The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ahmadlilo.lilo398, 2022-09-27 03:37:17

MODUL 1 DTGP- K3LH DAN BUDAYA KERJA

MODUL 1 DTGP- K3LH DAN BUDAYA KERJA

MODUL 1
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN PRAKTEK
KERJA INDUSTRI

Tujuan Pembelajaran :

1. Memahami Praktek – Praktek Kerja Yang Aman.
2. Mengetahui Bahaya – Bahaya di Tempat Kerja
3. Mengetahui Prosedur – Prosedur Dalam Keadaan Darurat
4. Memahami Penerapan Budaya Kerja Industri 5 R (Ringkas,

Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 1
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

PENDAHULUAN

Kecelakaan dapat terjadi di segala bidang pekerjaan, tidak terkecuali pada
lingkup usaha pertambangan. Telah disadari pula bahwa pencegahan
kecelakaan lebih baik dddaripada mengatasi kecelakaan.

Filsafat Dasar pencegahan kecelakaan meliputi 5 langkah yaitu:
a. Adaya organisasi keselamatan kerja, yang dapat dukungan dari pimpinan

perusahaan, mempunyai prosedur yang sistematis dan berbentuk “safety
engineer”.
b. Mencari Fakta (fact finding), dengan jalan inspeksi, observasi, pencatatan
statistic, Penilaian dan penyelidikan.
c. Analisa dengan “frequency rate” ataupun “severity rate” ke lokasi kejadian
dan mengetahui sebab utama timbulnya kecelakaan.
d. Pendekatan pencegahan kecelakaan dapat dilaksanakan secara pendekatan
pribadi, persuasi dan imbauan ataupun instruksi dan diikuti dengan
perbaikan teknik.
e. Pelaksanaan pencegahan kecelakaan, dengan pengawasan pendidikan
maupun penyuluhan dalam bidang engineering.

Hal tersebut diatas perlu direnungkan karena masalah Keselamatan kerja
merupakan bagian integral dari kegiatan roduksi, adalah merupakan suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.

Oleh sebab itu penanganan masalah Keselamatan kerja harus ditangani secara
terus menerus dan tidak ditangani secara tambal sulam. Karena kegiatan
Keselamatan kerja baru akan berhenti bersamaan dengan berhentinya
pekerjaan industry artinya bilamana sudah tidak ada kegiatan manusia
maupun peralatan di lingkup industry tersebut.

Oleh sebab itu penangan masalah Keselamatan kerja harus ditangani secara
terus menerus dan tidak ditangani secara tambal sulam. Karena kegiatan
Keselamatan kerja baru akan berhenti bersamaan dengan berhentinya
pekerjaan industry artinya bilamana sudah tidak ada kegiatan manusia
maupun peralatan dilingkup industry tersebut. Maka menjadi kewajiban bagi
pimpinan perusahaan untuk melaksanakan program – program Keselamatan
kerja ini.

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 2
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

MATERI

A. Pokok – Pokok Keselamatan Kerja

1. Metode Kerja

Metode kerja industry yang berbeda – beda maka teknik pelaksanaan K3
berbeda pula dan bobot resiko kecelakaan bagi para pekerjanya akan berbeda
pula. Pada setiap kegiatan operasi industry tersebut, maka telah
menghadapkan para pekerjanya dengan resiko kecelakaan.

Maka menjadi tugas utama dari pemerintah (Departemen Keselamatan Kerja)
serta perusahaan untuk menghindari atau mengurangi sampai sekecil mungkin
Kecelakaan tersebut. Karena Kecelakaan di lingkup industry khususnya di
Lingkungan kehilangan material pertambangan dapat berakibat rusaknya
peralatan/ permesinan, kehilangan waktu yang menggangu produksi,
hilangnya nyawa atau cacat bagi para pekerja yang juga akan berakibat bagi
keluarganya.

2. Keselamatan Kerja dan Kerugian Kecelakaan

Tujuan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja bertujuan untuk memberikan suasana kerja atau
lingkungan kerja yang aman bagi para pekerjanya. Jadi Keselamatan kerja
tujuannya adalah:
a. Mencegah terjadinya berencana kecelakaan, sehingga
b. Menghindarkan kemungkinan terhambatnya produksi, serta
c. Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan

berkurangnya kecelakaan yang terjadinya.

Hakekat Keselamatan Kerja

Hakekat Keselamatan kerja adalah mengadakan pengawasan terhadap 4 M,
yaitu manusia ((man), alat – alat atau material (Materials) mesin – mesin
(Machines) dan Metode kerja (Methods) untuk memberikan lingkungan kerja
yang aman sehingga tidak terjadi Kecelakaan manusia atau tidak terjadi
kerusakan/ kerugian pada alat – alat dan mesin. Jadi hakekat Keselamatan
kerja dapat digambarkan sebagai Berikut:

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 3
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

Keuntungan / Pentingnya Keselamatan Kerja sebagai berikut:

a. Menyelamatkan Pegawai/Karyawan, dari Kesakitan/penderitaan
sakit/cacat; Kehilangan waktu; Kesedihan; Kehilangan masa depan;
Kehilangan pemasukan uang/nafkah, dll.

b. Menyelamatkan Keluarga, dari Kesedihan/kesusahan; Masa depan yang
tidak menentu; Kehilangan pemasukan uang.

c. Menyelamatkan Perusahaan dari Kehilangan tenaga kerja; Pengeluaran
biaya karena akibat kecelakaan; Melatih atau mengganti karyawan yang
celaka; Kehilangan waktu karena terhenti kegiatan; Menurunya produksi,
bahkan mungkin sampai produksi terhenti.

