pengeloaan Dana Zakat Produktif. Dana yang diterima
digunakan se efektif mungkin dan diberikan pencatatan
berdasarkan metode pencatatan atau pembukuan yang benar
sehingga penggunaan bantuan tersebut akan terkontrol dan
termenej dengan baik. Dengan demikian kegiatan-kegiatan usaha
yang dilakukan dapat terukur dan tepat sasarn dan pada akhirnya
dapat mendapatkan keuntungan yang optimal.

Output dari pelaksanaan ketiga pendekatan dalam pendampingan akan
melahirkan Optimalisasi sumber daya usaha, optimalisasi produksi,
optimalisasi desain kemasan Produk, optimalisasi distribusi pemasaran
produk, dan optimalisasi pengetahuan dan keterampilan, serta optimalisasi
pendapatan.

68

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa:
1. Potensi wilayah Kota Gorontalo memiliki kategori berpotensi tinggi

karena data menujukkan perbandingan antara Mustahik dengan
Musakki hampir satu banding satu (12.668 orang Mustahik : 13.504
orang Muzakki). Artinya, satu Muzakki menanggung satu orang
mustahik. Disamping itu, potensi penerima bantuan zakat produktif
(Mustahik) juga sangat potensial karena dari sisi umur masih tergolong
produktif dan rata-rata sudah memiliki usaha sebelumnya.
2. Model pemberdayaan potensi penerima bantuan zakat produktif di
Kota Gorontalo dikelompokkan kedalam dua tahap. Pertama,
pemberian modal usaha dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari
untuk dijual pada usaha kios-kios yang dimiliki mustahik dengan nilai
nominal Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah). Kedua, pemberian tambahan
modal usaha dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari untuk dijual
pada usaha kios-kios yang dimiliki mustahik dengan nilai nominal Rp.
2.000.000 (dua juta rupiah), pada tahap kedua ini akan diberikan
kepada para mustahik yang usahanya mengalami peningkatan,
sementara usaha para Mustahik yang tidak mengalami perkembangan
tidak mendapatkan bantuan modal tahap kedua.
3. Upaya pemberdayaan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
pendapatan usaha-usaha penerima bantuan zakat produktif di Kota

69

Gorontalo adalah hanya sebatas pemberian modal bagi para Mustahik
yang sudah memiliki usaha, baik usaha kios maupun usaha warung
(rumah makan). Jadi tidak ada upaya secara sistimatis dan massif
bagaimana mengoptimalkan pendapatan usaha-usaha para mustahik
secara keberlanjutan. Instrumen seperti pola pembinaan dan pelatihan,
serta pendampingan tidak dilakukan oleh pihak Baznas Kota Gorontalo.

B. Saran
Merujuk pada temuan dan kesimpulan sebagaimana yang dikemukakan

diatas, maka terdapat beberapa saran yang dirumuskan oleh peneliti, yaitu:
 Kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Gorontalo mengupayakan

membangun kesadaran oleh para kelompok Musakki untuk menunaikan
kewajibannya agar dana Zakat, Infak, dan sadakah (ZIS) dapat
terhimpun dengan maksimal.
 Kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Gorontalo memberi motivasi
kepada petugas-petugas pengumpul zakat, infak dan sedekah untuk
mengoptimalkan kinerjanya dalam penghimpunan dan ZIS mulai dari
tingkat desa/kelurahan sampai pada tingkat kabupaten.
 Kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Gorontalo perlu melakukan
perencanaan yang matang tentang bagaimana membuat grand desain
model pemberdayaan zakat produktif dalam upaya penigkatkan
ekonomi para mustahik.
 Kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Gorontalo perlu melakukan
pembinaan dan pelatihan, pendampingan, serta pengawasan kepada
para mustahik yang telah menerima bantuan zakat produktif.
 Kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Gorontalo perlu melakukan
perubahan paradiqma kepada para mustahik, jangan hanya bergeluk

70

pada usaha-usaha kios dan warung tetapi bagaimana merubah jenis
usaha mereka agar bisa menciptakan sebuah produk yang produktif dan
prEspektif baiK di tingkat local maupun di tingkat nasional.
 Kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Gorontalo dan pemerintah
setempat kiranya membangun sebuah kemitraan dengan industri-
industri lain sebagai tempat atau wadah penampungan untuk penjualan
produk-produk yang di hasilkan oleh usaha para mustahik.

