The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by yuliyanti umasugi, 2024-01-11 09:13:19

genetika

ilovepdf_merged

Daftar Pustaka Anonim. (2012). Jaringan Epidermis, (online). (http://jaringan epidermis dan jaringan. Html). Diakses pada tangal 25 November 2015, Azhari Y. (2013). Jaringan Tumbuhan. (http: //blog .com /jaringan tumbuhan htm). Diakses pada tangal 25 November 2015 pukul 16.23.(online). Kartasapoetra,ir. A.G. (1991). Pengantar Anatomi Tumbuhan-Tumbuhan (tentang sel dan jaringan ), Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sumardi, Issrep. (1993). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press. Savitri, sandi, Evik, MP. (2008). Pertunjuk Prtikum Struktur Perkembangan Tumbuhan ( Anatomi Tumbuhan ). Malang : UIN Prss. Sutrian, Yayan, (2007). Pengantar Anatomi Tumbuhan-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Jakarta : PT Rinek Cipta. Tjitro Soepomo, Gembong. (2005). Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta : Gajah Mada University Setjo, Susetyoadi ddk. (2009). Anatomi Tumbuhan- Tumbuhan, Malang : Universitas Negeri Malang. Sumandi Issirep, Pudjoarinto Agus, (1992). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Yogyakarta Universitas Gaja Mada Loveless. A R. (1994). Prinsip-Perinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Lakitan, B. (1996). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta : Rajawali peers. Utomo, B.I.W. (2010). Prtumbuhan Pertikum Struktur Tumbuhan Depertemen Biologi FMPIPA. Lnstitut Teknologi Bandung. Taiz, L. & E. Zeiger. (2016). Plant Physiologiy. Sinuauer Associates, inc, Sunderland : Jogjakarta. B. Hidayat, Estiti, (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Perbit ITB. Mulyani, sri (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius Nimah, K. (2014). Laporan Prtikum Anatomi Tumbuhan. Pendidikan Biologi. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu pengatahuan Alam Universitas PGRI Semarang.


Daftar Pustaka Onlai https://www.academia.edu/22288410/Laporan_Praktikum_Anatomi_Tumbuhan https://www.academia.edu/40418303/LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOLOGI_UMUM_MORFO LOGI_DAN_ANATOMI_TUMBUHAN_TINGKAT_TINGGI_ https://www.studocu.com/id/document/universitas-sultan-ageng-tirtayasa/biologi-dasar/laporanpraktikum-biologi-dasar-anatomi-tumbuhan/45937462 http://scholar.unand.ac.id/55318/2/Bab%20I%20Pendahuluan.pdf http://repository.uki.ac.id/1588/1/Penuntun%20Anatomi%20Tumbuhan.pdf http://repository.upi.edu/28291/4/D_IPA_1302696_Chapter1.pdf https://dosen.unmerbaya.ac.id/file/content/2022/03/fullbook_anatomi_tumbuhan_purwanti.pdf https://eprints.uny.ac.id/55256/1/14312244009_APRILIA%20PUJAYANI_PENDIDIKAN%20I PA_FMIPA.pdf https://repository.syekhnurjati.ac.id/6334/1/Panduan%20Praktikum%20ANTUM_2022.pdf https://repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/6276/4/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/9885/1/skripsi%20full.pdf https://eprints.ums.ac.id/94435/17/Naskah%20Publikasi.pdf https://eprints.ums.ac.id/94435/17/Naskah%20Publikasi.pdf https://www.scribd.com/document/411643030/Laporan-Praktikum-Anatomi-Tumbuhan http://eprints.unram.ac.id/16809/2/2015%209%20BUKU%20PETUNJUK%20PRAKTIKUM%2 0ANATOMI%20TUMBUHAN.pdf https://www.coursehero.com/file/76490600/LAPORAN-PRAKTIKUM-Anatomi-akardocx/ https://ww3.plinbookzw.life/proc.php?0617feac166044b6db5df9f42d82fdc403fc0f14 file:///C:/Users/Admin/Downloads/praktikum%202%20(2).pdf


LAPORAN PRAKTIKUM (Anatomi Pada Hewan) Disusun oleh Nama : Yuliyanti Umasugi Npm : 38420521016 Semester : V Mata Kuliah : Genetika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INSTITUT SAINS DAN KEPENDIDIKAN KIE RAHA MALUKU UTARA ( ISDIK ) TAHUN 2023


