The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by igodigital, 2017-02-09 18:50:27

Ilusi Negara Islam

Ilusi Negara Islam

Keywords: Ilusi Negara Islam

. ._-

..,...si Gerakan Islam Transnasional
· Indonesia



ILUSI NEGARA ISLAM

Ekspansi Gerakan Islam Transnasional
di Indonesia



ILUSI NEGARA ISLAM

Ekspansi Gerakan Islam Transnasional
di lr1donesia

Editor
KH. Abdurrahman Wahid

Prolog
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif

Epilog
KH. A. Mustofa Bisri

Tbe W AHID Jn.stitHte ffiAAR•rf

Sccd.ng f'lural and f'racrful l•lam

© LibForAll Foundation, 2009

Hak Cipta dilindungi Undang,undang

Ilusi Negara Islam:
Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia

Editor: KH. Abdurrahman Wahid
Penyelaras Bahasa: Mohamad Guntur Romli
Design Cover: Widhi Cahya dan Rahman Seblat
Layout: Widhi Cahya

Cetakan I: April 2009

Diterbitkan atas kerjasama
Gerakan Bhinneka Tunggal Ika,
the Wahid Institute, dan Maarif Institute

Ilusi negara Islam : ekspansi gerakan Islam

transnasional di Indonesia I Jakarta : The Wahid

Institute, 2009
322 hlm. ; 21,5 em.
ISBN 973,979,98737,7-4

1. Islam, Pembaruan- Indonesia
I. Abdurrahman Wal1id, Kyai Haji

297,749.598

Dicetak oleh PT. Desantara U tama Media

Daftar lsi

Prolog: 7
MASA DEPAN lSLAl\1 DllNDONESlA
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif

Pengantar Editor: 11
MUSUH DALAM SEUMUT
KH. Abdu rrahman Wahid

Bab l Studi Gerakan Islam Transnasional dan 43
Kaki Tangannya di Indonesia

Bab li lnfiltrasi ldeologi Wahabi-lkhwanul Muslimin 59
di Indonesia

Bab Ill ldeologi dan Agenda Gerakan Garis Keras 133
di Indonesia

Bab IV Infilrrasi Agen-agen Garis Keras terhadap 171
Islam Indonesia

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi 221

Epilog BEL.AJAR TANPA AKHIR 233
KH. A. Mustofa Bisri

Lampiran 1: 239
Surat Keputusan Pimpinan Pusat (SKPP)
Muhammadiyah No. 149/KEP/l.O/B/2006, untuk
membersihkan Muhammadiyah dari Partai Keadilan
Sejahtera (PKS)

Lampiran 2: 251
Dokumen Penolakan Pengurus Besar Nahdlatul
U lama (PBNU) terhadap ldeologi dan Gerakan
Ekstremis Transnasional

Daftar Bibliografi 309



Prolog

M ASA D EPAN I s LAM o r I NDONES IA

Oleh: Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif

S EBENARNYA DARl SEGl JUMLAH, TIDAK ADA YANG HARUS

dirisaukan tentang masa depan Islam di Indonesia. Sensus pen~
duduk tahun 2000 mencatat bahwa jumlah umat Islam di nege~
ri ini berada pada angka 88,22%, sebuah persentase yang tinggi
sekali. Begitu juga orang lain tidak perlu cemas membaca angka
statistik itu, karena dua sayap besar umat Islam, NU dan Muham~
madiyah, sudah sejak awal bekerja keras untuk mengembangkan
sebuah Islam yang ramah terhadap siapa saja, bahkan terhadap
kaum tidak beriman sekalipun, selama semua pihak saling meng-
hormati perbedaan pandangan. Tetapi bencana bisa saja terjadi
b ila pemeluk agama kehilangan daya nalar, kemud ian menghakimi
semua orang yang tidak sefaham dengan aliran pemikiran mereka
yang monolitik. Contoh dalam berbagai unit peradaban umat ma-
nusia tentang sikap memonopoli kebenaran ini tidak sulit untuk
d icari. Darah pun sudah banyak tertumpah akibat penghakiman
segolongan orang terhadap pihak lain karena perbedaan penafs ir~
an agama atau ideologi.

