The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gagasmedia, 2022-02-17 03:59:31

SIHIR MESIR DI TANAH JAWA

Kisah Tanah Jawa

KISAH TANAH JAWA

MSIHESIRIR

DI TANAH JAWA

@KISAH TANAH JAWA



MERAH SENJA
(1798)

Serangan itu tiba-tiba datang, mengh­ ancur­kan
segala sesuatu yang tampak dalam pandangan.
Kobaran api mel­ahap habis semua barak pasukan
yang ada. Angin yang bertiup kencang membuat
kobar­an api semakin membesar. Men­cipta­kan
kepulan asap yang terus melesat sampai pada
langit tertinggi. Dari kejauhan pasir-pasir ber­
terbanga­n membentuk gumpalan tanah me­
nyer­upai monster pembunuh, bers­iap meng­
hancurkan segala sesuatu yang tampak di atas
permukaan padang pasir yang luas tak terbatas.

Pasukan Napoleon berlarian men­ yelamatk­ an
diri dari “raksasa” yang men­utupi pan­dangan.
Mereka tidak tahu dari arah mana saja serangan
itu datang. Tak ada cara yang bisa mereka laku­
kan selain menghabiskan sisa peluru yang mereka
punya, tak peduli lagi jika peluru yang mereka
temb­akk­an mengenai rekan mereka sendiri.

1

Segala cara dilakukan agar musuh berhenti menyerang dan
mereka selamat.

Badai pasir datang secara bersamaan menyulitkan mereka
untuk mencari tempat yang aman di tengah serangan yang
semakin hebat. Monster pembunuh itu tampaknya tidak akan
memb­ iar­kan seorang pun hidup. Bahkan, mereka yang telah
mati pun terus ditembakinya hingga bagian tubuh mereka tak
lagi dikenali, hancur dengan darah yang terus mem­banjiri.
Mengu­ bah warna pasir menjadi kemerahan. Musuh tampak­
nya benar-benar ingin memastikan bahwa tak seorang pun
bisa selamat.

Merah senja itu tak lagi indah. Merah senja itu kini telah
bercampur dengan darah. Serangan itu telah menewaskan
seluruh pasukan Napoleon, kecuali seorang prajurit yang
ditemukan selamat tanpa terkena luka sedikitpun. Ajaib!

Konon kekuatan gaib yang ditemui di tempat Firaun
pernah berkuasa itu telah menyelamatkan dirinya dari
peristiwa mengerikan itu. Seorang lelaki tua yang tak dikenal,
membawanya masuk ke sebuah lorong yang belum pernah
dilihatnya. Lorong yang membuat si Prajurit pada dimensi
ruang dan waktu yang berbeda.

2

Pertempuran berakhir di waktu fajar. Pasukan Napoleon
dipaksa menyerah oleh Inggris. Seiring berakhirnya per­tem­
puran, keadaan kembali normal. Monster pembunuh ber­hasil
mel­aksanakan tugasnya dengan baik, membunuh meng­habisi
seluruh pasukan Napoleon.

Pertempuran Sungai Nil—yang lebih populer di Prancis
dengan nama Pertempuran Teluk Aboukir—adalah pert­em­
puran penting saat Perang Revolusi Prancis, antara armada
laut Inggris yang dikomandani oleh Admiral Horatio Nelson
dan armada laut Prancis di bawah pimpinan Wakil Admiral
Francois-Paul Brueys D’Aigalliers. Pertempuran tersebut ber­
langsung sejak senja hari 1 Agustus hingga keesokan paginya,
2 Agustus 1798.

3 (Ilustrasi: pertempuran Nil dengan “monster pembunuh”)

4

5



SEPINYA PURBA

Sebelum langit berubah menjadi gelap, se­
belum per­temp­ ur­an selesai, si Prajurit tiba-
tiba mengh­ilang di tengah ke­pulan asap dan
badai pasir yang tebal, meninggalkan medan pe­
pe­ranga­ n. Ia tidak menyadari bahwa dirinya telah
berp­­indah tempat dengan sangat cepat. Tadi­
nya, ia masih bisa men­d­­ engar suara pert­empur­
an yang men­ gerik­ an itu. Namun, sem­ akin lama
suara itu terasa semakin menjauh, hingga tak lagi
terd­engar apa pun, berganti menjadi sepi yang
purba.

