MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN CAPAIAN PEMBELAJARAN SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN Memahami mampu memahami sistem perhitungan pelunasan yang sering ditransaksikan pada lembaga keuangan, baik lembaga keuangan bank maupun non bank. Mahasiswa mampu menguraikan materi: 1.Amortisasi Hutang 2. Dana Pelunasan POKOK-POKOK MATERI 1.Amortisasi hutang 2.Menghitung Besarnya Pembayaran Periodi 3.Menghitung sisa hutang 4.Menghitung Bunga yang Dibayarkan pada Periode Tertentu 5.Dana Pelunasan 6. Menghitung Jumlah Pembayaran 7. Menghitung Jumlah Dana Pelunasan dan Nilai Buku Pinjaman URAIAN MATERI 1.Amortisasi Hutang Amortisasi utang artinya pelunasan utang, baik dengan jumlah yang sama atau tidak, dan dengan menggunakan interval cicilan yang sama ataupun berbeda. Pada bab ini, besar pembayaran tiap interval -yang selalu sama- adalah tetap. Pokok utang merupakan nilai sekarang dari pembayaran yang sama pada setiap periode(anuitas). Untuk dapat melunasi utang, besarnya pembayaran yang dilakukan pada setiap periode harus terdiri atas bunga dan pokok utang. Baik debitur atapun kreditur perlu untuk mengetahui sisa utang yang masih harus dibayar/ saldo utang pada waktu-waktu tertentu. Saldo utang merupakan nilai diskonto dari jumlah utang yang masih belum dibayar 96
Contoh 2: Merujuk pada contoh(1), berapakah sisa utang pedagang tersebut setelah 10 tahun mencicil utangnya? Diketahui : P = Rp 12.001.608,62 i = 1% n = (15 – 10) x 12 = 60 Ditanyakan : PV = ? MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Terkadang, baik keriditur atapun debitur perlu mengetahui utang yang masih harus dibayar/sisa uatang pada saat-saat tertentu. Misalnya, jika kreditur ingin menjual sisa piutangnya atau debitur yang ingin melunasi utangnya dengan lebih cepat. Sisa utang merupakan nilai sekarang dari anuitas/pembayaran periodik yang masih belum dilakukan. Perhatikan contoh berikut 2. Menghitung Sisa Hutang Selain menggunakan persamaan di atas, sisa utang pada saat tertentu dapat diketahui dengan membuat tabel amortisasi. Perhatikan contoh berikut! 97
Contoh 1: Seorang pedagang membeli 2 buah toko seharga Rp 1.200.000.000 dengan membayarkan uang muka sebesar Rp 200.000.000 dan sisanya dicicil setiap bulan selama 15 tahun dengan tingkat bunga 12%p.a. Berapakah besarnya cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan?! jawab: Diketahui : PV = Rp 1.200.000.000 – Rp 200.000.000 = Rp 1.000.000.000 i = 1% n = 15 x 12 = 180 Ditanyakan : P = ? MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Besarnya pembayarna periodik dalam amortisasi utang dapat dihitung dengan cara yang sama dalam mencari besarnya pembayaran periodic pada anuitas biasa. Pada anuitas biasa, besarnya pembayaran periodic dapat dihitung jika nilai sekarang dari sebuah anuitas diketahui. Dalam mengaplikasikan persamaan anuitas biasa, jumlah utang dianalogikan sebagai nilai sekarang dari anuitas. 1.Menghitung Besarnya Pembayaran Periodik Dengan: PV = nilai sekarang (saldo utang) P = jumlah yang dibayarkan secara periodik i = tingkat bunga n = jumlah periode 98
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Contoh 3: Andi membeli kendaraan seharga Rp 25.000.000 yang lunasi sebannyak 4 kali cicilan selama 2 tahun. Dengan tingkat bunga 12%p.a, berapakah sisa utang Andi pada akhir tahun pertama? Diketahui : PV = Rp 25.000.00 i = 6% n = 2 x 2 = 4 Ditanyakan : PV akhir tahun pertama = ? 99
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Sisa utang pada akhir tahun pertama adalah sisa utang setelah pembayaran kedua (pembayarang dilakukan setiap 1 semester) yaitu Rp 13.227.538,14. Pembuktian dengan menggunakan persamaan anuitas biasa: 3. Menghitung Bunga yang Dibayarkan pada Periode Tertentu Dari tabel amortisasi utang, dapat dilihat berapa jumlah bunga yang dibayarkan pada periode tertentu merupakan jumlah pembayaran dikurangi dengan amortisasi/pembayaran pokok utang. Jika periode pelunasan utang tidak terlalu banyak, akan mudah bagi kita untuk mengetahui besarnya bunga yang di bayarkan dengan membuat tabel amortisasi. Bagaimana jika periode pelunasan utang sangat banyak? Tentu merepotkan jika harus membuat tabel amortisasi sampai 45 periode, misalnya. Untuk menghitung bunga yang dibayarkan, baik pada periode tertentu ataupun dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan dengan 2 langkah berikut: Hitunglah pelunasan pokok/amortisasi yang dilakukan pada interval atau periode tertentu, dengan cara mengurangi saldo utang pada periode sebelumnya dengan sisa utang pada periode berjalan. Misal: pelunasan pokok tahun pada akhir tahun ke-2 merupakan jumlah utang di akhir tahun tahun pertama – jumlah utang di akhir tahun ke-2 1. Pembayaran bunga merupakan selisih antara total uang yang dibayarkan (cicilan) pada periode n dengan jumlah amortsasi utang pada periode n. Misal: besarnya bunga yang dibayarkan selama tahun ke-2 merupakan selisih antara cicilan yang dibayarkan selama tahun ke-2 – pelunasan pokok/amortisasi utang selama tahun ke2. 100