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anatomi hewan berasal dari Bahasa yunan, anatomi, dari anatemnin yang berarti memotong. Anatomi sendiri berarti bdengan erarti cabang dari ilmu biologi yang berhubungan dengan struktur dengan struktur dan organisasai dari mahluk hidup. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang melukiskan letak dan hubungan bagianbagian tubuh manusia, binatang, atau tumbuhan-tumbuhan. Anatomi berarti penjelasan tentang struktur tubuh bagian dalam hewan berserta organisasinya (Parker,1951). Vetrberata adalah glongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang belakang berasal dari perkembangan sumbuh penyokong tubuh primer atau notokoorda (Korda dosalis). Notorkoda fetbrata hanya ada pada masa embrionik setelah dewasa akan mengelami penulangan sebagai sistem penyokong tubuh skunder, yaitu tulang belakang ( Fetbrata). Tubuh fetbrata mempunyai tipe simetri bilang terang dan bagian organ dalam dilindungi oleh rangka dalam atau endos keleton, kosus bagian otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorang (Kranium). Bagian terluar tubuh vetbrata berupa kulit yang tersusun atas eprdermis (Lapisan luar). Dan dermis (lapisan dalam). Kulit vetrberata ada yang tertutup dengan buluh ada juga yang tertutup dengan rambut ( Parker, 1951). Hewan vetbrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau pungung. Mimiliki struktur tubuh yang jau lebuh sempurna dibandingkan dengan hewan interfetbrata. Hewan vetbrata memiliki tali yang merupakan susun tempat terkumpulnya sel –sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak memiliki oleh yang tidak bertulang pungung. Dalam memenuhi kebutuhanya, hewan vetbrata telah memiliki sistem kerja sempurna peradaran dara berpusat organ jantung dengan pembuluh pembuluh menjadi salurannya ( Haneda, 2012). Vetbrata merupakan subfilum dari cordata yang memiliki angota yang cukup besar dan paling dikenal. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian yang cukup jelas ; kepalah, badan, dan ekor. Kepala dengan rangka dalam, cranium didalamnya terdapat otak, karena mempunya cranium ini. Vetbrata dikenal juga sebagai caniata ( Ruslam, 2007). Berdasarkan teori diatas maka laporan ini disusun untuk membuat perbandingan mengenai hewan vetbrata. B. Tujuan Prtikum Tujuan penulisan laporan ini unuk membandingkan perbedan anatomi pada hewan atau pada masing masing hewan pada vetbrata yaitu pisees, anphibih, reptile, aves, dan anatomi hewan. C. Alat Dan Bahan Alat : Mikroskop Bahan : Paparat kesing


D. Cara Kerja Dari hasil pengamatan di atas dapat di dan percoban ini adalah sebagai berikut: Setelah kami menyiapkan semua perlengkapan kami akan melakukan sebuah praktikum pengamatan pada anatomi pada hewan kita dapat memulai praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyiapkan alat dan bahan 2. Kami mengamati anatomi pada hewan pada kaca obek 3. Kami mengamati di bagian bawah mikroskop 4. Kami mengambil keterangan hasil prtikum dengan mengambil foto. E. Hasil Prtikum Anatomi Pada Hewan NO NAMA HEWAN OBJEK YANG DIAMATI GAMBAR 1. Housefly Belalai


2. 3. Frog skin Culex Pignan celis Jenis kelamin laki’laki 4. Ascaris Ter klamin 5. Planaria Sel ceganis


6. 7. Mosouito head Locust Male w.m Sestis melosis 8. Leech Spesimen kelil


9. 10. Schistosoma japonicum Ascais Darah laki-laki Organ intim 11. Pheretim Bangka tubuh dinding bagian dalam usus


12. Hydra Spesies luor w.m 13. Locust Spesimen kelil 14. Mosquito head Kelamin psia


15. Housefly W.m of belalan 16. Culex Jenis klamin laki” 17


Daphnia Telar 18. Honeybee wings (lebah) Seryap tebah madu 19. Ascari Organ intim


F. Pembahasan Anatomi hewan adalah glongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang belakang berasal dari perkembangan subuh penyongkong tubuh primer atau notokorda (korda dorsali). Notokorda anatomi hewan ada pada masa embrionik, setelah dewasa akan mengelami penulangan menjadi sistem penyongkong tubuh sekunder, yaitu tulang belakang (vertebrar). Ubah vetbrata mempunyai tipe sisstem bilateral dan bagian organ dalam dilindungi oleh rangka dalam tubuh endosketeon, khusus bagian otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak (cranium). Bagian terluar tubuh vetbrata berupa kulit yang tersusun atas epidermis ( lapisn luar) dan dermia (lapisan dalam). Kulit vertebrata ada yang tertutup dengan bulu dengan bulu ada juga yang tertutup dengan rambut (parker, 1951). Pada pices, seluruh pencernaan terdiri dari (dari arah depan atau anterio ke arah belakang atau postori). Berturut-turut mulut atau rongga mulut, epiyogus, lambung, hati, empedu, pancreas, dan usus. Organ tambahan yaitu ginjal, hati, empedu dan kelenjar pancreas. Pada amfibi sistem pencernaan pada katak terdiri dari lambung besar, usus halus yang melingkar-lingkar. Pada lambung melekat kelenjar pancreas. Saluran dari hati bersatu dengan saluran dari pancreas bermuara di usus duabelas jari. Agak ke tengah dekat usus duabelas jari, terdapat benda bulat berwarna cokelat, yaitu limpa. Usus halus sangat panang, tetapi usus tebal sangat pendek. Di tengah-tengah agak menempel punggung, terdapat ginjal sepasang, panjang, dan berwarna cokelat. Didepan ginjal tampak pembulu besar. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, korongkongan, Lambung, usus, dan keloaka. Keenjar pencernaan terdiri dari Hati dan prangkas. Hati menghasilkan empedu sedangkan pada mamalia 20. Stomata asplenium nidus Sel telur