Prajurit itu tidak tahu-menahu bagai­mana
ia bisa berada di dalam lorong itu. Yang ia ingat
hanya asap putih yang men­utup matan­ya, se­
belum akhir­nya tiba di bangunan megah yang
penuh dengan kemewahan. Tubuhnya seperti
berada dalam sebuah perangkap, tampak ringan

7

sehingga angin bisa menge­mpas­nya jauh. Dalam keadaan
seperti itu si Prajurit hanya bisa pasrah.

Bersamaan dengan itu, ia merasakan ada keteduhan yang
teramat sangat. Tidak lagi panas seperti sebelumnya ketika
berada dalam barak, yang berada di tengah padang pasir yang
luas. Si Prajurit Napoleon itu kini merasakan kedamaian yang
sangat dirindukannya. Dirinya seperti telah sampai di rumah,
duduk di pinggir sungai Sheine diantara tanaman-tanama­­n
yang men­yejukkan dengan bunga yang tumbuh berwarna-
warni.

Ia menikmati dengan perasaan senang, bahkan kes­ enang­
an itu bisa membuat dirinya lupa bahwa dia adalah seorang
prajurit Napoleon yang baru saja mendapat serangan hebat,
yang memb­unuh seluruh rekannya. Secepat itu semua­nya
ber­u­­ bah hingga ia mendengar suara dari seorang lelaki tua
yang meminta dirinya untuk segera membuka mata.

“Buka matamu prajurit.”

Si prajurit tidak menghiraukan suara itu, ia masih me­
nikm­ ati kedamaian yang telah lama ia rindukan. Bahkan, jika
benar ia sedang berada dalam mimpi, si Prajurit itu ingin se­
lama­nya berada di dalam sana, tak ingin terbangun. Semakin
jauh ia masuk lebih dalam, semakin terasa nyata kedamaian
itu, semakin tak ingin ia terbangun dan menghadapi dunia
yang sebenarnya.

8

“Wahai prajurit, bangunlah.”

Si Prajurit tak bisa lagi mengelak. Suara itu bergema ber­
ulang-ulang, membuat dirinya merasa terusik. Ia menebak-
nebak dari mana asal suara tapi masih enggan membuka mata.
Hingga kemudian…..

“Bangunlah!”

Suara itu terdengar lebih keras dan membuatnya ber­usaha
memb­ uka mata tapi terasa berat.

“Bangunlah! Jika tidak aku akan kembalikan kau ke medan
perang.”

Sontak ia terkejut mendengar kata-kata yang keluar dengan
nada bentakan itu. Perang menjadi kata yang tak ingin lagi di­
dengarnya karena telah menyaksikan banyak tubuh ber­gelim­
pang­an tak bernyawa. Ia tidak ingin kembali berp­ erang, ia tahu
betul penderitaan hebat yang terjadi akibat perang. Si Prajurit
memberanikan diri untuk membuka mata­nya pelan. Ia berharap
apa yang dilihatnya nanti bukanlah perang yang mengerikan
seperti yang ia alami sebelum menghilang secara gaib.

Saat membuka mata si Prajurit terkejut karena ternyata
ia berada dalam sebuah lorong. Lorong yang sangat luas
dengan banyak ruang di sisi kanan kirinya. Setiap dinding
dalam lorong itu dipenuhi dengan ukiran simbol-simbol dan
pa­tung-p­ atung yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ukiran
itu seperti menceritakan sesuatu.

9

Tak ada seorang pun terlihat selain dirinya. Lalu, dari mana
suara yang tadi membangunkannya berasal. Ia melangkahkan
kaki, menelusuri tempat asing itu. Sampai pada akhirnya ia
melihat lelaki tua itu berdiri membelakangi dirinya di suatu
sudut ruangan.

“Di mana aku?”
“Mengapa aku bisa berada di tempat ini?”
“Di mana teman-temanku yang lain?
“Lalu siapa kau?”
Lelaki tua itu meminta si Prajurit tenang dan mend­ engar­
kan apa yang akan diceritakan oleh si Lelaki Tua kepada­nya.
Tentang peperangan yang menewaskan seluruh pasukan
Napo­leon, penyelamatan gaib lewat kekuatan sihir, hingga
akhir­nya ia bisa sampai di tempat yang megah di sebuah
bangun­an piramida.