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Utang sejumlah Rp 500.000.000 dilunasi dengan 60 cicilan selama 5 tahun dengan tingkat bunga 12%p.a. Berapakah besarnya bunga yang dibayarkan selama tahun ke-3? Diketahui : PV = Rp 500.000.000 i = 1% n = 60 Ditanyakan : Bunga selama tahun ke-3 = ? Bunga yang dibayarkan selama tahun ke-3 = selisih cicilan yang dibayar selama tahun ke-3 dengan amortisasi utang selama tahun ke-3 1. Amortisasi utang selama tahun ke-3 Sisa utang di akhir tahun ke-2 – sisa utang akhir tahun ke-3 PV tahun ke-2 – PV tahun ke-3 2. Pembayaran bunga: Total pembayaran selama tahun ke-3 – amortisasi utang selama tahun ke-3 = (Rp 11.122.223,84 x 12) – Rp 98.588.702 = Rp 133.466.686,1 4. Dana Pelunasan Dana pelunasan merupakan sejumlah uang yang dikumpulkan untuk melunasi hutang atau pembelian aset di masa yang akan datang. Hal yang umum dalam melunasi hutang jangka panjang adalah dengan membayar bunga setiap periode dan membentuk dana pelunasan untuk melunasi pokok hutang pada akhir termin pinjaman. Pada dana pelunasan, perhitungan jumlah cicilan menggunakan persamaan anuitas biasa untuk nilai yang akan datang, kemudian ditambah bunga. 101
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN a. Menghitung Jumlah Pembayaran Jumlah yang harus dibayarkan merupakan jumlah bunga dan jumlah anuitas dana pelunasan. Besarnya anuitas yang disetorkan pada dana pelunasan dihitung dengan menggunakan persamaan nilai yang akan datang pada anuitas biasa. Sedangkan bunga dapat dihitung dengan menggunakan bunga sederhana. Perhatikan contoh berikut ini ! Pinjaman sebesar Rp 40.000.000 akan dilunasi dalam 2 tahun mendatang bunga yang harus dibayarkan atas pinjaman tersebut adalah 15%p.a setiap 3 bulan sekali. Debitor membentuk dana pelunasan yang menghasilkan bunga 12%p.a yang dihitung setiap bulan. Hitunglah besarnya pembayaran tahunan 102
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Anuitas dana pelunasan dalam 1 tahun = Rp 1.482.938,889 x 12 = Rp 17.795.266.67 Jumlah pembayaran tahunan = Rp 6.000.000 + Rp 17.795.266.67 = Rp 23.795.266.67 b. Menghitung Jumlah Dana Pelunasan dan Nilai Buku Pinjaman Jumlah dana pelunasan yang telah dilakuakan merupakan nilai yang akan datang dari anuitas yang telah dibayarkan. Sedangkan nilai buku pinjaman merupakan selisih antara saldo awal utang dengan jumlah dana pelunasan. Perhatikan contoh berikut Merujuk pada contoh(1), hitunglah jumlah dana pelunasan pada akhir tahun pertama dan nilai buku pinjaman setelah 1 tahun! Diketahui : FV = Rp 40.000.000 i = 1% n = 2 x 12 = 24 P = Rp 1.482.938,889 Ditanyakan : Jumlah dana pelunasan dan nilai buku pinjaman setelah 1 tahun = ? 103
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Anuitas dana pelunasan dalam 1 tahun = Rp 1.482.938,889 x 12 = Rp 17.795.266.67 Jumlah pembayaran tahunan = Rp 6.000.000 + Rp 17.795.266.67 = Rp 23.795.266.67 Merujuk pada contoh(1), hitunglah jumlah dana pelunasan pada akhir tahun pertama dan nilai buku pinjaman setelah 1 tahun! Diketahui : FV = Rp 40.000.000 i = 1% n = 2 x 12 = 24 P = Rp 1.482.938,889 Ditanyakan : Jumlah dana pelunasan dan nilai buku pinjaman setelah 1 tahun = ? 2. Nilai buku pinjaman: = saldo awal utang – jumlah dana pelunasan = Rp 40.000.000 – Rp 18.807.379,93 = Rp 21.192.623,07 104
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Untuk materi lebih mendalam silahkan akses QR Barcode disamping. atau klik link dibawah ini https://s.id/AmortisasiDanDanaPelunasan atau melalui video berikut: Source: https://s.id/YtubeAmortisasiDanDanaPelunasan 105
MATERI PEMBELAJARAN 10 AMORTISASI HUTANG DAN DANA PELUNASAN Kerjakan soal latihan pada form dibawah ini ! (Klik: Mulai sekarang) 106
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI CAPAIAN PEMBELAJARAN SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN Memahami mampu memahami semua aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber dana untuk mengadakan barang modal sekarang dan di masa yang akan datang Mahasiswa mampu menguraikan macam-macam kriteria investasi seperti payback period, Gross Benefit Cost Ratio, Net Present Value, Internal Rate of Return dan Net Benetif Cost Rasio POKOK-POKOK MATERI 1.Payback period 2.Gross Benefit Cost Ratio 3.Net Present Value (NPV) 4.Internal Rate of Return (IRR) 5.Net Benefit Cost Rasio URAIAN MATERI Sourve: https://s.id/YtubeKriteriaInvestasi Mari kita simak video berikut: 107