sistem pencernaan terdiri dari pasangan kelenjar luda: patrioid, infrobi, sumaksiilari, dan sublingual, terdapat kantung empedu dengan saluran saluran empedu dan saluran getah penceras yang bermuara dalam dominan. Sekum (sekum cacum) berdinding tipis,panjangnya kira-kira 50cm, mempunyai amedikes vermiformis (ubi cacing ) yang berbentuk seperti jari. Sedangkan organ pencernaanya terdiri dari mulut , kerongkngan, fentrelicus, duodenum, elium, retum, dan anus. Perbedaan yang dapat di lihat adalah struktur jantung dan hati pada masing-masing kelas. Pada pices perdarah darah pada ikan yaitu perdaraan darah tertutup. berupa sistem perdaraan dara tertutup. Jantung ikan burung dua yaitu sebuah serabi dan sebuah bilik ( fenterikel ). Darah dapat 0,02 dalam felemen-felemen insan. Sistem perdaraan katak berupah sistem perdaraan dara tertutup dang perdaraan Ganda. Pada sistem perdaraan darah ganda, darah memiliki jantung duakali dalam satukali perdraan. Pertama, dara dari jantung menuju ke paru-paru kemudian kembali ke jantung. Kedua, udarah dari seluruh tubuh menuju ke jantung perdaraan kembali ke seluruh tubuh. Panda anfibi jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua antrium (atrium kanan dan atrium kiri). Dan sebuah fintrel. Di antara atrium dan fintrel terdapat kleep yang mencangkup agar dara di fintrel tidak mengalir kembali ke atrium. Pada riptel khususnya memiliki jantung yang terdapat tiga atau empat ruang. Jantung pada riptel hampur di katakan sempurna hanya saja masih terdapat labus pada lobus. Pada aves Pada burung sistem perdahan daranya adalah perdaraan tertutup yakni sistem dalam perdaraannya darah selalu terdapat dalam pembulu atau darah tidak pernah lansung masuk kedalam jaringan. Jaringan terdiri atas empat ruang ( duah buah dan dua buah fenriklus) yang di bagi oleh pratikum. Lengkung aurat hanya satu di sebelah kanan dan hanya memiliki satu sistem prota, yaitu sistem prota hepatica. Dinding di antara kedua fentral jantung burung begitu sempurnah sehinggah dindng itu mamapu mencegah pencampuran antara darah yang kaya oksigeng dan miskin oksigen. Perbagian jantung yang sempurnah itu memungkinkan darah melewati jantung sebanyak dua kali pada sistem kali berdarah di dalam tubuh (perdaraan darah ganda) se agai akibatnya, darah di autra burung mengandung lebih banyak mengandung oksigen dari pad aorta fertebrata lainnya sedangkan pada mamalia jantung berbalik empat pada mamalia mempunyai dua atria dan dua fertal yang tipis secara sempurnah. Terdapat sirkulasi ganda (siktus sistemik dan ulamoner). Pengiriman oksigen ke seluruh tubuh akan semakin meningkat karena tidak ada percampuran darah yang kaya akan oksigen dan yang miskin oksigen, jadi lebih sempurnah dari riptel. Sebagai hewan endoktrimik, mamalia memerlukan lebih banyak oksigen /gram bobol tubuhnya di bandingkan dengan fertebrata dengan ukuran sama.


G. Kesimpulan Dari kesimpulan yang kami dapatkan percoban ini adalah perbandingan anatomi pada masingmasing sumbillum yaitu pices, amfibi, aves dan mamaliah. Perbandingan anatomi kami amati dari seluruh pencernaan dan bentuk perderahan darahmasing-masing subfillum. Anatomi pada hewan.


