PANDUAN PRAKTIKUM
Lapangan dan Laboratorium Tentang
Sedimen
MK. ESTUARIA
MK. EKOLOGI MANGROVE
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian
Universitas Musamus
PRAKATA
Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Panduan Praktikum Lapangan dan
Laboratorium Tentang Sedimen dengan baik.
Panduan Praktikum ini berisikan tentang Sedimen secara umum, estuari dan
juga mangrove serta bagaimana mahasiswa melakukan kegiatan praktikum di
Lapangan maupun kegiatan Praktikum di Laboratorium sesuai dengan prosedur.
Selain itu, dari Panduan Praktikum Lapangan dan Laboratorium Tentang Sedimen
ini mahasiswa dapat mengetahui tata cara penulisan laporan praktikum. Dengan
Panduan Praktikum Lapangan dan Laboratorium Tentang Sedimen ini, semoga
dapat menjadi acuan bagi mahasiswa untuk lebih banyak memanfaatkan
Laboratorium dan mahasiswa mendapatkan ilmu pada saat berkegiatan di
Lapangan..
Panduan ini sangat sederhana dan masih banyak kekurangan. Maka dari
itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
dari semua pihak, sehingga penulis dapat gunakan dalam perbaikan Panduan
Praktikum berikutnya. Untuk itu, terima kasih yang setulus-tulusnya penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga Panduan
Praktikum Lapangan dan Laboratorium Tentang Sedimen ini dapat diselesaikan.
Merauke, 24 Agustus 2022
Jeremias Rumala Tuhumena, S.Kel., M.Si
DAFTAR 1 1.PENDAHULUAN
ISI 1 1.1. LATAR BELAKANG
5 1.2. TUJUAN
7 2.METODOLOGI
7 2.1. PENENTUAN LOKASI
8 2.2. ALAT DAN BAHAN
10 2.3. PROSEDUR PRAKTIKUM LAPANGAN
11 2.4. PROSEDUR PRAKTIKUM LABORATORIUM
SEDIMEN ESTUARI
14 2.5. PROSEDUR PRAKTIKUM LABORATORIUM
SEDIMEN MANGROVE
17 3. LEMBAR KERJA DAN
PELAPORAN
17 3.1. LEMBAR KERJA
17 3.2. PELAPORAN
18 DAFTAR PUSTAKA
19 LAMPIRAN
PENULISAN LAPORAN
Daftar isi di sebuah Panduan
akan membantu Anda
menemukan Materi yang
akan anda pelajari dalam
Panduan ini
DAFTAR 3 1.Lapisan dan Jenis Sedimen
GAMBAR 5 2. Segitiga Tekstur
7 3. Pengambilan Sampel Pada Daerah
Estuari dan Mangrove
9 4. Peralatan Praktikum Lapangan
dan Laboratorium
10 5. Cara Pengggunaan Eckman grab
11 6. Pengambilan Sedimen Mangrove
15 7. Tekstur Sedimen Hasil Perhitungan
Daftar Gambar di sebuah
Panduan akan membantu
Anda menemukan setia[
gambar yang diinginkan
DAFTAR 4 1.Klasifikasi Ukuran Butiran Sedimen
TABEL (Skala Wenworth)
17 2.Ukuran Butiran Sedimen di Daerah
Estuari
17 3.Ukuran Butiran Sedimen di Daerah
Mangrove
Daftar tabel di sebuah
Panduan akan membantu
Anda menemukan setiap
tabel yang ada
1
PENDAHULUAN
"Sedimen"
1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sedimen selain berada di Perairan laut, sungai, sedimen juga berada pada daerah
mangrove yang meliputi kumpulan partikel-partikel organik dan anorganik yang
terakumulasi secara luas di daerah pantai (Kabes, 2003). Hutabarat dan Evans
(2014) membagi sedimen dalam berbagai klasifikasi yaitu sebagai berikut :
Sedimen Lithogenous : Jenis sedimen yang berasal dari sisa-sisa
pengikisan batu-batuan di darat atau berasal dari erosi pantai dan
material hasil erosi daerah up-land
, Sedimen biogenous : berasal dari sisa-sisa rangka organisme hidup
yang membentuk endapan partikel-partikel halusnya dinamakan
ooze. Hutabarat dan Evans (2014) menyebutkan Sedimen ini
digolongkan dalam 2 tipe utama yaitu Calcareous dan siliceous
ooze.