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI MACAM-MACAM KRITERIA INVESTASI Investasi merupakan aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber dana untuk mengadakan barang modal sekarang dan di masa yang akan datang. Investasi mempunyai beberapa kriteria yang diantaranya: 1. Paypad period Payback period merupakan salah satu kriteria investasi yang dapat didefinisikan sebagai waktu untuk investasi bisa dikembalikan maupun waktu untuk investasi bisa mencapai titik impas. Kriteria ini juga seringkali disebut sebagai periode pulang pokok. Apabila waktu yang dibutuhkan semakin pendek, maka proposal investasi dianggap kian membaik. Payback period diartikan juga sebagai perhitungan yang menunjukkan lama waktu (biasanya dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Payback period diperlukan untuk menunjukkan perbandingan antara initial investment dengan aliran kas tahunan. Rumus payback period dapat dimaknai dengan penentuan payback period = Nilai investasi : Kas masuk bersih. Berbeda dengan cara perhitungan payback period saat arus kas yang dimiliki perusahaan berbeda menjadikan rumusnya sebagai berikut. PP = n + a : b x 1 tahun keterangan: PP = payback period n = syarat periode pengembalian modal investasi a = jumlah kumulatif arus kas pada tahun terakhir (n) b = arus kas pada tahun setelah tahun kumulatif arus kas berjalan (n + 1) Yang terpenting dari payback period adalah apabila payback period kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, maka proyek tersebut bisa diterima. Tetapi, apabila terjadi sebaliknya, maka proyek tersebut akan ditolak. Payback period adalah salah satu metode untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi. Meskipun, payback period bukan satu-satunya metode yang bisa digunakan untuk mengukur waktu kembali modal investasi. Namun, metode ini lebih banyak digunakan karena bisa digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan risiko yang sama. 108
Contoh Soal 1 1. Contoh perhitungan payback period dengan arus kas yang sama Sebuah manajemen pada perusahaan PT ABC sedang melakukan pertimbangan untuk membeli alat produksi pada komponen elektronika. Dengan adanya pembelian mesin produksi berharga Rp 250 jt, maka keuntungan bersih yang bisa diperoleh dari adanya tambahan mesin tersebut adalah Rp 70 per tahunnya. Lantas, berapakah payback period time untuk mesin tersebut? Jawaban: Nilai Investasi = Rp. 250.000.000,- Kas Masuk Bersih = Rp. 70.000.000,- periode pengembalian modal = ? periode pengembalian modal = Nilai Investasi : Kas Masuk Bersih periode pengembalian modal = Rp. 250.000.000,- : Rp. 70.000.000,- periode pengembalian modal = 3,57 tahun Berdasarkan perhitungan di atas, maka waktu payback period atau periode pengembalian modal untuk suatu mesin produksi adalah 3,57 tahun. MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Source: https://s.id/YtubePaybackPeriod 109
Contoh Soal 2 2. Contoh perhitungan payback period dengan arus kas yang berbeda Terdapat suatu usulan proyek investasi senilai Rp 600.000.000 umur ekonomis 5 tahun, syarat periode pengembalian 2 tahun, dan arus kas per tahun adalah tahun 1 sebesar Rp 300.000.000, tahun 2 sebesar Rp 250.000.000, tahun 3 Rp 200.000.000, tahun 4 sebesar Rp 150.000.000, dan tahun 5 Rp 100.000.000. Dalam contoh tersebut, diketahui bahwa arus kas setiap periode (pertahun) tidak sama, sehingga untuk menghitung payback period dari contoh tersebut bisa dilakukan dengan cara berikut ini: Tahun 1 : Rp 300.000.000 Tahun 2 : Rp 250.000.000 menjadi Rp 550.000.000 Tahun 3 : Rp 200.000.000 menjadi Rp 750.000.000 Tahun 4 : Rp 150.000.000 menjadi Rp 900.000.000 Tahun 5 : Rp 100.000.000 menjadi Rp 1.000.000.000 PP = n + (a : b) x 1 tahun PP = 2 + ((Rp 600.000.000 – Rp 550.000.000) : (Rp 750.000.000 – Rp 550.000.000)) x 1 tahun PP = 2 + 0.25 tahun PP = 2,25 tahun Dari contoh perhitungan payback period di atas, dapat diketahui periode pengembalian modal yaitu sebesar 2,25 tahun atau tepatnya 2 tahun lebih 3 bulan. MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Source: https://s.id/YtubeP BArusKasBerbeda 110
Contoh 3 3. Contoh perhitungan payback period dengan arus kas yang berbeda Jaya Mandiri melakukan sebuah investasi dengan besaran Rp 100.000.000 dalam aktiva tetap dengan ketentuan sejumlah proceed kumulatif sebagai berikut. Tahun 1 : 50.000.000 Tahun 2 : 40.000.000 menjadi Rp 90.000.000 Tahun 3 : 30.000.000 menjadi Rp 120.000.000 Tahun 4 : 20.000.000 menjadi Rp 140.000.000 Maka perhitungan periode payback period adalah sebagai berikut. PP = 2 + ((Rp 100.000.000 – Rp.90.000.000,00) : (Rp 120.000.000 Rp90.000.000)) x 1 tahun PP = 2 + (Rp 10.000.000) : (Rp 30.000.000) x 1 tahun PP = 2,33 tahun Sehingga hasil waktu payback period adalah 2 tahun 4 bulan. MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Source: https://s.id/1Tm73 Penjelasan lainnya, mari kita simak video berikut: 111