Kerugian yang ditimbulkan oleh kecakaan Kerja

Kecelakaan kerja dapat menimbulkan 2 jenis kerugian dilihat dari segi biaya:
a. Biaya langsung (Direct Cost)
Yaitu biaya yang harus dibayar secara langsung berupa biaya untuk manusia,
pengobatan, alat – alat, penggantian alat.
b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)
 Biaya kehilangan waktu dari penderita/ korban
 Biaya karena waktu yang hilang dari pekerja – pekerja lain yang berhenti

bekerja karena adanya Kecelakaan
 Biaya karena waktu para Pengawas yang hilang untuk: membantu/

menolong yang celaka, mengatur pekerja pengganti sikorban, penyelidikan

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 4
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

sebab Kecelakaan, mempersiapkan laporan Kecelakaan
 Biaya yang disebabkan karena rusaknya mesin – mesin
 Biaya yang disebabkan karena menurunnya produksi, karena pekerja yang

mengalami efek psikologi sehingga produktivitas per orang menurun
 Biaya karena terhambatnya kemajuan proyek

Di Indonesia kerugian – kerugian yang disebabkan oleh Kecelakaan kerja belum
pernah dihitung, sehingga sulit untuk menyakinkan perusahaan – perusahaan
bahwa Kecelakaan kerja itu merugikan, juga dipandang dari segi biaya.

Penelitian yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
biaya langsung dan biaya tidak langsung yang diakibatkan oleh Kecelakaan
kerja berbanding 1:4.

3. Dasar – Dasar Mengenai Kecelakaan

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak terkendali
dan tidak dikehendaki yang disebabkan secara langsung oleh tidakan tidak
aman (unsafe act) dan atau kondisi tidak aman (unsafe condition) sehingga
menyebabkan terhentinya suatu kegiatan baik terhadap manusia maupun alat
– alat. Kecelakaan sering disebut dengan Konsep 3 U yaitu Unplanned (tidak
direncankan), Undesirable (tidak diinginkan), dan Uncontrolled (tidak dapat
dikendalikan).

Gambar 2 Diagram Kecelakaan 3 U

Klasifikasi Kecelakaan Tambang di Indonesia :
a. Luka Ringan : Apabila korban kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja

kembali ketempat semula seperti baiasa.
b. Luka Berat : Apabila korban lebih dari 3 minggu, baru dapat bekerja kembali

ke pekerjaan semula seperti biasa atau retak/patah/dislokasi/cacat tetap/
hilang bagian tubuh.

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 5
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

c. Mati: Apabila korban meninggal dalam waktu 24 jam sesudah terjadi
kecelakaan tersebut.

Untuk luka/kecelakaan berat dan mati harus sesegera mungkin dilaporkan
oleh Kepala Teknik Tambang ke Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/KAPIT
dan selanjutnya kecelakaan tersebut diperiksa oleh Pelaksana Inspeksi
Tambang (PIT) di lapangan.

Minimum Duration Of Disability adalah waktu terpendek yang tergolong
kecelakaan, artinya hilangnya waktu minimum akibat kecelakaan yang harus
dilaporkan. Masing – masing negara berbeda – beda. Untuk indonesia, Belgia,
USA 1 hari (mulai dihitung 24 Jam setelah terjadi kecelakaan); India, Belanda
2 hari, Jepang, Polandia, Jerman dan Inggris 3 Hari; Prancis 4 hari.

Pada kegiatan usaha pertambangan umum, yang dimaksud kecelakaan
tambang adalah kecelakaan yang memenuhi kriteria, sebagai berikut :
a. Kecelakaan benar-benar terjadi artinya kecelakaan tersebut benar – benar

terjadi, dalam arti tidak ada unsur kesengajaan dari pihak lain ataupun dari
si korban sendiri.
b. Menimpa Karyawan artinya yang mengalami celaka tersebut adalah benar-
benar karyawan yang bekerja pada perusahaan tambang tersebut.
c. Ada Hubungan Kerja Dengan Kegiatan Usaha Pertambangan artinya bahwa
pekerjaan yang dilakukan korban adalah mempunyai kaitan/hubungan
kerja usaha pertambangan dari perusaahaan yang bersangkutan.
d. Waktu Jam Kerja artinya kecelakaan tersebut terjadi dalam waktu jam kerja
dari korban, yaitu waktu antara mulai bekerja sampai berakhir kerja.
e. Di Dalam Wilayah Pertambangan artinya kecelakaan tersebut terjadi masih
ada di dalam wilayah usaha kegiatan usaha pertambangan dari perusahaan
yang bersangkutan.
Apabila kecelakaan yang terjadi di perusahaan pertambangan memenuhi
semua (lima) kriteria tersebut di atas, maka berdasarkan Kepmen nomor 555.
K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Pertambangan Umum dapat digolongkan sebagai “ Kecelakaan Tambang “.

Kecelakaan terjadi selalu ada penyebabnya, menurut teori HW. Heinrich
Penyebab Kecelakaan tersebut adalah :
a. Tindakan Tidak Aman (88%) antara lain : Tidak mengenakan alat proteksi

diri; Tidak mengikuti procedure kerja yang ditentukan; Tidak mengikuti
peraturan keselamatan kerja yang telah dibuat; Bekerja sambil bergurau;
Mengemudi melebihi kecepatan.