10

KITAB SIHIR

Waktu berlalu. Si Prajurit menghabis­kan
banyak waktu bersama Lelaki Tua di
dalam bangunan megah itu. Per­ist­iwa yang di­
alami prajurit Napoleon telah meng­insp­irasi
diri­n­ya untuk menulis sebuah kitab berisikan
mantra-mantra sihir.

Lelaki tua itu tampaknya memang sengaja
memb­­iar­k­an si Prajurit berlama-lama di dalam
sana. Ada sesuatu di dalam diri si Prajurit yang
memb­uat Lelaki Tua ingin mewarisi ilmu sihir
kepada­n­ya. Hal itu berkaitan dengan sosok
penguasa di Eropa yang dianggap pantas untuk
men­ guasai dunia.

Si Prajurit mendapatkan pengalaman gaib
yang tak pernah dib­ ayangk­an sebelumnya. Pra­
jurit itu mempelajari ilmu sihir yang sudah ada
sejak ratusan tahun yang lalu. Ia mengalami sen­
diri sebuah peristiwa yang membuatnya seperti

11

merasa di dalam mimpi, yang membuatnya mengakui bahwa
kekuatan sihir itu benar-benar nyata adanya.

Pengakuan Lelaki Tua kalau dia mengenal sihir lebih dulu
dari­p­ada tulisan, membuat si Prajurit berpikir bahwa ilmu
sihir yang telah didapatnya harus ditulis dan dikumpulkan
menj­­adi sebuah kitab agar tetap abadi. Namun, ia menyadari
ada risiko di masa depan yang mungkin bisa terjadi.

Tanpa disadari ternyata yang menggerakkan tangan si
Prajurit untuk menulis tiada lain berasal dari kekuatan sihir itu
sen­diri. Lelaki Tua bukannya tidak tahu-menahu atau tidak
men­­ yad­ ari dengan ancaman bahaya yang akan terjadi di masa
depan, tapi rasanya takdir sudah lebih dulu tertulis sebelum
manus­ia dilahirkan. Semua seperti sudah menjadi sebuah ke­
tentua­ n yang memang harus terjadi, menjadi kenyataan yang
tak lagi bisa dihindari. Kehidupan selalu membutuhkan ke­se­
imbang­an, yang terkadang tidak selalu bisa dipahami.

Lelaki Tua itu berharap nantinya kitab sihir yang telah di­
tulis oleh si Prajurit selalu berada di tangan orang yang tepat.
Meski demikian, dia menyadari sebelum sampai di tangan
orang yang tepat, akan ada banyak orang yang secara ber­
ganti­an memiliki kitab sihir itu, akan ada banyak pert­empur­an
di masa depan untuk memperebutkan kitab sihir itu, demi
hasrat menguasai dunia dan hidup dalam keabadian.

12

Kekuatan sihir bisa berpindah-pindah tanpa harus mem­
bacanya dari kitab, yang berarti siapa pun dapat melakukannya
jika telah menguasai mantra. Kekuatan sihir tidak selalu datang
ketika kitab sihir itu terbuka. Tanpa kitab sihir pun asal­k­ an
mantra mampu dibaca dengan benar, maka kekuatan sihir
itu akan datang dengan sendirinya. Namun, bukan berarti itu
mudah untuk dilakukan, hanya orang-orang tertentu saja yang
bisa melakukannya. Orang-orang yang memiliki keb­ erani­an
sejati yang mampu melakukannya.

(Ilustrasi: Kitab sihir kuno yang berasal dari Mesir diantaranya Kitab Black Pullet)

13



SIHIR MESIR
KUNO

Penyihir di Mesir kuno bukanlah sekadar
penyihir, seperti Lelaki Tua yang ditemui
si Prajurit di lorong. Dia ada­lah seorang pendeta
yang pada masa itu dianggap se­bagai salah satu
pejabat tertinggi. Menjadi perantara adalah raja
dan rakyat, serta antara raja dan dewa, itu sebab­
nya dia bisa memb­ angun bangunan megah yang
luar biasa.

Penyihir memiliki status khusus. Beberapa
firaun pun ada­lah seorang penyihir. Masyarakat
di sana percaya bahwa firaun sudah bersentuhan
dengan sihir sejak lama. Pengetahua­n mereka
tentang sihir mendahului pengetahuan mereka
tent­ang menulis. Sihir diajarkan di kuil dan tidak
semua orang di­izin­kan untuk mempelajarinya.

