E-MODUL
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
SEJARAH INDONESIA KELAS XI
PENYUSUN:
ERNA SETYANINGSIH, S. Pd
SMAK ST ALBERTUS MALANG
2022
DAFTAR ISI 2
3
DAFTAR ISI …………………………………………………... 4
PETA KONSEP ………………………………………………..` 5
GLOSARIUM…………………………………………………. 6
PENDAHULUAN ……………………………………………... 7
PENGANTAR SINGKAT MATERI ………………………… 19
URAIAN MATERI……………………………………………. 21
EVALUASI …………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….
2
PETA KONSEP
Pendudukan Jepang
Latar belakang Sifat pendudukan Pembentukan Organisasi Pada Dampak Pendudukan Respon Bangsa
masuknya Jepang di Jepang dan Sambutan Pemerintahan Militer Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Indonesia
Masyarakat Indonesia
Indonesia dan Sipil Jepang
Politik Perjuangan
Kooperatif
Ekonomi Perjuangan Bawah
Tanah
Sosial Perjuangan Fisik
Budaya
3
GLOSARIUM
1. Autrahkhi: Sistem ekonomi perang. Kebijakan Jepang yang menegaskan bahwa semua
usaha ekonomi yang utama untuk membantu peperangan
2. Gunseibu: koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan
atau semacam gubernur pada masa Jepang 5
3. Gunshirekan: (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan
(panglima tertinggi)
4. Hakko ichiu: Yang bermakna “Delapan Penjuru Dunia di Bawah Satu Atap” yang
dijadikan slogan tentara Jepang untuk mempersatukan berbagai negara di bawah Jepang,
embentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan dan mempersatukan
bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia
5. Heiho: Organisasi militer yang dibentuk Jepang, bertugas pembantu militer, ditempatkan
di medan perang menyatu dengan tentara Jepang. 8
6. Jawa Hokokai: Himpunan Kebaktian (Rakyat) Jawa yang dibentuk Jepang.
7. Kimigayo: Lagu Kebangsaan Jepang
8. Osamu Seirei: Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16.
9. Romusha: Pekerja paksa pada zaman Jepang
10. Seikerei: Tradisi penghormatan kepada dewa Matahari dengan cara membungkukkan
badan (seperti gerakan rukuk bagi orang Islam) ke arah matahari terbit setiap pagi (tradisi
ini sangat ditentang oleh orang Islam, 18. karena menyembah pada matahari)
11. Tirani: Bentuk tindakan atau kekuasaan yang sewenang-wenang
12. Tonarigumi: Setingkat rukun tetangga (RT)
4
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS MODUL
Mata pelajaran: SEJARAH INDONESIA
Kelas/ Semester: XI/ 1
Alokasi Waktu: 2X 45 menit (2 kali
pertemuan)
Judul Modul: PENDUDUKAN JEPANG
DI INDONESIA
B. KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI DASAR
3.5 Menganalisis sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa Indonesia
4.5 Menalar sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa Indonesia dan
menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah
5
C. PENGANTAR SINGKAT MATERI
Gardu pertahanan Belanda yang berhasil direbut Jepang pada Januari 1942(Universal Public
Domain Dedication Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/16/140000079/pertempuran-tarakan-1942--
latar-belakang-kronologi-dan-dampak?page=all.
Mengapa Jepang pertama kali menyerbu Tarakan? Ada apa dengan Tarakan? Pendudukan Jepang
di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara.
Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya membangun suatu imperium di
Asia. Munculnya imperealisme Jepang didorong oleh salah satu faktor yang penting yaitu
keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi di berbagai
bidang. Selain didorong oleh faktor tersebut, imperealisme Jepang didorong pula oleh filsafat
Hakko Ichiu. Pada tahun 1941 Pearl Harbour diserang oleh tentara Jepang sehingga pecahlah
Perang Pasifik. Setelah serangan udara yang dilancarkan secara besarbesaran, maka kekuatan
Amerika Serikat dapat dikalahkan. Pada waktu yang sama Jepang juga dapat menduduki wilayah
Philipina, disusul Singapura dan pada bulan Maret 1942 Jepang menduduki wilayah Indonesia.
Awal tahun 1942 merupakan tahun-tahun penuh pengharapan bagi rakyat Indonesia, sebab rakyat
Indonesia menganggap, bahwa Jepang akan bisa melepaskan penderitaan rakyat dari belenggu
penjajahan Belanda. Di awal tahun 1942 Jepang mulai menduduki wilayah-wilayah di Indonesia,
meski tidak secara serempak. Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia sebenarnya memiliki
maksud mencari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimanfaatkan untuk
memenangkan Perang Asia Timur Raya. Tarakan merupakan salah satu sasaran utama karena
menjadi sumber kilang minyak yang cukup besar bagi Belanda saat itu. Sumber daya alam lainnya
yang dimanfaatkan oleh Jepang diantaranya buah jarak yang minyaknya dapat dijadikan minyak 2
pelumas kendaraan militer, bauksit sebagai bahan dasar pembuatan alumunium yang digunakan
untuk membuat pesawat terbang, minyak bumi sebagai bahan bakar yang digunakan mesin
kendaraan. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pendudukan jepang di Indonesia bacalah
Modul ini hingga selesai hingga akhir!
6
URAIAN MATERI
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
A. Latar belakang dan proses kedatangan Jepang di Indonesia
Latar belakang masuknya Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang di Tarakan dalam perang Tarakan
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Tarakan_(1945)
Keterlibatan Jepang pada Perang Dunia II membawa perubahan besar terhadap arah
politik luar negeri negara tersebut. Hal ini didukung dengan suksesnya program Kaisar Tenno
Meiji untuk mengubah Negara Jepang dalam berbagai aspek dengan program Restorasi Meiji.
Dampaknya adalah perubahan Jepang yang dahulu merupakan negara yang berbasis di sektor
agraris berubah menjadi negara industri. Maka untuk mengimplementasikan segenap
perubahan yang dicapai, Jepang mulai menjadi negara imperialis dengan sasaran negara-
negara di benua Asia. Keinginan Jepang menguasai negara-negara di Asia ini muncul dalam
semboyan Jepang, yaitu "Persemakmuran Asia Timur Raya".
