The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku Biologi Mempelajari Fisologi Hewan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by brettysembiring15, 2022-03-22 16:48:20

FISIOLOGI HEWAN

Buku Biologi Mempelajari Fisologi Hewan

Keywords: #BIOLOGI#SMA

BIOLOGI

FISIOLOGI HEWAN

Nama DISUSUN OLEH:
Nim : BRETTY BR SEMBIRING
Kelas ; 193020209045
DOSEN PENGAMPU : B(2019)
: Prof. Dr. AGUS HARYONO, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022

KATA PENGANTAR
Pengetahuan tentang fisiologi hewan semakin dirasakan manfaatnya dan
telah menjadi perangkat penting bagi mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah di
perguruan tinggi. Mengingat buku tentang fisiologi hewan belum begitu banyak
diterbitkan di Indonesia dan rendahnya keberhasilan peserta didik dalam
penguasaan fisiologi hewan yang bersifat abstrak, maka disusun suatu buku
sederhana tentang fisiologi hewan yang dapat dipergunakan sebagai buku teks oleh
mahasiswa, guru, dan pemerhati pendidikan ataupun sebagai buku referensi.
Isi buku ini mencakup penjelasan tentang fisiologis dan mekanisme kerja
membran sel, darah, sistem sirkulasi, penguraian nutrisi dalam sistem pencernaan
dan ekskresi dalam konsep osmoregulasi. Seterusnya, buku ini juga menjelaskan
cara pemecahan masalah yang ada pada suatu kasus fisiologi hewan.
Disadari sepenuhnya, buku ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.
Oleh karenanya, kritik dan saran serta masukan yang membangun sangat
diharapkan dalam menyempurnakan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan sains.

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I Sistem Integumen ............................................................................... 1

A. Sistem Integumen............................................................................... 1
B. Sistem Integumen Pisces.................................................................... 2
C. Sistem Integumen Amphibi ............................................................... 4
D. Sistem Integumen Reptil .................................................................... 6
E. Sistem Integumen Aves.................................................................... 10
F. Sistem Integumen Mamalia.............................................................. 12
BAB II sistem pencernaan .......................................................................... 14
A. Sistem Pencernaan Hewan ............................................................... 14
B. Nutrisi Pada Hewan ......................................................................... 22
C. Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisi .................................. 24
BAB III Sistem Transport ........................................................................... 25
A. Sistem Transport ............................................................................. 25
B. Sistem Transport Pada Hewan ......................................................... 46
BAB IV Sistem Respirasi ........................................................................... 56
A. Penegrtian Sistem Respirasi............................................................. 56
B. Alat Respirasi Pada Vertebrata ....................................................... 56
C. Mekanisme Trasport Gas ................................................................ 61
D. Fisiologi Sistem Respirasi Pada Mamalia ....................................... 64
Daftar Pustaka .............................................................................................. 69

ii

BAB I

A. SISTEM INTEGUMEN
Integumen berasal dari bahasa Latin yaitu “integumentum" yang berarti

"penutup". Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar
yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat, dan produknya
(keringat atau lendir). Sistem integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan
derivat – derivat dari kulit. Kulit yang sebenarnya terdiri dari lapisan utama yaitu
epidermis dan dermis, derivat integumen adalah struktur tertentu di mana secara
embriogenetik yang berasal dari salah satu atau kedua lapisan dari kulit yang
sebenarnya.

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi – fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi :

1) Sebagai pelindung atau alat proteksi lapisan kulit bagian luar yang relatif
impermeable terhadap air, untuk mencegah penguapan yang berlebihan.

2) Sebagai tempat eksteroreseptor pada bagian dermis kulit yang terdapat
reseptor berupa akhiran saraf bebas atau badan – badan sensoris yang dapat
menerima berbagai macam rangsang dari lingkungan eksternal.

3) Sebagai alat ekskretori pada kulit yang banyak ditemukan pada kelenjar
keringat dan kelenjar lemak yang berfungsi untuk membuang sisa – sisa
hasil metabolisme baik berupa air, lipida atau garam – garam yang keluar
dari tubuh.

4) Sebagai alat respirasi atau alat pernafasan terutama pada hewan – hewan
akuatik dengan struktur kulit yang tipis selalu basah dan sangat vaskuler.

5) Sebagai alat nutrisi dan cadangan makanan yaitu terdapat kelenjer mammae
(kelenjer susu) yang digunakan oleh mamalia untuk nutrisi bagi hewan
muda atau yang baru lahir. Dan kulit sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan (energi) yang berupa lemak.

1

6) Sebagai alat gerak pada hewan vofitan atau arboreal seperti burung,
kelelawar, cecak dan lain – lain, derivate kulit dipakai sebagai alat terbang
yang sangat penting.

7) Sebagai tempat pembentukan vitamin D, pada manusia pembentukan
vitamin D3 pada kulit sangat penting untuk pembentukan tulang. Kalsiferol
dibentuk dari dehidrokolesterol yang dihasilkan oleh hati dengan bantuan
cahaya matahari di kulit.

Adapun bagian – bagian lapisan kulit, yaitu sebagai berikut :
1. Kulit Ari (Epidermis)
Kulit ari merupakan bagian terluar yang sangat tipis, fungsi kulit ari
(epidermis) adalah melindungi tubuh dari berbagai zat kimia yang terdapat
di luar tubuh, melindungi tubuh dari sinar UV, dan melindungi tubuh dari
bakteri.
2. Kulit Jangat (Dermis)
Kulit jangat atau dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Batas
dengan epidermis dilapisi dari membran basalis. Dermis atau lapisan jangat
lebih tebal dari pada epidermis. Dermis memiliki serabut yang elastis
dengan memungkinkan kulit dapat merenggang pada saat orang tersebut
bertambah gemuk dan kulit dapat bergelambir disaat orang menjadi kurus.
3. Jaringan Ikat Bawah Kulit (Hipodermis)
Jaringan ikat bawah kulit berada di bawah dermis. Jaringan ini tidak
memiliki pembatas yang jelas dengan dermis, sebagai patokan dalam
batasnya yaitu mulainya terdapat sel lemak. Adapun fungsi pada lapisan
lemak untuk melindungi tubuh dari benturan, sebagai sumber energi
cadangan, dan menahan panas dalam tubuh.

B. SISTEM INTEGUMEN PISCES

Sistem integumen pada kelas pisces terdiri dari lapisan epidermis, dermis,
dan derivatnya. Contohnya adalah sisik, jari – jari sirip, scute, keel, kelenjar lendir,
dan kelenjar racun.

Sistem integumen pada ikan, memiliki beberapa fungsi, antara lain :
pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri

2

terhadap faktor – faktor yang memepengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung
terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya. Kulit juga digunakan sebagai
alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu dan sebagai alat ekskresi
maupun osmoregulasi.
1. Lendir

Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat
berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi, dan menutup luka. Ketebalan
lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang
berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan
memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan
berusaha melepaskan diri dari bahaya.

Beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat
perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-
paru (protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama musim
panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim
penghujan tiba.
2. Sisik

Pada tubuh dan ekor di epidermis terdapat sisik yang masing-masing
tertanam dalam saku dermal dan tumbuh sepanjang hidup. Berdasarkan bentuk
dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi
lima jenis, yaitu placoid, cosmoid, ganoid, cycloid, dan ctenoid.
a. Sisik Placoid

Bentuk sisik placoid menyerupai bunga mawar dengan dasar yang
bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang
letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol
berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan
struktur exoskeleton yang primitif yang mempunyai titik perkembangan
menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang
terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral, dan duri. Bagian yang lunak
dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari
dermis.

3

b. Sisik Cosmoid
Sisik cosmoid ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitif yang

sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini
terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut – turut dari luar adalah
vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang
merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang
materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada
bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup
yang menutup permukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis
ikan Latimeria chalumnae.
c. Sisik Ganoid

Sisik ganoid berbentuk belah ketupat dengan bagian kecil yang
tertanam dalam saku dermis, permukaan sebelah luar dilapisi oleh zat
ganoine, yang materialnya berupa garam – garam anorganik, kemudian
lapisan berikutnya adalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah
isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan
bersisik tipe ini adalah antara lain : Polypterus, Lepisostidae,
Acipenceridae, dan Polyodontidae.
d. Sisik Cycloid dan Ctenoid

Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi
adanya sejumlah duri – duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di
bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas
dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya
sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel, dan transparan.

C. SISTEM INTEGUMEN AMPHIBIA

Amfibi adalah kelompok hewan yang dapat hidup di darat dan di laut.
Amfibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih. Adapun bagian-bagian
kulit yang terdapat pada amfibi, yaitu sebagai berikut :

4

1. Epidermis
Epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu

menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan
selama musim hujan di bawah lapisan jangat dibentuk lapisan jangat baru,
sewaktu lapisan jangat yang lama terkelupas telah ada penggantinya.
Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali.

