The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by cyntiawidhi93, 2024-01-07 18:25:40

Kearifan Lokal Longkangan

Kearifan Lokal Longkangan

Keywords: Kearifan Lokal

Cymtia WidhiA LONGKANGAN KEARIFAN LOKAL Bagaimanakita menghargai alam melalui budaya?


ii MEDIA FLIPBOOK KEARIFAN LOKAL Longkangan Penyusun : Cyntia Widhi Anandayu NPM : 2186206051 Semester/Kelas : V/B Alamat : Ds. Besuki Kec. Munjungan Kab. Trenggalek Email : [email protected] PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR STKIP PGRI TRENGGALEK 2023


iii Kata Pengantar Dengan rasa syukur dan hormat, penyusun persembahkan flipbook ini sebagai media pembelajaran yang membahas tentang kearifan lokal tradisi Longkangan. Melalui pendekatan multimedia dan interaktif, flipbook ini dirancang untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan efektif. Setiap halamannya dirancang untuk menggambarkan nilai-nilai tradisi Longkangan, serta relevansi dan aplikasinya dalam pembelajaran IPS SD. Penyusun menyadari bahwa media Flipbook ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan media Flipbook ini ke depannya. Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada pihak yang selalu membantu dan mendukung penyusun dari awal hingga akhir. Penyusun Trenggalek. 30 Desember 2023


iv Daftar Isi HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i IDENTITAS PENULIS .................................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... v BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................................................. 2 B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3 C. Tujuan ............................................................................................................................ 3 D. Manfaat ......................................................................................................................... 3 BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4 A. Sejarah Tradisi Longkangan .......................................................................................... 5 B. Komponen Tradisi Longkangan ....................................................................................... 7 C. Langkah-langkah Pelaksanaan Tradisi Longkangan ...................................................... 9 D. Manfaat Longkangan untuk Siswa SD .......................................................................... 12 E. Cara Melestarikan Tradisi Longkangan ......................................................................... 13 BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................................... 14 A. Kesimpulan .................................................................................................................... 15 B. Kesan dan Pesan ........................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16


v Daftar Gambar Gambar 2.1 Langen Janggrung/Tayub ................................................................................... 5 Gambar 2.2 Upacara Babaritan ............................................................................................ 5 Gambar 2.3 Ruwatan Murwakala ........................................................................................... 5 Gambar 2.4 Tumpeng/Buceng Agung ................................................................................... 7 Gambar 2.5 Kepala Kambing Kendhit ..................................................................................... 7 Gambar 2.6 Pecok Bakal ........................................................................................................ 7 Gambar 2.7 Sego Gurih Ayam Ingkung .................................................................................. 8 Gambar 2.9 Air Degan ........................................................................................................... 8 Gambar 2.10 Jenang Abang-Putih .......................................................................................... 8 Gambar 2.11 Rembugan sebelum pelaksanaan Longkangan .................................................. 9 Gambar 2.11 Prosesi Arak-arakan Tumpeng Agung ............................................................... 10 Gambar 2.12 Prosesi Labuh Laut oleh para Nelayan Munjungan .......................................... 10 Gambar 2.13 Seni Tayub dalam upacara adat Longkangan .................................................. 11 Gambar 2.14 Wayangan lakon “Murwakala” .......................................................................... 11