Daftar Pustaka Sharifuddin, B.A.O. 2010. Aspek Reproduksi Iklan Nilem, Osteochilus vittatus (Valenciennes, 1842) di Danau Sindenreng, Sulawesi Utara. Jurnal iktiologi Sherwood, N.M., And Adams, B.A. 2005. Gonadotropin-Releasing Harmone in Fish: Evolution, Expression and Regulation of the GnRH Gane. Dapartement of Shevchenko, V., Listizi, A., Vinogrodava, A. 2003. Heavy matels in aerosols over The seas of the Russian Arctic. Sci Total Environ. 306: 11-25. Sinambela, M., dan Sipayung, M. 2015. Makrozoobenthos Dengan Parameter Fisika Dan Kimia Diperarian Sungai Babura Kabupaten Deli Serdang Siregar A,S., Prayogo, N.A., Harisam, T. 2019, The Accumulation of Heary Metals Kadmiun (Cd) In Water, Sedimenst and Aquaculature Biota Which Siregar, A.S., Sulistyo, I., Prayogo, N.A. 2020. I Ieavy mental contamination in Water, sediments and Planiliza subviridis tissue in the Donan River, Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. UMG Press. Yogyakarta. Stacey, N.E. 1984. Control of Timing of Ovulation by Exogenous and Endogenous Adegbija, M,V dan M.A Fakomogbon.(2012). ‘’Instructional Media in Teaching and Learning: a Nigerian Perspective’’’. Global Media Journal, 6 (2), 216-230 Bahtiar, Abd. Rahman. (2015). ‘’Prinsip-prinsip dan model pembalajaran pendidikan agama islam Sagala, S. 2005. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: CV Alvabeta. Anonim, 2009. Hewan Invertebrata. Diakses tanggal 10 November 2013, Pada pukul 01.23 WITA. Campbell, Neil. A., 2000. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta. Kimbal, Jhon. W., 1999. Biologi Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta Peehenik, J., 2000. Biologi of The Invertebrates. Four Edition. Mc Graw Hill. Cambrigde. University Press. Pennak R.W., 1998. Freshwater Invertebrates of the United States. New York: A Willey Interscience Publications Jhon Willey and Sons. Djuhanda, T. 1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung: Armico. Eroschenko. 2003. Anatonomi dan Histology. New York:Mc. Graw Hill Companies


Daftar Pustaka Onlai https://www.academia.edu/6227342/LAPORAN_PRAKTIKUM_ANATOMI_PERBANDINGAN_HEWAN https://www.studocu.com/id/document/universitas-syiah-kuala/and-marine-sciences/laporan-biologianatomi-hewan/45046285 https://www.academia.edu/8296735/BUNDELAN_PRAKTIKUM_ANATOMI_HEWAN https://www.researchgate.net/publication/344308921_LAPORAN_PRAKTIKUM_PROYEK_ANATOMI_DA N_FISIOLOGI_HEWAN_2 https://www.scribd.com/document/527753234/Kelompok-3-Laporan-Praktikum-SPH-AnatomiPerbandingan https://eprints.ums.ac.id/54780/11/NASKAH%20PUBLIKASI-95.pdf https://www.slideshare.net/ridwan_nuria/laporan-praktikum-anatomi-hewan https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/26713/Buku%20Penuntun%20Anatomi%2 0Hewan%202021.pdf?sequence=1&isAllowed=y https://biologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/PANDUAN-PRAKTIKUM-ZOOCHORD2017.pdf file:///C:/Users/Admin/Downloads/16060-Article%20Text-49438-2-10-20220407.pdf http://repositori.unsil.ac.id/9310/1/Penuntun%20Praktikum%20Zovert%202021.pdf http://biologi.fmipa.unand.ac.id/images/Download/Diktat%20Praktikum/Wajib/Revisi%20Panduan%20 Praktikum%20Struktur%20Hewan_210920.pdf https://repository.syekhnurjati.ac.id/6291/1/Modul%20Praktikum%20Zoologi%20Vertebrata.pdf https://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-anatomi-hewan.html https://repository.syekhnurjati.ac.id/6291/1/Modul%20Praktikum%20Zoologi%20Vertebrata.pdf https://biologi-i.blogspot.com/2015/07/laporan-praktikum-anat


LAPORAN PRAKTIKUM (Pengamatan Vegetasi Tumbuhan) Disusun oleh Nama : Yuliyanti Umasugi Npm : 38420521016 Semester : V Mata Kuliah : Genetika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INSTITUT SAINS DAN KEPENDIDIKAN KIE RAHA MALUKU UTARA ( ISDIK ) TAHUN 2023