Source: https://s.id/1Tm73 MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Soal Latihan 112
Benefit Cost Ratio atau B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara pendapatan dengan Total Biaya Produksi sebuah proyek usaha. Dimana “B” adalah benefit atau keuntungan, sementara “C” adalah cost atau biaya. B/C Ratio atau gross benefit cost ratio akan mengukur manakah yang jauh lebih besar antara biaya yang dikeluarkan atau hasil yang didapatkan. Biaya yang dikeluarkan nantinya akan dinotasikan sebagai cost (C). Hasil dari perhitungan B/C Ratio akan menunjukkan berapa keuntungan berlipat yang didapatkan dari total biaya yang dikeluarkan dari sebuah proyek usaha. Jika nilai B/C < 1 maka B > C. Ini artinya nilai output yang dihasilkan akan jauh lebih kecil dibandingan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Untuk perhitungan B/C juga memiliki rumus yang cukup lengkap. Jika hasil perhitungan lebih dari 1, maka usaha tersebut menguntungkan dan bisa untuk dilanjutkan. Namun, jika hasil perhitungan kurang dari 1, maka usaha tersebut cenderung tidak menguntungkan dan perlu dilakukan peninjauan ulang. MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 2. Gross Benefit Cost Ratio a. Pengertian Source: https://s.id/YtubeGrossBenefitCR 113
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Berikut rumus menghitung dari benefit cost ratio: Gross B/C Ratio = Total Pendapatan (FI) Total Biaya Produksi (TC) Terdapat indikator yang dapat memperlihatkan besaran keuntungan sebuah proyek usaha. Indikator tersebut meliputi: Jika B/C Ratio lebih dari 1, maka keuntungan dari proyek tersebut lebih besar daripada pengeluaran sehingga proyek tersebut dapat diterima atau layak dilanjutkan. Jika B/C Ratio kurang dari 1, maka keuntungan dari proyek tersebut lebih kecil daripada pengeluarannya sehingga proyek tersebut tidak layak dan perlu ditinjau ulang. Jika B/C Ratio sama dengan 1, maka keuntungan dan pengeluarannya dikatakan seimbang atau impas Contoh Soal Sebuah usaha tani tanaman padi di Madiun memperoleh penghasilan atau pendapatan sebesar Rp110.000.000 pada tahun pertama. Dimana untuk beroperasi selama satu tahun tersebut, usaha tani mengeluarkan modal sebesar Rp70.000.000, dimana modal tersebut termasuk biaya implisit dan biaya eksplisit. Jika usaha tani ingin mengevaluasi keuntungan dan hendak memutuskan untuk melanjutkan proyek usaha tani ini atau tidak, maka perhitungan B/C Rationya adalah: Total Pendapatan dibagi total produksi, Rp 110.000.000 : 70.000.000 ,- Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh hasil sebesar 1,57. Dimana artinya setiap Rp1 yang dikeluarkan oleh petani akan mengantarkan keuntungan sebesar Rp 1,58. Dengan demikian, usaha tani tanaman padi di Magetan tersebut cukup menguntungkan dari segi finansialnya. b. Rumus Gross Benefit Cost Ratio 114
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 115
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 3. Net Present Value Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode tertentu. Dalam penganggaran modal dan perencanaan investasi, NPV digunakan untuk menentukan profitabilitas dari suatu investasi atau proyek yang diusulkan. Net present value (NPV) merupakan hasil perhitungan yang digunakan untuk menentukan nilai sekarang dari aliran pembayaran di masa depan. Analisis ini sering digunakan oleh bisnis dalam hubungannya dengan prediksi arus kas untuk menawarkan gambaran umum tentang keuntungan dari suatu investasi. Misalkan NPV dari suatu proyek atau investasi adalah positif. Dalam hal ini, pendapatan yang diantisipasi dari proyek atau investasi akan melampaui biaya yang diantisipasi. Sebaliknya, jika net present value, proyeksi akan kalah. Akibatnya, net present value sering dihitung oleh seorang manajer yang ahli atau memiliki analisis yang tajam tentang perkiraan pendapatan untuk beberapa tahun ke depan. Jika proyeksi pendapatan berbeda secara signifikan dari perkiraan, maka nilai NPV akan salah. a. Pengertian Present Value b. Manfaat Menggunakan Net Present Value NPV melayani berbagai peran atau memberikan keuntungan yang signifikan di sektor bisnis atau di dalam korporasi. Beberapa fungsi net present value antara lain sebagai berikut: Dalam bisnis, perhitungan NPV ini digunakan untuk mengetahui kapasitas dan peluang perusahaan dalam mengelola investasi selama beberapa tahun ke depan. Jika investasi menghasilkan keuntungan, rencana akan dilakukan. Di sisi lain, jika prediksi investasi berakhir dengan kerugian di masa depan, investasi mungkin akan ditinggalkan. Analisis net present value yang digunakan untuk menilai nilai investasi, proyek, atau urutan arus kas apa pun. Ini adalah statistik yang komprehensif karena menggabungkan semua pendapatan dan biaya modal yang terkait dengan investasi ke dalam free cash flow (FCF). 116