71

72

PUSTAKA ACUAN

Abbot, John. 1996. Sharing the City:Community Participation in Urban
Management. London: Earthscan Publication

Abbeduto, Leonard. 2004. Taking Sides: Clashing Views on Controversia
l Issues in Educational Psychology Third Edition. McGraw-Hill,
Dushkin

Al-Fai’fi, Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya. 2009. Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq,
cet. 1, Jakarta: Pustaka Al- Kausar.

Amalia, Euis. Keadilan Distributif Dalam EkonomiI Islam, Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada, 2009.

Artaman, Aris, Made, Dewa; Yuliarmi, Ni Nyoman; Ketut, Djayastra I. 2015.
Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
Pasar Seni Sukawati Gianyar. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, 4.0 (2015): 87 - 105

Asnaini, 2008. Zakat Produktif, dalam Perspektif Hukum Islam, Cet. 1,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Badan Pusat Statisti Kota Gorontalo. 2018. Garis Kemiskinan Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo tahun 2014 – 2017.
https://gorontalokota.bps.go.id

Baridi, Lili; Zein, Muhammad; dan M. Hudri. Tanpa tahun. Zakat Dan
Wirausaha, Jakarta: CED. 73

Beik, Syauqi, Irfan dan Arsyianti, Dwi, Laily. 2016. Measuring Zakat Impact
On Poverty And Welfare Using Cibest Model. Journal of Islamic
Monetary Economics and Finance, Vol. 1, No.2, February 2016

Bungin, Burhan. 2007. penelitian kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, kebijakan
Publik, dan Ilmu sosial Lainnya, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Cahyadi, Amri, Muh. 2016. Analisis pengaruh zakat produktif terhadap
kesejahteraan dengan perkembangan usaha mikro sebagai variable
intervening (studi Kasus pada Badan Amil Zakat NASIONAL
Daerah Istimewah Yogyakarta). Tesis. Program Pascasarja
Universitas Islam Sunan Kalijaga

Chalid, Pheni. 2005. Otonomi Daerah Masalah, Pemberdayaan dan Konflik.
Penebar Swadaya. Cetakan pertama. Jakarta.

Danil, Mahyu. 2013. Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi
pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”,
Journal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No.
7: 9

Glasserfield, E. (1987). A Constructivist Approach to Teaching. In L. Steffe &
J. Gale (Eds.), Constructivism In Education. Hillsdale, NJ, Lawrence
Erlbaum. (pp. 3-16).

Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
Jakarta: Bumi Aksara

74

Habibi, Ahmad. (2016). Pemberdayaan Dana Zakat Produktif sebagai Modal
Usaha dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Usaha Kecil Menengah
(UKM) di Badan Amil Zakat Nassional (BAZNAS) Daerah Istimewa
Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga. Retrieved from http://digilib.uin-
suka.ac.id/

Hasan, Abdillah; Wiyono, Hadi, Nur; Hdayat, Zainul. 2009. Pemetaan
Mustahik, Muzakki Dan Potensi Pemberdayaan Indonesia. Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi - Universitas Indonesia: Risearchgate

Hery dan Lekok, Widyawati. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta:
Bumi Aksara

https://wijayanomics.wordpress.com/2013/03/29/teori-ekonomi-
keynes/

https://www.hestanto.web.id/teori-pendapatan-ekonomi/

Jasper, James M. 2010. Social Movement Theory Today: Toward a Theory of
Action?. Sociology Compass 4/11 (2010): pp.,965-976, New York:
Graduate Center of the City University of New York.