Calcareous ooze dibagi lagi menjadi 2 yaitu Globerigina Ooze dan
Pteropod Ooze.
Tipe Globerigina
a. Globerigina adalah salah satu grup dari organisme yang
bersel tunggal yang dikenal dengan Foraminifera dimana kulitnya
mengandung calsium carbonat. Sisa-sisa mereka membentuk ooze
yang menutupi 35% bagian permukaan dasar laut yang relatif
kebanyakan dijumpai di daerah-daerah panas dunia
b. Pteropod Ooze : Pteropod adalah golongan moluska yang
bersifat sebagai plankton dimana tubuh mereka mempunyai kulit
(shell) yang mengandung zat kapur. Ooze yang terbentuk dari
mereka dan menutupi permukaan dasar laut hanya berjumlah 1%
saja, walaupun kadang-kadang mereka ini sudah bercampur
dengan ooze dari jenis yang lain
Tipe Ciliceous
a. Diatom Ooze : Diatom adalah golongan tumbuh-tumbuhan
yang bersel tunggal yang mempunyai kulit yang mengandung
silica. Ooze yang terbentuk menutupi 9% permukaan dasar laut
b. Radiolaria Ooze : adalah golongan Protozoa bersel satu
dimana bentuk endapannya menutupi 1-2% permukaan dasar laut
1
c. Red clay Ooze : Bentuk ooze ini mempunyai kandungan silica
yang tinggi. Pada saat ini diduga bahwa butiran-butiran halus
ooze yang terdapat di laut dalam berasal dari jenis sedimen
biogenous. Endapan-endapan Red clay ini banyak dijumpai
dibagian Timur Hindia
Sedimen hydrogenous : Jenis partikel dari sedimen golongan ini
sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut dan membentuk partikel
Sedimen Cosmogenous : berasal dari material-material dari
berbegai sumber dan masuk melalui media udara
Menurut Zuhdi (2019) bahwa sedimen berdasarkan pengendapannya dibagi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu Batuan sedimen klastik (dari pecahan batuan
sebelumnya); batuan sedimen kimiawi (dari proses kimia); dan batuan sedimen
organik (pengendapan dari bahan organik). Batuan sedimen juga diklasifikasikan
berdasarkan tenaga alam yang mengangkut yaitu batuan sedimen aerik(udara);
batuan sedimen aquatik (air sungai); baruan sedimen marin (laut); dan batuan
sedimen glastik (gletser). sedimen juga diklasifikasikan berdasarkan tempat
endapannya yaitu batuan sedimen limnik (rawa); batuan sedimen fluvial (sungai);
batuan sedimen marine (laut); dan batuan sedimen teistrik (darat).
Pada penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun
batuan tersebut. penamaan tersebut adalah breksi; konglomerat; batu pasir, batu
lanau, batu lempung (Wenworth, 1992 dalam Zuhdi, 2019)
Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2mm
dengan bentuk butiran yang bersudut
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari
2mm dengan bentuk butiran yang memudar
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2mm sampai
1/16mm
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16mm sampai
1/256mm
Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256mm.
Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat
produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan
kegiatan manusia maupun oleh proses-proses alamiah (Dahuri, 1992 dalam
Rositasari dan Rahayu, 1994).
2
Lapisan Sedimen yang terbentuk sebagai akibat adanya arus Turbidity. Partikel
yang berukuran besar diendapkan ada lapisan bagian bawah, sedangkan yang
lebih kecil diendapkan pada lapisan bagian atas
Gambar 1. Lapisan dan Jenis Sedimen (Sumber : Hutabaran dan Evans, 2014)
Estuari berasal dari bahasa latin aestus, berarti pasang-surut. Rositasari dan
Rahayu (1994) berpendapat muara sungai, teluk-teluk di daerah pesisir, rawa
pasang-surut dan badan air yang terpisah dari laut oleh pantai penghalang
(Baririer beach), merupakan contoh dari sistem perairan estuari. Daerah Estuari
secara geomorfologi terbagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu Estuari yang berupa
rataan tergenang (Drownned river-valley); Estuari bertipe fyord; Estuari dengan
pasir penghalang (bar-built estuaries); dan Estuari yang terbentuk oleh proses
vulkanik (Pritchard, 1967 dalam Rosita dan Rahayu, 1994).