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Selain itu, NPV dapat membantu bisnis dalam menerapkan manajemen anggaran yang efisien. Akibatnya, NPV juga dapat dianggap sebagai nilai yang diharapkan dari keuntungan investasi masa depan. Rumus perhitungan NPV adalah metode untuk menentukan profitabilitas investasi dengan mendiskontokan arus kas masa depan dari investasi ke nilai saat ini. Berbeda dengan Internal Rate of Return (IRR), rumus perhitungan NPV membutuhkan tingkat diskonto (yang akan kita bahas dibawah perbedaannya). Rumus NPV juga tergantung pada interval dan jumlah arus kas masa depan untuk investasi. Ini berarti bahwa rumus untuk menghitung NPV untuk proyek jangka pendek dengan satu arus kas berbeda dengan rumus untuk investasi tahun jamak dengan beberapa arus kas. Saat menghitung NPV untuk proyek jangka pendek dengan arus kas tunggal, satu-satunya variabel yang diperlukan untuk mendapatkan nilai sekarang adalah arus kas, periode waktu arus kas, dan tingkat diskonto. Berikut adalah rumus NPV untuk proyek satu tahun dengan arus kas tunggal: NPV = [Arus kas/ (1+i)^t] – investasi awal Di mana: i = tingkat diskon t = jumlah periode waktu c. Rumus Net Present Value (NPV) 1) Rumus NPV untuk investasi dengan arus tunggal 117
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI b. Rumus NPV untuk proyek dengan banyak arus kas dan durasi lebih lama Untuk investasi jangka panjang dengan beberapa arus kas, rumusnya hampir sama, kecuali bahwa Anda akan mendiskontokan setiap arus kas satu per satu dan kemudian menambahkannya bersama-sama. Berikut adalah rumus NPV untuk proyek jangka panjang dengan beberapa arus kas: NPV = Jumlah nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan – investasi awal c. Elemen yang Harus Ada dalam Penghitungan Net Present Value Untuk menggunakan rumus perhitungan NPV, Anda harus menyertakan variabel berikut: 1) Arus kas bersih tahunan Langkah pertama adalah memperkirakan arus kas bersih setiap tahun dengan menambahkan arus kas masuk yang diharapkan dari pendapatan yang diproyeksikan ke potensi penghematan tenaga kerja, bahan, dan komponen lain dari biaya proyek awal. Kemudian, kurangi biaya yang dikeluarkan untuk proyek baru, yaitu, arus kas keluar selama satu periode. Anda juga harus menambahkan penghematan pajak atas depresiasi aset proyek ke arus kas masuk yang diharapkan. Arus kas masuk harus positif, sedangkan arus kas keluar harus negatif. Jika arus kas masuk yang diharapkan melebihi arus keluar, Anda akan memiliki arus kas masuk bersih. Namun, Anda akan memiliki arus kas keluar bersih yang diharapkan jika arus kas keluar yang diharapkan melebihi arus masuk yang diharapkan. 2) Suku Bunga Tingkat bunga juga penting untuk perhitungan NPV. Sebagian besar manajer menggunakan tingkat diskonto untuk mewakili tingkat bunga, tetapi juga dapat disebut biaya modal, tingkat pisah batas, tingkat - 118
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI pengembalian yang disyaratkan, dan tingkat rintangan. Tingkat bunga atau tingkat diskonto adalah biaya modal atau pengembalian yang dapat diperoleh dalam investasi alternatif. Tingkat bunga dapat diturunkan dengan membandingkan tingkat pengembalian investasi atau proyek alternatif dengan biaya awal yang serupa. NPV proyek dengan ukuran pembayaran konstan dan tingkat bunga tetap biasanya langsung dan lebih mudah untuk dihitung. 3) Jangka Waktu Periode waktu adalah interval di mana arus kas baru diinvestasikan ke dalam proyek baru. d. Contoh Perhitungan rumus menggunakan rumus Net Present Value Untuk menggunakan rumus NPV dalam memperkirakan net present value dari investasi yang diusulkan, Anda perlu menentukan nilai sekarang bersih yang diharapkan dari arus kas masa depan dan mengurangi investasi awal proyek. Terima proyek jika hasil NPV nol atau positif. Hasil NPV negatif berarti proyek tidak akan menguntungkan dan harus ditolak. Di bawah ini adalah contoh bagaimana menggunakan rumus NPV: Contoh 1 Dexable Inc. sedang merencanakan sebuah proyek dengan investasi awal sebesar $ 5.000.000. Investasi ini diproyeksikan menghasilkan arus kas $ 5.600.000 di tahun depan. Berapa NPV dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian yang diminta adalah 10% dan tidak ada nilai sisa pada akhir proyek? Penyelesaian NPV = [$ 5.600.000/ (1+0.1) ^1] – $ 5.000.000 NPV = $ 90.900 NPV ini menunjukkan bahwa proyek akan menguntungkan, sehingga manajer dapat menerimanya. 119