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 6
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

b. Kondisi Tidak Aman (10 %) antara lain : Lantai kerja yang licin; Tempat
bekerja yang berserakan dengan barang-barang yang tidak berguna/barang
bekas; Pencahayaan yang kurang; Bagian mesin yang berputar yang tidak
dilindungi dengan sungkup pengaman; Kondisi lingkungan tempat kerja
yang berdebu; Perkakas/peralatan yang sudah rusak/tidak standart.

c. Lain-lain/Diluar Kemampuan Manusia/Nasib (2%) Penyebab kecelakaan ini
dikategorikan kehendak Tuhan atau sering disebut dengan Takdir ataupun
Nasib seseorang.

Dalam rangka mencapai standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diinginkan serta dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan seperti yang
telah dibahas sebelumnya, maka tidak kalah pentingnya untuk melakukan
pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara terarah dan konsisten
terhadap seluruh karyawan yang terlibat dalam proses pekerjaan kegiatan
pertambangan agar dapat meniadakan keadaan berbahaya di lapangan.
Pembinaan ini harus didukung oleh semua manajemen, tanpa pandang bulu
dan selanjutnya disosialisasikan kepada segenap karyawan untuk
dilaksanakan dan dipatuhi bersama. Hal yang demikian ini penting dilakukan,
karena tanpa dukungan yang penuh dari semua pihak pembinaan tidak akan
efektif berjalan.

Adapun usaha-usaha pembinaan yang dapat dilakukan untuk mencapai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diinginkan, antara lain sebagai berikut
:

1. Penyuluhan
Penyuluhan K3 ini dapat dilaksanakan pada semua bagian kerja dan
dengan waktu dan jumlah yang telah terencanakan dengan baik, sehingga
hasilkan akan maksimal. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa Ceramah
tentang K3; Pemasangan poster-poster K3; Pemutara film/slide tentang K3;

2. Safety Talk
Safety talk ini dapat dilakukan pada setiap gilir kerja atau setiap pada awal
shift dan biasa membahas apa yang akan dikerjakan, apa bahayanya,
peralatan apa yang harus dikenakan dan bagaimana cara penangananya
bila terjadi bahaya.

3. Safety Training
Pembinaan K3 dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang terprogram dengan

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 7
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

baik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Bentuk-bentuk
pelatihan ini, antara lain Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan
kerja; Pelatihan pemadam kebakaran; Pelatihan pengendalian keadaan
darurat; Pelatihan P3K (First Aid), dll.

4. Safety Inspection
Inspeksi K3 ini sangat perlu dan efektif dilakukan dalam rangka upaya
pembinaan K3 di lapangan. Dengan adanya inspeksi K3 yang terencana
dan terjadwal dengan baik, maka kekurangan-kekurangan yang terjadi di
lapangan dapat terdeteksi secara dini sehingga hal-hal yang
membahayakan dapat dicegah. Adapun bentuk inspeksi K3, antara lain :
Inspeksi tidak terencana dan Inspeksi terncana (Observasi/inspeksi umum
dan periodik).

5. Safety Investigation
Bentuk upaya pembinaan K3 melalui suatu investigasi kejadian nearmiss/
kecelakaan/ kejadian berbahaya, hal ini sangat perlu dilakukan dalam
rangka mendapatkan penyebab dari kejadian tersebut. Dengan diketahui
penyebab kejadian, maka dapat dilakukan suatu koreksi yang selanjutnya
diharapkan kejadian yang sama tidak lagi terjadi.

6. Safety Meeting
Dengan diadakan pertemuan K3 secara terencana dan rutin, maka hal-
hal/permasalahan yang berkaitan dengan K3 dapat dibicarakan atau
dievaluasi dengan baik. Safety meeting ini melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan operasional pekerjaan yang dilakukan.

7. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja
Lingkungan kondisi kerja perlu dilakukan pemantau dengan cara
pengukuran/pengujian untuk mengetahui sejauh mana lingkungan kerja
tersebut tidak mengganggu kesehatan pekerja. Lingkungan kondisi kerja
yang perlu diperhatikan, antara lain Kondisi debu; Kondisi kebisingan;
Kondisi pencahayaan, dll.

8. Penyediaan Alat-Alat Perlengkapan K3
Betapapun baiknya suatu program K3 namun tidak dibarengi penyedaiaan
alat-alat perlengakapan kerja yang baik dan benar, maka program tersebut
dianggap tidak lengkap/tidak berhasil. Adapun alat-alat perlengkapan K3
yang diperlukan dalam menunjang pekerjaan pertambangan sebagai

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 8
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

berikut :
 Alat Pelidung Diri (APD) : Topi pengaman, sepatu pengaman, sarung

tangan pengaman, masker pengaman, kacamata pengaman, dll
 Alat Perlengkapan K3 : Gas detector, APAR, safety belt, safety lamp,

tangga, tandu, dll.

9. Organisasi K3
Dalam rangka menjalankan fungsi pokoknya, maka disetiap perusahaan
pertambangan wajib dibentuk organisasi K3 yang dilengkapi dengan
peralatan yang diperlukan termasuk personilnya yang dituntut mampu
melaksanakan tugas yang diembannya. Pimpinan organisasi K3 ini
bertanggung jawab langsung terhadap Kepala Teknik Tambang tentang
permasalahan-permasalahan K3 yang ada.