2. Dermis
Dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat

jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen.
Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir
yang banyak, mencegah kulit dari kekeringan. Kulit juga memfasilitasi
pertukaran gas yang memungkinkan amfibi untuk bernapas ketika mereka
menjalani hibernasi. Kulit dicegah dari kerusakan predator, banyak amfibi
telah berevolusi, kelenjar racun di kulit dan toksisitas dari kelenjar bervariasi
sesuai dengan spesies. Kelenjar yang bertanggung jawab untuk produksi
toksin adalah kelenjar paratoid yang melepaskan bufotoxin dan terletak di
belakang telinga katak dan kodok tertentu sementara di salamander mereka
hadir tepat di belakang mata.

Kromatofora juga dikenal sebagai sel – sel pigmen yang bertanggung
jawab untuk warna kulit amfibi dan disusun dalam tiga lapisan. Tiga lapisan
biasanya termasuk sel – sel yang dikenal sebagai melaophores, guanophores,
dan lipophores. Banyak spesies yang juga dikenal untuk mengubah warna
kulit mereka dan ini benar-benar di bawah kendali kelenjar pituitari. Warna
yang sangat terang biasanya menunjukkan bahwa kulit sarat dengan kelenjar
racun.

Kulit amphibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit
amfibi terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:

1. Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening
untuk memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.

2. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun
yang sangat efektif mematikan hewan lain.

5

Racun yang terdapat pada amphibi sangat bervariasi. Kodok yang hidup
di laut (Bufo marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Studi
tentang kodok neotropik dari keluarga Dendrobatidae yang baracun,
menunjukkan bahwa racun itu merupakan steroid alkaloid yang memberikan
efek pada saraf dan aktivitas otot sel korban.

Tipe racun lain pada amphibi adalah neurotoksin, halusinogen,
vasokonstriktor, hemolitik, dan local irritant. Kelenjar mukus dan kelenjar
racun pada amphibi dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar. Kelenjar
alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluran tetapi
produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akan
tetapi, ada juga beberapa amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular,
kelenjar demikian sering ditemukan di ibu jari atau di bagian dadanya pada
katak dan kodok.

D. SISTEM INTEGUMEN REPTIL
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik – sisik yang beraneka bentuk,

terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik – sisik itu dapat
berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak atau
pun hewan berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura –
kura. Sisik – sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang
mengeras oleh zat tanduk dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di
lapisan bawahnya yang dikenal sebagai osteoderm.

Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung
datar membundar), granular (berbingkul – bingkul), dan berlunas (memiliki gigir
memanjang di tengahnya seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi
sisik – sisik ini pada berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk
mengidentifikasi spesies hewan tersebut.

Integumen pada reptili umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat.
Lapisan terluar dari integumen yang menanduk tidak mengandung sel – sel saraf
dan pembuluh darah. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi.
Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon)
integumen mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan

6

adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena
pengaruh yang bermacam – macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif
cepat, karena selalu di bawah kontrol sistem nervosum outonomicum. Reptilia
merupakan salah satu kelas dari vertebrata yang terdiri dari tiga ordo,yaitu ordo
Testudinata (Chelonia), Ordo Squamata, dan ordo Crocodilia/Loricata.
1. Ordo Testudinata (Chelonia sp)

Kura – kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang
termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata
(atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau
batok (bony shell) yang keras dan kaku. Batok kura – kura ini terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace)
dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap
bagiannya ini terdiri dari dua lapis, yaitu lapis luar umumnya berupa sisik –
sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian
dalam berupa lempeng – lempeng tulang yang tersusun rapat seperti
tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi – labi (Trionychoidea)
dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tidak bersisik dan digantikan
lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.
Adapun bagian – bagian kulit yang terdapat pada ordo Testudinata, yaitu
sebagai berikut :
1) Carapace (dorsal)

Pada bagian carapace (dorsal) terdiri atas nukhal yang merupakan
suatu seri dari pelat – pelat tanduk yang letaknya di tengah dari depan
belakang berturut – turut yang terletak di bagian atas (antara marginal)
berjumlah satu buah. Marginal yang merupakan bagian – bagian yang
menjadi pinggir perisai yang berbentuk segi empat dan berjumlah 22.
Kostal yang terletak diantara neural dan marginal dan bersatu dengan
rusuk. Pigal yang terletak di bagian belakang di antara marginal dan
berjumlah dua buah serta neural yang terletak di tengah dan di antara pelat
– pelat konstrak, di bagian depan juga berbatasan dengan pigal dan neural
yang berjumlah lima.
2) Plastron

7

Plastron (ventral) terdiri atas gular yang merupakan bagian luar yang
paling kecil dan letaknya paling depan dan berjumlah dua buah. Humeral
yang merupakan bagian yang terletak di antara gular dan pectoral yang
berjumlah dua buah. Pectoral yang terletak diantara humeral dan
abdominal serta memiliki jumlah sepasang. Dimana abdominal terletak
diantara pectoral dan femoral yang merupakan bagian yang paling besar
dari plastron dan berjumlah dua buah serta anal yang terletak paling
belakang (setelah femoral) dan berjumlah dua buah.
2. Ordo Squamata
Tubuh ular tertutupi seluruhnya oleh sisik – sisik, yang memiliki
beraneka bentuk dan ukuran, tersebut. Sisik – sisik itu berfungsi untuk
melindungi tubuh, membantu pergerakan ular, mempertahankan kelembaban,
berguna dalam kamuflase, mengubah penampilan, dan untuk beberapa kasus
juga membantu dalam menangkap mangsa (misalnya pada ular kadut).

Ular juga dapat merasakan getaran baik yang berasal dari tanah maupun
dari udara dan mampu membedakannya dengan menggunakan sistem
resonansi internal yang rumit yang kemungkinan melibatkan peranan sisik di
dalamnya. Sebagian ular – ular primitif seperti boa memiliki kepala yang
tertutupi oleh sisik – sisik kecil tak beraturan. Namun kebanyakan ular
memiliki sisik – sisik besar yang menutupi kepalanya, yang disebut perisai
(shields). Pola dan susunan perisai – perisai ini berbeda – beda dari spesies
ke spesies, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi jenisnya.

Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit
terluar atau epidermis. Sisik – sisik ini terbuat dari keratin, bahan yang sama
yang menyusun kuku dan rambut. Tiap sisik memiliki permukaan luar dan
dalam, sisik-sisik ini saling menutupi pada pangkalnya, seperti
susunan genting.

Sisik ular tidak bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya
umur ular. Meski demikian, sisik – sisik ini bertambah besar ukurannya, dan
kadang – kadang berubah bentuknya, setiap kali melungsung. Sisik ular
tertancap sedemikian rupa di kulit di sekitar mulut dan sisi tubuh,

8

memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat menelan mangsa
yang berukuran lebih besar dari diameter tubuhnya.

Sisik ular memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda – beda. Sisik – sisik
ini bisa jadi berbutir – butir (granular), datar dan halus, atau berlunas, yakni
memiliki tonjolan memanjang serupa lunas perahu. Sering pula sisik – sisik
ini memiliki pori, lubang, bintil, atau bentuk – bentuk halus yang dapat
diamati dengan mata telanjang maupun yang harus menggunakan mikroskop.
Sisik – sisik ular mungkin juga berubah bentuk dengan fungsi khusus,
sebagaimana halnya kerincingan (rattle) pada ekor ular derik. Contoh
modifikasi yang lain adalah sisik transparan yang menutupi mata ular. Sisik
yang serupa kaca arloji ini dikenal sebagai brille atau spectacle. Sisik ini
dianggap sebagai kelopak mata yang menyatu, dan turut mengelupas ketika
ular berganti kulit.

Sisik – sisik pada tubuh bagian atas atau punggung dikenal sebagai
sisik dorsal atau kostal (costal). Sisik – sisik ini tersusun sebagai genting,
yang disebut susunan imbrikata (imbricate), serupa dengan susunan sisik
pada tubuh kadal dan bunglon. Sisik – sisik dorsal tersusun berderet – deret
di sepanjang tubuhnya, deretan berikutnya terletak sedikit bergeser, sehingga
sisik – sisik ini dari satu deret ke deret sebelahnya nampak lurus pada garis
diagonal. Kebanyakan jenis ular memiliki deretan sisik yang ganjil
jumlahnya, kecuali pada beberapa spesies semisal ular sapi (Zaocys).