1 BAB 1 Pendahuluan


2 A. Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai berbagai keindahan alam serta tradisi yang dapat memikat para wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung ke setiap daerah. Salah satu wujud pariwisata yang sudah terkenal beberapa diantaranya berada di kawasan Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Trenggalek. Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah yang mempunyai berbagai bentuk kepariwisataan menarik yang salah satunya adalah objek wisata berupa pantai. Salah satu pantainya yaitu Pantai atau Teluk Sumbreng. Pantai Sumbreng merupakan sebuah pantai yang berada di pesisir selatan Kabupaten Trenggalek tepatnya di Desa Masaran, Kecamatan Munjungan. Terlebih dahulu, kita harus memahami konsep dari keraifan lokal itu sendiri. Kearifan lokal Indonesia mencakup sekumpulan nilai, norma, dan tradisi turun-temurun yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat. Ini mencerminkan pemahaman mendalam akan lingkungan, kehidupan sosial, dan spiritualitas yang diperoleh dari pengalaman generasi terdahulu. Kearifan lokal mencakup beragam aspek, mulai dari sistem pertanian tradisional, pengobatan herbal, hingga etika dalam berinteraksi dengan alam dan sesama. Tradisi-tradisi ini menjadi pilar penting dalam memelihara identitas budaya dan memperkuat solidaritas komunitas (Salim, 2018). Kearifan lokal juga memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan melestarikan keberagaman budaya di Indonesia. Definisi ini mencerminkan kekayaan warisan budaya yang terus hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini, kearifan lokal yang dimaksud adalah berupa tradisi atau kebudayaan yang turun-temurun terdapat di suatu wilayah. Menurut Soetarto & Sihaloho (dalam Eriska, 2020) kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu kompleks yang menyeluruh mencakup keyakinan, kesenian, moral, pengetahuan, adat istiadat, hukum, serta kebiasaan yang diperoleh oleh masyarakat. Sebagaimana letak wilayah Kecamatan Munjungan yang masih di pegunungan dan pedesaan maka juga masih banyak terdapat mitos dan beberapa tempat yang disakralkan. Hal tersebut tak lain seringkali bertujuan untuk menghormati leluhur dan juga agar dapat melestarikan serta menarik pengunjung ataupun wisatawan yang ingin melihat prosesi upacara adat Longkangan. Upacara adat Longkangan ini sendiri pun sarat akan filosofi serta makna dibaliknya. Sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh para generasi muda, serta pelestarian yang dilakukan secara terus-menerus akan membuat upacara adat Longkangan ini tetap terjaga walaupun dengan adanya perkembangan zaman.


3 B. Rumusan Masalah Bagaimana sejarah tradisi upacara adat Longkangan sehingga bisa ditetapkan sebagai sebuah tradisi? 1. 2. Apa saja komponen yang diperlukan untuk melaksanakan upacara adat Longkangan? 3. Bagaimana langkah-langkah prosesi upacara adat Longkangan dilaksanakan? Apa manfaat yang diperoleh oleh siswa SD setelah mengenal upacara adat Longkangan? 4. 5. Bagaimana cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan upacara adat Longkangan? C. Tujuan 1.Untuk memperoleh deskripsi faktual tentang sejarah upacara adat Longkangan. Untuk memperoleh deskripsi faktual tentang komponen yang diperlukan selama pelaksanaan upacara adat Longkangan. 2. Untuk memperoleh deskripsi faktual tentang langkah-langkah prosesi upacara adat Longkangan. 3. Untuk memperoleh deskripsi faktual tentang manfaat yang diperoleh siswa SD setelah mempelajari mengenai upacara adat Longkangan. 4. Untuk memperoleh deskripsi faktual tentang cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan tradisi upacara adat Longkangan. 5. D. Manfaat Menyajikan pemahaman kepada pembaca dan penulis tentang sejarah upacara adat Longkangan. 1. Menyajikan pemahaman kepada pembaca dan penulis tentang komponen yang diperlukan saat pelaksanaan upacara adat Longkangan. 2. Menyajikan pemahaman kepada pembaca dan penulis tentang langkah-langkah prosesi upacara adat Longkangan. 3. Menyajikan pemahaman kepada pembaca dan penulis tentang manfaat yang diperoleh siswa SD setelah mempelajari upacara adat Longkangan. 4. Menyajikan pemahaman kepada pembaca dan penulis tentang cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan tradisi upacara adat Longkangan. 5.