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari bebrapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainya sehinga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tipe-tipe tempat mempuyai kesimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pulau factor lingkunganya. Dari segi floristis ekologis pengamilan sampel dengan cara random sampiling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dann vegetasinya homogeny, misalnya padang rumput dan hutan tanaman (Marsono, 1977). Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau simpel. Dalam pengukuran dikenal dua jenis pengukran untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (nondestructive measures) ( Anoniml, 2010). Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tulang atau bebrapa petak. Petak tulang mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakan secara rendam atau beraturan sesuai dengan perinsip-prinsip teknik samling (Kusmana, C, 1997). B. Tujuan Pratikum Menentukan struktur komunitas tumbuhan herbal dengan menentukan karaktristik sepsis, kepentingan relative, dan indeks keanekaragaman. C. Alat dan Bahan 1. Tali arafia 100 m 2. 4 batang bambu ukuran 50 cm 3. Alat tulis 4. HP (hanphone) D. Cara Kerja 1. Petama-tama kami menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Setelah itu kami mengukur panjang tali arafia yaitu 100 m (panjang 100 m×lebar 10 m) 3. Setelah tali suda diukur kami membuat plot dengan luas permukaan 1000 m. (P×L) 4. Kami membuat 10 plot dengan masing-masing berkisar 1000 m ( luas permukaan) 5. Setelah plot suda selesai, kami mengamati jenis-jenis tumbuhan yang ada didalam plot 6. Setelah itu kami mengambil dokumentasi tumbuhan disetiap plot tersebut E. Hasil Pratikum Pengamatan jenis-jenis spesies pada masing-masing plot bisa dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Plot 1 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Nyamplung 23 1 46 1 23 158 2. Kasawari 1 1 1 1 1 1 3. Kelapa 3 1 6 1 18 324 4. Daun ketapang 2 1 4 1 8 64 5. Roro roro 1 1 1 1 1 1 6. Buro buro 1 1 1 1 1 1 Jumlah 31 6 345 6 31 620 Rata- rata 5 67 1 90,83 1 5,167 Tabel Plot 2 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Kelapa 1 1 2 1 4 8 2. Daun Singklin 4 1 8 1 32 124 3. Karet kebo 1 1 1 1 1 1 Jumlah 6 3 18 3 1 620 Rata-rata 2 1 6 1 2 12 Tabel Plot 3 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Buro buro 12 1 144 1 12 170 2. Kelapa 1 1 1 1 1 5 3. Roro roro 1 1 1 1 1 5 4. Pittosporum 1 1 1 1 1 5 5. Undulatum 1 1 1 1 1 5 6. Katapang 1 1 1 1 1 5 7. Paku 10 1 100 1 10 122 8. Bubulutu 3 1 9 1 3 17 9. Daun mangis 3 1 9 1 3 17 10. Putut 3 1 9 1 3 17 11. Sirih hutan 1 1 1 1 3 5


12. Keladi hutan 3 1 9 1 3 17 Jumlah 40 12 286 12 40 390 Rata-rata 3,33 1 23,83 1 3,33 32,5 Tabel Plot 4 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Nyamplung 7 1 45 1 7 65 2. Kelapa 2 1 4 1 2 10 Jumlah 9 2 53 2 9 75 Rata-rata 4,5 1 23,83 1 3,33 32,5 Tabel Plot 5 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Kelapa 2 1 4 1 8 64 2. Nyamplung 1 1 1 1 1 1 Jumlah 3 2 5 2 3 15 Rata-rata 1,5 1 2,5 1 15 7,5 Tabel Plot 6 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Sawo duren 8 1 16 1 128 384 2. Shorea 10 1 20 1 200 100 3. Daddap serep 1 1 1 1 1 1 4. Buro buro 5 1 10 1 50 250 5. Kelapa 1 1 1 1 1 1 6. Roro roro 1 1 1 1 1 1 Jumlah 26 6 192 6 26 256 Rata-rata 4,33 1 32 1 4,33 42,67 Tabel Plot 7 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Bintaro 4 1 8 1 32 124 2. Buru buro 7 1 14 1 98 964 3. Kopi arabika 3 1 6 1 18 324 4. Kelapa 2 1 4 1 8 800 5. Bakau panntai 10 1 20 1 200 400 Jumlah 26 5 178 5 26 240 Rata-rata 5,2 1 35,6 1 5,2 48


Tabel Plot 8 No NAMATUMBUHAN X Y X2 Y 2 XY TOTAL 1. Bakau pantai 13 1 26 1 338 244 2. Kayu raya 3 1 6 1 18 416 3. Kelapa 2 1 4 1 8 64 4. Bintaro 1 1 1 1 1 1 5. Roro roro 1 1 1 1 1 1 6. Shorea 1 1 1 1 1 1 Jumlah 21 6 185 6 21 239 Rata-rata 3,5 1 30,83 1 3,5 39,83 Tabel Plot 9 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Nyamplung 9 1 18 1 162 262 2. Shorea 1 1 1 1 1 1 3. Kelapa 3 1 6 1 18 324 4. Buro buro 4 1 8 1 32 124 5. Daun waru 2 1 4 1 8 64 6. Kampis cina 1 1 1 1 1 1 Jumlah 20 6 111 6 20 163 Rata-rata 3,33 1 18,5 1 3,33 27,167 Tabel Plot 10 No NAMATUMBUHAN X Y X 2 Y 2 XY TOTAL 1. Waru 6 1 12 1 72 584 2. Kelapa 6 1 12 1 72 584 3. Buro buro 4 1 8 1 32 124 4. Guarea 1 1 1 1 1 1 5. Roro roro 1 1 1 1 1 1 6. Dipiopterys cabrana 3 1 6 1 18 324 7. Jacariuba 1 1 1 1 1 1 Jumlah 22 77 100 7 22 158 Rata-rata 3,14 1 14,28 1 3,14 22,57 F. Pembahasan Data yang dikumpulkan meliputi nama jenis tumbuhan, dan jumlah individu setiap spesies, jumlah plot yang digunakan dalam praktikum yaitu 10 plot dengan permukaan 1000 m P×L (100m×10m) A. Nilai relative