Indonesia tidak luput dari ancaman dan sasaran Jepang untuk dikuasai. Masuknya Jepang ke
Indonesia dan beberapa wilayah lain diawali dengan penyerangan Jepang terhadap pangkalan
Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawai Melalui taktik serangan cepatnya, pada
tanggal 7-8 Desember 1941, Jepang berhasil memporak-porandakan Pearl Harbour dan
menghancurkan enam kapal induk milik Amerika Serikat. Dengan dihancurkannya Pearl
Harbour, maka hancurlah salah satu kekuatan Sekutu yang mengancam Jepang di wilayah
Pasifik.
Jepang masuk ke Indonesia pada bulan Januari 1942 di Tarakan, Kalimantan Utara.
Alasan Jepang menguasai Tarakan adalah untuk memenuhi pasokan minyak yang ada di
7
Tarakan untuk perang yang akan dihadapi Jepang. Setelah berhasil menguasai Tarakan,
Jepang berangsur-angsur menguasai kota Pontianak, Kota Bangun, Samarinda, Banjarmasin,
serta Palembang.
Proses masuknya Jepang ke Indonesia
Serangan Jepang ke Hindia Belanda terjadi pada 11 Januari 1942, dengan pendaratan
pertama di Tarakan (Kalimantan Timur). Pada Februari 1942, Jepang menduduki Pontianak,
Banjarmasin, Makassar, Palembang, dan Bali. Pendudukan Palembang dianggap strategis
karena letaknya di antara Batavia yang merupakan pusat kekuasaan Belanda dan Singapura
yang menjadi wilayah kekuasaan Inggris (baca Historia). Di daerah Jawa, Jepang pertama kali
mendarat di Banten, kemudian Indramayu, Kragan (Rembang dan Tuban), dan Surabaya.
Pada Maret 1942, Jepang menyerang Batavia dan Bandung. Sejak 9 Maret 1942, Indonesia
menjadi daerah kekuasaan Jepang.
Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah menguasai sumber
daya alam, terutama minyak bumi, guna mendukung industri dan kampanye perang Jepang.
Jawa dirancang sebagai pusat seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai
sumber minyak utama. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer dan Jenderal Hein ter Poorten tidak berdaya menghadapi serbuan kilat Jepang.
Belanda pun menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942
kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura (Jepang).
B. Sifat pendudukan Jepang dan sambutan rakyat Indonesia
Sifat Pendudukan Jepang di Indonesia terkait dengan kepentingan Jepang, kepentingan
tersebut mempengaruhi cara pendekatan yang dilakukan, di awal pendudukan, Jepang
cenderung bersifat lunak demi mudah diterimanya oleh masyarakat Indonesia. Keuntungan
bersikap lunak, Jepangt idak perlu membutuhkan banyak tenaga untuk menghadapi perang di
daerah jajahan. Namun seiring berjalannya waktu mengalami perubahan beriut perubahan di
awal dan akhir
1. Awal Jepang Berkuasa di Indonesia
Pada masa pendudukan awal Jepang di Indonesia, sifat pendudukannya di antaranya:
Jepang bersifat ramah dan bersahabat erhadap penduduk Indonesia
Jepang tidak membedakan penduduk Indonesia, baik dari suku, adat istiadat, agama,
ras, dan lain sebagainya.
Jepang memeprlihatkan kepedulian dan banyak membantu penduduk Indonesia.
Kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia.
Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan dari
kekuasaan Belanda. Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-
selamat datang). Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-
propaganda untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio
Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera
yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang
Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan
Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk
8
membelinya. Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku
Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan
berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya.
Setelah Jepang Menguasai Indonesia:
Jepang mulai melakukan paksaan terhadap penduduk Indonesia.
Tidak menghormati perempuan-perempuan di Indonesia.
Tidak mementingkan kondisi penduduk Indonesia dan lebih mementingkan perang
Asia Pasifik.
Otoriter dan menerapkan sistem pemerintahan militer bagi penduduk Indonesia.
Jepang seringkali mengawasi perkumpulan yang dilakukan oleh penduduk
Indonesia.
Tanggapan Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional Indonesia
Kedatangan Jepang pada awalnya disambut baik oleh para tokoh nasional kita, seperti
Sukarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Sebagian tokoh pergerakan, seperti Sam Ratulangi,
M. H. Tamrin, dan Soetardjo, bersikap hati-hati akan gerakan ekspansionisme Jepang karena
adanya unsur fasisme di dalamnya. Meskipun demikian, secara umum ada perasaan optimisme
bahwa kedatangan Jepang akan segera membawa kemerdekaan. Ada lima alasan yang
melandasi perasaan optimis itu, yaitu sebagai berikut.
a. Menyerahkan Belanda kepada Jepang dianggap sebagai akhir dari penjajahan Belanda dan
dimulainya era baru ketika bangsa-bangsa Asia yang dipelopori Jepang dapat berdiri di
atas kakinya sendiri. Keyakinan itu bertambah kuat ketika Jepang memperkenalkan diri
sebagai saudara tua (hakko ichiu) bangsa-bangsa Asia serta mengkumandangkan
propaganda Gerakan Tiga A pada 29 April 1942, uaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini bahkan diketuai oleh salah
seorang tokoh pergerakan nasional yaitu Mr. Syamsuddin.
b. Jepang berjanji, jika Perang Pasifik dimenangi, bangsa-bangsa Asia akan mendapatkan
kemerdekaan. Jepang juga berjanji menciptakan kemakmuran bersama di antar bangsa-
bangsa Asia.
c. Sejak awal kedatangannya, Jepang telah membecirakan tentang kemerdekaan yang akan
diberikan secara bertahap kepada bangsa-bangsa Asia. Hal ini membuat para tokoh
Indonesia bersedia berkerja sama dengan pemerintah Jepang.
d. Jepang bersikap simpatik terhadap aktivitas pergerakan nasional, misalnya dengan
membebaskan secara bertahap para tokoh yang ditahan dan dibuang oleh Pemerintah
Hindia-Belanda.
e. Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti melakukan ibadah,
mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang, menggunakan
bahasa Indonesia, serta menyanyikan lagu kebangsaat “Indonesia Raya” bersama lagu
kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
9
Rakyat Indonesia awalnya tidak sadar bahwa mereka hanya diperalat untuk mendukung
industrialisasi Jepang serta melancarkan imperealisnya, yaitu meraih kemenangan dalam
Perang Asia Timur Raya.