Deretan sisik – sisik ini bervariasi banyaknya, biasanya dihitung pada
kira – kira tengah panjang tubuh ular. Terkadang dihitung pada tiga tempat,
yakni beberapa jauh setelah leher, tengah badan, dan beberapa jauh sebelum
anus. Ular Spilotes pullatus memiliki sepuluh deret sisik dorsal pada tengah
badan, ular tangkai (Calamaria sp.) memiliki 13 deret, ular sanca antara 65 –
75 deret, dan ular kadut sekitar 130 – 150 deret. Kebanyakan ular dari
suku Colubridae, yakni suku ular yang terbesar memiliki 15, 17, atau 19 deret
sisik.
3. Ordo Corcodilia/Loricata

Ordo corcodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di
antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah

9

punggung sisik – sisik itu tersusun teratur berderat yang mengalami
penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas,
pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat.
Contohnya terdapat pada buaya Irian yang panjang tubuh buaya jantan sekitar
3,35 m, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki
sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila
disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 4 – 7 sisik lebar (post-
occipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di
kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik – sisik besar di punggungnya (dorsal
scutes) tersusun dalam 8 – 11 lajur dan 11 – 18 deret dari depan ke belakang
tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23 – 28 deret (rata – rata 25 deret) dari
depan ke belakang.

Reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit. Kelenjar
mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu.
Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa
kawin. Kadal ini memiliki lubang – lubang disebut sebagai lubang preanal
atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya
pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.

Tipe kelenjar holokrin disebut kelenjar keturunan atau generation gland.
Perubahan sekresi dari kelenjar – kelenjar ini tampak dihubungkan dengan
pertumbuhan sisik pada kulit.

E. SISTEM INTEGUMEN AVES
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.

Dari kulit akan muncul bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis
menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai pembungkus tubuh yang sangat
resisten. Pada mulanya bulu sebagai papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya
sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput
epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang
sangat halus, sedangkan epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.

10

Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang
mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat – zat makanan dalam proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan susunan anatomi bulu dibagi menjadi tiga macam yaitu sebagai
berikut :
1. Filoplumae sebagai rambut yang di ujungnya bercabang – cabang pendek

halus (hair feather).
2. Plumulae sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers).
3. Plumae merupakan bulu yang sempurna (contour feather).

Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
1. Tectrices yang menutupi badan.
2. Reetrices yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi

sebagai kemudi.
3. Remiges yang terdapat pada sayap dan dibagi atas :

• Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara
metacarpal pada metacapalia.

• Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.
4. Parapterum yang menutupi daerah bahu.
5. Ala spuria sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).

Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang
pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas
disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.

Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai
bulu powder atau bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya
tetapi barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini
belum jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu
bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur
saat pengeraman.

Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya
oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang
menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering
disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter

11

atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red)
dan zoosantin (animal yellow).

F. SISTEM INTEGUMEN MAMALIA
Mamalia atau hewan yang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang

terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu
sebagai sumber makanan anaknya. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari
tiga lapisan yaitu paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan
paling dalam adalah hipodermis.
1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Tersusun
atas epitelium berlapis dan terdiri dari sejumlah lapisan sel yang disusun atas
dua lapis yang jelas tampak, yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis zona
germinalis, epidermis tidak berisi pembuluh darah, saluran kelenjar keringat
menembus epidermis, dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi
folikel rambut dan di atas epidermis terdapat garis lekukan yang berjalan
sesuai dengan papil dermis di bawahnya. Epidermis terdiri atas lima lapisan
(dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
a. Stratum Komeum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan

berganti.
b. Stratum Lusidum, lapisan ini berupa garis translusen yang biasanya

terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan.
c. Stratum Granulosum lapisan ini ditandai oleh 3 – 5 lapis sel polygonal

gepeng yang intinya di tengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik
kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein
kaya akan histidin.
d. Stratum Spinosum, pada lapisan ini terdapat berkas – berkas filamen
yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut
memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan

12

lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan malfigi dan juga terdapat sel langerhans.
e. Stratum Germinativum, pada lapisan ini terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia, dan faktor lain. Lapisan stratum
germinativum ini merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
2. Dermis
Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel
rambut, kelenjar keringat, saraf, dan sel fibroblast. Fibroblast ini berfungsi
menghasilkan kollagen yang sangat penting peranannya terhadap kekenyalan
dan elastisitas kulit. Selain itu pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang
berfungsi untuk merasakan sensasi raba dan nyeri.
3. Hipodermis

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, saraf – saraf yang
berjalan sejajar dengan permukaan kulit, pembuluh darah, dan limfe. Cabang
– cabang dari pembuluh dan saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-
organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh, dan sebagai cadangan
makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata.
Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga
menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya
berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

13

BAB II

A. Sistem Pencernaan pada Hewan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan,

tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta
jenis makanannya.Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan
umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel,
sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan
yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
a. Sistem Pencernaan Pada Hewan vertebrata

Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran
pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula
digestoria)
1) Sistem Pencernaan Pada Ikan (Pisces)

Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut
(cavum oris).Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang
berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut
yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir,
tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim).Dari rongga mulut
makanan masuk ke esophagus melalui faring yangterdapat di
daerah sekitar insang.Esofagus berbentuk kerucut, pendek,
terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan
lumennya menyempit.Dari kerongkongan makanan di dorong
masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas
batasnya dengan usus.Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan
buntu untuk memperluas bidangpenyerapan makanan. Dari
lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang
berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.

14

• Saluran Pencernaan (Tractus Digestivus)
a) Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan
tertentu bibir tidak berkembang dan malahan hilang
secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang
b) Rongga mulut (cavum oris)
Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut
rongga mulut. Rongga mulut ini berhubungan langsung
dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang
terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ
palatin. Permukaan rongga mulut diselaputi oleh lapisan
sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan
permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit)
untuk mempermudah masuknya makanan. Disamping
mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ pengecap
(organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi
makanan.
c) Faring
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga
mlut, masih ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat
proses penyaringan makanan.
d) Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk
seperti pipa, mengandung lendir untuk membantu
penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan
dalam penyerapan garam melalui difusi pasif
menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum
akan menurun ketika berada di lambung dan usus
sehingga memudahkan penyerapan air oleh usus
belakang dan rectum (proses osmoregulasi).

15

e) Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang
diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung
makanan.

f) Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung
dan usus depan. Segmen ini sangat mencolok karena
ukurannya yang mengecil/menyempit.

g) Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran
pencernaan. Intestinum berakhir dan bermuara keluar
sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses
penyerapan zat makanan

h) Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang
terujung. Secara anatomis sulit dibedakan batas antara
usus dengan rektum. Namun secara histologis batas
antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan
adanya katup rektum.

i) Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran
pencernaan dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati
tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan
memiliki organ tersebut.

j) Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada
ikan bertulang sejati anus terletak di sebelah depan
saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya
memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala
bedekatan dengan pangkal ekor.

16

• Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan

pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar,
berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga
badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi
atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke
arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang
disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses
pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat,
berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan
salurannya bermuara pada lambung.Kantung empedu
berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus
bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara
lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon
insulin.
2) Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama
dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa
hewan-hewan kecil (serangga).
• Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)
a) Rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk

memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa,
b) Esofagus; berupa saluran pendek,
c) Ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila

terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus
dan lubang keluar menuju usus.
d) Intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan
usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan
ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.

17

e) Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
f) Kloaka: merupakan muara bersama antara saluran

pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
• Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)

Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan
pankreas.Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus
kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu yang berwarna kehijauan.pankreas berwarna
Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas
jari (duadenum).pankreas berfungsi menghasilkan enzim
dan hormon yang bermuara pada duodenum.
3) Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan
makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan.Reptil umumnya karnivora (pemakan daging).
• Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)
a) Rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh

rahang atas dan bawah, asing-masing memiliki deretan
gigi yang berbentuk kerucut, gigimenempel pada gusi
dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada
rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada
tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
b) Esofagus (kerongkongan),merupakan saluran di
belakang rongga mulut yang menyalurkan makanan dari
rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak
terjadi proses pencernaan.
c) Ventrikulus(lambung),merupakan tempat penampungan
makanan dan pencernaan makanan berupa saluran
pencernaan yang membesar dibelakang esophagus.
Disini makanan baru mengalami proses pencernaan.

18

Pada bagian fundus pylorus makanan dicerna secara

mekanik dan kimia.

d) Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang

bermuara pada anus.

• Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria)

Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung

empedu, dan pankreas.Hati pada reptilia memiliki dua lobus

(gelambirf dan berwarna kemerahan.Kantung empedu

terletak pada tepi sebelah kanan hati.Pankreas berada di

antara lambung dan duodenum, berbentuk pipih kekuning-

kuningan.