10. Program K3 Tahunan
Untuk lebih terarah dan mudah untuk dilakukan evaluasi, maka program
K3 tahunan perlu dibuat. Hal ini diperlukan agar lebih memudahkan dalam
pelaksanaan serta lebih mudah untuk dilhat progresnya, sehingga apabila
terjadi hal-hal diluar program yang telah ditetapkan maka dapat untuk
menjadikan koreksi pada program pada tahun berikutnya. Program K3 ini
harus benar-benar mencakup semua aspek K3 yang ada pada perusahaan
yang bersangkutan.
Unsur – unsure pokok yang dapat membuat program K3 efektif, yaitu antara
lain : Kebijakan/Policy K3; Tanggung Jawab K3; Pertanggung Jawaban K3;
Rasa Keterlibatan; Pengakuan/Motivasi.
Sedangkan komponen – komponen program K3 dapat terdiri, antara lain :
Program Pelatihan Observasi K3; Program Job Safety Analysis (JSA);
Inspeksi K3 terencana; Inspeksi bersama; Pertemuan dan Pelatihan K3;
Audit K3.

11. Pencegahan Kebakaran
Secara umum kita mengenal api adalah sebagai benda yang menyala yang
mengeluarkan lidah apai maupun yang hanya memancarkan sinar panas
tanpa lidah api (bara). Proses terjadinya api secara umum karena adanya
kontak antara 3 (tiga) unsure utama, yaitu :
 Fuel (bahan) Seperti : kayu, serat, tekstil, cairan yang dapat terbakar,
gas, bahan kimia, plastik.
 Oksigen Yaitu oksigen bebas di udara ataupun oksigen murni .

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 9
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

 Heat (panas) seperti : tenaga panas kimia, listrik, tenaga panas mekanis
dan panas.

Untuk memadamkan api kita harus mengetahui jenis atau klas api yang kita
akan padamkan. Adapun klasifikasi/jenis api, adalah sebagai berikut ini :

 Klas A – (Ash/Abu); Api yang biasanya berasal dari material yang mudah
terbakar, dengan sisa pembakarannya abu.
Material: kayu, plastik, kertas, kain dll
Pemadaman: pendinginan dengan air bertekanan atau dengan
menyelimuti dengan Foam/ ry Chemical (kimia kering ).

 Klas B – (Boil / Mendidih); Api yang berasal dari bahan / material cair
mudah menyala atau mudah tebakar (BBC).
Material: minyak diesel, solar, grease, tiner, bensin, cat, alkohol, dll
Pemadaman : pembatasan kontak supply udara atau bahan kimia khusus
untuk memadamkannya: Foam (busa), CO2, Kimia Kering.

 Klas C – (Current); Api yang terjadi karena listrik.
Jenis api listrik: motor- motor listrik, kabel trolley, peralatan baterai,
transformator, switch kontak.
Pemadaman: adalah dengan bahan non konduksi seperti: carbon dioxide
(CO2) dan bubuk kimia kering, halon.

 Klas D – (Metal); Api yang berasal dari atau karena metal atau logam.
Material: magnesium, titanium, zirconium, sodium dan potassium.
Pemadaman: jangan menggunakan klas A (air), karena bahan-bahan metal
tersebut akan menjadi rusak. Pemadaman sebaiknya dengan bubuk
kering yg mengandung garam dapur, grafit atau grafit fosfor.

Prinsip – prinsip dasar pengamanan kebakaran:
• Perlindungan terhadap keselamatan jiwa (life safety)
• Perlindungan terhadap harta benda dan bangunan (Property safety)
• Perlindungan informasi/proses (Process safety) d) Perlindungan lingkungan

hidup dari kerusakan (Enviromental safety)

Pemeriksaan Kecelakaan Laporan Kecelakaan Kerja adalah mengumpulkan
fakta – fakta (peninjauan on the spot, wawancara dan lain – lain). Nilai dari
pekerjaan ini ditentukan oleh dapat tidaknya diterapkan “pengobatan”/ cara-
cara pencegahan agar kecelakaan yang sama tidak terjadi lagi dikemudian hari.

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 10
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

 Dasar pemeriksaan
Dasar dari pemeriksaan kecelakaan ini adalah menemukan penyebab dari
kecelakaan dan kemudian segera mengadakan tindakan – tindakan koreksi.
Untuk pemeriksaan ini, perlu diterapkan teknik bertanya sebagai berikut:
Siapa ---------- terluka?
Dimana --------- terjadi?
Bila ----------- terjadi?
Apa ------------ penyebab – penyebab penunjang dan langsung?
Mengapa --------- tindakan tidak aman/ kondisi tidak aman bisa terjadi
(dibiarkan)?

 Tindakan koreksi
Setelah diketahui sebab – sebab kecelakaan maka harus segera diambil
tindakan koreksi. Tindakan koreksi ini berdasarkan atas kasus – kasus
kecelakaan masing – masing.
Ada 4 macam tindakan koreksi yaitu:
a) Perbaikan terhadap mesin – mesin
b) Persuasi, himbauan, intruksi tentang cara kerja yang aman
c) Penempatan, pemindahan/mutasi pegawai ke pekerjaan yang sesuai
d) Disiplin berupa penerapan disiplin, tindakan administratif dan
sebagainya.

Laporan Kecelakaan Kerja dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pekerja industri yang cedera akibat kecelakaan kerja yang bagaimana

ringannya harus dilaporkan ke ruang Pertolongan pertama pada kecelakaan
atau tempat perawatan kesehatan.
2) Laporan kecelakaan dan pengobatannya sebagai dimaksud butir (1) harus
dicatat dalam buku yang disediakan khusus untuk kecelakaan kerja
3) Apabila terjadi kecelakaan berakibat cedera berat atau mati, pengawas
harus sesegera mungkin memberitahukan kepada kepala Pelaksana
Inspeksi Daerah ( Kepala Dinas Tenaga Kerja)

4. Kesehatan Kerja

Tujuan kesehatan kerja adalah untuk melindungi pekerja dari segala hal yang
dapat merugikan kesehatan akibat kerja. Disini juga dipantau tentang penyakit
atau cidera yang disebabkan oleh akibat factor-fakator yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan. Kesehatan para karyawan harus
diperhatikan, untuk itu maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh
karyawan.