C. Pembentukan Pemerintahan militer dan sipil
a. Pemerintahan militer
Setelah menguasai Indonesia, pemerintah pendudukan Jepang kemudian membagi
Indonesia menjadi tiga daerah militer yang masing-masing dikendalikan oleh Angkatan Darat
(Rikugun) dan Angkatan Laut (Kaigun). Ketiga wilayah militer itu berada komando panglima
besar tentara Jepang untuk wilayah Asia Tenggara yang berkedudukan di Saigon (Vietnam).
Keyiga daerah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Daerah Jawa dan Madura berpusat di Batavia yang berada di bawah kendali Kaigun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Melayu berpusat di Singapura yang berada di bawah
kendali Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berada di bawah
kendali Kaigun.
Selain membagi Indonesia dalam tiga wilayah militer, Jepang juga mengangkat
beberapa tokoh politik Indonesia masuk ke dalam struktur pemerintah Jepang. Mereka adalah
Hussein Djajadiningrat, Sutardjo Kartohadikusumo, R.M. Soerjo, dan Prof. Soepomo. Selain
untuk memenuhi kebutuhan akan pegawai, pengangkatan mereka terutama dimaksudkan untuk
menarik simpati rakyat Indonesia. Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu
tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia,
baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat
pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal
ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-
16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut:
a. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan
yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
b. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui
kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah
untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan
militer Jepang.
Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut.
1) Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan
(panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama
dijabat oleh Jenderal Hitoshi
2) Gunseikan (kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf.
Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor
pusat pemerintahan militer ini disebut Gun seikanbu. Di lingkungan Gun
seikanbu ini terdapat empat bu (semacam departemen) dan ditambah satu bu
lagi, sehingga menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut.
10
1) Somobu (Departemen Dalam Negeri) 2) Zaimubu (Departemen Keuangan)
3) Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan) atau
urusan Perekonomian 4) Kotsubu (Departemen Lalu Lintas) 5) Shihobu
(Departemen Kehakiman)
3) Gunseibu (koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan
keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:
Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua daerah istimewa (Kochi) yakni Yogyakarta dan
Surakarta.
4. Pembentukan Pemerintahan Sipil
Selain pemerintahan militer Jepang juga membentuk pemerintahan sipil untuk
medukung jalannya pemerintahan Jepang di Indonesia. Pemerintahan militer berusaha
meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27
tentang
aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang
pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan
dilengkapi dengan
pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi
adalah shu
(karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi
Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken
(kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan), dan ku (desa/kelurahan). Seluruh
Pulau
Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. Kota mana saja ya yang dsbut sebagi Shi
pada masa pendudukan Jepang ini?
Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki
kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif
dan
eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo
(Majelis
Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian), yakni
Naiseibu
(bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian
kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang
dianggap
memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra
(otonomi). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan
kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan.
Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah
pimpinan Tokubetu shico. Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada
masa sekarang ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan
11
oleh pemerintah Jepang untuk mengawasi gerakgerik rakyat agar dapat dipantau oleh
pemerintah Jepang.
D. Organisasi pada masa pendudukan Jepang
Selama masa pendudukan Jepang, bangsa Indonesia dilarang membentuk organisasi sendiri.
Seluruh organisasi pergerakan yang muncul zaman Belanda dibubarkan oleh Jepang. Sebagai
gantinya, Jepang sendiri membentuk organisasi-organisasi bagi rakyat Indonesia dengan
maksud dipersiapkan untuk membantu Jepang. Organisasi-organisasi ini pada akhirnya
berbalik melawan Jepang.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A merupakan organisasi propaganda untuk kepentingan perang Jepang.
Organisasi ini berdiri pada bulan April 1942. Pimpinannya adalah Mr. Sjamsuddin.
Tujuan berdirinya Gerakan Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela menyumbangkan
tenaga bagi perang Jepang. Semboyannya adalah Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin
Asia, Nippon pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda
Asia Raya yang dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan
propaganda, diterbitkan surat kabar Asia Raya. Setelah kedok organisasi ini diketahui,
rakyat kehilangan simpati dan meninggalkan organisasi tersebut. Pada tanggal 20
November 1942, organisasi ini dibubarkan. Hal ini dikarenakan anggotanya berjumlah
sedikit.
b. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan lahirnya gerakan baru yang disebut Pusat
Tenaga Rakyat atau Putera. Pemimpinnya adalah empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno,
Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur. Tujuan Putera menurut versi Ir.
Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala sesuatu yang telah
dirobohkan oleh imperialisme Belanda. Adapun tujuan bagi Jepang adalah untuk
memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha
perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan sebelas macam kegiatan yang harus
dilakukan sebagaimana tercantum dalam peraturan dasarnya. Di antaranya yang
terpenting adalah memengaruhi rakyat supaya kuat rasa tanggung jawabnya untuk
menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda, mengambil bagian dalam
mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa persaudaraan antara Indonesia dan Jepang,
serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran bahasa Jepang. Di samping itu, Putera juga
mempunyai tugas di bidang sosial-ekonomi. Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para
kaum nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan
pikirannya guna membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur
Raya. Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan
kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan
mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.
12
c. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)
Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini
diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar belakang
dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih bermanfaat bagi
pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang merancang
pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan masyarakat, termasuk
golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan oleh Panglima Tentara
Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada. Sebelum mendirikan Jawa Hokokai,
pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu meminta pendapat empat serangkai. Alasan
yang diajukan adalah semakin hebatnya Perang Asia Timur Raya sehingga Jepang perlu
membentuk organisasi baru untuk lebih menggiatkan dan mempersatukan segala
kekuatan rakyat. Dasar organisasi ini adalah pengorbanan dalam hokoseiskin (semangat
kebaktian) yang meliputi pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bakti. Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai
organisasi resmi pemerintah.. Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang
berusia minimal 14 tahun, bangsa Jepang yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang
dari berbagai kelompok profesi. Jawa Hokokai merupakan pelaksana utama usaha
pengerahan barang-barang dan padi.
d. Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI)
MIAI merupakan organisasi yang berdiri pada masa penjajahan Belanda, tepatnya
pada tahun 1937 di Surabaya. Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan kawan-kawan.