Dalam sejarah Islam pun, kelompok yang merasa paling sahih
dalam keimanannya juga tidak sulit untuk dilacak. j ika sekadar

8 I I LUSI N EGARA I SLAM

merasa paling benar tanpa menghukum pihak lain, barangkali
tidaklah terlalu berbahaya. Bahaya akan muncu l bilamana ada
o rang yang mengatasnamakan Tuhan, lalu menghukum dan bal1~
kan membinasakan keyakinan yang berbeda. Dalam bacaan saya,
dalam banyak kasus, al~Qur'an jauh leb ih toleran d iband ingkan
dengan sikap segelintir Muslim yang intoleran terhadap perbeda--
an. Fenomena semacam ini dapat dijumpai di berbagai negara,
baik di negara maju, mau pun di negara yang belum berkembang,
tidak saja di dunia Islam. Apa yang biasa dikategorikan sebagai
golongan fundamentalis berada dalam kategori ini. Di Amerika
misalnya kita mengenal golongan fundamentalis Kristen yang di
era Presiden George W. Bush menjadi pendukung utama rezim
ne~impe rialis ini. Di dunia Islam, secara sporadis sejak beberapa
tahun terakl1ir gejala fundamentalisme ini sangat d irasakan . Yang
paling ekstrem di antara mereka mudah terjatuh ke dalam perang~
kap terorisme.

Ada beberapa teori yang telah membahas fundamentalisme
yang muncul di dunia Islam. Yang paling banyak d ikutip adalah
kegagalan u mat Islam menghadapi arus modernitas yang d in ilai
telah sangat menyudutkan Islam. Karena ketidakberdayaan meng~
hadapi arus panas itu, golo ngan fundamentalis mencari dalil~dalil
agama untuk "menghibur diri" dalam sebuah dunia yang dibayang~
kan belum tercemar. Jika sekadar "menghibur," barangkali tidak
akan menimbulkan banyak masalah. Tetapi sekali mereka menyu~
sun keku atan politik untuk melawan modernitas melalui berbagai
cara, maka benturan dengan golongan Muslim yang tidak setuju
dengan cara~cara mereka tidak dapat d ihindari. lni tidak berarti
bahwa umat Islam yang menentang cara~cara mereka itu telal1larut
dalam modern itas. Golongan penentang ini tidak kurang kriti~
kalnya menghadapi arus modern ini, tetapi cara yang d itempuh
d ikawal oleh kekuatan nalar dan pertimbangan yang jern ih, sekali~
pun tidak selalu berhasil.

Teori lain mengatakan bahwa membesarnya gelo mbang fun~

IM ASA DEPAN I SLAM D I I N DO N ES IA 9

damentalisme di berbagai negara Muslim terutama d idoro ng oleh
rasa kesetiakawanan terhad ap nasib yang menimpa sau dara~sauda~
ranya di Palestina, Kashmir, Afghanistan, dan Iraq. Perasaan solider
ini sesunggu hnya dimiliki oleh seluruh umat Islam sedunia. Tetapi
yang membedakan adalah sikap yang ditunjukkan oleh golo ngan
mayoritas yang sejauh mungkin menghindari kekerasan dan tetap
mengibarkan panji~panji perdamaiaan, sekalipun peta penderitaan
umat di kawasan konflik itu sering sudah tak tertahankan lagi. Jika
dikaitkan dengan kondisi Indonesia yang relatif aman, kemuncul~
an kekuatan fundamentalisme, dari kutub yang lunak sampai ke
kutub yang paling ekstrem (terorisme), sesungguhnya berada di
lu ar penalaran . Kita ambil misal praktik bo rn bunuh diri sambil
memb unuh manusia lain (kasus Bali, Marriot, dan lain~lain), sama
sekali tidak bisa difahami. Indonesia bukan Palestina, bukan Kash~
mir, bukan Afghanistan, dan bukan Iraq, tetapi mengapa praktik
biadab itu d ilakukan di sini?