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 11
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

 Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
Pekerja Baru : Hal ini perlu dilakukan guna mengetahui kondisi awal
menyeluruh dari karyawan baru tersebut.
Pekerja Lama: Hal ini perlu dilakukan guna memantau kesehatan/penyakit
yang mungkin timbul oleh karena akibat dari pekerjaan yang dilakukan.
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dilakukan setiap : bagi karyawan
tambang bawah tanah, minimal 6 bulan sekali; bagi karyawan tambang di
permukaan, minimal 1 tahun sekali.

 Lingkungan Tempat Kerja
Lingkungan tempat kerja merupakan suatu factor yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan, maka harus dilakukan penanganan yang serius,
karena hal tersebut akan berpotensi menimbulkan sakit akibat kerja bila
terlalu lama terpapar dengan intensitas yang tinggi. Unsur-unsur yang
memberikan pengaruh / kontribusi terhadap timbulnya lingkungan tempat
kerja (working environmental) yang tidak sehat, antara lain :
- Debu : Dapat mengganggu kesehatan, terutama saluran pernafasan
bahkan juga paru-paru (antracosis, silicosis, asbetosis).
- Kebisingan : Dapat mengganggu bahkan merusak fungsi pendengaran.
- Pencahayaan : Dapat mengganggu dan merusak daya penglihatan.
- Getaran : Dapat mengganggu dan merusak struktur tubuh/tulang
(persendian).
- Gas-gas beracun/berbahaya :Dapat mengganggu tidak hanya kesehatan
tetapi juga bias langsung mematikan.

 Ergonomi
Ergonomi yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
antara lain: Tempat duduk; Alat kerja; Dimensi tempat kerja, dll.

B. Perlengkapan Keselamatan Kerja

Alat – alat untuk pencegahan Kecelakaan dapat digolongkan menjadi 3
kelompok, yaitu: Alat – alat deteksi, Alat – alat pertolongan atau penyelamatan
Alat – alat pelindung diri.

1. Alat – Alat Deteksi

Terdapatnya gas – gas berbahaya seperti CO, CO2, NO, NO2, S2, H2S, atau
kekurangan oksigen dalam udara (di tambang bawah tanah, di kawah
gunungapi, dll) sangat membahayakan terhadap pekerja – pekerja. Baik pada

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 12
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

pekerjaan eksplorasi, pekerjaan eksploitasi, maupun pada pekerjaan
pertolongan, dan kegiatan – kegiatan
industry lainnya.

Gas – gas tersebut diatas ada yang bisa
dikenal karena mempunyai bau tertentu,
misalkan H2S berbau tidak enak atau
seperti telur busuk, gas SO2 baunya sangat
merangsang. Tetapi gas – gas NO, NO2,
CH4, O2, CO, CO2 tidak mudah diketahui.

Maka untuk mengetahui adanya semua gas Gambar 3 Alat Deteksi Gas Beracun
– gas dan zat asam tersebut diatas serta
prosentasenya harus bisa diketahui dengan
alat – alat deteksi (detector – detector)

Untuk mengetahui tingkat kebisingan suara yang ditimbulkan oleh alat kerja
yang digunakan misalnya mesin diesel penggerak listrik, mesin pemecah batu
(Crushing Plant) maka digunakan alat pendeteksi kebisingan.

Demikian pula mengetahui kadar debu, cacat dari besi, cacat pada tali kawat,
tekanan dari atap batu diterowongan, dipakai alat – alat deteksi tertentu.

Gambar 4 Alat Pengukur Tingkat Gambar 5 Salah Satu Contoh Alat Ukur
Kebisingan Suara Debu

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 13
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

2. Alat – Alat Pertolongan Atau Penyelamatan

Alat – alat penyelamatan digunakan apabila terjadi
sesuatu Kecelakaan untuk menyelamatkan alat – alat
dari kerusakan atau kemusnahan serta manusianya
sendiri, setiap perusahaan selalu menyediakan kotak
P3K sebagai alat untuk menangani jika terjadi keadaan
yang darurat.

Blok – blok pemadam api selagi masih keci. Apabila api
telah menjadi besar maka harus dipadamkan dengan Gambar 6 Kotak P3K

mobil pemadam kebakaran.

Pelampung untuk memberikan pertolongan kepada
orang – orang yang jatuh ke dalam air.

Tabung oksigen dan regulator untuk membantu
pekerja yang mengalami gangguan pernapasan atau
sesak nafas. Perlengkapan ini sebaiknya disediakan
pada setian perusahaan untuk mengurangi resiko
yang lebih fatal bagi pekerja yang mengalami
gangguan kesehatan.

3. Alat – alat Pelindung Diri Gambar 7 Tabung
Oksigen dan Regulator

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha

teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat

diutamakan. Namun terkadang jika keadaan bahaya masih belum dapat

dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat – alat pelindung diri

(personal protective devices).

Alat alat demikin harus memenuhi persyaratan enak dipakai, tidak
mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis
bahaya. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap
bahaya – bahaya Kecelakaan.

Alat – alat proteksi diri beraneka macam ragamnya. Jika digolongkan Menurut
bagian – bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis – jenis alat proteksi diri
dapat dilihat pada daftar Berikut:
a. Kepala: pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan
b. Mata: kacamata dari berbagai gelas

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 14
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

c. Muka : Perisai muka
d. Tangan, jari – jari: sarung tangan
e. Kaki : Sepatu
f. Alat pernapasan : respirator/ masker khusus
g. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga
h. Tubuh : pakaian kerja dari berbagai bahan.