Nilai frekuensi relative spesies dapat dihitung dengan rumus : frekuensi relative ƒrekuensi suatu spesies FR= ─────────────── X 100 % ƒrekuensi seluruh spesies A. Tabel 1 1. Pohon kelapa FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100% = 0,15 Berdasarkan penghitungan diatas hasil tumbuhan pohon kelapa pada nilai relative 0,15 2. Bintangur FR = 23 20 X 100 % = 1,15 X 100% = 1,15 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan bintangur pada nilai relative 1,15 3. Kasawari FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan kasawari pada nilai relative 0,05 4. Katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relative 0,05 5. Ketapang


FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pohon katapang pada nilai relative 0.1 6. Pandan durih FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasrkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pandan durih pada nilai relative 0,05 B. Tabel 2 1. Pohon kelapa FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Dari hasil penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relative 0,05 2. Malapari FR = 4 20 X 100 % = 0,2 X 100 % = 0,2 Berdasarkan hasil penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pohon malapari pada nilai relative 0.2 3. Pohon beringin


FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan diatas hasil dari tumbuhan pohon beringin pada nilai relative 0,05 C. Tabel 3 1. Pandan durih FR = 12 20 X 100 % = 0,06 X 100 % = 0,06 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pandan durih pada nilai relevan 0.06 2. Pohon kelapa FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.05 3. Pohon katapang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.05 4. Tumbuhan paku


FR = 10 20 X 100 % = 0,5 X 100 % = 0,5 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pakuh pada nilai relevan 0.5 5. Tumbuhan sirih hutan FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan sirih hutan pada nilai relevan 0.05 6. Keladi hutan FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100 % = 0,15 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan keladi hutan pada nilai relevan 0.15 D. Tabel 4 1. Bintangur FR = 7 20 X 100 % = 0,35 X 100 % = 0,35 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan bintangur pada nilai relevan 0.35 2. Kelapa


FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 E. Tabel 5 1. Kelapa FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 2. Bintangur FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintangur pada nilai relevan 0.05 F. Tabel 6 1. Marno siangian FR = 8 20 X 100 % = 0,4 X 100 % = 0,4 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan marno siangian pada nilai relevan 0.4 2. Dadap serep


FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan dadap serep pada nilai relevan 0.05 3. Pandan durih FR = 5 20 X 100 % = 0,25 X 100 % = 0,25 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pandan durih pada nilai relevan 0.25 4. Pohon Kelapa FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.05 5. Tumbuhan Katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0.05 G. Table 7 1. Tumbuhan bintaro FR = 4 20 X 100 % = 0,2 X 100 % = 0,2 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan bintaro pada nilai


relevan 0.2 2. Pohon kelapa FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 3. Tumbuhan katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0.05 4. Pohon bakau pantai FR = 10 20 X 100 % = 0,5 X 100 % = 0,5 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bakau Pantai pada nilai relevan 0.5 5. Tumbuhan Semak arab FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100 % = 0,15 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan Semak arab pada nilai relevan 0.15 H. Tabel 8 1. Pohon bintangur


FR = 13 20 X 100 % = 0,62 X 100 % = 0,62 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintangur pada nilai relevan 0.62 2. Pohon kelapa FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 3. Tumbuhan katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0.0 4. Pohon bintaro FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintaro pada nilai relevan 0.05 5. Tumbuhan Meranti FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 %


= 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan miranti pada nilai relevan 0.05 6. Tumbuhan bakau pantai FR = 13 20 X 100 % = 0,62 X 100 % = 0,62 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan bakau pantai pada nilai relevan 0.62 I. Table 9 1. Pohon bintangur FR = 9 20 X 100 % = 0,45 X 100 % = 0,45 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintangur pada nilai relevan 0.45 2. Pohon kelapa FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100 % = 0,15 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.15 3. Pohon kampis cina FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kampis cina


pada nilai relevan 0.05 4. Pohon pandan durih FR = 4 20 X 100 % = 0,2 X 100 % = 0,2 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon pandan durih pada nilai relevan 0.2 5. Tumbuhan meranti FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan meranti pada nilai relevan 0,05 6. Tumbuhan daun waru FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan daun waru pada nilai relevan 0,1 J. Tabel 10 1. Tumbuhan mara FR = 6 20 X 100 % = 0,3 X 100 % = 0,3 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan mara pada nilai relevan 0,3 2. Pohon kelapa FR = 6 20 X 100 %