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Contoh 2 Proyek R membutuhkan investasi awal sebesar Rp 45.000.000 dan diharapkan menghasilkan Rp 30.000.000 per tahun selama dua tahun. Berapa NPV jika tingkat diskonto 8%? Cara penyelesaian Untuk memperkirakan NPV proyek ini, Anda harus menemukan NPV individual dari kedua arus kas dan menambahkan hasilnya. Kemudian Anda akan mengurangi investasi awal dari jumlah NPV. NPV proyek R = [Rp 30.000.000/ (1+0,08) ^1] + [Rp 30.000.000/ (1+0,08) ^2] – Rp 45.000.000 NPV = (Rp 27.777.780 + Rp 25.720.170) – Rp 45.000.000 NPV = Rp 8.497.950 Jawabannya menunjukkan NPV proyek R positif dan investasi akan menghasilkan keuntungan. Contoh 3 Investasi awal untuk Proyek Nathan adalah Rp 50.000.000. Diharapkan untuk memberikan pendapatan masing-masing Rp 13.000.000, Rp 26.000.000 dan Rp 23.000.000 untuk tahun pertama, kedua dan ketiga. Berapa NPV untuk proyek tersebut jika biaya modal perusahaan adalah 13%? Cara penyelesaian NPV dari Proyek Nathan = [Rp 13.000.000/ (1+0,13) ^1] + [Rp 26.000.000/(1+o.13) ^2] + [Rp 23.000.000/ (1+0,13)] – Rp 50.000.000 NPV = (Rp 11.504.430 + Rp 18.012.370 + Rp 15.940.150) – Rp 50.000.000 NPV = Rp 45.456.950 – Rp 50.000.000 NPV = -4.543.050 NPV untuk Proyek Nathan menunjukkan bahwa investasi tersebut akan menghasilkan kerugian. Oleh karena itu, perencana harus menolak proyek tersebut. 120
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 121
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 4. Internal Rate of Return (IRR) a) Pengertian IRR adalah indikator untuk memperkirakan keuntungan sebuah investasi dan pengembalian modal usaha. Mengetahui laju pengembalian investasi atau IRR adalah suatu hal yang perlu dipahami oleh investor. Sebuah proyek investasi saham bisa terus berjalan apabila memiliki nilai rate of returns yang lebih besar daripada laju pengembalian. Rate of return saham sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu Average Rate of Return (ARR) dan Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah salah satu jenis laju pengembalian yang sering dijadikan patokan dalam melakukan investasi. Secara singkat, internal rate of return adalah indikator untuk mengetahui tingkat efisiensi dari sebuah investasi. IRR adalah sebuah metode untuk menghitung tingkat bunga suatu investasi dan menyamakannya dengan nilainya saat ini berdasarkan perhitungan kas bersih di periode mendatang. Sederhananya, ketika hasil perhitungan IRR menunjukkan angka yang lebih besar daripada modalnya, maka Anda sebaiknya segera melakukan investasi. Sebaliknya, jika hasil perhitungan IRR kurang dari biaya modal, maka Anda lebih baik menghindari investasi tersebut agar tidak mengalami kerugian. Secara umum, IRR adalah metrik yang digunakan dalam analisis keuangan untuk memperkirakan potensi keuntungan investasi. Dengan menggunakan indikator tersebut, maka memungkinkan Anda untuk menemukan titik impas dari sebuah investasi melalui perbandingan tingkat kenaikan dengan waktu dan biaya. Nilai IRR yang baik adalah menunjukkan angka persentase lebih besar dibandingkan kebutuhan modal usaha. 122
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI b. Fungsi Internal Rate of Return (IRR) Setelah memahami pengertian IRR, Anda tentu mulai mengerti bahwa metode ini sangat bermanfaat bagi para investor. Fungsi utama metode IRR adalah untuk mengukur apakah suatu aset mengalami peningkatan atau tidak. Selain itu, IRR memiliki beberapa fungsi lainnya, antara lain: Penghitungan IRR berfungsi sebagai sumber acuan ketika seseorang akan menyimpan uang atau membuka deposito di bank. 1. Penghitungan IRR akan membantu untuk memberikan perbandingan pada tingkat laju pengembalian dalam menentukan bentuk investasi yang diperkirakan lebih menguntungkan. 2. Penghitungan IRR berfungsi untuk menilai laju pengembalian setelah dikenakan pajak, sehingga investor mengetahui mana investasi dengan return lebih tinggi. 3. Penghitungan IRR berfungsi untuk mengetahui laju pengembalian investasi sehingga seluruh kegiatan operasional perusahaan bisa dievaluasi secara akurat. 4. c. Rumus dan Cara Menghitung Internal Rate of Return (IRR) Melalui rumus dan cara menghitung IRR, Anda bisa mendapatkan Net Present Value atau NPV bernilai nol. Untuk mendapatkan hasil akhir IRR, Anda harus mencari discount rate yang menghasilkan nilai NPV positif. Adapun rumus perhitungan IRR adalah sebagai berikut: IRR = i1 + NPV1 NPV1 - NPV2 i2 - i1 123
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Di mana: IRR = internal rate of return I1 = tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif I2 = tingkat diskonto dengan NPV negatif NPV 1 = net present value positif NPV 2 = net present value negatif Untuk memahami perhitungan secara lebih mendalam, simak contoh cara menghitung IRR berikut ini. Sebuah pabrik mengusulkan nilai investasi sebesar Rp150.000.000 dan menghasilkan arus kas setiap tahun Rp25.000.000 selama 5 tahun. Diasumsikan bahwa rate of return-nya sebesar 15% dan ketika melakukan penghitungan diskonto, nilai NPV-nya adalah Rp7.756.000 dengan diskonto sekitar 13% dan Rp745.000 dengan diskonto sekitar 10%. Selisih bunga diskonto yaitu sekitar 2% atau sebesar Rp8.501.000. Menggunakan rumus di atas, perhitungannya adalah sebagai berikut: IRR = 10% + (745.000 : 8.501.000) x 2% IRR = 10,175% Karena asumsi rate of return-nya sekitar 15% dan hasil perhitungannya lebih kecil dari nilai tersebut. Maka, berdasarkan prinsip IRR, sebaiknya Anda tidak melakukan investasi terhadap aset ini. d. Kelebihan Internal Rate of Return (IRR) Setelah memahami tentang apa itu IRR dan cara menghitungnya, Anda mungkin juga sudah mengetahui beberapa manfaat dari metode tersebut. Agar lebih jelas, berikut beberapa manfaat dari penggunaan metode internal rate of return. 124