Organisasi ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan
gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal (sebagai baitulmal) serta
penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun demikian, pengaruhnya yang besar
menyebabkan Jepang merasa perlu untuk membatasi ruang gerak MIAI.
e. Organisasi Militer dan semi militer
Di bidang militer, Jepang menyadari perlunya dukungan penduduk dari daerah yang
diduduki karena situasi Perang Pasifik tahun 1943 mulai berubah. Jepang mulai membentuk
kesatuan kesatuan semimiliter dan militer untuk dididik dan dilatih guna membantu Jepang
menghadapi Sekutu.
Organisasi Militer Bentukan Jepang
1. Heiho
Heiho atau tentara pembantu merupakan salah satu organisasi militer yang dibentuk pada
tahun 1942. Heiho dibentuk untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti menjaga
kamp pertahanan, membantu tentara Jepang dalam berperang, dan membantu
pembangunan kubu pertahanan. Seiring berjalannya waktu, anggota Heiho diberikan
senjata. Anggota Heiho merupakan pemuda dengan umur 18 hingga 25 tahun. Organisasi
Heiho terbagi menjadi pasukan Laut, Darat, dan Kempeitei (polisi). Heiho kemudian
dibubarkan pada tahun 1945 dan dileburkan ke dalam BKR
2. Peta
13
Pembela Tanah Air atau disingkat dengan Peta dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943.
Pembentukan Peta merupakan usulan Gatot Mangkoepradja yang mengirim surat kepada
pemimpin militer tertinggi Jepang (Gunseikan) di Jakarta. Surat tersebut berisi
permohonan dibentuknya pasukan berisi pemuda Indonesia untuk membela tanah air dari
pasukan sekutu. Berbeda dengan Heiho, Peta memiliki tugas untuk menjadi pertahanan
rakyat Indonesia dari serangan sekutu dalam perang Asia Timur Raya. Setelah Jepang
kalah dalam PD II, Peta dibubarkan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh Nagano Yuichiro
yang pada saat itu menjabat sebagai panglima terakhir ke-16.
Organisasi Semi Militer antara lain:
1. Seinendan (Barisan Pemuda)
Seinendan dibentuk pada 9 Maret 1943. Anggota terdiri atas para pemuda yang berumur
14 sampai 22 tahun. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan para pemuda Indonesia
untuk membantu tentara Jepang dalam menghadapi Sekutu dalam Perang Asia Timur
Raya (Perang Pasifik).
2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Anggota Keibodan terdiri atas pemuda berusia 23 sampai 25 tahun yang dibentuk pada
29 April 1943. Barisan ini di Sumatera disebut Bogodan, di Kalimantan disebut Borneo
Konen Hokukudan. Tujuan utamanya adalah agar dapat membantu tugas–tugas polisi
Jepang. Organisasi Keibodan berada di bawah pengawasan polisi Jepang secara ketat
agar anggotanya tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis.
3. Jawa Hokokai ( Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah yang didirikan pada 1 Maret 1994
dengan tujuan mempersiapkan sebagai gerakan total dalam menghadapi serangan sekutu.
Tugas pokoknya adalah mengumpulkan dana, bahan pangan, dan besi–besi tua untuk
keperluan perang.
4. Suisyintai (Barisan Pelopor)
Suisyintai merupakan bagian dari Jawa Hokokai, dibentuk pada 25 September 1944.
Tujuannya adalah meningkatkan kesiapsiagaan rakyat untuk bertahan total bila diserang
Sekutu. Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor” ini dipimpin oleh seorang nasionalis,
yakni Ir. Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran
Martoatmojo .
5. Fujinkai (Barisan Wanita)
Fujinkai dibentuk pada Agustus 1943, anggotanya adalah wanita berusia 15 tahun ke atas.
Tujuannya untuk membantu tentara Jepang dalam perang dan bertugas di garis belakang
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Ketika situasi perang
semakin buruk, Fujinkai juga diberi latihan militer sederhana agar dapat membantu
perang, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi”.
6. Hizbullah
14
Didirikan pada 15 Desember 1944, beranggotakan pasukan sukarelawan pemuda Islam
yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam Bahasa Jepang disebut Kaikyo
Seinen Teishinti. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan
wakilnya adalah Moh. Roem. Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada di
bawah naungan Masyumi.
E. Respon Bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang
Masyarakat Indonesia mulai menyadari bahwa pendudukan Jepang tidak jauh berbeda
dengan penjajahan Belanda. Segala kebijakan yang diterapkan oleh Jepang semata-mata
hanya untuk mendukung kebutuhan perangnya dalam Perang Pasifik Menanggapi situasi
demikian, maka rakyat Indonesia menentang pendudukan Jepang dengan melakukan
perlawanan. Respon Bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang dilakukan dengan
berbagai bentuk perjuangan diantaranya: cara-cara kooperatif, perjuangan illegal/bawah tanah,
perjuangan fisik/konfrontasi. Berikut penjelasannya:
a. Perjuangan dengan Cara Kooperatif
Lembaga-lembaga yang berjuang dengan cara kooperatif adalah lembaga-lembaga yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang. Salah satu lembaga tersebut adalah Putera yang di
dalamnya terdapat tokoh-tokoh seperti Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.
H. Mas Mansyur. Melalui Putera, tokoh-tokoh tersebut berusaha membangkitkan kembali
nasionalisme bangsa Indonesia yang sempat redup. Hal tersebut dilakukan dengan
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dan rapat rapat melalui media massa milik
Jepang. Selain Putera, lembaga lainnya yang dibentuk Jepang dan berjuang dengan cara
kooperatif adalah Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), dan
Fujinkai (Barisan Wanita).
b. Perjuangan Illegal/Bawah Tanah
Selain perjuangan dengan kooperatif, beberapa tokoh juga memilih perjuangan gerakan
bawah tanah Gerakan ini disebut gerakan bawah tanah sebab sifat gerakannya tertutup
dan rahasia. Gerakan ini dilakukan oleh tokoh-tokoh yang bekerja pada pemerintahan
Jepang, namun secara diam-diam menyusun gerakan untuk merumuskan kemerdekaan
Indonesia. Kelompok-kelompok yang melakukan gerakan bawah tanah adalah sebagai
berikut.