4) Sistem Pencernaan Pada Burung (Aves)

Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran

pencernaan dan kelenjar pencernaan.Makanan burung bervariasi

berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.

• Saluran pencernaan (Tractus Digestivus)

a) Paruh: merupakan modifikasi dari gigi,

b) Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan

penghubung antara rongga mulut dan tanduk,

c) Faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada burung

terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok,

berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang

dapat diisi dengan cepat,

d) Lambung terdiri atas: Proventrikulus (lambung kelenjar):

banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding

ototnya tipis. Ventrikulus (lambung

pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada

burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir

yang tertelan bersama makanan yang berguna untuk

membantu pencernaan

19

e) Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang
bermuara pada kloaka. Usus halus pada burung terdiri
dari duodenum, jejunum dan ileum.

• Kelenjar pencernaan (Glandula Digestoria
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung

empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat
kantung empedu.

5) Sistem Pencernaan pada Hewan Mamalia
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba,

sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia).
Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan
kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang
sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem
pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.

Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan
ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham
belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah
rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan
ruminansia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi
4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala),
omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).

Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan
makanan alamiahnya.Kapasitas rumen 80%, retlkulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o.Pembagian ini terlihat dari
bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi.Abomasum
merupakan lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.

Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang
berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan.
Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi
selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis

20

protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke
retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari
mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum.
Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang
akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke
abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih
terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.

Hewan herbivora, seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak
mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi untuk
fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak
mengandung bakteri. proses fermentasi pada sekum tidak seefektif
fermentasi yang terjadi dilambung. Akibatnya, kotoran kuda,
kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya
terjadi satu kali, yaitu pada sekum.Sedangkan pada sapi, proses
pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum
keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Adanya
bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan
bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B
serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan
gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas
sebagai sumber energi altematif.

21

B. Nutrisi Pada Hewan

Pada Ruminansia tidak ada perbedaan yang prinsip, semua pakan bagi
hewan yang digolongkan ke dalam hewan yang berlambung majemuk atau
ruminansia adalah jenis tanaman yang berserat kasar tinggi seperti rumput-
rumputan dan leguminosa (kacangkacangan).

Pada hewan yang berperut tunggal ( non ruminansia ) terdapat beberapa
variasi :

• Carnivora (pemakan daging)
• Omnivora (pemakan segala macam)
• Avian (ada yg pemakan bijian, buah, daging dll)
• Herbivora post digester (kuda, kelinci)

a. Nutrisi pada Pisces
Saluran pencernaan ikan pemakan daging (Carnivora) lebih pendek

dibanding dengan saluran pencernaan ikan pemakan tumbuhan (Herbivora).
Bahan makanan yang berasal dari tumbuhan lebih sukar dicerna dibanding
bahan makanan yang berasal dari hewan karena adanya kandungan serat
kasar (sellulosa) yang cukup tinggi. Ikan Carnivora biasanya banyak
menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan Herbivora
biasanya banyak menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat.

Berdasar macam makanannya / jenis pakannya ikan digolongkan
menjadi 5 golongan :
4. Ikan pemakan tumbuhan/Herbivora, misalnya ikan tawes, ikan bandeng
5. Ikan pemakan daging/Carnivora, misalnya ikan lele, ikan arwana
6. Ikan pemakan segala macam bahan pakan/omnivora, misalnya ikan mas,
ikan gurami, ikan munjair.
7. Ikan pemakan plankton (phytoplankton/zooplankton) misalnya ikan cucut
moyan (Rhinodon typicus), ikan selanget (Dorosoma chacunda).

22

8. Ikan pemakan detritus (hancuran hewan/tumbuhan) yg sedang membusuk
di air misalnya ikan belanak (Mugil spp), ikan karper dari India ( Labeo dan
Cirrhina).

Adapun jenis pakan alami, yaitu sebagai berikut :

6. Infusoria : protozoa (binatang bersel tunggal) misalnya Paramaecium
caudatum, Didinium nasutum

7. Rotifera : sekumpulan jasad renik yang tubuhnya mempunyai korona bulat
(tajuk mahkota) yang berambut getar

8. Kutu air : udang renik Cladocera misalnya Daphnia, Moina
9. Cacing sutra (Tubifex)
10. Jentik nyamuk

b. Nutrisi pada Amphibi
Pada masa berudu seperti ikan herbivora makan tumbuhan setelah

dewasa (katak) menjadi Carnivora (pemakan hewan kecil misalnya
nyamuk).

c. Nutirisi pada Reptilia
1. Kadal, kura-kura, penyu adalah pemakan tumbuhan
2. Buaya (Crocodillia) adalah carnivora pemakan hewan/daging

d. Nutrisi pada Aves
1. Carnivora misalnya Elang, burung hantu
2. Ayam & itik : pemakan biji-bijian, sisa bahan makanan yang masih

mempunyai nilai gizi tetapi tak digunakan lagi oleh manusia, misalnya
bekatul, dedak, tepung tulang, tepung ikan

e. Nutrisi pada Mamalia
1. Herbivora
2. Carnivora
3. Omnivora

23

Pakan Ruminansia :

• Rumput-rumputan basah dan kering, misalnya rumput segar, jerami, hay
(hijauan yang dikeringkan) dan silage (hijauan yang difermentasi)

• Leguminosa (tanaman kacang-kacangan) basah dan kering, misalnya
lamtoro, gamal/gliricidia dan kaliandra

• Sisa penggilingan padi seperti dedak, bekatul

Pakan Non Ruminansia tetapi herbivora, misalnya kuda dan kelinci jenis
pakannya berupa hijauan segar seperti rumput-rumputan segar dan sayur-
sayuran segar. Carnivora seperti kucing, anjing & harimau, jenis pakannya
berupa daging ikan ayam dll. Omnivora seperti kucing rumah, anjing rumah
& babi, jenis pakannya segala macam prduk dari tumbuhan maupun hewan.

C. Jenis Pakan Berdasar Kandungan Nutrisinya
• Hijauan kering dengan serat kasar (SK>18 %) misalnya hay dan jerami
• Hijauan basah (rumput-rumputan & leguminosa segar) kandungan gizi

tergantung saat pemotongan, makin tua makin tinggi serat kasarnnya
• Silage (hijauan yang difermentasi) kandungan gizi juga tergantung saat

pembuatannya
• Pakan sumber energi misalnya jagung
• Pakan sumber protein misalnya tepung kedelai, tepung ikan dsb
• Mineral misalnya garam
• Vitamin
• Additives (bahan tambahan) biasanya hanya untuk meningkatkan

palatabilitas/kesukaan, hampir tidak mengandung zat gizi tetapi tidak
membahayakan hewan.

24

BAB III

A. Sistem Transport

Jantung merupakan kantong darah yang tersusun oleh otot yang
kuat. Jantung terletak di dalam rongga dada agak sebelah kiri, di antara
paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Massa jantung kurang lebih 300 gram,
besarnya sebesar kepalan tangan.Jantung adalah salah satu organ vital tubuh
yang berfungsi untuk memompa darah bersih ke seluruh tubuh dan darah
kotor ke paru-paru. Jika terjadi gangguan pada jantung maka fungsi
pemompaan darah akan terganggu bahkan bisa berakibat pada kematian.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pola hidup seseorang sangat
berperan dalam meningkatkan risiko terkena serangan jantung, seperti
tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol yang tinggi, kebiasaan merokok,
dan juga jarang berolahraga. Sedangkan faktor risiko lainnya dapat berupa
gangguan diabetes, kegemukan, riwayat keluarga yang terkena penyakit
jantung koroner (PJK), stres, usia, dan jenis kelamin. Pengendalian terhadap
faktor-faktor risiko tersebut akan membantu seseorang terhindar dari
aterosklerosis dan juga serangan jantung.
a. Jantung

a) Struktur jantung
Jantung (cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot

yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi
berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu organ manusia
yang berperan dalam sistem peredaran darah. Jantung adalah pusat
peredaran darah di dalam dada yang terus menerus memompakan
darah ke seluruh bagian tubuh selama hidup seseorang. Tugas utama
jantung adalah memompakan darah merah yang kaya akan oksigen
dan nutrisi, melalui arteri besar (disebut aorta) ke seluruh bagian
tubuh. Bila oksigen telah diserap oleh jaringan tubuh, pembuluh
darah balik (vena) mengalirkan darah yang miskin oksigen dan
berwarna biru kembali ke jantung. Jantung manusia terbagi atas
empat ruangan, yaitu serambi kanan dan serambi kiri serta bilik kiri

25

dan bilik kanan. Bagian bilik (ventrikel) jantung berdinding lebih
tebal dibandingkan serambi (atrium) jantung. Hal ini berhubungan
dengan fungsinya untuk memompakan darah ke seluruh tubuh
sehingga harus lebih kuat. Adapun dinding bilik kanan lebih tipis
karena fungsinya hanya memompakan darah ke paru-paru. Jantung
hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup oleh
selaput ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada
diafragma. Lapisan pertama menempel sangat erat kepada jantung,
sedangkan lapisan luarnya lebih longgar dan berair, untuk
menghindari gesekan antar organ dalam tubuh yang terjadi karena
gerakan memompa konstan jantung. Jantung dijaga di tempatnya
oleh pembuluhpembuluh darah yang meliputi daerah jantung yang
merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis pembelah
(terbentuk dari otot) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana
dinding pemisah di antara sebelah kiri dan kanan serambi (atrium)
dan bilik (ventrikel).