Teori ketiga, khusus untuk Indonesia, maraknya fu ndamental~
isme d i Nusantara lebih disebabkan oleh kegagalan negara mewu~
jud kan cita~cita kemerdekaan berupa tegaknya keadilan sosial dan
terciptanya kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat. Korupsi
yang mas ih menggurita adalah bukti nyata dari kegaglan itu. Semua
orang mengakui kenyataan pahit ini. Namun karena pengetahuan
golongan fundamentalis ini sangat miskin tentang peta sosiologis
Indonesia yang memang tidak sederhana, maka mereka menem~
puh jalan pintas bagi tegaknya keadilan: melaksanakan syari'at Is~
lam melalui kekuasaan. Jika secara nasional belum mungkin, maka
diupayakan melalui Perda~Perda (Peraturan Daerah). Oibayangkan
dengan pelaksanaan syar'ah ini, Tuhan akan merid hai Indonesia.
Anehnya, semua kelo mpok fundamentalis ini anti demokrasi, teta~
pi mereka memakai lembaga negara yang demokratis untuk menya~
lurkan cita~ita politiknya. Fakta ini d engan send irinya membeber~
kan satu hal: bagi mereka bentrokan antara teori dan praktik tidak
menjadi persoalan . Dalam ungkapan lain, yang terbaca di sini

10 I l LUS I N EGARA I sLAM

adalah ketidakjujuran dalam berpolitik. Secara teori demokras i di~
haramkan, dalam praktik digunakan, demi tercapainya tujuan .

Akhirnya, saya menyertai keprihatinan kelompok-kelompok
fu ndamentalis tentang kondisi Indonesia yang jauh dari keadilan,
tetapi cara~cara yang mereka gunakan sama sekali tidak akan sema~
kin mendekatkan negeri ini kepada cita~cita mulia kemerdekaan,
malah akan membunuh cita~ita itu di tengah jalan. Masalah In~
donesia, bangsa Muslim terbesar di muka bumi, tidak mungkin
dipecahkan oleh otak-otak sederhana yang lebih memilih jalan
pintas, kad ang~kadang dalam bentuk kekerasan. Saya sadar bahwa
demokras i yang sedang dijalankan sekarang ini d i Indonesia sarna
sekali belum sehat, dan jika tidak cepat dibenahi, bisa menjadi
sumber malapetaka buat sementara. Tetapi untuk jangka panjang,
tidak ada pilihan lain, kecuali melalui sistem demokras i yang sehat
dan kuat, Islam moderat dan inklusif akan tetap membimbing In~
donesia untu k mencapai tujuan kemerdekaan.

Jogjakarta, 18 Pebruari 2009

Pengantar Editor

MusuH DA LA M S ELIMUT

KH. A bdurrahman Wahid

B UKU YANG SEDANG ANDA BACA INl MERUPAKAN HASIL PENEUTlAN

yang berlangsung lebih dari dua tahun dan dilakukan oleh Lib,
ForAll Foundation, sebuah institusi non,pemerintah yang mem,
perjuangkan terwujudnya kedamaian, kebebasan, dan toleransi
di seluruh dunia yang d iilhami oleh warisan tradisi dan budaya
bangsa Indonesia. Secara formal, kami bersama C. Holland Taylor
adalah pendiri,bersama LibForAll Foundation, dan bersama,sama
dengan KH. A. Mustofa Bisri, Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, Prof.
Dr. M. Amin Abdullah, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Nasr
Hamid Abu,Zayd, Syeikh Musa Admani, Prof. Dr. Abdul Munir
Mulkhan, Dr. Sukardi Rinakit, dan Romo Franz Magnis,Suseno
menjad i Penasehat LibForAll Foundation. Dalam kunjungan CEO
LibForAll Foundation ke Mesir pada akhir Mei 2008, Syeikh a[,
Akbar al,Azhar, Muhammad Sayyid Tantawi juga menyatakan kes,
ed iaannya untuk menasehati LibForAll Foundation dalam usaha
menghadirkan Islam sebagai rahmatan li~'alamin. Dan sebenarnya,
siapa pun di seluruh dunia yang berhati baik, berkemauan baik,
dan punya perhatian kuat pada usaha,usaha mewujudkan keda,

12 I 1LUSI N EGARA I SLAM

maian, kebebasan, dan toleransi, secara kultural adalah keluarga
LibForAll Foundation.