Sihir di Mesir kuno digunakan dalam per­
mohon­an kepada para dewa. Sihir pada masa itu

15

sering dikaitkan erat dengan pe­ngo­bata­n dan terapi, karena
merupakan bagian integral dari ritual penyembuhan dan
dipraktikkan menggunakan mantra dan teks suci.

Sihir pertahanan (sihir putih) adalah jenis sihir yang paling
umum di Mesir kuno dengan tujuan melindungi dari kejahatan,
penyakit dan bahaya; seperti gigitan ular, penyakit, atau
bahkan serangan militer. Namun, sihir terkadang digunakan
dengan tujuan menimbulkan bahaya seperti kutukan, yang
disebut dengan sihir hitam.

Sihir yang telah diberikan kepada si Prajurit bisa
di­guna­kan sebagai sihir putih maupun sihir hitam,
ter­gantung dari niat si pembaca mantra. Namun,
sekali saja digunakan untuk meminta per­sembaha­ n,
maka sihir itu akan berubah menj­adi sihir hitam se­
lamanya. Jika terjadi demikian, kitab sihir harus segera
dih­ ancurkan. Jika tidak, maka iblis yang datang akan terus
mem­ inta persembahan. Persembahan yang mereka minta
harus berasal dari manusia asli atau penduduk set­empat di
mana mantra itu dibacakan. Jika tak dikabulkan maka nyawa
si pembaca akan menjadi taruhannya, membaca mantra
berarti sudah paham dengan aturan main, dan mereka tidak
akan bisa lari dari bahaya itu. Tak akan pernah ada yang bisa
lolos dari kutukan itu.

16

Kitab sihir tersebut nantinya akan sering dibawa oleh
prajurit ke tanah jajahan. Mereka tidak akan membaca mantra
di tempat asal (tanah kelahiran) mereka sendiri. Mereka akan
membaca mantra di negara jajahan, karena takut kutukan
yang diakibatkan dari pembacaan mantra itu mengenai salah
satu dari keluarga mereka sendiri.

(Ilustrasi: Firaun yang sedang melakukan sihir)

17



HAKA

Masyarakat Mesir dulu percaya dewa-
dewanya memiliki kekuatan yang ber­
nama “Haka”, yang digunakan untuk membantu
manusia. Keajaiban haka bukan hanya milik
para dewa, tetapi juga para penyihir. Haka bisa
di­gunak­an untuk tujuan baik maupun jahat.
Si Prajurit menjadi satu-satun­ya orang Eropa
yang mend­ apat haka dari Lelaki Tua yang telah
me­nyelamatk­ an hidupnya. Yang kemudian
diabadikan dalam sebuah kitab.

Selain itu, haka juga berarti kekuatan supra­
natural yang diyakini orang Mesir kuno telah men­
cipta­kan alam semesta. Kata haka dit­ erjemah­kan
sebagai ka. Istilah ka dalam agama Mesir kuno
mengacu pada roh pelindung ilahi manusia, yang
merupakan aspek jiwa manusia atau dewa, yang
dapat hidup kembali setelah kematian. Di Mesir

19

kuno, praktik medis di­kom­binasi­kan dengan ritual magis dan
mantra untuk men­ yemb­ uh­kan orang sakit.

Setelah pertempuran yang terjadi di Mesir, si Prajurit yang
berhasil selamat kembali ke Prancis. Selain kitab yang ber­h­ asil
ditulisnya, si Prajurit pun menciptakan tongkat yang di­angg­ ap­
nya memiliki kekuatan gaib. Sejak saat itu banyak pemimpin
dunia terl­ihat mulai meniru si Prajurit dengan membawa
tongk­at sekhem yang dianggapnya memiliki kekuatan gaib.
Selain itu, tongkat sekhem juga melambangkan kekuasa­an
dan digunakan untuk menunjukkan otoritas atau pengaruh.

Sebagian orang percaya bahwa pusaka yang mereka miliki
dapat melindungi mereka dari serangan musuh maupun
ancama­n pembunuhan, seperti yang dilakukan Firaun. Bisa
dil­ihat pada lukisan atau patung kuno.