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut
atrium (serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium

• Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke
ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke paru.

• Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua
paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah
mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium dipisahkan oleh
sekat yang disebut septum atrium.

2. Ventrikel
Ventrikel merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur
yang menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya
dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat
yang disebut korda tendinae.
26

• Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke parumelalui arteri pulmonalis.

• Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

Kemudian, jantung juga terdiri dari beberapa katup, yaitu antara
lain:

1. Katup atrioventrikuler
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak
diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3
buah daun katup (trikuspid). Sedangkan katup yang terletak
diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah
daun katup (Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari
atrium ke ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran
balik pada fase sistolik.

2. Katup Semilunar
a. Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
b. Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri
dari 3 buah daun katup yang simetris. Adanya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masingmasing
ventrikel ke arteri selama sistole dan mencegah aliran
balik pada waktu diastole. Pembukaan katup terjadi pada
waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana
tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam
pembuluh darah arteri.

27

Pembuluh darah koroner jantung terdiri dari:
1. Arteri

Arteri dibagi menjadi dua :
• Left Coronary Arteri (LCA) : left main kemudian

bercabang besar menjadi: left anterior decending
arteri(LAD), left circumplex arteri (LCX)
• Right Coronary Arteri
2. Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus
koronarius.

b) Cara Kerja Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan

terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua
serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua
bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah
yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida
(darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar
(vena kava) menuju ke dalam ventrikel kanan. Setelah atrium kanan
terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan.

28

Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup
pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah
akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang
mengelilingi kantong udara di paruparu, menyerap oksigen dan
melepaskan karbondioksida selanjutnya dialirkan. Darah yang kaya
akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium
kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan
atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan
didorong menuju ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa
darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri
terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk
seluruh tubuh, kecuali paru-paru.

b. Pembuluh Darah Arteri
Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada

sistem sirkulasi. Tekanan darah biasanya menunjukkan tekanan pada
pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung mengembang dan
darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan
darah saat jantung berkontraksi dan daeah keluar jantung. Tekanan
darah ini dapat diukur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.
Beberapa perihal pembuluh darah arteri antara lain:
1. Merupakan tempat mengalir darah yang dipompa dari bilik.
2. Merupakan pembuluh yang liat dan elastis.
3. Mempunyai tekanan pembuluh yang lebih kuat dari pada pembuluh

balik.
4. Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di

luar jantung.
5. Pembuluh darah arteri terdiri dari:

• Aorta yaitu pembuluh dari balik kiri menuju ke seluruh tubuh.
• Arteriol yaitu percabangan arteri.
• Pembuluh kapiler, dimana mempunyai diameter yang lebih

kecil dibandingkan arteri dan vena serta dindingnya terdiri atas
29

sebuah lapisan tunggal endomethelium dan sebuah membran
basal.

Dinding pembuluh darah arteri atas 3 lapis yaitu:

• Lapisan bagian dalam yang terdiri atas endothelium.
• Lapisan tengah terdiri atas otot polos dengan serat elastic.
• Lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat serat elastic.
• Anatomi dinding pembuluh nadi. Lapisan terluar disebut tunika

adventitia yang tersusun dari jaringan penyambung. Di lapisan
selanjutnya terdapat tunika media yang tersusun atas otot polos
dan jaringan elastis. Lapisan terdalam adalah tunika intima yang
tersusun atas sel endothelial. Darah mengalir di dalam pada
lumen.

Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh:

1. Arteri pulmonaris, Pembuluh ini membawa darah yang telah
dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-paru.

2. Arteri sistemik, Arteri sistemik membawa darah menuju arteriol
dan kemudian ke pembuluh kapiler, di mana zat nutrisi dan gas
ditukarkan.
Ciri-ciri arteri yang sehat yaitu fleksibel, kuat dan elastis.
Lapisan permukaan dalamnya licin sehingga darah dapat
mengalir tanpa batasan. Tetapi, suatu waktu, terlalu banyak
tekanan pada arteri dapat menyebabkan dinding pembuluh
darah menjadi tebal dan kaku, akhirnya akan membatasi darah
yang mengalir ke organ dan jaringan. Proses ini disebut
arteriosclerosis atau pengerasan pembuluh arteri.

30

c. Pembuluh Darah Vena
a) Pengertian Pembuluh Darah Vena
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari
sistemik kembali ke jantung (atrium dextra), kecuali v.pulmonalis
yang berasal dari paru menuju atrium sinistra. Semua vena-vena
sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan vena cava
inferior. Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan
darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula
pembuluh balik. Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi
mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan
mudah kempes (kolaps). Vena dilengkapi dengan katup vena yang
berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena
pengaruh gravitasi. Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat
yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang
diperkuat oleh jaringan fibrosa.Pembuluh balik (vena) yaitu
pembuluh yang mengangkut darah dari seluruh organ tubuh menuju
ke jantung. Ciri-ciri pembuluh vena adalah :
1. Dinding Pembuluh Tipis, tidak elastis
2. Dekat dengan permukaan tubuh (tipis kebiru-biruan)
3. Aliran darah Menuju jantung
4. Denyut tidak terasa
5. Katup Disepanjang pembuluh
6. Bila ada luka darah tidak memancar

31

b) Macam-macam Pembuluh Darah Vena
1. Vena yang masuk ke jantung
Vena Kava Superior, merupakan vena besar yang menerima
darah dari bagian atas leher dan kepala yang di bentuk oleh
persatuan dua vena brakhiosefalika yang masuk ke dalam.
atrium dektra. Vena azigos bersatu pada permukaan posterior
vena kava superior sebelum masuk ke pericardium. Vena kava
inferior, menerima darah dari alat-alat tubuh bagian bawah,
menembus sentrum tendineum setinggi vertebrae thorakalis, dan
masuk ke bagian terbawah atrium dekstra. Vena Pulmonalis.
Dua vena pulmonalis yang meninggalkan paru-paru membawa
darah teroksigenasi (banyak mengandung oksigen) dan masuk
ke atrium sinistra.

2. Vena yang bermuara pada vena kava superior
Vena yang berawal tepat di belakang angulus mandibulare

dan menyatu dengan vena aurikularis posterior lalu turun
melintasi m.sternoklaido mastoideus tepat di atas clavikula dan
menembuh fasia servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke
vena sublavia. Cabang-cabangnya yaitu: vena aurikularis
posterior, vena retromandibularis menerima darah dating dari
mandibularis, vena jugularis eksterna posterior yang mengurus
bagian kulit kepala dan leher bergabung dengan vena jugularis
eksterna, vena supraskapularis menerima darah dari otot bahu
bagian atas, dan vena jugularis anterior, berawal tepat di bawah
dagu, menyatu turun ke leher diatas insisura jugularis, berjalan
ke bawah m.sternoklaidomastoideus dan mencurahkan isisnya
ke vega jugularis eksterna.
1) Vena kulit kepala

- Vena trokhlearis dan vena supraorbitalis, menyatu pada
tepi medial orbita membentuk vena fasialis.

32

- Vena temporalis supervisalis, bercabang dengan vena
maskilaris dalam substansi glandula parotis membentuk
vena retromandibularis.

- Vena aurikularis posterior, bergabung vena
retromandibularis dibawah grandula parotis membentuk
vena jugularis eksterna.

- Vena oksipitalis, bermusara ke dalam pleksus venosus
suboksipitalis dan mencurahkan isinya ke dalam vena
vertebralis, vena oksipitalis dan vena jugularis
interna.Vena kulit kepala bebas beranastomosis dengan
sinus vena-vena intracranial.