Sedimen yang berada di daerah muara sungai, pesisir pantai maupun daerah
mangrove terjadi akibat sedimentasi pada daerah tersebut yang berhubungan
dengan transport sedimen. Sedimen alami biasanya terdiri dari pasir atau lumpur
dan sebagian besar sedimen di muara terdiri dari kombinasi ukuran butir termasuk
pasir, lanau, lempung, bahkan kerikil (Whitehouse et al. 2000).
Ekosistem mangrove ialah suatu sistem di alam sebagai tempat berlangsungnya
kehidupan yang merefleksikan hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dan
lingkungannya, serta antara mahkluk hidup itu sendiri, berada di wilayah pesisir,
berpengaruh oleh pasang surutnya air laut, serta didominasi oleh spesies pohon
ataupun semak yang khas serta dapat tumbuh di dalam perairan payau/asin
(Santoso, 2000 dalam Rahim dan Baderan, 2017).
3
Penelitian Aini et al. (2016) menemukan jenis mangrove R.mucronata, A.alba,
dan A. marina dipengaruhi langsung oleh tekstur sedimen yaitu silt. Penelitian
yang lain menemukan jenis sedimen Silty Sand berpengaruh terhadap persentase
kehadiran mangrove jenis Rhizophora mucronata, Avicennia alba, dan Sinneratia
alba. Sedimen pada daerah mangrove memiliki peranan sebagai tempat dimana
terdapat konsentrasi bahan organik di sedimen yang berhubungan dengan
kerapatan jenis mangrove (Lestaru et al., 2018).
Informasi tentang butiran sedimen sangat penting diketahui kerena secara
langsung akan mempengaruhi turbiditas air, pada kawasan dengan butiran yang
halus sangat rentan terhadap peningkatan turbiditas yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi produktifitas perairan dan distribusi
ikan (Setiawan, 2013). DItambahkan oleh Hutabarat dan Evans (2014) bahwa
kisaran ukuran Wenworth yang digunakan untuk mengukur partikel-partikel
yang diklasifikasikan mulai dari golongan yang termasuk partikel tanah liat yang
berukuran diameter kurang 0.004 mm sampai kepada boulder (batu berukuran
besar yang berasal dari kikisan arus air) yang mempunyai ukuran diameter 256
mm. Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel,
tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda
Tabel 1. Klasifikasi Ukuran Butiran Sedimen (Skala Wenworth)
(Sumber : Hutabarat dan Evans, 2014)
4
Gambar 2. Segitiga Tekstur (Sumber : generasibiologi.com)
1.2. Tujuan
Pedoman ini digunakan sebagai panduan praktikum dalam melakukan
pengambilan sampel sedimen di lapangan yaitu kawasan Estuari dan Mangrove
serta analisis di Laboratorium. berikut beberapa hal yang perlu diketahui oleh
mahasiswa yatu diantaranya
1.Menentukan Fraksi/tekstur Sedimen di kawasan Estuari dan Mangrove
2.Mengetahui cara pengambilan data lapangan dan laboratorium tentang
sedimen
5
2
Metodologi
- Penentuan Lokasi
- Alat dan Bahan Praktikum
- Prosedur Praktikum
2. METODOLOGI
2.1. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi praktikum ditentukan berdasarkan pembagian kelompok
dimana pada daerah Estuari diambil pada daerah muara sungai (Hambali &
Apriyanti, 2016), dimana lebar muara sungai dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan jumlah kelompok yang ada (Gambar 3b). Pada lokasi mangrove
pengambilan pada 2-3 titik dalam satu lokasi serta melihat jenis mangrove yang
ada di sekitar daerah pengambilan sampel. Contoh penentuan lokasi pengambilan
sampel dapat dilihat pada gambar 3a.