Si Prajurit sengaja merahasiakan kitab sihir. Ia hanya
memb­awa tongkat sekhem sebagai bagian dari cara untuk
menga­lih­kan perhatian orang-orang. Dengan demikian me­
reka akan mengira bahwa kekuatan sihir yang berasal dari
tong­kat sekhem itulah yang menyelamatkannya dari serangan
Inggris di Mesir.

20

Tentunya tongkat sekhem yang dibawa si Prajurit berbeda
dengan tongkat haka yang dibawa Firaun dalam lukisan mau­
pun ukiran patung kuno. Tongkat haka yang firaun bawa
benar-benar memiliki kekuatan sihir yang digunakan untuk
mel­ indungi dirinya.

(Ilustrasi: tongkat haka dan tongkat sekhem)

21



DEWA-DEWI
MESIR

Firaun percaya pada keberadaan dunia lain.
Sehingga dia menggunakan sihir untuk me­
lindungi dirinya dari setan dan dewa Mesir yang
jahat maupun berbahaya. Beberapa dewa-dewi di
Mesir yang sering muncul di kitab-kitab kuno.

Osiris
Salah satu dewa terpenting Mesir, dewa
dunia bawah. Dia juga melambangkan ke­
matian, kebangkitan, dan siklus banjir Nil
yang di­andal­kan Mesir untuk kesuburan
per­ta­nia­n. Osiris dipercaya sebagai raja
Mesir yang di­bunuh dan dipotong-potong
oleh saudaranya, Seth. Istrinya, Isis, merakit
kembali tubuhnya dan membangkitkannya,
me­mung­kin­kan mereka memiliki seorang
putra, Horus.

23

Seiring berjalannya waktu, sebagai istri berbakti yang
memb­­angkitkan Osiris juga membesarkan Horus, Isis
men­j­adi menjadi dewi paling penting di Panteon.

Isis
Sebagai istri dewa alam baka, Isis salah satu dewa
utama yang peduli dengan upacara kematian. Bersama
dengan saudara perempuannya Nephthys, Isis bertindak
seb­ agai pelayat ilahi.

Horus
Horus digambarkan sebagai elang atau sebagai ma­
nusia dengan kepala elang. Horus adalah dewa langit
yang berkaitan dengan perang dan perburuan. Dia juga
mer­­upa­kan perwujudan dari kerajaan ilahi. Disebutkan
bahwa Horus adalah putra Isis dan Osiris, yang lahir se­
telah pembunuhan Osiris oleh saudaranya, Seth.
Horus dibesarkan untuk membalas dendam atas
pem­bunuha­n ayahnya. Salah satu tradisi berpendapat
bahwa Horus kehilangan mata kirinya berkelahi dengan
Seth, tetapi matanya secara ajaib disembuhkan oleh dewa
Thoth.

24

Seth
Dia adalah dewa kekacauan, kekerasan, gurun, dan
badai. Disebutkan dia juga pembunuh Osiris. Penampilan
Seth menimbulkan masalah bagi ahli Mesir Kuno. Ia se­
ring digambarkan sebagai binatang atau sebagai manusia
dengan kepala binatang. Namun, mereka tidak tahu persis
hewan apa sebenarnya. Dia biasanya memiliki moncong
dan telinga panjang. Dalam wujud hewan sepenuhnya, ia
memiliki tubuh seperti anjing dengan ekor lurus dengan
rumbai di ujungnya.

Ptah
Dia adalah kepala dari tiga serangkai dewa yang di­
sembah di Memphis. Dua anggota triad lainnya adalah
istri Ptah (dewi berkepala singa), dan dewa Nefertem,
yang mungkin adalah Putra dari pasangan itu.

25

(Ilustrasi: Dewa Seth)

26

KAISAR
PENGUASA
EROPA

Dari awal Napoleon sudah berpikir mustahil
prajurit itu bisa selamat tanpa terluka
sedikit pun. Dia merasa ada sesuatu di balik itu
semua. Dia tahu Mesir yang terkenal dengan ke­
kuata­ n sihirnya sejak dulu. Dia meyakini kek­ uat­
an sihir itulah yang menyelamatkan si Prajurit dari
serangan yang memb­ unuh seluruh pasukannya.