2) Vena wajah
- Vena fasialis, terbentuk pada sudut medial mata, menyatu
dengan vena supraorbitalis dan vena supratroklearis, dan
berhubungan dengan vena oftalmika superior melalui
vena supraorbitalis dengan perantara vena oflatmika
superior, vena fasialis di hubungkan dengna sinus
kavernosus. Vena ini menyilang di atas glandula
submandibular dan bermuara ke dalam vena jugularis.
- Vena profunda fasialis bergabung dengan sinus
kavernosus melalui vena oftalmika superior.
- Vena transversa fasialis bergabung dengan vena
temporalis superfisialis di dalam glandula parotis
- Vena pterigoideus, merupakan jalinan vena yang
mengelilingi m.pterigoideus menampung vena-vena
sesuai dengan cabang-cabang maksilaris yang bermuara
kedalam vena maksilaris, vena fasilaris, vena lingualis,
dan vena oftalmika superior
- Vena maksilaris bergabung vengan vena fasialis melalui
vena fasialis profunda, bergabung dengan vena
temporalis superfisialis membentuk vena retro
mandibularis.

33

- Vena fasualis, meninggalkan wajah, menyilang margo
inferior korpus mandibularis, bergabung dengan
retromandibularis, dan bermuara ke dalam vena jugularis
interna.

- Vena lingualis, bergabung dengan vena profunda linguae
membentuk vena komitans dan bermuara pada vena
jugularis interna

- Vena oftalmika superior berhubungan dengan vena
fasialis, vena oftalmika inferior bergabung melalui visura
orbitalis inferior dan bermuara ke dalam sinus
kavernosus.

3) Vena tonsil dan palatum.
- Vena palatine eksterna turun dari palatum mole
bergabung dengan pleksus venosus varingeus menembus
m. konstiktor faringeus superior bergabung dengan v.
palatine, v. faring dan v. fasialis.
- Vena ini bermuara ke pleksus venosus faringeus dan
bermuara ke jugularis interna.

4) Vena pada punggung.
- Vena pada punggung memberikan darah dari struktur
punggung membentuk pleksus majemuk yang tersebar
sepanjang kolumna vertebralis dari cranium sampai ke
koksigis.
- Pleksus venosus vertebralis eksternus terletak diluar
kolumna vertebralis dan mengelilinginya.
- Pleksus venosus vertebralis internus terletak didalam
kanalis vertebralis.
- Kedua pleksus ini saling berhubungan dengan vena-vena
leher, toraks, dan pelvis.
- Pada bagian atas berhubungan dengan sinus oksipitalis
dan basilaris dalam kavum kranii.

34

- Pleksus internus bermuara pada vena intervertebralis,
interkostalis, lumbalis dan sakralis.

3. Vena yang bermuara ke vena kava interna
1) Vena torasika interna, bersatu membentuk pembuluh darah
tunggal dan mengalirkan darah ke vena brakhiosefalika.
2) Vena dinding anterior dan lateral abdomen. Darah vena
dikumpulkan ke jalinan vena-vena dari umbilicus dan
dailirkan ke vena aksilaris melalui vena torakalis lateralis
danke bawah vena femoralis melalui vena epigastrika
superfisialis.
- Vena safena magna menghubungkan jalinan vena
melalui umbilicus sepanjang ligamentum terres hepatis
ke vena porta dan membentuk anastomosis vena porta
dengan vena sistemik yang penting.
- Vena epigastrika superior, vena epigastrika inferior, dan
vena sirkum fleksa ileum profundus mengalirkan darah
ke vena iliaka eksterna.
- Vena interkostalis posterior mengalirkan darah ke vena
azigos dan lumbalis mengalirkan darah ke vena kafa
inferior.
3) Vena lambung.
Vena yang mengalirkan darah ke sirkulasi portal vena gastric
sinistra dan vena gastrika dekstra langsung ke vena porta.
Vena gastroepiploika sinistra lalu bermuara ke vena lienalis
dan vena gastroepiploika dekstra bermuara ke vena
mesenterika superior.
4) Vena dinding posterior abdomen. Vena kava inferior
mengalirkan sebagian besar darah dari tubuh di bawah
diafragma ke atrium kanan jantung. Dibentuk oleh persatuan
vena iliaka kommunis dan berjalan ke atas sisi kanan aorta
menembus sentrum tendinium diafragma setinggi vertebrae

35

torasika ke-8, memasukan darahnya ke atrium kanan
jantung, dan menerima cabang dari vena mesenterika
inferior, vena lienalis, vena mesentrika superior, dan vena
porta.
- Vena mesentrika inferior merupakan cabang dari

sirkulasi portal mulai pertengahan anus vena rektalis
superior berjalan ke atas anus bersatu dengan vena
lienalis di belakang pancreas, menerima cabang sesuai
dengan cabang arterinya.
- Vena lienalis : cabang dari sirkulasi portal mulai dari
hilus limpa oleh persatuan vena gastrika dan vena
gastroepiploika berjalan ke kanan dalam ligamentum
lienorenalis berjalan ke belakang pancreas bersatu
dengan vena mesentrikan superior untuk membentuk
vena porta, vena mesenterika inferior dan vena dari
pancreas bermuara pada vena lienalis.
- Vena mesentrika superior merupakan cabang dari
sirkulasi portal, mulai dari perbatasan ileosekalisberjalan
ke atas dinding posterior abdomen dan dalam pangkal
mesenterium usus halus bersatu dengan vena lienalis
untuk membentuk vena porta.
- Vena porta merupakan vena yang penting, panjangnya 5
cm, di bentuk di belakang pancreas oleh persatuan vena
mesenterika superior dan vena lienalis.vena porta
berjalan ke atas dan kanan duodenum dan masuk ke
omentum minus. Sirkulasi portal mulai sebagai pleksus
kapiler dalam organ yang merupakan tempat darah
dialirkan ke luar berakhir dengan pengosongan darahnya
ke dalam siunusoid dalam hati. Vena porta mengalirkan
darah dari pencernaan bagian bawah esophagus sampai
pertengahan atas anus, dari pancreas, kandung empedu,
duktus koledukus, dan limpa.

36

4. Anastomis portal sistemik
1) Sepertiga bawah esophagus. Ramus esofagea dari vena
gastrika sinistra (cabang vena porta) beranastomosis dengan
vena esofagea mengalir ke vena azigos.
2) Pertengahan atas anus vena rektalis superior (cabang vena
porta), mengalirkan darah dari setengah atas anus
beranastomosis dengan vena rektalis media dan inferior
merupakan cabang dari vena iliaka interna dan vena
pudenda.
3) Vena paraumbilikus, menghubungkan cabang kiri vena porta
dengan vena superfisialdi dinding anterior abdomen,
berjalan dalam ligamentumfalsiformi dan ligamentum terres
hepatis.
4) Vena-vena kolon asendens, desendens, duodenum, pancreas,
dan hati (cabang vena porta), beranastomosis dengan vena
renalis, vena lumbalis dan vena frenika.
5) Vena ovarika, berasal dari ovarium setinggi vertebra
lumbalis ke-1 dan mengalirkan darah ke vena kava inferior.

5. Vena dinding pelvis
1) V. Iliaka eksterna, mulai dari belakang ligamentum inguinal
sebagai lanjutan v. Femorlis, berjalan sepanjang sisi media
a. Femoralis bersatu dengan v. Iliaka interna untuk
membentuk v. Iliaka kommunis menerima darah dari v.
Epigastrika inverior dan v. Sirkumfleksa ilium profundus.
2) V. Iliaka interna, terbentuk dari penggabungan cabang-
cabang a. Iliaka interna, v. Vaginalis, dan v.udenda interna

37

yang berjalan ke atas bersatu dengan v. Iliaka eksterna
membentuk v. Iliaka kommunis.
3) V. Sakralis media bermuara pada v. Iliaka kommunis
sinistra.

6. Vena ekstremitas superior
1) Jalinan v. Superfisialis ditemukan pada dorsum manus,
jalinan vena ini mengalir ke atas, dilateral masuk ke
v.sefalika dan bagian medial masuk ke v. Basilika, dan
memutar menuju permukaan anterior lengan bawah. Vena ini
berjalan ke atas menuju lengan atas.
2) V. Sefalika, berakhir dengan menembus fasia profunda pada
trigonum deltoidpektorale dan bermuara pada v.aksilaris.
3) V. Basilika, dari dorsum manus sisi medial lengan bawah
menembus fasia profunda, sekitar pertengahan lengan atas
bercabang v.kubitis medialis yang menghubungkan v.
Basilika dengan v. Sefalika pada fossa kubiti yang bermuara
ke v. Aksilaris.