a
b
Gambar 3. a. Pengambilan sampel pada daerah Mangrove; b. Pengambilan
sampel pada daerah Estuari ( Daerah pengambilan sampel) (Sumber
gambar : Google Earth)
7
2.2. 2.2.1. PERALATAN :
Alat &Bahan
1. GPS (Global Positioniing System)
2. Kamera digital
3. Alat Tulis Menulis
4. Sedimen Trap/Eckman grab (Estuari)
5. Sedimen collect (Mangrove)
6. Oven
7. Ayakan (Shieve shaker)
8. Timbangan analitik
9. Gelas piala 500ml
10. Cawan porcelin
11. Plastik wrap
12. Mistar
13. Erlemeyer
14. Tabung gojok 100ml
15. Pipet 10ml
16. Gelas arloji
17. Kompor pemanas
2.2.2. BAHAN :
1.Air
2.H2O2 30%
3. HCl 2N
4. NaOH1N
5. Aquadest
6. Sampel Sedimen
8
GPS PERALATAN
Kamera
Sedimen trap Cawan porcelin
Eckman grab Erlemeyer
Tabung Gojok
Pipet 10 ml
Gelas arloji
Ayakan (Shieve Kompor pemanas
shaker)
Timbangan Sedimen collect
Analitik Desikator
Gelas piala 500ml
Gambar 4. Peralatan Praktikum Lapangan dan Laboratorium (Dari berbagai sumber)
9
2.3. Prosedur Praktikum Lapangan
Standar Operasional Mahasiswa pada saat di Lapangan perlu untuk
mempersiapkna peralatan yang akan digunakan. Selain itu, pada daerah Estuari
mahasiswa perlu menggunakan sepatu boats. Pada daerah Mangrove juga perlu
menggunakan sepatu boats untuk mencegah serangan hewan, menggunakan
lengan pakaian panjang untuk mencegah luka oleh ranting pohon
2.3.1. Prosedur Praktikum Lapangan (Estuari)
1.Persiapan peralatan berupa kamera,
GPS, sedimen trap atau Grabber untuk
daerah Estuari
2.Penentuan lokasi pengambilan sampel
untuk daerah estuari dimana dibagi
kelompok sebanyak 2-3 kelompok
3.Dilakukan pengambilan lokasi
menggunakan GPS untuk mengetahui
titik pengambilan sampel
Gambar 5. Cara Penggunaan Eckman grab
(Sumber : pranataocean.com)
4. Pengambilan gambar untuk setiap kegiatan mulai dari penentuan lokasi sampai
selesai kegiatan praktikum lapangan
5. Pada daerah Estuari Sedimen trap diletakkan dengan jarak 20 cm dari dasar
perairan (Rifardi, 2008) dan dibiarkan selama 1 minggu. Setelah 1 minggu
sedimen trap diangkat dan kemudian di pindahkan sampel sedimen kedalam
plastik sampel yang sudah disediakan
6. Pengambilan sampel sedimen di Estuari dapat juga menggunakan Eckman grab .
7. Sampel dibawa ke Laboratorium Jurusan MSP untuk di analisis lebih lanjut
2.3.2. Prosedur Praktikum Lapangan di Mangrove
1.Persiapan peralatan berupa kamera, GPS, pipa atau Sedimen collect untuk
daerah Mangrove.
2.Penentuan lokasi pengambilan sampel sesuai pada Gambar 3 contoh
pengambilan sampel (daerah dekat perairan, pertengahan dan dekat daratan)
kemudian mengambil titik koordinat.
3.Pada daerah Mangrove sampel diambil menggunakan pipa atau Sedimen
collect dengan kedalaman 20 cm (modifikasi dari Paputungan et al. 2017 ;De
wi et al. 2020 kemudian diputar dan ditarik kepermukaan
4.Apabila didapati sampel membentuk lapisan-lapisan, maka perlu dilakukan
10
pemisahan pada setiap lapisan atau tidak dipisahkan, lalu dimasukkan ke dalam
plastik sampel yang sudah disiapkan. Apabila dilakukan pemisahan setiap
lapisan maka plastik sampel harus disediakan lebih banyak.