4 BAB 2 Pembahasan


5 A. Sejarah Tradisi Longkangan Pada tahun 1849, Bupati Trenggalek yang dipimpin oleh Raden Gondo Kusumo (Tumenggung Sumo Adiningrat) menjabat dari tahun 1845 hingga 1850. Sementara itu, pemimpin demang atau kepala desa Munjungan pada masa itu adalah Raden Mas Tedjo Hadikusumo. Pada suatu hari, sejumlah perempuan cantik dan lelaki dari alam gaib berkunjung ke tempat beristirahatnya Raden Mas Tedjo Hadikusumo. Salah satu perempuan tersebut bernama Bunda Ratu Kidul (Nyai Roro Kidul), yang didampingi oleh para pengikutnya seperti Ratu Miyoso Mino (Ratu Ikan) dan Danang Sutorekso, yang merupakan pemimpin bangsa hewan. Kanjeng Ratu Kidul menugaskan RM. Tedjo Hadikusumo untuk menyelenggarakan tiga jenis acara ritual, yaitu Pahargyan Langen Budaya Janggrung, upacara Babaritan, dan Ruwatan Murwakala. Dalam amanatnya, Nyai Roro Kidul menjelaskan bahwa dalam rangkaian acara tersebut harus disajikan 9 hidangan kepada breng Kidul secara tepat. Prosesi ini diadakan pada bulan Selo, tepatnya diantara hari Selasa Kliwon, Rabu Kliwon, hingga Jumat Kliwon, pada pasaran Jawa Kliwon. Keseluruhan acara ini diarahkan untuk mempersembahkan penghormatan dan mendapatkan berkah dari Nyai Roro Kidul. Gambar2.1LangenJanggrung/Tayub Gambar2.2UpacaraBabaritan Gambar2.3RuwatanMurwakalaatauPagelaranWayangKulit


6 Nyai Ratu Kidul kemudian meminta RM. Tedjo Hadikusumo untuk menyusun palereman atau tempat peristirahatan yang terdiri dari dipan serba putih dan bersih, serta menyediakan sesaji untuk tempat pesanggrahan Nyai Roro Kidul apabila beliau ingin berkunjung suatu saat. Tempat ini pula yang dipersiapkan terus-menerus saat malam-malam Kliwon pada Bulan Selo. Dalam pesannya, Nyai Roro Kidul juga menekankan agar R.M. Tedjo Hadikusumo tetap patuh terhadap Allah SWT. Beliau menjelaskan bahwa sejatinya Nyai Roro Kidul dan manusia adalah umat-Nya yang sama, memiliki perasaan, dan merasakan kebutuhan akan hidup yang nyaman dan tenteram. Dengan demikian, pesan ini mencerminkan pentingnya kepatuhan terhadap nilai-nilai spiritual dalam melaksanakan pesan-pesan tersebut. Dalam pesannya, Nyai Ratu Kidul memberikan arahan kepada manusia, khususnya masyarakat Munjungan, untuk melakukan tirakat dengan penuh keikhlasan hati dan berbakti dengan tulus. Nyai Ratu Kidul juga menekankan pentingnya meninggalkan larangan agama sebagai bagian dari perjalanan spiritual. Beliau memberi peringatan agar manusia menjauhi sifat serakah, adigung-adiguna, pemarah, serta mengendalikan hawa nafsu yang dapat mengganggu ketentraman di Teluk Sumbreng. Pesan ini mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang diharapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, serta kontribusi positif terhadap harmoni sosial dan spiritual di lingkungan mereka.


7 Tumpeng/Buceng Agung, yang terbuat dari kardus yang ditempeli nasi kuning dan membentuk kerucut, dengan ditambahkan pula sayur-sayuran mengelilinginya sebagai simbol hasil bumi. Kepala Kambing Kendhit, yang diletakkan bersama dengan keempat kaakinya di setiap sisi tumpeng, sebagai wujud tolak bala. Pecok Bakal, yaitu sesajen yang terbuat dari janur atau daun pisang berbentuk keranjang dengan isian kemenyan, kembang telon, rokok, minyak wangi, dan bedak sebagai filosofi media awal sebelum menjalani sedekah sebagai wujud rasa syukur. B. Komponen Tradisi Longkangan Komponen dalam konteks ini berarti perlengkapan atau dalam bahasa Jawa disebut Ubo Rampe. Ubo rampe merupakan elemen terpenting dari sebuah tradisi, persiapan Ubo Rampe dilakukan secara bergotong royong oleh warga Munjungan. Kelengkapan Ubo Rampe juga penting, bila tidak lengkap prosesi tidak berjalan dengan lancar. Perlengkapan yang diperlukan untuk puncak upacara adat Longkangan, yakni prosesi “labuh laut”, antara lain: Gambar2.4Tumpeng/BucengAgung Gambar2.5KepalaKambingKendhit Gambar2.6PecokBakal