1) Kelompok Sukarni Kelompok gerakan yang dipimpin Sukarni terdiri dari
beberapa tokoh seperti Adam Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto
Nitimiharjo. Kelompok ini bertujuan untuk mengajak pemuda untuk berjuang
meraih kemerdekaan. Untuk mewujudkan hal tersebut, kelompok ini menghimpun
pemuda-pemuda berjiwa revolusioner, mengungkap kebohongan-kebohongan
Jepang, serta menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan. Untuk menghimpun
pemuda-pemuda ke dalam kelompok ini, Sukarni membentuk asrama Angkatan
Baru Indonesia. Kegiatan di asrama tersebut adalah pendidikan pengetahuan
umum dan keadaan politik Indonesia oleh Sukarno, Hatta, Sunarya, dan Ahmad
Subarjo.
15
2) Kelompok Ahmad Subarjo Ahmad Subarjo merupakan kepala biro riset Kaigun di
Jakarta. Sambil menekuni jabatan tersebut, ia melakukan gerakan bawah tanah.
Sama seperti kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo juga memiliki tujuan
yang sama, yaitu menanamkan semangat nasionalisme bagi para pemuda. Ia juga
mendirikan asrama pelatihan bernama Asrama Indonesia Merdeka.
3) Kelompok Sutan Syahrir
Syahrir merupakan salah satu tokoh yang benar-benar anti terhadap Jepang. la
sama sekali tidak menjalin kerja sama dengan Jepang dalam perjuangannya, sebab
ia yakin bahwa Jepang akan mengalami kekalahan dalam perang. Orang-orang
yang tergabung dalam kelompok Syahrir adalah kader-kader PNI yang progresif.
Ketika mendengar berita kekalahan Jepang, Syahrir mendesak Sukarno dan Hatta
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
4) Kelompok Pemuda
Kelompok Pemuda yang melakukan gerakan bawah tanah adalah pemuda yang
terhimpun dalam asrama Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan pemuda
yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan Perwakilan Indonesia (Baperpi).
Kedua kelompok pelajar tersebut berada di bawah ikatan organisasi Persatuan
Mahasiswa. Meskipun mereka mendapat perhatian khusus pada pemerintahan
Jepang, namun para pelajar menyadari bahwa pendudukan Jepang tidak jauh
berbeda dengan penjajahan Belanda.
c. Perjuangan Fisik/Perlawanan Bersenjata
Selain perlawanan yang dilakukan dengan cara kooperatif dan gerakan bawah tanah,
rakyat Indonesia di berbagai wilayah juga melakukan perlawanan bersenjata.
1) Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya
Perlawanan rakyat di Tasikmalaya ini diawali oleh adanya penolakan santri-santri
Pondok Pesantren Sukamanah Singaparna pimpinan K.H. Zaenal Mustafa untuk melakukan
seikerei-memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan
dalam-dalam ke arah bendera Jepang yang berlambang matahari terbit. Bangsa Jepang
memiliki kepercayaan bahwa kaisar mereka adalah putera dewa matahari yang mereka sebut
dengan Amaterasu Omikami.
Bendera Hinamaru mempunyai lambang matahari, yang harus dihormati. Siapa saja
yang menolak melakukannya dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan karena itu tentara
Jepang tidak segan-segan memberi hukuman yang berat. Kewajiban seikerei ini jelas
menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik, yaitu
menyekutukan Tuhan. Selain karena alasan itu, penderitaan rakyat akibat kerja paksa (romusa)
juga mendorong K. H. Zaenal Mustafa melakukan perlawanan.
Pada 25 Februari 1944. K.H. Zaenal Mustafa memimpin para santrinya untuk
melakukan perlawanan. Namun, karma kekuatannya tidak seimbang, perlawanan ini dapat
ditumpas Jepang. Banyak pengikut K.H. Zaenal Mustafa tewas. KH. Zaenal Mustafa ditangkap
dan pada 25 Oktober 1944 ia bersama para pengikutnya yang tertangkap dijatuhi hukuman
mati.
16
2) Perlawanan Rakyat Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi kerja paksa atau romusa yang
telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pada April 1944, mereka melakukan perlawanan di Karangampel. Perlawanan yang
sama dilakukan oleh rakyat yang tinggal di Cidemper dan Lohbener. Karena sifatnya spontan,
perlawanan ini mudah dihentikan oleh tentara Jepang.
3) Perlawanan Rakyat Aceh
Di bawah pimpinan seorang guru mengaji bernama Tengku Abdul Jalil, rakyat Aceh
melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang di Cot Plieng. Perlawanan yang terjadi pada
tanggal 10 November 1942 berawal dari tindakan yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh
pemerintah pendudukan Jepang. Usaha perundingan telah dilakukan, namun gagal. Jepang
kemudian menyerang Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil kemudian ditembak bersama para
pengikutnya ketika mencoba melarikan diri dari kepungan Jepang. Dikabarkan bahwa
perlawanan ini menewaskan 90 tentara Jepang dan 3.000 rakyat Cot Plieng.
Perlawanan lain yang terjadi di Aceh juga dilakukan oleh anggota Giyugun bernama
Teuku Hamid. Perlawanan berakhir dengan menyerahnya Teuku Hamid. la menyerah karena
Jepang mengancam akan membunuh seluruh keluarganya jika tidak mau menyerah.
4) Perlawanan Peta di Blitar
Pembela Tanah Air (Peta), sebuah organisasi militer bentukan Jepang, melakukan
perlawanan karena persoalan pengumpulan padi, romusa, dan Heiho yang dilakukan secara
paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Alasan lainnya, para pelatih militer Jepang bersikap
angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia.