Dalam usaha dimaksud, LibForAll Foundation selalu meng~
utamakan pendekatan spiritual untuk menumbuhkan kesadaran
yang mampu mendorong transformasi individual maupun sosial.
Hal ini didasari kenyataan bahwa ketegangan batiniah antara roh
dan hawa nafsu berdampak pada aktivitas lahiriah. Bahkan, kete~
gangan batiniah ini kerap memicu konflik-konflik lahiriah, baik
antarindividu maupun sosial. Dalam konteks inilah, sabda Kan-
jeng Nabi Muhammad saw. kepada para sahabat, "Raja'na min jihad
a~ashghar {/a jihad aL-akbar" (Kita pulang dari jihad kecil menuju
jihad besar),1 sepulang dari perang Badr menjadi sangat penting

1. Hadits ini sangat populer di antara para ulama tradisional dan para sufi,
namun dianggap lemah (dla'if) oleh beberapa pihak dan ditolak oleh sekte Wa-
habi. Secara ritvdyah hadits ini memang dinilai lemah. Tapi secara dirdyah, hadits
ini konsisten dengan pesan utama jihad dalam Islam. lni bisa dilihat dalam
hadits lain sekalipun dengan redaksi berbeda namun secara ma'ruiwi sejalan de-
ngan maksud hadits di atas, seperti riwayat Ahmad ibn Hanbal, dalam hadits

nomor 24678, 24692, dan 24465, "A~Mujahid man jahada nafsahu. li-Llah atau fi

Allah 'azz wa jaU" (Mujahid adalah orang yang berjihad terhadap dirinya demi

Allah, atau dalam riwayat lain-dalam ('jalan menuju') Allah Yang Mahamulia
dan Mahaagung) [baca dalam: Abu 'Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Han-

bat, Masnad Ahmad, (Cairo: Mauqi' Wizarat al-Auqaf ai-Mishriyyah, tt.)]. Bisa
dilihat juga had its yang dikemukakan dalam Fath al-Qadfr ka rya al-Syaukanl,

"A~Mu.jahid man jahada nafsah fi tha'at Allah" (Mujahid adalah o ra ng yang berji-

had terhadap dirinya dalam ketaatan kepada Allah), diriwayatkan oleh Ibn Jarlr,
dan al-Hakim meyakininya shahih, diriwayatkan pula ole h Ibn Ma rdawaih dari

'Aisyah lal-Syukanl, Fath al-Qadir (Cairo: Mauqi' ai-Tafasir, tt.), Vol. 5, h. 142].

H al penting yang perlu ditekankan adalah bahwa jihad lebih menekankan pada
usaha sungguh-sungguh untuk mengendalikan diri, mengend alikan hawa nafsu.
Al-Razy - misalnya- bahkan menekankan bahwa jihad dalam konteks perang

(qital) pun harus diawali dengan kemenangan pertama dan terutama terhadap

diri sendiri, seperti tidak munafik, tidak riya', dan tidak untuk kepentingan
sendiri. Semua harus dilakukan secara ikhlas- yang bera rti harus diawali dengan
usaha mengendalikan diri agar aktivitas apa pun yang akan dilakukan tidak di-

kendalikan oleh hawa nafsu (baca dalam: Fakhruddin al-Razi, Mafarih aLGhaib
(Cairo: Mauqi' al-Tafasir, tt.), vol. 7, h. 474). Kesimpulannya, hadits Raja'na min























































IXL l LUS I N EGARA ISLAM

menyelamatkan Pancasila dan NKRI. ]ika mayoritas moderat mela~
wan kelompok garis keras dengan tegas, kita akan mengembalikan
suasana beragama di Indonesia menjadi moderat, dan kelompok
garis keras dewasa ini akan gagal lagi seperti semua nenek moyang
ideologis mereka di tanah air kita, yang mewakili kehadiran aL-nafs
a~Lawwamah. Kemenangan melawan mereka akan menge mbalikan
keluhuran ajaran Islam sebagai rahmatan Li~'aLamin, dan ini merupa~
kan salah satu kunci untuk rnembangun perdamaian dunia.