Sesampainya di Prancis, Napoleon mem­ inta
si Prajurit men­­ emuinya. Pertemuan itu menj­adi
pert­ emu­an yang sangat din­ antik­ an oleh Napo­
leon. Karena kekaguman yang besar kepada
sosok Napoleon Bonaparte, si Prajurit mem­beri­
kan kitab sihir itu. Napoleon Bonaparte memang
men­ j­adi sosok yang menginspirasi banyak orang
set­elah dirinya berhasil me­lahirkan revolusi
Prancis.

27

Napoleon menerima kitab sihir itu dengan senang sambal
mendengarkan cerita pengalaman si Prajurit selama di Mesir.
Melihat keberanian yang ditunjukkan si Prajurit, Napoleon
berencana menaikkan pangkat si Prajurit.

Napoleon Bonaparte tampaknya tertarik mempelajari
ilmu sihir yang ditulis dalam kitab oleh prajuritnya sendiri.
Meski demikian, dia tidak akan membiarkan rakyatnya di luar
sana tahu dengan keberadaan dan kegunaan dari kitab sihir
itu, sehingga kitab sihir itu menjadi rahasia antara dia dan si
Prajurit.

28

PEDANG
AKAN SELALU
DITAKLUKAN
OLEH ROH

Beberapa bulan kemudian, Napoleon me­
ngem­b­ali­kan kitab sihir itu kepada si
Prajurit. Ada dua kemungkinan; dia telah mem­
buktik­an dan menguasai ilmu sihir itu atau dia
tidak mempercayai hal-hal semacam itu sehingga
men­ gem­bali­kan kitab itu. Namun, jika Napoleon
Bonaparte tak mempercayai hal semacam itu,
mengapa kitab itu harus berada di tangannya
selama berbulan-bulan.

Dengan wajah baru setelah berhasil dalam
revolusi Prancis, Napoleon Bonaparte mengirim
pasukannya ke Belanda. Total sudah 600 kapal
perang dengan lebih dari 100 ribu pasukan.
Prancis sebagai pemain utama bersiap meng­hapi

29

rival terberatnya yaitu Inggris, yang didukung sejumlah negara
lain diantaranya Austria dan Belanda.

Belanda sendiri pada awalnya bersikap netral tapi lantar­
an berh­ ubungan dekat dengan Inggris, Belanda akhirnya ikut
terseret dalam polemik regional itu.

Ambisi Napoleon Bonaparte tak bisa dibendung lagi, dia
berambisi untuk menaklukan Belanda demi bisa menguasai
Eropa bahkan bukan tidak mungkin menguasai dunia.

Ambisi besar Napoleon Bonaparte mungkin karena pe­
nga­ruh dari kitab sihir yang selesai dipelajarinya. Dirinya
menj­adi semakin yakin bahwa dunia bisa dikuasai lewat ke­
kuata­ n sihir yang berasal dari kitab itu.

Pada hari Napoleon menambah pasukan untuk me­nyerang
Belanda, dia sempat berpidato di hadapan pasukannya.

“Hanya ada dua kekuatan di dunia, pedang dan roh. Dalam
jangka panjang pedang akan selalu ditaklukkan oleh roh.”

Tampaknya roh jahat telah menguasai diri Napoleon
Bona­parte. Mungkin roh itu menginginkan Napoleon Bona­
parte untuk menguasai dunia. Kekuatan sihir akan lebih besar
dari­pada kekuatan pedang.

Tak semua pasukan Napoleon Bonaparte mengerti
ucapan dalam pidatonya itu. Mungkin mereka menganggap

30

itu sebagai bentuk dari semangat yang diberikan Napoleon
Bona­parte sebelum mereka menyerang Belanda.

31



MENUJU
BELANDA

Sesaat setelah si Prajurit dilantik dan ter­pilih
menjadi pemimpin pasukan untuk ditugas­
kan menyerang Belanda, kitab sihir itu selalu di­
bawa­nya. Ia tampaknya telah di­pen­ga­ruhi oleh
kitab sihir, yang menyebabkan keinginannya
untuk kembali berperang semakin kuat.

Namun kemudian, hal tak terduga terjadi di
dalam truk yang membawa si Prajurit bersama
tentara yang lain. Sebuah ker­­ibut­a­n kecil yang
mel­ ibatk­ an si Prajurit berhasil mengh­ ilang­kan
kitab itu dari tangannya.