= 0,3 X 100 % = 0,3 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0,3 3. Tumbuhan pandan durih FR = 4 20 X 100 % = 0,2 X 100 % = 0,2 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon pandan durih pada nilai relevan 0,2 4. Tumbuhan katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0,05 B. Nilai frekuensi mutlak Frekuensi spesies dapat dihitung dengan rumus : frekuensi mutlak (FM) Jumlah plot ditemukan suatu spesies FM= ───────────────────── Jumlah seluruh plot 1. Pohon kelapa FM = 3 10 =0,3 Berdasarkan hasil data diatas tumbuhan pohon kelapa ditemukan pada plot 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 2. Pohon bintangur FM = 23 10


=2,3 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon bintangur ditemukan pada plot 1,4,5,8,dan 9 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 3. Pohon kasawari FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon kasawari ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 4. Pohon katang-katang FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon katang-katang ditemukan pada plot 1,6,8, dan 10 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 5. Pohon katapang FM = 2 10 =0,2 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon katapang ditemukan pada plot 1 dan 3 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 6. Pohon pandan durih FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon pandan durih ditemukan pada plot 1,3,7,9 dan 10 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 7. Tumbuhan malapari FM = 4 10 =0,4 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon malapari ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 8. Pohon beringin


FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon beringin ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 9. Pohon tumbuhan paku FM = 10 10 =1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon tumbuhan paku ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 10. Pohon sirih utang FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon sirih utang ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 11. Tumbuhan keladi hutan FM = 3 10 =0,3 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon keladi hutan ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 12. Marno siangian FM = 8 10 =0,8 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon marno siangian ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 13. Dadap serep FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon dadap serep ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 14. Pohon bintaro


FM = 4 10 =0,4 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon bintaroi ditemukan pada plot 1 dan 8 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 15. Pohon bakau pantai FM = 10 10 =1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon bakau pantai ditemukan pada plot 1 dan 8 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 16. Kopi Semak arab FM = 3 10 =0,3 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon kopi samak arab ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 17. Pohon meranti FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon meranti ditemukan pada plot 1 dan 9 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 18. kampis cina FM = 1 10 =0,1 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon kampis cina ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 19. Daun waru FM = 2 10 =0,2 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon daun waru ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot 20. Pohon mara


FM = 6 10 =0,6 Berdasarkan data diatas tumbuhan pohon mara ditemukan pada plot 1 dengan jumlah spesies 1 pada masing-masing plot C. Indeks kepentingan Indeks nilai penting (INP) ini menunjukan jenis tumbuhan yang mendominasi diarea plot,indeks nilai penting dapat di hitung mengunakan rumus. INP= Frekuensi relative (FR) + frekuensi mutlak (FM) 1. Kelapa INP = 0,05 + 0,3 = 0,35 2. Bintangur INP = 0,2 +2,3 =2,5 3. Kasawari INP = 0,05 + 0,1 = 0,15 4. Katang -katang INP = 0,06 + 0,1 = 0,16 5. Katapang INP = 0,05 +0,2 =0,25 6. Pandan durih INP = 0,5 + 0,1 = 0,6 7. Tumbuhan marah INP = 0,3 +0,4 =0,7 8. Tumbuhan miranti INP =0,05 + 0,1 = 0,15 9. Tumbuhan daun waru INP = 0,1+ 1 = 1,1 10. Tumbuhan kampis cina INP = 0,05 + 0,1 = 0,15 11. Pohon bakau Pantai INP = 0,62 +0,3 = 0,92


12. Pohon bintaro INP = 0,05 +0,8 = 0,85 13. Tumbuhan Semak arab INP = 0,15 +0,1 = 0,25 14. Tumbuhan dadap serap INP = 0,05 +0,4 = 0,45 15. Tumbuhan marno siangan INP = 0,4 +0,3 = 0,7 16. Keladi hutan INP = 0,15 + 0,3 = 0,45 17. Tumbuhan sirih hutan INP = 0,05 + 0,1 = 0,15 18. Tumbuhan paku INP = 0,5 +0,1 = 0,6 19. Pohon beringin INP = 0,05 +0,2 = 0,25 20. Pohon malapari INP = 0,2 +0,6 = 0,8


G. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas adapun kesimpulan sebagai berikut: Vegetatif adalah kumpulan bebrapa tumbuhan dalam suatu wilayah yang hidup bersama-sama, pada hasil prtiikum diatas ada bebrapa tumbuhan yang ditemukan diarea tepi pantai diantaranya tumbuuhan katang-katang, pohon kelapa pohon ketapang, daun kasawari,pohon capulong, alang alang, awar-awar, pohon cemar udan, panda duri, pecut kuda, dan daun pakri dantaranya ada tmbuhan prdu pohon, pohon dan menjalar. Pada indeks keanekaragaman tumuhan alanglang yang mempunyai nilai tingi yaitu 178 berdasar pengamatan pada tabel 8 tumbuhan alangalang yang memunyai keanekaragaman dan penyebar jamur indvdu setiap sepsis tumbuhan tingi kestabilan sepsis tumbuhan tingi.