Lestari, Siti. 2015. Analisis Pengelolaan Zakat Prodiktif Terhadap
Pemberdayaan Ekonomi. Semarang

Lubis, Hari & Huseini, Martani. 1987. Teori Organisasi; Suatu Pendekatan
Makro. Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI: Jakarta.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama Cetakan Kelima
Jakarta: Raja Grafindo Persada

75

Khaliq, Abdul. 2012. Pendayagunaan zakat, infaq, dan Shadaqah untuk
pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin di Kota Semarang.
Riptek. Vol. 6, No. 1

Kurnia, Hikmat, 2008. Panduan Pintar Zakat, Cet. 1, Jakarta: Qultum Media.

Ma’mur, Jamal. 2015. Zakat Produktif: Studi Pemikiran KH. MA. Sahal
Mahfudh. Religia. Vol. 18 No. 1, April 2015. Hlm. 109-128

Mas’udi, F Masdar; dkk, 2004. Reiterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju
Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah, Jakarta: Piramedea.

Mas‟udi, Farid, Masdar. 2005. Pajak dan Zakat Uang untuk Kemaslahatan
Umat, Cet. 1, Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Mubarak, Z. 2010. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari Proses
Pengembangan Kapasitas Pada Program PNPM Mandiri Perkotaan
Di Desa Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Tesis. Program Studi
Magister Teknik Pemberdayaan Wilayah Dan Kota. UNDIP.
Semarang.

Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Jakarta:
Penerbit Salemba. Empat.

Qardhawi, Yusuf. 1996. Hukum Zakat, Cet. 4, Bogor: PT Pustaka Mizan.

Qardhawi, Yusuf, 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Cet. 1,
Jakarta: Gema Insani Press.

Pearsons, Talcot. 2005. The Social System. Routledge is an imprint of Taylor

& Francis, an informa company.

76

Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) (online), Tersedia di

kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius. Diakses 27 September 2018

Putri, Permata, Priyanka; dan Prahesti, Dwi, Danica. 2017. Peran Dana
Zakat Produktif terhadap Peningkatan Penghasilan Melalui
Bantuan Modal Usaha Kecil dan Mikro. Proceeding of Community
Development. Volume 1 (2017): 119-134;

Qaradhawi, Yusuf. 2005. Spektrum Zakat dalam membangun ekonomi
kerakyatan, Jakarta: Bestari Buana Murni

Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta: Bina
Grafika

Romdhoni, Haris, Abdul. 2017. Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi Dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam. Vol. 03. NO. 01, Maret 2017. P. 41 – 51.

Rusmanto, Joni. 2013. Gerakan Sosial Sejarah Perkembangan Teori Kekuatan
dan Kelemahannya. Zifatama Publishing. Sidoarjo.

Sadan, Elisheva. 1997. Empowerment and Community Planning: Theory and
Practice of People-Focused Social Solutions. Tel Aviv: Hakibbutz
Hameuchad Publishers. in Hebrew. [e-book].

Saini, Mukhramat. 2016. Pemberdayaan Ekonomi Ummat Melalui Zakat
Produktif (Studi Kritik Atas Tata Kelola Badan Amil Zakat Nasional
[BAZNAS]. Jurnal Lentera, Vol. 14, No. 2 September 2016

77

Saskia, Sheilla. 2015. Pendayagunaan Zakat Produktif Bagi Peningkatan
Pendapatan Usaha Mustahiq (Studi Komparatif pada LAZ Zakat
Center Thoriqatul Jannah dan LAZISWA At-Taqwa Cirebon).
https://core.ac.uk/download/pdf/147419233.pdf

Soekartawi. 2012. Faktor-faktor Produksi, Jakarta: Salemba Empat.

Sudirman. 2018. Implementasi Prinsip Good Governance Pada Lembaga
Pengelolaan Zakat Baznas Kota Gorontalo. Jurnal Iqtisaduna,
Volume 4 Nomor 2 Ed. Desember 2018 : page 204-217

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta.

Sukmaniar. 2007. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Pasca
Tsunami Dikecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Tesis.
UNDIP. Semarang.