7. Vena ekstremitas inferior
1) V. Superfisialis tungkai bawah adalah v. Safena magna dan
v. Parva yang berjalan ke atas dengan cabangnya.
2) V. Safena magna mengangkut darah dari ujung medial arkus
venosus dorsalis pedis berjalan naik di depan maleolus
medialis berjalan ke belakang lutut melalui sisi medial paha
pada fasia profunda bergabung dengan v. Femoralis,
berhubungan dengan v. Safena parva berjalan ke belakang
lutut. V. Perforans menghubungkan v. Safena magna dengan
v. Profunda sepanjang sisi medial betis. Pada hiatus safenus
di fasia profunda, v. Safena magna mempunyai cabang tiga,
yaitu:
▪ V. Sirkumfleksa ilium superfisialis,
38

▪ V. Epigastrika superfisialis, dan
▪ V. Pudenda interna superfisialis
3) V. Aksesoria bergabung dengan vena utama dan pada
pertengahan paha bermuara pada v. safena.
4) V. Safena parva. Vena ini banyak memiliki katup, timbul
dari bagian lateral arkus venosus dorsalis pedis, naik ke
belakang maleolus lateralis, menembus fasia profunda,
berjalan di antara m. Gastroknemius bagian bawah fossa
poplitea, dan berakhir dalam v.poplitea. vena ini memiliki
cabang-cabang, yaitu:
▪ V. Kommunikantes dengan profunda pedis dan
▪ Cabang-cabang anastomotik yang bergabung dengan

vena safena magna.
5) Poplitea dibentuk oleh penyatuan vena kommunikantes dari

a.tibialis anterior dan posterior pada batas bawah m.
Popliteus yang terletak pada sisi lateral dan berjalan melalui
lubang m.adduktor magnus menjadi v. Femoralis.
6) Femoralis merupakan lanjutan dari vena poplitea menaiki
paha pada sisi lateral, berakhir pada sisi medial dan
meninggalkan paha berjalan ke belakang ligamentum
inguinal menjadi v. Iliaka eksterna. Vena ini memiliki
cabangcabang,yaitu:
▪ V. Safena magna,
▪ V. Sirkumfleksa, dan
▪ V. Pudenda eksterna.
7) V. Obturatoria menampung cabang-cabang dari a.
Agturatoria dan mencurahkan isinya ke dalam v. Iliaka
interna.

c) Sirkulasi Pembuluh Darah Vena
Darah mengalir melalui pembuluh darah termasuk vena,

karena kegiatan pompa jantung. Meskipun begitu, ternyata vena

39

juga dibantu oleh denyut jantung, Peningkatan intratorak negative
selama respirasi dan kontraksi otot skeletal yang mengompres vena.
Tekanan pada venula adalah 12-18 mmHg. Pada vena yang lebih
besar diluar torak, nilai bisa turun sampai dengan 5,5 mmHg.
Tekanan pada vena besar di pintu masuk atrium kanan (central
venous pressure) rata-rata sebasar4,6 mmHg, tetapi berfluktuasi
tergantung respirasi dan kerja jantung.

Tekanan vena perifer, sebagaimana tekanan arterial,
dipengaruhi oleh gravitasi. Saat aliran darah mengalir dari venula ke
vena besar, kecepatan rataratanya akan meningkat mengingat luas
penampang cross sectional pembuluh berkurang. Pada vena besar,
kecepatan aliran darah hanya seperempat dari aorta, yaitu sekitar 10
cm/s.
a. Pompa Otot

Pada tungkai, vena dikelilingi oleh otot skelet dan kontraksi
otot tersebut selama aktifitas akan mengompresi vena. Selain itu,
pulsasi dari arteri didekatnya juga bisa mengompresi vena. Pada
posisi berdiri dan tenang (tidak ada aktifitas tambahan), tekanan
vena pada ankle adalah 85-90 mmHg. Timbulnya genangan
darah pada vena kaki akan menguranginya pengembaliannya ke
jantung sehingga kardiak outputnya menurun, bahkan bisa
menyebabkan orang pingsan.

Kontraksi ritmik otot tungkai selama berdiri akan menurun
kan tekanan vena menjadi kurang dari 39 mmHg dengan
menggerakkan darah menuju jantung. Pada pasien yang
mengalami vena varises, pergerakan darah tersebut akan
berkurang karena katupnya tidak kompeten. Meskipun begitu,
kontraksi otot tetep menghasilkan pergerakan darah ke jantung
karena resistensi vena yang lebih besar mengarah ke jantung
adalah kurang dari resistensi darah kecil yang jauh dari jantung.

40

b. Efek Aktivitas
Pernapasan pada Pengembalian Vena Adanya aktivitas

pernafasan menyebabkan tekanan dalam rongga dada menjadi 5
mmHg, kurang dari tekanan atmosfer. Sementara itu, saat system
vena mengembalikan darah ke jantung dari bagian bawah tubuh,
darah akan melewati rongga dada dan terekspos dengan tekanan
tersebut. Karena sistem venadari tungkai dan abdomen
mendapatkan tekanan atmosfer normal, terjadilah gradient
tekanan antara vena di dada disebut sebagai respiratory pump.

d. Pembuluh Darah Kapiler
a) Pengertian Pembuluh Darah Kapiler
Pembuluh darah kapiler ialah pembuluh darah terkecil di
tubuh yang menghubungkan arteriola dan venula, dan
memungkinkan pertukaran air, oksigen, karbon dioksida, serta
nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan jaringan di
sekitarnya. Tugas pembuluh darah kapiler adalah mengalirkan
oksigen, zat makanan, hormon dan zat-zat lain yang terkandung
dalam darah dan yang diperlukan untuk hidup ke segenap sel di
seluruh bagian tubuh. Jika jarak sel lebih dari 50 mikrometer
jauhnya dari jalur yang dilalui seutas pembuluh kapiler (1
mikrometer = 1000 milimeter), maka sel itu tak dapat menikmati
layanan yang disediakan oleh pembuluh kapiler tersebut. Dengan
kata lain, sel-sel yang berjarak 50 mikrometer atau lebih jauhnya
dari pembuluh kapiler takkan mendapat jatah „makanan‟, dan akan
mati kelaparan.
Inilah mengapa tubuh manusia diciptakan dengan jaringan
pembuluh darah kapiler yang melingkupi seluruh bagian tubuh.
Manusia sehat memiliki sekitar 5 miliar pembuluh kapiler. Jika
seluruhnya dibentangkan, panjang keseluruhan pembuluh ini akan
mencapai sekitar 950 kilometer. Oleh karena itu, perlu kita

41

mengetahui tentang kapiler,bagaimana struktur, fungsi, proses serta
kelainan yang diakibatkan pecahnya pembuluh kapiler.

b) Sistem Pembuluh Darah Kapiler
Ketebalan atau garis tengah sehelai pembuluh kapiler ini

berkisar antara 3-5 mikrometer, atau 0,003-0,005 milimeter.
Andaikan tebal rambut kita adalah sepersepuluh milimeter, maka
kita perlu membelah sehelai rambut menjadi 20 atau 30 helai searah
panjangnya (sebagaimana kita membelah bambu) untuk
mendapatkan rambut setipis pembuluh kapiler tersebut. Jika jarak
sel lebih dari 50 mikrometer jauhnya dari jalur yang dilalui seutas
pembuluh kapiler (1 mikrometer = seperseribu milimeter), maka sel
itu tak dapat menikmati layanan yang disediakan oleh pembuluh
kapiler tersebut. Dengan kata lain, sel-sel yang berjarak 50
mikrometer atau lebih jauhnya dari pembuluh kapiler takkan
mendapat jatah „makanan‟, dan akan mati kelaparan.

Inilah mengapa tubuh manusia diciptakan dengan jaringan
pembuluh darah kapiler yang melingkupi seluruh bagian tubuh.
Manusia yang sehat memiliki sekitar 5 miliar pembuluh kapiler. Jika
seluruhnya dibentangkan, panjang keseluruhan pembuluh ini akan
mencapai sekitar 950 kilometer. Ini kurang lebih sejauh panjang
pulau Jawa. Pada sejumlah hewan menyusui, terdapat sekitar 3.000
pipa kapiler dalam satu sentimeter persegi jaringan otot. Jika Anda
mampu menggulung sepuluh ribu utas pembuluh kapiler terkecil
dalam tubuh manusia, maka bundelan yang dihasilkan akan setebal
arang pensil(Latif, Irfani. 2009).

Pembuluh darah kapiler adalah Pembuluh darah halus, yang
langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Pada pembuluh darah
kapiler terdapat hubungan antara pembuluh darah arteri dengan
pembuluh darah vena. Pembuluh darah kapiler tersusun atas satu
lapis sel pipih satu lapisan.Semua jaringan tubuh berhubungan
langsung dengan kapiler darah, sehingga proses pertukaran menjadi

42

lebih efisien.Pertukaran material dalam pembuluh darah kapiler ke
sel terjadi melalui mekanisme difusi, dan sistem transport aktif.
Venula merupakan pembuluh darah kapiler dari vena dan arteriola
merupakan pembuluh darah kapiler dari arteri.