8 Sego Gurih & Ayam Ingkung, selain menjadi makanan utama dalam hidangan, bermakna sebagai ikatan antara manusia dan leluhur yang erat seperti butirbutiran nasi yang menyatu/erat. Air Degan, melambangkan air yang mensucikan dan membersihkan hati dan pikiran. Jajanan pasar yang terdiri dari Jenang Abang-Putih, melambangkan saling silaturahmi/sesraswungan dan kerukunan. Selain untuk prosesi “labuh laut”, hidangan untuk para breng Kidul juga dipersiapkan disini. Hidangan yang wajib dipersiapkan selama prosesi Longkangan kepada para tamu agung, antara lain: Gambar2.7SegoGurihAyam Ingkung Gambar2.8AirDegan Gambar2.9JenangAbang-Putih


9 Pra-prosesi Upacara Adat Longkangan Pembentukan panitia Longkangan, Pembentukan panitia dilakukan 2 minggu sebelum prosesi yang dilakukan setiap tahun dan dilaksanakan di basement Tempat Pelelangan Ikan Pantai Sumbreng. Penentuan jadwal Longkangan, penentuan jadwal pelaksanaan diadakan di bulan Dzulkaidah (perhitungan kalender hijriah) yang dipimpin oleh juru kunci. Kunjungan ke Pasanggrahan Nyai Roro Puthut, untuk menyampaikan informasi dilaksanakannya Upacara adat Longkangan serta diberi restu agar prosesi pelaksanaan berjalan lancar. Mmepersiapkan perlengkapan atau Ubo Rampe. C. Langkah-langkah Pelaksanaan Tradisi Longkangan Tata laksana pelaksanaan tradisi longkangan terdiri dari 3 tahap utama, yakni Pra-prosesi upacara adat Longkangan, prosesi pelarungan Tumpeng Agung di pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan upacara inti Longkangan di malam hari. Yang dapat diuraikan dalam penjelasan berikut ini: Gambar2.10Rembugansebelum pelaksanaanLongkangan


Prosesi Pelarungan Tumpeng Agung (Pagi Hari) Pengarakan Tumpeng Agung, diawali dengan Labuh Laut Tumpeng Agung menuju laut Pantai Sumbreng. Sebelum memasuki pantai, masyarakat nelayan mengarak Tumpeng Agung dari gapura pantai Sumbreng menuju depan Tempat Pelelangan Ikan di Pantai Sumbreng. Tokoh yang menghadiri mulai dari Muspika Pelindung Munjungan (Camat, Kapolsek dan Danramil Kecamatan Munjungan), Kepala Desa se-Kecamatan Munjungan, para nelayan dan panitia acara adat Longkangan. Sambutan dan do’a oleh juru kunci (Mbah Dhukut), dengan harapan semoga hasil bumi serta ternak dan tangkapan ikan warga Munjungan tetap melimpah dalam setahun kedepan. Pelarungan Tumpeng Agung, Tumpeng Agung ditempatkan pada perahu kecil, kemudian siap di labuhkan ke tengah laut oleh nelayan. Kemudian dilanjutkan dengan sesi pentas seni seperti jaranan, orkes dangdut, dan sebagainya. 10 Gambar2.11ProsesiArak-arakanTumoeng Agung menuju PantaiSumbreng Gambar2.12ProsesiLabuhLautolehpara nelayanMunjungan.