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Metode IRR adalah suatu tolok ukur untuk mengetahui apakah investasi yang dilakukan layak atau tidak. Metode ini mempertimbangkan konsep time of value dan risiko arus masuk di kemudian hari untuk pengembalian modal investasi. Metode ini mempertimbangkan setiap arus yang ada di laporan keuangan. Selain mempunyai berbagai kelebihan, tentu ada kelemahan dari metode internal rate of return, di antaranya: Keputusan yang dihasilkan dari perhitungan rate of return tidak selalu tepat, tentu akan ada trial and error dalam perkiraan tersebut. Dibutuhkan nilai cost of capital ketika melakukan perhitungan internal rate of return. Metode IRR hanya dapat menunjukkan hasil maksimal ketika investasi memiliki capital berupa rasio. Demikian informasi seputar Internal Rate of Return (IRR), mulai dari pengertian, fungsi, cara menghitung, serta kelebihan dan kekurangannya. IRR adalah suatu metode yang bisa digunakan untuk mengukur apakah Anda perlu melakukan investasi atau tidak. Dengan melakukan perhitungan IRR, investasi yang Anda lakukan bisa lebih menguntungkan dan minim risiko. Selain itu, Anda juga dapat mengontrol keuangan secara mudah melalui ONe Mobile dari Bank OCBC NISP. Hanya melalui satu aplikasi, Sobat OCBC NISP bisa melakukan pengelolaan keuangan secara mudah dan merencanakan finansial masa depan semakin matang. e. Kekurangan Internal Rate of Return (IRR) 125
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 126
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI Net B/C adalah perbandingan antara jumlah PV net benefit yang positif dengan jumlah PV net benefit yang negatif. Jumlah Present value positif sebagai pembilang dan jumlah present value negatif sebagai penyebut. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio merupakan manfaat bersih tambahan yg diterima proyek dari setiap 1 satuan biaya yg dikeluarkan. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah rumus yang digunakan untuk menghitung keuntungan yang didapat dari suatu investasi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi tersebut. Dalam penggunaannya, rumus ini mempertimbangkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk investasi, termasuk biaya operasional, biaya modal, dan biaya lainnya yang terkait dengan investasi. Dengan menggunakan rumus NBCR, kita dapat mengetahui apakah suatu investasi layak untuk dilakukan atau tidak. 5. Net Benefit Cost Ratio a. Pengertian Net Benefit Cost Ratio b. Rumus Net Benefit Cost Ratio Untuk lebih memahami penggunaan rumus NBCR, berikut adalah contoh penggunaannya: Seorang investor ingin membeli saham perusahaan ABC dengan harga Rp 10.000 per lembar. Dia membeli 1.000 lembar saham tersebut dengan total biaya sebesar Rp 10 juta. Biaya operasional untuk menjaga saham tersebut adalah Rp 2 juta per tahun. Setelah satu tahun, saham perusahaan ABC naik menjadi Rp 12.000 per lembar dan investor tersebut memutuskan untuk menjual seluruh - 127
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI sahamnya. Berapa NBCR dari investasi tersebut? Penyelesaian: Keuntungan investasi = (Harga jual saham x jumlah saham) – biaya operasional Keuntungan investasi = (Rp 12.000 x 1.000) – Rp 2 juta Keuntungan investasi = Rp 10 juta NBCR = (Keuntungan Investasi – Biaya Investasi) / Biaya Investasi NBCR = (Rp 10 juta – Rp 10 juta) / Rp 10 juta NBCR = 0 Dari contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa NBCR dari investasi tersebut adalah 0. Hal ini menunjukkan bahwa investasi tersebut tidak memberikan keuntungan apapun dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi tersebut. c. Keuntungan Net Benefit Cost Ratio Rumus NBCR adalah salah satu cara yang efektif untuk mengevaluasi apakah suatu investasi layak untuk dilakukan atau tidak. Dengan menggunakan rumus ini, kita dapat mengetahui apakah investasi tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi tersebut. Selain itu, rumus NBCR juga dapat membantu kita dalam memilih investasi yang paling menguntungkan dengan membandingkan NBCR dari beberapa investasi yang berbeda. d. Kesimpulan Dalam dunia investasi, kita harus selalu mempertimbangkan berbagai faktor sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Salah satu cara untuk mengevaluasi potensi keuntungan dari suatu investasi adalah dengan menggunakan rumus Net Benefit Cost Ratio. Dengan rumus ini, kita dapat mengetahui apakah investasi tersebut layak untuk dilakukan atau tidak. Selain itu, rumus NBCR juga dapat membantu kita dalam memilih investasi yang paling menguntungkan untuk dilakukan. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan rumus NBCR saat mempertimbangkan untuk berinvestasi! 128