Berpedoman pada pasal 12 dan 14 UU Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970,
pasal 2 peraturan Pemerintah No.19 tahun 1973 maka perusahaan diwajibkan
menyediakan alat – alat pelindung diri bagi karyawannya sebagai Berikut:

Jenis dan Sifat Pekerjaan Alat Pelindung Diri
Pemboran Pelindung Debu/dust masker, tutup
Tambang Terbuka telinga, safety belt + tali, topi, sarung
Crushing Plant tangan, baju hujan.
Operator Alat Berat Topi pengaman, sepatu pengaman,
Bengkel cor sarung tangan untuk pemecah batu,
Bengkel Besi baju hujan
Bengkel Kayu Topi pengaman, sepatu pengaman,
Bengkel Bubut pelindung debu, kacamata pelindung
Bengkel Pelat debu, pelindung telinga, baju hujan
Ikat pinggang khusus, sepatu
pengaman, topi pengaman, sarung
tangan, pelindung debu.
Topi pengaman, sepatu pengaman,
sarung tangan, pelindung muka,
baju tahan api
Sepatu pengaman, sarung tangan,
kacamata pengaman, pelindung
telinga, baju tahan api
Sepatu pengaman, sarung tangan,
kacamata pengaman, pelindung
telinga, pelindung debu
Sepatu pengaman, sarung tangan,
kacamata pengaman, pelindung
muka
Sepatu pengaman, sarung tangan,
kacamata pengaman, topi pengaman

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 15
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

Bengkel Las Sepatu pengaman, sarung tangan,
kacamata las, topi pengaman, topeng
Bengkel Alat Berat las/pelindung dada
Bengkel diesel Sepatu pengaman, sarung tangan,
Bengkel mobil kacamata pengaman, topi pengaman
Sepatu pengaman, sarung tangan,
Bengkel Listrik/PLTD kacamata pengaman, topi pengaman
Sepatu pengaman, sarung tangan,
Gudang umum kacamata pengaman, topi pengaman,
Gudang bahan peledak pelindung pernapasan
Sepatu pengaman, sabuk pengaman,
pelindung telinga, topi pengaman,
perlengkapan isolasi
Sepatu pengaman, sarung tangan,
topi pengaman
Sepatu pengaman, sarung tangan,
topi pengaman, gas respirator/ gas
mask

Berikut macam – macam alat pelindung diri:

Alat Pelindung Kepala
Helm: untuk melindungi kepala dari
kejatuhan benda kerja. Gunanya
selain melindungi kepala dari
sengatan terik matahari, juga untuk
melindungi dari benda – benda yang
jatuh dari atas misalnya pekerjaan
Pemboran termasuk terewongan
Alat Pelindung Mata
Gogles: berfungsi untuk melindungi
mata dari percikan bunga api
maupun percikan zat kimia (perisai
muka) maupun debu – debu yang
beterbangan.
Alat Pelindung Telinga

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 16
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

Ear Muff (tutup telinga) berfungsi 17
untuk melindungi telinga dari suara
yang tingkat kebisingan yang
berlebihan/ melebihi nilai ambang
batas yang ditetapkan.
Alat Pelindung Pernapasan
Masker (Pelindung hidung) berfungsi
untuk melindungi hidung dari
bahaya debu – debu tambang yang
berpartikel halus sampai sangat
halus.
Pelampung
Alat ini berfungsi untuk melindungi
diri agar tubuh tidak tenggelam dan
berwarna yang mencolok dan dilapisi
spotlight berfungsi untuk lebih jelas
dimalam hari
Rompi
Rompi ini berfungsi untuk
kepentingan pekerja agar tampak
jelas, dan pada rompi ini terpasang
arna yang mencolok spotlight, agar
pada malam hari terlihat dengan
jelas jika pengguna mengalami
tersesat didalam tugas/ bekerja
Sarung tangan
Alat perlindungan ini dibuat dari
kain atau asbes, gunanya untuk
melindungi tangan pada waktu
memegang benda – benda kasar atau
yang berulir kasar. Sarung tangan
asbes gunanya untuk memegang
benda – benda panas
Alat Pelindung kaki
Safety Shoes
Alat ini melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda keras, terlindas

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

dari benda putar, dimana ujung dari
sepatu ini biasanya diisi dengan
bahan yang kuat (plat dari baja/
besi), sebaiknya sepatu tersebut
tahan air, sehingga pekerja tidak
akan terserang oleh penyakit cacing
tambang, yang kebanyakan
masuknya cacing tambang melalui
kaki telanjang

C. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat

1. Pengertian - Pengertian

Keadaan darurat adalah suatu keadaan yang tidak diharapkan terjadi dan
harus dilakukan tindakan / pertolongan sesegera mungkin untuk
meminimalisasi terjadinya tingkat kerusakan / kerugian yang lebih parah.

Tim Tanggap Darurat adalah tim yang terdiri dari Floor Warden, First Aider,
dan Fire Brigade di suatu unit kerja.

Floor Warden adalah seseorang yang bertugas menanggulangi keadaan darurat
pada satu lantai di unit kerjanya.

First Aider adalah seseorang yang bertugas memberikan pertolongan medis
kepada korban keadaan darurat.

Fire Brigade adalah tim dari Satpam yang bertugas memadamkan api ketika
terjadi kebakaran.

Evakuasi adalah upaya penyelamatan orang di lokasi kerja menuju lokasi yang
lebih Aman.