Perlawanan Peta berlangsung di Kota Blitar yang dimulai pada 14 Februari 1945 di
bawah pimpinan seorang komandan peleton bernama Supriyadi. Perlawanan rakyat bersama
Peta ini termasuk perlawanan yang terbesar dalam sejarah pemerintah pendudukan Jepang.
Meskipun perlawanan dapat dipatahkan dan para pemimpinnya ditangkap, dilucuti, dan
kemudian dihukum mati, pemberontakan Peta membangkitkan semangat bangsa Indonesia
untuk segera melepaskan diri dari penindasan dan penjajahan Jepang. Supriyadi sendiri, setelah
perlawanannya dipatahkan, tidak diketahui lagi keberadaannya setelah itu.
F. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Masa pendudukan Jepang atas Indonesia membawa dampak yang sangat luas terhadap
kehidupan politik, ekonomi dan sosial-budaya bangsa Indonesia.
1. Bidang Politik
Sejak berkuasa di Indonesia, pemerintah pendudukan Jepang kemudian membubarkan
semua kegiatan kemasyarakatan, seperti organisasi politik, organisasi sosial, maupun
organisasi keagamaan, dan menggantinya dengan organisasi-organisasi bentukan Jepang.
Satu-satunya organisasi masyarakat yang tidak dibubarkan adalah Majelis Islam A’la
Indonesia (MIAI), yang telah berdiri sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. Organisasi ini
mendapat simpati masyarakat sehingga berkembang dengan cepat. Namun, karena khawatir
17
membahayakan kepentingannya, Jepang kemudian membubarkannya pada tahun 1943 dan
menggantinya dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan K.H. Hasyim
Asy’ari sebagai pimpinannya.
Jepang juga melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik para tokoh
pergerakan, terutama yang bersikap nonkooperatif terhadap Jepang, melalui polisi rahasia
mereka yang disebut dengan Kempitai. Polisi rahasia ini juga disebarkan ke tengah-tengah
rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Jepang menginterogasi, menangkap, dan bahkan
menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang
tanpa proses pengadilan. Penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, sebagaimana sangat
ditekankan pada masa sekarang ini, nyaris tidak berlaku pada zaman Jepang. Dalam rangka
lebih menarik simpati bangsa Indonesia, pemerintah Jepang melakukan hal-hal sebagai
berikut.
a. Mendorong penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan melarang
penggunaan bahasa Belanda.
b. Membentuk kerja sama dengan para tokoh nasionalis dengan membentuk Gerakan Tiga A,
dengan menunjuk Mr. Syamsuddin sebagai ketuanya. Tujuan gerakan ini adalah menarik
simpati rakyat Indonesia agar bersedia membantu perjuangan Jepang menghadapi Amerika
Serikat dan sekutu-sekutunya.
c. Membentuk kembali organisasi masyarakat yang disebut dengan Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) dan menunjuk empat serangkai, yaitu Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara,
dan K.H. Mas Mansyur sebagai pemimpinnya. Tujuan organisasi ini adalah memusatkan
segala potensi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang melawan tentara Sekutu. Akan
tetapi, oleh para tokoh bangsa Indonesia, organisasi bentukan Jepang ini digunakan untuk
membangun dan membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia yang sempat luntur
karena tekanan yang kuat dari pemerintahan kolonal Hindia Belanda. Setelah melihat
bahwa Putera ternyata lebih bermanfaat bagi kepentingan bangsa Indonesia daripada
kepentingan Jepang, Jepang kemudian membubarkan Putera.
d. Membentuk Badan Pertimbangan Pusat yang disebut dengan Chuo Sangi In pada 1
Agustus 1943. Badan ini bertugas memberikan saran-saran dan tindakan yang perlu
diambil oleh pemerintah Jepang serta menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait masalah-
masalah politik. Badan ini dipimpin oleh Sukarno dengan 43 anggota yang semuanya
berasal dari Indonesia.
e. Mendirikan Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) pada tahun 1944. Berbeda dengan
organisasi yang lain, organisasi ini dipimpin oleh seorang gunseikan atau seorang kepala
pemerintahan karena merupakan organisasi resmi pemerintah.
Kata “kebaktian” mengandung arti:
siap mengorbankan diri,
mempertebal rasa persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bukti.
Jawa Hokokai mengalami nasib serupa dengan organisa yang terdahulu: tidak
mendapat sambutan yang diinginkan, terutama di luar Pulau Jawa.
18
2. Bidang Ekonomi
Dampak pendudukan Jepang dalam bidang ekonom tidak berbeda dengan negara-
negara imperialis lainnya. Dengan adanya semboyan “Negara Makmur, Militer Kuat”, Jepang
bermaksud menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis bagi kepentingan militer sekaligus
industri-industrinya. Untuk itu, Jepang mengendalikan sepenuhnya seluruh aktivitas
perekonomian. Terjadi eksploitasi segala sumber daya, seperti sandang, pangan, logam, dan
minyak demi kepentingan perang. Hal itu tampak dalam hal-hal berikut ini.
Menyita aset-aset ekonomi yang penting. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan
(teh, kopi, karet, tebu), pabrik, bank, dan perusahaan-perusahaan yang penting. Banyak lahan
pertanian yang terbengkelai karena kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang.
Hal itu menjadi penyebab terjadinya krisis pangan, kemiskinan, serta kelaparan di kalangan
rakyat.
Melakukan pengawasan yang ketat dalam bidang ekonomi. Jepang juga
menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat
berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan
barang. Pengendalian harga dimaksudkan untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Kebijakan self-sufficiency. Agar tidak memberi beban kepada pemerintah, Jepang
menerapkan kebijakan self sufficiency. Maksud dari kebijakan ini adalah wilayah-wilayah yang
berada di bawah kekuasaannya harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dampak negatif
kebijakan ini adalah terputusnya hubungan ekonomi antardaerah.
Setoran wajib, romusa, merosotnya produksi pangan, dan kelaparan. Pada tahun
1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak sehingga tuntutan akan kebutuhan
bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya, pemerintah Jepang mengadakan
kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai
dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah. Jepang
mengharuskan rakyat untuk menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk
lumbung desa, dan hanya 40% menjadi hak pemiliknya.
Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun,
kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah hampir di setiap desa di Pulau Jawa. Di
Wonosobo (Jawa Tengah), misalnya, angka kematian 53,7%, dan Purworejo (Jawa Tengah)
mencapai 224,7%. Kondisi tersebut membuat sebagian rakyat terpaksa makan makanan yang
tidak biasa, seperti keladi gatal, bekicot, dan umbi-umbian hutan.
Hal itu diperparah dengan kewajiban kerja paksa (romusa) bagi banyak tenaga kerja
usia produktif, yang mengakibatkan produksi pangan, terutama beras merosot drastis.
Kemiskinan pun merebak di mana-mana. Penyakit akibat kekurangan makanan, seperti beri-
beri dan busung lapar merajalela. Selain pangan, banyak warga juga mengalami kekurangan
sandang. Selain itu, dicetaknya uang secara besar-besaran membuat inflasi menjadi tak
terkendali. Sendi-sendi kehidupan rakyat benar-benar lumpuh.
Untuk mengatasi situasi ini, Jepang mendirikan kumiyai, yaitu koperasi yang bertujuan
untuk kepentingan bersama, dan juga memperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yang
disebut line system, yaitu sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien, yang bertujuan
meningkatkan produksi pangan. Namun, nyatanya perekonomian rakyat Indonesia tetap buruk.
19
3. Bidang Sosial
Romusha. Selain perekonomian rakyat habis digunakan untuk kepentingan perang,
pengerahan tenaga kerja melalui romusa semakin menyebabkan sawah-sawah dan tanah-tanah
pertanian kehilangan tenaga potensialnya. Mereka dimobilisasi tidak saja untuk bekerja
membangun sarana-sarana perang yang ada di Indonesia, tetapi juga dikerjapaksakan di luar
negeri, seperti di Burma, Muangthai (Thailand), Vietnam, dan Malaysia. Perlakuan terhadap
para romusa sangat buruk. Banyak dari mereka tidak kembali lagi ke kampung halamannya
karena meninggal dunia. Jugun ianfu. Selain pengerahan romusa, pemerintah Jepang juga
merekrut para perempuan dari berbagai negara Asia, seperti Indonesia, Korea, dan Tiongkok
untuk dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang atau jugun ianfu. Diperkirakan,
selama berkecamuknya Perang Pasifik, Jepang telah memaksa sekitar 200.000 perempuan Asia
menjadi jugun ianfu. Perempuan-perempuan ini awalnya dijanjikan pekerjaan sebagai guru,
perawat, atau disekolahkan ke luar negeri, namun kenyataannya dipekerjakan sebagai
perempuan penghibur.
Pendidikan. Pada masa pendudukan Jepang, kondisi pendidikan di tanah air lebih
buruk dibandingkan masa pemerintahan Hindia-Belanda. Jumlah sekolah menurun drastis.
Beberapa kegiatan pendidikan di perguruan tinggi sempat terhenti selama beberapa tahun Baru
pada tahun 1943, kegiatan pendidikan di perguruan tinggi dibuka kembali, seperti perguruan
tinggi ilmu kedokteran (Ika Daigaku) dan perguruan tinggi teknik (Kogyo Daigaku), keduanya
terletak di Bandung. Sistem pembelajaran dan kurikulum sekolah ditujukan bagi kepentingan
perang. Para pelajar diberikan slogan Hakko Ichiu (yang secara harfiah berarti Delapan Penjuru
Dunia di Bawah Satu Atap).
Hakko Ichiu merupakan slogan persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk
menciptakan Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Dunia II. Di
berbagai daerah di Jepang, Hakko Ichiu dipakai sebagai salah satu slogan untuk mewujudkan
tatanan baru Asia Timur. Dalam kamus besar bahasa Jepang zaman sekarang, Hakko lchiu
dijelaskan sebagai “slogan” yang dipakai sebagai pembenaran agresi Jepang ke luar negeri
selama Perang Dunia II.
Agar sampai ke para pelajar, Jepang terlebih dahulu mengindoktrinasi para calon guru
dengan doktrin atau slogan itu. Para peserta pelatihan diambil dari tiap-tiap daerah. Krists
dalam bidang pendidikan diperparah oleh kenyataan bahwa banyak guru dipekerjakan sebagai
pejabat pada pemerintahan Jepang, yang mengakibatkan kemunduran tajam dalam hal mutu
pendidikan.
Bahasa dan stratifikasi sosial. Meski demikian, setidaknya ada dua hal positif Jepang
dalam bidang sosial-budava. Pertama, dalam pendidikan, Jepang mengharuskan penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia juga dijadikan mata pelajaran
wajib. Bahasa Indonesia pun mengalami perkembangan atau kemajuan yang pesat. Kedua,
sistem stratifikasi sosial menempatkan golongan bumiputera di atas golongan Eropa dan
golongan Timur Asing, kecuali Jepang. Alasannya, Jepang ingin mengambil hati rakyat
Indonesia untuk membantu mereka dalam perang Asia Timur Raya.
4. Bidang Kebudayaan
20
Sebagai negara fasis, Jepang mendidik warga negaranya dengan keras dan disiplin
tinggi. Jepang sangat menghormati kaisarnya, yang mereka yakini sebagai keturunan Dewa
Matahari. Itulah latar belakang kebiasaan mereka memberi hormat ke arah matahari terbit
dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam, yang disebut dengan Seikerei, sebagai
simbol penghormatan terhadap kaisar. Pemaksaan kebiasaan seperti ini di negara-negara lain,
termasuk Indonesia, menjadi salah satu alasan pecahnya pemberontakan dikalangan pesantren
di Tasikmalaya (Jawa Barat) pada tahun 1944. Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan lebih
banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai untuk propaganda. Banyak lagu
Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang populer pada zaman Jepang.
Pemerintah Jepang juga mendirikan sebuah pusat kebudayaan yang diberi nama
Keimin Bunkei Shidoso. Pusat kebudayaan tersebut menjadi wadah bagi perkembangan
kesenian bangsa Indonesia. Akan tetapi, lembaga ini juga digunakan oleh pemerintah Jepang
untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak
menyimpang dari kepentingan Jepang. Sementara itu, buku-buku dan karya-karya sastra yang
sejalan dengan propaganda dibiarkan berkembang, seperti Cinta Tanah Air karangan Nur
Sutan Iskandar, Palawija karangan Karim Halim, dan Angin Fuji karangan Usmar Ismail.