MATERI PEMBELAJARAN 11 KRITERIA INVESTASI 129
GLOSARIUM 130
GLOSARIUM 131 Bilangan real : terdiri atas dua jenis bilangan yaitu bilangan rasional dan irasional. Bilangan Rasional : bilangan yang dapat dibentuk menjadi a/b dengan b (tidak sama dengan) 0 Bilangan komposit : bilangan yang memiliki faktor lebih dari dua Persen : pembagian dengan seratus Perbandingan senilai : dua perbandingan yang nilainya sama Perbandingan berbalik nilai : dua perbandingan yang harganya saling berbalikan Skala : bentuk perbandingan senilai dari ukuran suatu besaran nyata Bentuk akar : akar dari suatu bilangan yang nilainya merupakan bilangan irasional Logaritma : a c = b identik dengan a log b = c Mantise : bilangan desimal dari hasil pengambilan logaritma indeks atau karakteristik : bilangan bulat dari hasil pengambilan logaritma Persamaan : Kalimat terbuka yang memuat tanda “ sama dengan “ Pertidaksamaan : kalimat terbuka yang memuat tanda “ < , < , > , > Persamaan atau pertidaksamaan linear : suatu persamaan atau pertidaksamaan dengan variabelnya berpangkat satu. Eliminasi : melenyapkan Subtitusi : mengganti atau menyatakan salah satu variabel dengan variabel lainnya. Persamaan kuadrat : persamaan dimana pangkat tertinggi dari variabel (peubah) adalah dua Akar-akar persamaan kuadrat : penyelesaian persamaan kuadrat Diskriminan : pembeda persamaan kuadrat, D = b2 – 4ac Matriks : susunan elemen-elemen atau entri-entri yang berbentuk persegipanjang yang diatur dalam baris dan kolom Ordo matriks : banyaknya elemen baris diikuti banyaknya kolom. Amxn berarti matriks A berordo m x n Matriks diagonal : matriks yang seluruh elemennya nol kecuali pada diagonal utamanya tidak semuanya nol. Matriks identitas : matriks yang semua elemen pada diagonal utamanya adalah satu dan elemen lainnya adalah nol.
DAFTAR PUSTAKA Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar’iyyah Modern,Yogyakarta: Andi Irham Fahmi. 2015. Matematika Keuangan, Bandung: CV Alfabeta Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonosia. Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Bogor : Ghalia Indonesia Veitzal Rivai dan Arvian Arifin. 2010. Islamic Banking. Jakarta: PT Bumi Aksara Farah Margaretha. 2015. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Grasindo. Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara Kasmir. 2007. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Irham Fahmi. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: ALFABETA. Farah Margaretha.2015. Manajemen Keuangan. Jakarta:PT RajaGrasindo Syafi’I Antonio. 2001. Bank SyariahDari Teori KePatri. Jakarta : Gema Insani. Lincolin Arsyad. 2014. Ekonomi Industri Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Veitzal Rivai dan Arvian Arifin. 2010. Islamic Banking, Jakarta : PT Bumi Aksara Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Mudrajat kuncoro dan Suharjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE. Rizal yahya. 2014. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta : Selemba empat Andri Soemitra. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Prenandamedia group. Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta : penadamedia group. M. Arafat Yusmad. 2018. Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori Praktik, Yogyakarta : Deepubulish. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta) Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Nanang Martono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers. . 132
DAFTAR PUSTAKA Fahmi, Irham. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta. Brigham, Eugene F, & Houston, Joel F. 2001. Manajemen Keuangan. Buku I Edisi 8 (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Kasmir. 2005. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Subramanyam, K. R., & Wild, John. J. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Buku I Edisi 10 (terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Hery, S.E, M.Si. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Dermawan dan Djahotman. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media Martani, Dwi., Veronica, Sylvia., Wardhani, Ratna., Farahmita, Aria., Tanujaya, Edward. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku I. Jakarta: Salemba Empat 132