Daftar Pustaka Adinugraha, (2017). Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Balai Basar Peneliti Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Info Teknis Vol. 5 No. 2. Naipospos, N. (2015). Teknik Grafting untuk Perbanyak Tanaman. Penyuluan PKK desa Karang Kedswung, Sokaraja, Banyumas. Nurzaini, H. (1997). Teknik Okulasi Tanaman Buah-buahan. Majalah Kultum No. 13 Tahun V. Prameswari, Sri Trisnowati, dan Sriyanto Waluyo.(2014). Pengurangan Macam Media dan Zat Pengatur Tumbuhan Terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo Maniklkara zapota (L) Van Royen) Pada Muaim Pengujanan. Vegetalita No.4 Vol. 3 Hal 107-118. Purnomosidhi, P. (2010). Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-buahan. Internasional Centre for Research in Agroforestry dan Winrock Internasiolal. Rahman, E., Maria Lusia Hutagalung, dan Yomi Tasina Surbakti. (2012). Laporan Dasardasar Agronomi, perbanyak tanaman secara vegetatif universitas jambi. Wudianto, dan R. (2009). Cara Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi penebar Swadaya. Jakarta. Yusran, dan Abdul Hamid Noer. (2011). Keberhasilan Okulasi Varietasi Jeruk Manis pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandungan. Media Litbang Sulteng No, 4 Vol 2 Hal. 97-104. Hamdani, Nuryanti, (2013). Potensi Gulama Rorippa indica Sebagai Reservoar Parasitoid Hemiptarsinus varicrnis untuk Mengendalikan Liriomyza huidobresis. Jurnal. Mangoensoekarjo, S. dan A. T Soejono. (2016). Ilmu gulama dan pengelolan pada budi daya Perkembangan Gaja Mada Univeritas press. Meinke, Cherry, Dean, C., Rounsley, S. D., Koornneef, M. (2014). Arabidopsis thaliana : A Model Plante for Genome Analysis. Nandagoapalan, V., Doss, A., Marimuthu, C. (2018). Phytochemical analysis of some traditional medicinal plants. Bioscience Discovery. Mangoensoekarjo, dan Soejono. (2019). Ilmu Gulam dan Pengololan pada Budi Daya Perkebunan. Gaja Mada. Padole. Ingle,(2020). Arabidopsis-a Model Plant. Trends in Biosciences, 10(2), Laporan Prtikum tumbuhan. Pramesti, (1997). Potensi Nasturtium indicium (L.) DC. Sebagai tumbuhan model dalam prtikum tumbuhan vegetatif dan embrio tumbuhan Seminar nasional biologis. Osman,Hiong, Vebrianto, R., Omar, Z. (2009). 21 st Century Bio;ogy : An Interdiscipilnary Approach of Biology, Technlogy, Engineering and Mathematics Education.


Daftar Pustaka Online https://www.academia.edu/12620878/laporan_TPB_perkembangbiakan_vegetatif https://www.academia.edu/19749607/Laporan_Perbanyakan_Tanaman_secara_Vegetatif https://www.coursehero.com/file/50292006/LAPORAN-PRAKTIKUMPERKEMBANGBIAKAN-VEGETATIFdocx/ https://www.slideshare.net/ftentaka/laporan-praktikum-pembiakan-vegetatif https://www.studocu.com/id/document/universitas-sam-ratulangi/biologi-umum/laporanpraktikum-anatomi-tumbuhan/44735304?origin=home-recent-1 https://www.studocu.com/id/document/universitas-sultan-ageng-tirtayasa/biologidasar/laporan-praktikum-biologi-dasar-anatomi-tumbuhan/45937462?origin=home-recent-2 https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-walisongosemarang/laporan-praktikum/laporan-regulasi-dan-homeostatis/39906319?origin=homerecent-3 https://www.studocu.com/id/document/universitas-jember/produksi-tanaman/laporanpraktikum-pembiakan-tanaman-pembiakan-vegetatif-dengan-cara-stek-cuttage-danpenyambungan-gafting-2/45899377 https://prekdiberutu.files.wordpress.com/2018/12/Laporan-Stek.pdf https://eprints.uny.ac.id/38919/1/Laporan%20PPL%20Winahyu%20Drajat%20W_11108244 113.pdf https://faperta.unkhair.ac.id/mahasiswa-melakukan-pengamatan-bagian-vegetatif-dangeneratif-pada-tumbuhan/ https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PDGK410702-M1.pdf file:///C:/Users/Admin/Downloads/praktikum%202.pdf https://www.ilmiahku.com/2019/05/laporan-praktikum-perkembangbiakan-tumbuhan.html http://repository.uki.ac.id/1589/1/Penuntun%20Morfologi%20Tumbuhan.pdf https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/ccecf3da58aa295d7a16da5d9d83e9 3a.pdf https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/33147/75676581338


LAMPIRAN


Click to View FlipBook Version