Si pemilik kitab yang baru ini tidak paham
dengan isi dari kitab sihir itu. Namun, tetap
memp­­ erl­aku­kan­nya dengan baik dan tetap ia ra­
hasia­kan sendiri.

Sementara si Prajurit panik ketika tahu kitab
sihir itu sudah tidak berada di tangannya lagi. Ia

33

langsung melaporkan berita kehilangan itu kepada Napoleon
Bonaparte, berharap segera ada bantuan untuk mencarinya.

Namun, Napoleon sama sekali tidak menggubris. Yang
menj­adi pertanyaan adalah; mengapa Napoleon membiarkan
kitab sihir itu hilang dan tidak ikut membantu si Prajurit
untuk mencarinya? Apakah Napoleon tidak ingin terlihat
publik bahwa sesungguhnya kitab sihir itu penting baginya?
Pada­hal, bisa saja Napoleon secara diam-diam meminta
orang kep­ ercaya­an­nya untuk mencari kitab sihir itu? Apakah
Napoleon tidak mempercayai seorang pun untuk mencari
kitab sihir tersebut? Atau, mungkin Napoleon ingin mencoba
memb­aca mantra agar kitab sihir itu bisa kembali dengan
sendirinya?

34

35

(Ilustrasi: Kitab sihir)



POHON OAK

Kitab sihir yang sempat berada di tangan
Napoleon Bonaparte selama berbulan-
bulan itu pun akhirnya jatuh ke tangan seorang
prajurit biasa. Kitab itu tidak sengaja dit­emu­
kan­nya di dalam Hutan Compiegne di wilayah
Picardy, Prancis. Kemungkinan kitab itu terjatuh
dari tas pemiliknya saat terjadi keributan di atas
truk yang mengangkut prajurit-prajurit Prancis
ses­ aat setelah acara pelantikan.

Kitab sihir itu akhirnya sampai juga di
Belanda. Prajurit muda itu tak mengerti apa
pun tentang isinya, tapi ia jaga baik-baik dan tak
pernah memberi tahu siapa pun. Di waktu luang
saat prajurit lain tengah beristirahat, si prajurit
muda ini membacanya dengan sembunyi-sem­
bunyi. Dia tidak per­nah tahu bahwa kitab sihir
yang berada di tangannya itu adalah kitab sihir

37

yang telah menyelamatkan nyawa seorang praj­urit di tengah
serangan hebat Inggris saat melakukan invasi di Mesir. Hingga
tiba-tiba terdengar suara peringatan akan kedatangan musuh.
Prajurit muda itu dengan bergegas berlari untuk masuk ke
dalam barisan, meninggalkan kitab sihir itu di bawah pohon
oak. Pohon tinggi menjulang yang dulunya sering digunakan
orang Eropa sebagai sembahan yang berhubungan dengan
para dewa. Seandainya dia tahu kek­ uatan sihir di dalam kitab
itu, mungkin dia tidak akan pernah me­ninggalkan sesuatu
yang bisa menyelamatkan nyawanya.

Kitab itu kembali tak memiliki pemilik, hingga berhari-
hari kemudian masih tergeletak di bawah pohon oak,
di tengah suara pertempuran yang sengit antara
Belanda dengan Prancis. Kitab itu ditemani daun-
daun yang berguguran, juga belaian angin yang
membuka lembar demi lembar halaman, sampai
tiba waktunya kekuasaan Belanda jatuh ke
tangan Prancis, sementara Raja Belanda
Willem V terpaksa melarikan diri ke
Inggris untuk meminta perlindungan.

38

(Ilustrasi: Kitab sihir di bawah pohon oak)

39



KINGDOM OF
HOLLAND

Prancis yang berada di bawah pimpinan Jen­
deral Pichegru berhasil menguasai kota-kota
penting di Belanda. Mereka kemudian memp­ ro­k­
lamasik­ an pembentukan negara baru yang diberi
nama Republik Bataf (Bataavsche Republiek)
pada 19 Januari 1795.

Tak lama setelah itu, Komite Revolusioner
Bataf mengu­ mumk­an konstitusi baru Republik
Bataf yang berlaku pada 4 Maret 1795. Dalam
kon­stitusi itu disebutkan bahwa bentuk pe­me­
rintah­a­n Belanda adalah republik kesatuan. Di­
sebutk­an juga bahwa pemerintahan dipegang
oleh sebuah dewan yang anggota­nya diangkat
oleh Komite Revolusioner Bataf.