Sebaliknya, karya-karya sastra yang dianggap bertentangan dengan kepentingan Jepang
dilarang beredar dan penulisnya dimasukkan ke dalam penjara.
Contoh karya sastra yang dibredel Jepang adalah Siap Sedia karangan Chairil Anwar.
Pembatasan yang sama juga berlaku untuk pers. Pada zaman Jepang, tidak ada pers yang
independen; semuanya berada di bawah pengawasan Jepang.
21
SOAL EVALUASI
1. Motif utama Jepang dalam menginvasi Indonesia adalah sebagai berikut…
A. Membuat persemakmuran Asia Timur raya yang dipimpin oleh Jepang
B. Membebaskan banga-bangsa Asia dari imperialisme bangsa barat
C. Saudara tua dari seluruh bangsa-bangsa di Asia
D. Kebutuhan akan bahan baku dalam indudtri Jepang
E. Menjadikan banga-bangsa asia agar merdeka
2. Ketika Jepang datang ke Indonesia Jeapang membawa propaganda simpatik yaitu…
A. Mengusahakan kemakmuran bagi bangsa Indonesia
B. Memberikan kebebasan beragama bagi masyarakat Indonesia
C. Meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia
D. Melindungi Indonesia dari kekejaman bangsa barat
E. Menumbuhkembangkan perekonomian di Indonesia
3. Salah satu faktor yang membedakan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa
Jepang dengan pemerintahan kolonial Belanda adalah… .
A. Jepang menerapkan sistem pemerintahan bercorak militer
B. Kaisar Jepang sebagai penguasa tertinggi pemerintahan di Indonesia
C. Peran orang tua Indonesia lebih besar dalam struktur pemerintahan
D. Stratifikasi pemerintahan lebih rumit daripada pemerintahan kolonial Belanda
E. Sistem pemerintahan Jepang lebih demokratis daripada sistem pemerintahan
kolonial Belanda
4. Segi positif di bidang militer pada masa pendudukan Jepang di Indonesia ialah ....
A. para pemuda berhasil membantu Perang Asia Timur Raya
B. Jepang berhasil melumpuhkan pertahanan Sekutu di Asia Tenggara
C. Jatuhnya pertahanan Amerika Serikat di Pasifik
D. Kalahnya Jepang dalam perang Asia Timur Raya
E. Latihan militer kelak bermanfaat dalam pembentukan Tentara Nasional
Indonesia
5. Mengumpulkan informasi mengenai organisasi pada masa pendudukan Jepang
Pada perkembangannya organisasi Putra dimanfaatkan oleh para pemimpin Indonesia
dalam proses perjuangan bangsa Indonesia, karena..
A. menarik perhatian bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam
perang Asia Timur Raya
B. membujuk kaum nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat
mengerahkan tenaga untuk melawan Jepang
C. dapat digunakan untuk membangkitkan semangat nasionalisme serta
menumbuhkan rasa percaya diri serta harga diri bangsa
D. dapat digunakan untuk mengerahkan rakyat Indonesia untuk mendukung
peperangan Jepang menghadapi sekutu
22
E. mempersatukan rakyat Jawa dalam menghadapi serangan sekutu dalam perang
Asia Timur Raya
6. Perhatikan keterangan berikut!
1) Merupakan organisasi militer yang dibentuk oleh Jenderal Kumakichi Harada pada
1943.
2) Untuk menjadi bagian dari organisasi ini, para pemuda Indonesia dididik secara
militer oleh Kapten Yanagawadi di Tangerang.
3) Dari organisasi ini muncul tokoh-tokoh militer besar Indonesia seperti Jenderal
Soedirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi, dan Jenderal Ahmad Yani.
Keterangan tersebut terkait dengan salah satu organisasi militer pada masa pendudukan
Jepang. Organisasi yang dimaksud adalah....
A. Peta
B. Seinendan
C. Keibodan
D. Heiho
E. Fujinkai
7. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintah pendudukan Jepang muncul terutama
sebagai akibat ... .
A. praktek diskriminasi ras
B. keharusan wajib militer
C. monopoli perdagangan
D. keharusan melakukan seikeirei
E. sistem kerja Romusha
8. Upaya pemerintah pendudukan Jepang dalam membendung pengaruh budaya barat
meresap di
kalangan rakyat Indonesia maka Jepang dibentuk badan yang disebut ... .
A. Cuo Sangi In
B. Romukyokai
C. Kinrohashi
D. Dokuritsu Junbi Inkai
E. Keimin Bunka Sidhoso
9. Sebagai mata uang yang berlaku.Berkaitan dengan pola ekonomi perang, setiap daerah
harus mampu mencukupi kebutuhan sendiri dan dapat menunjang kebutuhan perang
Jepang. Kebijakan ini disebut...
A. Autarki
B. Kumiani
C. Minseifu
D. Tonarigumi
E. Nagyo kumiani
10. Salah satu kebijakan di bidang pendidikan adalah menetapkan satu macam
jenjang pendidikan dasar selama enam tahun yaitu SR (sekolah Rakyat). Dampak positif
kebijakan ini adalah… .
A. rakyat Indonesia dapat menikmati dua jenjang pendidikan secara bersamaan
23
B. rakyat Indonesia diberi keleluasaan memilih jenjang pendidikan sesuai
kemampuan
C. guru dapat memfokuskan kegiatan pembelajaran dalam satu jenjang pendidikan
D. diskriminasi di bidang pendidikan yang terjadi sejak masa kolonial Belanda
dihapuskan
E. sistem pendidikan mulai menjangkau seluruh pelosok daerah di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
M.C. Rickleft. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta
Marwati Djoened Poerponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II.
Jakarta : Balai Pustaka
Hapsari, Ratna dkk. 2016. Sejarah Indonesia untuk SMA kelas XII. Jakarta:Erlangga
Sadirman AM dan Amurwani Dwi Lestari. 2014. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. Jakarta
: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
24