7. Kemudian sampel yang sudah didapatkan dibawa ke Laboratorium MSP untuk
dianalisis lebih lanjut
Gambar 6. Pengambilan Sedimen di Mangrove Menggunakan Sediment collect
(Sumber : kesemat.or.id)
2.4. Prosedur Praktikum Laboratorium (Sedimen Estuari)
1.Sampel sedimen dikeringkan dengan bantuan oven dengan suhu 110 derajat
celsius sampai benar-benar kering
2.Setelah kering sampel ditimbang untuk mengukur berat kering dari keseluruhan
sampel
3.Bersihkan mesh dengan menggunakan tissue atau kuas
4.Timbang sampel sedimen yang sudah kering sebanyak 500mg
5.Selah itu sampel dimasukkan ke dalam Mesh bertingkat dan nyalakan Sieve
shaker 15 menit
6.Setelah selesai, sampel pada masing-masing mesh ditimbang untuk mengetahui
berat sampel. perhitungannya menggunakan formula berikut : (Sinulingga et
al., 2017)
contoh soal :
Berat awal sampel : 500gram
Berat sampel di ayakan 1,70mm : 30gram
Berat sampel di ayakan 850 µm : 80gram
Berat sampel di ayakan 600 µm : 200gram
Berat sampel di ayakan 45 µm : 120gram
11
Penyelesaian soal
%berat = 30gram/500gram x 100% = 0,06%
%berat = 80gram/500gramx100% = 0,16%
%berat = 200gram/500gramx100% = 0,4%
%berat = 120gram/500gramx100% = 0,24%
--> sampel yang mendominasi dilihat dari nilai tertinggi dan untuk
ukuran partikel (pada setiap mesh) dilihat pada skala Wentworth
--> sampel yang memiliki %berat lebih tinggi yaitu sampel pada
mesh 600µm, yang termasuk ukuran butiran Coarse sand (pasir
kasar)
7. Sampel yang lolos di Pan digabungkan dengan partikel yang ada di mesh
sebeumnya
8. Setelah itu dilakukan prosedur berikutnya dari Buchanan (1979) dalam
Triapriyasen et al, (2016)
12
2.4.1. Prosedur Pemipetan
1.Sampel sedimen ditimbang dengan alas gelas arloji dengan berat 15 gram
2.Masukkan sampel ke gelas ukur kemudian basuh gelas arloji dan dinding gelas
ukur dengan air untuk mencegah adanya sampel yang tertinggal. Usahakan
percikan air tidak langsung mengenai sampel
3.Tambahkan larutan H2O2 30% sebanyak 10ml dan masukkan kedalam gelas
ukur yang terdapat sampel
4.Sampel ditutup menggunakan gelas arloji dan diamkan selama 24 jam
5.Panaskan sampel di atas pemanas hingga terdispersi atau pecah, setelah itu
sampel diangkat
6.Tambahkan larutan HCl 2 N sebanyak 10ml
7.Kemudian tambahkan air menjadi 150 ml dan diaduk sampi homogen serta
diamkan 1-2 jam
8.Setelah itu tambahkan lagi air menjadi 300 ml dan diaduk dan kemudian
diendapkan
9.Setelah mengendap buang air hingga menjadi 100 ml
10.Pindahkan sampel ke dalam erlemeyer 250ml menggunakan corong. Bilas
dengan air apabila masih ada sampel yang tertinggal digelas ukur dan corong,
dengan volume akhir di Erlemeyer tidak boleh lebih dari 200 ml.