Widiastuti, Tika dan Rosyidi, Suherman. 2015. Model Pendayagunaan Zakat
Produktif Oleh Lembaga Zakat Dalam Meningkatkan Pendapatan
Mustahiq, JEBIS. Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2015

Wulansari, S. D; & Setiawan, A. H. (2014). Analisis Peranan Dana Zakat
Produktif Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik
(Penerima Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang), 3 (1),
1–15. Retrievedfrom http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/
jme%0AVolume.
78

LAMPIRAN
79

LENSA KEGIATAN PENGABDIAN BERBASIS RISET

Nampak Tim Peneliti melakukan Observasi dan Wawancara
80

LENSA KEGIATAN FGD DAN PELATIHAN

Hari ke - 1: Dr. Hamka Husain (Ketua Baznas Prov. Gorontalo)
“Model Penghimpunan dan Penyaluran Zakat Produktif di Kota Gorontalo”

Hari ke - 1: Dr. Suleman Ibrahim memberi Materi Pelatihan “Amanah zakat
Produktif sebagai momentum Mendatangkan Keberkahan Hidup:
Konsepsi Islam
81

Hari ke - 2: Dr. Roni Mohamad Memberi Materi Pelatihan
“Menumbuhkan Jiwa Berwirausaha”

Hari ke - 2: Dr. Muhdar HM Memberi Materi Pelatihan
“Pemberdayaan Potensi Usaha dalam meraih Pendapatan Maksimal”

82

Hari ke - 3: Dr. Andi Mardiana Memberi Materi Pelatihan
“Cara Efektif Pemasaran Bagi Pedagang kaki lima/ Usaha Kecil”

Hari ke - 2: Muh. Ardi, SE., M.Si Memberi Materi Pelatihan
“Cara Efektif Mengelolah Modal Usaha”
83

84

JADWAL KEGIATAN FOCUS GROU
OPTIMALISASI PENDAPATAN USAHA PENE

Di ELJIE HOTEL SYARIAH, JL. SU

Sabtu, 12 Oktober 2019 Materi/Kegiatan
Waktu Registrasi Peserta
Acara Pembukaan
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00 Coffe Break
10.00 – 10.15 Panel 1

10.15 – 12.00 Model Penghimpunan dan
Penyaluran Zakat Produktif di K
12.00 – 13.00
13.00 – 15.00 Gorontalo
ISHOMA
15.00 – 15.30 Amanah zakat Produktif sebag
momentum Mendatangkan
Keberkahan Hidup: Konsepsi Isl
Coffe Break

UP DISCUSSION (FGD) DAN TRAINING
ERIMA ZAKAT PRODUKTIF DI KOTA GORONTALO
UDIRMAN NO. 99 KOTA GORONTALO

Narasumber Moderator
Panitia
MC

Ketua Baznas Kota Gorontalo

Kota Dr. Muhdar HM, MM

gai Dr. Sulaiman Ibrahim, MA Dr. Muhdar HM, MM
lam

1

15.30 – 16.30 Diskusi
Minggu, 13 Oktober
Menumbuhkan Jiwa Berwirausa
2019 Coffe Break
08.00 – 11.00 Diskusi
11.00 – 11.15 ISHOMA
11.15 – 12.00
12.00 – 13.00 Pemberdayaan Potensi Usaha da
13.00 – 15.00 meraih Pendapatan Maksima
Coffe Break
15.00 – 15.30 Diskusi
15.30 – 16.30
Senin, 14 Oktober Cara Efektif Mengelolah Modal U
Coffe Break
2019 Diskusi
08.00 – 11.00 ISHOMA
11.00 – 11.15
11.15 – 12.00 Cara Efektif Pemasaran Bagi
12.00 – 13.00
13.00 – 15.00

aha Dr. Roni Mohamad, M.Si Immawan Kadim, M.Hi

alam Dr. Muhdar HM, ST., SE., MM Immawan Kadim, M.Hi
al

Usaha Muhammad Ardi, SE, M.Si Immawan Kadim, M.Hi

i Dr. Andi Mardiana, M.Si Immawan Kadim, M.Hi

2

15.00 – 15.30 Pedagang kaki lima/ Usaha Ke
15.30 – 16.30 Coffe Break
16.30 – 17.00 Diskusi
Penutupan

ecil

Panitia

Gorontalo, 9 Oktober 2019
Ketua Panitia

Dr. Muhdar HM, MM

3


Click to View FlipBook Version