Darurat medis (Kecelakaan) adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang
dan perlu penanganan yang serius. Keadaan ini dapat disebabkan karena
keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan lain – lain.

Bahaya/Hazard adalah potensi yang dapat menyebabkan terjadinya risiko yang

membahayakan. Jenis Bahaya ada lima, yaitu bahaya biologi (virus, bakteri,
jamur, serangga, dst), fisik (debu, tanah longsor, dst), kimia (larutan kimia, uap
beracun, bahan-bahan kimia berbahaya, dst), psikososial (kebosanan, beban

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 18
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

kerja, dst) dan ergonomi (posisi kursi yang tidak nyaman, cara kerja yang tidak
tepat, dst).

Risiko adalah dampak atau tingkat keparahan dari hazard yang ada.
Kombinasi dari kemungkinan dan konsekuensi terjadinya kecelakaan dari
bahaya tertentu.

Tingkat 1 (Situasi Darurat Lokal) adalah suatu keadaan darurat yang
langsung dapat diatasi sepenuhnya oleh personil Tim Tanggap Darurat yang
sudah ada di unit kerjanya dan tidak memerlukan daya tambahan lagi, serta
tidak berdampak pada terhentinya suatu proses kegiatan dalam waktu lama.

Tingkat 2 (Situasi Darurat Terbatas) adalah keadaan darurat yang terjadi di
satu/beberapa unit kerja dalam satu wilayah (fakutas/fasilitas umum) dan
mungkin membutuhkan beberapa sumber daya tambahan dari Tim Tanggap
Darurat yang tersedia di unit kerja lainnya, serta dapat berdampak pada
terhentinya suatu proses kegiatan dalam satu hari/lebih.

Tingkat 3 (Situasi Darurat Besar) adalah keadaan darurat yang dapat
menyebar melampaui batas satu unit kerja atau bahkan batas kampus UI, dan
untuk penanggulangannya membutuhkan sumber daya tambahan dari pihak
berwenang di luar Instansi/perusahaan, seperti kepolisian, Pemda setempat,
dan lain-lain.

2. Perencanaan dan Penanganan Keadaan Darurat

Perencanaan penanganan keadaan darurat pada suatu perusahaan tambang
bisa berbeda – beda. Berikut salah satu contoh perencanaan penanganan
keadaan darurat suatu perusahaan:
a. Perusahaan melakukan identifikasi terhadap potensi keadaan darurat yang

berisi.
b. Rencana pengendalian terhadap potensi keadaan darurat yang ada dengan

metode dokumentasi berupa pembuatan Standar Keadaan Darurat , nomor
telepon penting, struktur organisasi keadaan darurat, tugas dan tanggung
jawab team penanggulangan keadaan darurat dan standar penyimpanan
tabung gas bertekanan.
c. Sosialisasikan standar keadaan darurat untuk memastikan setiap karyawan
mengetahui tatacara penanganan keadaan darurat.

d. Lakukan uji coba penanganan keadaan darurat sesuai jadwal uji coba
dibawah koordinasi koordinator team penanggulangan. Tuangkan

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 19
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

evaluasinya dalam form Evaluasi uji coba penanganan keadaan darurat.
e. Simpan semua record ujicoba sesuai prosedur pengendalian catatan.

Penanganan Keadaan Darurat
a. Setiap pegawai dan pengguna jasa yang mengetahui adanya keadaan

darurat harus melaporkannya kepada tim penanganan keadaan darurat.
b. Tim K3 penanggulangan keadaan darurat bertanggungjawab menangani

keadaan darurat yang ada. Untuk keadaan darurat kebakaran, penggunaan
alat pemadam mengikuti standar penggunaan APAR.
c. Jika keadaan darurat tidak dapat ditangani oleh team penanggulangan
keadaan darurat, maka koordinator team harus segera menghubungi pihak
luar yang terkait untuk meminta bantuan.
d. Setelah keadaan terkendali, koordinator team bertanggungjawab melakukan
koordinasi investigasi bersama Safety Department maksimal 2 X 24 jam.
e. Lakukan aktivitas pemulihan keadaan segera setelah keadaan terkendali.
f. Simpan semua rekaman investigasi sesuai prosedur pengendalian catatan.

Pengendalian Peralatan Keadaan Darurat
a. Tim K3 bertanggungjawab mengidentifikasi semua peralatan keadaan

darurat, tuangkan dalam form daftar peralatan keadaan darurat.
b. Tim K3 bertanggungjawab untuk memastikan peralatan keadaan darurat

dalam kondisi baik dan siap pakai, untuk kepentingan ini, lakukan inspeksi
peralatan keadaan darurat, gunakan form check list APAR, check list kotak
P3K, dan check list box alarm system.
c. Tim K3 harus memastikan prosedur selalu dipelihara dan dilaksanakan.

Pengendalian rekaman dan informasi Keadaan Darurat
Tim K3 bertanggungjawab mengidentifikasi semua peralatan keadaan darurat,
tuangkan dalam form daftar peralatan keadaan darurat.