11.Tambahkan NaOH 1 N sebanyak 10 ml ke dalam Erlemeyer, kemudia digojok
sampei homogen
12.Tutup rapat mulut Erlemeyer dengan plastik dan kemudian dishaker selama 15
menit dengan kecepatan 150 rpm
13.Timbang cawan kosong untuk pemipetan 20 ml (b) dan 5 ml (d)
14.Masukkan sampel di Erlemeyer ke Tabung Sedimentasi 1000ml, dan semprot
dengan air setiap sampel yang masih tertinggal di Erlemeyer dan di Dinding
tabung
15.Tambahkan air pada tabung sedimentasi sampai 1000 ml, kemudian cek suhu
untuk mengetahui waktu pemipetan
16.Tutup rapat tabung sedimentasi dengan plastik, kemudian lakukan penggojokan
(tiap kembali ke posisi semua dihitung 1 kali) dan digojok sebanyak 15 kali
17.Lakukan pemipetan pertama dengan jarak 20 cm dari permukaan air sebanyak
25 ml, kemudian letakkan pada cawan porcelin yang telah ditimbang
18.Kemudian oven selama 4 jam dengan suhu 100-110oC
19.Lakukan pemipetan kedua dengan kedalaman 5 cm sebanyak 25 ml, masukkan
dalam cawan dan diletakkan pada oven yang sama
13
20. Setelah itu sampel diangkat dan kemudian dinginkan di dalam Desikator
21. Kemudian timbang cawan porcelin dari pemipetan pertama (c) dan
pemipetan kedua (e)
22. Proses pengerjaan lebih lengkap dapat dilihat pada link :
https://youtu.be/Oq6TGL8cycE
2.5. Prosedur Praktikum Laboratorium (Sedimen Mangrove)
1.Sampel sedimen mangrove yang sudah diada dimasukan 1/2 ukuran gelas 500ml
2.Setelah itu masukkan air sampai hampir penuh gelas ukur 500ml tutup gelas
ukur tersebut dengan plastik wrap untuk mencegah sedimen tumpah pada saat
pengocokan
3.Sampel sedimen dikocok selama 5-15 menit dan diamkan sampel tersebut selama
24 jam
4.Sampel yang sudah didiamkan selama 24 jam kemudian di ukur tinggi total
sedimen menggunakan mistar
5.Kemudian ukur tekstur sampel yang ada karena biasanya terdiri dari pasir, liat
dan lanau
6.Setelah itu hitung persentase masing-masing terkstur, setelah itu masukkan dalam
formula di bawah
7.Setelah persentase didapatkan maka sesuaikan dengan segitiga tekstur untuk
melihat tekstur sedimen (Aini et al. 2016)
8. Sampel yang sudah didapatkan dapat diolah juga menggunakan shieve shaker
untuk melihat ukuran partikel sedimen pada daerah mangrove
contoh soal :
Tinggi pasir dalam Gelas piala memiliki tinggi total 10 cm
Lapisan pasir setinggi 4 cm, Lanau 3,5 cm, dan liat 2,5 cm
> Maka perhitungannya sebagai berikut :
% pasir = 4 cm/10 x 100 = 40 --> Maka % pasir sebesar 40%
% Lanau = 3,5 cm/10 cmx100 = 35 --> maka % lanau sebesar 35%
% Liat = 2,5cm/10cmx100 = 25 --> maka % liat sebesar 25%
> Maka Kesimpulan dari tektur sedimen yaitu "Loam" atau "Lempung"
14
Gambar 7. Tekstur sedimen dari hasil perhitungan
15
3
Lembar Kerja dan
Pelaporan
3. LEMBAR KERJA DAN PELAPORAN
3.1. Lembar Kerja Laboratorium
Lembar kerja diisi oleh setiap kelompok pada pengisian tabel-tabel di bawah ini
berdasarkan kegiatan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium
Tabel 2. Ukuran Butiran Sedimen di Daerah Estuari
Tabel 3. Ukuran Butiran Sedimen di Daerah Mangrove
3.2. Pelaporan
Pelaporan Praktikum Lapangan dan Laboratorium tentang sedimen dibuat setelah
seluruh rangkaian kegiatan praktikum dilaksaakan. Format pelaporan digunakan
sesuai dengan Lampiran. Secara garis besar , hal-hal yang perlu disajikan dalam
laporan mencakup :
1.Nama Lokasi, biofisik lokasi praktikum
2.Titik koordinat lokasi praktikum yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk
kegiatan praktikum selanjutnya
3.Waktu pengambilan sampel di lapangan
4.Keadaan sekitar lokasi. Untuk daerah mangrove dapat melihat jenis pohon yang
tumbuh disekitar lokasi pengambila sampel. Daerah estuari dapat melihat warna
air atau kondisi pasang surut
5.Masukkan hasil yang didapat dilaboratorium pada bagian hasil
6. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Aini, H. R., Suryanto, A., Hendrarto, B. 2016. Hubungan Tekstur Sedimen Dengan Man
grove Di Desa Moho, Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Diponegoro
Journal of Maquares, 5(4): 209-215
Dewi, I. S., Prartono, T., Arman, A., Koropitan, A. F. 2020. Laju Akumulasi Sedimen M
angrove Di Tanjung Batu Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis. 12(2): 327-340
Generasibiologi.com. 2016/03. Teksur Tanah. Diakses pada 20 Agustus 2022, dari gen
erasibiologi.com/2016/03/tekstur-tanah.html
Hambali, R., Apriyanti, Y. 2016. Studi Karakteristik Sedimen Dan Laju Sedimentasi Su
ngai Daerah Kabupaten Bangka Barat. Fropil, 4(2): 165-174.