Kapiler adalah satu-satunya tempat terjadinya pertukaran zat
antara darah dan jaringan. Kapiler merupakan pembuluh ideal untuk
difusi sesuai Hukum Fick (kecepatan difusi melintasi suatu
membran tergantung pada besar gradien konsentrasi, permeabilitas
membran terhadap zat, luas permukaan membran tempat difusi
berlangsung, berat molekul zat, dan jarak yang harus ditempuh oleh
difusi.

c) Fungsi Pembuluh Darah Kapiler
Pembuluh kapiler mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah:
- Pertukaran zat Oksigen dan zat-zat makanan dimasukkan ke
dalam sel melalui pembuluh kapiler. Zat-zat ini digunakan sel
untuk memperoleh energi dengan cara pembakaran.
- Menghubungkan ujung pembuluh nadi yang terkecil dan
berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh.
- Mengangkut zat-zat sisa pembakaran (oleh pembuluh kapiler
yang berhubungan dengan pembuluh balik.

d) Sistem Pembuluh Darah Kapiler
1. Aliran darah melalui hamparan kapiler
Setiap saat, hanya sekitar 5%-10% kapiler tubuh yang
mengandung darah yang mengalir didalamnya. Akan tetapi,
karena setiap jaringan mempunyai begitu banyak kapiler, maka
setiap bagian tubuh dialiri darah sepanjang waktu. Kapiler dalam
otak, jantung, ginjal dan hati umumnya terisi dengan darah
hingga mencapai kapasitas maksimumnya.
Mekanisme relaksasi dan kontraksinya pembuluh kapiler
bergantung pada otot polos yang dikontrol oleh sinyal saraf dan
43

hormin, mengatur distribusi darah dalam hamparan kapiler.
Dalam satu mekanisme, kontraksi lapisan otot polos dalam
dindingarteriola menyempitkan arteriola sehingga mengurangi
aliran darah yang melaluinya menuju hamparan kapiler. Ketika
lapisan otot tersebut berelaksasi, arteriol berdilatasi, sehingga
memungkinkan darah memasuki kapiler. Dalam mekanisme
yang lain, cincin otot polos yang disebut sfingter prakapiler
karena berada pada pintu masuk hamparan kapiler, berfungsi
mengatur aliran darah antara arteriola dan venula.

Suplai darah ke hamparan kapiler bervariasi sesuai lokasi
karena darah dialirkan dari satu tujuan ke tujuan lain. Setelah
makan, misalnya, arteriola dalam dinding pencernaan akan
mengalami dilatasi, sfingter kapiler berelaksasi, dan saluran
pencernaan menerima banyak aliran darah.

2. Pertukaran zat kapiler
Transfer zat-zat yang sangat penting antara darah dan cairan

intertisisal yang menggenangi sel-sel berlangsung melintasi
dinding endotelium tipis kapiler. Beberapa zat bisa dibawa
melewati sel endotelium dalam bentuk vesikula yang terbentuk
melalui endositosis pada salah satu sisi sel itu dan kemudian
membebaskan isinya melalui eksositosis pada sisi yang
berlawanan: zat-zat yang lain hanya sekedar berdifusi antara
darah dan cairan intertisial. Molekul kecil, seperti oksigen dan
karbondioksida, berdifusi menuruni gradien konsentrasi

44

melewati membran sel-sel endotelium. Difusi dapat juga terjadi
melalui celah antara sel-sel yang bersebelahan. Akan tetapi,
transpor melalui celah tersebut sebagian besar terjadi melalui
aliran masal (bulk flow), yaitu pergerakan cairan akibat adanya
tekanan. Tekanan hidrostatik (tekanan darah) didalam kapiler
mendorong cairan (air dan zat terlarut kecil seperti gula, garam,
oksigen dan urea) melalui celah kapiler. Sel-sel darah yang
tersuspensi dalam darah dan sebagian protein yang terlarut
dalam darah terlalu besar ukurannya untuk bisa melewati
endotelium dengan mudah sehingga masih berada dalam kapiler.

3. Transpor Zat pada Pembuluh Kapiler
Pertukaran antara darah dan jaringan di sekitarnya melalui

dinding kapiler berlangsung melalui:
- Difusi pasif, mengikuti penurunan gradien konsentrasi,

mekanisme primer pertukaran zat-zat terlarut.
- Bulk flow, suatu proses ultrafiltrasi-reabsorpsi.

Pertukaran zat-zat yang terlarut secara individual sebanarnya
sebagian besar terjadi karena difusi pasif. Mekanisme bulk flow
sangat penting dalam mekanisme pengaturan distribusi cairan
ekstraselular. Darah mengalir melewati jaringan pembuluh darah
yang panjang dan rumit. Semakin mendekati ujungnya, garis
tengahnya semakin menyempit, sehingga membentuk pembuluh
darah yang halus (kapiler). Jika darah hendak melewati saluran
yang semakin menyempit di ujungnya tanpa tersumbat atau
terhambat, darah pastilah harus cair (encer). Syarat ini telah
terpenuhi berkat rendahnya tingkat kekentalan air, yang
membentuk 95% bagian dari plasma darah. Menurut profesor
Michael Denton, pakar biologi molekuler Universitas Otago,
Selandia Baru, jika air sedikit saja lebih kental dari yang

45

sekarang, maka sistem peredaran darah akan menjadi sama sekali
tidak berguna.

Sistem kapiler akan bekerja hanya jika cairan yang dipompa
melalui pipapipa penyusunnya mempunyai kekentalan sangat
rendah. Kekentalan rendah itu penting karena laju aliran
berbanding terbalik dengan kekentalan. Dari sini, mudah
dipahami bahwa jika kekentalan air bernilai hanya beberapa kali
lebih tinggi daripada yang sekarang, memompa darah lewat
sebuah pembuluh kapiler akan memerlukan tekanan amat tinggi,
dan hampir semua sistem peredaran akan tidak dapat bekerja.
Jika kekentalan air sedikit saja lebih tinggi dan jika kapiler
terkecil yang digunakan bergaris tengah 10, bukannya 3
mikrometer, maka kapiler-kapiler ini akan harus menempati
semua bagian jaringan otot agar memberikan cukup persediaan
oksigen dan glukosa. Jika ini yang terjadi, maka pastilah
perancangan bentuk-bentuk kehidupan tingkat tinggi akan tidak
mungkin atau sangat dibatasi. Jadi, tampaknya kekentalan air
haruslah mirip seperti yang sekarang ini jika harus berperan
sebagai sarana penyokong kehidupan. Pada kapiler terdapat
spingter prakapiler mengatur aliran darah ke kapiler, dimana:

- Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler
yang bercabang dari pembuluh darah utama membuka dan
darah mengalir ke kapiler.

- Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup
dan aliran darah yang melalui kapiler tersebut akan
berkurang.

B. Sistem Transport Pada Hewan
Fisiologi merupakan suatu mekanisme fungsi dalam tubuh yang

memungkinkan suatu organisme untuk dapat bertaha hidup pada
lingkungan. Berbagai hewan telah mengadaptasikan fisiologisnya terhadap

46

perubahan lingkungan maupun lingkungan asli tempat ia hidup.
Perbandingan adaptasi fisologi pada berbagai hewan merupakan suatu
kajian yang menarik untuk dibahas. Misalnya adaptasi kadal pada
lingkungan dengan kondisi yang berbeda seperti pada daerah empat musim.
Kondisi fisiologis organ katak pada musim panas akan berbeda pada musim
dingin atau bisa dikatakan adapatasi fisiologis temporer. Begitu juga pada
kadal yang habitat aslinya adalah gurun, akan terjadi perubahan fisiologis
secara permanen. Hubungan sebab akibat antara lingkungan dengan kondisi
internal organisme tersebutlah yang mengharuskan organisme tersebut
melakukan adaptasi fisiologis.

Studi fisiologi komparatif khusunya pada vertebrata sangat penting
untuk dipelajari dalam usaha konservasi atau pelestarian fauna. Misalnya
pada spesies yang hampir punah seperti panda, menciptakan lingkungan
dengan kondisi fisiologis yang sesuai dapat membuat panda tersebut
bertahan hidup. Berdasarkan jenis cairan yang diedarkan, sistem peredaran
darah dibedakan menjadi dua macam, yakni sistem peredaran darah dan
sistem limfatik (peredaran getah bening). Berdasarkan cara peredarannya,
sistem sirkulasi ada 2 macam/ yaitu: sistem peredaran darah terbuka pada
limfa, dan sistem peredaran darah tertutup pada darah. Sistem peredaran
darah pada vertebrata berbeda dengan sistem peredaran darah pada
invertebrata dalam hal ada tidaknya pusat koordinasi peredaran. pada
invertebrata dijumpai suatu pusat koordinasi peredaran.

47


Click to View FlipBook Version