Studi ini kami lakukan dan publikasikan unruk membang~
kitkan kesadaran seluruh komponen bangsa, khususnya para elit
dan media massa, tentang bahaya ideologi dan paham garis keras
yang dibawa ke tanah air oleh gerakan transnasional Timur Tengah
dan tumbuh seperti jamur di musim hujan dalam era reforrnasi
kita. Juga, sebagai seruan untuk melestarikan Pancasila yang mere~
fleksikan esensi syari'al1 dan rnenjadikan Islam sebagai rahmatan
Li~'aLamin yang sejati.

Dalam Bab V, studi ini rnerekomendasikan langkah~langkah

strategis untuk melestarikan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan me~

negakkan warisan luhur tradisi, budaya dan spiritu alitas bangsa In~
donesia, antara lain dengan:

• mengajak dan mengilharni masyarakat dan para elit unruk
bersikap terbuka, rendah hati, dan terus belajar agar bisa
memahami spiritualitas dan esensi ajaran agama, dan men~
jadi jiwa~jiwa yang tenang;

• menghentikan dan memutus -dengan cara~cara damai dan
bertanggung jawab- mata rantai penyebaran pal1am dan
ideologi garis keras rnelalui pendidikan (dalam arti kata
yang seluas~lu asnya) yang mencerahkan , serta mengajarkan
dan mengamalkan pesan~pesan luhur agama Islam yang
mampu menumbuhkan kesadaran sebagai hamba Tuhan
yang rendah hati, toleran dan damai.

Musu H DALAM S ELJM UT I 41

Bekerjasama, saling mengingatkan tentang kebenaran (wa
tawdshau bi~haqq) dan untuk selalu bersabar (wa tawashau bi~shabr),
menjadi kunci penting dalam hal ini. Kita harus tetap sanrun,
sabar, toleran, dan terbuka dalam usaha-usaha melestarikan visi
luhur nenek moyang dan Pendiri Bangsa. Tujuan mulia hendaknya
tidak dinodai dengan usaha-usaha kotor, kebencian, maupun aksi-
aksi kekerasan. Tujuan luhur harus dicapai dengan cara-cara yang
benar, tegas, bijaksana dan bertanggung jawab, yang jauh dari aro-
gansi, pemaksaan dan semacamnya.

Kita pantas mengingat nasehat Syeikh Ibn 'Athaillah al-Sakan-
dari dalam Hikam karyanya: "Janganlah bersahabat dengan siapa
pun yang perilakunya tidak membangkitkan gairahmu mendekati
Allah dan kata-katanya tidak menunjukkanmu kepada-Nya" (Ia

tash-hab man Ia yunhidLuka ila ALlah hdLuhu, wa 1a yahdika ila ALlah

maqaluhu). Orang yang merasa paling mengerti Islam, penuh ke-
bencian kepada makhluk Allah yang tidak sejalan dengan mereka,
serta merasa sebagai yang paling benar dan karena itu mengklaim
berhak menjadi kl1alifal1-Nya untuk mengatur semua orang-pasti
perbuatan dan kata-katanya tidak akan membawa kita kepada Tu-
han. Cita-cita mereka tentang negara Islam hanya ilusi. Negara Is-
lam yang sebenarnya tidak terdapat dalam konstruksi pemerintah-
an, tetapi dalam kalbu yang terbuka kepada Allah swt. dan kepada
sesama makhluk-Nya.