Demi memperlancar kegiatan militer, per­
dagang­an, dan memp­ ert­ ahank­ an wilayah koloni,
pada 5 Juni 1806, panglima tertinggi Prancis,

41

Kaisar Napoleon Bonaparte memutus­kan mengu­bah sistem
pemerintahan di Belanda dari bentuk republik menjadi ke­raja­
an, bertujuan untuk memudahkan ko­ordinasi dalam bidang
militer, politik, dan administrasi pe­mer­­intah­an, khususnya
dalam upaya menghadapi Inggris.

Napoleon Bonaparte kemudian mendirikan Kingdom of
Holland dan menunjuk adiknya sendiri yaitu Louis Napoleon
sebagai raja Belanda pertama. Louis saat itu masih aktif
sebagai tentara berpangkat jenderal di Grande Armee. Pada
23 Juni 1806 Raja Louis dan permaisurinya Hortense tiba di
Den Haag untuk memulai pemerintahannya.

Setelah dilantik menjadi raja Belanda, ia kemudian meng­
ubah balai kota menjadi istana yang memiliki nilai seni yang
tinggi, dalam beberapa bulan hamparan karpet tebal men­­ utupi
lantai. Ruang bawah tanah disulap menjadi gudang anggur.
Balkon pun dibangun agar raja bisa menampakkan diri di
hadap­an rakyatnya.

Pada pemerintahan Louis Napoleon, De Heeren XVII
yang mengatur operasi VOC (Vereenigde Oost-Indische
Comp­ag­nie) di Hindia Timur dibubarkan, lalu digantik­an
dengan komite baru. Dengan dibubarkannya De Heeren
XVII memb­ uat nasib VOC yang berada di Hindia Timur ter­
ancam akan ikut dibubarkan.

42

VOC sendiri adalah penyatuan dari beberapa serikat
dagang di Belanda yang dibentuk pada tahun 1602. VOC di­
bentuk untuk menghindari persaingan dagang yang tidak
sehat antar sesama pedagang Belanda, dalam memperebutkan
rempah-rempah yang dinilai sangat tinggi di pasar Eropa.
Karena VOC adalah satu-satunya perusahaan dagang yang me­
mono­poli rempah-rempah di Hindia Timur, maka sejak saat
itu VOC dianggap sebagai wakil dari pemerintahan Belanda di
Indonesia.

Sementara itu Raja Willem V tidak tinggal diam kendati
kek­ uas­ an­nya telah runtuh. Dari tempat pers­ emb­ unyian­
nya di Kota Kew Inggris, pemimpin Dinawsti De Oranje
itu me­ngirim­kan surat perintah yang dikenal sebagai surat-
surat Kew atau Kew Letters. Dalam surat itu Raja Willem
V mem­­ erintah­kan kepada para bawahannya yang men­­ guasai
jajahan Belanda termasuk para pejabat VOC di Hindia Timur
agar mem­p­ er­t­ahan­k­ an wilayah dari serangan Prancis dan me­
nyerahk­ ann­ ya kepada Inggris.

Surat yang kemudian diterima oleh pejabat-pejabat VOC
di Hindia Timur itu seolah tidak berarti apa-apa. Mereka
paham dengan keinginan Raja Willem V tapi mereka tidak
bisa ber­buat banyak mengingat kekuatan mereka yang sudah
semakin mel­emah. Belum lagi dengan usaha Napoleon Bona­
parte dengan terus menambah pasukannya ke Hindia Timur.

43

Meski demikian, Inggris tetap tak bisa dipandang sebelah
mata, mereka tetap menjadi ancaman yang serius, mengingat
sebagian wilayah di Hindia Timur telah berhasil mereka
kuasai.

Napoleon Bonaparte lewat Raja Belanda Louis Napoleon
kembali mengirimkan pasukan tambahan ke Hindia Timur
untuk men­ gawasi kekuasaan VOC yang akan berakhir dan
untuk mempersiapkan pelantikan gubernur jenderal baru
di bawah ke­kuasaa­n Prancis. Salah seorang prajurit Belanda
yang dib­ erangkat­kan ke Hindia Timur adalah prajurit yang
men­­ emuk­ an kitab sihir di bawah pohon oak itu.

44


Click to View FlipBook Version