Upacara Inti Longkangan (Malam Hari) Pembukaan dan sambutan oleh juru kunci Longkangan dan diikuti oleh panitiapanitia Longkangan, terutama para kasepuhan. Tamu yang diundang di malam acara puncak bukanlah wujud manusia melainkan lelembut dari breng Kidul/tamu Selatan. Prosesi pembakaran dupa diiringi gendhing Kebo Giro. Prosesi “Onang-Onang Bedhil Muni”, yakni prosesi pemanggilan breng Kidul satupersatu diiringi tembakan sebagai tanda penghormatan. Seni Tayuban, sebagai sarana ritual yang dibawa dalam bentuk pertunjukan yang ditarikan penari secara bersama-sama. Wayangan Murwakala, yaitu pagelaran wayang kulit lakon Murwakala, sebagai simbol penangkal kala/malapetaka. 11 Gambar2.13SeniTayubandalam upacara adatLongkangan Gambar2.14Wayanganlakon“Murwakala”


12 Dengan mempelajari dan memaknai upacara adat Longkangan sebagai suatu kearifan lokal bangsa Indonesia, utamanya untuk masyarakat Munjungan. Maka kemudian akan memupuk rasa cinta budaya kita. Terlebih lagi pada generasi muda, dimana merekalah yang nantinya dimasa depan akan meneruskan dan melestarikan serta memperkenalkan upacara adat Longkangan secara lebih luas seiring berkembangnya zaman dan teknologi. Maka manfaat mempelajari upacara adat Longkangan sebagai suatu kearifan lokal bagi siswasiswa Sekolah Dasar (SD) antara lain: 1. Mengenalkan warisan budaya Mempelajari kearifan lokal tradisi Longkangan memberikan siswa SD pengenalan yang mendalam terhadap warisan budaya Indonesia, membantu mereka menghargai dan melestarikan identitas lokal. 2. Memahami nilai-nilai tradisional Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Longkangan, seperti rasa syukur dan keharmonisan, dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman tentang norma-norma tradisional yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Memupuk sikap menghargai keberagaman Memahami kearifan lokal tradisi Longkangan membantu siswa mengembangkan sikap menghargai keanekaragaman budaya, meningkatkan pemahaman mereka tentang pluralitas dalam masyarakat Indonesia. 4. Sebagai saran menyalurkan bakat dalam bidang kesenian Tak jarang dalam prosesi upacara adat Longkangan juga sering disertai dengan acara pentas seni antar sekolah di seluruh kecamatan Munjungan, mulai dari jenjang SD/MI hingga SMA/MA/SMK. Sehingga dapat digunakan sebagai ajang memupuk rasa percaya diri dan menunjukkan potensi siswa dalam bidang kesenian. D. Manfaat Longkangan untuk Siswa SD


13 Melestarikan kearifan lokal dalam upacara adat Longkangan merupakan suatu tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan budaya yang berharga. Cara melestarikan tradisi ini dapat dilakukan melalui berbagai langkah yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan berbagai pihak terkait. Berikut adalah beberapa cara melestarikan kearifan lokal upacara adat Longkangan, diantaranya: 1.Pendokumentasian Salah satu langkah awal dalam melestarikan kearifan lokal upacara adat Longkangan adalah dengan melakukan pendokumentasian diiringi dengan teknologi filmografi yang semakin canggih. 2. Melibatkan Generasi Muda Untuk memastikan kontinuitas tradisi, penting untuk melibatkan generasi muda dalam kegiatan terkait upacara adat Longkangan. 3. Memarakkan Budaya Longkangan Mengadakan perayaan khusus untuk upacara adat Longkangan dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan dan melestarikan tradisi ini. Acara semacam ini dapat menarik perhatian masyarakat luas dan mengenalkan tradisi Longkangan dengan lebih luas. 4. Kerjasama dengan Pihak Terkait Melibatkan pihak terkait seperti pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, dan organisasi non-pemerintah adalah langkah penting. Kerjasama ini dapat melibatkan pengembangan regulasi, dukungan keuangan, serta penyelenggaraan acara bersama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. 5. Mengembangkan Program Wisata Berkelanjutan Mendorong pariwisata berkelanjutan yang mengintegrasikan upacara adat Longkangan dapat menjadi sumber pendapatan ekonomi lokal. E. Cara Melestarikan Tradisi Longkangan