Kebenaran dan kepalsuan sudah jelas. Garis keras ingin me-
maksa semua rakyat Indonesia tunduk kepada paham mareka yang
ekstrem dan kaku. Catatan sejarah bangsa kita -Babad Tanah
Jawi, Perang Padri, Pemberontakan DI, dan lain-lain- menunjuk-
kan bahwa jiwa-jiwa yang resah akan terus mendorong bangsa kita
ke jurang kehancuran sampai mereka betul-betul berkuasa, atau
kita menghentikannya seperti berkali-kali telah dilakukan oleh
jiwa-jiwa yang tenang, nenek moyang kita. Saat ini kitalah yang
memilih masa depan bangsa.

Jakarta, 8 Maret 2009



Bab I

S T U D! GERAKAN I SLAM T RANSNASIONAL

DAN K AKI T ANGANNYA DI I ND O NESIA

Dasar Pemikiran

P ARA AKTIVIS GARIS KERAS SEPENU HNYA SADAR BAHWA MEREKA

tengah terlibat dalam "perang ide-ide" u ntuk meyakin kan umat Is-
lam di seluruh dunia, bahwa ideologi mereka yang ekstrem adalah
satu-satu nya in terp retas i yang benar tentang Islam. Mereka mema-
hami Islam secara monolitik d an menolak varian-varian Islam lo-
kal d an spiritual seperti diamalkan umat Islam umumnya, sebagai
bentuk pengamalan Islam yang salali d an sesat karena sudali terce-
mar d an tidak murni lagi.

Strategi utama gerakan Islam transnasional d alam usal1a mem-
buat umat Islam menjadi radikal dan keras ad alah dengan memben-
tuk dan mendukung kelompok-kelo mpok lokal sebagai kaki tangan
"penyebar" ideologi Wal1abi/Salafi mereka, serta berusal1a meming-
girkan dan memusnal1kan bentuk-bentuk penga malan Islam yang
lebih toleran yang telal1lebih lama ada d an d o minan d i berbagai be-
laban d unia Muslim. Dengan cara demikian, mereka berusalta keras
melakukan infiltrasi ke berbagai bidang kehidupan umat Islam, baik
melalui cara-cara halus hingga yang kasar dan keras.

I44 lLUSI NEGAR ISLAM

Di daerah-daerah seperti Arab Saudi, Sudan, Gaza, Afghanis-
tan- Thaliban dan wilayah-wilayah Pashtun Pakistan, mereka sudah
berhasil memaksakan ideologinya. Sementara di kebanyakan bela-
han dunia Islam, hampir tidak ada usaha serius untuk mengung-
kap gerakan kelompok-kelompok garis keras serta mobilisasi du-
kungan unmk pandangan dan pengamalan Islam yang umumnya
toleran, pluralistik, dan sejalan dengan dunia modern. Di Indone-
sia, kenyataannya berbeda, karena Islam spirimal masih kuat dan
ada tokoh-tokoh Islam Indonesia yang menyadari bahaya ancaman
gerakan garis keras dan berani menghadapi mereka sebelum nasi
menjadi bubur.

Di tanah air kita, reaksi terhadap infiltrasi dan aktivitas gerak-
an garis keras seperti dakwah Wahabi/Salafi ini bisa dilihat dengan
terbitnya SKPP Muhammadiyah Nomor 149/Kep/I.O/B/2006,
Fatwa Majlis Bahstul Masa'il NU tentang Khilafah Islamiyah, serta
respon para ulama dan tokoh nasional tentang bahaya dan ancam-
an gerakan-gerakan transnasional. Bahkan seorang mantan Pang-
lima TNI mengemukakan, "Dulu, ancaman garis keras terhadap
Konstitusi dan Pancasila ada di luar pemerintahan, seperti DI/NII.
Tapi sekarang, garis keras sudal1 masuk ke dalam pemerintahan,
termasuk parlemen, dan menjadi jauh lebih berbahaya dari sebe-
lumnya."1

Reaksi ormas-ormas moderat serta respon para ulama dan to-
koh nasional ini menjadi indikasi menguatnya pengaruh dan in-
filtrasi gerakan garis keras di Indonesia belakangan ini. Idealnya,
semua ini bisa menjadi teladan bagi umat Islam di Indonesia dan
seluruh dunia untuk memobilisasi perlawanan terhadap agenda
Wahabi/Salafi, dan menggalang dukungan dari para pemimpin
dan umat Islam yang belum tercemar untuk secara sadar melawan
penyebaran ideologi garis keras tersebut. Sementara pada saat yang
sama, perlawanan ini bisa mengawali usaha menelanjangi aktivitas-
aktivitas gerakan garis keras transnasional secara publik.