3. Petunjuk Evakuasi Dalam Keadaan Darurat

Evakuasi Kebakaran

a. Saat melihat api tetap tenang jangan panik
b. Segera hubungi petugas security. Security langsung menghubungi 112 atau

layanan pemadam kebakaran
c. Menjauh dari sumber api dan asap
d. Segera menuju pintu darurat bagi lantai dasar dan tangga untuk lantai 1

dan lantai 2

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 20
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

e. Bila memungkinkan ambil Alat Pemadam Api Ringan (APAR) untuk
memadamkan api.

f. Bila tidak berjalanlah dengan biasa dengan cepat. JANGAN LARI
g. Jangan membawa barang yang besar, tas kantor, tas tangan yang dapat

mengganggu gerakan
h. Bila api dirasa membesar maka jangan panik dan tetap tertib segera

meninggalkan gedung sesuai petunjuk/jalur yang telah ada
i. Bila terjebak asap kebakaran, maka tetap menuju tangga dengan ambil

napas pendek-pendek, upayakan merayap, merangkak, jangan berbalik arah
karena akan bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda
j. Bila harus menerobos asap maka tahanlan napas anda dan lari menuju jalur
evakuasi

Evakuasi Gempa Bumi

a. Tetap tenang jangan panik
b. Bila memungkinkan segera lari keluar gedung sesuai petunjuk/jalur

evakuasi yang telah ada, bila tidak memungkinkan cari tempat berlindung
yang dirasa aman .
Tempat berlindung yang dirasa aman adalah :
 Disamping almari atau meja, posisi merunduk dengan tangan melindungi

kepala
 Disamping pintu dalam kondisi setengah terbuka/jangan ditutup
 Disamping benda/mebel yang dirasa cukup kuat menopang benda jatuh
Jangan berlindung dibawah tangga dan jauhi area tangga.

Apabila anda mengalami keadaan darurat, maka :

SEGERA: Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika
diketahui/didengar terdapat tanda bahaya atau ketika anda diminta untuk
melakukannya;

HINDARI: Kepanikan;

IKUTI: Instruksi dan bekerjasamalah dengan mereka yang bertanggungjawab
atas keadaan darurat;

MATIKAN: Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci meja;

JANGAN: Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan mencari
barang-barang pribadi dan/atau orang lain;

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 21
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

PERGI: Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan jangan
menghalangi petugas dan peralatan mereka;

JANGAN: Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi dari atasan,
petugas atau pihak yang berwenang akan hal tersebut.

Kita tidak pernah menginginkan musibah terjadi, namun paling tidak jika kita
memahami prosedur peringatan dini dan keadaan darurat maka kita bisa
mengambil langkah-langkah dan keputusan yang tepat sesuai prosedur jika
suatu saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran dan gempa bumi.

D. Budaya Kerja Industri 5 R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin)

Secara umum pekerja cenderung memiliki pola pikir bahwa mereka akan
menghadapi kesulitan ketika akan menerapkan suatu perubahan atau
pembiasaan baru saat bekerja. Menurut mereka, pola pikir itu akan berdampak
pada sikap kerja, perilaku, dan tempat kerja. Padahal pola pikir seperti itu
justru dapat berpotensi menimbulkan kesulitan baru di masa yang akan
datang. Hal yang perlu kita sadari bahwa tempat kerja merupakan cerminan
pola pikir pemakainya. Tempat kerja yang tidak rapi, berantakan, dan
sebagainya dapat memperlihatkan proses pekerjaan yang cenderung negatif.
Dengan demikian, menerapkan perubahan atau pembiasaan baru di tempat
kerja dapat mempengaruhi perilaku dan sikap kerja pekerja sehingga dapat
menciptakan pola pikir bahwa perubahan tersebut tidak sulit untuk dilakukan
namun justru mempermudah pekerjaan itu sendiri.

Lalu, perubahan apa yang dimaksud? Perubahan dalam menerapkan 5R, yaitu
Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin di tempat kerja. Menerapkan 5R di
tempat kerja bertujuan untuk meningkatkan budaya disiplin dalam diri pekerja
dan memberikan kemudahan bekerja. Dari sisi keselamatan, perilaku dan
kondisi tidak aman dapat teridentifikasi dan dikendalikan sehingga
menurunkan atau bahkan menghilangkan potensi terjadinya nearmiss atau
kecelakaan kerja. Selain keselamatan, penerapan 5R juga mampu
meningkatkan kualitas produk, biaya produksi, proses pengiriman produk, dan
moral pekerja.

Ringkas

 Memilah barang yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
 Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
 Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 22
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

 Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.

Rapi

 Mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
 Menata peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya,

keseragaman, fungsi dan batas waktu penggunaannya.
 Pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan/barang mudah

ditemukan, teratur dan selalu pada tempatnya.

Resik

 Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
 Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
 Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
 Memperbarui atau memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
 Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
 Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
 Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
 Memperbarui atau memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.

Rawat

Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu. Membuat standar-
standar untuk tempat kerja yang bersih dan rapi serta cara untuk menjaganya
dalam bentuk suatu prosedur. Dalam penerapannya, diperlukan
mengidentifikasi secara dini masalah beserta tindakan awal, pengendalian
visual, dan pemberian kode tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu tidak adanya
kondisi abnormal.

Rajin

Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas. Setiap orang patuh
terhadap aturan dan membuatnya sebagai kebiasaan. Dalam penerapannya,
diperlukan partisipasi setiap pekerja dan pemeriksaan atau audit rutin untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi. Hasil yang diharapkan yaitu adanya
keterlibatan dan peningkatan moral semua pekerja.

REFLEKSI

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 23
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA

Setelah mempelajari materi‐materi tentang Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Budaya Kerja Industri, tandailah bagian‐bagian yang sudah kalian
kuasai dengan ceklist!

Pokok – Pokok Keselamatan Kerja

Perlengkapan Keselamatan Kerja

Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat

Budaya Kerja Industri 5R

MODUL 1 DASAR – DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN 24
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN BUDAYA KERJA INDUSTRI
SMKN 2 SANGATTA UTARA


Click to View FlipBook Version