Hutabarat, S., Evans, S. 2014. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Kabes, Y. 2003. Kajian Kondisi Fisik Lahan Mangrove Bekas Tambak Di Desa Tiwo
ho Kecamatan Wori. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unsrat. 84 hal.
Kesemat.or.id. 11 Februari 2021. Kesemat Lakukan Riset Karbon Mangrove Di Brebes.
Diakses pada : 19 Agustus 2022, dari kesemat.or.id/2021/02/11/kesemat-lakukan-
riset-karbon-mangrove-di-brebes/
Lestaru, A., Saru, A., Lanuru, M. 2018. Konsentrasi Bahan Organik Dalam Sedimen
Dasar Perairan Kaitannya Dengan Kerapatan Dan Penutupan Jenis Mangrove Di
Pulau Pannikiang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. Simposium Nasional
Kelautan dan Perikanan V, 25-36
Paputungan, M. S., Koropitan, A. F., Prartono, T., Lubis, A. A. 2017. Profil Akumulasi Se
dimen Dasar Perairan Kaitannya Dengan Kerapatan Dan Penutupan Jenis
Mangrove Di Pulau Pannikiang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. Simposium
Nasional Kelautan dan Perikanan V, 25-36
Pranataocean.com. Pranata Hidro Oseanografi Survey. Dikunjungi pada 19 Agustus
2022, dari pranataocean.com/?page_id=13
Rahim, S., Baderan, D. W. K. 2017. Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya. Penerbit
DEEPPUBLISH, Yogyakarta.
Rifardi, 2008. Tekstur Sedimen: Sampling dan Analisis. UNRI Press. Pekanbaru
Rositasari, R., Rahayu, S. K. 1994. Sifat-Sifat Estuari Dan Pengelolaannya. Oseana, 19(3)
:21-31
Setiawan, I. 2013. Studi Pendahuluan Klasifikasi Ukuran Butiran Sedimen Di Danau
Laut Tawar Takengan, Kabupaten Aceh Tengah,Provinsi Aceh. Depik, 2(2):92-96
Sinulingga, H. A., Muskananfola, M. R., Rudiyanti, S. 2017. Hubungan Tekstur Sedimen
Dan Bahan Organik Dengan Makrozoobanthos Di Habitat Mangrove Pantai
Tirang Semarang. Journal of Maquares, 6(3): 247-254
Whitehouse, R., Saoulsby, R., Roberts, E., Mitchener, H. 2000. Dynamics Of Estuarine
Muds: A manual for practical applications (First). London Thomas Telford.
Retrivied from http://www.thomastelford.com
Zuhdi, M. 2019. Buku Ajar: Pengantar Geologi. Penerbit Duta Pustaka Ilmu FPMIPA
IKIP Mataram, Nusa Tenggara Barat.
18
Cover
Daftar Isi
BAB 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
BAB 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Estuari (Kelompok Estuari)
2.2. Mangrove (Kelompok Mangrove)
BAB 3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Hasil
3.2. Pembahasan
BAB 4. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran
Lampiran
Penulisan
Laporan
19