1 Wawancara konsultasi pada 17 September 2007.

ISTU DI GERAKAN ISLAM TRANSNASI O NAL 45

Subyek Studi

Permasalahan utama studi ini menyangkut: asal-usul, ideologi,
agenda, gerakan, dan agen-agen gerakan Islam di Indonesia yang
diidentifikasi sebagai kelompok garis keras; strategi mereka dalam
memperjuangkan agenda dan ideologi tersebut; dan, infiltrasi yang
berhasil ditanamkan kepada masyarakat dan kelompok-kelompok
Islam lain yang berhaluan moderat.

Infiltrasi garis keras terhadap Islam Indonesia diduga telah
membangkitkan kembali gagasan dan cita-cita formalisasi Islam
yang sesungguhnya telah dikubur dalam-dalam oleh bangsa Indo-
nes ia setelah menyepakati Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ne-
gara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus final
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas nasehat tokoh
BIN dan para al1li serta tokoh lain, kelompok-kelo mpok Islam mo-
derat termasuk dalam subyek studi di sini unn1k melihat sejauh
mana mereka telah disusupi dan dipengaruhi oleh agen-agen garis
keras tersebut.

D efinisi Operasional

Untuk keperluan studi ini kami membuat definisi operasional
mengenai Islam garis keras dan Islam moderat, sebagai berikut:

Islam garis keras: Diklasifikasikan sebagai individu dan organi-
sas 1..
• Individu garis keras adalal1 orang yang menganut pemut-

lakan atau absolutisme pemahaman agama; bersikap tidak
toleran terhadap pandangan dan keyakinan yang berbeda;
berperilaku atau menyetujui perilaku dan/atau mendo-
rong orang lain atau pemerintah berperilaku memaksakan
pandangannya sendiri kepada orang lain; memusuhi dan
membenci orang lain karena berbeda pandangan; mendu-
kung pelarangan oleh pemerintah dan/atau pihak lain atas

4 6 I l LUS I N EGAR I SLAM

keberadaan pemahaman dan keyakinan agama yang berbe~
da; membenarkan kekerasan terhadap orang lain yang ber~
bed a pemahaman dan keyakinan tersebut; meno lak Dasar
Negara Pan casila sebagai landasan hidup bersama ban gsa
Indo nesia; dan/atau menginginkan ad anya Dasar Negara
Islam, bentuk Negara Islam, atau pun Khilafah Islamiyah.
• Organisasi garis keras adalah kelo mpok yang merupakan
himpunan individu;individu dengan karakteristik yang
disebutkan di atas, ditambah dengan visi dan misi organi~
sasi yang menunjukkan orientasi tidak toleran terhadap
perbedaan, baik semua karakter ini ditunjukkan secara ter~
buka maupun tersembunyi.

Islam Moderat: Diklas ifikasikan sebagai individu dan organi~
sas .t.
• Individu moderat adalah individu yang menerima dan

menghargai pandangan dan keyakinan yang berbeda seba~
gai fitrah; tidak mau memaksakan kebenaran yang diyaki~
ninya kepada orang lain, baik secara langsung atau melalui
pemerintah; me n olak cara~ara kekerasan atas n ama agama
dalam bentuk apa pun; menolak berbaga i bentuk pel«
rangan untuk menganut pandangan dan keyakinan yang
berbeda sebagai bentuk kebebasan beragama yang dijamin
oleh Konstitusi negara kita; menerima Dasar Negara Pan~
casila sebagai landasan hidup bersama dan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensus
final d alam kehidupan berbangsa dan berngera yang melin~
du ngi perbedaan dan keragamaan yang ad a d i tanah air.
• Organ isasi mod erat adalah kelompok yang memiliki karak-
teristik seperti yang tercermin dalam karakteristik individu
moderat, ditambah dengan visi dan misi o rganisasi yang
menerima Dasar Negara Pancas ila sebagai land asan hidup
bersama bangsa Indonesia dan bentuk Negara Kesatuan