14 BAB 3 Penutup


15 A. Kesimpulan Tradisi Longkangan adalah sebuah upacara adat yang kaya akan nilai budaya di Teluk Sumbreng, Kecamatan Munjungan. Sejarahnya dapat ditelusuri melalui buku "Babat Tanah Sumbreng: Pahargyan Adat Longkangan". Sejarah tradisi ini berkaitan erat dengan Nyai Ratu Kidul atau Nyi Roro Puthut di Munjungan. Tradisi ini tidak hanya mencakup aspek keagamaan, tetapi juga melibatkan nilai-nilai moral dan etika yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tradisi Longkangan juga sarat akan pesan agar masyarakat Munjungan menjaga ketentraman di Teluk Sumbreng. Sehingga, tradisi Longkangan tidak hanya menjadi warisan budaya yang membanggakan, tetapi juga nilai luhur dan kearifan lokal yang sebaiknya terus diwariskan dari generasi ke generasi. Komponen dalam tradisi Longkangan ini berarti perlengkapan atau dalam bahasa Jawa disebut Ubo Rampe, yang terdiri dari 2 jenis yakni sesajen (tumpeng agung, kepala kambing, dan pecok bakal), serta hidangan (sego gurih ayam ingkung, air degan, dan jenang abang-putih). Komponen-komponen tersebut memiliki filosofi dan makna masingmasing yang melengkapi prosesi upacara adat Longkangan. Dalam pelaksanaannya, tradisi Longkangan terbagi menjadi 3 sesi utama, yakni Pra-prosesi upacara adat Longkangan, prosesi pelarungan Tumpeng Agung di pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan upacara inti Longkangan di malam hari. Mempelajari kearifan lokal Longkangan memberikan siswa SD manfaat berupa pengenalan warisan budaya Indonesia, pembentukan karakter positif melalui nilai-nilai tradisional, kesadaran akan tanggung jawab dalam melestarikan warisan budaya lokal, serta dapat mengembangkan bakat seni. Sedangkan cara melestarikan upacara adat Longkangan seperti dengan melibatkan dokumentasi, melibatkan generasi muda, mengadakan festival budaya, kerjasama dengan pihak terkait, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. B. Kesan dan Pesan Upacara adat Longkangan menawarkan tradisi bermakna, penuh pesan moral, dan filosofi. Setiap elemen dan langkah mengajarkan rasa syukur, keharmonisan, dan kerjasama. Keterlibatan dalam tradisi ini bukan hanya memelihara warisan leluhur, tapi juga menjadi bagian penting dari keberagaman budaya Indonesia. Pesan yang dapat penyusun berikan, yaitu agar kita terus bangga dan ikut serta memeriahkan tradisi lokal sebagai upaya kita dalam melestarikan kekayaan budaya Indonesia.


16 Daftar Pustaka Eriska, N. (2020). PERKEMBANGAN BUDAYA PERTANIAN MASYARAKAT PEDESAAN DI DESA NGULUNGKULON KABUPATEN TRENGGALEK. (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya). Palanjuta, N. A. P. (2022). Makna simbolis tradisi longkangan sebagai wujud sedekah laut di pantai blado kecamatan munjungan, kabupaten trenggalek/Nandiata Ayu Palanjuta (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang). Salim, H. (2018). ADAT SEBAGAI BUDAYA KEARIFAN LOKAL UNTUK MEMPERKUAT EKSISTENSI ADAT KEDEPAN. Al-Daulah : Jurnal Hukum Negara dan Ketatanegaraan.


Click to View FlipBook Version