ISTU D! GERAKAN ISLAM TRA NS NA S! O NA L 47

Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsensu , final dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tujuan Studi
Secara akademis, studi ini bertujuan menemukan, menunjuk

kan, dan membuktikan asal~usul, ideologi, dan gerakan kelompok
kelompok garis keras di Indonesia, dan mengetahu i respon para
agen gerakan garis keras tentang isu~isu sosial~politik dan keagama~
an.

Sementara secara praksis, hasil studi ini diharapkan bisa men~
jadi batu loncatan bagi gerakan perlawanan terhadap agenda gerak
an Islam transnasional di Indonesia dan seluruh dunia, memob il~
isasi para pemimpin dan umat Islam yang belu m terkontaminasi
ideologi gerakan garis keras untuk secara sadar melawan penyebar~
an ideologi mereka.

Pada saat yang sama, studi ini bertujuan mengungkap dan
menunjukkan aktivitas gerakan garis keras yang merupakan fak
tor krusial bagi penyebaran ideologinya di Indonesia dan seluruh
dunia.

Masalah Studi
Dengan latar belakang di atas, kami merancang studi ini un~

tuk memetakan dan menjawab beberapa permasalahan sebagai
berikut:

1. Bagaimana sebenarnya pandangan dan respon para agen
garis keras terhadap isu~isu sosial politik dan keagamaan di
Indonesia akhir~akhir ini?

2. Bagaimana peta gerakan~gerakan Islam transnasional dan
kaki tangannya di Indonesia saat ini?

3. Apa yang menjadi agenda perjuangan kelompokkelompok
garis keras dan bagaimana agenda itu d ikaitkan dengan
persoalan~persoalan Indones ia mutakhir?

4. Bagaimana strategi kelompokkelompok garis keras dalam

48 I l LUS I N EGAR I SLAM

memperjuangkan agend«agenda mereka dan menyusup~
kan agen~agen mereka ke tengah~tengah masyarakat?
5. Bagaimana hubungan kelompok-kelompok garis keras lokal
dengan gerakan~gerakan Islam transnasional dari Timur
Tengah?
6. Bagaimana pula hubungan kelompok-kelompok garis keras
itu dengan kelompok-kelompok Islam yang berhaluan m~
derat?
7. Apakah kelompok-kelompok garis keras telah mampu
mempengaruhi dua ormas Islam terbesar di Indonesia,
yaitu Muhammadiyah dan NU?
8. Benarkah masjid dan institusi~institusi pendidikan telah
dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok garis keras untuk
menyebarkan paham mereka?
9. Bagaimana hubungan kelompok-kelompok garis keras
dibangun dan bagaimana jaringan mereka dibentuk?

Metode Studi

Studi ini d ilakukan oleh dua tim, yakni Tim Jakarta dan Tim
Yogya. Tim Jakarta melakukan wawancara dan/atau konsultasi
dengan para ulama, intelektual, dan tokoh~tokoh nasional menge~
nai istkisu sosial~politik dan keagamaan di tanah air serta hal~hal
yang terkait dengan aktivitas gerakan garis keras. Tim Jakarta juga
melakukan riset pustaka untuk mengetahui kesinambungan dan
hubungan berbagai gerakan garis keras di Indonesia dan dunia.
Tim Jakarta disebut sebagai Peneliti Konsultasi dan Literatur, ber~
anggotakan C. Holland Taylor, Hodri Ariev, Dr. Ratno Lukito,
Niluh Oipomanggolo, dan Ahmad Gaus AF., bertanggung jawab
kepada KH. Abdurrahman Wahid.

Adapun Tim Yogya adalah para peneliti yang melakukan in~
terview dengan para aktivis gerakan garis keras, atau individu yang
dipengaruhi dan/atau memperjuangkan ideologi dan agenda garis


Click to View FlipBook Version